KAJIAN MODIFIKASI TEKNOLOGI FABRIKASI BAHAN BAKAR TRIGA GENERAL ATOMIC COMPANY MENJADI TRIGA PT. BATAN TEKNOLOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN MODIFIKASI TEKNOLOGI FABRIKASI BAHAN BAKAR TRIGA GENERAL ATOMIC COMPANY MENJADI TRIGA PT. BATAN TEKNOLOGI"

Transkripsi

1 132 ISSN Hadi Suwarno, dkk. KAJIAN MODIFIKASI TEKNOLOGI FABRIKASI BAHAN BAKAR TRIGA GENERAL ATOMIC COMPANY MENJADI TRIGA PT. BATAN TEKNOLOGI Hadi Suwarno, Budi Briyatmoko Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang, BATAN ABSTRAK KAJIAN MODIFIKASI TEKNOLOGI FABRIKASI BAHAN BAKAR TRIGA GENERAL ATOMIC COMPANY MENJADI TRIGA PT. BATAN TEKNOLOGI. Untuk mengantisipasi kemungkinan kesulitan pasokan elemen bakar TRIGA untuk reaktor jenis TRIGA Bandung-2000 dan Kartini di masa yang akan datang, dilakukan analisis kemungkinan PT. BATAN Teknologi bisa memproduksi elemen bakar TRIGA. Teknologi produksi elemen bakar TRIGA yang dikembangkan oleh General Atomic menggunakan beberapa peralatan produksi dengan desain spesifik dan tidak dimiliki oleh PT. BATAN Teknologi, seperti mesin press, tungku busur listrik, mesin ekstruder suhu tinggi, mesin hidriding, mesin las vakum otomatis, dan beberapa peralatan spesifik lainnya. Untuk mengatasi ketiadaan mesin-mesin tersebut di PT. BATAN Teknologi, perubahan teknologi pembuatan elemen bakar TRIGA General Atomic harus dilakukan. Modifikasi atas jalur produksi pelet U-Zr menjadi metoda lebur-cetak menyebabkan tidak diperlukan lagi mesin press dan mesin ekstrusi suhu tinggi. Mesin hidriding, mesin las vakum otomatis, dan beberapa alat bantu produksi sedang dirancang dan sebagian sedang dirakit. Sukses memodifikasi teknologi fabrikasi elemen bakar TRIGA General Atomic, memungkinkan PT. BATAN Teknologi akan memiliki kemampuan memproduksi sendiri. ABSTRACT MODIFICATION ANALYSIS ON TRIGA FUEL FABRICATION TECHNOLOGY OF GENERAL ATOMIC COMPANY INTO TRIGA PT. BATAN TEKNOLOGI. To order to anticipate the difficulty problems in supplying TRIGA fuel elements to be used for the TRIGA Bandung-2000 and Kartini reactors in the future, analysis for the possibility of PT. BATAN Teknologi to produce TRIGA fuel element has been carried out. TRIGA fuel element production technology developed at the General Atomic uses machines with special designs which are not available at PT. BATAN Teknologi, such as pressing machine, arc melting, hot extruding machine, hydriding, automatic vacuum welding machines, and specific tools. To overcome the lack of machines at PT. BATAN Teknologi, modification on technology of TRIGA fuel production of the General Atomic should be carried out. Modification on the U-Zr pellet production line into casting method omitting the use of pressing and hot extruding machines. Hydriding, automatic vacuum welding machines, and other specific tools are under design and constructions. Success on modifying the General Atomic TRIGA fuel fabrication technology, mean that, PT. BATAN Teknologi will have an ability to produce the TRIGA fuel element. PENDAHULUAN B ATAN sampai dengan saat ini telah memiliki tiga buah reaktor riset, yaitu dua buah reaktor jenis kolam terbuka buatan TRIGA (reaktor Kartini, Yogyakarta, dan reaktor TRIGA 2000, Bandung) yang berbahan bakar senyawa hidrida logam paduan U-Zr bentuk pelet dan sebuah reaktor jenis kolam terbuka (reaktor Serba Guna GA Siwabessy, RSG-GAS, Serpong) yang berbahan bakar dispersi uranium bentuk pelat. Untuk reaktor RSG-GAS bahan bakarnya di-produksi oleh PT. BATAN Teknologi (BANTEK), sementara reaktor Yogya dan Bandung masih harus diimpor dari General Atomic (USA) (sekarang CERCA, Perancis). Reaktor Yogyakarta dan Bandung sudah cukup tua dan untuk meremajakan dan mendayagunakan kedua reaktor tersebut pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk menaikkan daya reaktor menjadi lebih tinggi, yaitu dari 100 kw direncanakan menjadi 250 KW untuk reaktor Yogya (masih dalam tahap penjajagan) dan dari 1 MW menjadi 2MW untuk reaktor TRIGA 2000, Bandung (sudah terrealisasi). Dengan keputusan ini otomatis kebutuhan bahan bakar reaktor bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar kedua reaktor tersebut PT. BANTEK dan Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bahan Nuklir dan Daur Ulang (P2TBDU) menggagas untuk bekerja sama melakukan litbang pembuatan bahan bakar

2 Hadi Suwarno, dkk. ISSN TRIGA. Langkah awal litbang ini telah dimulai tahun 1991 oleh P2TBDU, yaitu melakukan fabrikasi dummy fuel untuk bahan bakar Yogya-karta. Akhir-akhir ini PT. BANTEK, bekerjasama dengan P2TBDU, telah berhasil memfabrikasi dummy fuel dengan spesifikasi teknis sesuai dengan yang dipersyaratkan P3TM. Langkah berikutnya adalah mengembangkan teknologi pembuatan pelet U-Zr-H. Keberhasilan pembuatan pelet TRIGA, yang berarti juga sebagai keberhasilan fabrikasi, akan dapat mengeliminasi ketergantungan bahan bakar tersebut yang harus didatangkan dari Perancis, yang berarti pula menghemat keuangan negara. Pertimbangan teknis yang mendukung litbang ini adalah bahwa pertama, BATAN dan PT. BANTEK menyadari bahwa sarana, prasarana, dan sumber daya manusia terdidik yang dimiliki dinilai mampu untuk mewujudkan swadaya produksi bahan bakar TRIGA. Kedua, peralatan produksi yang dimiliki oleh PT. BANTEK dipandang cukup untuk mendukung pelaksanaan litbang ini, sementara peralatan uji dan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh P2TBDU sangat memadai. Ketiga, teknologi hidriding, salah satu teknologi khusus dalam pembuatan paduan U-ZrHx, telah dikuasai oleh P2TBDU. Keempat, peralatan baru yang diperlukan untuk memproduksi bahan bakar, khususnya senyawa hidrida, bisa dirancang dan dibuat sendiri serta tidak memerlukan biaya yang tinggi. Kelima, PT. BANTEK dengan P2TBDU telah berhasil memfabrikasi prototipe bahan bakar TRIGA. Keenam, umur paten bahan bakar TRIGA telah lewat, sehingga apabila BATAN bermaksud mengembangkan bahan bakar ini maka BATAN tidak akan terkena sangsi internasional, khususnya klaim dari GA. Lagipula, apabila CERCA menyetop produksinya, maka BATAN tidak perlu khawatir karena bisa dibuat sendiri. PEMBAHASAN Bahan Bakar TRIGA Pembuatan dan pemakaian bahan bakar TRIGA (Training, Research, and Isotope Production of General Atomic) dalam bentuk senyawa U-ZrHx telah diperkenalkan oleh General Atomic sejak tahun Karena bahan bakar TRIGA ini menjadi hak paten General Atomic (GA), maka reaktor TRIGA yang ada di dunia hingga saat ini memperoleh bahan bakarnya dari GA (GA kemudian mengalihkan hak produksi bahan bakar ini kepada CERCA, Perancis). Teknologi pembuatan bahan bakar TRIGA sangat spesifik karena pelet hidrida dari paduan U-Zr tidak dibuat dengan cara konvensional melalui pengepresan seperti lazimnya bahan bakar jenis keramik, tetapi dibuat dengan cara lebur-cetak, yaitu paduan U-Zr dilebur kemudian dicetak menjadi pelet pejal. Informasi tentang teknik pembuatan bahan bakar TRIGA ini sulit dijumpai di perpustakaan sehingga sedikit yang memahami teknologinya. Secara garis besar proses pembuatan bahan bakar TRIGA yang dikembangkan oleh GA ditampilkan pada Gambar 1 (1). Logam uranium dalam bentuk chips dan logam zirkonium dalam bentuk sponge (komposisi standar mengandung 8,5 12 % berat uranium dan diperkaya < 20%) dipress dalam mesin pres dengan kekuatan 30 ton/sqin membentuk batangan logam masif dengan diameter 1 dan panjang 12 inchi. Setiap 2 (dua) batang UZr hasil pres disambung memanjang dan dilas sehingga membentuk batang UZr dengan panjang + 24 inchi. Batangan UZr masif ini akan difungsikan sebagai elektroda pada proses peleburan. Dengan menggunakan arc melting furnace batangan UZr dilebur menjadi bentuk UZr ingot berdiameter 4,0 inchi. Bentuk ingot yang tidak sempurna dilebur ulang. Dengan teknik peleburan ini diperoleh hasil leburan yang homogen. Dengan sebuah mesin bubut, UZr ingot diubah menjadi sebuah UZr pejal dengan diameter 3,8 inchi. Dengan sebuah mesin hot extruder, UZr pejal diekstrusi pada suhu 1400 o F (760 o C) membentuk batang pejal dengan diameter 1,6 inchi. Batang UZr kemudian dicuci dengan larutan pikling dari bahan organik untuk membersihkan permukaannya dari kontaminan. Hasil pikling kemudian dibubut menjadi sebuah pelet UZr. Hasil pelet UZr yang lolos uji kemudian dihidriding dalam suatu unit hidriding sampai diperoleh rasio konsentrasi H dalam UZr adalah H:M = 0,8:1 atau rasio Zr:H = 1:1,6. Kondisi hidriding harus dikendalikan sedemikian rupa sehingga terjadinya senyawa UH 3 dapat dihindari. Pelet U-ZrH1,6 yang diperoleh siap difabrikasi bersama dengan kelongsong baja nirkarat dan komponen yang lain menjadi bahan bakar TRIGA. Pemilihan Proses Yang Disesuaikan Dengan Fasilitas di PT. BANTEK Dari Gambar 1 tampak bahwa secara garis besar untuk pembuatan pelet U-Zr diperlukan mesin press, mesin las, tungku busur listrik, mesin ekstrusi, mesin bubut, dan sebuah instalasi proses hidriding, sementara untuk proses fabrikasi diperlukan 2 (dua) buah mesin las vakum tinggi. Kalau proses fabrikasi cara GA diikuti maka PT. BANTEK harus menyediakan mesin-mesin tersebut. Saat ini PT. BANTEK memiliki sebuah mesin press dengan kekuatan yang cukup memadai untuk membuat

3 134 ISSN Hadi Suwarno, dkk. batang U-Zr. Untuk maksud ini cukup dilakukan dengan membuat dice khusus untuk mencetak U-Zr. Alat cetak ini bisa dipesan di dalam negeri. Tungku busur listrik yang dimiliki PT. BANTEK tidak dapat digunakan untuk melebur batangan U-Zr karena spesifikasinya jauh berbeda dengan tungku busur listrik milik GA. Meskipun tungku busur listrik yang dimiliki PT. BANTEK berkapasitas cukup besar, namun hasil leburan berbentuk cawan, bukan pelet. Modi-fikasi terhadap tungku ini sulit diwujudkan, sehingga harus dibeli. Mesin sikat yang berfungsi untuk membersihkan permukaan batang U-Zr hasil leburan dari kemungkinan adanya kontaminasi permukaan tidak dimiliki, namun mesin ini masih bisa dirancang, dibuat sendiri, dan harganya relatif murah. Mesin ekstrusi yang mampu beroperasi pada suhu tinggi tidak dimiliki oleh PT. BANTEK. Mesin ini sangat spesifik sehingga harganya sangat mahal dan tidak mungkin bagi PT. BANTEK untuk membelinya. Mesin bubut sudah dimiliki oleh PT. BANTEK dan presisisitas mesin masih baik sehingga tinggal membeli pisau bubut jenis HSS kualitas tinggi. Peralatan untuk proses hidriding belum dimiliki dan harus dibeli. Untuk maksud ini SDM P2TBDU mampu merancang dan merakit sendiri. Hingga saat ini komponen yang diperlukan untuk instalasi unit hidriding telah didatangkan dari Jerman dan sedang dirakit. Kekurangan komponen lainnya dapat didatangkan dari Jepang dan dalam negeri. Untuk perakitan diperlukan mesin las vakum tinggi dengan sistem otomatis. Mesin las vakum tinggi harus dibeli dan untuk maksud itu perlu dilakukan perancangan sehingga spesifikasi unit mesin las otomatis sesuai dengan spesifikasi bahan bakar TRIGA. Tabel 1 menampilkan peralatan yang diperlukan, yang dimiliki PT. BANTEK/BATAN, dan yang harus dibeli atau dimodifikasi, sementara mesin-mesin umum lainnya dan peralatan uji kualitas sudah ada di PT. BANTEK/BATAN. Gambar 1. Estimasi diagram alir proses fabrikasi TRIGA General Atomic.

4 Hadi Suwarno, dkk. ISSN Dari penjelasan di atas tampak bahwa masih banyak peralatan yang harus disediakan oleh PT. BANTEK untuk melengkapi sarana yang sudah ada dan sudah barang tentu memerlukan dana yang cukup besar. Mengingat masih banyak peralatan tambahan yang diperlukan untuk proses fabrikasi ala GA, sementara peralatan yang dimiliki PT. BANTEK hanya sedikit yang bisa mendukung proses fabrikasi ala GA, maka dipertimbangkan untuk mengubah jalur produksi cara GA menjadi jalur baru yang disesuaikan dengan kemampuan PT. BANTEK/BATAN, seperti ditampilkan dalam Gambar 2 yang memiliki dua opsi proses fabrikasi. Tabel 1. Peralatan utama fabrikasi bahan bakar TRIGA dan potensi yang ada di PT. BANTEK/BATAN. No Peralatan yang diperlukan PT. BANTEK/BATAN Keterangan 1 Mesin Press tekanan tinggi Ada Perlu modifikasi die 2 Mesin Las Ada Perlu modifikasi 3 Tungku Busur Listrik Ada Tidak bisa digunakan 4 Mesin Ekstruder suhu tinggi Tidak ada Harus membeli 5 Mesin Sikat (Brush) Tidak ada Harga relatif murah 6 Unit Pikling Tidak ada Dirancang sendiri 7 Mesin Bubut Ada Perlu Pisau khusus 8 Mesin Hidriding Tidak ada Sedang dirakit 9 Mesin Las Otomatis vakum Tidak ada Dirancang sendiri 10 Peralatan uji mutu produk Ada Sedikit modifikasi

5 136 ISSN Hadi Suwarno, dkk. Gambar 2. Diagram proses alternatif pembuatan bahan bakar TRINATEK. Opsi pertama, dengan memanfaatkan tungku busur listrik yang dimiliki PT. BANTEK, U-Zr dilebur bersama membentuk button besar yaitu ukuran diameter + 8 cm dengan tebal maksimum + 3 cm, sesuai dengan kapasitas cawan lebur. Button kemudian dimasukkan ke dalam alat cetak terbuat dari grafit untuk dilelehkan menjadi sebuah pelet. Untuk melelehkan button U-Zr menjadi pelet digunakan tungku induksi yang ada di PT. BANTEK. Sesuai dengan diagram fasa sistem U-Zr daerah fasa o tunggal δ-uzr2 memiliki titik leleh C. Sementara itu tungku induksi yang dimiliki PT. BANTEK mampu dioperasikan sampai suhu 1800 o C. Dengan adanya tungku induksi ini maka button yang dihasilkan dari tungku busur listrik dapat dilelehkan untuk dicetak menjadi pelet masif. Material untuk alat cetak terbuat dari grafit yang dilapisi dengan lapisan zirkonium sehingga dapat dihindari kontak langsung uranium dengan grafit. Bahan pelapis masih belum diketahui dan akan diteliti, sementara alat cetak dapat dipesan atau dibuat sendiri. Gambar 3 adalah skema sederhana alat cetak. Gambar 3. Alat cetak pelet Uzr. Hasil leburan dikeluarkan dari grafit cetakan dan dipikling untuk menghi-langkan kontaminan yang mungkin menempel di permukaan pelet. PT. BANTEK memiliki sebuah bak pikling yang digunakan untuk membersihkan permukaan pelat elemen bakar dari minyak lumas yang menempel disebabkan oleh proses perolan panas/dingin. Namun, bak pikling ini tidak dapat digunakan untuk memikling pelet U-Zr karena selain pelarut yang digunakan berbeda, bak ini dimensinya terlalu besar untuk memikling pelet U-Zr. Bak pikling harus dirancang sendiri dengan menggu-nakan bahan baja nirkarat. Fasilitas yang dimiliki oleh PT. BANTEK bisa digunakan untuk membuat unit pikling yang dimaksud. U-Zr hasil leburan kemudian dibubut menjadi pelet dengan dimensi akhir sesuai spesifikasi pelet yang diinginkan dan siap untuk dihidriding menjadi pelet U-ZrHx. Dengan cara ini ternyata dapat diperoleh pelet UZrHx tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar karena hanya membuat alat cetak pelet. Opsi kedua, tahap penyiapan logam U dan logam Zr sampai dengan proses peleburan membuat paduan U-Zr dengan menggunakan tungku busur listrik adalah sama dengan opsi pertama. Hasil leburan U-Zr yang diperoleh langsung dihidriding membentuk senyawa U-ZrHx. Hasil hidriding kemudian ditumbuk menjadi serbuk. Untuk menumbuk paduan ini PT. BANTEK telah memiliki satu unit mesin crusher dan beberapa mesin grinding. Selanjutnya serbuk U-ZrHx ditimbang dan dipres menjadi pelet sesuai dengan spesifikasi TRIGA. Ukuran butir partikel U-ZrHx yang ideal untuk mendapatkan pelet dengan porositas sekecil mungkin belum diketahui. Untuk maksud ini perlu dilakukan penelitian. Pembuatan pelet dengan cara penge-presan ini hanya diperlukan modifikasi dice. Persoalan yang timbul dengan opsi kedua ini adalah adanya porositas yang mengakibatkan kemungkinan adanya udara yang terperangkap di dalam pelet selama pengepresan berlangsung. Untuk menghindari adanya udara yang terperangkap bisa diatas dengan mengungkung mesin pres di dalam sistem boks yang dialiri argon, meskipun cara ini bukan jaminan bahwa pelet akan terbebas dari oksigen. Opsi kedua ini tampaknya lebih sederhana namun sangat riskan karena kemungkinan terjadinya oksidasi hebat pada saat pengepresan sangat besar. Itulah mungkin alasan utama opsi kedua ini juga tidak dipilih oleh GA. Untuk itu opsi ini juga tidak menjadi pilihan PT. BANTEK. Perakitan pelet U-ZrHx dengan kelongsong dan komponen dapat dilakukan di atas sebuah meja rakit yang dirancang spesifik yang bisa memasukkan pelet dan batangan grafit kedalam kelongsong dengan mudah. Juga, diperlukan 2 (dua) buah mesin las yang dilengkapi dengan sistem vakum dan dapat dioperasikan secara otomatis. Untuk membuat mesin las vakum otomatis ini tidak terlalu sulit dan bisa dirancang sendiri. Peralatan Hidrida Sistem hidriding yang digunakan untuk mengubah senyawa U-Zr menjadi U-ZrHx, direncanakan dibangun di PT. BANTEK dan dirancang oleh tenaga ahli dari P2TBDU. Untuk membuat sistem hidriding, langkah awal yang diperlukan adalah melakukan prarancangan sistem

6 Hadi Suwarno, dkk. ISSN serta menentukan komponen-komponen yang diperlukan. Prarancangan sistem hidriding telah selesai dengan spesifikasi alat adalah berupa sistem vakum sebesar Pa, volume sistem total sekitar 4-6 liter, dan pemvakuman berlangsung antara 1,5 2 jam. Bahan konstruksi terbuat dari baja nirkarat untuk sistem vakum tinggi dan tekanan tinggi, sementara bahan konstruksi untuk tangki hidriding terbuat dari quartz. Tungku pemanas dipilih memiliki kemampuan untuk menghasilkan panas dengan suhu 1200 o C dalam ruangan sebesar ± 600 ml, dimana sistem pemanasan dan pendinginannya bisa diprogram. Setelah rancangan selesai, langkah selanjutnya adalah melakukan kores -pondensi dengan produsen sistem vakum yang ada di pasar bebas. Hal ini dilakukan dengan mengontak perusahaan MKS (Amerika), Anelva (Perancis), Balzers (Jerman), ULVAC (Jepang), dan perusahaan komponen vakum lainnya, baik melalui perwakilannya di Indonesia maupun langsung ke produsennya. Dari keseluruhan pemasok yang dihubungi hanya MKS dan Balzers saja yang bisa menyuplai komponen dengan lengkap, dengan harga penawaran yang relatif sama. Pihak MKS memberi catatan bahwa kalau ingin membeli produk MKS maka pembeli diharuskan mengisi formulir memorandum of understanding yang sifatnya mengikat dan berisi statemen bahwa komponen ini tidak untuk keperluan nuklir atau persenjataan. Akhirnya dipilih perusahaan Balzers dari Jerman sebagai pemasok komponen dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini paling lengkap produknya dan harganya sedikit lebih murah dibanding harga produk MKS. Komponen lain yang tidak bisa disuplai oleh Balzers, seperti komputer, komponen listrik, dan sebagainya, bisa diberi langsung di pasar dalam negeri. Proses Hidriding Pelet U-Zr Menjadi U-ZrH 1.6 dan Sifat U-ZrH 1.6 Proses hidriding pelet U-Zr menjadi U-ZrH1,6 dilakukan dengan mereaksikan logam paduan U-Zr dengan hidrogen pada suhu > 700 o C. Pada suhu tersebut reaksi antara logam uranium dengan hidrogen dapat dihindari (2). Prinsip proses hidriding adalah sebagai berikut. Ada suatu sistem yang terdiri dari 2(dua) buah ruangan yang dihubungkan dengan sebuah valve. Salah satu ruangan berisi spesimen U-Zr. Apabila dua ruangan tersebut memiliki tekanan yang berbeda kemudian valve penghubung dibuka, maka akan terjadi kesetimbangan baru. Dari sini bisa dihitung besarnya konsentrasi hidrogen yang ada di dalam ruangan dan diserap spesimen. Zr2 + 1,6H2 U + 2ZrH1,6 Konsentrasi atom hidrogen di dalam senyawa hidrida dapat dihitung dengan persamaan (3) : NH = [(H/M) (ρ)(60,23)]/w dalam hal ini (H/M) adalah rasio atom H dan Zr, ρ adalah densitas hidrida, dan W adalah berat molekul paduan. Tekanan disosiasi Zr-H tidak dipengaruhi oleh adanya uranium. Hal ini telah dibuktikan oleh Raymond, dkk., dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa adanya uranium hingga 75% berat U di dalam senyawa Zr-H ternyata tidak mempengaruhi kesetimbangan Zr-H (4). Pada senyawa U-ZrHx dengan rasio atom [H/Zr] < 1,5 dan dalam kondisi nonisotermik, hidrogen akan bermigrasi ke daerah yang suhunya lebih rendah dan mengakibatkan perubahan geometri yang nyata. Namun, senyawa U-ZrHx dengan rasio [H/Zr] > 1,6 geometri pelet relatif stabil, kecuali apda suhu 1200 o C (5). Berat jenis ZrH berkurang dengan bertambahnya konsentrasi hidrogen. Perubahan berat jenis melonjak tajam sebelum fasa delta tercapai, yaitu hingga rasio [H/Zr] = 1,5 dan hanya sedikit mengalami perubahan pada kenaikan konsentrasi hidrogen setelah fasa delta dan epsilon dicapai (6). Ekspansi termik telah diukur oleh Faushee (7) untuk sistem uranium-zirkonium hidrida mengandung 45% berat uranium dan dibandingkan dengan sistem yang sama dengan kandungan 8 12 % berat uranium. Koefisien ekspansi termik sangat tergantung dari suhu. Dengan menggunakan dilatometer Faushee mendapatkan, bahwa untuk senyawa zirkonium hidrida dengan kandungan 45% berat uranium: [/[ = [4, , T] ( o C) -1 Sementara dari percobaan Byron (8) untuk komposisi yang sama dilaporkan: [/[ = [7, , T] ( o C) -1 Dari percobaan di atas diperoleh data bahwa saat bahan bakar digunakan dengan tenaga maksimum ekspansi radial maksimum adalah 0,6% untuk bahan bakar dengan kandungan 45% berat uranium, sedangkan untuk bahan bakar dengan kandungan 8 12 % berat U ekspansi radial maksimum adalah 0,5%.

7 138 ISSN Hadi Suwarno, dkk. Untuk senyawa U-Zr-H dengan rasio H/Zr = 1,6, harga konduktivitas termik yang digunakan adalah 0,042 ± 0,002 cal/sec-cm- o C (9). Kapasitas panas uranium-zirkonium hidrida diperoleh dengan perhitungan. Untuk menghitung kapasitas panas paduan, digunakan persamaan sebagai berikut: Cpcamp = a CpU + b CpZrh Dengan cara ini diperoleh persamaan untuk perhitungan kapasitas panas U-Zr-H mengandung 8 12 % berat U sebagai berikut: sebuah meja kerja. Sementara, untuk mengelas ke dua tutup atas dan bawah menjadi satu dengan kelongsong digunakan dua buah mesin las vakum. Mesin las vakum pertama digunakan untuk menyatukan tutup bawah dan tutup atas, sedangkan mesin las kedua digunakan untuk mengelas akhir (spot welding) rod elemen bakar. Gambar 4 adalah gambar skematik mesin las vakum yang dirancang untuk mengelas tutup atas dan tutup bawah, sedangkan untuk spot welding rancangan sedikit berbeda. Cpcamp = 2,04 + 4,17 x 10-3 T W-sec/cm 3 o C (dari 0 o C) Sifat mekanik senyawa ZrH telah diteliti dengan mengukur creep spesimen untuk fasa β, δ, dan (δ+ε). Dari beberapa pengukuran diperoleh bahwa kekuatan creep sangat dipengaruhi oleh struktur paduan. Fasa beta memiliki kekuatan creep yang jauh lebih rendah dibanding dengan fasa delta dan fasa (delta+epsilon) (δ+ε) sedikit memiliki kekuatan creep yang lebih baik dibanding fasa delta (10-12). Ini menjadi salah satu pertimbangan dipilihya fasa delta sebagai senyawa hidrida untuk bahan bakar TRIGA. Zirconium hidrida memiliki reaktivitas yang rendah di dalam air, uap air, dan di udara pada suhu di bawah 600 o C. Zirkonium hidrida padat telah dicoba dipa-naskan di udara pada suhu sampai 600 o C dalam waktu yang relatif panjang dan tidak ada hydrogen yang lepas. Lepasnya hydrogen dari zirconium hidrida padat pada permukaannya akan mengakibatkan terbentuknya lapisan film oksida yang selanjut-nya akan mencegah migrasi hydrogen menuju kelongsong (13). Percobaan uji korosi telah dilakukan dengan mencelupkan spesimen ke dalam autoclave berisi uap air yang dipanaskan pada suhu 300 o C dan tekanan 1230 psi selama 400 jam. Diperoleh kecepatan korosi rata-rata adalah 350 mg/cm 2 -bulan, yang diikuti oleh konversi lapisan permukaan spesimen dari senyawa hidrida menjadi lapisan film oksida (14). Peralatan Perakitan Elemen Bakar TRIGA Elemen bakar TRIGA secara umum terdiri dari sebuah kelongsong, tutup kelongsong bagian bawah dan atas, semuanya terbuat dari baja nirkarat. Di dalam kelongsong disusun dua batang grafit dan sebatang U-ZrHx yang terletak persis di tengah kelongsong (15). Untuk merakit kelongsong, grafit, tutup atas, tutup bawah, dan batang U-ZrHx tidak memerlukan peralatan khusus, bisa dilakukan di atas Gambar 4. Mesin las vakum otomatis sistem TIG Weld yang dirancang. (1) Pintu sistem las vakum, (2) Vakum gauge, (3) Torch, (4) Chuck, (5) Rod TRIGA, (6) Kaca pengamat, (7) Safety Valve. KESIMPULAN Hasil analisis menunjukkan bahwa teknologi produksi elemen bakar TRIGA milik General Atomic Company tidak dapat ditiru oleh PT. BANTEK/BATAN karena keterbatasan peralatan yang dimilikinya. Oleh karena itu diperlukan modifikasi proses teknologinya. Dari dua opsi yang masih dimungkinkan untuk membuat pelet U-Zr, yang disesuaikan dengan fasilitas yang ada, dipilih metoda melebur-cetak dengan menggunakan tungku induksi. Dengan metoda lebur-cetak tidak diperlukan mesin press berkekuatan tinggi dan mesin ekstrusi panas. Mesin hidriding dan mesin las vakum otomatis harus dimiliki oleh PT. BATAN Teknologi dan sampai saat ini sedang dirancang. Dengan dikuasainya teknologi produksi elemen bakar TRIGA dan dimilikinya peralatan

8 Hadi Suwarno, dkk. ISSN hidriding dan las vakuum otomatis maka tidak ada lagi kendala yang dihadapi oleh PT. BATAN Teknologi dalam mengembangkan bahan bakar TRIGA untuk keperluan sendiri. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada PT. BATAN Teknologi dan BATAN yang telah membuka kerjasama ini sehingga rencana swakelola pembuatan bahana bakar TRIGA di dalam negeri dengan hasil teknologi sendiri bisa dilaksanakan dan direalisasi. DAFTAR PUSTAKA 1. WALLACE, W.P., SIMNAD, M.T. and TU- ROVLIN, B., Nucelar Metallurgy, 5(1958) SUWARNO, H., Master Thesis, The University of Tokyo, GYLFE, J.D. et.al, Evaluation of Zirconium Hydride as Moderator in Integral Boiling Water -Superheat Reactors, USAEC Report NAA-SR-5943, North American Aviation, RAYMOND, J.W., Equilibrium Dissociation Pressures of the Delta and Epsilon Phases in the Zirconium-Hydrogen System, USAEC Report NAA-SR- 374, North American Aviation, MERTEN, U. and BROKOS, J.C., Journal of Nucl. Mat l, 10(1963) BERNATH, L., SNAP-4 Summary Report, USAEC Report NAA-SR-8590, Atomics International, FOUSHEE, F.C., Physical Properties of TRIGA-LEU Fuel, General Atomic Document E , February BYRON, G.F., SNAP Technology Handbook, Vol II: Hydride Fuels and Claddings, USAEC Report NAA-SR-8617, Atomic International, BECK, R.L., Trans. Am. Soc. Metals, 55(1962) BROKOS, J.C., Journal of Nucl. Mat l, 3(1961) BERLING J.T., and JOHNSON, G.D., Elevated Temperature Tensile Creep properties of U-ZrH alloy Hydrides, USAEC Report NAA-SR-11649, Atomic International, VETRANO, J.B., Nucl. Eng. Des, 14(1970) GILFE, J.D. et al., Evaluation of Zirconium Hydride as Moderator in Integral Boiling Wa-ter-Superheat Reactors, USAEC Report NAA-SR-5943, North American Aviation, SIMNAD, M.T., Nucl. Eng. Des, 64(1981) Data spesifikasi elemen bakar TRIGA -2000, Bandung, dan Kartini, Yogyakarta, dan komunikasi dengan Dr. Guntur Daru Sambodo, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir, BATAN. TANYA JAWAB Hadirahman Apa kelebihan dan kekurangan TRIGA BANTEK? Apa kajian ini pernah dikemukakan pada pejabat Batan dan bagaimana tanggapannya? Hadi Suwarno TRIGA Bantek sama dengan TRIGA GA atau CERCA. Maaf saya tidak bisa menjawab. D.T. Sony T Mengenai harganya apakah juga sudah dianalisis (dapat bersaing dengan harga import)? Bagaimana dengan peraturan bahwa limbah/ bahan bakar bekas harus kembali ke pabrik pemroduksi? Hadi Suwarno Harga import sekarang ±$ /bundle. Karena peralatan PT. Bantek cukup lengkap, hanya diperlukan sedikit modal ± RP 1-2 milyar. Modal tersebut setara dengan 4-5 bundle bahan bakar, jadi sangat menjanjikan. Dikenal prinsip country of origin yaitu penanggung jawab uranium adalah negara dimana uranium itu berasal. Setahu saya kalau kita beli uranium dari USA, Perancis, atau Inggris tidak ada masalah. Edi Triyono Mengingat kebutuhan dalam waktu dekat ini untuk reaktor Kartini akan bahan bakar untuk uprating daya ke 250 kw. Kira -kira tahun berapa PT. Bantek siap mensuplay elemen bakar reaktor TRIGA. Apakah sistem jaminan kualitas sudah siap untuk produksi.

9 140 ISSN Hadi Suwarno, dkk. Hadi Suwarno Tergantung dari policy BATAN. Namun, kalau semuanya lancar 2003 ~ 2004 sudah siap diproduksi. Untuk bahan struktur, jaminan kualitas diperoleh dari negara pemasok. Untuk pelet TRIGA harus dilakukan uji PIE. Perlu waktu ± 9 bulan untuk PIE, baru bisa dikatakan kualitas terjamin. Widarto Sebenarnya peralatan-peralatan fabrikasi yang sudah ada tersebut, apakah semata-mata juga dimaksudkan untuk fabrikasi bahan bakar? Bila ya, bahan bakar jenis apa yang dapat dihasilkan? Bila akan dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk fabrikasi bahan bakar jenis TRIGA, kira-kira harganya lebih besar mana dibanding kalau langsung beli! Hadi Suwarno Peralatan di Bantek untuk memproduksi bahan bakar pelat U3O8-Al atau U3Si2-Al untuk konsumsi RSG- GAS, Serpong. Untuk membuat bahan bakar TRIGA perlu dana ± Rp 1-2 milyar. Jadi tidak terlalu besar dan sudah bisa memenuhi kebutuhan sendiri.

PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al

PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al ABSTRAK PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al Susworo, Suhardyo, Setia Permana Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al. Pembuatan pelat elemen bakar/peb mini

Lebih terperinci

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK Slamet P dan Yatno D.A.S. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al

PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al Guswardani, Susworo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3

Lebih terperinci

HIDRIDING-DEHIDRIDING LOGAM PADUAN U-TH-TI-ZR. Hadi Suwarno Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang - BATAN

HIDRIDING-DEHIDRIDING LOGAM PADUAN U-TH-TI-ZR. Hadi Suwarno Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang - BATAN ISSN 1410-1998 Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir VI HIDRIDING-DEHIDRIDING LOGAM PADUAN U-TH-TI-ZR Hadi Suwarno Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang - BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor Kartini merupakan reaktor nuklir tipe TRIGA Mark II (Training Research and Isotop Production by General Atomic) yang mempunyai daya maksimum 250 kw dan beroperasi

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr

PENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr PENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr ABSTRAK Masrukan, Agoeng Kadarjono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan 15314, Banten

Lebih terperinci

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER No. 02/ Tahun I. Oktober 2008 ISSN 19792409 PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN UZr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER Yanlinastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI Lilis Windaryati, Ngatijo dan Agus Sartono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN

Lebih terperinci

PENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA

PENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA Urania Vol. 14 No. 4, Oktober 2008 : 161-233 ISSN 0852-4777 PENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA Masrukan (1) dan Aslina Br Ginting (1) 1. Pusat

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HIDROGEN TERHADAP DIFUSIVITAS TERMAL PADUAN UTh 4 Zr 10 H x

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HIDROGEN TERHADAP DIFUSIVITAS TERMAL PADUAN UTh 4 Zr 10 H x PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HIDROGEN TERHADAP DIFUSIVITAS TERMAL PADUAN UTh 4 Zr 10 H x Hadi Suwarno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN, Serpong ABSTRAK PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HIDROGEN TERHADAP

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelasan adalah suatu proses penggabungan logam dimana logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan selain digunakan untuk memproduksi suatu

Lebih terperinci

B64 Pembuatan Green Pellet U-ZrHx Untuk Bahan Bakar Reaktor Riset. Peneliti Utama : Ir.Masrukan, M.T

B64 Pembuatan Green Pellet U-ZrHx Untuk Bahan Bakar Reaktor Riset. Peneliti Utama : Ir.Masrukan, M.T logo lembaga B64 Pembuatan Green Pellet U-ZrHx Untuk Bahan Bakar Reaktor Riset Peneliti Utama : Ir.Masrukan, M.T Anggota : Ir.M. Husna Alhasa, M.T Ir.Sungkono, M.T Ir. Anwar Muchsin Erilia Yusnitha, S.T

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN LAS TIG PADA ALAT FUEL PILING UNTUK PENGELASAN PIN BAHAN BAKAR TIPE PWR

ANALISIS PENGGUNAAN LAS TIG PADA ALAT FUEL PILING UNTUK PENGELASAN PIN BAHAN BAKAR TIPE PWR No. 01/ Tahun I. April 2008 ISSN 1979-2409 ANALISIS PENGGUNAAN LAS TIG PADA ALAT FUEL PILING UNTUK PENGELASAN PIN BAHAN BAKAR TIPE PWR Maradu Sibarani* ), Antonio Gogo* ), Triarjo* ) * ) Pusat Teknologi

Lebih terperinci

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan II - 1 BAB II PENGELASAN SECARA UMUM 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Pengelasan Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama las cair (fussion welding) yaitu pengelasan

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER ISSN 979-409 PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER Yanlinastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENGUKURAN

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET Masrukan, Aslina Br.Ginting Pusbangtek Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja tahan karat Austenitic stainless steel (seri 300) merupakan kelompok material teknik yang sangat penting yang telah digunakan luas dalam berbagai lingkungan industri,

Lebih terperinci

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 ISSN 1907 2635 Reaksi Termokimia Paduan AlFeNi dengan Bahan Bakar U 3Si 2 (Aslina Br.Ginting, M. Husna Al Hasa) REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 Aslina Br. Ginting dan M. Husna

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI SINAR X PADA PENAMBAHAN UNSUR Zr TERHADAP PEMBENTUKAN FASA PADUAN U-Zr

ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI SINAR X PADA PENAMBAHAN UNSUR Zr TERHADAP PEMBENTUKAN FASA PADUAN U-Zr ISSN 0852-4777 Analisis Kualitatif dengan Menggunakan Teknik Difraksi Sinar-X pada Penambahan Unsur Zr tehadap Pembentukan Fasa Paduan U-Zr (Masrukan) ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI

Lebih terperinci

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor

Lebih terperinci

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 8, No.2, Mei 2017 27 Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083 Satrio Hadi 1, Rusiyanto

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN AUTOCLAVE MINI UNTUK UJI KOROSI

RANCANG BANGUN AUTOCLAVE MINI UNTUK UJI KOROSI No. 08/ Tahun IV. Oktober 2011 ISSN 1979-2409 RANCANG BANGUN AUTOCLAVE MINI UNTUK UJI KOROSI Yatno Dwi Agus Susanto, Ahmad Paid Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK RANCANG BANGUN AUTOCLAVE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) didesain berdasarkan 3 (tiga) prinsip yaitu mampu dipadamkan dengan aman (safe shutdown), didinginkan serta mengungkung produk

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK Syaripuddin Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : syaripuddin_andre@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

FABRIKASI DAN UJI PASKA IRADIASI PELET U-ZrH 1,6 DAN UTh 4 Zr 10 H 20

FABRIKASI DAN UJI PASKA IRADIASI PELET U-ZrH 1,6 DAN UTh 4 Zr 10 H 20 Hadi Suwarno ISSN 0216-3128 1 FABRIKASI DAN UJI PASKA IRADIASI PELET U-ZrH 1,6 DAN UTh 4 Zr 10 H 20 Hadi Suwarno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK FABRIKASI DAN UJI PASKA IRADIASI PELET

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN Martoyo, Ahmad Paid, M.Suryadiman Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Memperoleh energi yang terjangkau untuk rumah tangga dan industri adalah aktivitas utama pada masa ini dimana fisi nuklir memainkan peran yang sangat penting. Para

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER YANLINASTUTI, SUTRI INDARYATI, RAHMIATI Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Serpong Abstrak ANALISIS

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

ANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET ISSN 907 635 ANALISIS SIFAT TERMAL PADUAN AlFeNi SEBAGAI KELONGSONG BAHAN BAKAR REAKTOR RISET Aslina Br.Ginting, M.Husna Al Hasa, Masrukan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK, Tangerang

Lebih terperinci

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A Agus Salim Peneliti pada Bidang Peralatan Transportasi Puslit Telimek LIPI ABSTRAK Telah dilakukan pengecoran

Lebih terperinci

PABRIKASI FOIL URANIUM DENGAN TEKNIK PEROLAN

PABRIKASI FOIL URANIUM DENGAN TEKNIK PEROLAN PABRIKASI FOIL URANIUM DENGAN TEKNIK PEROLAN Susworo, Guswardani, Dadang, Purwanta Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang ABSTRAK PABRIKASI FOIL URANIUM DENGAN

Lebih terperinci

SEBAB KEGAGALAN WELDING PLASTIK

SEBAB KEGAGALAN WELDING PLASTIK Welding berarti menaikkan temperature material sampai batas thermoplastik dengan memberikan tekanan sehingga molekul bergerak pada posisi yang baru, dan menciptakan daerah homogen yang baru saat temperature

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR, WAKTU OKSIDASI DAN KONSENTRASI ZrO 2 TERHADAP DENSITAS, LUAS PERMUKAAN DAN RASIO O/U HASIL REDUKSI (U 3 O 8 +ZrO 2 )

PENGARUH TEMPERATUR, WAKTU OKSIDASI DAN KONSENTRASI ZrO 2 TERHADAP DENSITAS, LUAS PERMUKAAN DAN RASIO O/U HASIL REDUKSI (U 3 O 8 +ZrO 2 ) ISSN 85-4777 Pengaruh Temperatur, Waktu Oksidasi dan Konsentrasi ZrO Terhadap Densitas, Luas Permukaan dan Rasio O/U Hasil Reduksi (U 3O 8+ ZrO ) (Sigit, Ghaib Widodo, Haryono SW, Supardjono M, Nurwidjajadi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resistance Spot welding adalah salah satu jenis metode pengelasan dimana dua plat atau lebih disambungkan menggunakan panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALA T ADUK LOGAM COR

RANCANG BANGUN ALA T ADUK LOGAM COR ISSN 0852-4777 REKAYASA RANCANG BANGUN ALA T ADUK LOGAM COR Hadijaya Dahlan Abstrak Pada pengecoran logam paduan Aluminium, penambahan unsur-unsur pemadu seperti Mn (Mangan), Mg (Magnesium) maupun unsur-unsur

Lebih terperinci

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG TUGAS AKHIR Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG Disusun : MUHAMMAD SULTON NIM : D.200.01.0120 NIRM

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FASA PELET BAHAN BAKAR U-ZrH x HASIL PROSES SINTER DENGAN ATMOSFER NITROGEN

IDENTIFIKASI FASA PELET BAHAN BAKAR U-ZrH x HASIL PROSES SINTER DENGAN ATMOSFER NITROGEN p ISSN 0852 4777; e ISSN 2528 0473 IDENTIFIKASI FASA PELET BAHAN BAKAR U-H x HASIL PROSES SINTER DENGAN ATMOSFER NITROGEN Masrukan 1, Jan Setiawan 1, Dwi Biyantoro 2 1 Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN

Lebih terperinci

STUDI LAJU KOROSI PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr DALAM MEDIA UAP AIR JENUH PADA TEMPERATUR C

STUDI LAJU KOROSI PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr DALAM MEDIA UAP AIR JENUH PADA TEMPERATUR C J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 4 No. 1 Januari 2008: 1 47 STUDI LAJU KOROSI PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr DALAM MEDIA UAP AIR JENUH PADA TEMPERATUR 250 300 C Sungkono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN, Serpong ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 3.1. Metodologi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan menggunakan diagram alir seperti Gambar 3.1. PEMOTONGAN SAMPEL UJI KEKERASAN POLARISASI DICELUPKAN DALAM LARUTAN DARAH

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN Untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas pada kondisi struktur mikro dan sifat kekerasan pada paduan Fe-Ni-Al dengan beberapa variasi komposisi, dilakukan serangkaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design, I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pengelasan merupakan proses penyambungan dua potong logam dengan pemanasan sampai keadaan plastis atau cair, dengan atau tanpa tekanan. Perlu diketahui bahwa ada

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN HASIL PENGELASAN PADUAN Al-6061

PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN HASIL PENGELASAN PADUAN Al-6061 ISSN 0852-4777 Pemeriksaan Mikrostruktur, Komposisi dan Kekerasan Hasil Pengelasan Paduan Al-6061 (Masrukan, Fatchatul, dan Chaerul) PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN HASIL PENGELASAN

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH Pengaruh Media.. Baja Karbon Rendah PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra INTISARI Las TIG adalah

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al Effect of Additional Alloy Compostion AI in Fe-Ni-Al Dianasanti Salati Sekolah Tinggi Manajemen Industri Jakarta Tanggal Masuk: (19/7/2014) Tanggal

Lebih terperinci

PEMBUATAN FOIL TARGET DENGAN TINGKAT PENGKAYAAN URANIUM RENDAH

PEMBUATAN FOIL TARGET DENGAN TINGKAT PENGKAYAAN URANIUM RENDAH ISSN 1979-2409 Pembuatan Foil Target Dengan Tingkat Pengkayaan Uranium Rendah (Purwanta, Suhardyo, Susworo, Guswardani) PEMBUATAN FOIL TARGET DENGAN TINGKAT PENGKAYAAN URANIUM RENDAH Purwanta, Suhardyo,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN UZrNb PASCA PERLAKUAN PANAS

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN UZrNb PASCA PERLAKUAN PANAS KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN UZrNb PASCA PERLAKUAN PANAS Masrukan (1), Tri Yulianto (1), dan Erilia Y (1) 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN)-BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong

Lebih terperinci

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing Keramik KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing Keramik Keramik Keramik Definisi: material padat anorganik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi proses produksi yang saat ini sedang populer adalah teknologi penggabungan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam konsumsi sumber daya

Lebih terperinci

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah Pengaruh Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah Yusril Irwan Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Jl. PKH. Mustafa No. 23. Bandung 4124 Yusril@itenas.ac.id,

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni

Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni 51 Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni M. Husna Al Hasa* Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN, Kawasan Puspiptek, Serpong 15313 Abstract Fuel element

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. * RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail

Lebih terperinci

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN : 2085-4218 Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan Basuki

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING PEB U3Sh-AL TMU RENDAH - TINGGI PRA IRADIASI

STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING PEB U3Sh-AL TMU RENDAH - TINGGI PRA IRADIASI Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING PEB U3Sh-AL TMU RENDAH - TINGGI PRA IRADIASI Martoyo, Nusin Samosir, Suparjo, dan U. Sudjadi ABSTRAK STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN komposisi tidak homogen akan memiliki perbedaan kelarutan dalam pembersihan, sehingga beberapa daerah ada yang lebih terlarut dibandingkan dengan daerah yang lainnya. Ketika oksida dihilangkan dari permukaan,

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN DESAIN TERAS REAKTOR NUKLIR RISET 2 MWTH DENGAN ELEMEN BAKAR PLAT DI INDONESIA

STUDI PENGEMBANGAN DESAIN TERAS REAKTOR NUKLIR RISET 2 MWTH DENGAN ELEMEN BAKAR PLAT DI INDONESIA STUDI PENGEMBANGAN DESAIN TERAS REAKTOR NUKLIR RISET 2 MWTH DENGAN ELEMEN BAKAR PLAT DI INDONESIA Anwar Ilmar Ramadhan 1*, Aryadi Suwono 1, Nathanael P. Tandian 1, Efrizon Umar 2 1 Kelompok Keahlian Konversi

Lebih terperinci

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( ) 1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran

Lebih terperinci

PENGARUH KANDUNGAN Nb DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR DALAM PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADUAN U-Zr-Nb

PENGARUH KANDUNGAN Nb DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR DALAM PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADUAN U-Zr-Nb PENGARUH KANDUNGAN Nb DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR DALAM PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADUAN U-Zr-Nb Masrukan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN)-BATAN Kawasan Puspiptek,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta TUGAS AKHIR PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT PADA PENGELASAN BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN TARIK Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU RINGKASAN Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR) adalah reaktor berbahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah, moderator grafit dan pendingin gas yang

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dalam berbagai sektor salah satunya adalah sektor industri manufaktur. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Permasalahan industri Kandungan unsur Pb yang tinggi dalam tembaga blister Studi literatur Perilaku unsur timbal dalam tanur anoda Perilaku

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER ANALISIS SIFAT TERMAL LOGAM URANIUM, PADUAN UMo DAN UMoSi MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER YANLINASTUTI, SUTRI INDARYATI, RAHMIATI Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Serpong Abstrak ANALISIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PADUAN U-7%Mo DAN U-7%Mo-x%Si (x = 1, 2, dan 3%) HASIL PROSES PELEBURAN DALAM TUNGKU BUSUR LISTRIK

KARAKTERISASI PADUAN U-7%Mo DAN U-7%Mo-x%Si (x = 1, 2, dan 3%) HASIL PROSES PELEBURAN DALAM TUNGKU BUSUR LISTRIK KARAKTERISASI PADUAN U-7%Mo DAN U-7%Mo-x%Si (x = 1, 2, dan 3%) HASIL PROSES PELEBURAN DALAM TUNGKU BUSUR LISTRIK ABSTRAK Supardjo, H. Suwarno dan A. Kadarjono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena mempunyai

Lebih terperinci

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS A. Gambaran Umum Deformasi. Deformasi adalah perubahan bentuk akibat adanya tegangan dalam logam yaitu tegangan memanjang dan tegangan melintang, yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

PENGARUH UNSUR Nb PADA BAHAN BAKAR PADUAN UZrNb TERHADAP DENSITAS, KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR

PENGARUH UNSUR Nb PADA BAHAN BAKAR PADUAN UZrNb TERHADAP DENSITAS, KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR PENGARUH UNSUR Nb PADA BAHAN BAKAR PADUAN UZrNb TERHADAP DENSITAS, KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR Masrukan (1), Tri Yulianto (1) dan Sungkono (1) 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN)-BATAN Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Zirconium (zircaloy) material yang sering digunakan dalam industri nuklir. Dalam reaktor nuklir, zircaloy diperlukan sebagai pelindung bahan bakar dari pendingin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini penggunaan baja semakin meningkat sebagai bahan industri. Hal ini sebagian ditentukan oleh nilai ekonominya, tetapi yang paling penting adalah karena sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya teknologi maka industri pada saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Karena pesatnya kemajuan teknologi, maka banyak sekali

Lebih terperinci

PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H

PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H Djoko Kisworo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KiLN / HEAT TREATMENT

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI BAHAN BAKAR REAKTOR DAYA

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI BAHAN BAKAR REAKTOR DAYA Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI BAHAN BAKAR REAKTOR DAYA Tri Yulianto ABSTRAK PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI BAHAN BAKAR REAKTOR DAYA. Kegiatan pengembangan

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengelasan logam tak sejenis antara baja tahan karat dan baja karbon banyak diterapkan di bidang teknik, diantaranya kereta api, otomotif, kapal dan industri lain.

Lebih terperinci

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja ataupun konstruksi sebuah mesin, dimana nilai kekakuan yang tinggi dari suatu material yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN 3.1.1 DEFINISI SUATU PROSES Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan

Lebih terperinci

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE EDY SULISTYONO PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR ( PTBN ), BATAN e-mail: edysulis@batan.go.id ABSTRAK PENGARUH

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER *Bambang Yunianto, Dwi Septiani Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Dengan meningkatnya perkembangan industri otomotif dan manufaktur di Indonesia, dan terbatasnya sumber energi mendorong para rekayasawan berusaha menurunkan berat mesin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena suhu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan pemeliharaan dari semua alat-alat yang terbuat dari logam, baik sebagai proses penambalan retak-retak,

Lebih terperinci

DEKONTAMINASI MESIN BUSUR LISTRIK CENTORR FURNACES DI HR-16 IEBE PTBN

DEKONTAMINASI MESIN BUSUR LISTRIK CENTORR FURNACES DI HR-16 IEBE PTBN No.04 / Tahun II Oktober 2009 ISSN 1979-2409 DEKONTAMINASI MESIN BUSUR LISTRIK CENTORR FURNACES DI HR-16 IEBE PTBN Akhmad Saogi Latif Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK DEKONTAMINASI MESIN

Lebih terperinci

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340 Jurnal Ilmiah TEKNIKA PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340 Bahrul Ilmi* *Dosen Program Studi Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam dunia industri, bahan-bahan yang digunakan kadang kala merupakan bahan yang berat. Bahan material baja adalah bahan paling banyak digunakan, selain jenisnya bervariasi,

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *)   ABSTRAK PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA Adriana *) email: si_adramzi@yahoo.co.id ABSTRAK Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena

Lebih terperinci