PENERAPAN SISTEM PERMIT TO WORK SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL TBK CILEGON BANTEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN SISTEM PERMIT TO WORK SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL TBK CILEGON BANTEN"

Transkripsi

1 LAPORAN TUGAS AKHIR PENERAPAN SISTEM PERMIT TO WORK SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL TBK CILEGON BANTEN Adin Waluyo Saputro R PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

2 ABSTRAK PENERAPAN SISTEM PERMIT TO WORK SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL TBK CILEGON BANTEN Adin Waluyo Saputro * ), Putu Suriyasa * ), Widodo Prayitno *) Tujuan : Tujuan dilakukan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran penerapan permit to work system sebagai upaya pendukung keselamatan dan kesehatan kerja di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk Cilegon Banten. Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu dengan memberikan gambaran secara jelas atau rinci tentang permit to work system yang didapatkan melalui observasi, wawancara, serta studi kepustakaan berdasarkan oleh suatu fakta dan data yang ada tanpa melakukan analisis. Kemudian data dibahas untuk dibandingkan dengan standar perusahaan dan peraturan perundangan yang berlaku. Hasil : Hasil penelitian ini menggambarkan penerapan permit to work system di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk meliputi, pengidentifikasian sumber-sumber bahaya ditempat kerja, penentuan personil yang terlibat dalam pembuatan permit to work system, pelatihan permit to work system, permit to work system (prosedur LOTO, prosedur penandaan blind, job hazard analysis, jenis-jenis permit to work), prosedur pembuatan permit to work, pencatatan dan pendokumentasian permit to work. Kemudian data dibahas dengan menilai dan membandingkannya dengan perundang-undangan yang ada. Simpulan : PT Chandra Asri Petrochemical Tbk telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulanginya dan meminimalisir kecelakaan dan bahaya kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk adalah mengimplementasikan permit to work system disetiap pekerjaan yang mempunyai hazard. Hal ini telah sesuai dengan Permenaker No. PER-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan juga telah sesuai dalam Guidelines on Permit to Work System- Oil and Gas Producers Kata kunci : Permit To Work System * ) Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. iv

3 KATA PENGANTAR Alhamdullilah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul Penerapan Sistem Permit To Work Sebagai Upaya Pendukung Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk Cilegon Banten dengan lancar. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Magang ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui, dan memahami mekanisme serta problematika dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di dunia kerja yang sesungguhnya. Selain itu laporan ini juga diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan pembaca. Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini, penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sumardiyono, SKM, M. Kes. selaku Ketua Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak. Putu Suriyasa, dr., MS. SpOk. PKK selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 4. Bapak Widodo Prayitno, Drs selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 5. Bapak Berdikari Panjaitan, selaku Departement Manager SFD yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan ini. 6. Bapak Sugeng, selaku Section Manager yang telah memberikan masukan dan saran yang membangun dan telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan Magang. 7. Bapak Syaikhul Amin, selaku Pembimbing Lapangan yang senantiasa meluangkan waktu, memberikan bimbingan, dan memberikan saran kepada penulis selama di Cilegon. 8. Bapak Dedi, Bapak Tatang, Bapak Sutarman, Bapak Maryono, Bapak Nanang, Ibu Cucu, Ibu Tugirah, Ibu Inggriet, Bapak Kuseri, Bapak Rahardian dan semua jajaran staff Safety and Fire Departement, Environment Section dan Occupational Health Section yang memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi-motivasi untuk membantu penulis dalam menyusun laporan ini. 9. Ibuku tercinta, Mbak Dian, Dek Arif serta keluargaku semuanya, yang tidak henti-hentinya memberikan curahan do a, kasih sayang dan pengertiannya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan semua dengan baik. 10. Mas Heru, Mbak Nuk, Dek Adam, Dek Arkan, dan si kriwil Dek Ardel yang telah menjadi keluargaku selama praktek kerja, terima kasih telah v

4 memberikan suport moril, spirituil dan materiil serta telah banyak merepotkan kalian. 11. Sdri. Wuri, yang telah memberikan semangat, perhatian, doa serta dukungannya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar. 12. Teman-temanku Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2009 yang saya cintai dan saya banggakan, terima kasih atas persahabatan dan kerjasama yang selama ini. 13. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Akhir kata penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna dan berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, demi kemajuan Hiperkes dan penulis pada khususnya. Untuk itu saran dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan kita bersama. Terima kasih. Surakarta, Penulis, Adin Waluyo Saputro vi

5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 4 BAB II LANDASAN TEORI... 5 A. Tinjauan Pustaka... 5 B. Kerangka Pemikiran BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian B. Lokasi Penelitian C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian D. Sumber Data E. Teknik Pengumpulan Data F. Pelaksanaan G. Analisa Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. Identifikasi Potensi dan Faktor Bahaya dari Bahan Kimia viii

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Kerangka Pemikiran Permit To Work System Flow Chart ix

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keterangan Magang Lampiran 2. Permit to Work System Flow Chart Lampiran 3. LOTO Tagging Cards Lampiran 4. LOTO Tracking Card Lampiran 5. Card for Inserting Blind Removing Blinds Lampiran 6. LOTO for Record and Control of Blind Work Lampiran 7. Job Hazard Analysis (JOHAN) Lampiran 8. Master Work Permit Lampiran 9. Subsequent Gast Test Record Form Lampiran 10. Hot Work Permit Lampiran 11. Confined Space Entry Permit Lampiran 12. Vehicle Entry Permit Into And Out Of Red Area "A" Lampiran 13. Scaffolding Work Permit Lampiran 14. Excavation Work Permit Lampiran 15. Radiography Work Permit Lampiran 16. Work In Gas Or Toxic/Corrosive Material Permit Lampiran 17. Diving Permit Lampiran 18. Diving Personnel Record x

9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk merupakan salah satu industri kimia terbesar dan satu-satunya industri olefin di Indonesia. Dalam proses produksinya PT Chandra Asri Petrochemical Tbk mengolah lebih lanjut hasil ikutan penyulingan minyak bumi dan gas alam yang berupa Naphta, Liquified Petrolium Gas (LPG) dan Heavy Natural Gas Liquified (H-NGL) yang kemudian menghasilkan produk petrokimia hulu seperti ethylene, propylene, RAW C-4, dan pygas. Bahan baku ini kemudian diolah lagi menjadi polyethylene dan polypropylene yang dikenal sebagai bijih plastik. Untuk menjadikan bijih plastik. Oleh industri petrokimia hilir, produk olefin dapat diproses menjadi berbagai macam barang yang dapat diaplikasikan di berbagai bidang, sebagai contoh barang-barang dari plastik, lembaran film, kain sintetik, pestisida, dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut juga akan banyak digunakan untuk menghasilkan barang jadi yang biasa kita temui di sekeliling kita. Dalam kegiatan proses produksinya hingga menghasilkan suatu produk tentu telah melalui berbagai jenis pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan berkutat dengan bahan-bahan kimia berbahaya, bekerja dengan menggunakan mesinmesin/peralatan yang bertekanan dengan suhu yang tinggi dan tentu mempunyai sumber bahaya yang sangat besar. Pekerjaan yang dilakukan seperti pekerjaan produksi, pekerjaan perbaikan, pekerjaan pengantongan, 1

10 2 kegiatan penyimpanan dan pekerjaan pendukung lainnya. Karena bahan yang diolah dan dihasilkan dari bahan kimia dan gas yang mudah meledak, terbakar dan proses produksi banyak yang berisiko tinggi serta dampak terhadap toksikologi industri dan pencemaran lingkungan. Maka dari itu untuk menjaga produktivitas dan kelancaran proses produksi, maka diperlukan suatu aturan dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap pekerja agar pekerja dapat bekerja dengan aman dan selamat serta perlindungan terhadap aset perusahaan. Salah satu usaha yang dilakukan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk adalah menerapkan suatu sistem izin kerja aman atau bisa disebut permit to work system (PTW system). Permit to work system adalah sistem dokumen tertulis yang memberikan kewenangan orang-orang tertentu untuk melaksanakan pekerjaan tertentu, dengan waktu dan tempat tertentu, serta menetapkan tindakan pencegahan utama yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan aman (International Association of Oil and Gas Producers, 1993). Tujuan sistem ini adalah untuk mengendalikan operasi sehingga benarbenar dengan prosedur dan persyaratan dalam bekerja aman agar terjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun aset perusahaan dan lingkungan serta sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan bahaya terhadap kesehatan. Sistem izin kerja harus dipertimbangkan setiap kali memang ditujukan untuk melakukan pekerjaan yang mempunyai hazard/pekerjaan yang berbahaya dan menjadi suatu keharusan untuk mengaplikasikan sistem izin kerja ini dalam

11 3 kegiatannya agar pekerja dapat bekerja secara aman, efisien, dan produktif. Dengan sistim izin kerja setiap instruksi dan persyaratan pekerjaan dituliskan didalam formulir izin kerja sehingga kesalahan dapat diperkecil. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan juga menjadi lebih mudah sehingga akan meningkatkan keamanan dalam bekerja. Maka dari itu penulis ingin membahas dan mempelajari bagaimana penerapan dari prosedur sistem permit to work di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk sebagai bahan pembuatan laporan khusus dengan judul Penerapan Sistem Permit To Work Sebagai Upaya Pendukung Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk Cilegon Banten. B. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah Bagaimana Penerapan Sistem Permit to Work PT Chandra Asri Petrochemical Tbk Sebagai Upaya Pendukung Keselamatan dan Kesehatan Kerja. C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan sistem permit to work PT Chandra Asri Petrochemical Tbk secara keseluruhan. 2. Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan dari penerapan sistem permit to work terencana di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dengan standar perusahaan serta perundang-undangan yang ada.

12 4 D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diperoleh manfaat bagi : 1. Bagi Penulis a. Dapat mengenal secara dekat dan nyata karakteristik serta kondisi lingkungan kerja PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. b. Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang penerapan sistem permit to work sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. c. Dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran efektif sebab dihadapkan langsung dengan permasalahan yang nyata di lapangan bukan hanya sebatas teori seperti yang diajarkan di bangku kuliah. 2. Bagi Perusahaan Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan/saran kepada perusahaan mengenai pelaksanaan dan penerapan dari sistem permit to work sebagai upaya pendukung keselamatan dan kesehatan kerja di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. 3. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Dapat menambah referensi kepustakaan mengenai penerapan sistem izin kerja di lingkungan industri, sehingga dapat diambil manfaatnya untuk perkembangan kurikulum dan keilmuan kesehatan dan keselamatan kerja.

13 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat kerja Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan sesuatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau berhubungan dengan tempat kerja. 2. Sumber Bahaya Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 bahwa di tempat kerja terdapat sumber-sumber bahaya yang mengancam kesehatan maupun keselamatan tenaga kerja. Sumber-sumber yang dapat menimbulkan suatu kejadian yang tidak diinginkan dalam bekerja yang nantinya akan mengakibatkan kerugian. Bahaya adalah suatu kondisi yang ada atau tidak ada yang berpotensi yang dengan sendiri atau berinteraksi dengan kondisi dapat menimbulkan cidera manusia, kerusakan fasilitas dan hilangnya fasilitas. Sumber bahaya adalah segala sesuatu yang minimbulkan bahaya. Klasifikasi bahaya menurut Bird & Germain, (1990) adalah : 5

14 6 a. Bahaya Kelas A Suatu keadaan atau tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya cidera tetap, meninggal, atau kehilangan bagian badan dan atau kerusakan yang berat kerugian yang besar terhadap struktur bangunan, peralatan dan material. b. Bahaya Kelas B Suatu tindakan atau keadaan yang mempunyai potensi dapat menyebabkan cidera atau sakit yang bersifat sementara atau kerusakan harta benda yang kurang parah dibandingkan Kelas A. c. Bahaya Kelas C. Suatu kondisi atau tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya cidera atau sakit ringan (tidak cacat), atau kerusakan harta benda yang lebih kecil daripada bahaya Kelas B. Pengelompokan bahaya ini dapat untuk menggambarkan potensi kerugian dari suatu kondisi atau praktek kerja yang diamati selama diperlukan prioritas dalam tindakan dan perbaikan. 3. Potensi Bahaya Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses atau sistem kerja. (Tarwaka, 2008) Di tempat kerja, potensi sebagai sumber risiko khususnya terhadap keselamatan atau kesehatan di perusahaan akan selalu dijumpai, antara lain :

15 7 a. Potensi bahaya dari bahan-bahan berbahaya (Hazardous Substances). b. Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). c. Potensi bahaya udara panas (Thermal Hazard). d. Potensi bahaya kelistrikan (Electrical Hazard). e. Potensi bahaya mekanik (Mechanical Hazard). f. Potensi bahaya gravitasi dan akselerasi (Gravitational and Acceleration Hazard). g. Potensi bahaya radiasi (Radiation hazard) h. Potensi bahaya mikrobiologi (Microbiological Hazard). i. Potensi bahaya kebisingan dan vibrasi (Vibration and Noise Hazard) j. Potensi bahaya ergonomi (Hazard Relating to human factors) k. Potensi bahaya lingkungan kerja (Enviromental Hazard) l. Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas produk dan jasa, proses produksi, property, image public, dll. (Tarwaka, 2008) 4. Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya merupakan suatu upaya sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik bahaya kita dapat lebih berhati-hati, waspada dan melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan. Namun demikian, tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah. Untuk mengidentifikasi hal ini maka langkah awal yang penting adalah pengenalan/identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi, kemudian

16 8 dilakukan pengendalian. Karena itu, untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di tempat kerja ditempuh tiga langkah utama, yakni: a. Pengenalan lingkungan kerja Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal (walk through inspection), dan ini merupakan langkah dasar yang pertama-tama di lakukan dalam upaya kesehatan kerja. b. Evaluasi lingkungan kerja Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga dapat menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan. c. Pengendalian lingkungan kerja Pengendalian lingkungan kerja dimaksud untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap agen yang berbahaya di lingkungan kerja. Kedua tahapan sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang memadai untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan dikalangan para pekerja. Metode terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif, atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Tindakan proaktif memiliki kelebihan : a. Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera.

17 9 b. Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya perbaikan. c. Meningkatkan awareness semua pekerja setelah mengetahui dana mengenal adanya bahaya disekitar tempat kerjanya. d. Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat menimbulkan kerugian. misalanya ada katub yang bocor tanpa di ketahui maka akan terus menerus mengeluarkan bahan /bocoran sehinggga dapat mrnimbulkan kerugian. 5. Sistem Izin Kerja Ada bagian bagian tempat kerja yang mempunyai risiko kecelakaan lebih besar seperti tempat kerja yang mengolah bahan kimia yang mudah meledak dan terbakar, tempat kerja yang mengandung bahan beracun dan berbahaya. Untuk tempat kerja seperti ini perlu tindakan preventif yang lebih ketat dari tempat kerja lainnya dengan menerapkan prosedur kerja khusus (Syukri Sahab, 1997). Sistem izin kerja diterapkan untuk mengontrol dan memonitor pekerjaan atau kondisi tempat kerja untuk memastikan adanya keselamatan dan keamanan (American Institute of Chemical Enginer, 1995). a. Definisi Sistem Izin Kerja/Permit to Work System Dalam Oil and Gas Producers-Guidelines on Permit to Work Systems (OGP, 1993) Sistem Izin Kerja adalah sistem tertulis resmi yang digunakan untuk mengontrol jenis pekerjaan tertentu yang diidentifikasi sebagai pekerjaan yang berpotensi berbahaya. Ini juga merupakan sarana

18 10 komunikasi antara manajemen site/instalasi, plant supervisor dan operator serta mereka yang akan melakukan pekerjaan. Hal-hal penting dari sistem permit to work adalah: 1) Identifikasi yang jelas tentang siapa yang berwenang pada pekerjaan tertentu (dan ada batas-batas terhadap wewenangnya) dan siapa yang bertanggung jawab secara khusus untuk menentukan tindakan pencegahan apabila diperlukan. 2) Pelatihan dan instruksi terhadap isu dan penggunaan izin kerja 3) Monitoring dan audit untuk memastikan bahwa sistem bekerja sebagaimana dimaksud. Sistem izin kerja adalah catatan tetap atas tindakan pencegahan yang diambil untuk pekerjaan perawatan (maintenance) (CCH Australia Limited, 1997). Menurut Syukri Sahab (1997), sistem izin kerja pada prinsipnya adalah suatu dokumen tertulis sebagai persyaratan untuk melaksanakan pekerjaan berbahaya dengan memperhatikan bahaya potensial yang ada serta langkah pencegahan yang harus dilakukan. b. Tujuan Sistem Izin Kerja/Permit to Work System Sistem permit to work bertujuan untuk meyakinkan bahwa perencanaan yang tepat dan mempertimbangkan risiko yang ada pada pekerjaan tertentu. Izin (permit) adalah dokumen tertulis dimana wewenang tertentu terdapat pada orang yang menyelenggarakan kerja dengan waktu dan tempat tertentu, serta yang menetapkan tindakan

19 11 pencegahan utama yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan aman. Tujuan dan fungsi dari sistem tersebut dapat diringkas : 1) Memastikan/wewenang untuk menunjuk pekerjaan yang tepat. Mungkin pekerjaan jenis tertentu, atau bekerja dalam wilayah tertentu yang ditunjuk, selain pengoperasian secara normal. 2) Menjamin kepada orang-orang yang mengerjakan pekerjaan dengan identitas terperinci, dasar dan luasan dalam pekerjaan termasuk bahaya/hazard dan memiliki keterbatasan dalam jangkauan bekerja dan waktu yang diselenggarakan. 3) Menentukan tindakan aman yang akan diambil termasuk isolasi dari risiko potensial seperti substansi berbahaya dan sumber energi. 4) Memastikan bahwa orang-orang bertanggung jawab terhadap unit, plant atau instalasi serta menyadari semua pekerjaan yang dilakukan. 5) Tidak hanya menyediakan pengendalian/kontrol sistem berkelanjutan tetapi juga menunjukkan catatan bahwa pekerjaan dasar dan tindakan pencegahan sudah diperiksa oleh orang yang tepat. 6) Menyediakan display permit yang sesuai. 7) Menyediakan suatu prosedur ketika pekerjaan harus ditangguhkan, hal ini karena pekerjaan dihentikan selama periode sebelum semuanya lengkap. 8) Menyediakan beberapa prosedur atau pengaturan untuk kegiatan kerja yang saling mempengaruhi atau dapat berinteraksi dengan beberapa aktivitas.

20 12 9) Menyediakan prosedur penyerahan formal yang digunakan ketika izin kerja dilaksanakan untuk beberapa periode panjang lebih dari satu shift atau ketika ada perubahan yang menandatangani izin kerja. 10) Menyediakan prosedur cadangan formal untuk memastikan bahwa apabila ada sedikit bagian dari plant bekerja tidak wajar masih dalam kondisi aman dan siap untuk kembali ke posisi semula. Prosedur permit to work bertujuan sebagai sistem formal yang secara tertulis dengan menggunakan pengendalian dari berbagai tipe bahaya potensial bekerja. Hal ini dimaksudkan membangun sebuah keefektifan dari komunikasi dan pengertian antara penulis, personil dan kontraktor yang akan melakukan pekerjaan (OGP, 1993). Menurut Syukri Sahab (1997) tujuan pemberlakuan sistem izin kerja adalah sebagai berikut : 1) Supaya pengawas benar-benar mengetahui bahwa pekerjaan tertentu akan dilaksanakan didalam lokasi yang menjadi tanggung jawabnya, meliputi tipe pekerjaan dan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan serta peralatan yang digunakan, sehingga bisa dilakukan langkahlangkah pencegahan yang perlu, dan apabila timbul keadaan darurat bisa segera mengambil langkah cepat untuk mengatasi keadaan. 2) Agar setiap pekerja yang ditugaskan melakukan pekerjaan berbahaya benar-benar mengetahui risiko bahayanya, dan telah mengetahui prosedur kerja aman yang harus dilaksanakan dalam pekerjaan tersebut serta dilengkapi dengan alat-alat perlindungan diri yang

21 13 sesuai, dan semua peralatan yang digunakan benar-benar aman dan sesuai dengan tipe pekerjaan. 3) Melalui sistem kerja diidentifikasi dan dikendalikan bahaya-bahaya yang mengancam jiwa manusia dan aset perusahaan, melalui serangkaian pengecekan terhadap lokasi, bahan, proses, instalasi, serta lingkungan kerja dan menentukan kualifikasi orang yang akan melakukan pekerjaan. c. Jenis Izin Kerja Menurut Syukri Sahab (1997), ada berbagai tipe izin kerja antara lain, izin kerja dingin, izin pekerjaan penggalian, dan izin melakukan pekerjaan berbahaya yang terdiri dari izin menggunakan api, izin kerja di ruang tertutup, proses izin pekerjaan berbahaya, serta izin kerja berenergi panas. Menurut Lembaga Pembinaan dan Keterampilan Kerja Alkon (1997), sistem perizinan kerja di daerah berbahaya meliputi : 1) Izin Kerja Panas Diperlukan untuk jenis pekerjaan yang berkaitan dengan penggunaan nyala api yang dapat menyalakan bahan yang mudah terbakar. Pengecualian untuk hal tersebut diatas adalah kendaraan dengan sistem pembakaran tertutup, dapur unit proses, atau pembangkit tenaga uap (boiler). 2) Izin Kerja Dingin Diperlukan untuk setiap pekerjaan, kecuali pekerjaan rutin yang tidak termasuk pekerjaan yang menggunakan/menimbulkan nyala api.

22 14 3) Izin Masuk Izin masuk sangat penting apabila seseorang, baik seluruh atau sebagian tubuhnya harus masuk kedalam ruangan tertutup seperti bejana (vessel), tangki, bak (pit), lubang galian dengan kedalaman lebih dari 1,3 meter, ataupun tempat-tempat lain yang terasa terdapat gas, debu, uap ataupun fume yang berbahaya. Izin masuk hanya berfungsi memberi izin memasuki ruangan tertutup saja, sedangkan sebenarnya yang akan dilakukan apakah pekerjaan dingin atau panas, harus dilengkapi dengan izin kerja yang sesuai. 4) Izin Penggalian Setiap pekerjaan penggalian, tanpa melihat berapapun dalamnya penggalian tersebut harus dilengkapi dengan izin penggalian. Untuk penggalian dengan kedalaman lebih dari 1,3 meter menggunakan izin masuk. 5) Izin Kerja Listrik Merupakan surat pernyataan yang ditandatangani dan dikeluarkan oleh pejabat listrik yang berwewenang yaitu seseorang yang diberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan listrik ataupun peralatannya. Izin ini hanya mencakup aspek pekerjaan listrik saja. Pekerjaan pengisolasian aliran listrik yang diperlukan sebelum pekerjaan perbaikan dilakukan pada suatu peralatan listrik tidak termasuk dalam lingkup izin pekerjaan listrik, tetapi harus dimasukkan pada saat menandatangani izin kerja, baik panas, dingin,

23 15 masuk ruang tertutup ataupun penggalian, yang sesuai dengan pekerjaan mekanik tersebut atau pada sertifikat isolasi. 6) Izin Pekerjaan Radioaktif Digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan peralatan X-Ray atau sumber zat radioaktif. d. Aturan-Aturan Khusus Izin Kerja Dalam American Institute of Chemical Engineer (1995), untuk implementasi sistem izin kerja harus berdasarkan pada dasar aturan yang kuat seperti tersebut dibawah ini : 1) Jika pekerjaan dilakukan dalam lingkup sistem izin kerja harus telah sah sebelum pekerjaan dimulai. 2) Izin kerja dikeluarkan oleh kelompok yang bertanggung jawab langsung terhadap peralatan atau area kerja. 3) Beberapa organisasi memperbolehkan izin dikeluarkan oleh pemberi izin seperti tersebut diatas, organisasi lain oleh level yang lebih tinggi. 4) Pada saat pekerjaan yang akan dilaksanakan pada peralatan dimana penanggung jawab area langsung tidak diterangkan dengan jelas, izin dikeluarkan oleh level berikutnya atau personil yang mewakilinya. 5) Jika tanggung jawab untuk peralatan atau area yang terkait dalam izin kerja melibatkan dua atau lebih unit operasi (departemen), izin harus ditanggulangi oleh wakil masing-masing departemen.

24 16 6) Pada umumnya, karyawan yang melaksanakan pekerjaan menerima izin dan menandatanganinya, pada keadaaan atau kasus lain supervisor menerima dan menandatangani izin. 7) Salinan izin harus berada pada tempat kerja. 8) Izin harus sesuai untuk periode waktu tertentu (contoh : dari waktu pengeluaran sampai akhir shift). 9) Jika pekerjaan tidak dimulai, atau berhenti karena keadaan, kontrol, atau prosedur yang diperlukan tidak tentu atau tetap, izin harus dibatalkan dan izin baru dikeluarkan, setelah evaluasi ulang sebelum pekerjaan dimulai. 10) Jika pekerjaan berhenti atau ditunda untuk alasan lain, cara lain yang tepat atau sesuai harus diberitahukan, dan izin untuk melanjutkan pekerjaan harus didapat. 11) Bila pekerjaan diperpanjang melebihi periode yang di tetapkan, pekerjaan harus dihentikan sementara setelah evaluasi ulang, izin tetap diperpanjang atau izin baru dikeluarkan. 12) Pada saat pekerjaan selesai, atau akhir hari kerja, izin harus dikembalikan kepada pemberi izin, dinilai untuk mengindikasi status pekerjaan, dan ditandatangani oleh pelaksana atau personil. e. Formulir Izin Kerja Komunikasi penting untuk keselamatan dan kesehatan pekerja. Komunikasi secara lisan mempunyai kelemahan seperti salah dengar, salah interpretasi, dan lupa. Ditinjau dari keselamatan kerja keadaan ini

25 17 dapat menimbulkan keadaan berbahaya. Oleh karena itu dalam keadaan yang mempunyai risiko tinggi maka kelemahan dalam komunikasi lisan ini dihilangkan dengan adanya komunikasi secara tertulis, dalam bentuk izin kerja (work permit). Dengan sistem izin kerja, setiap instruksi dan persyaratan pekerjaan dituliskan dalam formulir izin kerja (Syukri Sahab, 1997). Format yang pasti dari formulir izin kerja tergantung pada pengoperasian pekerjaan. Formulir biasanya dibuat dalam tiga salinan (triplicate). Dicetak dengan nomor seri, dan dengan berbagai tipe warna seperti merah untuk pekerjaan panas, biru untuk pekerjaan dingin, dan kuning untuk masuk ruangan tertutup (British Petroleum Chemical, 1995). Dalam British Petroleum Chemical (1995), formulir izin kerja berisi ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1) Lokasi yang pasti dan deskripsi peralatan untuk pekerjaan yang akan dilakukan harus tertera pada bagian atas formulir izin kerja. 2) Sifat dan tingkat yang tepat dari pekerjaan yang akan dilakukan harus tertera, termasuk alat dan peralatan yang akan digunakan. 3) Masa berlakunya izin kerja harus jelas tertera pada formulir izin kerja. 4) Formulir izin mencantumkan metode isolasi yang akan digunakan dan adanya checklist yang berisi keadaan-keadaan yang penting dan tindakan pencegahan yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Hal ini untuk menghindari kesalahan seperti lupa, dan juga sebagai cek atau pemeriksaan untuk Performing Autority.

26 18 5) Terdapat kolom untuk mencatat hasil tes gas, yang disertai tanggal dan tanda tangan pengetes gas yang berwewenang. 6) Pengesahan izin oleh Operating Authority dan Performing Authority sebagai penerima wewenang. 7) Penutupan izin setelah pekerjaan selesai, penandatanganan oleh Operating Authority dan Performing Authority. f. Pelatihan dan Kompetensi Ini penting untuk dimiliki semua personil yang rata-rata sudah dilatih berhubungan dengan permit to work. Tanggung jawab pelatihan yang direkomendasikan dilihat dari : 1) Orang yang mengeluarkan izin 2) Orang yang melakukan kerja 3) Kekuatan bekerja Persyaratan pelatihan permit to work untuk orang yang mengeluarkan izin kerja dan orang yang melakukan kerja termasuk sebagai berikut : 1) Legislasi dan petunjuk industri. 2) Kebijakan perusahaan, peraturan setempat dan prosedur. 3) Tanggung jawab. 4) Sejarah kasus kecelakaan atau nearmiss termasuk kegagalan sistem permit to work. Ujian tertulis yang sesuai seharusnya termasuk di pelatihan. Penilaian yang kompeten seharusnya mempertimbangkan sebagai berikut :

27 19 1) Hasil dan penilaian pelatihan. 2) Pengalaman bekerja yang relevan. 3) Pengajuan proposal. Pengeluaran izin kerja seharusnya mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan kompetensi area dibawah ini : 1) Layout peralatan dan plant. 2) Proses pengambilan tempat produksi. 3) Adanya bahaya potensial. 4) Mengurangi maksud bahaya sebelum mengeluarkan izin kerja. 5) Tanggung jawab yang khusus yang berhubungan dengan izin kerja. 6) Persyaratan legal dapat dipakai. 7) Semua perusahaan dan peralatan setempat menerapkan pengoperasian sistem permit to work. 8) Menggunakan semua form yang berbeda dan rekaman yang berhubungan sistem permit to work. 9) Kemampuan komunikasi. 10) Persyaratan penyerahan shift. 11) Tindakan yang diambil dalam keadaan darurat. 12) Persyaratan pelatihan untuk pengaturan pekerja 13) Persyaratan auditing dan monitoring Orang yang melakukan pekerjaan sebaiknya mendemontrasikan pengetahuan dan kompetensi di area berikut :

28 20 1) Bahaya potensial berhubungan dengan proses. 2) Tindakan pencegahan wajib sebelum melakukan pekerjaan. 3) Peraturan setempat dalam menerapkan sistem permit to work. 4) Termasuk kelengkapan dokumentasi. 5) Persyaratan penyerahan shift. 6) Tindakan yang diambil pada keadaan darurat. 7) Kemampuan komunikasi. 8) Persyaratan pelatihan permit to work untuk pekerjaan dan untuk anggota setiap bagian pekerjaan. Semua anggota ditempat kerja wajib bekerja dengan sistem permit to work, yang seharusnya sudah menerima instruksi prosedur khusus untuk mereka terapkan di instalasi dimana mereka bekerja. Hal ini termasuk gambaran keseluruhan sistem permit to work dan tanggung jawab para anggota dalam tempat kerja khusus (OGP, 1993). g. Dokumentasi Sistem permit to work termasuk prosedur yang kritis dan sangat penting karena dokumentasi yang berhubungan dengan sistem permit to work diberikan pada level penting dan tepat (OGP, 1993). Dokumentasi sistem permit to work seharusnya : 1) Dikontrol. 2) Mempunyai kepemilikkan khusus. 3) Accessible. 4) Secara berkala di review dan diperbaiki.

29 21 5) Menjadi standar saat audit. 6. Tahap Persiapan (Preparation) Sistem Permit to Work a. Koordinasi Hal ini sangat penting untuk memastikan aktivitas kerja yang membutuhkan permit to work sebagai perencanaan dan koordinasi untuk menghindari risiko dalam aktivitas yang dijalankan bersama. Koordinasi ini sangat baik apabila dilakukan untuk 1 orang yaitu manajer instalasi (area authority) untuk mengontrol, mengeluarkan permit to work dan pemberitahuan pengembalian permit to work untuk beberapa instalasi dengan mendelegasikan 1 orang. Orang yang didelegasikan bertanggung jawab untuk koordinasi satu arah dari aktivitas kerja (OGP, 1993). b. Perencanaan Perencanaan dalam mendapatkan sebuah permit to work harus menjamin (OGP, 1993) : 1) Persetujuan yang tepat untuk bekerja. 2) Semua orang yang bekerja diarea dimana kemungkinan dapat terpengaruh maka harus memiliki kesadaran serta harus mengambil tindakan pencegahan bila kemungkinan berinteraksi dengan aktivitas pekerjaan lain. 3) Waktu yang cukup untuk mengidentifikasi semua bahaya potensial, mengimplementasikan tindakan pencegahan dan persiapan untuk tempat kerja. Salah satu tehnik memperkirakan keberhasilan dalam Job Safety Analysis.

30 22 c. Penilaian Bahaya Merupakan salah satu elemen kritis dari permit to work, langkah persiapan yang akan dilakukan adalah penilaian bahaya dari risiko yang mungkin berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan. Penilaian terhadap bahaya harus dilakukan oleh permit issuer yang berkoordinasi dengan supervisor dan orang yang memiliki pengetahuan khusus yang mungkin akan diperlukan (OGP, 1993). Prinsip menjalankan penilaian : 1) Bekerja dengan tepat dan lengkap dapat menjamin yang seharusnya diperoleh dari tugas supervisor. Mempertimbangkan penilaian yang diberikan sebagai alternatif keselamatan, dengan masa waktu atau metode tampilan yang dikehendaki dalam bekerja. 2) Proses bahaya seharusnya dipertimbangkan. Ini merupakan sebuah pertimbangan bahaya yang berhubungan dengan material yang akan ditangani dan proses peralatan. 3) Latihan dalam mengerjakan pekerjaan yang sulit seharusnya dinilai, jika diperlukan konsultasi pada pihak spesialisasi dalam menanggung pekerjaan. 4) Dampak kemungkinan yang timbul dalam bekerja di lingkungan sekitar yang seharusnya dinilai. Bahaya potensial untuk pelaksanaan keselamatan bekerja muncul dari lingkungan sekitar sehingga harus dipertimbangkan.

31 23 5) Dari penilaian bahaya, yang termasuk tindakan pencegahan yang akan diambil untuk memungkinkan pekerjaan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan aman. d. Tipe atau Kategori Kerja Tipe pekerjaan dimana sistem permit to work diterapkan adalah pekerjaan termasuk perawatan dan perbaikan, inspeksi, uji, konstruksi, memodifikasi, dan membersihkan (OGP, 1993). Tipe pekerjaan yang mendapatkan kontrol sistem permit to work termasuk : 1) Hot work/tempat panas dimana panas digunakan dan dihasilkan contohnya welding, flame cutting, grinding, sandblasting. 2) Kerja yang menghasilkan percikan api atau sumber pembakaran lainnya. 3) Kerja yang menyebabkan tidak diharapkan/tidak terkontrol dalam melepaskan hidrokarbon, termasuk diskoneksi atau terbuka pada saluran pipa, peralatan besar/berisi material yang mudah terbakar/beracun. 4) Kerja listrik. 5) Kerja ditempat tertutup. 6) Kerja termasuk menggunakan subtansi berbahaya, termasuk material radioaktif dan eksplosif. 7) Kerja penggalian. 8) Aktivitas penyelaman. 9) Uji tekanan.

32 24 10) Obyek yang cenderung sering terjadi bahaya terjatuh. 11) Pengoperasian pemeliharaan dengan persetujuan kritikal pada sistem keamanan seperti deteksi kebakaran dan gas, penyelamatan peralatan, peralatan pemadam kebakaran. e. Isolasi Kandungan penting dalam sistem keselamatan kerja adalah metode dan integritas dari prosedur isolasi. Prinsip isolasi diadopsi, diutamakan untuk melaksanakan pemeliharaan/perbaikan yang akan menentukan sejumlah faktor contohnya tekanan potensial, substansi berbahaya, kekurangan oksigen, perpindahan perlengkapan mesin, dll. Hal ini diluar ruang lingkup dokumen yang menyediakan petunjuk dalam mewajibkan isolasi untuk setiap bahaya potensial. Setiap perusahaan mengembangkan prosedur isolasinya tergantung pada pekerjaan dan risiko (OGP, 1993). Berikut ini merupakan poin tambahan yang perlu dipertimbangkan dalam prosedur isolasi : 1) Isolasi yang kompleks harus direncanakan dan dicatat dalam sebuah denah kerja. Hal ini didiskusikan antara orang yang membuat izin dan orang yang melaksanakan permit untuk menjamin semua poin isolasi dengan mudah dimengerti dan disetujui dengan jelas. Denah yang sudah diberi tanda seharusnya sudah siap untuk dilakukan pengerjaan. Pertimbangan yang diberikan adalah adanya salinan izin kerja.

33 25 2) Hal yang paling esensial bahwa standar isolasi adalah sepadan dengan tipe kerja yang dilaksanakan, kondisi plant pengoperasian dan pengaruh lokal lainnya. 3) Prosedur isolasi termasuk semua sumber energi, contohnya mekanikal, listrik, tekanan hidrolik, dll. 4) Nomor kunci atau tag seharusnya dicatat dalam formulir permit atau pada formulir terpisah dimana jika dilakukan cross reference dan menempelkan di formulir permit to work. 5) Isolasi dapat dilaksanakan dan dipindahkan ke instruksi dari orang yang membuat permit. 6) Jika lebih dari satu tugas dalam melaksanakan bagian plant atau potongan peralatan, maka terdapat sebuah risiko didalam penyelesaian dari salah satu tugas isolasi yang harus dipindahkan dan peralatannya diletakan kembali kedalam servis. Pengendalian seharusnya menjadi tempat untuk mencegah sebelum terjadinya waktu dilakukannya deisolasi yaitu tugas rangkap. 7) Jika pekerjaan tidak tersedia untuk dilengkapi dalam sebuah shift pada site seharusnya dicek oleh kedua orang yang melaksanakan pekerjaan dan permit issuer untuk menjamin pekerjaan sudah ditinggalkan dalam kondisi aman dan peralatan tidak bisa dioperasikan sampai semua pekerjaan sudah selesai. 8) Jika permit digantungkan, maka status pada tempat kerja seharusnya tetap tinggal terpajang dalam sebuah lokasi yang tepat contohnya

34 26 ruang kontrol dan kunci isolasi tetap mengunci ditempat yang aman untuk menjamin tidak ada orang yang mengoperasikan. Semua orang yang berwewenang untuk melaksanakan isolasi seharusnya dinilai untuk kompetensinya dalam mengutamakan penunjukan mereka : 1) Berkualitas dan sesuai. 2) Mempunyai pengalaman didalam plant. 3) Menerima instruksi spesifik dalam plant dan metode isolasi. 4) Untuk mengetahui pengetahuan mereka maka dilakukan pengujian. Log out dan tag out digunakan untuk melindungi tenaga kerja dari terkenanya material berbahaya dan atau sumber energi yang masuk di tempat kerja (American Institute of Chemical Engineer, 1995). Lock out akan mengunci secara fisik untuk mencegah pengoperasian peralatan dan termasuk informasi tag yang menerangkan tujuan lock out, identifikasi orang yang menginstalasi lock dan mengidentifikasi tanggal bahwa lock sudah di install. Tag out (instalasi tag, tetapi bukan lock) dapat digunakan pada waktu lock tidak dapat dijalankan atau tidak diinginkannya lock. Lock out dan tag out permit dapat dikeluarkan secara independen, atau bersama-sama atau tergabung dengan permit lain. f. Tindakan Pencegahan Dalam OGP (1993) permit issuer dan orang yang bertanggung jawab lainnya bertugas mengingatkan permit dengan mengindikasikan didalam permit bahwa tindakan pencegahan diperlukan untuk mengizinkan proses

35 27 kerja. Hal ini mungkin diambil dalam form pernyataan atau dapat juga didalam cheklist. Orang yang melakukan kerja seharusnya menjamin bahwa semua tindakan pencegahan diletakan dalam operasi. Mereka akan lebih fokus dengan mengikuti : 1) Keamanan personil dengan memperhatikan jangka waktu pada alat perlindungan yang biasanya digunakan atau dipakai. 2) Keamanan dari plant atau peralatan yang berhubungan dengan kerja (dengan isolasi). 3) Keamanan tugas yang sebenarnya, contoh penahan percikan api saat pengelasan. g. Gas Testing Dalam persiapan permit to work juga termasuk pertimbangan akan adanya substansi dan material mudah terbakar atau gas beracun atau kekurangan/peningkatan oksigen ditempat kerja. Maka dari itu diperlukan uji kebocoran atau gas testing. Orang-orang yang termasuk dalam gas testing harus sudah dilatih dalam pengunaan peralatan gas testing dan dalam interpretasi hasil. Hasil gas testing harus dicatat dan diberi waktu serta dimasukan kedalam permit, jika terjadi perubahan level selama bekerja dan permit seharusnya digantungkan (OGP, 1993). h. Tanda Tangan Pekerjaan dapat diizinkan dimulai dengan dilakukan penandatanganan pada permit. Jumlah dan desain dari tanda tangan akan menentukan tipe dari permit. Tanda tangan menjadi sangat spesifik

36 28 dalam prosedur permit to work. Minimal permit issuer dan orang yang melaksanakan kerja harus menandatangani permit (OGP, 1993). 7. Tahap Proses Sistem Permit to Work a. Display Permit Hal ini sangat penting bahwa permit ditunjukan untuk orang yang membutuhkan kesadaran diri mereka (memberi petunjuk mereka) yang dapat mereka lakukan. Salinan seharusnya secara normal didistribusikan/ditujukkan sebagai berikut : 1) Tempat kerja, apabila di tempat ini tidak dapat dilaksanakan (contoh lokasi terpapar), orang yang melaksanakan pekerjaan seharusnya memegang salinan tersebut, memastikan bahwa bagian dari anggota pekerjaan sudah mengerti dengan isinya tersebut. 2) Di ruang kontrol utama atau ruang koordinasi, dimana harus menunjukan sebuah penyusunan yang sistematik. 3) Dimana permit issuer merupakan remote dari ruang kontrol utama dan mempunyai salinan dari permit (OGP, 1993). b. Revalidation Permit dapat diterima kembali ketika izin tersebut dapat disetujui pemberi izin dalam kondisi pekerjaanya aman (OGP, 1993). c. Suspension Pekerjaan yang dilaksanakan dibawah sistem permit to work seharusnya dapat dihentikan sebelum pekerjaan tersebut selesai. Tipikal keadaan yang seperti ini adalah :

37 29 1) Keadaan darurat. 2) Alasan operasional untuk mencegah interaksi dengan aktivitas lain. 3) Pekerjaan yang dilaksanakan selama hanya satu shift. 4) Menunggu material-material atau pelayanan. Beberapa keadaan tersebut dapat menyebabkan pembatalan permit dan mengimplementasikan secara aman dalam jangka waktu panjang pada prosedur isolasi (OGP, 1993). d. Shift Hand-Over Perubahan sistem kerja bisa menjadi salah satu waktu yang efektif dalam sistem permit to work. Kegagalan melalui informasi menjadi penyebab banyaknya kecelakaan. Area authority harus mengambil tindakan, ketika sistem permit to work dikembangkan perubahan shift sangat penting seperti adanya overlap yang cukup untuk mengizinkan review dengan jelas dan mendiskusikan status dari semua permit to work. Mengkomunikasikan informasi dapat dilakukan dengan : 1) Permit Log Book 2) Permit Files 3) Display Boards 4) Computer Screen/Print Out Dalam persyaratan shift hand-over harus dimonitoring dan diawasi seperti biasa untuk menjamin hal tersebut berlanjut dengan efektif (OGP, 1993).

38 30 e. Action in Emergency Sistem permit to work juga membuat persyaratan dalam tindakan darurat. Secara normal, akan ada instruksi semua pekerjaan untuk menghentikan aktivitas bila dalam kejadian darurat. Tidak ada penundaan permit dengan mengembalikan ke ruang kontrol/poin koordinasi. Setelah dilakukan tindakan darurat harus dilakukan penilaian ulang/reassessment pekerjaan yang ada di permit untuk memastikan bahwa kondisi tidak berubah sebagai akibat dari keadaan darurat dan bekas permit masih berlaku/valid (OGP, 1993). f. Monitoring Pemantauan sistem permit to work harus menjadi kegiatan yang berkesinambungan. Tujuan dari pemantauan ini adalah untuk memastikan bahwa kondisi dimana izin itu dikeluarkan tetap tidak berubah dan bahwa tindakan pencegahan yang tercantum pada izin tetap dipatuhi (OGP, 1993). 8. Tahap Penutupan Sistem Permit to Work a. Pengembalian Permit to Work Setelah menyelesaikan pekerjaan, salinan pelaksanaan permit harus dikumpulkan menjadi satu dan dikembalikan ke pelaksana. Salinan kemudian harus ditandatangani oleh penerbit izin dan Supervisor untuk mengindikasikan penyelesaian setelah dilakukan inspeksi di tempat kerja (OGP, 1993).

39 31 b. Site Inspection Sebelum penandatanganan berakhirnya izin kerja, penerbit izin atau perwakilan didelegasikan harus melakukan inspeksi tempat kerja untuk mengkonfirmasi bahwa tempat kerja yang telah ditinggalkan dalam kondisi aman. Orang yang melakukan pekerjaan menandatangani izin kerja jika sudah selesai. Penandatanganan tersebut menyatakan bahwa tempat kerja yang telah ditinggalkan dalam kondisi aman, dan penerbit izin harus menyetujui dengan hal tersebut sebelum ia menandatangani penerimaan penyelesaian pekerjaan (OGP, 1993). c. Cancellation of Overrides Dimana proses override dimatikan atau api dan deteksi/perlindungan sistem gas telah diperlukan untuk memungkinkan melanjutkan pekerjaan, ini harus dibatalkan sebagai bagian dari persyaratan penyelesaian permit. Override harus berada ditempat yang dapat dipraktekkan dalam waktu singkat dan seharusnya tidak diperlukan untuk menunggu hingga pekerjaan selesai. Penerbit izin, ketika ia yakin bahwa override tersebut tidak lagi diperlukan, harus mengizinkan mereka membatalkan dan verifikasi. Pembatalan override harus ditunjukkan pada izin kerja (OGP, 1993). d. Return to Service Harus ada prosedur formal untuk mengembalikan peralatan ke service yang pekerjaan ada dibawah sistem permit to work. Prosedur ini harus mempertimbangkan hal berikut:

40 32 1) Peralatan ditempat kerja sudah lengkap. 2) Bahwa plant atau peralatan telah ditinggalkan dalam kondisi aman dan telah diverifikasi oleh orang yang mengakhiri dan menandatangani izin kerja. 3) Bahwa semua isolasi/override yang berkaitan dengan plant atau peralatan telah dibatalkan atau status dari isolasi/ override diketahui personil operasional. 4) Bahwa orang operasional bertanggung jawab untuk area berdasarkan keahlian pada bagian pabrik atau peralatan (OGP, 1993). e. Logs/record Sistem permit to work harus dibuatkan catatan untuk menyimpan permit yang dikeluarkan selama periode yang ditentukan. Bisa dengan sebuah log book permit yang memperinci dikeluarkannya permit atau salinan permit yang akan disimpan untuk jangka waktu tersebut. Periode untuk dokumentasi catatan biasanya 12 bulan (OGP, 1993).

41 33 B. Kerangka Pemikiran Tempat Kerja Potensi Bahaya dan Faktor Bahaya Ya Permit to Work System Tidak Kecelakaan Dan Penyakit Akibat Kerja Dapat Dicegah Kecelakaan Dan Penyakit Akibat Kerja Tidak Dapat Dicegah Aman Loss Time Injury Keuntungan Kerugian Gambar 1. Kerangka Pemikiran

42 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang memberikan gambaran secara jelas atau rinci berdasarkan oleh suatu fakta dan data yang ada yang dipergunakan untuk penulisan laporan tanpa melakukan analisis. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan secara jelas tentang implementasi dari permit to work atau izin kerja di PT Chandra Asri Petrocheimical Tbk sebagai salah satu usaha keselamatan dan kesehatan kerja. B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk yang berlokasi di Jln. Raya Anyer Km. 123, Gunung Sugih, Ciwandan, Cilegon, Banten. C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini objek dan ruang lingkup berupa : 1. Prosedur sistem permit to work 2. Pekerjaan yang harus menerapkan permit to work 3. Tenaga kerja yang melakukan 4. Potensi bahaya di tempat kerja 5. Pendokumentasian permit to work 6. Pengevaluasian permit to work 34

43 35 7. Training permit to work D. Sumber Data Sumber data diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder, sedangkan untuk penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Data Primer Yaitu data diperoleh dengan mengadakan peninjauan secara langsung ke pabrik, selain itu juga mengadakan wawancara dengan narasumber (tenaga kerja) tentang bagaimana prosedur dan implementasi dari permit to work. Data juga diperoleh dari kegiatan melakukan pemantauan, pemeriksaan, dan pelaksanaan terhadap izin kerja tersebut. 2. Data Sekunder Yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak langsung. Data ini diperoleh dari dokumen-dokumen terintegrasi di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk yaitu dari internal trainning permit to work (PTW) system selain itu juga melalui studi kepustakaan di perpustakaan Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung tentang bagaimana implementasi dari permit to work dalam melakukan pekerjaan sebagai salah satu usaha keselamatan di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.

44 36 2. Wawancara Tehnik pengumpulan data diperoleh dari wawancara secara langsung dengan tenaga kerja di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk untuk mengetahui bagaimana penerapan permit to work di lapangan. 3. Studi Kepustakaan Data diperoleh dengan membaca buku-buku referensi, literatur dan standar peraturan yang ada kaitannya dengan sistem izin kerja sesuai dengan penelitian yang dilakukan. F. Pelaksanaan Magang di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 2012 sampai dengan 8 Maret Dengan tahap pelaksanaan Magang : 1. Tahap Persiapan a. Permohonan izin Magang di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. b. Membaca dan mempelajari kepustakaan yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja serta higiene perusahaan. 2. Tahap Pelaksanaan a. Penjelasan umum tentang perusahaan tempat diadakannya magang. b. Pengamatan langsung terhadap kondisi lingkungan di perusahaan. c. Observasi berdasarkan wawancara. d. Pencarian data pelengkap melalui arsip-arsip perusahaan dan buku-buku referensi.

45 37 3. Tahap Pengolahan Data Data yang diperoleh kemudian diolah dan disusun untuk pembuatan laporan. G. Analisis Data Analisis data yang digunakan termasuk analisis deskriptif atau menggambarkan yang sejelas-jelasnya mengenai penerapan sistem izin kerja di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk yang kemudian dibandingkan dengan regulasi standar yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Oil and Gas Producers-Guidelines on Permit to Work System..

46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dengan dilakukan observasi serta wawancara dan ikut terlibat dalam kegiatan K3 didapatkan hasil bahwa PT Chandra Asri Petrochemical Tbk merupakan industri petrokimia yang setiap proses produksinya menggunakan bahan dan mesin yang dapat menimbulkan potensi bahaya seperti kebakaran, peledakan, dan kebocoran gas, tumpahan bahan kimia, keracunan gas, tersengat lisrik, bising dan potensi bahaya lainnya. Agar proses produksi tidak terganggu dan menjaga produktivitas, maka dari itu untuk menanggulanginya dan meminimalisir potensi bahaya tersebut sangat diperlukan usaha preventif agar tidak terjadi kecelakaan yang mungkin akan menimbulkan kerugian langsung maupun tidak langsung bagi perusahaan. Salah satu usaha yang dilakukan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk yaitu dengan menerapkan prosedur sistem izin kerja aman atau permit to work system disetiap pekerjaan yang menimbulkan potensi bahaya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Potensi Bahaya Untuk mengetahui penerapan sistem permit to work yang dilakukan, maka terlebih dahulu harus dipastikan potensi-potensi bahaya yang ada di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Potensi bahaya yang ada di PT 38

47 39 Chandra Asri Petrochemical Tbk dapat berasal dari proses produksi maupun diluar proses produksi. a. Potensi Bahaya Fisik Merupakan potensi bahaya yang dapat menyebabkan kerugian secara fisik. Potensi bahaya fisik dapat mengakibatkan kecelakaan kerja baik pekerja maupun aset perusahaan seperti : 1) Bahaya kejatuhan, terjepit, tersandung benda 2) Bahaya terpapar kebisingan, tekanan panas, dan kurang penerangan 3) Bahaya terjatuh dari ketinggian 4) Bahaya tersengat listrik 5) Bahaya percikan bahan kimia terhadap mata 6) Bahaya kebakaran dan peledakan 7) Bahaya bekerja pada ruang tertutup 8) Bahaya terhirup gas beracun akibat kebocoran pipa 9) Bahaya tertabrak mobil/sepeda 10) Bahaya terpapar bahan radioaktif 11) Bahaya percikan bunga api dari pengelasan dan pengerindaan 12) Bahaya tertabrak alat-alat berat (dumptruck, forklift, crane) b. Potensi Bahaya Kimia Dalam proses produksinya dibutuhkan bahan baku naphta, bahan pembantu maupun hasil proses produksi berupa ethylene, kaustik soda (sodium hydroxide), pyrolysis gasoline, dan bahan-bahan lain yang mempunyai sifat mudah terbakar/meledak, korosif dan beracun. Dan

48 40 tentunya bahan-bahan ini juga terdapat potensi bahaya terhadap keselamatan, kesehatan dan lingkungan. Adapun potensi bahaya seperti : Tabel 1. Identifikasi Potensi dan Faktor Bahaya dari Bahan Kimia No Bahan Kimia Potensi Bahaya a. Safety & fire hazard : Mudah terbakar b. Health hazard : 1 Ethylene (C 2 H 4 ) Pernafasan : asfiksia, dalam konsentrasi sedang dapat menyebabkan, sakit kepala, pingsan, lemas. a. Safety & fire hazard: akan meledak ketika terkena nyala api 2 Ethane (C 2 H 6 ) b. Health hazard : 3 Gasoline (OHC(CH 2 ) 3 ) Pernafasan : sakit kepala, lemas, pingsan. Kulit : radang, panas a. Safety & fire hazard : mudah terbakar b. Health hazard : iritasi pada kulit, mata, pencernaan, pernafasan. c. Environment hazard : toxic a. Safety & fire hazard : mudah terbakar b. Health hazard : luka dan radang dingin 4 Propylene pada mata dan pencernaan Pernafasan : asfiksia dan sesak nafas Kulit : iritasi, melepuh, radang Bersambung,

49 41 Sambungan, a. Safety & fire hazard: mudah terbakar b. Health hazard : 5 Propane (C 3 H 8 ) Pernafasan : asfiksia, sakit kepala, lemas. Kulit : radang Mata : iritasi a. Safety & fire hazard: tidak mudah terbakar, mudah meledak, uap toxic. b. Health hazard : Pernafasan & pencernaan : korosif 6 LPG (C 3 H 8 /C 4 H 10 ) Kulit : korosif, rasa terbakar Mata : menyebabkan rasa terbakar, jumlah yang sedikit dapat menyebabkan kerusakan permanen. c. Environment hazard : toxic untuk lingkungan air. a. Health hazard : Pernafasan : pneumonia 7 Sodium hydroxide Kulit : iritasi, menyebabkan rasa terbakar Mata : kerusakan mata, buta. Pencernaan : menyebabkan perforasi pada membran mukosa Bersambung,

50 42 Sambungan, 8 Pyrolysis Fuel Oil a. Safety & fire hazard : mudah terbakar, uap padat b. Health hazard : iritasi pada kulit, mata, pencernaan. a. Safety & fire hazard: sangat mudah terbakar. b. Health hazard : 9 Crude pencernaan : luka serius pada krongkongan, rasa terbakar Kulit dan Mata: iritasi dan radang dingin Pernafasan : asfiksia, pingsan a. Safety & fire hazard: mudah terbakar b. Health hazard : iritasi pada kulit, mata, 10 Pyrolysis Gasoline pencernaan, pernafasan.. c. Environment hazard : toxic untuk lingkungan air. a. Safety & fire hazard : mudah terbakar. b. Health hazard : pencernaan : rasa mabuk 11 Naptha Kulit : menyebabkan kulit kemerahan Mata : iritasi, mata berair. Pernafasan : pingsan Bersambung

51 43 Sambungan, 12 Polyethylene a. Safety & fire hazard: mudah terbakar. b. Health hazard : Kulit dan Mata: iritasi Pernafasan : sesak nafas a. Safety & fire hazard: mudah terbakar 13 Polypropylene b. Health hazard : iritasi pada mata, kulit dan pernafasan. c. Environment hazard : plastik sulit diurai a. Safety & fire hazard: mudah terbakar. b. Health hazard : Pencernaan : mual, muntah 14 Butene-1(C 4 H 8 ) Pernafasan: batuk, pusing, sesak nafas Kulit : iritasi, radang dingin Mata : iritasi, pengelihatan lemah, radang dingin Sumber : MSDS PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (2012) 2. Personil Dalam Sistem Permit To Work Dalam prosedur pembuatan permit to work, sebelumnya pihak manajemen PT Chandra Asri Petrochemical Tbk terlebih dahulu menentukan personil yang terlibat dalam pembuatan sistem ini. Adapun personil yang terlibat dalam pembuatan sistem permit to work PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, yaitu :

52 44 a. Work Execution Authority Work execution authority adalah pihak yang diberi wewenang untuk melaksanakan pekerjaan dan telah lulus dalam pelatihan sistem kerja. Work Execution Authority terdiri dari Supervisor of Work Execution Authority (SV), Superintendent of Work Execution Authority (SI), Authorized Tech of Work Execution Authority (AT) dan Maintenance Departement (MTD). b. Area Authority Area Authority adalah pihak yang mempunyai wewenang terhadap suatu area/daerah di wilayah pabrik atau bisa disebut juga pemilik area atau daerah tersebut, yang diberi otorisasi untuk memberi permit to work sesuai dengan area kerjanya. Area Authority terdiri dari Section Manager (SM), Shift Superintendent of Area Authority (SSI), Shift Supervisor of Area Authority (SSV), Lead operator I and II of Area Authority (LO). c. Safety Officer of SFD (SFD) Safety officer adalah bagian dari Safety & Fire Departement (SFD), yang bertugas melakukan pemeriksaan, pengawasan dan memberikan saran terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. d. Radiation Protection Officer (RPO) Radiation Protection Officer adalah pihak yang mendapatkan sertifikasi dari Nuclear Energy Regulator Agency (NERA) BAPETEN, yang bertugas melakukan pengecekan dan pemeriksaan terhadap tempat

53 45 kerja serta penggunaan alat yang mengandung unsur radiasi. Radiation Protection Officer mempunyai wewenang memberikan verifikasi pada radiography work permit. e. Scaffold Authority (SA) Scaffold Authority pihak yang berwenang untuk memberikan izin terhadap pendirian scaffolding yang aman diarea kerja. Scaffold Authority juga berhak memberikan verifikasi pada scaffolding work permit. f. Authorized Gas Tester (AGT) Authorized Gas Tester adalah pekerja yang diberi wewenang atau otorisasi untuk memeriksa combustible atau flammable gas, oksigen, hidrokarbon, toxic gas dan telah memiliki kompetensi Authorized Gas Tester (AGT). 3. Pelatihan Permit to Work Salah satu persyaratan bagi tenaga kerja sebelum bekerja di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, tenaga kerja diharuskan mengikuti pelatihan tentang keselamatan kerja yaitu pelatihan tentang izin kerja atau training permit to work. Pelatihan (training) ini diberikan kepada tenaga kerja yang ditunjuk untuk terlibat dalam melakukan pekerjaan dan terlibat dalam pembuatan izin kerja ini. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, menambah pengetahuan serta dapat mencegah munculnya kecelakaan terhadap semua personil tentang sistem izin kerja ini (permit to work system). Pelatihan izin kerja di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk terdiri dari :

54 46 a. Internal Training/in House Training Ini merupakan pelatihan dasar tentang pelatihan umum/general yang dilakukan oleh HRD mengenai pelatihan proses produksi, maintenance, safety, dll. Pada pelatihan ini didalamnya juga terdapat pelatihan tentang prosedur sistem izin kerja di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Dalam pelatihan ini dijelaskan tentang definisi permit to work, tujuan dan manfaat penerapannya, sistem yang harus dijalankan, jenis-jenis izin kerja di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Pelatihan ini wajib dilakukan ketika tenaga kerja yang baru melaksanakan pekerjaan yang mengunakan permit to work. b. Refresher Training Refresher training dilakukan satu kali dalan setahun yaitu oleh Safety And Fire Departement. Pelatihan ini juga dilakukan sebelum Turn Around Maintenance dan Shut Down Maintenance (TAM/SDM). Karena saat Turn Around Maintenance dan Shut Down Maintenance hampir semua proses dan sistem dihentikan. Saat melakukan perbaikan memerlukan izin kerja dalam setiap melakukan pekerjaan. Oleh kerena itu, sebelumnya tenaga kerja baik teknisi maupun kontraktor dilakukan refresher tentang prosedur sistem permit to work dengan memberikan pelatihan lagi. Pelatihan ini dilakukan sama seperti internal training sebelumnya, tujuan dari pelatihan ini adalah untuk mengingatkan kembali kepada tenaga kerja mengenai prosedur permit to work.

55 47 4. Sistem Permit to Work (PTW) a. Lock Out Tag Out (LOTO) 1) Definisi LOTO merupakan sistem pengisolasian pada area atau daerah tertentu yang bertujuan untuk mengamankan segala macam bentuk energi (mekanik, kimia, listrik, panas, hidrolik, pneumatik) yang mengandung potensi bahaya dan dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Sistem LOTO harus diterapkan disemua pekerjaan seperti katup, isolasi kelistrikan, steam, dan kompresor agar pekerjaan dapat dilakukan dengan selamat. Prosedur LOTO diterapkan di red area A. Untuk membuat sebuah sistem LOTO yang sistematis sesuai dengan aspek keselamatan maka dibuat tingkatan sebagai berikut: a) Mencegah accidental opening dari katup dan dapat melukai seseorang yang sedang bekerja dengan peralatan tersebut. b) Mencegah accidental opening dari katup dan mencegah pelepasan gas hidrokarbon atau cairan yang menyebabkan aspek polusi lingkungan dan potensi kebakaran. c) Mencegah seseorang memulai pekerjaan perbaikan dari bawah peralatan yang diisolasi. d) Menetapkan katup yang sudah benar atau yang sudah diisolasi dengan drawing.

56 48 2) Pelaksanaan a) LOTO Tracking Card and LOTO Tags (1) LOTO tracking card dan drawing harus dibuat oleh pemilik area (area authority) tersebut. (2) Ada empat warna pada LOTO tagging cards yang digunakan untuk menandai. Warna kuning untuk area authority, warna biru tua untuk pelaksana pekerjaan (work execution authority), warna merah muda untuk bagian kelistrikan, warna biru muda untuk bagian instrumen. b) Prosedur Penempatan dan Pelepasan Lock dan Tag (1) Area authority melakukan isolasi terhadap area yang akan dilakukan perbaikan dengan menutup katup, kemudian mengeluarkan gas maupun cairan didalamnya dan dibuang ke flare. Untuk menghilangkan gas dan cairan yang tersisa maka area tersebut diinjeksikan gas nitrogen. Setelah gas didalamnya hilang, pemilik area (area authority) harus menjadi yang pertama untuk mengunci dan mencatat pada LOTO tracking card serta menempelkan LOTO tagging card yang berwarna kuning. (2) Setelah aman, pelaksana pekerjaan biasanya pihak maintenance akan menandai katup yang sama dengan menempelkan LOTO tagging card yang berwarna biru tua dan juga mencatatnya sebelum memulai pekerjaan.

57 49 (3) Jika pekerjaan berhubungan dengan listrik maka sumber listrik harus diisolasi. Semua bagian dari listrik pada Motor Operated valve (MCC) akan dimatikan dan menempatkan LOTO pada switch gear. (4) Control Switch Station (CSS) juga harus dimatikan. Pelaksana pekerjaan (work excecution authority) juga harus mengunci dengan menggunakan HAZP dan menandai CSS dengan LOTO tagging card sebelum memulai pekerjaan. (5) Jika instrumen juga terlibat dalam pengerjaan. Maka sumber energi harus diisolasi dengan LOTO, seperti suplai udara dan suplai listrik untuk disalurkan menuju peralatan/instrumen dan kemudian mencatatnya. (6) Jika pelaksana pekerjaan dalam pekerjaannya melibatkan peralatan/instrumen, seperti menghilangkan kontrol valve atau motor operation valve. Maka pelaksana pekerjaan menempatkan kunci dan tanda pada peralatan/instrumen yang diisolasi dan kemudian mencatatnya. (7) Ketika pekerjaan selesai, pelaksana pekerjaan akan melepas semua kunci dan tanda, mencatat dan menandai pada LOTO tracking card remove column dan hand back pada master work permit. (8) Pada bagian instrumen dan elektrikal juga dilakukan dengan cara yang sama ketika semua pekerjaan telah terselesaikan.

58 50 (9) Proses operasi dapat dimulai dengan aman, ketika semua kunci dan tanda dihilangkan dan tanda off di LOTO removed column pada LOTO tracking card atau drawing sebelum sistem dijalankan kembali. b. Penandaan untuk Pemasangan dan Pelepasan Blind 1) Definisi Penandaan untuk Pemasangan dan Pelepasan Blind merupakan bagian prosedur yang sistematis dari pengisolasian di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Blind adalah suatu alat yang terbuat dari besi, berbentuk bulat dengan handle, yang digunakan untuk menutup dan menghalangi saluran pipa, baik saluran udara maupun cairan (liquid). Blind ini digunakan ketika : a) Ada pekerjaan perbaikan b) Pada sistem yang besar c) Pekerjaan yang lama (lebih dari satu hari) d) Potensi bahaya besar Pada prosedur pemasangan dan pelepasan blind juga menyertakan/melampirkan : a) Card for Inserting Blind Removing Blinds (terdiri dari 4 bagian) b) Tagging Procedure Illustration of Hanging Tags and Blind Work c) LOTO for Record and Control of Blind Work d) Exemple of Drawing for Isolation and Blind Work

59 51 2) Prosedur Penandaan a) Pemasangan blind (1) Hang Tags Area authority menunjukan dan mengawasi work execution untuk menggantung red/yellow tags dan red/blue tags (card for inserting blinds removing blinds) pada flange sesuai dengan blind list dan diagram pekerjaan blind. Kemudian work execution memotong red/yellow tags (blind in) hingga tersisa 3 lembar. Sebelum pengerjaan, area authority juga harus menyertakan master work permit. (2) Show Location Kemudian work execution authority meminta pemasang blind (fitter) untuk melihat flanges yang akan dikerjakan. Setelah sudah jelas dan sudah sesuai lokasinya lalu work execution memberikan lembaran red/yellow tag yang tadi dipotong kepada pemasang blind sehingga pekerjaan siap dimulai. (3) Blind In Selanjutnya work execution authority mengambil lagi lembaran kuning berikutnya (flanges shown to fitter), kemudian pemasang blind (fitter) mulai memasang blind pada flanges. Setelah pemasangan blind sudah selesai, fitter memotong lembaran kuning selanjutnya (insert by fitter) dan

60 52 kemudian bersama-sama dengan red/yellow tag yang tadi diserahkan kepada work execution authority. (4) Handover and Sign Off Setelah flanges sudah terpasang blind dan sebelum pengesahan master work permit berakhir, work execution authority melakukan pengecekan dan pemeriksaan telah sesuai dengan blind list dan diagram pekerjaan blind. Memeriksa bahwa blind yang dimasukan sudah terpasang dengan benar dan mengambil lembaran kuning terakhir (insert checked by work execution authority) Sehingga sekarang work execution authority telah memegang 4 lembaran kuning dan kemudian menyerahkan semuanya kepada area authority bersamaan dengan pengesahan master work permit berakhir. Area authority juga mengisi dan memeriksa record and control of blind work form. b) Pelepasan blind (1) Show Location Area authority menyertakan master work permit untuk izin pelepasan blind. Kemudian area authority mengambil red/blue tags (blind out) dan memberikan kepada work execution authority. Work execution authority meminta pemasang blind (fitter) untuk melihat blind pada flanges yang akan dilepas.

61 53 (2) Blind Out Work execution authority memberikan red/blue tags kepada pemasang blind (fitter) untuk memulai melepas blind. Sesaat pemasang blind (fitter) melepas blind, kemudian work execution authority mengambil lagi blue tag (blind shown to fitter) (3) Handover for Signing Off Setelah pekerjaan melepas blind selesai, pemasang blind (fitter) mengambil blue tag (blind removed by fitter) dan disertakan dengan red/blue tags dan blue tag (blind shown to fitter) kemudian diberikan kepada work execution authority. Setelah benar-benar dicek jika blind sudah terlepas. Work execution authority mengambil blue tag terakhir (removed checked by work execution authority) dan memberikan semua blue tag kepada area authority dan memastikan jika pekerjaan melepas blind sudah selesai. (4) Compliance Check Sebelum pekerjaan berakhir harus melakukan pengecekan oleh area authority bahwa blind sudah terlepas, baut sudah terpasang dengan benar dan kencang, dan tidak ada kebocoran. Sebelum master work permit ditutup, work execution authority melakukan pengecekan dan pemeriksaan telah sesuai dengan blind list dan diagram pekerjaan blind dan area authority juga

62 54 mengisi dan memverifikasi record and control of blind work form. c. Job Hazard Analysis (JOHAN) 1) Definisi Untuk menyediakan analisis pencegahan potensi bahaya terhadap setiap pekerjaan yang berbahaya atau pekerjaan yang komplek secara sistematis dengan mempertimbangkan akibat jika terjadi kecelakaan yang mungkin terjadi dan menyiapkan semua tindakan pengendalian keselamatan kerja untuk meminimalisasi tindakan yang dapat menyebabkan kecelakaan. JOHAN merupakan bagian dari permit to work system sebagai usaha pengendalian terhadap kecelakaan kerja. 2) Prosedur JOHAN Di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk yang berhak untuk membuat membuat JOHAN adalah team. Team ini terdiri dari seorang pemimpin yaitu safety officer dengan anggota work execution authority, area authority, dan kontraktor. Anggota yang ikut harus mengetahui secara detail tentang pekerjaan yang akan dilakukan, harus mengetahui diagram risk assessment matrix dan mengetahui pengetahuan tentang safety. Langkah-langkah pembuatan JOHAN : a) Catatkan semua langkah-langkah pekerjaan pada formulir JOHAN. b) Pertimbangkan potensi bahaya yang dapat muncul dan tindakan salah apa yang dapat terjadi.

63 55 c) Jika terjadi kecelakaan, apa yang dapat mempengaruhi/efek disekitar (orang, aset, lingkungan, dan reputasi) d) Gunakan diagram risk assessment matrix untuk melihat tingkat kekerapanya/tingkat kerusakanya. e) Masih menggunakan diagram risk assessment matrix untuk melihat tingkat kemungkinan dengan memastikan kemungkinan kecelakaan. f) Dengan mengetahui tingkat akibat, tingkat kekerapan, dan tingkat kemungkinan, kemudian tingkat risiko dapat ditentukan nilainya. g) Jika nilai risiko rendah, tindakan pencegahan dapat diterapkan. h) Jika nilai risiko medium, tindakan/langkah pengontrolan harus memadai untuk mengurangi tingkat risiko menjadi rendah dan menyiapkan untuk recovery, (apa yang dilakukan jika kecelakaan terjadi) harus dipenuhi. i) Jika terjadi nilai risiko tinggi dan itu tidak mungkin untuk dikurangi tingkat risikonya menjadi rendah atau medium untuk mempertimbangkan melakukan pekerjaan selama turn around maintenance. d Jenis-Jenis Permit to Work 1) Master Work Permit Semua pekerjaan baik untuk tipe pekerjaan dingin (cold work), pekerjaan panas (hot work) dan pekerjaan lainya yang dikerjakan disemua area di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk baik Chandra

64 56 Asri project, staff maintenance, kontraktor harus menggunakan master work permit dengan diketahui area authority dan diterima oleh work execution authority. Master work permit hanya berlaku sehari. Jika pekerjaan belum selesai/ditunda dan pekerjaan akan dilanjutkan besuknya, master work permit harus dibuat baru/diganti. Satu master work permit diperlukan untuk setiap pekerjaan dan boleh dilampirkan hot work permit atau safety permits jika pekerjaan tersebut memang memerlukan. Master work permit juga harus diterapkan untuk pekerjaan persiapan, contoh pemasangan blind dan membuka manholes. Semua permit terdiri dua lembar yaitu warna putih dan kuning, untuk yang berwarna putih untuk diletakan pada tempat kerja pada kotak permit sedang warna kuning diletakan pada control room untuk mengantisipasi jika pekerjaan ada dalam keadaan darurat. Prosedur pembuatan master work permit : a) Bagian A (Aplikasi oleh Work Execution Authority) Work execution authority harus menerapkan master work permit satu atau dua hari sebelum pekerjaan dimulai. Work execution authority harus mengisi semua informasi dan juga mengisi hot work/safety permits jika diperlukan. b) Bagian B (Tindakan Pencegahan oleh Area Authority) Untuk bagian ini adalah checklist pencegahan ditandai dengan mencentang oleh lead operator. Jika relevan, centang YES jika tidak relevan centang NO.

65 57 Semua pekerjaan yang melampirkan hot work dan safety permits kecuali pekerjaan dengan radiasi (radiography work permit) harus dibutuhkan gas test dan hasilnya akan dicatat pada subsequent gast test record form. Yang bertanggung jawab membuat ketetapan untuk melakukan pengujian gas terhadap perlengkapan atau area lain adalah area authority. c) Bagian C (Otorisasi, Penerimaan, Pelaksanaan (Work Execution Authority & Area Authority)) Master work permit bersama dengan hot work dan safety permits jika sudah diakui, semua drawing untuk isolasi dan pembebasan gas, LOTO dan JOHAN semuanya harus ditangani oleh area authority satu sampai dua hari sebelum pekerjaan yang dilakukan oleh work execution. Keabsahan master work permit hanya selama satu hari ( ) dan hari berikutnya harus direvalidasi oleh lead operator pada shift berikutnya. Terkhusus shift sore dan malam bertugas membantu mengecek semua persiapan keselamatan (safety), kondisi dan lingkungan bahwa area sudah aman untuk bekerja pada esok harinya dan kemudian lead operator menandatangani pada bagian pre checked. d) Bagian D (Penerimaan dari Keadaan Kerja (Work Execution Authority & Area Authority)) Setelah pekerjaan diselesaikan oleh work execution authority, kemudian mengecek area, perlengkapan, kebersihan dan kemudian

66 58 menandainya pada bagian ini. Setelah itu master work permit diserahkan kepada area authority. Lead operator sebagai area authority juga mengecek semuanya sebelum menandatangani penerimaan. 2) Hot Work Permit Hot work permit adalah semua pekerjaan yang memerlukan izin kerja terutama pekerjaan panas. Semua pekerjaan yang berpotensi menimbulkan panas, api terbuka dan percikan api diwajibkan membuat izin kerja ini sehingga meminimalisi terjadinya kebakaran. Misalnya torch cutting, arc, pengelasan (welding), perbaikan instalasi listrik, menggerinda, serta pengunaan kamera. Prosedur pembuatan hot work permit : a) Bagian A (Aplikasi Oleh Work Execution Authority ) Pada bagian ini yang berhak mengisi adalah authorized technician atau dia diatasnya. Mengisi keterangan tentang : (1) Tanggal dan tanda tangan. (2) Nomer diakuinya permintaan pekerjaan. (3) Tanggal pelaksanaan pekerjaan. (4) Lokasi tempat kerja. (5) Nomor perlengkapan dan pekerjaan yang akan dilakukan. (6) Nama kontraktor dan nomor identitas pekerja. (7) Tandai jenis pekerjaan panas yang akan dikerjakan (mengelas, mengerinda, hydrojetting, pemanasan).

67 59 Untuk pekerjaan yang lebih komplek atau lebih berbahaya dan jangka waktu lama, maka harus diperlukan safety permits, prosedur JOHAN dan LOTO. Untuk tujuan perencanaan pekerjaan, hot work permit dapat berlaku selama satu bulan. b) Bagian B (Tindakan Pencegahan) Area authority (section manager) harus berkoordinasi dengan work execution authority (supervisor) dan berencana menghentikan peralatan untuk pemasangan blind, LOTO tagging cards, dan pembebasan gas hingga work execution siap melakukan pekerjaan. Section manager kemudian menandai semua tindakan pencegahan yang relevan pada daftar yang disediakan. Pada bagian selanjutnya daftar tindakan pencegahan ditandai dan diperiksa oleh supervisor. Untuk pengukuran gas ditetapkan oleh section manager pada hot work permit, dan harus dicatat frekuensinya di master work permit atau subsequent gast test record form selama 4 jam, 8 jam, dan pemeriksaan selanjutnya. c) Bagian C (Otorisasi, Penerimaan, Pelaksanaan oleh Work execution authority & Area Authority) Jika pekerjaan sudah selesai section manager menulis validasi waktu dari permit, dan sebelum penandatanganan persetujuan berakhir. Waktu validitas harus mencakup periode yang sama seperti yang diperkirakan dan diminta oleh pemohon sehingga

68 60 pekerjaan dapat selesai tepat sebelum izin berakhir. Permit ini dapat di revalidasi oleh section manager. 3) Safety Permit Safety Permit masih terbagi menjadi 7 izin kerja, yaitu : a) Confined Space Entry Permit Ini adalah prosedur izin kerja untuk melakukan pekerjaan di ruang terbatas dimana disana terdapat jalur pintu masuk dan suplai udara didalam kurang/tidak normal atau debu dan gas yang terakumulasi di dalam serta potensi bahaya kebakaran atau bahaya untuk kesehatan. Misalnya vessel, cerobong asap, boiler, tangki, furnace, lubang galian sedalam 1,2 meter, dll. Peraturan dalam confined space entry permit : (1) Tidak boleh ada orang yang masuk dan tidak boleh menginstruksikan seseorang untuk memasukinya kecuali orang masuk dengan menggunakan breathing apparatus yang cocok dan mendapat izin masuk dari orang yang berkompeten. (2) Orang yang masuk dalam ruang tertutup (confined space) harus bersertifikat oleh orang yang berkompeten untuk waktu yang ditentukan. (3) Confined space dapat dimasuki tanpa breathing apparatus asalkan : (a) Telah diambil langkah pencegahan jika ada gas berbahaya.

69 61 (b) Menghilangkan lumpur atau kotoran yang dapat mengeluarkan gas beracun. (c) Harus dilengkapi ventilasi dan sebelumnya dilakukan pengetesan gas berbahaya serta terdapat suplai udara didalam. (d) Peserta confined space harus diakui oleh safety departement dan mendapat pelatihan penggunaan breathing apparatus. (e) Ketentuan penyelamatan harus dipersiapkan. (f) Pedoman untuk dapat bekerja di confined space, untuk hidrokarbon kurang dari 1-4% LEL, untuk hidrogen sulfida antara 0-8 ppm dan kadar oksigen antara 19,5-23%. b) Scaffolding Work Permit Perancah (Scaffold) ialah bangunan peralatan (platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan termasuk pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran (Permenaker No.PER 01/MEN/MEN/1980). Sesuai dengan peraturan menteri, pekerjaan konstruksi harus diusahakan pencegahan atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerjanya. Maka dari itu usaha dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk yaitu sebelum melakukan

70 62 pekerjaan diketinggian harus membuat izin kerja perancah atau Scaffolding Work Permit. Peraturan keselamatan tentang perancah di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk : (1) Semua pembuat perancah harus sudah mendapatkan pelatihan dan disetujui pihak yang ditunjuk oleh Depnaker. (2) Semua scaffolding harus kuat dan telah di training dan diakui oleh scaffolder. (3) Hanya scaffolder yang terlatih yang bisa memberikan izin untuk penggunaan scaffolding. Keandalan struktur/dukungan untuk jenis perancah harus pertama kali diinspeksi oleh engineener. (4) Perancah yang digunakan harus di inspeksi dan telah lulus uji oleh scaffold authority dan papan warna hijau SAFE FOR USED telah digantungkan pada perancah dengan tanggal yang benar dan diberi tanda tangan. (5) Semua perancah harus diinspeksi oleh scaffold authority dengan interval 7 hari. (6) Untuk papan NOT SAFE FOR USE harus ditampilkan untuk perancah yang tidak diinspeksi, kadaluarsa, tidak memenuhi standar keselamatan, rusak, dan akan dilepas. Scaffolding ini tidak dapat digunakan.

71 63 c) Excavation Work Permit Excavation Work Permit atau izin kerja penggalian adalah bagian dari permit to work system yang harus dibuat untuk mencegah terjadi bahaya kecelakaan saat pekerjaan penggalian di area PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Penggalian ini meliputi : penggalian parit, membangun terowongan didalam tanah, pemasangan paku bumi pada kontruksi, mengebor tanah, dll. Untuk prosedur sebelum pembuatan excavation work permit terlebih dahulu praktek kerja dan safety prosedur yang dilakukan adalah : (1) Work execution authority, Chandra Asri engineer, inspector sebelumnya mengecek area dan tanda dari saluran pipa dan kabel pada drawings. Excavation review form harus diisi dan diajukan untuk diterapkan bersama excavation work permit. (2) Jika pipa atau kabel yang tidak dicatat dalam drawings maka diperlukan pendeteksi metal. (3) Semua pipa dan kabel yang baru dipasang atau ditemukan harus dicatat dalam drawings. Sedangkan untuk pedoman keselamatan saat penggalian adalah : (1) Mechanical excavator melakukan pekerjaannya di green dan red area B, sesudah yakin bahwa didalam tanah bebas dari pipa dan kabel.

72 64 (2) Mechanical excavator hanya diperkenankan bekerja di red area A ketika disetujui oleh pihak yang berwenang (SV area authority). Mechanical excavator harus bekerja 2 meter dari peralatan dan tidak diizinkan bekerja diarea dimana gas dapat muncul (akibat kebocoran). (3) Excavation Work Permit diperlukan untuk penggalian dan segera memasang pagar pembatas disekeliling area. (4) Dimana kedalaman penggalian melebihi 1,2 meter harus diberi tangga dan jalur untuk jalan dan akses dari penggalian. (5) Untuk menopang dan menguatkan galian, harus dipasang kontruksi dikedalaman 1,5 meter. (6) Pengecekan dari galian harus dilakukan oleh pihak yang berwenang sesudah terjadi hujan. d) Vehicle Entry Permit into and Out of Red Area A Permit ini merupakan bagian dari aturan dan regulasi di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, sebelum memasuki dan keluar di area pabrik terutama red area A semua kendaraan bermotor harus membuat izin masuk. Tujuan pembuatan izin ini untuk menghindari kecelakaan dan bahaya kebakaran akibat percikan listrik statis maupun dari bahan bakar. Peraturan tentang vehicle entry di PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk seperti berikut : (1) Semua pengendara yang masuk ke dalam red area A harus mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM).

73 65 (2) Kendaraan yang memasuki area merah A dan B harus diinspeksi dan telah disetujui oleh Safety and Fire Departement (SFD). Dengan pemberian stiker untuk 4 bulan (merah untuk Januari-April, hijau untuk Mei-Agustus, kuning untuk September-Desember). (3) Jika terjadi keadaan darurat, pengemudi harus meminggirkan kendaraannya dan keluar menuju assembly point. (4) Kecepatan maksimum kendaraan adalah 20 km/jam untuk area hijau dan 10 km/jam untuk area merah. e) Radiography Work Permit PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk juga menggunakan radioactive isotope untuk x-ray dalam pekerjaannya. Sehingga menimbulkan potensi bahaya radiasi. Maka dari itu, untuk membatasinya yaitu dengan membuat instruksi operasi dan emergency procedure dengan membuat surat izin kerja radioaktif. Setiap sumber radioaktif harus terkunci dan diisolasi dalam tempat penyimpanan. Hanya radiation protection officer yang diakui oleh Safety and Fire Departement (SFD) untuk membuka dan menghilangkan rantai pengaman. Pekerjaan yang mengunakan radioaktif seperti pekerjaan pengecekan pengelasan yaitu untuk mengetahui ketebalan dan kerapatan pengelasan.

74 66 f) Work in Gas or Toxic/Corrocive Material Permit Work in Gas or Toxic/Corrocive Material Permit hanya diterapkan untuk spesial pekerjaan, dimana di area tersebut mempunyai bahaya terhadap gas beracun seperti kebocoran dari hidrokarbon, cairan, bahan/material toksik dan korosif. Maka diperlukan izin kerja khusus tentang bekerja di area berbahaya terhadap gas atau cairan toksik dan korosif. Contohnya seperti pekerjaan dimana pekerja diharuskan memasuki area yang tidak bisa di isolasi/blind sehingga terdapat bahaya bahan gas berbahaya, toxic, dan korosif dan kebocoran gas-gas berbahaya. g) Diving Work Permit Izin kerja ini hanya berlaku untuk area jetty di PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. Di area ini terdapat pelabuhan untuk masuknya barang baku, bahan penunjang maupun peralatan pendukung produksi seperti bahan bakar, LPG, dan mesin-mesin produksi yang berasal dari luar negeri yang dikirim lewat laut. Pekerjaan yang terdapat disini adalah pekerjaan penyelaman seperti memperbaiki galangan kapal, memperbaiki jembatan dan mengelas pipa bawah laut. Agar pekerjaan aman dan menghindari terjadi kecelakaan kerja penyelaman, setiap pekerjaan penyelaman wajib menggunakan prosedur safety diving work permit.

75 67 5. Prosedur Pembuatan Permit to Work Di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk menerapkan usaha pengendalian bahaya dengan cara penerapan sistem izin kerja/permit to work system (PTW) sebelum tenaga kerja melakukan pekerjaan untuk mencegah munculnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pekerjaan yang menimbulkan atau berpotensi menimbulkan bahaya saat bekerja harus diwajibkan untuk membuat izin kerja/permit to work. Gambar 2. Permit To Work System Flow Chart Sumber : Internal Training Permit To Work (PTW) System, 2011 Prosedur pembuatan sistem izin kerja ini terdiri dari berbagai langkah dan tingkatan. Dalam prosedur izin kerja/permit to work system di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk ini terdiri dari 2 section, yaitu :

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian PT. Bina Guna Kimia telah melaksanakan programprogram keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking merupakan program

Lebih terperinci

LAPORAN KHUSUS PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. APAC INTI CORPORA SEMARANG

LAPORAN KHUSUS PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. APAC INTI CORPORA SEMARANG LAPORAN KHUSUS PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. APAC INTI CORPORA SEMARANG Oleh: Dyan Ratna Prasetyaningrum R0008100 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keselamatan Kerja 2.1.1. Definisi Keselamatan Kerja Keselamatan adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko kecelakaan atau kerusakaan atau dengan risiko relatif kecil di bawah

Lebih terperinci

SISTEM IJIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. PABRIK TUBAN JAWA TIMUR

SISTEM IJIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. PABRIK TUBAN JAWA TIMUR LAPORAN KHUSUS SISTEM IJIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. PABRIK TUBAN JAWA TIMUR Widya Yulita Himaningrum R.0008011 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN

Lebih terperinci

SISTEM PERMIT TO WORK

SISTEM PERMIT TO WORK SISTEM PERMIT TO WORK Oleh: Umi Salmah, SKM, M.Kes., NIDN : 0023057308 Arfah Mardiana Lubis, S. Psi., M.Psi., NIDN : 0001038204 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

PERMIT TO WORK SEBAGAI PENDUKUNG PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI JOB PERTAMINA-TALISMAN JAMBI MERANG

PERMIT TO WORK SEBAGAI PENDUKUNG PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI JOB PERTAMINA-TALISMAN JAMBI MERANG LAPORAN TUGAS AKHIR PERMIT TO WORK SEBAGAI PENDUKUNG PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI JOB PERTAMINA-TALISMAN JAMBI MERANG Yunita Sulistiyowati R.0010111 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH PROSEDUR IJIN KERJA No. Dokumen : PT-KITSBS-19 No. Revisi : 00 Tanggal : April Halaman : i dari iv LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH No Nama Jabatan Tanda Tangan 1. RM. Yasin Effendi PLT DM ADM Umum

Lebih terperinci

REFINERY UNIT IV. commit to user R KERJA. Surakarta 2013

REFINERY UNIT IV. commit to user R KERJA. Surakarta 2013 LAPORAN MAGANG IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGANN DI PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP JAWA TENGAH Eritmetika Mega Pradani R.0010040 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian

Lebih terperinci

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-01 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 1 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini bisa dicegah dengan melakukan Procedure Lock dan Tagging serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini bisa dicegah dengan melakukan Procedure Lock dan Tagging serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun banyak pekerja yang cedera, sampai fatality (kematian) akibat kelalaian atau kurangnya peringatan di tempat kerja tersebut, misalkan ketika mereka

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI Kami PT Bening Tunggal Mandiri berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan berdasarkan aspek HSE. PT Bening Tunggal Mandiri

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. AKEBONO BRAKE ASTRA INDONESIA JAKARTA UTARA

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. AKEBONO BRAKE ASTRA INDONESIA JAKARTA UTARA IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. AKEBONO BRAKE ASTRA INDONESIA JAKARTA UTARA LAPORAN MAGANG Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Yeni Windayani R0011117

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI PENGANGKUTAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR

GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI PENGANGKUTAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR TUGAS AKHIR GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI PENGANGKUTAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR Dewi Fitri Astuti R0010031 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS

Lebih terperinci

Analisis Pelaksanaan Safety Permit Berdasarkan Prosedur Sistem Permit to Work di PT. PJB UBJ O&M Paiton

Analisis Pelaksanaan Safety Permit Berdasarkan Prosedur Sistem Permit to Work di PT. PJB UBJ O&M Paiton Analisis Pelaksanaan Safety Permit Berdasarkan Prosedur Sistem Permit to Work di PT. PJB UBJ O&M Paiton (Safety Permit Implementation Analysis based on Permit to Work Procedural System in the PT. PJB UBJ

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR GAMBARAN HIRADC PADA UNIT AMONIAK PRODUKSI I SEBAGAI LANGKAH AWAL UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN KERJA DI PT PETROKIMIA GRESIK

TUGAS AKHIR GAMBARAN HIRADC PADA UNIT AMONIAK PRODUKSI I SEBAGAI LANGKAH AWAL UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN KERJA DI PT PETROKIMIA GRESIK TUGAS AKHIR GAMBARAN HIRADC PADA UNIT AMONIAK PRODUKSI I SEBAGAI LANGKAH AWAL UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN KERJA DI PT PETROKIMIA GRESIK Zara Dea Faradina R0010113 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN HOT WORK PERMIT SYSTEM

PENERAPAN HOT WORK PERMIT SYSTEM PENERAPAN HOT WORK PERMIT SYSTEM SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN PELEDAKAN PADA PEKERJAAN PANAS DI PT. BARATA INDONESIA (PERSERO) UNIT USAHA MANDIRI CILEGON LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LOCK OUT TAG OUT (LOTO)

LOCK OUT TAG OUT (LOTO) RUANG LINGKUP Proses Lock Out Tag Out (LOTO) merupakan persyaratan minimum yang harus diterapkan pada seluruh fasilitas Perusahaan, apabila petugas dan/atau Mitra Kerja melakukan pekerjaan pada tempat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Ada tiga tahap dalam pelaksanaan Permit To Work (PTW) yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penutup. 2. Kriteria yang digunakan dalam data sekunder

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri Petroleum menangani sejumlah besar material yang mudah terbakar

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri Petroleum menangani sejumlah besar material yang mudah terbakar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri Petroleum menangani sejumlah besar material yang mudah terbakar (flammable) dan bersifat toxic, sehingga sangat berpotensi terjadi kecelakaan serius dengan

Lebih terperinci

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI Perbaikan Berkesinambungan Dokumentasi 2 Dari 78 6.1 MANUAL SMKP 6.2 Pengendalian Dokumen 6.3 Pengendalian Rekaman 6.4 Dokumen dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3) LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Hand-out Industrial Safety Dr.Ir. Harinaldi, M.Eng Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tempat Kerja Produk/jasa Kualitas tinggi Biaya minimum Safety comes

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERMIT TO WORK DI JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA (JOB P-PEJ) TUBAN

EFEKTIVITAS PERMIT TO WORK DI JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA (JOB P-PEJ) TUBAN digilib.uns.ac.id LAPORAN TUGAS AKHIR EFEKTIVITAS PERMIT TO WORK DI JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA (JOB P-PEJ) TUBAN Rita Suryani R.0009082 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. telah melakukan upaya untuk mengendalikan energi melalui salah satu program

BAB V PEMBAHASAN. telah melakukan upaya untuk mengendalikan energi melalui salah satu program BAB V PEMBAHASAN Hasil Penelitian yang diperoleh bahwa PT. Coca Cola Amatil Indonesia telah melakukan upaya untuk mengendalikan energi melalui salah satu program keselamatan kerja yaitu penerapan sistem

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 106, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4668) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

IMPLEMENTASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Cosi Andiyanto R0010027 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 #7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI, et al Ergonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Mengelola Kelelahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan. Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan. Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin terpenting dalam pembangunan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SIMULASI TIM KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT BANJIR DI PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT

GAMBARAN UMUM SIMULASI TIM KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT BANJIR DI PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT TUGAS AKHIR GAMBARAN UMUM SIMULASI TIM KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT BANJIR DI PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT Novi Dwi Cahyani R0010067 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu organisasi baik besar ataupun kecil ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berperan merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Norman Aditya R

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Norman Aditya R EVALUASI PENGELOLAAN KANTIN DI PT. ASAHIMAS CHEMICAL CILEGON BANTEN BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1096 TAHUN 2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT NEWMONT NUSA TENGGARA JOBSITE SUMBAWA BARAT NTB

MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT NEWMONT NUSA TENGGARA JOBSITE SUMBAWA BARAT NTB LAPORAN UMUM MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT NEWMONT NUSA TENGGARA JOBSITE SUMBAWA BARAT NTB Oleh: Lalu Suryani Surya Jaya NIM. R0006125 PROGRAM D.III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.879, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Manajemen Keselamatan kapal. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN KESELAMATAN

Lebih terperinci

TANGGAP DARURAT BENCANA DI GEDUNG ASTER RUMAH SAKIT UMUM DR. MOEWARDI

TANGGAP DARURAT BENCANA DI GEDUNG ASTER RUMAH SAKIT UMUM DR. MOEWARDI TUGAS AKHIR TANGGAP DARURAT BENCANA DI GEDUNG ASTER RUMAH SAKIT UMUM DR. MOEWARDI Nurhanifa Kaniaratri R0010072 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN DAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

PENERAPAN JOB HAZARD ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA CENTRAL CONTROL ROOM (CCR) PT WIJAYA ENGINDO NUSA PROJECT PBIBDE

PENERAPAN JOB HAZARD ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA CENTRAL CONTROL ROOM (CCR) PT WIJAYA ENGINDO NUSA PROJECT PBIBDE TUGAS AKHIR PENERAPAN JOB HAZARD ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA CENTRAL CONTROL ROOM (CCR) PT WIJAYA ENGINDO NUSA PROJECT PBIBDE Wilma Miftakhul Huda R0010105 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

DAMPAK KEBISINGAN AREA LABORATORIUM PADA TENAGA KERJA DI PT. ANTAM Tbk. UBPE PONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT

DAMPAK KEBISINGAN AREA LABORATORIUM PADA TENAGA KERJA DI PT. ANTAM Tbk. UBPE PONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR DAMPAK KEBISINGAN AREA LABORATORIUM PADA TENAGA KERJA DI PT. ANTAM Tbk. UBPE PONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT Agil Novianto Nugroho R0010004 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir pembangunan nasional kita mengalami perkembangan yang sangat pesat dan mengagumkan. Sentra-sentra industri, pembangunan gedung dan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko

BAB I PENDAHULUAN. oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran senantiasa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, baik menyangkut kerusakan harta benda, kerugian materi, gangguan terhadap kelestarian lingkungan, terhentinya

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran

Lebih terperinci

JUDUL UNIT : Memeriksa, Merawat dan Memperbaiki Peralatan

JUDUL UNIT : Memeriksa, Merawat dan Memperbaiki Peralatan KODE UNIT : TIK.MM01.003.01 JUDUL UNIT : Memeriksa, Merawat dan Memperbaiki Peralatan DESKRIPSI UNIT : Unit ini mendeskripsikan keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan umum dan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Daftar Isi

Kata Pengantar. Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang berbunyi Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control 148 BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control Questionnaires (ICQ), observasi, inspeksi dokumen, dan reperforming terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.107, 2012 NUKLIR. Instalasi. Keselamatan. Keamanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5313) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SISTEM EVALUASI TANGGAP DARURAT SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA DI RUMAH SAKIT KASIH IBU SURAKARTA

TUGAS AKHIR SISTEM EVALUASI TANGGAP DARURAT SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA DI RUMAH SAKIT KASIH IBU SURAKARTA TUGAS AKHIR SISTEM EVALUASI TANGGAP DARURAT SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA DI RUMAH SAKIT KASIH IBU SURAKARTA Yossy Arwies Nakkula R0010108 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran VI. KEGIATAN K3 LISTRIK DALAM PENERAPAN SMK3 Penetapan Kebijakan K3: - Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko terkait listrik - Melakukan peninjauan terhadap kejadian yang berbahaya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA DI ACETYLENE PLANT PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR

IMPLEMENTASI PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA DI ACETYLENE PLANT PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA DI ACETYLENE PLANT PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR Ghisela Selfi Oktiafitri R0010044 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan RATIH

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Lindawati R PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta

TUGAS AKHIR. Lindawati R PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta TUGAS AKHIR PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEWASPADAAN TERHADAP KECELAKAAN KERJA PADA DIVISI FINISHING PT. INKA (PERSERO) MADIUN Lindawati R0010055 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. maupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. maupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu motode dalam meneliti status kelompok manusia, objek, kondisi, sistem pemikiran, maupun kelas

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Latar Belakang PP No. 50 Tahun 2012 PENGERTIAN PASAL 1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train

BAB V PEMBAHASAN. Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train BAB V PEMBAHASAN A. Tempat Kerja Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train 1), Area 2 (Train 2), Area 3 (Train 3), Area 6 (Addictive Palletezing Unit (APU)), Area 7 (Utility),

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean BAB V PEMBAHASAN A. Komitmen terhadap Manajemen Risiko Ditinjau dari Kebijakan Mutu dan K3L pada Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero)

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KAJIAN IKLIM KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN DAN KONVEKSI 4 PT. DAN LIRIS SUKOHARJO

TUGAS AKHIR KAJIAN IKLIM KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN DAN KONVEKSI 4 PT. DAN LIRIS SUKOHARJO TUGAS AKHIR KAJIAN IKLIM KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN DAN KONVEKSI 4 PT. DAN LIRIS SUKOHARJO Retno Astrini W R.0010083 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN Area Renovasi : Tanggal pemantauan : KELAS III N O KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN 1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era-globalisasi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi, telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas dan jarak. Dengan demikian pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

GAMBARAN HASIL PENGUKURAN INTENSITAS PENERANGAN DI PT. HEINZ ABC INDONESIA KARAWANG JAWA BARAT

GAMBARAN HASIL PENGUKURAN INTENSITAS PENERANGAN DI PT. HEINZ ABC INDONESIA KARAWANG JAWA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR GAMBARAN HASIL PENGUKURAN INTENSITAS PENERANGAN DI PT. HEINZ ABC INDONESIA KARAWANG JAWA BARAT Oleh: Hade Muhyiddin Dzulfahmi R0010045 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL EMERGENCY PREPAREDNESS AND RESPONSE DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU JAWA TENGAH

IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL EMERGENCY PREPAREDNESS AND RESPONSE DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU JAWA TENGAH TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY PREPAREDNESS AND RESPONSE DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU JAWA TENGAH Khairina Hidayati R0010053 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 196/KA/XI/2011 TENTANG PEDOMAN KUALIFIKASI DAN SERTIFIKASI PETUGAS DAN SUPERVISOR IRADIATOR (STANDAR BATAN BIDANG APLIKASI TEKNOLOGI ISOTOP DAN RADIASI)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA KONTRAKTOR SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DI PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT

PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA KONTRAKTOR SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DI PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA KONTRAKTOR SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DI PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Dewanti Endah Cahyaningrum

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI INSPEKSI PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT UNTUK MENCEGAH KECELAKAAN KERJA DI PT SANGGAR SARANA BAJA DIVISI FABRIKASI JAKARTA

IMPLEMENTASI INSPEKSI PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT UNTUK MENCEGAH KECELAKAAN KERJA DI PT SANGGAR SARANA BAJA DIVISI FABRIKASI JAKARTA TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI INSPEKSI PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT UNTUK MENCEGAH KECELAKAAN KERJA DI PT SANGGAR SARANA BAJA DIVISI FABRIKASI JAKARTA Prasetya Arif Wibawa R0010079 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3

PENGELOLAAN OPERASI K3 PENGELOLAAN OPERASI K3 Bahan Kuliah Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Industri Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : TIN 211 Nama Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri

Lebih terperinci

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR NAMA PERUSAHAAN : JENIS PEKERJAAN/JASA : BAGIAN 1 : KEPEMIMPINAN DAN KOMITMEN 1. Komitment terhadap K3LL dalam kepemimpinan a) Bagaimanakah secara pribadi manajer-manajer senior terlibat dalam pengelolaan

Lebih terperinci

(h p://andiranggaradita.blogspot.com) (h p://safety4abipraya.wordpress.com) (h p://safety4abipraya.wordpress.com)

(h p://andiranggaradita.blogspot.com) (h p://safety4abipraya.wordpress.com) (h p://safety4abipraya.wordpress.com) Daftar Isi Daftar Isi.. i Daftar Gambar.. ii Abstrak.. iv Definisi.. 1 Tujuan... 2 Manfaat. 5 Jenis Inspeksi 6 Objek Inspeksi.. 10 Langkah Inspeksi.. 11 Pelaksanaan Inspeksi 15 Pelaporan Inspeksi 20 Penindaklanjutan.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

TANGGAP DARURAT BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) Direktorat Pengelolaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

TANGGAP DARURAT BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) Direktorat Pengelolaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan TANGGAP DARURAT BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) Direktorat Pengelolaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2017 1 Lepasnya 40 metrik ton methyl isocyanate ke udara dari pabrik Union Carbide

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DALAM IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN DI PT KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT JAKARTA

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DALAM IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN DI PT KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT JAKARTA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DALAM IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN DI PT KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT JAKARTA LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai penerapan emergency preparedness & response yang dapat penulis bahas sebagai berikut : A. Emergency

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Denty Rosalin R.0011030 PROGRAM

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang Mengingat a. Bahwa

Lebih terperinci

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI) FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI CLUSTER OPERATOR INSTRUMENTASI SPAM NAMA PEMOHON NAMA ASESOR LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI)

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT.WIJAYA KARYA BETON, Tbk. PABRIK PRODUK BETON BOYOLALI

PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT.WIJAYA KARYA BETON, Tbk. PABRIK PRODUK BETON BOYOLALI PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT.WIJAYA KARYA BETON, Tbk. PABRIK PRODUK BETON BOYOLALI LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya

Lebih terperinci