FABRIKASI DAN UJI PASKA IRADIASI PELET U-ZrH 1,6 DAN UTh 4 Zr 10 H 20

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FABRIKASI DAN UJI PASKA IRADIASI PELET U-ZrH 1,6 DAN UTh 4 Zr 10 H 20"

Transkripsi

1 Hadi Suwarno ISSN FABRIKASI DAN UJI PASKA IRADIASI PELET U-ZrH 1,6 DAN UTh 4 Zr 10 H 20 Hadi Suwarno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK FABRIKASI DAN UJI PASKA IRADIASI PELET U-ZrH 1,6 DAN UTh 4Zr 10H 20. Telah dilakukan fabrikasi dan uji paska iradiasi pelet UZrH 1,6 dan UTh 4Zr 10H 20. Masing-masing pelet dibuat dengan melelehkan elemen penyusun paduan menjadi button, melebur button menjadi pelet, dan menghidriding pelet menjadi paduan UZrH 1,6 dan UTh 4Zr 10H 20. Pada proses hidriding geometri pelet paduan UTh 4Zr 10H 20 menggembung sebesar 5% dari geometri awal dan hal ini juga terjadi pada pelet UZrH 1,6, bahan bakar yang digunakan di reaktor TRIGA. Sebelum proses hidriding paduan UZr terdiri dari fasa δ-uzr yang diperkaya dengan α-u, sedangkan paduan UTh 4Zr 10 terdiri dari δ-uzr yang diperkaya dengan Zr dan logam Th sebagai matriks. Setelah hidriding, paduan UZr membentuk fasa stabil δ-zrh 1,6 sebagai matriks sedangkan logam U terdistribusi secara homogen sebagai partikel halus diantara matriks. Untuk pelet UTh 4Zr 10, hidriding menyebabkan terbentuknya fasa terner stabil ThZr 2H 7+x sebagai matriks dan fasa stabil ZrH 2-x disebabkan oleh kelebihan Zr, sedangkan logam U terdistribusi diantara kedua fasa tersebut. Diagram PCT menunjukkan bahwa kapasitas penyerapan hydrogen paduan U-Th-Zr lebih besar dibanding dengan paduan U-Zr. Uji paska iradiasi dalam bentuk uji tak merusak meliputi pemeriksaan visual, pengukuran diameter fuel pin dalam orientasi 4 sumbu azimut, radiografi sinar-x, dan sapuan sinar-γ atas fuel pin yang diiradiasi selama dua-siklus (24 dan 25 hari) di JMTR dengan dosis paparan 4,1 x n/cm 2.det (siklus 127) dan 21,8 x n/cm 2.det (siklus 128) dilaporkan bahwa kedua pelet UZrH 1,6 dan UTh 4Zr 10H 20 tidak mengalami perubahan fisik yang berarti dan tidak ada interaksi antara pelet dengan kelongsong. ABSTRACT FABRICATION AND POST IRRADIATION EXAMINATIONS OF UZrH 1,6 AND UTh 4Zr 10H 20 PELLETS HAVE BEEN CARRIED OUT. Each pellet was prepared by melting the constituent elements into button, melting the buttons into pellet and hydriding them into UZrH 1,6 and UTh 4Zr 10H 20 pellets. On hydriding the geometry of UTh 4Zr 10H 20 pellets swell about 5%, similar to that of the UZrH 1,6 fuel ordinary used for TRIGA reactor. Before hydriding the microstructure of UZr pellet consisted of δ-uzr enriched with α-u, while the microstrusture of UTh 4Zr 10 pellet consisted of Zr-riched δ-uzr phase and thorium. After hydriding the UZr pellet showed that the hydrogen reacts with zirconium to form stable δ-zrh 1,6 and the uranium distributed homogeneously into fine particle in the matrix. In case of the UTh 4Zr 10 pellet it is showed that hydriding resulted in the formation of stable ternary ThZr 2H 7+x and ZrH 2-x, while uranium distributed among the two phases. PCT diagram showed that the hydrogen capacity of the U-Th-Zr alloy is higher than that of the U-Zr alloy. Post irradiation examination results in the form of non destructive examination, i.e. visual check, fuel pin diameter measurements in 4 azimuthal orientation, X-ray radiography, and gamma scanning of the fuel pins irradiated in two-cycle (24 and 25 days) operation of the JMTR under irradiation dose of 4.1 x 1013 n/cm2.sec (cycle 127) and irradiation dose of 21.8 x 1013 n/cm2.sec (cycle 128) are reported that no valuable changes and pellet-cladding interactions for all the fuel pins. PENDAHULUAN L imbah radioaktif tingkat tinggi (LRT) berasal dari reprosesing bahan bakar bekas pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) mengandung sejumlah tertentu nuklida umur panjang, utamanya adalah elemen beracun transuranium (TRU), seperti plutonium, neptunium, americium, dan curium dengan waktu paruh > 10 6 tahun, yang harus diisolasi secara sempurna dari biosphere untuk waktu yang sangat panjang. Penerimaan masyarakat Indonesia atas pltn akan semakin mulus apabila teknologi pengolahan LRT telah benar-benar dikuasai. Paduan U-Th-Zr-H telah diteliti cukup lama oleh Penulis dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik paduan sebagai bahan bakar nuklir, meliputi sifat kimia, sifat termal, khususnya untuk

2 2 ISSN Hadi Suwarno simulasi penggunaan elemen TRU tersebut [1~4]. Hasil uji karakteristik menunjukkan bahwa paduan U-Th-Zr-H memiliki karakteristik yang lebih baik dibanding dengan paduan U-ZrH 1,6, bahan bakar nuklir yang telah lama digunakan untuk reaktor jenis TRIGA. Paduan U-Th-Zr-H dengan komposisi atom U:Th:Zr:H = 1:4:10:20 atau ditulis sebagai UTh 4 Zr 10 H 20 merupakan paduan yang memiliki karakteristik terpilih karena selain memiliki kandungan hidrogen paling besar, paduan ini memiliki karakter yang sedikit lebih baik dibanding komposisi lainnya, terutama di dalam hal kandungan hidrogen yang ada di dalam spesimen. Sementara itu, analisis transmutasi LRT dengan cara membakarnya di dalam reaktor, baik dalam LWR maupun FBR juga telah dilakukan dan menunjukkan bahwa paduan ini bisa digunakan sebagai bahan bakar reaktor nuklir dan bahan bakar target [5]. Hasil uji karakteristik paduan U-Th-Zr-H yang memuaskan ini mendorong Penulis untuk membuat bahan bakar dengan skala sesungguhnya, yaitu berupa pelet dengan geometri mirip dengan bahan bakar PWR dan diuji iradiasi di reaktor JMTR (Japan Materials and Testing Reactor), JAEA (Japan Atomic Energy Agency), Oarai Research Establishment, Ibaraki, Jepang, dengan waktu yang lebih lama dari penelitian sebelumnya [4], yaitu hingga burn up rata-rata 10% 235 U dan sebagai pembanding digunakan pelet UZrH 1,6. Hasil uji pra dan paska iradiasi disajikan dalam makalah ini. TATAKERJA a. Pembuatan pelet U-Zr dan U-Th-Zr Paduan UThZr dengan perbandingan rasio atom U:Th:Zr = 1:4:10 (ditulis sebagai UTh 4 Zr 10 ) dan paduan UZr dengan rasio berat 9:11 (mengandung 45% berat U dan ditulis sebagai UZr) dibuat dengan meleburnya di dalam sebuah tungku busur listrik. Hasil leburan kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tabung cetakan dari grafit dan dilebur hingga titik lelehnya di dalam sebuah tungku listrik frekuensi tinggi. Hasil leburan berupa sebuah batang pejal dengan diameter 12 mm dan panjang mencapai 15 mm. Hasil leburan kemudian dibubut pada sebuah mesin bubut hingga membentuk sebuah pelet dengan dimensi diameter 9,4 + 0,2 mm dan tinggi 9,4 + 0,1 mm. b. Proses hidriding Hidriding dilakukan dalam sebuah unit hidriding yang mampu menghasilkan tekanan vakum maupun tekanan tinggi dan dirancang oleh Penulis. Pelet UZr dan UTh 4 Zr 10 yang akan dihidriding dibungkus dengan logam tungsten foil dan dimasukkan ke dalam sistem hidriding. Sistem hidriding kemudian divakum dengan kevakuman sekitar 2 ~ 5 x 10-6 Pa pada suhu 1173 K untuk menghilangkan bahan volatil yang ada didalam sistem. Setelah suasana vakum pada suhu tersebut tercapai, dilakukan proses hidriding dengan memasukkan sejumlah hidrogen ke dalam sistem. Jumlah hidrogen yang diserap oleh logam paduan dihitung berdasarkan perubahan tekanan di dalam sistem dan pengukuran perubahan berat spesimen. Hidriding dilakukan dengan mengatur tekanan yang ada di dalam sistem sedemikian rupa sehingga paduan yang diformulasikan sebagai UZrH 1,6 dan UTh 4 Zr 10 H 20 terbentuk. Teknik hidriding yang dikembangkan Penulis telah dipresentasikan sebelumnya, meliputi teknik pembentukan senyawa biner hidrid, senyawa terner hidrid serta teknik pencegahan spesimen masif terdisintegrasi menjadi serbuk [6,7,8]. c. Preparasi spesimen untuk iradiasi Pelet hasil hidriding dimasukkan ke dalam kelongsong terbuat dari bahan baja nirkarat tipe SS- 316 yang dirancang untuk percobaan iradiasi dalam jangka panjang. Gambar 1 adalah gambar hasil rakitan kelongsong yang telah diisi pelet UZrH 1,6 dan UTh 4 Zr 10 H 20 (selanjutnya disebut fuel pin) yang akan diiradiasi. Satu fuel pin berisi 5 buah pelet, terdiri dari dua buah pelet pejal dan tiga buah pelet yang berlubang di tengahnya dengan diameter lubang 2,0 + 0,1 mm. Ada tiga fuel pin yang dipersiapkan, terdiri dari fuel pin I berisi 5 buah pelet UTh 4 Zr 10 H 20 dengan kandungan 235 U = 19,9%, fuel pin II berisi 5 buah pelet UTh 4 Zr 10 H 20 dari uranium deplesi dan fuel pin III berisi 5 buah pelet 45%wU-ZrH 1,6 dari bahan uranium deplesi. Gambar 2 menampilkan tampang lintang fuel pin. Ketiga fuel pin tersebut kemudian dirakit di dalam sebuah kapsul yang dirancang khusus dan dilengkapi dengan instrumen pendeteksi suhu, tekanan, dan kecepatan aliran fluida. Preparasi pemasukan pelet ke dalam kelongsong bahan bakar menjadi fuel pin dilakukan secara manual dalam sebuah glove box dalam suasana helium dengan tekanan 100 kpa. Iradiasi netron dilakukan di Japan Materials and Testing Reactor (JMTR), JAEA (Japan Atomic Energy Agency), Oarai, Jepang, sesuai dengan operasi normal reaktor untuk jangka waktu dua siklus, yaitu selama 24 hari pada siklus 127 dengan dosis paparan 4,1 x n/cm 2.det dan dilanjutkan selama 25 hari pada siklus 128 dengan dosis paparan 21,8 x n/cm 2.det.

3 Hadi Suwarno ISSN Gambar 1. Kelongsong baja nirkarat tipe SS 316 untuk iradiasi pelet UTh 4Zr 10H 20. Gambar 2. Tampang Lintang kapsul pembawa pelet UTh 4Zr 10H 20. d. Uji Paska Iradiasi Gambar 3. Diagram Alir Uji Paska Iradiasi Gambar 3 menampilkan diagram uji paska iradiasi yang harus dilakukan untuk menguji suatu bundle bahan bakar. Prosedur uji paska iradiasi meliputi uji bundel bahan bakar bekar, uji fuel pin dan uji pelet yang dapat dikelompokkan sebagai uji merusak dan uji tak merusak. Karena alasan keterbatasan perizinan, kegiatan yang bisa dilakukan dan disajikan dalam makalah ini meliputi pembongkaran dan uji tak merusak yang terdiri dari inspeksi visual fuel pin, uji dimensi kelongsong, radiografi sinar-x dansapuan sinar-γ. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Pra Iradiasi - Perubahan dimensi pelet akibat hidriding Gambar 4 menampilkan ilustrasi perubahan dimensi pelet sebelum dan sesudah hidriding. Dari kedua jenis pelet UTh 4 Zr 10 H 20 yang dibuat dari uranium deplesi dan uranium diperkaya 19,9%, perubahan ekspansi volumetrik yang terjadi adalah antara 5,0 ~ 5,2%, sedangkan pelet UZrH 1,6 adalah antara 4,9 ~ 5,2%. Untuk kedua jenis spesimen dikatakan bahwa ekspansi akibat hidriding rata-rata adalah 5%. Perlu dilaporkan bahwa kedua jenis pelet UTh 4 Zr 10 H 20 ini dibuat di dua tempat yang berbeda, yaitu di Nuclear Fuel Industries Ltd. untuk bahan uranium diperkaya 19,9% dan Mitshubishi Material Ltd. untuk bahan uranium deplesi. Namun

4 4 ISSN Hadi Suwarno demikian, hasil uji dimensi menunjukkan bahwa data ekspansi linier tak berbeda. Sebagai pembanding ditampilkan pula ekspansi linier paduan U-ZrH 1,65 yang mengandung 45% berat U. Ternyata ekspansi linier diantara keduanya tak berbeda. Hasil inipun tak berbeda dibandingkan dengan hasil yang diperoleh oleh penulis sebelumnya untuk dimensi yang lebih kecil [6]. diperoleh selama proses hidriding. Tampak bahwa tak terjadi tekanan plateau, yaitu perubahan fasa pada diagram PCT paduan U-Zr-H maupun U- Th 4 Zr 10 -H pada suhu bervariasi dan tekanan tetap 100 kpa. Hasil percobaan ini sesuai dengan hasil peneliti lain yang juga tidak menemukan adanya perubahan fasa pada suhu tersebut [9,10]. Dari grafik tampak bahwa pada suhu tinggi kestabilan hidrogen paduan UTh 4 Zr 10 -H lebih baik dibanding dengan paduan UZr-H. Hal ini disebabkan adanya logam U yang menstabilkan fasa terner ThZr 2 H 7+x. Lagipula, kapasitas penyerapan hydrogen paduan U-Th-Zr lebih besar dibanding dengan paduan U-Zr. Gambar 4. Ilustrasi perubahan dimensi pelet sebelum dan sesudah hidriding. - Mirostruktur paduan U-Zr-H dan U-Th-Zr-H Gambar 5 menampilkan mikrostruktur paduan sebelum dan sesudah hidriding. Sebelum hidriding (Gb. 5a) paduan U-Th-Zr terdiri dari logam Th sebagai komponen utama sedangkan fasa UZr membentuk suatu kerangka beraturan dan terdistribusi merata sebagai padatan diantara fasa thorium. Tidak ada fasa ThZr dijumpai dalam paduan tersebut. Kelebihan Zr terdeteksi sebagai UZr dengan kandungan Zr yang berlebihan. Setelah hidriding (Gb. 5b) terbentuk fasa terner ThZr 2 H 7+x sebagai fasa utama (warna abu-abu) diikuti dengan fasa ZrH 2-x (warna gelap), sementara logam U terpisah diantara kedua fasa tersebut. Terbentuknya fasa terner inilah yang menyebabkan paduan memiliki kapasitas hidrogen yang lebih baik dibanding dengan fasa biner ZrH 2-x. Untuk paduan 45% berat U-Zr, mikrostruktur paduan menunjukkan bahwa sebelum hidriding terdiri dari fasa UZr dan U (Gb. 5c). Setelah hidriding terbentuk fasa hidrida sebagai ZrH 2-x sedangkan logam U terpisah dan terdistribusi secara sempurna dan bentuk relatif seragam diantara matriks ZrH 2-x (Gb. 5d). Distribusi U secara homogen diantara matriks berfasa stabil fasa delta ZrH 1,6 inilah salah satu kelebihan bahan bakar reaktor TRIGA. Gambar 6 adalah diagram PCT paduan UZrH x dan UTh 4 Zr 10 H y (x dan y adalah komposisi atom hidrogen yang diikat oleh paduan) yang Gambar 5. Mikrostuktur U-Th-Zr dan U-Zr sebelum dan setelah hidriding. Gambar 6. Diagram PCT paduan U-ZrH dan U- ThZrH pada tekanan 100 kpa. Uji Paska Iradiasi Dari gambar 3 tampak bahwa prosedur yang harus dilaksanakan untuk suatu pengujian bahan bakar memerlukan suatu program kerja yang terencana dengan baik dan dikerjakan secara berurutan. Dari pengalaman yang telah bertahuntahun dilaksanakan oleh fasilitas uji paska iradiasi JAEA yang ada di Oarai maupun di Tokai, untuk melakukan pekerjaan ini diperlukan waktu uji paling cepat 12 bulan. Perlu dilaporkan dalam

5 Hadi Suwarno ISSN makalah ini bahwa penulis melakukan uji paska iradiasi melalui program STA-Japan untuk jangka waktu 6 bulan. Sementara itu, fasilitas uji paska iradiasi yang ada di JAEA-Oarai adalah tipe betagama hot laboratory, yaitu fasilitas yang hanya diizinkan untuk mengelola bahan uranium, plutonium dan bukan thorium. Hot laboratory yang diizinkan untuk mengelola thorium berada di JAEA-Tokai, 65 km dari JMTR. Oleh karena itu yang bisa dilakukan dalam kegiatan ini adalah pembongkaran kapsul, pengamatan uji tak merusak yang meliputi inspeksi visual, uji sapuan sinar-γ, dan uji dimensi kelongsong. Uji Eddy current tak bisa dilaksanakan karena waktu yang tersedia tak memadai, sedangkan uji gaya lepas fuel pin tidak dilakukan karena kapsul bukan merupakan sebuah bundel bahan bakar. Pembongkaran kapsul Uji paska iradiasi dilakukan di fasilitas Hot Laboratory, JMTR, JAEA, Oarai, Jepang. Sebelum dilakukan uji paska iradiasi kapsul didinginkan selama 90 hari di dalam kolam interim yang ada disamping teras JMTR. Melalui transfer channel kapsul kemudian dikirim ke hot cell tipe β-γ untuk dilakukan pengujian dengan langkah kerja sebagai berikut. Sebelum kapsul dibongkar dilakukan pengamatan visual dan pengukuran dimensi kapsul untuk dicocokkan dengan data awal sebelum kapsul dimasukkan ke dalam reaktor. Hasil pengamatan visual terhadap kapsul dilaporkan tidak ditemukan adanya perubahan warna, swelling, bending maupun cacat permukaan kapsul diakibatkan oleh irradiasi. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan yaitu dengan memotong sambungan-sambungan las, memotong bagian spacer, dan membuka bagian-bagian komponen dengan urutan terbalik dengan prosedur pemasangan. Gambar 7 di atas menampilkan kapsul yang berisi fuel pin UZrH dan UThZrH. - Pengamatan Fuel Pin Gambar 8 menampilkan fuel pin yang telah dikeluarkan dari kapsul, sementara gambar detil komponen fuel pin telah ditampilkan pada Gb. 1. Pengamatan yang dilakukan terhadap fuel pin meliputi (1) pengecekan visul terhadap wujud fisik dan dimensi fuel pin, (2) uji kebocoran kelongsong (leak-tight test), (3) pengukuran diameter dalam proyeksi 4-sumbu, pengukuran panjang, (4) radiografi sinar-x yaitu untuk mengamati adanya kerusakan kelongsong bagian dalam, pelet yang retak/pecah dan adanya interaksi kelongsong dengan pelet, (5) uji Eddy Current untuk mengetahui kerusakan kelongsong baik bagian luar maupun dalam, (6) uji tebal lapisan oksida yang terbentuk di permukaan dalam kelongsong, dan (7) sapuan sinar-γ. Gambar 7. Kapsul berisi fuel pin UZrH 1,6 dan UTh 4Zr 10H 20 Uji tak merusak yang belum dilakukan saat penulis terlibat dalam penelitian ini adalah uji kebocoran kelongsong, uji integritas kelongsong, uji Eddy Current dan uji tebal lapisan oksida. Pengamatan visual terhadap seluruh fuel pin dilakukan sesuai prosedur pengamatan dengan menggunakan peralatan video dan dari pengamatan seluruh permukaan fuel pin dijumpai adanya perubahan warna dari warna metalik menjadi warna buram (dark grey) di beberapa tempat yang mengindikasikan adanya profil lapisan oksida di permukaan kelongsong. Peristiwa ini adalah umum dijumpai pada kelongsong bahan bakar yang mengindikasikan adanya akumulasi panas ditempat tersebut sebagai akibat reaksi fisi. Dari Gb. 8 tampak bahwa fuel pin UTh 4 Zr 10 H 20 memiliki lapisan warna buram lebih banyak dibanding fuel pin berisi pellet UZrH 1,6. Uji geometri fuel pin dilakukan sesuai prosedur dengan pengukuran dalam orientasi 4- sumbu putar dengan langkah pengukuran setiap 2 mm. Fuel pin dipasang berdiri tegak di sebuah tool yang dilengkapi dengan motor penggerak yang dapat memutar dan juga mengukur kerataan permukaan fuel pin. Hasil uji dibandingkan dengan data geometri awal fuel pin sebelum dimasukkan ke dalam reaktor. Tabel 1 menampilkan hasil akhir pengukuran rata-rata diameter fuel pin pada daerah pelet bahan bakar (data asli hasil pengukuran menjadi milik JAEA dan penulis tidak diizinkan mendapatkan copynya. Diameter rata-rata fuel pin diperoleh dari data profil diameter masing-masing sumbu). Tampak bahwa untuk seluruh fuel pin

6 6 ISSN Hadi Suwarno terjadi pengurangan diameter fuel pin beberapa mikrometer dan sebagai konsekuensinya terjadi sedikit penambahan panjang fuel pin, sedangkan volume fuel pin tidak berubah. Penurunan diameter setelah iradiasi sebesar 0,003 ~ 0,006 mm mengindikasikan adanya pembentukan gas plenum di bagian lain. Panjang fuel pin diukur di udara dengan kondisi suhu udara 30 o C dan humiditas relatif 30 ~ 80% dan diperoleh panjang rata-rata fuel pin adalah L = 166,2 + 0,03 mm. Perubahan panjang fuel pin sebesar 0,2 + 0,03 mm ini kemungkinan sebagai akomodasi glas plenum di bagian ujung fuel pin. Pengamatan radiografi sinar-x dengan pengambilan gambar setiap posisi 90 o dilaporkan tidak terjadi perubahan dimensi pelet akibat iradiasi, sehingga tidak dijumpai adanya perubahan gap antara kelongsong dan pelet. Hal ini mengindikasikan pula bahwa tidak terjadi swelling maupun retak. (Gambar hasil uji radiografi tidak dapat dilampirkan dalam makalah ini karena menjadi milik JAEA dan tidak bisa dicopy). Hasil ini juga mengindikasikan bahwa pelet cukup stabil terhadap pengaruh irradiasi, sementara kelongsong sedikit mengalami shrinking di daerah pelet bahan bakar. Tabel 1.Diameter rata-rata fuel pin diukur di daerah dari 60 ~ 110 mm, diukur dari ujung bawah Fuel Pin Orientasi 0 o 45 o 90 o 135 o UTh 4 Zr 10 H 20, U-Deplesi, Dingin 12,009 12,009 12,008 12,008 UTh 4 Zr 10 H 20, U-Deplesi, Panas 12,004 12,004 12,004 12,004 UTh 4 Zr 10 H 20, 19,9% U-5, Dingin 12,008 12,008 12,008 12,008 UTh 4 Zr 10 H 20, 19,9% U-5, Panas 12,002 12,002 12,002 12,003 45%U-ZrH1,6, Dingin 12,008 12,009 12,008 12,009 45%U-ZrH1,6, Panas 12,005 12,004 12,004 12,005 Gambar 8. Fuel Pin yang telah dikeluarkan dari kapsul, yang terdiri dari pelet U-Zr- H, U-Th-Zr-H dari bahan U deplesi, dan U-Th-Zr-H dari bahan 235 U 19,9%. burnup untuk masing-masing fuel pin adalah seragam dengan burnup rata-rata 10% (menurut Petugas di JMTR yang Penulis temui). Lagipula, tidak dijumpai adanya perubahan grafik burnup yang signifikan yang mengindikasi adanya retakan pelet. Sebagai gambaran, pada Gb. 9 ditampilkan profil cacah 137 Cs untuk fuel pin yang diperoleh dari literature [11]. Pengamatan sapuan sinar-γ yang dimaksudkan untuk mengetahui profil bahan bakar di dalam fuel pin juga telah dilakukan dengan scanning pitch 10 mm. Tinggi slit yang digunakan adalah 3,0 mm. Prinsip perhitungan burnup didasarkan pada perbandingan konsentrasi 137 Cs hasil cacah (dengan memperhitungkan nilai peluruhan selama pendinginan setelah iradiasi dan waktu operasi) dengan spesimen standar. Hasil cacah konsentrasi 137 Cs yang merepresentasikan besarnya burnup (derajad bakar) bahan bakar tidak dapat ditampilkan dalam makalah ini karena menjadi milik JAEA. Namun demikian dapat dilaporkan bahwa distribusi bahan bakar dan Gambar 9. Profil hasil cacah 137 Cs sebuah fuel pin [11]. KESIMPULAN Telah dilakukan uji paska iradiasi pelet fullsize untuk bahan bakar nuklir dari paduan U-Zr-H

7 Hadi Suwarno ISSN dan U-Th-Zr-H untuk mendapatkan data karakter bahan tersebut. Hasil pengamatan atas pelet sebelum iradiasi menunjukkan bahwa paduan UZr dan UThZr dengan komposisi atom U:Th:Zr = 1:4:10 dan komposisi berat U:Zr = 9:11 dapat dibentuk menjadi pelet dengan melebur paduan tersebut di dalam sebuah tungku lebur dan hasil leburan dilelehkan di dalam sebuah tungku listrik frekuensi tinggi. Pelet UZr dan UThZr dapat dihidriding menjadi paduan U-ZrH 1,6 dan UTh 4 Zr 10 H 20 dengan sedikit mengalami perubahan geometri sebesar + 5% volum tanpa terjadi retakan pada pelet. Hasil uji paska iradiasi dalam bentuk pengamatan visual atas kelongsong dan uji tak merusak berupa uji geometri menunjukkan bahwa paska iradiasi menyebabkan diameter fuel pin mengerut disebabkan oleh adanya akumulasi gas produk fisi di bagian plenum fuel pin. Sapuan sinar- X dilaporkan bahwa tidak ada kontak antara pelet dan kelongsong, sementara di pelet sendiri tidak dijumpai adanya retak. Hasil uji sapuan sinar-γ dilaporkan bahwa pada derajad bakar rata-rata 10%, distribusi bahan bakar dan derajad bakar untuk masing-masing fuel pin adalah seragam. Data uji tak merusak menunjukkan bahwa paduan UTh 4 Zr 10 H 20 memiliki karakter yang tak jauh berbeda dengan paduan UZrH 1,6 yang sudah lama digunakan sebagai bahan bakar reaktor TRIGA, sehingga paduan UTh 4 Zr 10 H 20 dapat dipromosikan sebagai bahan bakar reaktor baru. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. Dr. Michio Yamawaki yang telah mengundang Penulis untuk ikut terlibat dalam program uji paska iradiasi. Terima kasih juga disampaikan kepada pimpinan JAEA di Oarai yang menyediakan fasilitas JMTR dan Hot Laboratory sehingga terlaksananya program ini. DAFTAR PUSTAKA 1. T. YAMAMOTO, H. SUWARNO, H. KAYANO, M. YAMAWAKI, J. Nucl. Sci. Techn., 32(3)1995)(260). 1. T. YAMAMOTO, H. SUWARNO, H. KAYANO, M. YAMAWAKI, J. Nucl. Mat ls., 247(1997) H. SUWARNO, T. YAMAMOTO, F. ONO, K. YAMAGUCHI, J. Nucl. Mat ls., 247(1997) T. YAMAMOTO, H. SUWARNO, F. ONO, H. KAYANO, M. YAMAWAKI, J. Alloys and Compounds, (1998) M. YAMAWAKI, H. SUWARNO, T. YAMAMOTO, T. SANDA, K. FUJIMURA, K. KAWASHIMA and K. KONASHI, J. Alloys and Compounds, (1998) H. SUWARNO, Dimensional Changes on Hydriding of U-Th-Zr Pellets and Its Thermal Expansion Properties, Pros., Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI, Jakarta, 7-8 Nov., 2001, hal H. SUWARNO, Hidriding-Dehidriding Logam Paduan U-Th-Ti-Zr, Pros., Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI, Jakarta, 7-8 Nov., 2001, hal H. SUWARNO, Y. NAKAZONO, M. YAMAWAKI, Analisis Kesetimbangan dan Termodinamika Sistem Th-Zr-H, Pros., Seminar Sains dan Teknologi Nuklir Pendayagunaan Reaktor Riset Dalam Pengembangan Potensi Nasional, Bandung, Juni 2001, hal R.L. BECK, Trans ASM., 55(1962) W. BARTSCHER and J. REBIZANT, J. Less- Common Metals, 136(1988) IAEA-TECDOC-1385, WWER-440 fuel rod experiment under simulated dry storage conditions, April TANYA JAWAB Sukarsono Fasilitas Serpong sejauh mana bisa melakukan uji semacam ini? Dulu ada pekerjaan bersama, pembuatan bahan bakar nuklir dengan U alam sampai dengan uji irradiasi sampai dimana hasilnya? Hadi Suwarno

8 8 ISSN Hadi Suwarno Secara teoritis fasilitas PTBN bisa, tetapi prakteknya belum bisa karena banyak kendala teknis yang dihadapi. Mohon maaf saya tidak bisa menjawab karena saya tidak terlibat dalam program tersebut. Andryansyah Bagaimana cara mengukur untuk dapat mengatakan bahwa hidriding mengakibatkan penggembungan 5%? Hadi Suwarno Reaksi metal dengan hidrogen adalah reaksi interstitial yaitu hidrogen menyisip diantara atom-atom logam membentuk sisipan tetrahedral dan oktahedral. Akibat reaksi sisipan akan mengakibatkan perubahan lattice constant atom berupa perpanjangan.. Pengukuran penggembungan 5% dilakukan dengan cara : Diukur dengan menggunakan sinar-x untuk pengukuran lattice constant, dan Diukur dengan profilometer dengan kepekaan 0,002 mm (pengukuran makro). Tumpal Pandiangan Bagaimana fenomena pengikatan atau pelepasan hidrogen pada bahan bakar ini? Hadi Suwarno Reaksi hidrogen dengan logam adalah reaksi interstitial dan ikatannya tidak stabil, tergantung dari P (tekanan), C (konsentrasi) dan T (suhu). Sepanjang energi ikatan dilampaui maka akan terjadi ikatan interstitial. Sepanjang energi untuk pelepasan ikatan dilampaui maka ikatan interstitial akan terurai. Energi ikatan interstitial dan pelepasan ikatan interstitial untuk setiap logam atau logam paduan sangat bervariasi.

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HIDROGEN TERHADAP DIFUSIVITAS TERMAL PADUAN UTh 4 Zr 10 H x

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HIDROGEN TERHADAP DIFUSIVITAS TERMAL PADUAN UTh 4 Zr 10 H x PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HIDROGEN TERHADAP DIFUSIVITAS TERMAL PADUAN UTh 4 Zr 10 H x Hadi Suwarno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN, Serpong ABSTRAK PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HIDROGEN TERHADAP

Lebih terperinci

HIDRIDING-DEHIDRIDING LOGAM PADUAN U-TH-TI-ZR. Hadi Suwarno Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang - BATAN

HIDRIDING-DEHIDRIDING LOGAM PADUAN U-TH-TI-ZR. Hadi Suwarno Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang - BATAN ISSN 1410-1998 Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI HIDRIDING-DEHIDRIDING LOGAM PADUAN U-TH-TI-ZR Hadi Suwarno Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang - BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

FABRlKASI DAN UJI PASKA lradiasi PELET DAN UTh4ZrlOH20

FABRlKASI DAN UJI PASKA lradiasi PELET DAN UTh4ZrlOH20 Hadi Suwarno ISSN 0216-3128 J - FABRlKASI DAN UJI PASKA lradiasi PELET DAN UTh4ZrlOH20 U-ZrH1,6 Hadi Suwarno Pusat Teknologi Bahan Balwr Nuklir - BA TAN ABSTRAK FABRIKASI DAN UJI PASKA lradiasi PELET U-ZrH/.6

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE EDY SULISTYONO PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR ( PTBN ), BATAN e-mail: edysulis@batan.go.id ABSTRAK PENGARUH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan listrik di Indonesia semakin meningkat, sedangkan bahan bakar fosil akan segera habis. Oleh karena itu dibutuhkan pembangkit listrik yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr

PENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr PENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr ABSTRAK Masrukan, Agoeng Kadarjono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan 15314, Banten

Lebih terperinci

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER No. 02/ Tahun I. Oktober 2008 ISSN 19792409 PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN UZr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER Yanlinastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK Slamet P dan Yatno D.A.S. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -

Lebih terperinci

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI Lilis Windaryati, Ngatijo dan Agus Sartono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN

Lebih terperinci

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM 3.1. Siklus Bahan Bakar Nuklir Siklus bahan bakar nuklir (nuclear fuel cycle) adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pemanfaatan

Lebih terperinci

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Penggunaan uranium sebagai bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) selain menghasilkan tenaga listrik dapat juga menghasilkan bahan

Lebih terperinci

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2 Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati ABSTRAK PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Elemen bakar merupakan salah

Lebih terperinci

PEMBUA TAN DAN ANALISIS LOGAM mdrida P ADUAN U- Th-Zr UNTUK PEMGEMBANGAN BAHAN BAKAR BARU. Hadi Suwarno

PEMBUA TAN DAN ANALISIS LOGAM mdrida P ADUAN U- Th-Zr UNTUK PEMGEMBANGAN BAHAN BAKAR BARU. Hadi Suwarno PEMBUA TAN DAN ANALISIS LOGAM mdrida P ADUAN U- Th-Zr UNTUK PEMGEMBANGAN BAHAN BAKAR BARU Hadi Suwarno Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir don Daur Ulang, BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

PENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA

PENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA Urania Vol. 14 No. 4, Oktober 2008 : 161-233 ISSN 0852-4777 PENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA Masrukan (1) dan Aslina Br Ginting (1) 1. Pusat

Lebih terperinci

PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al

PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al ABSTRAK PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al Susworo, Suhardyo, Setia Permana Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al. Pembuatan pelat elemen bakar/peb mini

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPONEN INNER TUBE LEU FOIL TARGET UNTUK KAPASITAS 1,5g U-235

PEMBUATAN KOMPONEN INNER TUBE LEU FOIL TARGET UNTUK KAPASITAS 1,5g U-235 PEMBUATAN KOMPONEN INNER TUBE LEU FOIL TARGET UNTUK KAPASITAS 1,5g U-235 Suhardyo, Purwanta Pusat Teknologi Bahan Bahan Nuklir ABSTRAK PEMBUATAN KOMPONEN INNER TUBE LEU FOIL TARGET 1,5g U-235. Telah dilakukan

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

B64 Pembuatan Green Pellet U-ZrHx Untuk Bahan Bakar Reaktor Riset. Peneliti Utama : Ir.Masrukan, M.T

B64 Pembuatan Green Pellet U-ZrHx Untuk Bahan Bakar Reaktor Riset. Peneliti Utama : Ir.Masrukan, M.T logo lembaga B64 Pembuatan Green Pellet U-ZrHx Untuk Bahan Bakar Reaktor Riset Peneliti Utama : Ir.Masrukan, M.T Anggota : Ir.M. Husna Alhasa, M.T Ir.Sungkono, M.T Ir. Anwar Muchsin Erilia Yusnitha, S.T

Lebih terperinci

RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR

RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR RINGKASAN Selama beropersinya reaktor nuklir, pelet bahan bakar mengalami iradiasi neutron pada suhu tinggi dan memproduksi produk fisi. Akibatnya pelet

Lebih terperinci

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down Berkala Fisika ISSN : 141-9662 Vol.9, No.1, Januari 26, hal 15-22 Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down Risprapti Prasetyowati (1), M. Azam (1), K. Sofjan Firdausi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Seiring dengan pemanfaatan PLTN terdapat kecenderungan penumpukan

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al

PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al Guswardani, Susworo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER YANLINASTUTI, SUTRI INDARYATI, RAHMIATI Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Serpong Abstrak ANALISIS

Lebih terperinci

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU RINGKASAN Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR) adalah reaktor berbahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah, moderator grafit dan pendingin gas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) didesain berdasarkan 3 (tiga) prinsip yaitu mampu dipadamkan dengan aman (safe shutdown), didinginkan serta mengungkung produk

Lebih terperinci

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PADUAN U-7%Mo DAN U-7%Mo-x%Si (x = 1, 2, dan 3%) HASIL PROSES PELEBURAN DALAM TUNGKU BUSUR LISTRIK

KARAKTERISASI PADUAN U-7%Mo DAN U-7%Mo-x%Si (x = 1, 2, dan 3%) HASIL PROSES PELEBURAN DALAM TUNGKU BUSUR LISTRIK KARAKTERISASI PADUAN U-7%Mo DAN U-7%Mo-x%Si (x = 1, 2, dan 3%) HASIL PROSES PELEBURAN DALAM TUNGKU BUSUR LISTRIK ABSTRAK Supardjo, H. Suwarno dan A. Kadarjono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di dunia, yang menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang besar. PLTN

Lebih terperinci

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) RINGKASAN Reaktor Air Didih adalah salah satu tipe reaktor nuklir yang digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Reaktor tipe ini menggunakan

Lebih terperinci

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) Bab 2 Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga nuklir secara umum tidak berbeda dengan pembangkit listrik

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN Martoyo, Ahmad Paid, M.Suryadiman Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -

Lebih terperinci

RISET KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR PADA SAAT REAKTOR MENGALAMI FLUKTUASI DAYA

RISET KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR PADA SAAT REAKTOR MENGALAMI FLUKTUASI DAYA RISET KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR PADA SAAT REAKTOR MENGALAMI FLUKTUASI DAYA RINGKASAN Untuk meningkatkan nilai ekonomisnya, PLTN harus dapat mensuplai daya sesuai kebutuhan pada saat diperlukan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri

Lebih terperinci

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Riska*, Dian Fitriyani, Feriska Handayani Irka Jurusan Fisika Universitas Andalas *riska_fya@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET Masrukan, Aslina Br.Ginting Pusbangtek Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang

Lebih terperinci

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo ABSTRAK PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al Effect of Additional Alloy Compostion AI in Fe-Ni-Al Dianasanti Salati Sekolah Tinggi Manajemen Industri Jakarta Tanggal Masuk: (19/7/2014) Tanggal

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.tpn.01 STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM Ridha Mayanti 1,a), Menik Ariani 2,b), Fiber Monado 2,c)

Lebih terperinci

KAJIAN MODIFIKASI TEKNOLOGI FABRIKASI BAHAN BAKAR TRIGA GENERAL ATOMIC COMPANY MENJADI TRIGA PT. BATAN TEKNOLOGI

KAJIAN MODIFIKASI TEKNOLOGI FABRIKASI BAHAN BAKAR TRIGA GENERAL ATOMIC COMPANY MENJADI TRIGA PT. BATAN TEKNOLOGI 132 ISSN 0216-3128 Hadi Suwarno, dkk. KAJIAN MODIFIKASI TEKNOLOGI FABRIKASI BAHAN BAKAR TRIGA GENERAL ATOMIC COMPANY MENJADI TRIGA PT. BATAN TEKNOLOGI Hadi Suwarno, Budi Briyatmoko Pusat Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelasan adalah suatu proses penggabungan logam dimana logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan selain digunakan untuk memproduksi suatu

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

PENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT Zr-Nb-Si

PENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT Zr-Nb-Si ISSN 1907 2635 Pengaruh Kandungan Si terhadap Mikrostruktur dan Kekerasan Ingot Zr-Nb-Si (Heri Hardiyanti, Futichah, Djoko Kisworo, Slamet P.) PENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN

Lebih terperinci

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007 PERHITUNGAN PEMBUATAN KADMIUM-109 UNTUK SUMBER RADIASI XRF MENGGUNAKAN TARGET KADMIUM ALAM Rohadi Awaludin Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN Kawasan Puspiptek, Tangerang, Banten ABSTRAK PERHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Telah dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN IRADIASI TARGET PRASEODIMIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

ANALISIS PERHITUNGAN IRADIASI TARGET PRASEODIMIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY ANALISIS PERHITUNGAN IRADIASI TARGET PRASEODIMIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY SUTRISNO, SARWANI, ARIYAWAN SUNARDI DAN SUNARKO Pusat Reaktor Serba Guna Abstrak ANALISIS PERHITUNGAN IRADIASI TARGET

Lebih terperinci

ANALISIS IRADIASI TARGET KALIUM BROMIDA DI REAKTOR SERBA GUNA-GA SIWABESSY

ANALISIS IRADIASI TARGET KALIUM BROMIDA DI REAKTOR SERBA GUNA-GA SIWABESSY ISSN 978-076 ANALISIS IRADIASI TARGET KALIUM BROMIDA DI REAKTOR SERBA GUNA-GA SIWABESSY SUTRISNO, SARWANI, ARIYAWAN SUNARDI Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 530, Banten

Lebih terperinci

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER ISSN 979-409 PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER Yanlinastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENGUKURAN

Lebih terperinci

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN 3.1 Spesifikasi Umum Desain Reaktor Pada penelitian ini, penulis menggunakan data-data reaktor GCFR yang sedang dikembangkan oleh para ilmuwan dari Argonne

Lebih terperinci

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA PENDAHULUAN Disamping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan energi nuklir secara

Lebih terperinci

TRANSFER MATERIAL RADIOAKTIF DI HOTCELL 101 IRM VIA KH-IPSB3

TRANSFER MATERIAL RADIOAKTIF DI HOTCELL 101 IRM VIA KH-IPSB3 No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 TRANSFER MATERIAL RADIOAKTIF DI HOTCELL 101 IRM VIA KH-IPSB3 Junaedi, Agus Jamaludin, Muradi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek,

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER YANLINASTUTI, SUTRI INDARYATI, RAHMIATI Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Serpong Abstrak ANALISIS

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN AUTOCLAVE MINI UNTUK UJI KOROSI

RANCANG BANGUN AUTOCLAVE MINI UNTUK UJI KOROSI No. 08/ Tahun IV. Oktober 2011 ISSN 1979-2409 RANCANG BANGUN AUTOCLAVE MINI UNTUK UJI KOROSI Yatno Dwi Agus Susanto, Ahmad Paid Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK RANCANG BANGUN AUTOCLAVE

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SENYAWA YANG TERBENTUK AKIBAT REAKSI TERMOKIMIA PADA INGOT BAHAN BAKAR

IDENTIFIKASI SENYAWA YANG TERBENTUK AKIBAT REAKSI TERMOKIMIA PADA INGOT BAHAN BAKAR IDENTIFIKASI SENYAWA YANG TERBENTUK AKIBAT REAKSI TERMOKIMIA PADA INGOT BAHAN BAKAR U 3 O 8 -Al, U 3 Si 2 -Al DAN UMo-Al MENGGUNAKAN X-RAY DIFFRACTOMETER Aslina Br. Ginting Pusat Teknologi Bahan Bakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Memperoleh energi yang terjangkau untuk rumah tangga dan industri adalah aktivitas utama pada masa ini dimana fisi nuklir memainkan peran yang sangat penting. Para

Lebih terperinci

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. 13 No. 1, April 2016 EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89 Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali ABSTRAK

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 95-100 STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O Very Richardina 1*, Wahyu Setia Budi 1 dan Tri

Lebih terperinci

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI Dosen : Hasbullah, S.Pd., MT. Di susun oleh : Umar Wijaksono 1101563 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja ataupun konstruksi sebuah mesin, dimana nilai kekakuan yang tinggi dari suatu material yang

Lebih terperinci

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING PEB U3Sh-AL TMU RENDAH - TINGGI PRA IRADIASI

STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING PEB U3Sh-AL TMU RENDAH - TINGGI PRA IRADIASI Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING PEB U3Sh-AL TMU RENDAH - TINGGI PRA IRADIASI Martoyo, Nusin Samosir, Suparjo, dan U. Sudjadi ABSTRAK STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING

Lebih terperinci

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX) Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 1, Januari 2016 ISSN 2302-8491 Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX) Nella Permata Sari 1,*, Dian Fitriyani,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Komposisi Masukan Perhitungan dilakukan dengan menjadikan uranium, thorium, plutonium (Pu), dan aktinida minor (MA) sebagai bahan bakar reactor. Komposisi Pu dan MA yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN FOIL TARGET DENGAN TINGKAT PENGKAYAAN URANIUM RENDAH

PEMBUATAN FOIL TARGET DENGAN TINGKAT PENGKAYAAN URANIUM RENDAH ISSN 1979-2409 Pembuatan Foil Target Dengan Tingkat Pengkayaan Uranium Rendah (Purwanta, Suhardyo, Susworo, Guswardani) PEMBUATAN FOIL TARGET DENGAN TINGKAT PENGKAYAAN URANIUM RENDAH Purwanta, Suhardyo,

Lebih terperinci

STUDI TI GKAT RADIOAKTIVITAS DA PA AS PELURUHA BAHA BAKAR BEKAS REAKTOR AIR RI GA SEBAGAI FU GSI WAKTU

STUDI TI GKAT RADIOAKTIVITAS DA PA AS PELURUHA BAHA BAKAR BEKAS REAKTOR AIR RI GA SEBAGAI FU GSI WAKTU Pusat Teknologi Limbah RadioaktifBATA ISSN 14106086 Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan TeknologiRISTEK STUDI TI GKAT RADIOAKTIVITAS DA PA AS PELURUHA BAHA BAKAR BEKAS REAKTOR AIR RI GA SEBAGAI FU GSI

Lebih terperinci

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 ISSN 1907 2635 Reaksi Termokimia Paduan AlFeNi dengan Bahan Bakar U 3Si 2 (Aslina Br.Ginting, M. Husna Al Hasa) REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 Aslina Br. Ginting dan M. Husna

Lebih terperinci

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan II - 1 BAB II PENGELASAN SECARA UMUM 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Pengelasan Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama las cair (fussion welding) yaitu pengelasan

Lebih terperinci

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN STUDI PRODUKSI RADIOISOTOP Mo-99 DENGAN BAHAN TARGET LARUTAN URANIL NITRAT PADA REAKTOR KARTINI ABSTRAK

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN STUDI PRODUKSI RADIOISOTOP Mo-99 DENGAN BAHAN TARGET LARUTAN URANIL NITRAT PADA REAKTOR KARTINI ABSTRAK GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN 1410-6957 STUDI PRODUKSI RADIOISOTOP Mo-99 DENGAN BAHAN TARGET LARUTAN URANIL NITRAT PADA REAKTOR KARTINI Edi Trijono Budisantoso, Syarip Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Lecture Presentation NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY By : NANIK DWI NURHAYATI, S,Si, M.Si Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FASA PELET BAHAN BAKAR U-ZrH x HASIL PROSES SINTER DENGAN ATMOSFER NITROGEN

IDENTIFIKASI FASA PELET BAHAN BAKAR U-ZrH x HASIL PROSES SINTER DENGAN ATMOSFER NITROGEN p ISSN 0852 4777; e ISSN 2528 0473 IDENTIFIKASI FASA PELET BAHAN BAKAR U-H x HASIL PROSES SINTER DENGAN ATMOSFER NITROGEN Masrukan 1, Jan Setiawan 1, Dwi Biyantoro 2 1 Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia analitik memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagian besar negara memiliki laboratorium kimia analitik yang mapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian sambungan logam tak sejenis antara Baja SS400 dan Aluminium AA5083 menggunakan proses pengelasan difusi ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh ketebalan lapisan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

ANALISIS IRADIASI TARGET TULIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

ANALISIS IRADIASI TARGET TULIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY ANALISIS IRADIASI TARGET TULIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY Pusat Reaktor Serba Guna BATAN, PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan, 15310 E-mail: soe-tris@batan.go.id ABSTRAK ANALISIS IRADIASI TARGET

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. * RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail

Lebih terperinci

UJI INTEGRITAS KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN METODE UJI CICIP PANAS

UJI INTEGRITAS KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN METODE UJI CICIP PANAS UJI INTEGRITAS KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN METODE UJI CICIP PANAS Rasito, Sudjatmi K.A., dan P. Ilham Yazid Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN Jl. Tamansari No.71 Bandung

Lebih terperinci

PABRIKASI FOIL URANIUM DENGAN TEKNIK PEROLAN

PABRIKASI FOIL URANIUM DENGAN TEKNIK PEROLAN PABRIKASI FOIL URANIUM DENGAN TEKNIK PEROLAN Susworo, Guswardani, Dadang, Purwanta Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang ABSTRAK PABRIKASI FOIL URANIUM DENGAN

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

ANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET ISSN 907 635 ANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET Aslina Br.Ginting, M.Husna Al Hasa, Masrukan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK, Tangerang

Lebih terperinci

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN LAS TIG PADA ALAT FUEL PILING UNTUK PENGELASAN PIN BAHAN BAKAR TIPE PWR

ANALISIS PENGGUNAAN LAS TIG PADA ALAT FUEL PILING UNTUK PENGELASAN PIN BAHAN BAKAR TIPE PWR No. 01/ Tahun I. April 2008 ISSN 1979-2409 ANALISIS PENGGUNAAN LAS TIG PADA ALAT FUEL PILING UNTUK PENGELASAN PIN BAHAN BAKAR TIPE PWR Maradu Sibarani* ), Antonio Gogo* ), Triarjo* ) * ) Pusat Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor Kartini merupakan reaktor nuklir tipe TRIGA Mark II (Training Research and Isotop Production by General Atomic) yang mempunyai daya maksimum 250 kw dan beroperasi

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT TERMAL TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI TUNAK

ANALISIS SIFAT TERMAL TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI TUNAK ANALISIS SIFAT TERMAL TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI TUNAK Edy Sulistyono 1, Etty Marti Wigayati 2 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong,

Lebih terperinci

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. - PLTN dikelompokkan

Lebih terperinci

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF RINGKASAN Jenis dan tingkat radioaktivitas limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian fasilitas nuklir bervariasi, oleh karena itu diperlukan proses penyimpanan

Lebih terperinci

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL Kekerasan Sifat kekerasan sulit untuk didefinisikan kecuali dalam hubungan dengan uji tertentu yang digunakan untuk menentukan harganya. Harap diperhatikan bahwa

Lebih terperinci

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG TUGAS AKHIR Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG Disusun : MUHAMMAD SULTON NIM : D.200.01.0120 NIRM

Lebih terperinci

Teknologi Pembuatan Bahan Bakar Pelet Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY

Teknologi Pembuatan Bahan Bakar Pelet Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY Teknologi Pembuatan Bahan Bakar Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY Dalam rangka untuk mengatasi adanya kekurangan energi yang terjadi di dalam negri saat ini, maka banyak penelitian

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni

Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni 51 Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni M. Husna Al Hasa* Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN, Kawasan Puspiptek, Serpong 15313 Abstract Fuel element

Lebih terperinci

PEMBUATAN GREEN PELLET U-ZrHx UNTUK BAHAN BAKAR PWR

PEMBUATAN GREEN PELLET U-ZrHx UNTUK BAHAN BAKAR PWR PEMBUATAN GREEN PELLET U-ZrHx UNTUK BAHAN BAKAR PWR Masrukan K, M. Husna Al Hasa, Anwar Muchsin Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN)-BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang 15313 e-mail: Masrukan2006@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI SINAR X PADA PENAMBAHAN UNSUR Zr TERHADAP PEMBENTUKAN FASA PADUAN U-Zr

ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI SINAR X PADA PENAMBAHAN UNSUR Zr TERHADAP PEMBENTUKAN FASA PADUAN U-Zr ISSN 0852-4777 Analisis Kualitatif dengan Menggunakan Teknik Difraksi Sinar-X pada Penambahan Unsur Zr tehadap Pembentukan Fasa Paduan U-Zr (Masrukan) ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI

Lebih terperinci

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton adalah campuran antara semen portland, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan atau tanpa bahan-tambah sehingga membentuk massa padat. Dalam adukan beton, semen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa negara-negara di dunia selalu membutuhkan dan harus memproduksi energi dalam jumlah yang

Lebih terperinci

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju ABSTRAK ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS

Lebih terperinci

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR PARAMETER

Lebih terperinci

KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS BAJA ST 37 DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI ELEKTRODA

KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS BAJA ST 37 DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI ELEKTRODA KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS BAJA ST 37 DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI ELEKTRODA Oleh : Deddy Hermanto Dosen Pembimbing : I Dewa Gede Ary Subagia ST.,MT.,Ph.D : Ir. I Nyoman Budiarsa, M.T.,Ph.D

Lebih terperinci

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI Oleh NAUSA NUGRAHA SP. 04 02 02 0471 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

PENGARUH KANDUNGAN Nb DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR DALAM PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADUAN U-Zr-Nb

PENGARUH KANDUNGAN Nb DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR DALAM PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADUAN U-Zr-Nb PENGARUH KANDUNGAN Nb DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR DALAM PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADUAN U-Zr-Nb Masrukan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN)-BATAN Kawasan Puspiptek,

Lebih terperinci