HIDRIDING-DEHIDRIDING LOGAM PADUAN U-TH-TI-ZR. Hadi Suwarno Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang - BATAN
|
|
- Shinta Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ISSN Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI HIDRIDING-DEHIDRIDING LOGAM PADUAN U-TH-TI-ZR Hadi Suwarno Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang - BATAN ABSTRAK HIDRIDING-DEHIDRIDING LOGAM PADUAN U-Th-Ti-Zr. Laju penyerapan hidrogen logam paduan U-Th-Ti-Zr dianalisis untuk maksud pengembangan bahan bakar reaktor nuklir jenis hidrida. Pembuatan paduan U-Th-Ti-Zr dengan komposisi rasio atom U:Th:Ti:Zr yang bervariasi dilakukan dengan meleburnya di dalam sebuah tungku busur listrik hingga homogen. Proses hidriding atas spesimen dilakukan pada 3 (tiga) kondisi yang berbeda, dimana diharapkan senyawa biner M-H tidak terbentuk; hasilnya, diperoleh konsentrasi hidrogen maksimum adalah pada rasio [H]/[M] = 1,6, pada suhu akhir 773 o K dan tekanan kpa. Proses hidriding menunjukkan bahwa konsentrasi hidrogen di dalam spesimen tergantung dari suhu dan tekanan. Analisis dengan SEM dan pendar sinar-x terhadap spesimen hasil hidriding menunjukkan bahwa dengan kondisi hidriding yang dipilih spesimen tersusun atas senyawa ThZr 2 H 7+x, UTi 2 H 6, TiZrH, dan sedikit ThH 2, sementara fasa U berada bersama dan saling mengisi dengan fasa UTi 2 H 6. Bertambahnya konsentrasi Th dan Zr mengganggu terbentuknya fasa UTi 2 H 6. Percobaan dehidriding secara isotermik atas senyawa UTi 2 ThZr 2 H 5,74 pada suhu 1073 o K menunjukkan bahwa senyawa tersebut berdekomposisi secara bertahap dan diidentifikasi sebagai dekomposisi sistem Th-ThH 2, TiZr-TiZrH, dan ThZr 2 -ThZr 2 H 3. Meskipun fasa homogen tidak diperoleh dalam percobaan ini namun senyawa hidrida yang diperoleh tidak berubah bentuk menjadi serbuk selama proses hidriding, sehingga apabila logam Ti dihilangkan dari paduan diperkirakan akan diperoleh logam paduan yang bisa dipromosikan sebagai bahan bakar baru. ABSTRACT HYDRIDING-DEHYDRIDING OF U-Th-Ti-Zr ALLOYS. Hydriding-dehydriding properties of U-Th- Ti-Zr alloys have been analyzed in order to develop hydrided nuclear reactor fuel. The preparation of U-Th-Ti-Zr alloys with the atomic ratio of U:Ti:Th:Zr at varied compositions was conducted by melting them for several times in an arc melting furnace. Hydriding of the specimens was conducted in three different operating conditions. As a result, the maximum hydrogen concentration in the specimen was at ratio [H]/[M] = 1.6, at final temperature of 773 o K and pressure of kpa. Hydriding s process exhibited that hydrogen concentration in the specimen depends on the temperature and pressure. SEM and x-ray analysis on the hydrided specimens showed that under the specific hydriding condition the specimen consisted of ThZr 2 H 7+x, UTi 2 H 6, TiZrH compounds with very little ThH 2, while U phase was intercalated into UTi 2 H 6 phase. It is shown that increasing the Th and Zr concentration will disturb the formation of the UTi 2 H 6 phase. Isothermic dehydriding experiment on the UTi 2 ThZr 2 H 5,74 specimen at 1073 o K exhibited that it is decomposed in several stages and identified as decomposition of Th-ThH 2, TiZr-TiZrH, and ThZr 2 -ThZr 2 H 3 systems. Though a homogeneous phase was not obtained, the absence of disintegration and rather low hydrogen desorption pressure showed that if Ti is removed from the alloy it can be promoted as a nuclear fuel. PENDAHULUAN Paduan U-Th telah lama diteliti khususnya dalam bentuk senyawa oksida, karbida, dan paduan lain yang diperoleh dengan cara peleburan. Hasil penelitian paduan uranium telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan bakar reaktor nuklir, baik sebagai bahan bakar untuk reaktor riset maupun reaktor daya. Untuk reaktor daya kebanyakan bahan bakar dalam bentuk senyawa oksida sebagai UO 2 atau paduan UO 2 -ThO 2 atau UO 2 -PuO 2 yang biasa dikenal sebagai MOX-fuel. Untuk reaktor riset biasanya uranium digunakan dalam bentuk logam paduan sebagai U-Al, U 3 O 8, U-Si, dan akhir-akhir ini sedang diupayakan untuk ditingkatkan angka muat bahan bakarnya dengan mempromosikan U-Mo sebagai bahan bakar masa depan. Cadangan thorium di alam lebih banyak dibanding dengan cadangan uranium dan mudah dieksplorasi. Thorium, 232 Th, memiliki sifat fisik dan kimia hampir sama dengan 238 U, yaitu sebagai bahan bakar fertile yang akan menghasilkan bahan fisil 233 Th dengan reaksi penangkapan netron. Sifat netronik 233 Th sedikit lebih baik 147
2 Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI ISSN dibanding dengan 239 Pu, diantaranya sebagai nuklida fisil yang efektif di dalam spectrum termal, dan memiliki tangkapan netron rendah terhadap rasio pembelahan (fission ratio), sehingga isotop yang dihasilkan juga lebih rendah di dalam rantai fisi 238U[1] Selain itu, 232 Th memiliki masa atom lebih rendah dibanding dengan 238 U, sehingga produksi nuklida transuranium juga lebih rendah pada siklus thorium-uranium dibanding dengan siklus uranium-plutonium. Meskipun demikian, hingga saat ini masih sedikit yang memanfaatkannya sebagai bahan bakar nuklir karena sudah terlalu banyaknya bahan fisil (uranium diperkaya dan plutonium) yang telah diproduksi dalam kurun waktu 50 tahun terakhir ini. Dengan memandang beberapa kelebihan thorium, maka thorium dapat juga dipromosikan sebagai bahan bakar nuklir, digunakan bersama-sama dengan uranium. Di dalam reaktor riset jenis TRIGA (Training Research and Isotope production of General Atomic), buatan General Atomic, USA, penggunaan paduan U-ZrH 1,6 telah dibuktikan dapat mereduksi kecelakaan reaktor akibat reaktivitas yang berlebih, disebut sebagai prompt negative temperature coefficient of reactivity, yaitu suatu keadaan dimana apabila reaktivitas di dalam reaktor tak terkendali maka secara otomatis netron yang dilahirkan akan diserap oleh hidrogen sehingga keadaan reaktor yang lebih buruk bisa dihindarkan [2]. Proses hidriding, yaitu reaksi dengan hidrogen, atas logam U dan Th masingmasing membentuk senyawa stabil sebagai U-H dan Th-H. Karena itu, kalau keduanya dipadu mungkin akan membentuk senyawa stabil. Percobaan sebelumnya membuktikan bahwa proses hidriding logam U dan Th mengakibatkan masing-masing spesimen berubah dari bahan masif menjadi serbuk yang disebabkan oleh perubahan ekspansi volumetrik yang besar [3]. Selanjutnya, hidriding paduan U-Ti akan membentuk senyawa stabil UTi 2 H 6 yang memiliki struktur kristal seperti ThZr 2 H 7+x. Karena itu, apabila keempat unsur ini dipadu, U-Th-Ti-Zr, diharapkan akan diperoleh paduan fasa tunggal baru yang kompak tanpa mengalami disintegrasi menjadi serbuk. Pada makalah ini dipresentasikan hasil percobaan hidriding logam paduan UTi 2 -UZr 2 dalam rangka pengembangan bahan bakar jenis hidrida. TATA KERJA Pembuatan logam paduan Spesimen dengan komposisi atom UTi 2 :ThZr 2 = 1:1, 1:1,9, dan 1:4,8, atau ditulis sebagai (UTi 2 )(ThZr 2 ), (UTi 2 )(ThZr 2 ) 1,9, dan (UTi 2 )(ThZr 2 ) 4,8 dibuat dengan cara meleburnya di suatu tungku busur listrik. Setiap porsi timbang dari komponen paduan dimasukkan ke dalam tungku busur listrik dan tungku divakumkan untuk mengusir udara dan kontaminan lain yang ada di dalam tungku. Peleburan dilakukan pada tekanan 50 kpa dalam suasana gas argon. Peleburan dilakukan 5 (lima) kali dengan membalik-balik hasil leburan setiap kali peleburan dengan maksud agar hasil peleburan homogen. Percobaan hidriding-dehidriding Percobaan hidriding-dehidriding dilakukan pada suatu alat yang dirancang dan dirakit sendiri dengan prinsip kerja sebagai berikut: terdapat dua buah ruangan yang dihubungkan dengan sebuah katup. Ruangan yang satu berisi logam U-Th-Ti-Zr dalam suasana vakum sedangkan ruangan lainnya berisi gas hidrogen dengan tekanan tertentu. Apabila katup dibuka maka akan terjadi reaksi antara hidrogen dengan spesimen dan besarnya konsentrasi hidrogen yang diserap oleh spesimen dapat diketahui dari tekanan akhir di dalam kedua ruangan tersebut dan juga dapat diketahui dari pengukuran perubahan berat yang terjadi. Hidriding dilakukan pada suhu yang bervariasi antara 723 o K dan 1073 o K pada tekanan hidrogen yang bervariasi dari 2 kpa hingga sekitar 100 kpa. Dehidriding dilakukan pada suhu 1073 o K dan tekanan sekitar 100 kpa yang kemudian secara bertahap tekanan diturunkan hingga tekanan sangat rendah. Untuk paduan UTi 2 :ThZr 2 = 1:1,9, dan 1:4,8, hidriding awal dilakukan pada suhu 1173 K. Uji SEM dan uji pendar sinar-x Uji SEM dan uji pendar sinar-x dilakukan untuk analisis mikrostruktur dan senyawa hidrida yang terjadi. Uji SEM dilakukan dengan mesin JEOL tipe JSM yang bisa digabung dengan Energy Dispersive X-ray Microanalyzer (tipe JED- 148
3 ISSN Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI 2011), sedangkan uji sinar-x dengan mesin JEOL tipe JDX HASIL DAN BAHASAN Hidriding dan Fasa Hidrida Terbentuk Jumlah hidrogen diserap pada kondisi hidriding sangat bervariasi dan hasilnya ditampilkan dalam Gambar 1. Ditunjukkan pula pengaruh suhu terhadap tekanan plateau dalam sistem ZrH-ZrH 0,4, TiZr-TiZrH 2, ThZr-ThZr 2 H 3, ThZr 2 H 4, dan Th- ThH 2 yang diperoleh dari beberapa jurnal [4,5,6,7]. Gambar 1 menampilkan urutan hidriding terhadap spesimen UTi 2 ThZr 2 yang dilakukan dalam 3 (tiga) cara, Run 1, Run 2, dan Run 3, dan data tekanan kesetimbangan plateau (plateau equilibrium pressure) untuk sistim M-MHx (M adalah logam) [3,4,5,6,7,8,9]. Tekanan plateau adalah suatu keadaan dimana dua fasa berada bersama-sama pada kondisi tekanan konstan atau suhu konstan atau komposisi konstan. Pada kondisi ini sifat termodinamik spesimen menjadi penting karena dua fasa memiliki energi bebas yang sama. Garis dengan label ThZr 2 -ThZr 2 H 3 pada Gambar 1 menunjukkan tekanan plateau untuk kesetimbangan reaksi: ThZr 2 + 1,5H 2 ThZr 2 H 3 Bila tekanan hidrogen di dalam sistem (Peq) berada di atas garis plateau ini maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan membentuk ThZr 2 H 3. Sebaliknya, bila tekanan hidrogen di dalam sistim lebih rendah dari garis plateau maka ThZr 2 tidak akan terbentuk. Hal yang sama berlaku pula untuk tekanan kesetimbangan sistem Zr-H, Th-ThH 2, dan TiZr-TiZrH 2. Dalam Gambar 1 ditampilkan pula data kesetimbangan plateau ThZr 2 H 4, yaitu data kesetimbangan yang dipilih pada komposisi konstan dengan rasio [H]:[M] = 4:3 yang membentuk tekanan plateau pada rentang suhu K. Kesetimbangan U-H dan Ti-H tidak ditampilkan dalam Gambar 1 karena pada suhu tinggi senyawa biner U-H dan Ti-H tidak terbentuk. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 1, tekanan hidrogen dipertahankan di atas tekanan plateau ZrTi-ZrTiH 2 sampai konsentrasi hidrogen mencapai UThTi 2 Zr 2 H 3,8 dan selanjutnya dipertahankan di bawah tekanan plateau Th-ThH 2 sampai konsentrasi hidrogen mencapai UThTi 2 Zr 2 H 5,3 pada Run 2 dan Run 3. Dengan kondisi ini fasa ThZr 2 H 7+x dapat tumbuh dengan baik. Selanjutnya pertumbuhan yang signifikan dari fasa tersebut di atas memerlukan suhu tinggi karena Th dan Zr berada pada fasa yang berbeda sebelum hidriding berlangsung. Percobaan Run 1 yang dilakukan pada 1.E+06 Tekanan, Pa 1.E+05 1.E+04 1.E+03 ThZr 2 H 4 ThZr 2 -ThZr 2 H 3 5,6 5,74 Run 3 5,3 3,8 3,1 3,8 Run 1 4,8 8,0 Run 2 6,0 8,9 8,9 9,2 9,2 7,2 7,5 ZrH-ZrH 0,4 5,2 5,4 Th-ThH 2 9,7 9,7 TiZr-TiZrH 2 1.E Suhu, K Gambar 1. Proses hidriding paduan U-Th-Ti-Zr pada suhu yang bervariasi. Ditampilkan pula data kesetimbangan plateau untuk paduan Ti-Zr-H, Th-Zr-H, Zr-H, dan Ti-Zr-H 149
4 Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI ISSN tekanan awal 120 kpa ternyata menghasilkan konsentrasi hidrogen yang lebih rendah dibandingkan dengan hasil Run 2 dan Run 3, sementara hasil Run 2 tidak berbeda dengan hasil Run 3. Hal ini membuktikan bahwa kondisi operasi hidriding sangat memegang peranan. Hasil percobaan Run 1 membuktikan bahwa proses hidriding pada tekanan tinggi sekitar satu atmosfer menghasilkan serapan hidrogen yang rendah. Hal ini disebabkan oleh kondisi operasi hidriding yang tidak kondusif bagi kemampuan maksimum paduan menyerap hidrogen. Seperti dijelaskan dalam Gambar 1, daerah operasi hidriding yang dibatasi oleh garis plateau ThZr 2 -ThZr 2 H 3 dan ThZr 2 H 4 merupakan area operasi hidriding yang mampu menyerap hidrogen dengan kapasitas besar. Hal ini dibuktikan oleh hasil percobaan Run 2 dan Run 3 yang diawali dengan hidriding pada daerah antara garis plateau ThZr 2 -ThZr 2 H 3 dan ThZr 2 H 4 mampu menyerap hidrogen dengan kapasitas relatif sama pada awalnya dan akhirnya menyerap hidrogen dengan kapasitas sama pada akhir proses hidriding, meskipun jalur operasi hidriding yang ditempuh berbeda. Tabel 1 menampilkan konsentrasi hidrogen untuk setiap Run proses hidriding. Tabel 1. Konsentrasi hidrogen untuk setiap percobaan Run 1 Suhu, K Tekanan, Pa X dalam UTi 2 ThZr 2 H x , , , ,5 Run 2 Suhu, K Tekanan, kpa X dalam UTi 2 ThZr 2 H x , ,175 4, ,676 5, ,5 5, , , ,7 Run 3 Suhu, K Tekanan, kpa X dalam UTi 2 ThZr 2 H x , , , ,7 5, ,7 8, ,7 8, ,7 9, ,7 9,7 150
5 ISSN Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI 1,E+05 Ti x Zr 1-x -Ti x Zr 1-x H 1,E+04 ThZr 2 -ThZr 2 H 3 Th-ThH 2 Tekanan,Pa Ti x Zr 1-x H-Ti x Zr 1-x H 1,5 1,E+03 1,E ,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 x dalam UTi 2 ThZr 2 H x Dari pengamatan visual atas spesimen hasil hidriding dilaporkan bahwa spesimen tetap dalam keadaan masif tanpa berubah menjadi serbuk. Hal ini membuktikan bahwa paduan ini mampu mengungkung hidrogen tanpa mengalami ekspansi panas yang berlebihan. Dehidriding dan dekomposisi fasa Untuk mengidentifikasi fasa-fasa yang terbentuk dari proses hidriding selain dengan menggunakan SEM dapat pula dilakukan dengan proses dehidriding. Metoda yang dilakukan adalah dengan menganalisis perubahan tekanan yang terjadi pada suhu tetap 1073 o K dan hasilnya ditampilkan pada Gambar 2. Gambar 2 menginformasikan bahwa selama proses dehidriding dihasilkan 4 (empat) garis plateau yang menunjukkan ada 4 (empat) kesetimbangan fasa. Untuk menganalisis perubahan fasa yang terjadi pada setiap garis plateau metoda yang digunakan adalah dengan mengukur besar tekanan plateau dan membandingkan dengan data tekanan plateau senyawa hidrida Th-H, Zr-H, Ti-H, Th-Zr-H, Th-Ti-H, dan Ti-Zr-H yang diperoleh dari jurnal [4,5,6,7,8,9,10]. Gambar 2. Proses dehidriding isotermik pada suhu 1073 o K 151 Rentang kesetimbangan yang ditampilkan pada Gambar 2 adalah untuk H = 4,8 5,8 pada tekanan sekitar 55 kpa, H = 3,8 4,8 pada tekanan sekitar 15,5 kpa, H = 2,6 3,8 pada tekanan sekitar 8 kpa, dan H = 0,25 2,6 pada tekanan sekitar 1-3 kpa. Dari data kesetimbangan isotermik sistem titanium-hidrogen [6] diperoleh bahwa pada suhu 1073 o K senyawa Ti-H terdekomposisi menjadi masing-masing unsur, sehingga dipastikan bahwa kesetimbangan H= 4,8 5,8 bukan berasal dari sistem Ti-H. Demikian juga halnya pada kesetimbangan sistem Zr- H [4,5], sistem Ti-Zr-H [7,8], dan sistem Th-Zr- H [10], sementara itu sistem Th-H [9] memiliki rentang dekomposisi yang lebar pada rentang suhu tinggi. Dari data tekanan dan komposisi isometrik sistem Th-H dijumpai bahwa pada suhu 1073 o K dan tekanan sekitar 55 kpa senyawa ThH 2 mengalami dekomposisi menjadi Th dan H 2. Dari fakta ini dipastikan bahwa dekomposisi adalah dari senyawa ThH 2. Dengan cara yang sama diperoleh bahwa garis plateau pada Gambar 2 dengan dekomposisi H = 3,8 4,8 pada tekanan sekitar 15,5 kpa dapat diidentifikasi sebagai dekomposisi kesetimbangan Ti x Zr (1- x)h-tixz (1-x) H 1,5, garis plateau pada Gambar 2 dengan dekomposisi H = 2,6 3,8 pada tekanan sekitar 8 kpa dapat diidentifikasi sebagai dekomposisi kesetimbangan Ti x Zr (1-x) - TixZ (1-x) H, dan garis plateau pada Gambar 2 dengan dekomposisi H = 0,25 2,6 pada
6 Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI ISSN tekanan sekitar 1-3 kpa dapat didentifikasi sebagai dekomposisi kesetimbangan ThZr 2 - ThZr 2 H 3. Kesimpulan yang bisa diambil dari data dekomposisi isotermik ini adalah bahwa senyawa hidrida Th-Zr-H memiliki kestabilan kimia yang lebih tinggi dibanding senyawa hidrida Ti-Zr-H dan Th-H, sedangkan senyawa hidrida Ti-Zr-H memiliki kestabilan kimia lebih baik dibanding senyawa Th-H untuk kondisi suhu yang sama. Identifikasi dengan Pendar Sinar-X dan SEM Hidriding pada suhu 1173 o K yang kemudian diturunkan ke suhu 1073 o K dilakukan untuk paduan kaya ThZr 2 dalam bentuk UTi 2 (ThZr 2 ) 1,9 dan UTi 2 (ThZr 2 ) 4,8. Untuk paduan ini diperoleh rasio [H]/[M] = 1,3 dan 1,6, pada tekanan 1x10 5 Pa dan suhu 1073 K. Gambar 3a menunjukkan hasil pendar sinar-x untuk percobaan Run 1, Run 2, dan Run 3, sedangkan Gambar 3b menunjuk-kan hasil pendar sinar-x untuk spesimen (a) UThTi 2 Zr 2 H 9,7, (b) UTi 2 (ThZr 2 ) 1,9 H 14,4, dan (c) UTi2(ThZr2) 4,8 H 30,3. Fraksi fasa ThZr 2 H 7+x bertambah besar dengan bertambahnya kandungan Th dan Zr. Sementara fasa-fasa yang lain, seperti U, Th 4 H 15, dan Zr-Ti-H selalu dapat diidentifikasi. Fasa ThO 2 yang terdeteksi mungkin terbentuk dari ThH 2 sebagai akibat dari pemolesan spesimen. Dari Gambar 3a dapat dijelaskan bahwa dengan kondisi Run 1 ternyata pertumbuhan senyawa ThH2-x tidak dapat dihindari dibandingkan dengan kondisi, Run 2, dan Run 3. Demikian pula, pertumbuhan senyawa UTi 2 H 6-x tidak bisa berjalan dengan baik pada Run 1 karena pada tekanan 100 kpa suhu 1073 o K pembentukan terner UTi 2 H 6-x dihambat oleh pembentukan sistem Th-H. Sementara itu pada Run 2 dan Run 3 jelas terlihat bahwa terner UTi 2 H 6-x dan ThZr 2 H 7+x dapat tumbuh dengan baik. Hal ini mudah dipahami karena pertumbuhan kedua senyawa terner tersebut memerlukan suhu Gambar 3. [a] [a] Hasil pendar sinar-x kondisi Run 1, Run 2, dan Run 3 paduan UTi2ThZr2Hx, dan [b] Hasil pendar sinar-x hidrida (a) UTi2ThZr2H9,7,(b) UTi2(ThZr2)1,9H14,4, dan (c) UTi2(ThZr2)4,8H14,4 [b] 152
7 ISSN Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI (a) (b) (c) (d) Gambar 4. Hasil SEM Backscattering electron image untuk (a) UTi2ThZr2, (b) UTi2ThZr2H9,7, (c) UTi2(ThZr2)1,9H14,4, dan UTi2(ThZr2)4,8H30,3 yang tinggi [10,11]. Hasil ini menunjukkan bahwa konsentrasi hidrogen di dalam spesimen tergantung dari kondisi suhu dan tekanan hidriding. Gambar 3b menunjukkan hasil uji pendar sinar-x beberapa spesimen UTi 2 (ThZr 2 ). Fasa ThZr 2 H 7+x tumbuh dengan baik pada Run 3, dimana suhu adalah paling tinggi diantara ketiga percobaan. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 1, tekanan hidrogen dipertahankan dibawah tekanan plateau ZrTi-ZrTiH 2 sampai konsentrasi hidrogen mencapai UThTi 2 Zr 2 H 3,8 dan selanjutnya dipertahankan dibawah tekanan plateau ZrH-ZrH 1,4 atau Th-ThH 2 sampai konsentrasi hidrogen mencapai UThTi 2 Zr 2 H 5, pada Run 2 dan Run 3. Dengan kondisi ini fasa ThZr 2 H 7+x dapat tumbuh dengan baik. Selanjutnya pertumbuhan yang signifikan dari fasa-fasa tersebut di atas memerlukan suhu yang lebih tinggi dari 1073 o K karena Th dan Zr berada pada fasa-fasa yang berbeda sebelum hidriding berlangsung. Hidriding dengan suhu yang lebih tinggi, 1173 K, dilakukan untuk paduan kaya ThZr 2 dalam bentuk UTi 2 (ThZr 2 ) 1,9 dan UTi 2 (ThZr 2 ) 4,8. Untuk paduan ini diperoleh rasio [H]/[M] = 1,3 dan 1,6, pada tekanan 1x10 5 Pa dan suhu 1073 K. Gambar 3b menunjukkan hasil pendar sinar-x untuk spesimen (a) UThTi 2 Zr 2 H 9,7, (b) UTi 2 (ThZr 2 ) 1,9 H 14,4, dan (c) UTi2(ThZr2) 4,8 H 30,3. Fraksi fasa ThZr 2 H 7+x bertambah besar dengan bertambahnya kandunganth dan Zr. Sementara fasa-fasa yang lain, seperti U, Th 4 H 15, dan Zr-Ti-H selalu dapat diidentifikasi. Sekali lagi, ThO 2 153
8 Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI ISSN yang terdeteksi mungkin terbentuk dari ThH 2 sebagai akibat dari pemolesan spesimen. Fasa-fasa yang terbentuk juga dikonfirmasi dengan SEM dan EDS dan ditampilkan pada Gambar 4. Hasil EDS tidak ditampilkan dalam tulisan ini. Gambar 4a adalah hasil SEM paduan UTi 2 ThZr 2 sebelum hidriding. Dari gambar tampak bahwa sebelum hidriding paduan terdiri dari 3 fasa yang dapat diidentifikasi sebagai fasa δ-uzr 2 (warna terang), fasa Ti-Zr (warna gelap), sementara fasa thorium berada bersamasama dengan fasa Ti-Zr (warna agak terang). Hal ini dapat dijelaskan dengan diagram fasa, bahwa dalam sistem Th-Zr kedua logam ini tidak larut satu sama lain pada suhu rendah, demikian pula halnya dengan sistem Th-Ti. Sementara itu dalam sistem U-Zr diperoleh fasa stabil δ-uzr 2 pada suhu rendah yang lebar; demikian pula halnya dengan sistem Ti-Zr. Gambar 4b adalah hasil hidriding paduan UTi 2 ThZr 2 pada suhu 773 K. hasil hidriding membentuk 4 fasa yang diidentifikasi sebagai fasa Zr x Ti 1- xh 2-y (warna kelam), UTi 2 H 6-x (warna bercak), dan ThZr 2 H 7+x (warna paling terang). Dari gambar diperoleh informasi bahwa terner U- Ti-H dapat tumbuh meskipun terganggu oleh pembentukan sistem Ti-Zr-H dan Th-Zr-H. Gambar 4c adalah hasil hidriding paduan UTi 2 (ThZr 2 ) 1,9. Dari gambar diperoleh informasi bahwa bertambahnya kandungan Th dan Zr mengganggu pertumbuhan terner UTi 2 H 6-x, sedangkan terner ThZr 2 H 7+x dapat tumbuh dengan baik. Gambar 4d adalah hasil hidriding paduan UTi 2 (ThZr 2 ) 4,8. Dari gambar diperoleh informasi bahwa terner ThZr 2 H 7+x semakin dominan dan, seperti halnya Gambar 4c, terner UTi 2 H 6-x tidak terbentuk. Hal ini mungkin disebabkan oleh semua Ti diikat dengan kuat oleh Zr membentuk fasa Ti-Zr-H. Dari informasi ini dapat disimpulkan bahwa adanya Ti mengganggu terbentuknya paduan yang homogen, meskipun spesimen tetap utuh sebagai benda masif. SIMPULAN Hidriding logam paduan U-Ti-Th-Zr dengan komposisi atom U:Ti:Th:Zr = 1:2:1:2, 1:2:1,9:3,8, dan 1:2:4,8:9,6 atau ditulis UTi 2 (ThZr 2 ), UTi 2 (ThZr 2 ) 1,9, dan UTi 2 (ThZr 2 ) 4,8, dapat menampung hidrogen dengan konsentrasi [H]/[M] = 1,6 pada suhu o K dan tekanan kpa. Dengan kondisi hidriding yang spesifik dapat dicegah terbentuknya senyawa biner Ti-H, dan Zr-H, sementara senyawa terner UTi 2 H 6-x dan ThZr 2 H 7+x tumbuh dengan baik. Pada spesimen dengan kandungan Th dan Zr tinggi, hidriding mengakibatkan pembentukan terner UTi 2 H 6-x terganggu dan sebaliknya terner ThZr 2 H 7+x menjadi lebih dominan. Dekomposisi isotermik atas paduan UTi 2 ThZr 2 H 5,7 pada suhu 1073 o K dan tekanan bervariasi menunjukkan bahwa terner ThZr 2 H 7+x memiliki kestabilan senyawa yang tinggi, sehingga apabila logam Ti dihilangkan dari paduan U-Th-Ti- Zr, maka diharapkan akan diperoleh paduan fasa yang lebih homogen. Pengamatan visual atas hasil hidriding-dehidriding spesimen, bahwa spesimen berbentuk masif, sementara tekanan dekompoisisi yang rendah hidrogen menunjukkan bahwa spesimen dapat dipromosikan sebagai bahan bakar nuklir baru. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Nuclear Fuel Industries Ltd., Jepang, yang telah menyediakan bahanbahan untuk penelitian. Terima kasih juga disampaikan kepada segenap staf Institute for Materials Research, Universitas Tohoku, Jepang, yang telah membantu menyediakan fasilitas untuk uji SEM dan pendar sinar-x. DAFTAR PUSTAKA [1] J. Tommasi, A. Puill, Y.K. Lee, Use of Thorium based Fuels In Thermal and Fast Reactors, Global 97, International Conference on Future Nuclear systems, Proceeding, October 5-10, 1997, Yokohama, Japan, p [2] M.T. Simnad, Nuclear Engineering and Designs, 64(1981) [3] H. Suwarno, Master Thesis, The University of Tokyo, March [4] R.L. Beck, Transactions of the ASM, 55(1962) , [5] G.G. Libowitz, Journal of Nuclear Materials, 2(1962) [6] A.D. McQuillan, Proceeding of the Royal Society London, A204(1950) [7] V.Y. Labaton, E.V. Garner, and E. Whitehead, J. Inorg. Nucl. Chem., 24(1962)
9 ISSN Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI [8] N. Pessall and A.D. McQuillan, Trans. Of the Metallurgical Soc, of AIME, 224(1962) [9] W. Bartscher, Diffusion Defect Data B, Solid State Phenomena, Vol , , (1996). [10] W. Bartscher and J. Rebizant, J. Less- Com. Metals, 136, , (1988). [11] T. Yamamoto, H. Kayano, M. Yamawaki, Science Report of the Research Institute, A-Vol. 35, No. 2(1991) [12] C.B. Alcock et.al., Atomic Energy Review, Special Issue No. 6, International Atomic Energy Agency, Vienna, (1976), p.55, TANYA JAWAB 1. Nurdin Effendi Apakah keempat gambar mikrostruktur diperoleh dari satu sample? Hadi Suwarno Bukan, keempat gambar diambil dari 4 spesimen yang berbeda. 2. Tony Siahaan Apakah proses hidriding merupakan proses difusi atau proses lain? Hadi Suwarno Hidriding merupakan reaksi interstitial/sisipan. Agar reaksi interstitial bisa berlangsung diperlukan beberapa syarat, diantaranya jari-jari atom logam harus sedemikian rupa sehingga atom hydrogen bisa menyisip di antara atomatom logam. 155
10 Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI ISSN
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HIDROGEN TERHADAP DIFUSIVITAS TERMAL PADUAN UTh 4 Zr 10 H x
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HIDROGEN TERHADAP DIFUSIVITAS TERMAL PADUAN UTh 4 Zr 10 H x Hadi Suwarno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN, Serpong ABSTRAK PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HIDROGEN TERHADAP
Lebih terperinciPEMBUA TAN DAN ANALISIS LOGAM mdrida P ADUAN U- Th-Zr UNTUK PEMGEMBANGAN BAHAN BAKAR BARU. Hadi Suwarno
PEMBUA TAN DAN ANALISIS LOGAM mdrida P ADUAN U- Th-Zr UNTUK PEMGEMBANGAN BAHAN BAKAR BARU Hadi Suwarno Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir don Daur Ulang, BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang
Lebih terperinciFABRIKASI DAN UJI PASKA IRADIASI PELET U-ZrH 1,6 DAN UTh 4 Zr 10 H 20
Hadi Suwarno ISSN 0216-3128 1 FABRIKASI DAN UJI PASKA IRADIASI PELET U-ZrH 1,6 DAN UTh 4 Zr 10 H 20 Hadi Suwarno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK FABRIKASI DAN UJI PASKA IRADIASI PELET
Lebih terperinciPENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA
Urania Vol. 14 No. 4, Oktober 2008 : 161-233 ISSN 0852-4777 PENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA Masrukan (1) dan Aslina Br Ginting (1) 1. Pusat
Lebih terperinciPENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER
No. 02/ Tahun I. Oktober 2008 ISSN 19792409 PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN UZr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER Yanlinastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PENENTUAN
Lebih terperinciPENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr
PENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr ABSTRAK Masrukan, Agoeng Kadarjono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan 15314, Banten
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al
PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al Effect of Additional Alloy Compostion AI in Fe-Ni-Al Dianasanti Salati Sekolah Tinggi Manajemen Industri Jakarta Tanggal Masuk: (19/7/2014) Tanggal
Lebih terperinciANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER
ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER YANLINASTUTI, SUTRI INDARYATI, RAHMIATI Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Serpong Abstrak ANALISIS
Lebih terperinciKARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK
No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK Slamet P dan Yatno D.A.S. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -
Lebih terperinciAnalisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )
Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Riska*, Dian Fitriyani, Feriska Handayani Irka Jurusan Fisika Universitas Andalas *riska_fya@yahoo.com
Lebih terperinciPENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR
PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi
Lebih terperinciB64 Pembuatan Green Pellet U-ZrHx Untuk Bahan Bakar Reaktor Riset. Peneliti Utama : Ir.Masrukan, M.T
logo lembaga B64 Pembuatan Green Pellet U-ZrHx Untuk Bahan Bakar Reaktor Riset Peneliti Utama : Ir.Masrukan, M.T Anggota : Ir.M. Husna Alhasa, M.T Ir.Sungkono, M.T Ir. Anwar Muchsin Erilia Yusnitha, S.T
Lebih terperinciANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER
ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER YANLINASTUTI, SUTRI INDARYATI, RAHMIATI Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Serpong Abstrak ANALISIS
Lebih terperinciANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI SINAR X PADA PENAMBAHAN UNSUR Zr TERHADAP PEMBENTUKAN FASA PADUAN U-Zr
ISSN 0852-4777 Analisis Kualitatif dengan Menggunakan Teknik Difraksi Sinar-X pada Penambahan Unsur Zr tehadap Pembentukan Fasa Paduan U-Zr (Masrukan) ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI
Lebih terperinciPengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni
51 Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni M. Husna Al Hasa* Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN, Kawasan Puspiptek, Serpong 15313 Abstract Fuel element
Lebih terperinciPengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill
Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill I Wayan Yuda Semaradipta 2710100018 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,
Lebih terperinciREAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2
ISSN 1907 2635 Reaksi Termokimia Paduan AlFeNi dengan Bahan Bakar U 3Si 2 (Aslina Br.Ginting, M. Husna Al Hasa) REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 Aslina Br. Ginting dan M. Husna
Lebih terperinciKARAKTERISASI PADUAN U-7%Mo DAN U-7%Mo-x%Si (x = 1, 2, dan 3%) HASIL PROSES PELEBURAN DALAM TUNGKU BUSUR LISTRIK
KARAKTERISASI PADUAN U-7%Mo DAN U-7%Mo-x%Si (x = 1, 2, dan 3%) HASIL PROSES PELEBURAN DALAM TUNGKU BUSUR LISTRIK ABSTRAK Supardjo, H. Suwarno dan A. Kadarjono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN
Lebih terperinciTeknologi Pembuatan Bahan Bakar Pelet Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY
Teknologi Pembuatan Bahan Bakar Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY Dalam rangka untuk mengatasi adanya kekurangan energi yang terjadi di dalam negri saat ini, maka banyak penelitian
Lebih terperinciPENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati
PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2 Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati ABSTRAK PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Elemen bakar merupakan salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), maka peningkatan kebutuhan
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT
PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT Meiby Astri Lestari, Dian Fitriyani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang e-mail : meibyasri@gmail.com
Lebih terperinciPENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI
No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI Lilis Windaryati, Ngatijo dan Agus Sartono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN
Lebih terperinciANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr
ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr Asminar, Rahmiati, Siamet Pribadi ABSTRAK ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Memperoleh energi yang terjangkau untuk rumah tangga dan industri adalah aktivitas utama pada masa ini dimana fisi nuklir memainkan peran yang sangat penting. Para
Lebih terperinciOPTIMASI PROSES REDUKSI HASIL OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UOz
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 OPTIMASI PROSES REDUKSI HASIL OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UOz Ratih Langenati, Ngatijo, Lilis Windaryati, Agus Sartono, Banawa Sri Galuh, Mahpudin
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR FASA PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL
Urania Vol. 17 No. 2, Juni 2011 : 55-115 ISSN 0852-4777 PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR FASA PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL M.Husna Al Hasa (1) dan Anwar Muchsin (1) 1. Pusat
Lebih terperinciKAJIAN SINTESA PADUAN U-Mo DENCAN tara PELEBURAN
HasH-hasil Penelitian EBN Tahun 2005 KAJIAN SINTESA PADUAN U-Mo DENCAN tara PELEBURAN Budi Briyatmoko ABSTRAK KAJIAN SINTESA PADUAN U-Mo DENGAN CARA PELEBURAN. Telah dipelajari sintesa paduan U-Mo dengan
Lebih terperinciPENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER
ISSN 979-409 PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER Yanlinastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENGUKURAN
Lebih terperinciBAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM
BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM 3.1. Siklus Bahan Bakar Nuklir Siklus bahan bakar nuklir (nuclear fuel cycle) adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pemanfaatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan listrik di Indonesia semakin meningkat, sedangkan bahan bakar fosil akan segera habis. Oleh karena itu dibutuhkan pembangkit listrik yang dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL
ISSN 0852-4777 Pengaruh Temperatur Terhadap Sifat Bahan Paduan Alumunium Fero Nikel (Maman Kartaman, M. Husna Al Hasa, Ahmad Paid) PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL Maman
Lebih terperinciFORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS
M. Husna Al Hasa ISSN 0216-3128 37 FORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS M. Husna Al Hasa Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir ABSTRAK FORMASI
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah industri baja. Peningkatan jumlah industri di bidang ini berkaitan dengan tingginya kebutuhan
Lebih terperinciKARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN
No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN Martoyo, Ahmad Paid, M.Suryadiman Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -
Lebih terperinciPENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG MEMENUHI SPESIFIKASI BAHAN BAKAR TIPE PHWR
Penetapan Parameter Proses Pembuatan Bahan Bakar UO 2 Serbuk Halus yang Memenuhi Spesifikasi Bahan Bakar Tipe PHWR (Abdul Latief) PENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG
Lebih terperinciKARAKTER TERMAL SERBUK U-6Zr DAN U-10Zr SEBAGAI BAHAN BAKAR REAKTOR RISET
KARAKTER TERMAL SERBUK U-6Zr DAN U-10Zr SEBAGAI BAHAN BAKAR REAKTOR RISET ABSTRAK Masrukan K, Yanlianastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang
Lebih terperinciPEMBENTUKAN SINGLE PHASE PADUAN U7Mo.xTi DENGAN TEKNIK PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK
ISSN 0852-4777 Pembentukan Single Phase Paduan U7Mo.xTi dengan Teknik Peleburan menggunakan Tungku Busur (Supardjo, Agoeng K, dan Wisnu Ari Adi) PEMBENTUKAN SINGLE PHASE PADUAN U7Mo.xTi DENGAN TEKNIK PELEBURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak
Lebih terperinciSTUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM
DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.tpn.01 STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM Ridha Mayanti 1,a), Menik Ariani 2,b), Fiber Monado 2,c)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS
BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Komposisi Masukan Perhitungan dilakukan dengan menjadikan uranium, thorium, plutonium (Pu), dan aktinida minor (MA) sebagai bahan bakar reactor. Komposisi Pu dan MA yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di dunia, yang menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang besar. PLTN
Lebih terperinciREAKTOR PEMBIAK CEPAT
REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio
Lebih terperinciPENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT
PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Reaktor pembiak cepat (Fast Breeder Reactor/FBR) adalah reaktor yang memiliki kemampuan untuk melakukan "pembiakan", yaitu suatu proses di mana selama reaktor
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI FASE PADUAN U-7%Mo-x%Zr (x = 1, 2, 3% berat) HASIL PROSES PELEBURAN
ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI FASE PADUAN U-7%Mo-x%Zr (x = 1, 2, 3% berat) HASIL PROSES PELEBURAN Supardjo*, Boybul*, Agoeng Kadarjono*, Wisnu A.A.** * Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN **Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Seiring dengan pemanfaatan PLTN terdapat kecenderungan penumpukan
Lebih terperinciKIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif
KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12
Lebih terperinciBackground 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si
Background Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA Umumnya logam tidak berdiri sendiri (tidak dalam keadaan murni) Kemurnian Sifat Pemaduan logam akan memperbaiki sifat logam, a.l.: kekuatan, keuletan, kekerasan,
Lebih terperinciPEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al
No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al Guswardani, Susworo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan
Lebih terperinciPENGARUH TEKANAN PENGOMPAKAN, KOMPOSISI Er 2 O 3 DAN PENYINTERAN PADA TEMPERATUR RENDAH TERHADAP KUALITAS PELET UO 2 + Er 2 O 3
J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 1 No. 2 Juni 2005: 58 107 ISSN 1907 2635 PENGARUH TEKANAN PENGOMPAKAN, KOMPOSISI Er 2 O 3 DAN PENYINTERAN PADA TEMPERATUR RENDAH TERHADAP KUALITAS PELET UO 2 + Er 2 O 3 Abdul Latief,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi energi listrik dunia dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam hal ini industri memegang peranan penting dalam kenaikan konsumsi listrik dunia. Di Indonesia,
Lebih terperinciPENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT Zr-Nb-Si
ISSN 1907 2635 Pengaruh Kandungan Si terhadap Mikrostruktur dan Kekerasan Ingot Zr-Nb-Si (Heri Hardiyanti, Futichah, Djoko Kisworo, Slamet P.) PENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SENYAWA YANG TERBENTUK AKIBAT REAKSI TERMOKIMIA PADA INGOT BAHAN BAKAR
IDENTIFIKASI SENYAWA YANG TERBENTUK AKIBAT REAKSI TERMOKIMIA PADA INGOT BAHAN BAKAR U 3 O 8 -Al, U 3 Si 2 -Al DAN UMo-Al MENGGUNAKAN X-RAY DIFFRACTOMETER Aslina Br. Ginting Pusat Teknologi Bahan Bakar
Lebih terperinciPERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI
PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI Meilinda Nurbanasari, Djoko Hadi Prajitno*, dan Hendra Chany, ST Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri ITENAS Jl. PHH. Mustapa no.23,
Lebih terperinciKAJIAN MODIFIKASI TEKNOLOGI FABRIKASI BAHAN BAKAR TRIGA GENERAL ATOMIC COMPANY MENJADI TRIGA PT. BATAN TEKNOLOGI
132 ISSN 0216-3128 Hadi Suwarno, dkk. KAJIAN MODIFIKASI TEKNOLOGI FABRIKASI BAHAN BAKAR TRIGA GENERAL ATOMIC COMPANY MENJADI TRIGA PT. BATAN TEKNOLOGI Hadi Suwarno, Budi Briyatmoko Pusat Pengembangan Teknologi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan dengan membuat simulasi AHR menggunakan software MCNPX. Analisis hasil dilakukan berdasarkan perhitungan terhadap nilai kritikalitas (k eff )
Lebih terperinciAnalisis netronik 3-D tentang Skenario SUPEL pada BWR
1 DESKRIPSI RISET I (Daur Ulang Secara Langsung Limbah Nuklir dengan Metode SUPEL Menuju Zero Release Waste) 1.1 Deskripsi singkat Kebutuhan energi global yang terus meningkat menjadi salah satu pendorong
Lebih terperinciREACTION RESULT PREDICTION OF UO 2 OXIDATION IN THERMOGRAVIMETRIC USE OF REGRESSION POLYNOMIAL
101 REACTION RESULT PREDICTION OF UO 2 OXIDATION IN THERMOGRAVIMETRIC USE OF REGRESSION POLYNOMIAL Prediksi Hasil Reaksi Oksidasi UO 2 secara Thermogravimetri dengan Regresi Polinomial * National Nuclear
Lebih terperinciSTUDI TENTANG KEKERASANCLADDING PEB U3Sh-AL TMU RENDAH - TINGGI PRA IRADIASI
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING PEB U3Sh-AL TMU RENDAH - TINGGI PRA IRADIASI Martoyo, Nusin Samosir, Suparjo, dan U. Sudjadi ABSTRAK STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING
Lebih terperinci12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si
Fasa (P) Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya adalah suatu daerah (region) yang berbeda struktur atau komposisinya dari daerah lain. Nurun Nayiroh, M.Si Fasa juga dapat didefinisikan
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan
Lebih terperinciPENGARUH KADAR Ni TERHADAP SIFAT KEKERASAN, LAJU KOROSI DAN STABILITAS PANAS BAHAN STRUKTUR BERBASIS ALUMINIUM
Urania PENGARUH KADAR Ni TERHADAP SIFAT KEKERASAN, LAJU KOROSI DAN STABILITAS PANAS BAHAN STRUKTUR BERBASIS ALUMINIUM M. Husna Al Hasa Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir- BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong,
Lebih terperinciBAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi
BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri
Lebih terperinciREAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.
REAKTOR NUKLIR Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Reaktor Nuklir Reaktor Nuklir pertama kali dibuat oleh Fermi tahun 1942. Reaktor nuklir dikelompokkanmenjadi reaktor penelitian dan reaktor
Lebih terperinciIII.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN TUGAS... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR, WAKTU OKSIDASI DAN KONSENTRASI ZrO 2 TERHADAP DENSITAS, LUAS PERMUKAAN DAN RASIO O/U HASIL REDUKSI (U 3 O 8 +ZrO 2 )
ISSN 85-4777 Pengaruh Temperatur, Waktu Oksidasi dan Konsentrasi ZrO Terhadap Densitas, Luas Permukaan dan Rasio O/U Hasil Reduksi (U 3O 8+ ZrO ) (Sigit, Ghaib Widodo, Haryono SW, Supardjono M, Nurwidjajadi)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.
10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi
Lebih terperinciPEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al
ABSTRAK PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al Susworo, Suhardyo, Setia Permana Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al. Pembuatan pelat elemen bakar/peb mini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen
Lebih terperinciKARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN MIKRO- STRUKTUR U-Mo SEBAGAI KANDIDAT BAHAN BAKAR REAKTOR RISET
180 ISSN 0216-3128 M. Husna Al Hasa, dkk. KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN MIKRO- STRUKTUR U-Mo SEBAGAI KANDIDAT BAHAN BAKAR REAKTOR RISET M. Husna Al Hasa, Asmedi Suripto, Fathurrachman, Martoyo, Achmad
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
24 3.1. Metodologi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan menggunakan diagram alir seperti Gambar 3.1. PEMOTONGAN SAMPEL UJI KEKERASAN POLARISASI DICELUPKAN DALAM LARUTAN DARAH
Lebih terperinciKARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN UZrNb PASCA PERLAKUAN PANAS
KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN UZrNb PASCA PERLAKUAN PANAS Masrukan (1), Tri Yulianto (1), dan Erilia Y (1) 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN)-BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong
Lebih terperinciPENGARUH PROSES DEGASSING PADA REAKSI ANTAR MUKA ANTARA ALUMINIUM CAIR DAN TUNGKU PELEBURANNYA T E S I S OLEH LUTIYATMI NIM.
PENGARUH PROSES DEGASSING PADA REAKSI ANTAR MUKA ANTARA ALUMINIUM CAIR DAN TUNGKU PELEBURANNYA T E S I S Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Teknik Mesin
Lebih terperinciANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET
ISSN 907 635 ANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET Aslina Br.Ginting, M.Husna Al Hasa, Masrukan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK, Tangerang
Lebih terperinciANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET
ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET Masrukan, Aslina Br.Ginting Pusbangtek Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang
Lebih terperinciREAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI
REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id 081556431053 / (0271) 821585 REAKSI INTI Reaksi Inti adalah proses perubahan yang terjadi dalam inti atom
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PADUAN AlFeNi SEBAGAI BAHAN STRUKTUR INDUSTRI NUKLIR
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 PENGEMBANGAN PADUAN AlFeNi SEBAGAI BAHAN STRUKTUR INDUSTRI NUKLIR M.Husna Al Hasa, Futichah dan Anwar Muchsin Pusat Teknologi Bahan
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT BAHAYA PADA PASKA PERLAKUAN DAUR ULANG PEMBAKARAN/TRANSMUTASI AKTINIDA. Marsodi, dan Mulyanto
ANALISIS TINGKAT BAHAYA PADA PASKA PERLAKUAN DAUR ULANG PEMBAKARAN/TRANSMUTASI AKTINIDA Marsodi, dan Mulyanto ABSTRAK Analisis Tingkat Bahaya pada Paska Perlakuan Daur Ulang Pembakaran/Transmutasi Aktinida.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FASA PELET BAHAN BAKAR U-ZrH x HASIL PROSES SINTER DENGAN ATMOSFER NITROGEN
p ISSN 0852 4777; e ISSN 2528 0473 IDENTIFIKASI FASA PELET BAHAN BAKAR U-H x HASIL PROSES SINTER DENGAN ATMOSFER NITROGEN Masrukan 1, Jan Setiawan 1, Dwi Biyantoro 2 1 Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN
Lebih terperinciANALISIS TERMAL GARAM CAMPURAN MgCl 2 -NaCl
J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 1 No. 1 Januari 2005: 1 57 ISSN 1907 2635 ANALISIS TERMAL GARAM CAMPURAN MgCl 2 -NaCl Sigit, Aslina Br.Ginting, Hendro Wahyono Pusbangtek Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang BATAN,
Lebih terperinciPEMBUATAN GREEN PELLET U-ZrHx UNTUK BAHAN BAKAR PWR
PEMBUATAN GREEN PELLET U-ZrHx UNTUK BAHAN BAKAR PWR Masrukan K, M. Husna Al Hasa, Anwar Muchsin Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN)-BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang 15313 e-mail: Masrukan2006@yahoo.com
Lebih terperinciPENGARUH KANDUNGAN Nb DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR DALAM PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADUAN U-Zr-Nb
PENGARUH KANDUNGAN Nb DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR DALAM PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADUAN U-Zr-Nb Masrukan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN)-BATAN Kawasan Puspiptek,
Lebih terperinciSTUDI PROSES PEMBUATAN SERBUK UMo SEBAGAI BAHAN BAKAR DISPERSI UMo-Al UNTUK REAKTOR RISET
Supardjo ISSN 0216-3128 217 STUDI PROSES PEMBUATAN SERBUK UMo SEBAGAI BAHAN BAKAR DISPERSI UMo-Al UNTUK REAKTOR RISET Supardjo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK STUDI PROSES PEMBUATAN
Lebih terperinciAnalisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)
Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 1, Januari 2016 ISSN 2302-8491 Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX) Nella Permata Sari 1,*, Dian Fitriyani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa negara-negara di dunia selalu membutuhkan dan harus memproduksi energi dalam jumlah yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Penambahan penghalus butir titanium Karakterisasi: Uji komposisi Uji kekerasan Karakterisasi: Uji kekerasan Mikrostruktur (OM) Penuaan (T4 dan T6) T = 28
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. INDIKASI FASA PADA SETIAP LAPISAN INTERMETALIK Berdasarkan hasil SEM terhadap H13 yang telah mengalami proses pencelupan di dalam Al-12Si cair, terlihat dalam permukaan
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK
PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN ABSTRAK PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi yang pesat pada abad 20 dan ditambah dengan pertambahan penduduk yang tinggi seiring dengan konsumsi energi dunia yang semakin besar. Konsumsi
Lebih terperinciTUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)
TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul
Lebih terperinciSTUDI SIFAT BAHAN BAKAR URANIUM SILISIDA AKIBAT IRADIASI
ID0100126 Pmsiding Pesentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II STUDI SIFAT BAHAN BAKAR URANIUM SILISIDA AKIBAT IRADIASI ABSTRAK Supardjo Pusat Elemen Bakar Nuklir STUDI SIFAT BAHAN BAKAR URANIUM SILISIDA
Lebih terperinciPENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam
PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam ABSTRAK Porositas merupakan salah satu jenis cacat coran yang sering terjadi
Lebih terperinciPOTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN
POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN POTENTIAL OF THORIUM AS FUEL AT GAS COOLED FAST REACTOR FOR NUCLEAR POWER PLANT Menik Ariani 1 *, Supardi 1, Fiber Monado
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838, sel bahan bakar telah berkembang dan menjadi salah
Lebih terperinciUJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN
PKMI-3-2-1 UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550 O C) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr SEBAGAI KANDIDAT KELONGSONG (CLADDING) BAHAN BAKAR NUKLIR Beni Hermawan, Incik Budi Permana,
Lebih terperinciDesain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No.01, Januari Tahun 2016 Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),
Lebih terperinciPENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR
PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR BANGUN PRIBADI *, SUPRAPTO **, DWI PRIYANTORO* *Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010
Lebih terperinciKONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR
KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Penggunaan uranium sebagai bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) selain menghasilkan tenaga listrik dapat juga menghasilkan bahan
Lebih terperinci