PENGAWASAN DI DINAS PASAR DALAM MENUNJANG PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BITUNG
|
|
- Bambang Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGAWASAN DI DINAS PASAR DALAM MENUNJANG PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BITUNG (Analisis Realisasi Penerimaan Retribusi) Oleh: Livia Paendong Abstrak Tahun 2009 bahwa objek retribusi pelayanan pasar adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional sederhana berupa peralatan, los, kios yang dikelola oleh pemerintah daerah dan khusus disediakan oleh pedagang dan oleh pemerintah kota bitung dalam kebijakan peraturan daerah (perda) nomor tentang pengolahan pasar yang dimiliki atau dikuasai pemerintah kota bitung serta pemungutan restribusinya.sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah yang dititik beratkan pada daerah kabupaten dan kota, maka oleh pemerintah Kota Bitung mengembangkan mekanisme pembiayaan daerahnya dengan menggali berbagai potensi untuk menunjang pembangunan daerah untuk meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat termasuk sarana dan prasarana pasar khususnya pasar tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Retribusi (jasa) pasar dalam menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD) dilihat dari pengawasan dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar.dengan menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menggambarkan secara jelas retribusi pasar dalam menunjang PAD. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui Belum maksimalnya penagihan yang dilakukan oleh petugas/kolektor pasar terhadap wajib retribusi jasa pasar. Keywords : Pengawasan, Pendapatan Asli Daerah 1
2 BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berdasarkan ketentuan retribusi pasar dalam undang-undang nomor 28 tahun 2009 bahwa objek retribusi pelayanan pasar adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional sederhana berupa peralatan, los, kios yang dikelola oleh pemerintah daerah dan khusus disediakan oleh pedagang dan oleh pemerintah kota bitung dalam kebijakan peraturan daerah (perda) nomor tentang pengolahan pasar yang dimiliki atau dikuasai pemerintah kota bitung serta pemungutan restribusinya. Rencana strategi dinas pasar kota bitung disusun dengan berpedoman pada rancangan awal RPJMkota bitung merupakan perjabaran visi, misi dan program walikota bitung. Dinas pasar kota bitung sebagai suatu SKPD selanjutnya mempelajari dampak,visi, misi dan program walikota bitung tehadap tugas, pokok dan fungsi dinas pasar kota bitung. Kemudian menyusun rencana strategi ini sesuai mekanisme yang tertuang dalam peraturan mentri nomor54tahun 2010 tentang pelaksanaan peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tatacara penyusunan,pengadilan dan evaluasi dinas pasar kota bitung berisi informasi tentang sumber daya,dana,keluaran dan dampak dokumen rencana strategi merupakan indikasi yang dicapai dan bersifat kaku sesuian dengan tugas dan fungsi dinas pasar untuk mengatasi masalah yang ada, sejalan dengan itu maka diperlukan suatu pengawasan yang merupakan fungsi organik dari pada manajemen yaitu usaha untuk mendeteminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil-hasil pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana (George, R. Terry 1986:34). Dengan melihat potensi yang ada di pasar Kota Bitung yang cukup besar, tapi dengan keadaan pasar ini pada tahun 2013 sudah banyak jenis potensinya yang sudah tidak aktif dimana tempat itu tidak lagi ditempati lagi pedagang berjualan, atau tidak membayar jasa harian serta tidak membayar sewa tempat atau pembayarannya menunggak. Dengan permasalahan diatas penulis tertarik untuk mengambil topik retribusi (jasa) pasar karena melihat proposi dari retribusi tersebut cukup besar sebagai sumber pendapatan asli daerah disamping itu penulis ingin mengetahui apakah pihak Dinas Pasar Kota Bitung sudah maksimal dalam memungut retribusi (jasa) pasar di Kota Bitung. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis merasa tertarik dan ingin mendalami penelitian ini dengan topik-topik Aspek Retribusi Pasar dalam Menunjang Pendapatan Asli Daerah di Kota Bitung. 2
3 B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang pemikiran maka peneliti merumuskan masalah yaitu Bagaimana Pengawasan di Dinas Pasar dalam menunjang Pendapatan Asli Daerah. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Retribusi (jasa) pasar dalam menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD) dilihat dari pengawasan dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar. 2. Strategi dalam Pencapaian Hasil atau target dari Dinas Pasar Kota Bitung dalam menunjang PAD. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi ilmiah bagi pemerintah Kota Bitung lewat dinas pasar dalam pelaksanaan otonomi daerah terlebih lagi dalam upaya peningkatan pendapatan retribusi (jasa) pasar. 3
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengawasan Pengawasan menurut Saragih (1982:88) adalah sebagai berikut: "Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki". Sedangkan Pengawasan menurut Suiatmo (1983:19) mengungkapkan bahwa: "Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenamya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak". Dengan demikian pengawasan pada hakekatnya merupakan tindakan membandingkan antara hasil dalam kenyataan (dassein) d engan hasil yang diinginkan (das sollen).hal ini disebabkan karena antara kedua hal tersebut sering terjadi penyimpangan-penyimpangan, maka tugas pengawasan adalah melakukan koreksi atas penyimpangan-penyimpangan tersebut. Sujamto (dikutip Silalahi, 2002:177) lebih tegas mengatakan: Pengendalian adalah segala usaha- atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki serta sesuai pula dengan segala ketentuan dan kebijakan yang berlaku. Sementara Maman Ukas (2004:337) menyatakan bahwa : "Pengawasan adalah suatu proses kegiatan yang untuk memantau, mengukur dan bila perlu melakukan perbaikan atas pelaksanaan pekerjaan sehingga apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan". Berdasarkan pengertian para ahli tentang pengawasan sebagai mana diungkapkan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah sebagai suatu proses kegiatan pimpinan yang sistematis untuk membandingkan (memastikan dan menjamin) bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi yang akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan standard, rencana, kebijakan, instruksi, dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan, guna pemanfaatan manusia dan sumber daya lain yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan. B. Konsep Dinas Pasar Menurut Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 19 Tahun 2008, bahwa kedudukan, tugas dan fungsi dinas ialah Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah, dipimpin oleh 4
5 kepala dinas berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris daerah, dinas daerah mempunyai tugas pembantuan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bitung No. 19 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi ditetapkannya adanya Daerah Pasar yang ditindak lanjuti dengan peraturan Walikota No. 35 Tahun 2008 tentang struktur organisasi dinas pasar kota Bitung.Adapun Dinas Pasar ini dikepalai oleh seorang kepala Dinas dan dilengkapi dengan perangkatnya yang terdiri dari : a. 1 (satu) orang Sekretaris - Sub Bagian Umum, Perlengkapan dan Kepegawaian - Sub Bagian Keuangan - Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan b. 3 (tiga) orang Kepala Bidang - Bidang Retribusi dan Sewa Harian Pasar, terdiri dari 3 seksi Yaitu: seksi penagihan, seksi perhitungan dan penetapan, dan pengadaan benda berharga. - Bidang Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan, terdiri 3 seksi Yaitu: seksi perencanaan, penelitian, dan, pengembangan seksi pemantauan dan pengendalian bangunan seksi pendataan, evaluasi dan pelaporan - Bidang Pengawasan/Keamanan dan Ketertiban terdiri dari 3 seksi C.Konsep Keuangan Daerah Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak-hak dan kewajiban daerah tersebut (Pasal 1 butir 5 PP No. 58 Tahun 2005). Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausaha, pelaporan, pertanggungjawab dan pengawasan keuangan daerah (PP 58/2005, pasal, pasal 1). Pengertian keuangan daerah tersebut lebih luas dari pada pengertian keuangan daerah menurut PP No. 105 Tahun 2000 yang hanya beruang lingkup APBD. Sedangkan pengertian keuangan Daerah menurut PP No. 58 Tahun 2005 mempunyai ruang lingkup yang lebih luas yaitu meliputi: Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintah daerah dan membayar tagihan pihak ketiga. Penerimaan daerah. 5
6 Pengeluaran daerah Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dan/atau kepentingan umum. D. Konsep Pendapatan Asli Daerah Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-undang nomor 12 Tahun 2008, tentang pemerintah daerah, daerah diberikan kewenangan untuk mencari dan mengembangkan penerimaan-penerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri, yang sering kita sebut dengan pendapatan asli daerah. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD adalah pendapatan yang dikelola daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kemudian menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang perimbangan keuangan daerah Pemerintah Pusat dan Daerah pada pasal 6 dijelaskan pula, bawah: Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang dikelola daerah melalui hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perubahan daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan dan lain-lain.pendapatan Asli Daerah yang sah. Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. E. Konsep Retribusi Daerah Kebijakan daerah dalam memungut retribusi harus melihat kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dalam jangka panjang, sebaiknya bias menunjukan dan adanya kewenangan penuh oleh pemerintah daerah sehingga dapat memberikan insentif pajak dan retribusi daerah, mengupayakan menjadi daerah yang diminati oleh pelaku bisnis untuk menanamkan investasinya. Pengertian retribusi secara umum adalah pembayaran-pembayaran pada Negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa Negara. Menurut Feldman, retribusi adalah penerimaan yang diperoleh penguasa publik dari rumah tangga swasta berdasarkan norma-norma umum yang ditetapkan berhubungan dengan prestasi-prestasi yang diselenggarakan atas usul dan untuk kepentingan rumah tangga swasta, dan 6
7 prestasi-prestsi tersebut karena berhubungan dengan kepentingan umum, secara khusus dilaksanakan sendiri oleh panguasa publik. Dalam kaitannya dengan kewenangan retribusi ini yang dilakukan oleh pemerintah daerah.menurut Bachrul Elmi retribusi adalah pungutan yang dikenakan kepada pemakai jasa tertentu yang disediakan pemerintah daerah. (Faisal Akbar Nasution, 2009:131). F. Objekdan Golongan Jasa Retribusi Daerah Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 Pasal 18 Ayat 1 menentukan bahwa objek retribusi adalah berbagai jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah.tidak semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jasa-jasa tertentu yang merupakan pertimbangan social ekonomi layak disajikan objek retribusi. 1. Retribusi Jasa Umum, yaitu retribusi atas jasa yangdisediakan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 2. Retribusi Jasa Usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat disediakan oleh sektor swasta. 3. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, sarana, prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 7
8 BAB III METODE PENELTIAN A. Lokasi Penelitian Penyediaan ini dilaksanakan pada Kantor Dinas Pasar Kota Bitung, Hal ini didasarkan karena instansi tersebut diberi kewenangan untuk melakukan pengelolaan terhadap (Jasa) Pasar di Kota Bitung. B. Unit Analisis Unit analasis pada penelitian ini adalah organisasi, yaitu Dinas Pasar Kota Bitung. Penentuan unit analisis ini didasarkan pada tugas dan fungsi Dinas Pasar Kota Bitung sebagai pelaksana dan bertanggungjawab terhadap pemungutan retribusi (Jasa) Pasar Kota Bitung. C. Informan Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sekretaris Dinas Pasar 2. Kepala Bagian Retribusi, Sewa Harian Pasar 3. Kepala Bidang Pengawasan, Keamanan dan Ketertiban 4. Kepala Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Penelitian 5. Kepala Seksi Perhitungan dan Penetapan 6. Kepala Pasar 7. Koordinator Pasar 8. Pedagang D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara, 2. Observasi, 3. Dokumentasi, E. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis atau metode penelitian kualitatif. F. Fokus Penelitian Sebagaimana pemahaman yang dijelaskan, bahwa implementasi kebijakan ialah serangkaian tindakan atau program-program yang ditetapkan dan dilaksanakan kebijakan retribusi pasar dalam menunjang PAD Kota Bitung, sehingga yang menjadi focus penelitian adalah : 1. Pengawasan pemungutan retribusi pasar 8
9 2. Pelaksanaan pemungutan retribusi pasar 3. Pencapaian hasil atau target dari Dinas Pasar Kota Bitung dalam menunjang PAD G. Jenis dan Sumber Data Ada dua jenis data penelitian yang dilakukan yaitu a. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian melalui wawancara dan observasi dengan informan untuk memperoleh data yang sebenarnya dilapangan. b. Data sekunder adalah data yang diperoleh berdasarkan acuan dan literature yang berhubungan dengan materi dan dokumen dari Dinas Pasar Kota Bitung. H. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data yang diperoleh maka penulis menggunakan analisa data deskriptif kualitatif yaitu melakukan analisa dari beberapa penjelasan atau uraian pembahasan berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara langsung, observasi dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. 9
10 BAB V HASIL PENENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pengawasan Berikut ini penulis akan mengemukakan hasil Penelitian tentang pelaksanaan fungsi pengawasan : Dari hasil wawancara dapat dijelaskan bahwa kegiatan pelaksanaan pengawasan di Dinas Pasar Kota Bitung yang dilakukan oleh Kepala Bidang dan Kasie pengawasan terhadap kolektor dimaksud agar dapat mencapai target penerimaan Retribusi (jasa) pasar di samping itu pengawasan atasan langsung dimaksud agar supaya pada saat yang dibutuhkan maka atasan dapat segerah memberikan petunjuk atau tindakan korektif bilamana perlu, pengawasan atasan langsung dinilai paling efektif karena antara subjek yang mengawasi dan objek yang diawasi paling dekat sehingga memungkinkan adanya komunikasi yang intens dalam aktifitas sehari-hari sebagai atasan dan bawahan langsung. Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa sebagai salah satu bagian dari proses manajemen, pengawasan bukanlah suatu tindakan untuk mencari-cari kesalahan, melainkan merupakan aktivitas manajemen yang dimaksudkan untuk mengusahakan atau menjamin pelaksanaan rencana berjalan sesuai yang direncanakan, dan apabila terdapat penyimpangan-penyimpangan atau kesalahan-kesalahan akan dapat diketahui seberapa jauh penyimpangan dan kesalahan itu serta apa penyebabnya, dan kemudian diambil tindakan-tindakan korektif. B. Perencanaan Perencanaan didefenisikan sebagai suatu proses menetapkan tujuan dan memutuskan hal tersebut dapat dicapai. Rencana meliputi sumber-sumber yang di butuhkan, tugas yang diselesaikan, tindakan yang diambil dan jadwal yang diikuti kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah untuk mencapai tujuan dalam pelaksanaan pemungutan jasa retribusi pasar Kota Bitung maka perlu adanya perumusan perencanaan.perencanaan memegang peranan penting dalam upaya pencapaian tujuan yang di tetapkan dalam suatu organisasi. C. Penentuan Target Dari keterangan yang diperoleh dari Kasie Penagihan Bapak Lucky V. Pangkey, SE., menjelaskan ; "Penentuan target setiap tahunnya didasarkan pada pendataan potensi-potensi pasar setiap tahunnya dengan cara turun langsung ke pasar mendata jumlah pedagang yang menempati pasar berjualan, dengan melakukan pendataan setiap tahunnya kita dapat mengetahui berapa jumlah 10
11 pedagang yang masih aktif atau sudah tidak aktif. Selanjutnya dijelaskan bahwa ; "Penentuan target setiap tahunnya bukan hanya dari segi jumlah pedagang saja yang menempati pasar tapi dari segi biaya jasa, biaya Man danpotensi-potensi lain yang ada di Pasar Kota Bitung". Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa perencanaan dalam hal penentuan target senantiasa mengacu kepada pendataan pedagang yang tidak menentu jumlahnya, dan melihat semua potensi-potensi yang ada. Penentuan target sangat bergantung terhadap, realisasi pertahun yang dapat tercapai. Namuntahun terakhir target yang ditentukan oleh tidak tercapai karena disebabkan oleh personil yang memungut jasa retribusi belum optimal dan kurangnya kesadaran wajib retribusi dalam membayar jasa retribusi. Dari hasil wawancara di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa yang menyebabkan tidak tercapainya target karena SDM yang belum memaksimal dalam memungut jasa harian pasar dan kurangnya kesadaran wajib retribusi (pedagang). Sedangkan dengan melihat potensi-potensi yang ada di Pasar seharusnya dapat meningkatkan penerimaan jasa pasar. Adapun jumlah tarif retribusi (jasa) yang dibebankan terhadap wajib retribusi pasar yang terdiri dari Ruko, Toko, Lods, Kios, dan Pedagang kaki Lima (PKL) sudah diatur dalam Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum Pasar Daerah Kota Bitung. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat tabel di bawah ini : Tabel 13.Tarif Retribusi Pasar pada Pasar di Kota Bitung Tahun 2013 Lokasi Jenis Pungutan Tarif Retribusi Pasar Kota Bitung a. Ruko Rp / Hari b. Kios Rp / Hari c. Los Rp / Hari d. Pkl Rp / Hari Sumber Data : Dinas Pasar Kota Bitung, 2013 Hasil wawancara dengan salah satu pedagang di Pasar Kota Bitung Bpk. Udin, pedagang kios menyatakan hal yang sama bahwa : Retribusi yang ditarik sudah sesuai dengan fasilitas yang didapat. Berdasarkan hasil wawancara diatas dan observasi penulis, maka penulis dapat simpulkan bahwa tarif retribusi sudah sangat murah dan tidak memberatkan pedagang dan pemungutan retribusi dipasar Kota Bitung sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. 11
12 D. Pelaksanaan Yaitu Kualitas pegawai dalam melakukan tugasnya seharusnya menguasai apa yang dikerjakannya agar tujuan dari pelaksanaan tugasnya dapat dikerjakan dengan baik dan secara kuantitas. semestinya dalam suatu dinas jumlah pegawai harus seimbang dengan jumlah pekerjaan dalam dinas tersebut dengan maksud bahwa jumlah pegawai tidak berlebihan agar tidak terjadi pemborosan dan tidak kurang agar pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik. Dari jumlah pegawai dalam pelaksanaan pemungutan jasa harianpasar dari Bapak Lucky V. Pangkey, SE., selaku Kasie Penagihan yangmengatakan bahwa: "Secara kuantitas jumlah personil Pasar sudah memadai, untuk saat ini jumlah kolektor Pasar Kota Bitung berjumlah 8 orang yang setiap harinya melakukan pemungutan jasa harian pasar kepada pedagang yang ada di Pasar Kota Bitung. Dari wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa jumlah pegawai kolektor yang ada di pasar Kota Bitung tidak seimbang dengan wajib jasa harian pasar yaitu pedagang dengan demikian pemungutan jasa harian pasar belum berjalan efektif dan efisian. Sehingga terjadi beberapa kendala dalam pemungutan retribusi atau jasa harian pasar yang menjadi salah satu penyebab tidak tercapainya target yang telah ditentukan. Dari hasil wawancara di atas penulis dapat menyimpulkan bahwapemungutan jasa harian pasar belum efektif dan efisien.karenadengan melihat jumlah kolektor yang ada di pasaryang hanyaberjumlah20 orang.dengan demikian, petugas kolektor tidak bisa melakukan pendekatan kepada setiap, wajibretribusi di karenakan kurangnya jumlah kolektor yang melaksanakan pemungutan retribusi di Pasar Kota Bitung. 12
13 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa proses pemungutan retribusi (jasa) Pasar belum maksimal karena penerimaan target dan realisasi retribusi (J asa) pasardi Kota Bitung tidak mencapai target. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya target yaitu sebagai berikut : 1. Faktor umum terdiri dari Belum maksimalnya penagihan yang dilakukan oleh petugas/kolektor pasar terhadap wajib retribusi jasa pasar. Tidak kontiniunya sosialisasi oleh setiap unit kepala pasar, koordinator pasar dan petugas/kolektor penagih retribusi kepada semua pedagang (wajib retribusi) akan kewajibannya dalam membayar tagihan jasa pasar. Masih ada sebagian pedagang yang tidak memiliki kartu pedagang 2. Faktor khusus terdiri dari : Faktor Cuaca dan Kondisi Bangunan yang tidak memungkinkan berjualan. Setoran, faktor setoran sangat berpengaruh terhadap pencapaiantarget karena dengan sedikitnya setoran akan menyebabkan kurangnya penerimaandan mengakibatkan tidak tercapainya target. B. Saran Dengan melihat kondisi penerimaan target dan realisasi retribusi Pasar di Kota Bitung yang tidak mencapai target satu tahun terakhir yaitu tahun 2013, maka pihak Dinas Pasar sebagai pengelola pasar akan memberikan solusi melalui upaya yang akan di laksanakan dalam meningkatkan penerimaan retribusi (jasa) Pasar yaitu sebagai berikut : 1. Mengoptimalkan pendapatan dengan menggali potensi-potensi yang ada di Pasar Kota Bitung. 2. Meningkatkan mutu SDM dengan melakukan pendidikan dan pelatihan (Diklat). 3. Melaksanakan sosialisasi kepada seluruh wajib retribusi terhadap peraturan pemerintah daerah dan kewajibannya masing-masing dalam membayar tagihan. 4. Penyesuain tarif retribusi jasa harian pasar kepada semua pedagang, baik yang menempati ruko, kios, lods dan pelataran. 5. Menjalin kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka pembangunan, rehabilitasi, dan peremajaan sarana dan prasarana pasar. 6. Diperlukan pengawasan eksternal dari Dinas Pasar terhadap kolektor. 13
14 DAFTAR PUSTAKA Athoilah Anton, Dasar-dasar manajemen.bandung : Pustaka Setia Basuki, Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta ; Kreasi Wacana Certo, Samuel C. & S. Travis Certo Modern Management, Pearson Prentice Hall. Darise Nurlan, Pengelolaan Keuangan Daerah. Gorontalo :PT Indonesia Kelompok Gramedia. Darwin, 2010.Pajak Daerah & Retribusi Daerah.Jakarta : Mitra Kencana. Hasley D. George Bagaimana Memimpin dan Mengawasi Pegawai anda.rineka Cipta; Jakarta. Iksan, 2009.Manajemen Strategis dalam kompetisi Pasar Global.Jakarta : GP. Press. Jemsly Hutabarat, dkk, Pengantar Manajemen strategik Kontemporer, Strategik di Tengah Operasional.Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Mahmudi, 2010.Manajemen Keuangan Daerah Yogyakarta.Penerbit : Erlangga Maringan Masry Simbolon, Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen.Bekasi : Ghalia Indonesia. Suyanto, Bagong Metode Penelitian Sosial. Kencana, Jakarta. Suwanto, dkk, 2011.Manajemen SDM dalam organisasi Publik bisnis.bandung : Alfabeta Terry R. George Prinsip-prinsip Managemen. Bumi Aksara : Jakarta. Tripmo, Tedjo & Udan, Manajemen Strategi. Bandung. Rekayasa Sains. Widjaja, Percontohan Otonomi Daerah di Indonesia. Jakarta : Rineka cipta., Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Jakarta. Winardi, 2000.Manajer dan Manajemen.Bandun : Citra Aditya Bakti. Yogi, dkk Manajemen Stratejik Terapan Paduan cara Menganalisa Industri dan Pesaing. Jakarta. Poliymana Widya Pustaka. Sumber-sumber lain : Peraturan Daerah Kota Bitung No. 19 tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi. Peraturan Walikota No. 35 tahun 2008 tentang Struktur Organisasi Dinas Pasar Kota Bitung. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 14
STRATEGI PENINGKATAN RETRIBUSI (JASA) PELAYANAN PASAR KLITIKAN NOTOHARJO DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NO.
STRATEGI PENINGKATAN RETRIBUSI (JASA) PELAYANAN PASAR KLITIKAN NOTOHARJO DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NO. 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI DAERAH Oleh: Agus Budi Wahono Universitas Slamet
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pemerintah Kota Bandar Lampung
65 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pemerintah Kota Bandar Lampung Pemberlakuan kebijakan Otonomi Daerah mendorong Pemerintah Daerah untuk mandiri dalam segala hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta DPPKA dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang masih berkembang, yang terus melakukan pembangunan nasional di segala aspek kehidupan yang tujuannya untuk meningkatkan taraf
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 93 TAHUN 2007 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN BANTUL
PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 93 TAHUN 2007 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat : bahwa sebagai tindak lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah di Indonesia memasuki babak baru dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga keuntungan selisih nilai tukar rupiah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu sumber keuangan daerah yang juga merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom. Setiap
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. pendapatan asli daerah (PAD) adalah merupakan salah satu sumber. penerimaan daerah selain sumber penerimaan lainnya.
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Dalam usaha pelaksanaan pembangunan daerah, maka pendapatan asli daerah (PAD) adalah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah selain sumber penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORI. senantiasa berpacu untuk meningkatkan pendapatan daerah, salah satunya
BAB III TINJAUAN TEORI A. Pengertian Pajak dan Objek Pajak Sebagaimana diketahui bahwa sektor pajak merupakan pemasukan bagi Negara yang terbesar demikian juga halnya dengan daerah. Sejak dikeluarkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU I. PENJELASAN UMUM Undang-Undang Dasar 1945 memiliki semangat pemberlakuan asas desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya kantor
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN,
WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan Pasal 40 Peraturan
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH
PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang :
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM Sekilas Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara pemerintah pusat dan
BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Sekilas Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada didaerahya. Berbagai hal yang berhubungan dengan pembangunan tersebut tentu selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam upaya mensejahterakan rakyatnya dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat didaerahnya, pemerintah daerah terus mengadakan pembangunan sarana maupun
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARBARU Alamat Kantor : JL. Panglima Batur No.1 Telp.(0511) Fax. (0511) Banjarbaru Kalsel
WALIKOTA BANJARBARU Alamat Kantor : JL. Panglima Batur No.1 Telp.(0511) 4774269 Fax. (0511) 4774269 Banjarbaru Kalsel PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia diwujudkan dengan dihasilkannya Undang- Undang No 22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desentralisasi telah menjadi topik yang popular di Indonesia terutama sejak pemerintah Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA TEBING TINGGI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA TEBING TINGGI A. Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi berdiri pada tanggal 16 Oktober 1993
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU
SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. misi pembangunan Kabupaten Natuna Tahun , sebagai upaya yang
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Natuna Visi Kabupaten Natuna adalah Menuju Natuna yang Sejahtera, Merata dan Seimbang. Sesuai dengan visi tersebut, maka ditetapkan pula misi pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang pemerintahan, banyak permasalahan dan urusan yang harus diselesaikan berkaitan dengan semakin berkembang pesatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah
Lebih terperinciBUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keuangan Daerah 2.1.1. Pengertian Keuangan Daerah Keuangan Daerah atau anggaran daerah merupakan rencana kerja pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SAMARINDA
PEMERINTAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAERAH KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL
BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
Diubah dengan Perwal Nomor 93Tahun 2012 WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Memungkinkan daerah untuk mengatur rumah tangga daerahnya
Lebih terperinciB A B I P E N D A H U L U A N
B A B I P E N D A H U L U A N 1.1.Latar Belakang Salah satu wujud tata kepemerintahan yang baik (good governance) itu terdapatnya citra pemerintahan yang demokratis. Prinsip demokrasi yang paling penting
Lebih terperincifile/perbub/upt-pasar/2009 2
BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PASAR PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM KABUPATEN BULUNGAN Menimbang
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah DPPKAD Kab. Karawang Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU. A. Profil Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU A. Profil Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru Walikota Pekanbaru, Drs Herman Abdullah meresmikan pemakaian kantor tiga dinas, yakni
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Terbentuknya Dinas Pendapatan Kabupaten Tapanuli Tengah berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BLITAR
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, Indonesia menganut pada asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dalam
Lebih terperinciBAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah
BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah Otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH 2.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Berdasarkan UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten DATI II Boyolali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN KANTOR DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET DAERAH KABUPATEN KARO
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN KANTOR DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET DAERAH KABUPATEN KARO a. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten
Lebih terperinciBAB II PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA MEDAN. dengan kebutuhan sehingga lebih bermanfaat. Nugroho mendefinisikan bahwa : 29
BAB II PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA MEDAN A. Konsep Pengelolaan Secara umum pengelolaan merupakan kegiatan merubah sesuatu hingga menjadi baik berat memiliki nilai-nilai yang tinggi dari semula.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang cukup luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya memerlukan kesiapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retribusi Daerah merupakan sumber pendapatan yang paling memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan kreatifitas pemerintah daerah masing-masing, karena memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu
Lebih terperinciKEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A
B U P A T I TASIKMALAY A KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANDAK
PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
21 BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Dinas pendapatan daerah kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah Kota Padangsidimpuan Pada awalnya Padangsidimpuan adalah Kota Administratif yang masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta 1. Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta (DPPKA) Sejarah
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang Dasar 1945 antara lain menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
Lebih terperincidiungkapkan Riduansyah (2003: 49), yang menyatakan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Otonomi daerah pada awalnya diberlakukan melalui Undang undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, hingga pada akhirnya berlaku Undang
Lebih terperinciEvaluasi perhitungan potensi retribusi pasar di pasar Jongke. Agus Nur Hayanto NIM : F UNIVERSITAS SEBELAS MARET GAMBARAN UMUM OBYEK
Evaluasi perhitungan potensi retribusi pasar di pasar Jongke Agus Nur Hayanto NIM : F.3400005 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I GAMBARAN UMUM OBYEK A. Sejarah Singkat Dinas Pengelolaan Pasar Pemerintah Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Obyek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali Pada awalnya kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
Lebih terperinciNovi Shintia (1) 1. PENDAHULUAN
Jurnal INTEKNA, Tahun XI, No. 1, Mei 2011 : 85-90 PELAKSANAAN RETRIBUSI PASAR DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (STUDI KASUS PADA PASAR KURIPAN BARU KOTA BANJARMASIN KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR)
Lebih terperinciKEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 63 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 63 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 37/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pendapatan Asli Daerah 1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, Kabupaten/ Kota telah dipercayakan oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur daerahnya
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU. 2.1 Sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU 2.1 Sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru Pada mulanya Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru (selanjutnya disingkat Dipenda)
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Gambaran Umum Kota Tangerang III.1.1.1. Proses Terbentuknya Kota Tangerang Pembangunan kota administratif Tangerang secara makro
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH
WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-O TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PENGELOLAAN PASAR WALIKOTA SURAKARTA,
PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-O TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PENGELOLAAN PASAR WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ditetapkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH BIDANG PENGELOLAAN TAMAN PINTAR DINAS PARIWISATA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 17 Tahun 2013 SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,
Lebih terperinciBUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN ESELON PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLKPJ- AMJ Bupati Berau BAB III halaman 45
BAB - III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH A. Pengelolaan Pendapatan Daerah 1. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah Pengelolaan Pendapatan Daerah dilakukan dengan menggali potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan iuran wajib masyarakat kepada kas negara yang diatur sesuai undang- undang. Pemungutan pajak dapat dipaksakan oleh setiap warga negara. Hasil dari pembayaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng
8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
Lebih terperinciBAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengelolaan keuangan daerah merupakan sub-sistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 121 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN KABUPATEN BANTUL DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dikelola pemerintah semakin besar jumlahnya. Semakin besar
Lebih terperinciWALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA
WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1. Sejarah Dinas Pengelola Pasar. Kota Surakarta berdiri sejak tahun 1745 dan dijadikan Ibukota
BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Sejarah Dinas Pengelola Pasar Kota Surakarta berdiri sejak tahun 1745 dan dijadikan Ibukota kerajaan penerus tahta Kerajaan Mataram (Kasunanan dan Mangkunegaran),
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA TEBING TINGGI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA TEBING TINGGI A. Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi berdiri pada tanggal 16 Oktober 1993
Lebih terperinci- 1 - BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 61 TAHUN 2016
- 1 - SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU. Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru. Berdasarkan Surat Edaran
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU A. Profil Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru Pada mulanya Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru (selanjutnya disingkat Dipenda) merupakan
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DAN PASAR KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM
BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Sejarah singkat berdirinya UP3AD Kabupaten Semarang Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) merupakan Unit Pelaksanaan Teknis pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tata cara pemerintahan terwujud dalam bentuk pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA I. PENJELASAN UMUM Undang-Undang Dasar 1945 memiliki semangat pemberlakuan asas desentralisasi dan otonomi
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Kota Balikpapan merupakan salah satu kota besar yang berada di Provinsi Kalimantan Timur, luas wilayah kota ini mencapai 843,48 KM2, yang terdiri atas
Lebih terperinciWALIKOTA JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PADA DINAS PASAR KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,
Lebih terperinciBUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR TAHUN TENTANG : PENGELOLAAN PASAR KAMPUNG
BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR TAHUN TENTANG : PENGELOLAAN PASAR KAMPUNG BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAMPUNG/KELURAHAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT A. SEJARAH SINGKAT DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT A. SEJARAH SINGKAT DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.061/7200/SJ Tanggal 21 Maret
Lebih terperinci