STRATEGI PENINGKATAN RETRIBUSI (JASA) PELAYANAN PASAR KLITIKAN NOTOHARJO DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NO.
|
|
- Indra Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STRATEGI PENINGKATAN RETRIBUSI (JASA) PELAYANAN PASAR KLITIKAN NOTOHARJO DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NO. 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI DAERAH Oleh: Agus Budi Wahono Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan memperoleh gambaran secara jelas mengenai strategi dalam meningkatkan penerimaan retribusi (jasa) pelayanan Pasar Klitikan Notoharjo di Kota Surakarta, dan mengetahui hal-hal yang menjadi hambatan dalam strategi meningkatkan retribusi (jasa) pelayanan Pasar Klitikan Notoharjo di Kota Surakarta dan upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hambatan tersebut. Latar belakang penulisan skripsi ini adalah, Proses pemungutan retribusi (jasa) di Kota Surakarta belum terlaksana dengan baik, khususnya Pasar Klitikan Notoharjo, sehingga pemasukan retribusi (jasa) pelayanan pasar tidak pernah mencapai hasil yang diinginkan selama 3 Tahun terakhir. Hasil pemungutan retribusi (jasa) pelayanan pasar Klitikan Notoharjo di Kota Surakarta belum memenuhi target seperti yang diharapkan. Penulis mengambil lokasi penelitian di Pasar Klitikan Notoharjo yang terletak di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Penelitian ini berjenis yuridis sosiologis yaitu pendekatan untuk mengkaji aspek-aspek hukum menurut peraturan perundang-undangan, yaitu Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah. Sifat penelitian yaitu deskriptif yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan tentang strategi peningkatan retribusi (jasa) pelayanan pasar klitikan Notoharjo. Sumber data: primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan dalam hal ini penentuan target retribusi jasa sudah maksimal, dimana proses perencanaan dalam hal penentuan target senantiasa mengacu kepada pendataan pedagang setiap tahunnya dan menggali semua potensi-potensi yang ada pada Pasar Klitikan Notoharjo. Pelaksanaan dalam hal SDM (sumber daya manusia) belum maksimal dan efektif dalam menjalankan tugasnya karena dengan melihat kualitas petugas/ penarik retribusi dalam memungut retribusi atau jasa pasar tidak pernah mencapai target selama 3 tahun terakhir. Hal ini diakibatkan karena masih banyak sebagian wajib retrubsi yang tidak mau membayar tagihan retribusi atau jasa harian pasar, ini dikarenakan petugas atau penarik retribusi kurang pendekatan dalam melakukan
2 penagihan kepada wajib retribusi. Upaya yang akan akan dilaksanakan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dalam meningkatkan penerimaan ratribusi (jasa) Pasar Klitikan Notoharjo yaitu: (1) Mengoptimalkan pendapatan dengan menggali potensi-potensi yang ada di pasar, (2) Meningkatkan mutu SDM dengan melakukan pendidikan dan pelatihan (Diklat), (3) Melaksanakan sosialisasi kepada seluruh wajib retribusi terhadap peraturan pemerintah daerah dan kewajibannya masing-masing dalam membayar tagihan, (4) Meratakan semua tarif retribusi jasa harian pasar kepada semua pedagang, baik yang menempati kios, los dan pelataran, (5) Menjalin kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka pembangunan, rehabilitasi, dan peremajaan sarana dan prasarana pasar. Kata kunci : Strategi peningkatan retribusi, Pasar Klitikan Notoharjo, Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2011 Tentang Retribusi Daerah. LATAR BELAKANG MASALAH Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi yang seluas-luasnya bagi pemerintah kabupaten merupakan peluang dan sekaligus tantangan. Peluang disini bagi Pemerintahan Daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang memadai untuk mengelola sendiri potensi tersebut, sedangkan bagi Pemerintah Daerah yang mempunyai sumber daya alam yang kurang memadai justru merupakan tantangan (Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah). Dalam rangka memenuhi pembiayaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah di daerah dapat diperoleh dari penerimaan daerah sendiri atau dapat pula dari luar daerah. Sumber-sumber pendapatan yang dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah adalah dengan meningkatkan pendapatan dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah & pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lainlain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Upaya-upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah ini tidak terlepas dari mekanisme sistem Pemerintahan Daerah yaitu 2
3 kerjasama antar Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah dengan cara pendekatan terpadu dan tidak menghilangkan identitas, tugas serta fungsi masingmasing. Seiring dengan pelaksanaan Otonomi Daerah yang dititik beratkan pada Daerah Kabupaten dan Kota, maka Pemerintah Kota Surakarta berupaya mengembangkan mekanisme pembiayaan dengan menggali berbagai bentuk pembiayaan yang potensial untuk menunjang pembangunan daerah sekaligus untuk peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat termasuk penyediaan sarana dan prasarana perpasaran khususnya pasar tradisional. Pembangunan peremajaan dan pengelolaan pasar-pasar tradisional ditengahtengah menjamurnya pasar-pasar modern dewasa ini membutuhkan investasi besar, sementara disisi lain Pemerintah Kota Surakarta menghadapi kendala dalam hal keterbatasan finansial untuk melakukan investasi. Berdasarkan hal tersebut, maka Pemerintah Kota Surakarta membentuk Peraturan Daerah berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2010, yang ditindak lanjuti dengan keluarnya SK. Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional Kota Surakarta. Kota Surakarta sebagai salah satu daerah otonomi yang berada di wilayah Propinsi Jawa Tengah terus menggali potensi-potensi keuangan daerah agar dapat meningkatkan penerimaan bagi Pendapatan Asli Daerah yang salah satunya adalah Retribusi Daerah. Diantara bermacam-macam Retribusi Daerah tersebut salah satunya adalah retribusi pasar, di mana retribusi pasar memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah. Hal ini dikarenakan keberadaan pasar 3
4 yang pasti ada di setiap daerah yang jumlahnya cukup banyak. Masing-masing pasar tersebut pasti terjadi transaksi setiap hari atau pada hari-hari tertentu dan bagi para pihak yang melakukan transaksi tersebut dipungut biaya karena menggunakan pasar sebagai tempat transaksi. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah jo Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah, bahwa Pemerintah Kota Surakarta mempunyai kewenangan untuk memungut Retribusi Pelayanan Pasar. Retribusi pasar termasuk dalam retribusi jasa umum karena bersifat bukan pajak dan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan detradisionalisasi, artinya retribusi pasar dapat menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial. Retribusi pasar menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah jo Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011, adalah: Pembayaran atas pelayanan penyediaan fasilitas pasar berupa pelataran dan los yang dikelola oleh pemerintah daerah dan khusus disediakan untuk pedagang. Retribusi pasar atau retribusi pelayanan pasar merupakan salah satu retribusi jasa umum yang keberadaannya cukup dimanfaatkan oleh masyarakat. Pasar tradisional sebagai tempat usaha bagi para pedagang kecil memiliki banyak nilai-nilai strategis. Pasar tradisional secara nyata mampu memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga tercipta suatu kondisi pemerataan hasil-hasil pembangunan. Dari segi ekonomi, pasar tradisional sebagai salah satu tempat perputaran uang, yang berarti penguat bagi 4
5 struktur ekonomi tingkat mikro. Sebagai sarana perputaran ekonomi, pasar tradisional terbukti efektif. Salah satu buktinya adalah perputaran uang di pasar tradisional yang setiap hari bisa mencapai milyaran rupiah. Dengan nilai perputaran ekonomi yang mencapai milyaran rupiah, tentunya keberadaan pasar tradisional memberikan sumbangan yang tidak sedikit bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta dari sisi penerimaan retribusi. Demikian juga dengan Kota Surakarta, saat ini dirasakan diperlukan suatu upaya untuk semakin meningkatkan kegiatan ekonomi yang berlangsung di pasar-pasar tradisional sehingga penerimaan retribusi pasar dapat meningkat. Proses pemungutan retribusi (jasa) di Kota Surakarta belum terlaksana dengan baik, khususnya Pasar Klitikan Notoharjo, sehingga pemasukan retribusi (jasa) pelayanan pasar tidak pernah mencapai hasil yang diinginkan selama 4 Tahun terakhir. Hasil pemungutan retribusi (jasa) pelayanan pasar Klitikan Notoharjo di Kota Surakarta belum memenuhi target seperti yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan mengangkat judul: Strategi Peningkatan Retribusi (Jasa) Pelayanan Pasar Klitikan Notoharjo di Kota Surakarta Berdasarkan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah jo Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah. PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana strategi dalam meningkatkan penerimaan retribusi (jasa) pelayanan Pasar Klitikan Notoharjo di Kota Surakarta? 5
6 2. Hal-hal apa saja yang menghambat strategi dalam meningkatkan penerimaan retribusi (jasa) pelayanan Pasar Klitikan Notoharjo di Kota Surakarta dan upaya apa yang dilakukan untuk menanggulangi hambatan tersebut? METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dan Kantor Pasar Klitikan Notoharjo yang menangani pelaksanaan dan pengelolaan retribusi pasar. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian yang digunakan peneliti adalah termasuk penelitian yuridis sosiologis, yang dimaksud dengan metode pendekatan yuridis sosiologis adalah Pendekatan tersebut digunakan untuk mengkaji aspek-aspek hukum menurut peraturan perundang-undangan, yaitu Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah yang berkaitan dengan strategi peningkatan retribusi (jasa) pelayanan pasar. Pembahasan dilakukan dengan mengkaji ketentuan perundangundangan yang berlaku serta dikaitkan dengan teori-teori hukum dengan melihat realita yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi. Sifat Penelitian Sifat penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang memberikan data yang seteliti mungkin tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas manusia, sifat-sifat hasil karya manusia, keadaan dan gejala-gejala lainnya, dengan maksud untuk memperoleh data semaksimal mungkin dan seteliti mungkin tentang strategi peningkatan retribusi (jasa) pelayanan pasar. 6
7 Pengumpulan Data 1. Studi Lapangan Merupakan keterangan atau fakta yang secara teoritis langsung diperoleh melalui penelitian di lapangan untuk mendapatkan data primer dengan jalan wawancara secara langsung dengan informan. 2. Studi Pustaka Merupakan data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan. Dalam hal ini diperoleh dari beberapa literatur atau dokumen-dokumen resmi, hasil-hasil penelitian, peraturan perundang-undangan serta buku-buku ilmiah. (Soerjono Soekanto, 1986: 9). Sumber Data 1. Sumber data primer, yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang terkait. Pihak-pihak tersebut, meliputi petugas atau pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dan Kantor Pasar Klitikan Notoharjo yang menangani pelaksanaan dan pengelolaan retribusi di Pasar Klitikan Notoharjo. 2. Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang secara tidak langsung memberi keterangan yang bersifat mendukung sumber data primer. Sumber data sekunder berasal dari literatur, dokumen, arsip-arsip, peraturan perundang-undangan yang berlaku serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan. Teknik Analisis Data Tehnik analisis menggunakan analisis kualitatif. Pendekatan kualitatif sebenarnya merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu 7
8 apa yang dinyatakan oleh informan secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata. (Soerjono Soekanto, 1986: 25). Menurut HB. Sutopo (2002: 96-97), ada tiga komponen utama yang menjadi dasar dari tahap analisa data yang harus benar-benar dipahami oleh seorang peneliti, yaitu: reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penentuan Target Target penerimaan merupakan tolak ukur realisasi penerimaan tahunan yang seyogyanya harus dicapai dalam realisasi penerimaan retribusi pasar di Kota Surakarta, yang di maksud disini adalah tahapan-tahapan atau proses penentuan target penerimaan yang ingin dicapai dalam satu tahun anggaran. Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta menyusun target penerimaan jasa Pasar Klitikan Notoharjo dengan cara turun langsung ke Pasar Notoharjo melakukan uji petik potensi-potensi yang ada di pasar setiap tahunnya. Maksudnya disini yaitu dengan mendata ulang setiap tahun potensi yang ada di Pasar Klitikan Notoharjo yaitu berapa jumlah pedagang yang masih aktip dengan yang sudah tidak aktip karena setiap tahunnya jumlah pedagang yang masih aktip atau sudah tidak aktip selalu berubah. Dengan melakukan pendataan ulang terhadap potensi di pasar setiap tahunnya diharapkan terjadi peningkatan setiap tahunnya. Perencanaan dalam hal penentuan target senantiasa mengacu kepada pendataan pedagang yang tidak menentu jumlahnya, dan melihat semua potensipotensi yang ada pada Pasar Klitikan Notoharjo. Penentuan target jasa pasar sangat bergantung terhadap realisasi per tahun yang dapat tercapai. Namun selama empat 8
9 tahun terakhir target yang ditentukan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta tidak pernah tercapai karena disebabkan oleh personil yang memungut jasa retribusi belum optimal dan kurangnya kesadaran wajib retribusi dalam membayar jasa retribusi dan adanya pihak ketiga yaitu pengelola pasar. Penentuan Tarif Retribusi Jumlah tarif retribusi (jasa) yang dibebankan terhadap wajib retribusi pasar yang terdiri dari Plataran kelas 1 sampai kelas 3, Los dan Kios serta Pedagang Kaki Lima (PKL) sudah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat tabel di bawah ini : No Jenis Tempat Besarnya Retribusi 1 Plataran Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 500,-/m²/hr 300,-/m²/hr 200,-/m²/hr 2 Los 0,1% TNTD 3 Kios 0,1% TNTD Sumber: TNTD (Taksiran Nilai Tempat Dasaran) ditetapkan dalam Peraturan Walikota. Tarif retribusi sudah sangat murah dan tidak memberatkan pedagang dan pemungutan retribusi di Pasar Klitikan Notoharjo sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. Pelaksanaan Pemungutan jasa harian Pasar Klitikan Notoharjo belum efektif dan efisien. Karena dengan melihat jumlah penarik retribusi yang ada di Pasar Klitikan Notoharjo 9
10 yang hanya berjumlah 10 orang sedangkan wajib retribusi jumlahnya banyak. Dengan demikan, petugas penarik retribusi tidak bisa melakukan pendekatan kepada setiap wajib retribusi di karenakan kurangnya jumlah kolektor yang melaksanakan pemungutan retribusi di Pasar Klitikan Notoharjo di Surakarta. Metode Pelaksanaan Metode pemungutan retribusi atau jasa harian Pasar Klitikan Notoharjo yang dilakukan pegawai penarikan retribusi mendatangi langsung para pedagang atau wajib retribusi di tempat masing-masing. Ini dilakukan supaya pelaksanaan pemungutan retribusi atau jasa terkoordinir dengan baik dengan tujuan para wajib retribusi atau jasa tidak perlu mendatangi kantor pasar untuk menyerahkan penghasilan mereka dan memastikan bahwa semua pedagang membayar retribusi meskipun masih ada sebagain pedagang-pedagang yang tidak membayar retribusi karena kurangnya kesadaran mereka terhadap Peraturan Daerah. Setelah semua hasil setoran wajib retribusi terkumpul petugas/penarik retribusi langsung menyerahkan penghasilan mereka ke kas Daerah atau Bank Pembangunan Daerah (BPD) setiap harinya yang kemudian Dinas Pengelolaan Pasar yang mengelola dari hasil retribusi harian Semua hasil penagihan yang dilakukan oleh petugas/penarik retribusi pasar Klitikan Notoharjo langsung menyerahkan hasil setorannya ke kas Kantor Pengelolaan Pasar. Dengan demikian, tidak terjadinya penyelewengan dalam pemungutan retribusi atau jasa harian Pasar Klitikan Notoharjo. 10
11 Pembagian Tugas Untuk memudahkan penarik retribusi dalam melakukan pemungutan retribusi atau jasa pasar maka kepala Pasar Notoharjo dan kepala bagian penagihan membagi personilnya sesuai dengan wliayah dan jenis potensi pasar yang telah ditentukan kepada setiap penarik retribusi. Ini dilakukan agar penarik retribusi dapat mengetahui dengan jelas wilayah dan bagian di mana yang akan dilakukan penagihan retribusi atau jasa pasar. Upaya Peningkatan Retribusi (Jasa) Pasar Notoharjo Pemungutan retribusi atau jasa Pasar Klitikan Notoharjo belum optimal karena tidak pernah mencapai target dan realisasi selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah. Tahun Anggaran 2012 Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%) 36,5 Tunggakan , , Sumber : Pasark Klitikan Notoharjo Surakarta, Dengan melihat data di atas menunjukkan bahwa proses pemungutan retribusi (jasa) Pasar Klitikan Notoharjo belum maksimal karena penerimaan target dan realisasi retribusi (jasa) Pasar Klitikan Notoharjo di Kota Surakarta selama 3 tahun terakhir tidak pernah mencapai target. Melihat kondisi penerimaan target dan realisasi retribusi (jasa) Pasar Klitikan Notoharjo di Kota Surakarta yang tidak pernah mencapai target selama 3 tahun terakhir dari tahun , maka pihak Kantor Pengelolaan Pasar sebagai 11
12 pengelola pasar akan memberikan solusi melalui upaya yang akan di laksanakan dalam meningkatkan penerimaan retribusi (jasa) Pasar Klitikan Notoharjo yaitu sebagai berikut : 1. Mengoptimalkan pendapatan dengan menggali potensi-potensi yang ada di Pasar Klitikan Notoharjo. 2. Meningkatkan mutu SDM dengan melakukan pendidikan dan pelatihan (Diklat). 3. Melaksanakan sosialisasi kepada seluruh wajib retribusi terhadap peraturan pemerintah daerah dan kewajibannya masing-masing dalam membayar tagihan. 4. Penyesuain tarif retribusi jasa harian pasar kepada semua pedagang, baik yang menempati ruko, front toko, kios, lods dan pelataran. 5. Menjalin kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka pembangunan, rehabilitasi, dan peremajaan sarana dan prasarana pasar. KESIMPULAN Perencanaan dalam hal ini penentuan target retribusi jasa sudah maksimal, dimana proses perencanaan dalam hal penentuan target senantiasa mengacu kepada pendataan pedagang setiap tahunnya dan menggali semua potensi-potensi yang ada pada Pasar Klitikan Notoharjo. Pelaksanaan dalam hal SDM (sumber daya manusia) belum maksimal dan efektif dalam menjalankan tugasnya karena dengan melihat kualitas petugas/penarik retribusi dalam memungut retribusi atau jasa pasar tidak pernah mencapai target selama 3 tahun terakhir. Hal ini diakibatkan karena masih banyak sebagian wajib retrubsi yang tidak mau membayar tagihan retribusi atau jasa harian pasar, ini 12
13 dikarenakan karena petugas atau penarik retribusi kurang pendekatan dalam melakukan penagihan kepada wajib retribusi. Upaya yang akan akan dilaksanakan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dalam meningkatkan penerimaan ratribusi (jasa) Pasar Klitikan Notoharjo, antara lain : (1) Mengoptimalkan pendapatan dengan menggali potensi-potensi yang ada di pasar. (2) Meningkatkan mutu SDM dengan melakukan pendidikan dan pelatihan (Diklat). (3) Melaksanakan sosialisasi kepada seluruh wajib retribusi terhadap peraturan pemerintah daerah dan kewajibannya masing-masing dalam membayar tagihan. (4) Meratakan semua tarif retribusi jasa harian pasar kepada semua pedagang, baik yang menempati kios, lods dan pelataran. (5) Menjalin kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka pembangunan, rehabilitasi, dan peremajaan sarana dan prasarana pasar. DAFTAR PUSTAKA HB. Sutopo, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: Sebelas Maret University Press. Soerjono Soekanto, 1986.Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press. Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah. SK. Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional Kota Surakarta. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 13
B A B I P E N D A H U L U A N
B A B I P E N D A H U L U A N 1.1.Latar Belakang Salah satu wujud tata kepemerintahan yang baik (good governance) itu terdapatnya citra pemerintahan yang demokratis. Prinsip demokrasi yang paling penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemungutan serta pengelolaan pajak dibagi menjadi dua yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah suatu pajak yang dikelola dan dipungut oleh Negara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab warga negara dan masyarakatnya. Kaitannya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di suatu daerah dimaksudkan untuk membangun masyarakat seutuhnya, untuk itu diharapkan pembangunan tersebut tidak hanya mengejar kemajuan daerah saja, akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat dengan UUD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan. setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Retribusi Pasar, maka tugas yang diemban oleh Dinas Pengelolaan
NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN RETRIBUSI PASAR BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 1999 DI KOTA SURAKARTA Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Lebih terperinciEVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA
EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan
Lebih terperinciANALISIS RETRIBUSI PASAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN SKRIPSI
ANALISIS RETRIBUSI PASAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2005-2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata - 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah harus berusaha untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kebijakan dalam bidang otonomi, daerah dituntut untuk dapat menggali sumber dana sendiri karena peran pemerintah pusat akan semakin dikurangi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keuangan negara yang baik akan menggambarkan keadaan suatu pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu mengoptimalkan seluruh
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. pendapatan asli daerah (PAD) adalah merupakan salah satu sumber. penerimaan daerah selain sumber penerimaan lainnya.
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Dalam usaha pelaksanaan pembangunan daerah, maka pendapatan asli daerah (PAD) adalah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah selain sumber penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang Dasar 1945 antara lain menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang pemerintahan, banyak permasalahan dan urusan yang harus diselesaikan berkaitan dengan semakin berkembang pesatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah memberikan kewenangan kepada. pendapatan dengan menetapkan pendapatan lain-lain yang berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Daerah provinsi, kabupaten atau kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah usaha yang terus menerus untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara materiil maupun spiritual yang lebih baik. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Memungkinkan daerah untuk mengatur rumah tangga daerahnya
Lebih terperinciKAJIAN STRATEGI PENGELOLAAN RETRIBUSI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR
KAJIAN STRATEGI PENGELOLAAN RETRIBUSI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh : NI AM SYIFAUL JINAN NIM. L2D 004 338 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang merata di segala bidang. Untuk itu diperlukan adanya dana baik yang bersumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan berkesinambungan yang meliputi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara sangat penting untuk meningkatkan kemajuan negara dan kesejahteraan seluruh masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Retribusi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Retribusi Retribusi merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah selain pajak yang diharapakan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah membawa perubahan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, Undangundang tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi Negara Indonesia yang sedang meningkatkan pembangunan disegala bidang menuju masyarakat yang adil dan makmur, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa Otonomi Daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang berkelanjutan, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 jo Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, Perguruan Tinggi dituntut untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemerintahan dengan kewenangan otonomi daerah beserta perangkat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan dengan kewenangan otonomi daerah beserta perangkat kelengkapannya sejak ditingkatkannya status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retribusi Daerah merupakan sumber pendapatan yang paling memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan kreatifitas pemerintah daerah masing-masing, karena memperoleh
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan melalui tiga asas yaitu desentralisasi, dekosentrasi dan tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistem desentralisasi. Sehubungan dengan itu penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PERDA KOTA DUMAI TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR
IMPLEMENTASI PERDA KOTA DUMAI TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR Anto Ariyanto 1) dan Suyanto, SH, MH 2) 1) Staf pengajar Faperta dan 2) Fakultas Hukum Univ. Lancang Kuning ABSTRAK. Dengan adanya Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan
Lebih terperinciEvaluasi perhitungan potensi retribusi pasar di pasar Jongke. Agus Nur Hayanto NIM : F UNIVERSITAS SEBELAS MARET GAMBARAN UMUM OBYEK
Evaluasi perhitungan potensi retribusi pasar di pasar Jongke Agus Nur Hayanto NIM : F.3400005 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I GAMBARAN UMUM OBYEK A. Sejarah Singkat Dinas Pengelolaan Pasar Pemerintah Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan bertujuan untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan perkembangan era globalisasi, nampaknya pembangunan yang merata pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanggal 1 Januari 1986 berdasarkan UU No. 12 Tahun Kemudian UU ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986 berdasarkan UU No. 12 Tahun 1985. Kemudian UU ini diubah dengan UU No.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah. untuk melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan daerah. Antara lain dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam terselenggaranya pemerintahan daerah yang baik. Tuntutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan Asli Daerah merupakan sebuah pilar yang menjadi komponen penting dalam terselenggaranya pemerintahan daerah yang baik. Tuntutan peningkatan Pendapatan Asli
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN UANG UPAH PUNGUT KEPADA DINAS PENDAPATAN DAN DINAS/INSTANSI YANG BERKAITAN DENGAN USAHA-USAHA PEMASUKAN PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPeran dinas perhubungan dalam mendukung peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten Magelang
Peran dinas perhubungan dalam mendukung peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten Magelang Barri Jatimaihantoro E.0001084 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah sejak tahun 2001, orientasi penyelenggaraan pemerintah daerah telah bergeser dari ketergantungan pemerintah pusat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih tinggi. Seperti yang dituangkan dalam GBHN (Tap. MPR No. IV/MPR/1999), pembangunan nasional merupakan usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah usaha yang terus menerus untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, baik secara materiil maupun spiritual yang lebih tinggi. Seperti
Lebih terperinciANALISIS POTENSI DAN KINERJA DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA SURAKARTA T E S I S
ANALISIS POTENSI DAN KINERJA DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA SURAKARTA T E S I S OLEH : SATOTO MARTONO NIM : P 100040065 MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2006 i ANALISIS POTENSI DAN KINERJA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola dirinya sendiri. Sebagai administrator penuh, masing-masing daerah harus
Lebih terperincitoko modern dan kontribusinya terhadap PAD kota Metro.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk mendukung pelaksanaan otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan iuran wajib masyarakat kepada kas negara yang diatur sesuai undang- undang. Pemungutan pajak dapat dipaksakan oleh setiap warga negara. Hasil dari pembayaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan. Ketersediaan dana, menjadi salah satu factor yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dalam proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam upaya pelaksanaan pembangunan nasional, hal yang paling penting adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan pengeluaran pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. penulis mengambil tema mengenai Pajak Daerah, khususnya Pajak Reklame.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan suatu kegiatan penerapan ilmu yang diperoleh mahasiswa dibangku perkuliahan pada suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri serta
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembentukan daerah otonomi dimaksudkan untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri serta meningkatkan daya guna penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan daerah. Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiayaan daerah merupakan satu hal yang penting dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah. Otonomi daerah yang diberlakukan disetiap daerah menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki hak dan kewajiban untuk menjalankan dan memenuhi kebutuhannya secara efektif dan efisien. Untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tata cara pemerintahan terwujud dalam bentuk pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya
Lebih terperinciHUBUNGAN PELAKSANAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI PERKOTAAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK (Studi Kasus di Kec. Banjarsari, Kota Surakarta)
HUBUNGAN PELAKSANAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI PERKOTAAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK (Studi Kasus di Kec. Banjarsari, Kota Surakarta) Disusun dan Diajukan Untuk Melaksanakan Tugas dan Syarat Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi negara yang dibayarkan oleh masyarakat. Pajak juga sebagai iuran pemungutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengelolaan pemerintah daerah, baik tingkat propinsi maupun kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (PAD) yang dapat membantu meningkatakan kualitas daerah tersebut. Maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak daerah adalah salah satu penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) yang dapat membantu meningkatakan kualitas daerah tersebut. Maka setiap daerah harus
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN,
WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan Pasal 40 Peraturan
Lebih terperinciPENGAWASAN DI DINAS PASAR DALAM MENUNJANG PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BITUNG
PENGAWASAN DI DINAS PASAR DALAM MENUNJANG PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BITUNG (Analisis Realisasi Penerimaan Retribusi) Oleh: Livia Paendong Abstrak Tahun 2009 bahwa objek retribusi pelayanan pasar adalah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KEPADA PETUGAS PEMUNGUT PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai integral dari pembangunan nasional tidak dapat dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
Lebih terperinciASEP NURWANDA Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP-Universitas Galuh ABSTRAK. Kata Kunci : Pelaksanaan, Pemungutan Retribusi, Bahan Beton Jalan
PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PENGUJIAN BAHAN JALAN DAN BETON (Studi pada UPTD Laboratorium dan Peralatan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ciamis) ASEP NURWANDA Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP-Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hakikat mendasar dari prinsip kebijakan otonomi daerah sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, Indonesia menganut pada asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Akhir Tujuan bangsa Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lombok Barat merupakan daerah tujuan wisata di kawasan Provinsi NTB dan merupakan daerah yang diberikan hak otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, disebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh Pemerintah Pusat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PT. BANK SULTENG
PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PT. BANK SULTENG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : a bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut asas Desentralisasi. Desentralisasi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TAMBAHAN SETORAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PADA PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN BARAT TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, Kabupaten/ Kota telah dipercayakan oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur daerahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan.undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
Lebih terperinciSTRATEGI PENCAPAIAN TARGET PAJAK DAERAH TAHUN 2011 PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BEKASI
STRATEGI PENCAPAIAN TARGET PAJAK DAERAH TAHUN 2011 PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BEKASI KUNTARI HANDAYANI 16209098 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS EKONOMI 2012 LATAR BELAKANG UU No. 33 Tahun 2004 Tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1. Sejarah Dinas Pengelola Pasar. Kota Surakarta berdiri sejak tahun 1745 dan dijadikan Ibukota
BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Sejarah Dinas Pengelola Pasar Kota Surakarta berdiri sejak tahun 1745 dan dijadikan Ibukota kerajaan penerus tahta Kerajaan Mataram (Kasunanan dan Mangkunegaran),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak diartikan sebagai pungutan yang di lakukan oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk pembiayaan pengeluaran umum
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG
- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PADA PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN BARAT DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Kota Yogyakarta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan zaman yang diikuti dengan adanya perubahan otonomi daerah, telah merubah paradigma penyelenggaraan pemerintah di daerah mengenai kekuasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta DPPKA dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada didaerahya. Berbagai hal yang berhubungan dengan pembangunan tersebut tentu selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam upaya mensejahterakan rakyatnya dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat didaerahnya, pemerintah daerah terus mengadakan pembangunan sarana maupun
Lebih terperincidiungkapkan Riduansyah (2003: 49), yang menyatakan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Otonomi daerah pada awalnya diberlakukan melalui Undang undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, hingga pada akhirnya berlaku Undang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Orde Baru yang menghendaki tegaknya supremasi hukum, demokratisasi dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Orde baru yang berlangsung lebih dari tiga dasawarsa telah berlalu, dan kini berada pada suatu era yang disebut era reformasi, yaitu suatu era pengganti era Orde
Lebih terperinci