BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melaksanakan tugas teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang. bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
|
|
- Dewi Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Puskesmas Rowosari Puskesmas Rowosari adalah unit organisasi fungsional yang melaksanakan tugas teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di Kecamatan Tembalang. Luas wilayahnya m 2 dengan wilayah kerja di 5 (lima) kelurahan yaitu Rowosari, Meteseh, Bulusan, Tembalang dan Kramas. Puskesmas Rowosari berlokasi di jalan Rowosari Raya No. 1 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang dengan batas wilayah kerja sebelah timur dengan Kabupaten Demak, sebelah barat dengan Kecamatan Candisari, sebelah selatan dengan Kecamatan Banyumanik dan sebelah utara dengan Kelurahan Mangunharjo. Visi dari Puskesmas Rowosari adalah Puskesmas Andalan Masyarakat yang dijabarkan dalam tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang adalah: 1. Penanggulangan penyakit menular seperti Demam Berdarah dan TB paru. 2. Upaya kesehatan keluarga seperti menurunkan angka kematian maternal dan perinatal. 3. Upaya penanggulangan gizi kurang 4. Upaya kesehatan lingkungan 33
2 Adapun tujuan jangka pendeknya adalah: 1. Menurunkan angka kesakitan demam berdarah 2. Menurunkan angka kematian maternal, perinatal, dan neonatal. 3. Menurunkan angka prevalensi gizi kurang 4. Menurunkan angka kesakitan TB paru 5. Memberikan penyuluhan kesehatan 6. Menurunkan angka kesakitan penyakit tidak menular seperti hipertensi dan DM Karakteristik Sampel Sampel penelitian adalah pasien DM tipe II yang melakukan pemeriksaan rawat jalan di Puskesmas Rowosari mulai Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Agustus 2013 minimal 8 (delapan) kali dengan kriteria kadar glukosa darah sebelum di lakukan sampling urin adalah 126 mg/dl. Sampel penelitian merupakan warga yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Rowosari berjumlah 17 (tujuh belas) orang yaitu di Desa Krasak, Krajan, Rowotengah, Tampirejo, Genting, Kebontaman, Sumberejo dan Teseh, karakteristik sampel penelitian disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Variabel Laki-laki Perempuan (n=4) (n=13) P Usia (th) ,855 * Gula Darah (mg/dl) ,407 * Gula Urin (+/-) (+1) - (+5) (+1) - (+5) 0,002 Bakteri Urin (cfu/ml) 3,5 x ,0 x ,0 x ,0 x ,004 Jumlah Jenis Bakteri ,000 Test normalitas Shapiro-Wilk : * Data terdistribusi normal 34
3 4.3. Hasil dan Pembahasan Data Hasil Penelitian Hasil pemeriksaan urin dari 17 sampel penderita DM tipe 2 yang melakukan rawat jalan di Puskesmas Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa seluruh urin dari sampel penelitian (100%) mengandung bakteriuria karena jumlah total bakteri urin lebih dari 10 5 cfu/ml. Urin Sampel penelitian yang mengandung bakteriuria sebagian besar (83,5%) adalah perempuan. Menurut penelitian yang dilakukan Bambang-Joni Karjono (2009), 68,4% perempuan positif ISK. Perempuan mempunyai resiko tinggi terkena infeksi saluran kemih dibanding laki-laki, karena uretra perempuan lebih pendek dan sangat dekat dengan vagina dan anus. Hal ini menyebabkan bakteri kontaminan lebih mudah masuk ke kandung kemih. Uretra perempuan yang pendek juga meningkatkan kemungkinan bakteri yang menempel di lubang uretra selama berhubungan kelamin dapat masuk ke kandung kemih (Warren JW,2001). Sampel penelitian sebagian besar (64,8%) adalah manula yaitu berumur lebih dari 50 tahun. Usia tua lebih mudah terkena infeksi saluran kemih karena pada usia tua sistim kekebalan tubuh mengalami penurunan. Selain itu pada wanita yang menopause akan mengalami perubahan lapisan vagina dan penurunan hormon estrogen, sehingga dapat mempermudah timbulnya infeksi saluran kencing (Anggarini,2013). 35
4 Sampel penelitian secara keseluruhan kadar glukosurianya positif, yaitu positif-1 sampai dengan positif-5. Sampel yang mempunyai kadar glukosuria positif-1 (6 mmol/l) sejumlah 4 sampel (23,5 %), positif-2 (14 mmol/l) ada 1 sampel (5,9 %), positif-3 (28 mmol/l) ada 1 sampel (5,9 %), positif-4 (56 mmol/l) sejumlah 5 sampel (29,4 %) dan sampel dengan positif- 5 ( 111 mmol/l) sejumlah 6 sampel (35,3 %). Hasil kultur dari 17 sampel didapatkan 13 jenis spesies bakteri yang terdiri dari kelompok bakteri kokus Gram positif sejumlah 4 (empat) spesies (34,6 %) adalah Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus saprofiticus, Streptococcus α hemolyticus, Streptococcus β hemolyticus dan kelompok bakteri batang Gram negatif sejumlah 8 (delapan) spesies (65,4 %) adalah Citrobacter freundii, Enterobacter aerogenes, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Providencia rittgeri, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella Paratyphi A, Shigella boydii, Shigella flexneri, dapat dilihat pada Tabel 3. 36
5 Tabel 3. Data Hasil Pemeriksaan Gula Darah, Glukosuria, Jumlah Dan Jenis Bakteri Pada Spesimen Urin Pasien DM Tipe 2 No Kode Sampel L/P Umur (thn) Gula Darah (gr/dl) Glukosuria (+/-) Jumlah Bakteri (cfu/ml) Kokus Gram Positif Jenis Bakteri Batang Gram Negatif 1 MS P ,00 x10 6 Streptococcus β hemolyticus 2 SP P ,35 x 10 8 Streptococcus β hemolyticus 1. Escherichia coli 2. Enterobacter aerogenes 3 SH P ,00 x 10 9 Staphylococcus saprofiticus 4 ST P ,00 x Salmonella Paratyphi A 1. Enterobacter aerogenes 3. Pseudomonas aeruginosa 5 MN P ,00 x10 7 Enterobacter aerogenes 6 JN L ,00 x 10 9 Streptococcus α hemolyticus 7 KS P ,50 x Citrobacter freundii 2. Enterobacter aerogenes 8 SR P ,00 x Providencia rittger 2. Shigella flexneri 9 RM P ,52 x 10 9 Staphylococcus epidermidis 10 SA P ,00 x 10 9 Enterobacter aerogenes 11 AB L ,88 x 10 9 Staphylococcus saprofiticus 1. Shigella boydii 2. Citrobacter freundii, 12 NG P ,55 x 10 8 Streptococcus β hemolyticus Enterobacter aerogenes, 13 SK P ,79 x 10 9 Citrobacter freundii 14 MZ P ,08 x 10 9 Enterobacter aerogenes 15 SM P ,23 x 10 9 Proteus mirabilis 16 RK L ,50 x 10 7 Streptococcus β hemolyticus 17 AM L ,00 x 10 9 Enterobacter aerogenes 37 33
6 a. Kadar Glukosuria Pasien Kadar glukosa dalam urin menggambarkan kadar glukosa darah melebihi batas ambang ( mg/dl). Kelebihan kadar glukosa darah akan dikeluarkan melalui ginjal bersama urin. Kadar glukosa dalam urin diukur menggunakan metode Dip And Read Test Strips (metode semi kuantitatif). Kadar glukosa urin sampel penelitian tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Kadar Glukosa Urin Berdasarkan Jenis Kelamin Indikator (mmol/l) Jenis Kelamin + (6) ++ (14) +++ (28) ++++ (56) ( 110) Jumlah N % N % N % n % n % N % Laki-Laki 1 25, , Perempuan 3 23,1 1 7,7 1 7,7 5 35,5 3 23, Jumlah 4 23,5 1 5,9 1 5,9 5 29,4 6 35, Seluruh sampel penelitian baik laki-laki maupun perempuan mengalami glukosuria. Glukosuria pada sampel laki-laki diketahui bahwa sebagian besar (75%) adalah positif-5 sedangkan pada sampel perempuan lebih dari 50% adalah positif-4 dan positif-5. Namun demikian berdasarkan data kadar glukosa darah diketahui bahwa seorang pasien laki-laki dengan glukosuria positif-5 memilki kadar glukosa darah di bawah batas ambang (140 mg/dl). Kondisi ini memberikan informasi bahwa kemungkinan fungsi ginjal dalam reabsorsi glukosa mengalami gangguan atau penurunan fungsi. Menurut Ignatavicius dan Walkman tahun 2006, kadar glukosa dalam darah dimonitor oleh pankreas. Apabila konsentrasi glukosa menurun karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, yaitu hormon yang menargetkan sel-sel hati. Sel-sel ini mengubah 38 33
7 glikogen menjadi glukosa (glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan kadar gula darah (Mashudi, 2011). Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hampir semuanya direabsorsi tubulus ginjal selama kadar dalam darah tidak melebihi mg/dl. Glukosa akan keluar bersama urin apabila konsentrasi serum naik melebihi kadar tersebut, keadaan ini disebut glukosuria (Price, 2006). b. Jumlah Bakteri Urin Pasien Seluruh sampel penelitan mengalami bakteriuria bermakna (significant bacteriuria). Dikatakan demikian karena pertumbuhan koloni mikroorganisme lebih dari 10 5 cfu/ ml (Sukandar, 2009). Data jumlah bakteri urin pasien tersaji pada tabel 5. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah bakteri pada masing-masing sampel bervariasi. Kadar glukosa pada urin yang meningkat tidak selalu dijumpai jumlah bakteri pada urin yang juga meningkat. Jumlah bakteri dalam urin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih, hiegene personal, dan pengobatan antibiotika sebelumnya (Sukandar, 2009 ). Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa pasien laki-laki mengalami bakteriuria dengan rerata 1,98 x 10 9 ± 1,40 x 10 9, sedangkan pasien perempuan dengan rerata 1,58 x 10 9 ± 1,27 x
8 Tabel 5. Data Hasil Pemeriksaan Glukosuria dan Jumlah Bakteri Pasien DM Tipe 2 Kode Umur Gula Darah Glukosuria Jumlah Bakteri No L/P Sampel (thn) (gr/dl) (+/-) (cfu/ml) 1 MS P ,00 x MN P ,00 x RK L ,50 x KS P ,50 x SP P ,35 x NG P ,55 x SM P ,23 x SK P ,79 x AB L ,88 x MZ P ,08 x RM P ,52 x ST P ,00 x SR P ,00 x SA P ,00 x JN L ,00 x AM L ,00 x SH P ,00 x 10 9 c. Jenis Strain Bakteri Urin Pasien Jenis bakteri urin sampel penelitian cukup bervariasi dengan ditemukan 13 jenis spesies bakteri baik dari bakteri batang Gram negatif maupun bakteri kokus Gram positif. Bakteri kelompok batang Gram negatif (66,7 %) yang terdiri atas 9 (sembilan) spesies. Bakteri kelompok kokus Gram positif yang ditemukan pada urin sampel penelitian sebanyak 33,3 %, terdiri atas 4 (empat) spesies. Jenis bakteri yang ditemukan pada urin sampel penelitian tersaji pada Tabel
9 Tabel 6. Distribusi Spesies Bakteri Pada Urin Sampel Penelitian No. Spesies Bakteri Urin N % Batang Gram Negatif 18 66,7 1 Citrobacter freundii 3 11,1 2 Enterobacter aerogenes 8 30,8 3 Escherichia coli 1 3,8 4 Proteus mirabilis 1 3,8 5 Providencia rittgeri 1 3,8 6 Pseudomonas aeruginosa 1 3,8 7 Salmonella Paratyphi A 1 3,8 8 Shigella boydii 1 3,8 9 Shigella flexneri 1 3,8 Kokus Gram Positif 9 33,3 10 Staphylococcus epidermidis 1 3,8 11 Staphylococcus saprofiticus 2 7,7 12 Streptococcus α hemolyticus 1 3,8 13 Streptococcus β hemolyticus 5 19,2 Total Bakteri Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa pada bakteri kelompok batang Gram negatif, spesies yang dominan menyebabkan kejadian bakteriuria adalah Enterobacter aerogenes. Hasil penelitian L.E Nicolle (2006) dari 51 sampel yang terkena ISK, Escherichia coli (31/62%) sebagai bakteri penyebab infeksi yang paling tinggi kemudian Klebsiella sp (9,8%), Citrobacter freundii (3,9%), Streptococcus Grup B (11,2%), Staphylococcus epidermidis (5,9%), Enterococcus faecalis (2,0%) dan Gardnerella vaginalis (3,4%). Bakteri Enterobacter aerogenes dan Escherichia coli merupakan Famili Enterobactericeae yang merupakan flora normal dalam usus. Bakteri ini menjadi patogen ketika mencapai jaringan di luar intestinal normal
10 Pasien yang terkena infeksi Enterobacter aerogenes sebagian besar adalah perempuan (87,5%). Bakteri ini mempunyai kemampuan melekat (adhesi) mukosa dan menghasilkan toksin hemolisin yang menyebabkan terjadinya infeksi, ditandai dengan adanya peradangan pada saluran kencing (Enday,2009). Adapun pada kelompok kokus Gram positif, spesies yang dominan adalah Streptococcus β hemolyticus. Streptococcus merupakan flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia, tetapi bila berada di luar habitatnya akan menjadi patogen. Streptococcus β hemolyticus bersifat patogen, penularannya bisa melalui sprei, pakaian dan benda-benda di lingkungan sekitar. Kemampuan untuk mengkoagulasi plasma dan menghasilkan toksin menyebabkan abses pada saluran kencing (Jawetz,2001). Bakteri Gram positif lain seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus saprofiticus yang mempunyai sifat koagulase negatif merupakan flora normal pada kulit. Pada saat terjadi luka, bakteri akan menginvasi mukosa dan berkembangbiak kemudian menyebabkan infeksi terutama pada saluran kemih. Staphylococcus dapat berasal dari sprei, pakaian dan benda-benda lainnya di sekitar manusia. Bakteri ini menyebar dari satu lesi ke daerah kulit lainnya melalui jari tangan ketika membersihkan alat genital dan melalui baju yang dipakai (Jawetz,2001). Pada umumnya infeksi pada saluran kemih dilakukan oleh satu jenis bakteri, namun demikian pada penelitian ini diketemukan sampel yang 37 42
11 mengalami infeksi bakteri lebih dari satu jenis. Jenis dan jumlah bakteri penginfeksi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis Bakteri Penginfeksi Pada Urin Sampel Penelitian No. Kode Sampel 1 AB Jenis Bakteri Shigella boydii, Citrobacter freundii, Staphylococcus saprofiticus Spesies N % 3 2 ST Enterobacter aerogenes, Salmonella Paratyphi A, Pseudomonas aeruginosa SP Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, Streptococcus β hemolyticus 3 4 NG Enterobacter aerogenes, Streptococcus β hemolyticus 5 SR Providencia rittgeri, Shigella flexneri 2 6 KS Citrobacter freundii, Enterobacter aerogenes 7 SM Proteus mirabilis RM Staphylococcus epidermidis 1 9 MS Streptococcus β hemolyticus 1 10 RK Streptococcus β hemolyticus 1 11 MN Enterobacter aerogenes 1 12 SK Citrobacter freundii 1 13 MZ Enterobacter aerogenes SA Enterobacter aerogenes 1 15 JN Streptococcus α hemolyticus 1 16 AM Enterobacter aerogenes 1 17 SH Staphylococcus saprofiticus 1 Jumlah Pada Tabel 7 diketahui bahwa 11 sampel (64,70%) terinfeksi oleh satu jenis bakteri, 3 sampel (17,65%) oleh dua bakteri dan 3 sampel (17,65%) oleh tiga bakteri. Jenis- jenis bakteri yang menyebabkan infeksi tunggal adalah Enterobacter aerogenes, Citrobacter freundii, Proteus mirabilis, 43 38
12 Staphylococcus saprofiticus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus α hemolyticus dan Streptococcus β hemolyticus. Infeksi campuran pada saluran kencing jarang diketemukan, seandainya ada jarang yang disebabkan oleh lebih dari dua jenis bakteri. d. Analisis Hubungan Antara Glukosuria Dengan Bakteriuria Keberadaan glukosa pada urin selain dapat menjadi salah satu indikator peningkatan kadar gula darah yang melebihi batas ambang dan gangguan fungsi ginjal juga dapat menjadi salah satu pemicu infeksi saluran kemih. Hal ini dimungkinkan karena glukosa urin merupakan media dan sumber tumbuh kembang mikroorganisme yang menginfeksi saluran kemih. Berdasarkan Tabel 1., diketahui bahwa data glukosa urin dan bakteriuria tidak berdistribusi normal sehingga analisis hubungan antara variabel glukosuria dengan terjadinya bakteriuria asimtomatik menggunakan uji statistik korelasi non parametrik yaitu Spearman test. Hasil uji Spearman test menghasilkan nilai p < 0,05 ( p = 0,007 ) dengan nilai kekuatan korelasi -0,623. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan nyata dan kuat antara variabel glukosuria dengan terjadinya bakteriuria asimtomatik pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Namun demikian arah hubungan kedua variabel adalah negatif. Gambaran hubungan kedua variabel tersaji pada Gambar
13 BAKTERI J u m l a h 3,00x103.0E9 9 2,00x E9 Observed Linear B a k t e r i 1,00x E9 (cfu/ml) 0,00 0.0E GURIN Glukosa Urin (Skala +) 5 Gambar 6. Grafik hubungan antara kejadian glukosuria dengan terjadinya bakteriuria asimtomatik Berdasarkan Gambar 6., diketahui bahwa semakin meningkat kategori glukosuria maka semakin sedikit jumlah bakteriuria. Keadaan ini dapat terjadi kemungkinan oleh tingkat kebersihan seseorang sehingga terhindar dari penularan bakteri, pasien sudah memperoleh terapi antibiotika sehingga jumlah bakteri yang ada lebih sedikit atau berkurang, kondisi hidrasi dan frekuensi berkemih. Faktor lama menderita DM juga dapat berpengaruh, hal ini karena bakteri membutuhkan glukosa dalam perkembangbiakannya sehingga glukosa urin akan menurun seiring peningkatan jumlah bakteri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan tumbuh dan berkembangnya bakteri dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna (Lutter,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang berada di saluran kemih manusia. Organ-organ pada saluran kemih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem pencernaan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan yang memberikan gejala seperti gastroenteritis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu invasi mikroorganisme pada ginjal, ureter, kandung kemih, atau uretra. ISK dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, atau mikroorganisme
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat asasi. Bagi setiap negara, masalah kesehatan merupakan pencerminan nyata kondisi dan kekuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering ditemukan dalam praktek klinik (Hvidberg et al., 2000). Infeksi saluran kemih (ISK)
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Subjek Penelitian Dari data pasien infeksi saluran kemih (ISK) yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI pada jangka waktu Januari 2001 hingga Desember 2005
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu poliuria, polidipsi dan polifagi (Suyono, 2009). Menurut Riskesdas (riset kesehatan dasar) prevalensi diabetes melitus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus adalah kelompok penyakit yang terjadi akibat gangguan sistem endokrin yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah. Beberapa tahun terakhir
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Di samping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada penurunan kualitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk membantu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kondisi klinis yang kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan masalah yang paling banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme patogen yang masuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kasus-kasus penyakit yang disebabkan oleh infeksi sering diderita oleh masyarakat kita, salah satu infeksi yang diketahui adalah infeksi organ urogenitalia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi saluran kemih paska kateterisasi urin pada anak Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau kontaminasi dari uretra, vagina ataupun
Lebih terperinciBAKTERI DAN LEUKOSIT DALAM URIN IBU HAMIL YANG BEKERJA DI PABRIK ROKOK
BAKTERI DAN LEUKOSIT DALAM URIN IBU HAMIL YANG BEKERJA DI PABRIK ROKOK Riski Candra Karisma Email : riskicandrakarisma89@gmail.com D III Akademi Kebidanan Wijaya Kusuma Malang Jln. Raya Tlogowaru, Kedungkandang,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSKATA. dijumpai wanita maupun pria. Wanita lebih sering menderita infeksi saluran
BAB II TINJAUAN PUSKATA A. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah yang di tandai dengan berkembang biaknya mikro organisme dalam saluran kemih. Saluran kemih yang normal tidak mengandung bakteri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal,bersifat komensal pada permukaan kulit dan membran mukosa saluran napas atas manusia. Bakteri ini diklasifikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme ke dalam jaringan tubuh, kemudian terjadi kolonisasi dan menimbulkan penyakit (Entjang, 2003). Infeksi Nosokomial
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita semua umur,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang menyerang saluran kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita semua umur, ternyata
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : Afini Rahmawati J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN
UJI AKTIVITAS DAYA ANTI BAKTERI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sactum L.) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli ATCC 11229 DAN Staphylococcus aureus ATCC 6538 SECARA INVITRO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya mikroorganisme yang normal pada konjungtiva manusia telah diketahui keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan populasi mikroorganisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernikahan dan akan mendapatkan imbalan uang atas jasa tersebut (Manurung
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersil Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan suatu pekerjaan dimana seseorang menjual dirinya dengan melakukan hubungan seksual untuk memuaskan kebutuhan seksual
Lebih terperincisex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh bakteri yang mampu melemahkan pertahanan tubuh. 11
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISK 2.1.1 Definisi ISK adalah suatu kondisi dimana satu atau lebih bagian traktus urinarius terinfeksi oleh bakteri yang mampu melemahkan pertahanan tubuh. 11 Kriteria ISK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Periode anak adalah masa yang sangat penting dalam hal tumbuh dan kembang. Kesehatan anak merupakan syarat penting bagi kelangsungan tumbuh kembang yang optimal. Menurut
Lebih terperinciDAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Ahmad Fadhli Zil Ikram bin Mohd Ezanee. : Jln. Kemuning No 9 Medan. :
LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap Jenis Kelamin : Ahmad Fadhli Zil Ikram bin Mohd Ezanee : Laki-laki Tempat/Tanggal Lahir :Malaysia/ 13 Juni 1991 Warga Negara Status Agama Alamat Email : Malaysia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambal Cabai 1. Sambal Sambal salah satu bahan yang terbuat dari cabai dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal memiliki cita rasa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Feminine hygiene merupakan cara menjaga dan merawat kebersihan organ kewanitaan bagian luar. Salah satu cara membersihkannya adalah dengan membilas secara benar. Penggunaan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi dan prevalensi infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih mulai dari
Lebih terperincidan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tumbuhan obat dengan keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 di dunia setelah Brazilia. Indonesia memiliki berbagai
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Keperawatan Anak II Disusun oleh : Maizan Rahmatina Putri Pamungkasari Vinda Astri
Lebih terperincimencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat
BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam jenis tanaman yang dapat menunjang kehidupan masyarakat, salah satunya adalah sebagai bahan untuk pengobatan. Salah satu dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroba terdapat hampir di semua tempat. Di udara mulai dari permukaan tanah sampai pada lapisan atmosfir yang paling tinggi. Di laut terdapat sampai pada dasar laut
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni
IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU Rosa Dwi Wahyuni Departemen ilmu patologi klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako. Email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebersihan lantai merupakan salah satu indikasi kebersihan suatu tempat secara umum dan dapat dikaitkan dengan penularan berbagai penyakit ataupun penyebaran
Lebih terperinciPOLA BAKTERI AEROB PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM DI RSUP Prof. dr. R. D. KANDOU MANADO
POLA BAKTERI AEROB PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM DI RSUP Prof. dr. R. D. KANDOU MANADO Patrick Johanes Waworuntu 1, John Porotuo 2, Heriyannis Homenta 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang menyerang manusia yang disebabkan oleh berbagai macam mikroba patogen, salah satunya bakteri. Untuk menanggulangi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan host. ISK berhubungan dengan interaksi antara bakteri patogen dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Kemih (ISK) 2.1.1 Terminologi Infeksi saluran kemih (ISK) berkaitan dengan interaksi virulensi bakteri dan host. ISK berhubungan dengan interaksi antara bakteri
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Luka 1. Definisi Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu (Perry,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik.
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik. 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2013.
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3 1. Zat yang tidak boleh terkandung dalam urine primer adalah... Air Asam amino Urea Protein Kunci Jawaban : D Menghasilkan urine primer
Lebih terperincibahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Es digunakan sebagai salah satu metode atau cara pengawetan bahan-bahan makanan, daging, ikan, makanan dalam kaleng, serta digunakan untuk pendingin minuman. Es yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah manusia, jutaan orang dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi bakteri. Infeksi dapat menular dari satu orang ke orang lain atau dari hewan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sawo (Manilkara zapota) adalah tanaman buah yang termasuk dalam famili Sapotaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Meksiko (Puspaningtyas, 2013). Tanaman sawo
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan studi deskriptif melalui pengamatan secara prospektif terhadap kejadian infeksi luka AV fistula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan inflamasi di bagian sel urotelium yang melapisi saluran kemih. Infeksi saluran kemih di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagian tubuh manusia seperti kulit, mukosa mulut, saluran pencernaan, saluran ekskresi dan organ reproduksi dapat ditemukan populasi mikroorganisme, terutama bakteri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum untuk menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan pada struktur traktus urinarius. (1) Saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit, penyembuhan, serta pemulihan kesehatan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Militus Salah satu penyakit yang timbul akibat gangguan metabolisme glukosa darah adalah diabetes melitus (DM) yang merupakan suatu kondisi ketika kadar glukosa (gula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial masih merupakan masalah yang penting bagi kesehatan karena dapat meningkatkan angka kematian dan salah satu komplikasi tersering bagi pasien yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
.. UNIVERSITAS INDONESIA POLA KEPEKAAN BAKTERI GRAM NEGATIF DARI PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH TERHADAP ANTIBIOTIK GENTAMISIN DAN KOTRIMOKSAZOL DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK FKUI TAHUN 2001-2005 SKRIPSI
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
21 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Puskesmas 1. Gambaran Umum Puskesmas Purwoyoso Puskesmas Purwoyoso adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang bertanggung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Tessy et al., 2001). Infeksi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengevaluasi tentang penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 79 rekam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Kemih 2.1.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan reaksi inflamasi dari urotelium terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih. 15 ISK biasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nefrolitiasis adalah sebuah material solid yang terbentuk di ginjal ketika zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit ini bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah infeksi saluran pernafasan dapat menyebabkan sepsis (WHO, 2013). Prevalensi infeksi saluran kemih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi saluran nafas atas akut yang sering terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang gizi klinik. Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan/explanatory research yaitu menjelaskan variabel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Mikroorganisme Patogen Oportunis Mikroorganisme atau mikroba adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron. Mikroorganisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang dengan angka kejadian penyakit infeksi yangtinggiyang didominasi oleh infeksi saluran nafas dan infeksi saluran cerna,
Lebih terperinciLAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING SEMESTER I TAHUN 2017
LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING SEMESTER I TAHUN 7 Angka Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dalam 5 4.6 4.5.5.64.......6 Jan Feb Mar Apr May Jun SM I 6 SM I 7 Semester Target
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Selain disebabkan oleh virus, bakteri juga tidak
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah bentuk infeksi nosokomial yang paling sering ditemui di unit perawatan intensif (UPI), khususnya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. 2004). Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif laboratorik dengan
23 III. METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif laboratorik dengan melakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis mengetahui pola mikroorganisme
Lebih terperinciBAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL
BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL PENDAHULUAN Setelah mahasiswa mengikuti kuliah bab VIII yang diberikan pada pertemuan keempat belas, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan kaitan materi sebelumnya dengan pengendalian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme memegang peranan penting pada perkembangan penyakit pulpa dan jaringan periapikal.dari sekitar 500 spesies bakteri yang dikenal sebagai flora normal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Foodborne disease adalah penyakit yang ditularkan lewat makanan, dengan ciri berupa gangguan pada saluran pencernaan dengan gejala umum sakit perut, diare dan atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sekitar 53 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh
Lebih terperincidan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Indonesia masih
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih adalah keadaan yang ditandai dengan adanya bakteri dalam urin (bakteriuria). Bakteriuria bermakna bila menunjukkan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tonsil merupakan organ tubuh yang berfungsi mencegah masuknya antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang masuk akan dihancurkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Makanan dan minuman selain berfungsi dalam mendukung kesehatan juga bisa menjadi sumber penyakit bagi manusia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri komensal dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010). Streptococcus pneumoniae menyebabkan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
IDENTIFIKASI DAN POLA KEPEKAAN BAKTERI YANG DIISOLASI DARI URIN PASIEN SUSPEK INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN Oleh : ESTERIDA SIMANJUNTAK 110100141 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciLAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017
LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017 Angka Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dalam 5.00 4.60 4.00 3.50 3.50 2.00 1.00 1.50 Jan-17 Feb-17 Mar-17 TW I 2016
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1. dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi yang terjadi pada luka yang ditimbulkan oleh prosedur operasi invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1 IDO merupakan komplikasi pembedahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salmonella sp dapat menyebabkan dua masalah penyakit, yaitu yang pertama adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salmonella sp merupakan bakteri patogen penyebab penyakit pada manusia. Salmonella sp dapat menyebabkan dua masalah penyakit, yaitu yang pertama adalah Salmonellosis:
Lebih terperinci