INFEKSI TERSERING PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN KENCING DI LABORATORIUM KLINIKA SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INFEKSI TERSERING PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN KENCING DI LABORATORIUM KLINIKA SURABAYA"

Transkripsi

1 Jurnal Adib Baru INFEKSI TERSERING PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN KENCING DI LABORATORIUM KLINIKA SURABAYA Oleh Muhammad Adib Dosen Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan Malang INTISARI Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah berkembangnya mikroorganisme didalam saluran kemih ( mulai dari ginjal sampai urethra ) yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih bisa disebabkan oleh bakteri, virus atau mikroorganisme lain, tetapi sebagian besar infeksi saluran kemih ini disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli (sekitar 80%). Rancangan penelitihan yang digunakan dalam penelitihan ini adalah deskriptif. Pengambilan data yang dilakukan secara menyeluruh terhadap semua contoh air kemih yang dikerjakan di Laboratorium Klinika Surabaya yang dicurigai menderita infeksi saluran kemih, pada bulan Januari sampai bulan Oktober Adapun jumlah contoh air kemih yang dikerjakan di Laboratorium ini adalah 67 contoh air kemih laki laki dan 90 contoh air kemih wanita. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bakteri tersering penyebab infeksi saluran kemih di Laboratorium Klinika Surabaya selama periode januari - Oktober 2011 adalah Escherichia coli, yaitu sebesar 59%, diurutan kedua Enterobacter aerogenes yaitu sebesar 24.8%, sedangkan diurutan yang ketiga dan keempat, secara berturut turut dihuni oleh Staphylococcus epidermidis sebesar 14.3%, dan Pseudomonas sebesar 1,9%. Kata kunci: Infeksi saluran kemih, bakteri, Escherichia coli PENDAHULUAN Latar Belakang Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah berkembangnya mikroorganisme didalam saluran kemih ( mulai dari ginjal sampai urethra ) yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Secara mikrobiologis dikatakan infeksi saluran kemih jika ditemukan mikroorganisme pathogen didalam air kemih, uretra, kandung kemih, ginjal dan prostate. Pada kebanyakan kasus, pertumbuhan organisme lebih dari 10 5 permililiter sampel urin porsi tengah yang dikumpulkan secara benar dan bersih, menunjukkan adanya infeksi. Infeksi saluran kemih ini bisa menyerang siapa saja baik itu pria maupun wanita dengan gejala dan tanda klinis yang berbeda. Adapun gejala gejala dan tanda klinis yang lazim ditemukan pada penderita infeksi saluran kemih ini adalah disuria, polakisuria, dan bakteriuria. Namun gejala dan tanda klinis ini tidak dapat dipercayai dalam lokalisasi infeksi. Infeksi saluran kemih bisa disebabkan oleh bakteri, virus atau mikroorganisme lain, tetapi sebagian besar infeksi saluran kemih ini disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli ( sekitar 80%). Sedangkan Proteus, Klebsiella, dan kadang Enterobacter berperan pada sebagian kecil infeksi ringan. (STAMN, 1999) Untuk mendiagnosa dini infeksi saluran kemih tidak bisa hanya didasarkan atas gejala dan tanda klinis infeksi itu sendiri, karena gejala dan tanda klinis bukan merupakan hal yang mutlak oleh karena itu perlu adanya pemeriksaan dalam membuktikan adanya mikroorganisme didalam saluran kemih yaitu dengan biakan air kemih. Namun biakan air kemih itu harus dapat disingkirkan dari bakteri pencemar. Laboratorium Klinika Surabaya melakukan pemeriksaan bakteriologis dalam mendiagnosa dini infeksi

2 saluran kemih. Sehingga kita sebagai tenaga medis bisa mengetahui bakteri apakah yang terkandung dalam contoh air kemih tersebut yang diduga menjadi penyebab infeksi saluran kemih. Selain itu pihak pihak lain yang terkait dalam masalah ini juga bisa menunjukkan tindakan apakah yang pantas dalam pengobatan dan pencegahan infeksi tersebut. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bakteri apakah yang menjadi penyebab infeksi saluran kemih dilaboratorium Klinika Surabaya periode Januari Oktober 2011? Tinjauan Pustaka Infeksi Saluran Kemih Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangnya mikroorganisme didalam saluran kemih (mulai dari ginjal sampai urethra) yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain (Rahardjo,1999). Epidemiologi Prevalensi infeksi saluran kemih bervariasi tergantung klasifikasi kliniknya. Tetapi, pada umumnya prevalensi infeksi saluran kemih pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan laki laki dengan berbagai alasan. Prevalensi pada wanita meningkat sejalan dengan bertambahnya usia dan akan mencapai 10 % pada usia lanjut. Aktivitas sek dan kehamilan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pada wanita. Prevalensi pada laki laki meningkat sehubungan dengan meningkatnya keluhan prostat. Di Indonesia didapatkan angka prevalensi tinggi. Sardjito pada tahun 1985 mendapatkan bakteri asimptomatik ( tak bergejala) pada 3,3 % pada balita yang terdiri dari 1 3,7 % wanita dan 0,3 2,1 % laki laki, sedangkan Barmawi Hisyam mendapatkan 15,4 % pada pelajar wanita dan 5 % pada pelajar laki laki. Pada penelitian Pranawa tahun 1987, didapatkan bakteriuri asimptomatik (tak bergejala) pada kehamilan sejumlah 10,7 %. Sementara pada awal 1997 diruangan penyakit dalam dijumpai infeksi kateter menetap, angka ini lebih rendah dari yang didapatkan Hernomo Kusumobroto di tahun 1984 yaitu sebesar 57,5 % (Pranawa, 2002). Etiologi Banyak macam mikroorganisme yang dapat menginfeksi saluran kemih, tapi sejauh ini agen yang paling umum adalah bakteri golongan batang Gram negative yang dalam keadaan normal bertempat tinggal didalam traktus digestifus (saluran pencernaan). Walaupun beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda tetapi pada umumnya hasil penelitian menunjukkan bahwa 90 % penyebab tersering infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli. Bakteri batang Gram negative lainnya seperti Proteus, Klebsielle, dan kadang Enterobacter berperan pada sebagian kecil infeksi ringan. (Widodo, 2004). Kokus Gram positif memainkan peran yang lebih kecil pada infeksi saluran kemih. Namun Staphylococcus suprophyticus menyebabkan infeksi saluran kemih simptomatik (bergejala) pada wanita muda. Enterococcus dan Staphylococcus aureus menyebabkan infeksi pada pasien dengan batu ginjal. (STAMN, 1999) Patogenesis Dua jalur utama terjadinya infeksi saluran kemih ialah hematogen dan asending, tetapi dari kedua cara ini asendinglah yang paling sering terjadi 1. Infeksi Hematogen Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tubuh yang rendah, karena menderita penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapatkan imunosupresif. Penyebaran hematogen juga bisa timbul akibat adanya focus infeksi disalah satu tempat. Misalnya infeksi Staphylococcus aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari focus infeksi tulang, kulit, endotel, atau ditempat lain. Salmonella, Pseudomonas, dan Proteus termasuk jenis bakteri yang dapat menyebar secara hematogen, sedangkan Escherichia coli jarang ada di infeksi hematogen. Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang berat, misalnya infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginja

3 2. Infeksi Asending a. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung organisme kecuali pada bagian distral uretra yang biasanya dihuni oleh bakteri normal kulit. Disamping bakteri flora normal kulit, pada wanita daerah 1/3 bagian distral uretra ini banyak dihuni bakteri yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut. Bakteri penghuni terbanyak pada daerah tersebut adalah Escherichia coli. Karena peran factor predisposisi maka kolonisasi Escherichia coli pada wanita didaerah tersebut diduga karena : 1). Adanya perubahan flora normal didaerah perineum. 2). Berkurangnya antibody local 3). Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel pada wanita. b. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih. Proses masuknya mikroorganisme kedalam kandung kemih dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain : 1). Faktor anatomi Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih banyak pada wanita dari pada laki laki, hal ini disebabkan oleh bentuk anatomi uretra pada wanita lebih pendek dan terletak dekat anus. 2). Faktor tekanan air kemih pada waktu buang air kecil Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu buang air kecil karena tekanan air kemih. Dan selama buang air kecil terjadi refluks kedalam kandung kemih setelah pengeluaran air kemih 3). Faktor lain Misal kebersihan alat kelamin bagian luar dan perubahan hormonal waktu menstruasi. c. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal. Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarkannya infeksi dari pelvis ke korteks karena refluks intrarenal. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter yang tidak berfungsi ini disebabkan karena : 1) Memendeknya bagian intravesikal ureter yang bisa terjadi secara congenital. 2) Edema mukosa ureter akibat infeksi. (TESSY, 2001 ) Klasifikasi ISK Klasifikasi ISK menurut Stamey didasarkan terutama pada terapeutik, dan alternatif penyebab untuk pengelolaan penderitan ISK terbagi menjadi 3 golongan : 1. Infeksi pertama Sekitar 80% infeksi pertama disebabkan oleh Escherichia coli, sangat sensitive terhadap antimikroba, dan menurut pengalaman dalam beberapa hari akan lenyap dengan terapi oral yang tidak mahal. 2. Bakteriuria yang tidak sembuh Bakteriuria yang tidak sembuh menunjukkan kegagalan sterilisasi air kemih walaupun diberi terapi antimikroba. Jika bakteriuri tidak dapat dihilangkan, infeksi saluran kemih tidak dapat dianggap sembuh, dan infeksi yang terjadi tidak dapat diklasifikasikan sebagai kuman penyebab tersering dari bakteriuria yang tidak sembuh selama pengobatan adalah adanya mikroorganisme yang pada mulanya resisten atau menjadi resisten terhadap agen antimikroba yang dipilih untuk mengobati infeksi. 3. Bakteriuria kuman Jenis bakteriuria kuman dapat ditentukan, bila bakteriuria telah sembuh selama beberapa hari dan obat antimikroba dihentikan. a. Bakteri menetap

4 Menetapnya bakteri dalam saluran kemih (misal pada batu ginjal atau prostates bakteri ) menimbulkan infeksi kuman dengan spesies yang sama. Biasanya dilakukan pembedahan untuk menghilangkan sumber infeksi untuk mengobati infeksi kuman ini. b. Reinfeksi Reinfeksi ini disebabkan oleh pemasukan kembali bermacam macam bakteri dari reservoir luar saluran kemih. Kebanyakan infeksi kuman pada wanita adalah reinfeksi dan memerlukan profilaksis antimikroba, bukan pembedahan. (Schaeffer, 1994) Klasifikasi ISK menurut lokalisasi nya, terbagi menjadi 2 bagian : 1) Infeksi saluran kemih atas, meliputi ginjal dan ureter. 2) Infeksi saluran kemih bawah, meliputi buli buli dan uretra. Gejala infeksi saluran kemih atas dan bawah biasanya berbeda. Untuk membedakan infeksi atas dan bawah diperlukan ter invasif maupun non invasif. Tes invasif adalah tes bakteriologi dengan membiakkan air kemih yang diambil dari kateterisasi ureter serta bilasan kandung kemih, menurut Fairly. Tes non invasif terdiri atas tes imunologik yaitu tes tentang adanya bakteri berselubung antibody di air kemih dan titer antibody serum terhadap bakteri penyebab infeksi saluran kemih. Tes non invasif pemeriksaan bakteri berselubung antibody ini pertama kali dilakukan oleh Thomas (1974) relatif mudah, dan mempunyai nilai sensitivitas 76% dan spesifisitas 88% (Thomas dan Forland 1982 ; Rahardjo, 1990). Gambaran Klinis Tanda dan gejala klinis infeksi saluran kemih tidak selalu dan bahkan tidak selalu ada, yaitu pada keadaan bakteriuri asimptomatik ( tanpa gejala). Gejala yang lazim ditemukan adalah : disuria, polakisuria, terdesak kencing (urgeney), stranguria, tenesmus, nokturia. Sedangkan gejala yang kurang sering ditemukan adalah Enuresis nocturnal sekunder yaitu ngompol pada orang dewasa, dan prostatismus yaitu adanya kesulitan memulai kencing dan kurang deras arusnya. (RAHARDJO, 1990). Manifestasi klinis menurut jenis kelaminnya, gejala yang lazim ditemukan adalah : 1. Pada wanita a. Sistitis, dengan gejala : merasa ingin buang air kecil, demam ringan, rasanya seperti terbakar bahkan adanya darah dalam air kemih. b. Sindrom uretra, dengan gejala : rasa nyeri pada perut bagian bawah dan sering buang air kecil. c. Pyelonefritis, dengan gejala : rasa nyeri pada pinggang belakang disertai demam. Walaupun jarang terjadi, namun penyakit ini perlu diwaspadai karena bisa merusak ginjal. 2. Pada laki laki a. Prostatis, dengan gejala : sering buang air kecil, demam, terasa terbakar saat buang air kecil, nyeri pinggang, dan prostate bengkak. b. Sistitis, dengan gejala : demam ringan, sering buang air kecil, dan adanya darah dalam air kemih. Gejala ini bisa timbul oleh karena bakteri atau obstruksi seperti pembesaran prostate. c. Uretritis, dengan gejala : keluarnya cairan pada uretra, terasa terbakar saat buang air kecil, dan nyeri pada penis atau uretra. Sedangkan menurut lokalisasi terjadinya infeksi saluran kemih, gejala yang lasim ditemukan : 1) Infeksi saluran kemih bagian atas Gejala : nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah, hematuria makroskopis. 2) Infeksi saluran kemih bagian bawah Gejala : sering kencing, rasa panas atau terbakar dikandung kemih, dan nyeri suprapubik. (Siregar, 2000) Diagnosis Bakteriologis Sebelum kita mendiagnosis adanya bakteri didalam air kemih, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu syarat bakteriologis, cara pengambilan, dan penampugan air kemih. A. Syarat Bakteriologis 1) Sebaiknya digunakan air kemih pada pagi hari

5 2) Penderita sebaiknya belum mendapat terapi antibiotoka / khemoterapika. 3) Proses pengambilan harus steril 4) Air kemih harus segera diperiksa ( tidak boleh lebih dari 2 jam ). Bila terpaksa harus ditunda, simpan dalam lemari es suhu 4 5 C (Suparman, 1990 ) B. Cara pengambilan dan penampungan air kemih Air kemih pada orang sehat mulai dari ginjal sampai dengan kandung kemih adalah steril, sedangkan pada sepertiga bagian distral uretra dapat mengandung bakteri flora normal yang sering menimbulkan pencemaran pada air kemih. Untuk mencegah terjadinya pencemaran tersebut maka perlu diperhatikan proses pengambilan dan penampungan air kemih penderita : a. Metode porsi tengah Metode ini paling praktis dan paling sederhana cara pengambilan dan pengumpulan sampel air kemih porsi tengah pada laki laki adalah sebagai berikut : 1. Meatus dibersihkan dengan sabun dan air. Pada laki- laki belum disirkumsisi, menarik preputium kepangkal penis, kemudian membersihkan glands penis dengan kasa basa kemudian dengan kasa kering. 2. Air kemih pertama dibuang, kemudian menampung 5 10 ml air kemih berikutnya dalam tabung tertutup steril. Pengumpulan air kemih ini tidak boleh terisi air kemih sampai tahap akhir pengeluaran air kemih. ( Shulman, 1994 ). Pada wanita cara pengambilan contoh air kemih menghadapi masalah khusus, karena kemungkinan bertambahnya pencemaran lebih tinggi yang disebabkan bentuk anatomi uretra wanita. Cara pengambilan dan penampungan contoh air kemih pada wanita : 1. Labia dibuka, kemudian melakukan pencucian dari atas depan kearah belakang dengan kasa yang dibasahi sabun. 2. Bilas dengan air mengalir. 3. Air kemih pertama dibuang, kemudian menampung 5 10 ml air kemih berikutnya dalam tabung tertutup steril. Pengumpulan air kemih ini tidak boleh terisi air kemih sampai tahap akhir pengeluaran air kemih. ( Shulman, 1994 ). b. Metode kateterrisasi Metode ini digunakan untuk pasien yang tidak mampu menghasilkan contoh air kemih metode porsi tengah. Beberapa milliliter air kemih pertama dari selang kateter harus dibuang untuk mencuci bersih organisme yang mungkin telah berada pada ujung selang kateter. Contoh air kemih dapat diperoleh dari selang kateter indwelling yang menggunakan jarum dan spuit. Memastikan dimana jarum akan dimasukkan. Air kemih dapat diaspirasi melalui konektor karet lunak antara selang kateter dan selang pengumpul. ( Shulman, 1994 ). c. Metode aspirasi suprapubis Metode ini digunakan khusus untuk neonatus dan anak anak kecil, dan adakalanya untuk orang dewasa yang secara klinis dicurigai adanya peradangan saluran kemih. ( Koneman E.W., 1992 ) Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan langsung dari air kemih penderita dapat dipakai untuk pemeriksaan awal adanya bakteriuria. Bila didapatkan bakteri dalam jumlah banyak, berarti ada infeksi saluran kemih. ( HARSONO, diktat mikrobiologi II ). Tes Kimiawi Beberapa tes kimiawi yang dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang paling sering dipakai adalah : Tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococcus, mereduksi nitrat. Sensitifitas pemeriksaan ini 90,7% dan spesifisitas 99,1%. Tes Plat celup ( Dip-Slide ) Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempeng plastic bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan padat khusus. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup akurat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui

6 . Pencegahan 1) Minum banyak air setiap hari. 2) Jika anda merasa harus buang air kecil, jangan menahannya. 3) Menyeka dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri disekitar anus memasuki vagina atau uretra. 4) Membersihkan daerah kelamin sebelum melakukan hubungan seks. 5) Buang air kecil setelah hubungan seks ( METODE PENELITIAN Tujuan penelitian untuk mengetahui bakteri penyebab tersering ISK di Laboratorium Klinika Surabaya periode Januari Oktober 2011 Populasi penelitian adalah semua penderita yang dicurigai menderita infeksi saluran kemih. Sampel diambil secara menyeluruh dengan jumlah 67 contoh air kemih laki laki, dan 90 contoh air kemih wanita pada periode januari - Oktober 2011 Pengambilan data yang dilakukan secara menyeluruh terhadap semua contoh air kemih yang dikerjakan di Laboratorium Klinika Surabaya yang dicurigai menderita infeksi saluran kemih, pada bulan Januari sampai bulan Oktober Adapun jumlah contoh air kemih yang dikerjakan di Laboratorium ini adalah 67 contoh air kemih laki laki dan 90 contoh air kemih wanita. Teknik Pemeriksaan sebagai berikut: Bahan yang digunakan sebagai pemeriksaan adalah 67 contoh air kemih laki laki dan 90 contoh air kemih wanita, yang kedua duanya menggunakan contoh air kemih porsi tengah. Cara kerja untuk diagnosis bakteriologi menggunakan biakan air kemih, sedangkan tahap pemeriksaannya meliputi 2 tahap yaitu tahap pemeriksaan kuantitatif dengan metode total plate count dan tahap pemeriksaan kualitatif. Teknik analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dengan metode prosentase adapun rumus yang digunakan adalah jumlah masing masing kuman penyebab diprosentasekan terhadap jumlah total kuman penyebab infeksi saluran kemih Kerangka Kerja

7 . Gambar 1 Kerangka Kerja Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Januari sampai dengan Oktober Selama kurun waktu tersebut telah dilakukan pemeriksaan Penelitian dilakukan selama 10 bulan, yaitu mulai bulan bakteriologi terhadap 157 sampel air kemih yang dicurigai menderita infeksi saluran kemih yang dikirim di Laboratorium Klinika Surabaya. Hasil isolasi dan identifikasi dari 157 sampel air kemih yang diperiksa, ditemukan jumlah kuman lebih besar atau sama dengan seratus ribu kuman per milliliter air kemih ( 10 5 ) sebanyak 105 atau sekitar ( 66.8% ). Ini menandakan bahwa 105 contoh air kemih tersebut positif menderita infeksi saluran kemih. Dan 52 contoh air kemih lainnya ( 33.2% ) dinyatakan negatif. ( table 1) Tabel 1. Hasil pemeriksaan sampel air kemih Jenis Kelamin Presentase NO Nilai Laki - Laki Wanita Jumlah ( % ) 1. Positif Negatif Jumlah Sumber : data diolah Dari 105 penderita yang dinyatakan positif infeksi saluran kemih, bakteri Escherichia coli mendominasi terjadinya infeksi ini, yaitu sebesar 59%, diurutan yang kedua dihuni oleh Enterobacter aerogenes yaitu sebesar 24.8%, sedangkan diurutan yang ketiga dan keempat, secara berturut turut dihuni oleh Staphylococcus epidermidis sebesar 14.3%, dan Pseudomonas sebesar 1,9%. ( table 2)

8 Tabel 2. Jenis bakteri penyebab ISK NO Jenis bakteri penyebab Jumlah Presentase (% ) 1. Escherichia coli Enterobacter aerogenes Staphylococcus epidermidis Pseudomonas Jumlah Sumber : data diolah Jenis bakteri yang sering menjadi penyebab infeksi saluran kemih pada 20 laki laki adalah Escherichia coli sebesar 60%, menyusul kemudian Enterobacter aerogenes sebesar 25%, Staphylococcus epidermidis 15%.( table 3 ) Tabel 3. Jenis bakteri penyebab ISK pada laki laki No Jenis bakteri penyebab Jumlah Prosentase (% ) 1. Escherichia coli Enterobacter aerogenes Staphylococcus epidermidis Pseudomonas 2 5 Jumlah Sunber: data diolah Sedangkan hasil identifikasi dari 35 sampel air kemih pada wanita yang dinyatakan positif infeksi saluran kemih, didapatkan 65,7% penyebabnya adalah Escherichia coli. Untuk jenis bakteri penyebab ISK lainnya pada wanita, yaitu : Enterobacter aerogenes sebesar 22,9%, Staphylococcus epidermidis sebesar 8,6% dan Streptococcus faecalis 2,6%. ( table 4 ) Tabel 4. Jenis bakteri penyebab ISK pada wanita No Jenis bakteri penyebab Jumlah Prosentase (% ) 1. Escherichia coli Enterobacter aerogenes Staphylococcus epidermidis Jumlah Sumber: Data diolah Pembahasan Dari data yang didapatkan di Laboratorium Klinika Surabaya selama periode januari sampai Oktober 2011 ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, diantaranya adalah Escherichia coli yang merupakan penyebab tersering infeksi saluran kemih, yaitu sebanyak 63,6% dan wanitalah yang mendominasi infeksi saluran kemih ini, yaitu sebesar 65,7%. Hal serupa juga pernah dilaporkan oleh Rahardjo dan susalit dalam penelitiannya didua rumah sakit yaitu, dirumah Sakit CiptoMangunkusumo ( RSCM ) dan Rumah Sakit swasta pada tahun Di RSCM ditemukan 51,5% penyebab infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli sedangkan di Rumah Sakit swasta sebesar 35%. Untuk kuman lain seperti Enterococcus aerogenes, Staphylococcus epidermidis, dan Pseudomonas jarang ditemukan pada infeksi saluran kemih. Dari penelitihan Ni Made Mertaniasih, dkk di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSU Dr. Soetomo Surabaya tahun 2004 penyebab tersering infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli yaitu sebesar 39%.

9 Ada beberapa hal yang menjadi alasan tingginya Escherichia coli yang menjadi penyebab tersering infeksi saluran kemih, antara lain adanya antigen O yang merupakan bagian terluar dinding sel lipopolisakarida dan terdiri dari unit berulang polisakarida. Antigen O ini tahan terhadap panasdan alcohol. Adanya antigen K juga berpengaruh terhadap tingginya Escherichia coli sebagai penyebab infeksi saluran kemih. Hal ini disebabkan karena antigen K menyebabkan melekatnya bakteri pada sel epitel yang memungkinkan invasi ke system saluran air kemih. Infeksi saluran kemih juga kerap kali terjadi pada wanita 61,9% dibandingkan dengan laki laki 38,1% hal demikian bisa terjadi karena adanya perbedaan anatomi uretra. Uretra wanita sangat pendek dibandingkan dengan laki laki. Panjang uretra wanita kira kira 3 cm dan muaranya relative terbuka serta berdekatan dengan vagina dan anus yang banyak mengandung kuman sehingga kemungkinan kuman masuk ke dalam saluran air kemih cukup besar. Disamping itu uretra wanita merupakan lanjutan dari krepti krepti yang dikelilingi oleh kelenjar kelenjar dan 2/3 distal uretra tersebut banyak mengandung kuman. Oleh karena itu bila ada trauma seperti pemasangan kateter maka kuman dapat terdorong masuk kedalam kandung kemih. Secara umum infeksi saluran kemih pada laki laki disebabkan oleh adanya obstruksi pada uretra baik disebabkan oleh batu maupun pembesaran prostat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bakteri tersering penyebab infeksi saluran kemih di Laboratorium Klinika Surabaya selama periode januari - Oktober 2011 adalah Escherichia coli, yaitu sebesar 59%, diurutan kedua Enterobacter aerogenes yaitu sebesar 24.8%, sedangkan diurutan yang ketiga dan keempat, secara berturut turut dihuni oleh Staphylococcus epidermidis sebesar 14.3%, dan Pseudomonas sebesar 1,9%. Saran Karena kita mengetahui bakteri tersering infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli, maka disarankan bagi praktisi Laboratorium umtuk mengidentifikasi Escherichia coli lebih teliti dalam mengenali bakteri ini. Misalnya, jika dalam pemeriksaan contoh air kemih ditemukan kuman berbentuk batang Gram negatif yang dicurigai Escherichia coli, sebaiknya menggunakan media EMB ( Eosin Methylen Blue ) karena pada media ini Escherichia coli mempunyai morfologi yang khas yaitu memberikan warna kemilau metallic sheen. Kebersihan daerah kemaluan juga harus dijaga, karena kemungkinan besar terjadinya infeksi saluran kemih disebabkan adanya pencemaran disekitar daerah kemaluan tersebut. Agar para wanita tidak memakai pakaian dalam yang mengandung bahan nilon, karena bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan kuman pathogen DAFTAR PUSTAKA Jawetz, Melnick dan Adelberg Mikrobiologo kedokteran. Edisi 20. EGC. Jakarta. Halaman Mc Kane, L dan Kendel, J Microbiology Essential and Applications. McGraw-Hill. Singapore. Mertaniasih N.m., dkk Media IDI. Volume 29. IDI Surabaya. Halaman Pranawa, 2002 Naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XVII Ilmu Penyakit Dalam. FKUA Dr. Soetomo. Surabaya. Halaman Rahardji, J.P dan Susalit Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta. Halaman Scaffer, AJ Dasar Biologis & Klinis Penyakit Infeksi. Edisi 4. UGM. Yogyakarta. Halaman Siregar, P Current Treatmen in Internal Medicine. FKUI. Jakarta. Halaman Halaman

10 Stamn, W.E Harrison Prinsip prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 2 (13). EGC. Jakarta. Halaman Tessy, Ardaya dan Suwanto Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Mikrobiologi Kedokteran. II(3). FKUI. Jakarta. Halaman Widodo,D Bunga Rampai Penyakit Infeksi. FKUI. Jakarta. Halaman Winsor, DK dan Cleary, T.G. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2 (15). EGC. Jakarta. Halaman

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi dan prevalensi infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih mulai dari

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial atau hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat klien ketika klien tersebut masuk rumah sakit atau pernah dirawat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan tumbuh dan berkembangnya bakteri dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna (Lutter,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih atau yang sering kita sebut dengan ISK adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kasus-kasus penyakit yang disebabkan oleh infeksi sering diderita oleh masyarakat kita, salah satu infeksi yang diketahui adalah infeksi organ urogenitalia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kondisi klinis yang kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering ditemukan dalam praktek klinik (Hvidberg et al., 2000). Infeksi saluran kemih (ISK)

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Keperawatan Anak II Disusun oleh : Maizan Rahmatina Putri Pamungkasari Vinda Astri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang disebabkan karena adanya invasi bakteri pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita semua umur,

BAB 1 PENDAHULUAN. kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita semua umur, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang menyerang saluran kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita semua umur, ternyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Feminine hygiene merupakan cara menjaga dan merawat kebersihan organ kewanitaan bagian luar. Salah satu cara membersihkannya adalah dengan membilas secara benar. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum untuk menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan pada struktur traktus urinarius. (1) Saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Di samping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11

BAB I PENDAHULUAN. bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. pada wanita hamil maupun wanita tidak hamil. Bakteriuria pada wanita

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. pada wanita hamil maupun wanita tidak hamil. Bakteriuria pada wanita 6 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Bakteriuria Asimtomatik lnfeksi saluran kemih merupakan gangguan yang sering timbul baik pada wanita hamil maupun wanita tidak hamil. Bakteriuria pada wanita hamil perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang disebabkan oleh berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme.

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urosepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi dimana pathogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi proses aktivitas proses inflamasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam

Lebih terperinci

I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N

I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari rangkaian pemeriksaan untuk mengetahui penyebab penyakit, menilai perkembangan penyakit setelah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih adalah keadaan yang ditandai dengan adanya bakteri dalam urin (bakteriuria). Bakteriuria bermakna bila menunjukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi saluran kemih paska kateterisasi urin pada anak Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau kontaminasi dari uretra, vagina ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ureteritis), jaringan ginjal (pyelonefritis). 1. memiliki nilai kejadian yang tinggi di masyarakat, menurut laporan di

BAB I PENDAHULUAN. (ureteritis), jaringan ginjal (pyelonefritis). 1. memiliki nilai kejadian yang tinggi di masyarakat, menurut laporan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan invasi mikroorganisme pada salah satu atau beberapa bagian saluran kemih. Saluran kemih yang bisa terinfeksi antara lain urethra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Kemih 2.1.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan reaksi inflamasi dari urotelium terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih. 15 ISK biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSKATA. dijumpai wanita maupun pria. Wanita lebih sering menderita infeksi saluran

BAB II TINJAUAN PUSKATA. dijumpai wanita maupun pria. Wanita lebih sering menderita infeksi saluran BAB II TINJAUAN PUSKATA A. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah yang di tandai dengan berkembang biaknya mikro organisme dalam saluran kemih. Saluran kemih yang normal tidak mengandung bakteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menyebabkan kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan Alatas, 1985).

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Subjek Penelitian Dari data pasien infeksi saluran kemih (ISK) yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI pada jangka waktu Januari 2001 hingga Desember 2005

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu invasi mikroorganisme pada ginjal, ureter, kandung kemih, atau uretra. ISK dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, atau mikroorganisme

Lebih terperinci

INFEKSI SALURAN KEMIH

INFEKSI SALURAN KEMIH TUTORIAL KLINIK INFEKSI SALURAN KEMIH Pembimbing m : dr. Albert Tri Rustamaji, Sp.PD Definisi i i Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat adanya mikroorganisme dl dalam urin. ISK tergantungt

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang berada di saluran kemih manusia. Organ-organ pada saluran kemih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pielonefritis 2.1.1. Definisi Infeksi saluran kemih adalah bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau mikroba dalam saluran kemih dan mengenai parenkim ginjal dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Sistem Perkemihan 1.1. Defenisi Sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling banyak terjadi. Menurut National Ambulatory Medical Care Survey dan National Hospital

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Tessy et al., 2001). Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepsis terbanyak setelah infeksi saluran nafas (Mangatas, 2004). Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. sepsis terbanyak setelah infeksi saluran nafas (Mangatas, 2004). Sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan masalah kesehatan yang serius mengenai jutaan populasi manusia setiap tahunnya. ISK merupakan penyebab sepsis terbanyak setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah infeksi saluran pernafasan dapat menyebabkan sepsis (WHO, 2013). Prevalensi infeksi saluran kemih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta pada bulan Februari tahun 2016. Subyek penelitian ini adalah

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM PUSAT 0 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : ASTRI KURNIASIH K 100060214 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Morgan, 2003). Bakteriuria asimtomatik di definisikan sebagai kultur

BAB I PENDAHULUAN. (Morgan, 2003). Bakteriuria asimtomatik di definisikan sebagai kultur BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu penyakit infeksi dengan angka kejadian yang cukup tinggi. Johansen (2006) menyebutkan di Eropa angka kejadian ISK dirumah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk membantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteriuria 2.1.1 Definisi Infeksi saluran kemih adalah keadaan yang ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam kultur/biakan urin dengan jumlah >10 5 /ml. 3 Terdapat 2 keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan inflamasi di bagian sel urotelium yang melapisi saluran kemih. Infeksi saluran kemih di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan host. ISK berhubungan dengan interaksi antara bakteri patogen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan host. ISK berhubungan dengan interaksi antara bakteri patogen dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Kemih (ISK) 2.1.1 Terminologi Infeksi saluran kemih (ISK) berkaitan dengan interaksi virulensi bakteri dan host. ISK berhubungan dengan interaksi antara bakteri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati,

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kateterisasi perkemihan adalah tindakan memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air kemih yang terdapat di dalamnya

Lebih terperinci

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Prodi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung

Lebih terperinci

BAB XXIII. Masalah pada Saluran Kencing. Infeksi saluran kencing. Darah pada urin/air kencing. Keharusan sering kencing. Perembesan urin/air kencing

BAB XXIII. Masalah pada Saluran Kencing. Infeksi saluran kencing. Darah pada urin/air kencing. Keharusan sering kencing. Perembesan urin/air kencing BAB XXIII Masalah pada Saluran Kencing Infeksi saluran kencing Darah pada urin/air kencing Keharusan sering kencing Perembesan urin/air kencing Ketika Anda mengalami kesulitan kencing atau berak 473 Bab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya mikroorganisme yang normal pada konjungtiva manusia telah diketahui keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan populasi mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. 2004). Penyakit

Lebih terperinci

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID :

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID : Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID : Kategori Presentasi Klinis Laboratorium ISK non-komplikata akut pada wanita, sistitis non komplikata akut pada wanita Pielonefritis non komplikata akut ISK komplikata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melaksanakan tugas teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang. bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melaksanakan tugas teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang. bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Puskesmas Rowosari Puskesmas Rowosari adalah unit organisasi fungsional yang melaksanakan tugas teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.

Lebih terperinci

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah bentuk infeksi nosokomial yang paling sering ditemui di unit perawatan intensif (UPI), khususnya pada

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009).

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009). BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering dinegara maju, setelah penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama

Lebih terperinci

Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Pekanbaru

Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Pekanbaru Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Pekanbaru Rita Endriani, Fauzia Andrini, Dona Alfina 3 ABSTRACT Urinary Tract Infection (UTI) is bacterial invasion of urinary tract that caused inflammation

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat saat ini. Salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat saat ini. Salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan yang serius di kalangan masyarakat saat ini. Salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi adalah infeksi saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Periode anak adalah masa yang sangat penting dalam hal tumbuh dan kembang. Kesehatan anak merupakan syarat penting bagi kelangsungan tumbuh kembang yang optimal. Menurut

Lebih terperinci

Gambaran Jumlah Urin Vol.1 No.2 Edit

Gambaran Jumlah Urin Vol.1 No.2 Edit Gambaran Jumlah Urin Vol.1 No.2 Edit GAMBARAN JUMLAH LEUKOSIT DALAM SEDIMEN URIN DAN HASIL KULTUR URIN PADA PASIEN YANG DIDIAGNOSIS INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUMAH SAKIT UROLOGI DAN BEDAH Dr. BENGGOL MALANG

Lebih terperinci

BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL

BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL PENDAHULUAN Setelah mahasiswa mengikuti kuliah bab VIII yang diberikan pada pertemuan keempat belas, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan kaitan materi sebelumnya dengan pengendalian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing II : Triswaty Winata,dr,M.Kes.

ABSTRAK. Pembimbing II : Triswaty Winata,dr,M.Kes. ABSTRAK SKRINING INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA KARYAWAN TAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DENGAN URINALISIS RUTIN, DIPSTIK, DAN PEWARNAAN Sternheimer Malbin PERIODE 2008-2009 Budi

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2009

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2009 0 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh: ASA MARDIYATI PUTRI K 100 060 217 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang ditandai adanya konsentrasi Lactobacillus sebagai flora normal vagina digantikan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sistitis adalah suatu penyakit yang merupakan reaksi inflamasi sel-sel. urotelium melapisi kandung kemih. Penyakit ini disebabkan oleh

PENDAHULUAN. Sistitis adalah suatu penyakit yang merupakan reaksi inflamasi sel-sel. urotelium melapisi kandung kemih. Penyakit ini disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistitis adalah suatu penyakit yang merupakan reaksi inflamasi sel-sel urotelium melapisi kandung kemih. Penyakit ini disebabkan oleh berkembangbiaknya mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme ke dalam jaringan tubuh, kemudian terjadi kolonisasi dan menimbulkan penyakit (Entjang, 2003). Infeksi Nosokomial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau yang dikenal pembesaran prostat jinak sering ditemukan pada pria dengan usia lanjut. BPH adalah kondisi dimana terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora normal tersebut antara lain Corynebacterium ( batang positif gram ), Staphylococcus ( kokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.

dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Indonesia masih

Lebih terperinci

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Neuropati otonom Neuropati otonom mempengaruhi saraf otonom, yang mengendalikan kandung kemih,

Lebih terperinci

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA Siti Fatimah1, Yuliana Prasetyaningsih2, Meditamaya Fitriani Intan Sari 3 1,2,3 Prodi D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa

Lebih terperinci

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,

Lebih terperinci

BAKTERI DAN LEUKOSIT DALAM URIN IBU HAMIL YANG BEKERJA DI PABRIK ROKOK

BAKTERI DAN LEUKOSIT DALAM URIN IBU HAMIL YANG BEKERJA DI PABRIK ROKOK BAKTERI DAN LEUKOSIT DALAM URIN IBU HAMIL YANG BEKERJA DI PABRIK ROKOK Riski Candra Karisma Email : riskicandrakarisma89@gmail.com D III Akademi Kebidanan Wijaya Kusuma Malang Jln. Raya Tlogowaru, Kedungkandang,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Saluran Kemih 2.1.1. Definisi Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme di dalam urin. Pada kebanyakan

Lebih terperinci

BATU SALURAN KEMIH. Dr. Maimun Syukri, Sp.PD

BATU SALURAN KEMIH. Dr. Maimun Syukri, Sp.PD BATU SALURAN KEMIH Dr. Maimun Syukri, Sp.PD PENDAHULUAN BSK Masalah masa kini dan mendatang Batu kandung kemih Batu ginjal PATOGENESIS BSK Faktor Genetik Kurangnya faktor protektif Faktor biologis Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebersihan lantai merupakan salah satu indikasi kebersihan suatu tempat secara umum dan dapat dikaitkan dengan penularan berbagai penyakit ataupun penyebaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keberadaan mikroorganisme. Lingkungan di mana manusia hidup terdiri dari banyak jenis dan spesies mikroorganisme. Mikroorganisme

Lebih terperinci

25 Universitas Indonesia

25 Universitas Indonesia 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) untuk mengetahui pola resistensi bakteri terhadap kloramfenikol, trimethoprim/ sulfametoksazol,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH RAWAT INAP DI RSU PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2008 SKRIPSI

ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH RAWAT INAP DI RSU PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2008 SKRIPSI ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH RAWAT INAP DI RSU PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh : IHDA MUFRIHA K100050157 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RSUDZA BANDA ACEH TAHUN 2012

HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RSUDZA BANDA ACEH TAHUN 2012 HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RSUDZA BANDA ACEH TAHUN 2012 *) MARLINA staff pengajar PSIK FK Universitas Syiah Kuala Banda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persyaratan Biologis Untuk Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mastitis merupakan infeksi pada parenkim payudara yang dapat terjadi pada masa nifas. Mastitis biasanya terjadi pada salah satu payudara dan dapat terjadi pada minggu

Lebih terperinci

Bacillius cereus siap meracuni nasi anda

Bacillius cereus siap meracuni nasi anda AWAS!! Bacillius cereus siap meracuni nasi anda 14 Mei 2008 Iryana Butar Butar Farmasi/B/078114094 Universitas Sanata Dharma Kingdom: Bacteria Phyllum : Firmicutes Classis : Bacilli Ordo : Bacillales Familia

Lebih terperinci

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus Analisis Data No Data Etiologi Masalah 1. Data Subjektif : Gangguan sekresi saliva Nyeri Penghentian/Penurunan aliran Nyeri menelan pada rahang saliva bawah (kelenjar submandibula) Nyeri muncul saat mengunyah

Lebih terperinci