EFEKTIVITAS PERMIT TO WORK DI JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA (JOB P-PEJ) TUBAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS PERMIT TO WORK DI JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA (JOB P-PEJ) TUBAN"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id LAPORAN TUGAS AKHIR EFEKTIVITAS PERMIT TO WORK DI JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA (JOB P-PEJ) TUBAN Rita Suryani R PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

2 digilib.uns.ac.id ii

3 digilib.uns.ac.id iii

4 digilib.uns.ac.id ABSTRAK EFEKTIVITAS PERMIT TO WORK DI JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA TUBAN Rita Suryani *, Yeremia Rante Ada *, Seviana Rinawati * Tujuan : Permit To Work (PTW) merupakan dokumen tertulis sebagai persyaratan untuk melakukan tugas berbahaya dengan memperhatikan bahaya potensial yang ada serta langkah pencegahan yang harus dilakukan. Sistem izin kerja diberlakukan untuk mengendalikan operasi pekerjaan sehingga benar-benar sesuai dengan prosedur dan persyaratan agar terjamin kesehatan dan keselamatan tenaga kerja maupun aset perusahaan. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui Efektivitas Permit To Work di JOB Pertamina-Petrochina East Java. Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan memberikan gambaran sejelas-jelsnya mengenai obyek penelitian. Data diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan buku-buku referensi tentang Permit To Work (PTW) kemudian dibandingkan dengan Peraturan Menteri tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 Sistem Manajemen K3 pada lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3. Hasil : Efektivitas Permit To Work (PTW) di JOB Pertamina-Petrochina East Java dengan dikeluarkannya Prosedur Keselamatan Kerja tentang Permit To Work (PTW). Keefektivitasan Permit To Work (PTW) dapat dilihat dari tiga aspek seperti sosialisasi tentang Permit To Work (PTW) baru pada tenaga kerja, perbedaan penerapan PTW lama ke PTW baru dan manfaat PTW baru yang dirasakan oleh tenaga kerja. Simpulan : Efektivitas Permit To Work (PTW) di JOB Pertamina-Petrochina East Java sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3 pada lampiran II bagian 6. Dengan menerapkan Permit To Work (PTW), JOB Pertamina-Petrochina East dapat mencegah dan meminimalkan kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di tempat kerja. Kata kunci : Permit To Work (PTW). * Prodi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. iv

5 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmatnya yang telah melimpahkan petunjuk, kemudahan dan perlindungan-nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya. Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari pendidikan yang penulis tempuh yaitu jurusan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS dan juga untuk menambah ilmu dan pengalaman kerja yang berhubungan dengan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup. Sesuai pendidikan yang penulisan tempuh maka penulis mengambil judul EFEKTIVITAS PERMIT TO WORK DI JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA, TUBAN. Penulis juga menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dan bantuan dari semua pihak sehingga laporan ini dapat selesai pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal arifin Adnan dr., SPD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, Sp.Ok selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Sebelas Maret. 3. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Sebelas Maret. 4. Ibu Yeremia Rante Ada,S.Sos.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 5. Ibu Seviana Rinawati,S.KM selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 6. Ibu Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes selaku penguji dalam laporan ini. 7. Ibu Yulia Retno S, selaku Safety Inspector sekaligus pembimbing di JOB P- PEJ JOB Pertamina-Petrochina East Java yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 8. Bapak Rakhmad Adi S selaku HSE Departement yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data. 9. Bapak Faeshon, Bapak Kastono, Bapak Budiono dari JOB Pertamina- Petrochina East Java yang telah banyak membantu penulis dan teman teman semua yang ada di Pad A dan Pad B. 10. Tenaga Kerja di bagian Staf JOB Pertamina-Petrochina East Java atas segala ilmu dan pengalamannya yang luar biasa di bidang manajemen K3LH. 11. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk ayah yang selalu memberikan bimbingannya selama menyelesaikan laporan ini, ibu yang selalu mendukung semua kegiatan magang, Riyan Muliani selaku kakak perempuan saya yang selalu memberikan masukan-masukan selama menyelesaikan laporan dan juga Abraham Dangir yang menemani saat pengerjaan laporan, yang semuanya merupakan sumber inspirasi dalam penyelesaian laporan ini. v

6 digilib.uns.ac.id Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan pertolongannya selama penyelesaian laporan ini, amien. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Tuban, 30 Maret 2012 Penulis, Rita Suryani, vi

7 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi vii viii ix BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 3 BAB II. LANDASAN TEORI... 5 A. Tinjauan Pustaka... 5 B. Kerangka Pemikiran BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian B. Lokasi Penelitian C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian D. Sumber Data E. Teknik Pengumpulan Data F. Pelaksanaan G. Analisa Data BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

8 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar.1 : Kerangka Pemikiran Gambar.2 : Bagan Alir Prosedur Permit viii

9 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Formulir Hot Work Spark Potential PTW Cold Work Permit Jenis PTW L2RA Worksheet Kuesioner ix

10 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek dalam keselamatan kerja yang harus diperhatikan adalah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Suatu kejadian atau peristiwa kecelakaan tentu ada sebabnya. Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan diberbagai negara tidak sama. Namun ada kesamaan umum, yaitu bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab yaitu : 1) tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human act); 2) keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Kecelakaan kerja yang terjadi disuatu perusahaan akan dapat menimbulkan kerugian: 1) kerusakan; 2) kekacauan organisasi; 3) keluhan dan kesedihan; 4) kelainan dan cacat; 5) kematian (Suma mur, 2009). Ada bagian-bagian tempat kerja yang mempunyai risiko kecelakaan lebih besar seperti tempat kerja yang mengolah bahan kimia yang mudah terbakar, tempat kerja yang mengandung bahan beracun dan berbahaya dan tempat kerja tertutup. Untuk tempat kerja lainnya, dengan menerapkan prosedur kerja khusus. Komunikasi penting untuk keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Komunikasi lisan memiliki berbagai kelemahan seperti salah dengar, salah interpretasi, lupa. Ditinjau dari sudut keselamatan kerja keadaan ini dapat menimbulkan keadaan bahaya. Oleh karena itu dalam keadaan yang memiliki risiko tinggi maka kelemahan dalam komunikasi lisan ini 1

11 digilib.uns.ac.id 2 dihilangkan dengan adanya komunikasi secara tertulis, dalam bentuk izin kerja(work permit). Adakalanya suatu pekerjaan dibawah pengawasan beberapa bagian yang masing-masing mempunyai tanggung jawab terpisah. Dalam keadaan demikian diperlukan sistem izin kerja dalam melaksanakan pekerjaan tertentu, sehingga pekerjaan yang dilakukan diketahui oleh semua bagian yang bertanggung jawab dan semua persyaratan keselamatan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat dipenuhi. Sistem izin kerja diperlukan pula pada pekerjaan perbaikan dan pemeliharaan mesin, pekerjaan penggalian, bekerja dalam tanki tertutup, pekerjaan yang dapat menimbulkan api didaerah bahan yang mudah terbakar atau meledak, bekerja dilingkungan alat berat, dan pekerjaan yang melewati waktu lebih dari stu giliran (shift) kerja. JOB Pertamina-Petrochina East Java merupakan perusahaan minyak dimana dalam kegiatan produksi terdapat pekerjaan-pekerjaan yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja seperti pekerjaan menggunakan api (pemotongan, pengelasan, penggerindaan), bekerja di ketinggian, memasuki bejana sehingga diperlukan izin kerja. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dilakukan pengamatan tentang Efektivitas Permit to Work di JOB Pertamina-Petrochina East Java

12 digilib.uns.ac.id 3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana Efektivitas Permit To Work (PTW) di JOB Pertamina-Petrochina East Java? C. Tujuan Penelitian Tujuan pelaksanaan magang yang dilakukan penulis di JOB Pertamina- Petrochina adalah : 1. Untuk menganalisis keefektivitasan Permit To Work di JOB Pertamina- Petrochina East Java 2. Untuk mendapatkan deskripsi tentang prosedur dan proses dalam pembuatan Permit To Work yang dibuat di JOB Pertamina-Petrochina East Java D. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya kegiatan magang ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk : 1. Bagi Mahasiswa a. Dapat mengetahui dan menerapkan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian bahaya di tempat kerja. b. Dapat mengetahui dan menerapkan pengelolaan hiperkes di tempat kerja.

13 digilib.uns.ac.id 4 2. Mendaptakan informasi tentang pelaksanaan sistem izin kerja di JOB Pertamina-Petrochina East Java. 3. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja a. Menambah kepustakaan untuk pengembangan ilmu khususnya tentang K3. b. Peningkatan kualitas pembekalan pengetahuan di bangku perkuliahan tentang sistem izin kerja. c. Sebagai referensi untuk menunjang perkuliahan. 4. Bagi Perusahaan a. Memperoleh masukan yang berhubungan dengan aspek K3. b. Mendapatkan informasi baru tentang penerapan PTW baru yang dirasakan tenaga kerja melalui kuesioner yang sudah dibagikan.

14 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (Himpunan Peraturan Perundang- Undangan, 2007). 2. Tempat kerja adalah setiap lokasi fisik dimana kegiatan berkaitan dengan kerja dilakukan dibawah pengawasan organisasi (Soehatman, 2009). 3. Bahaya a. Pengertian Bahaya Bahaya adalah keadaan atau situasi yang potensial dapat menyebabkan kerugian seperti luka, sakit, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan kerja, atau kombinasi seluruhnya (Soehatman, 2009). b. Sumber Bahaya Umumnya disemua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. 4. Identifikasi bahaya adalah proses pengenalan adanya suatu bahaya dan menentukan karakteristiknya (Soehatman, 2009). 5. Sistem Izin Kerja Ada bagian-bagian tempat kerja yang mempunyai risiko kecelakaan lebih besar seperti tempat kerja yang mengolah bahan kimia yang mudah 5

15 digilib.uns.ac.id 6 meledak dan terbakar, tempat kerja yang mengandung bahan beracun dan berbahaya dan tempet kerja tertutup. Untuk tempat kerja seperti ini perlu tindakan preventif yang lebih ketat dari tempat kerja lainnya dengan menerapkan prosedur kerja khusus (Syukri, 1997). a. Definisi sistem izin kerja Menurut Syukri (1997), sistem izin kerja pada prinsipnya adalah suatu dokumen tertulis sebagai persyaratan untuk melaksanakan pekerjaan berbahaya dengan memperhatikan bahaya potensial yang ada serta langkah pencegahan yang harus dilakukan. b. Tujuan sistem izin kerja Menurut Syukri (1997) tujuan pemberlakuan sistem izin kerja adalah : 1) Supaya pengawas benar-benar mengetahui bahwa pekerjaan tertentu akan dilaksanakan didalam lokasi yang menjadi tanggung jawabnya, meliputi tipe pekerjaan dan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan serta peralatan yang digunakan, sehingga bisa dilakukan langkah-langkah pencegahan yang perlu dan apabila timbul keadaan darurat, bisa segera mengambil langkah cepat untuk mengatasi keadaan. 2) Agar setiap tenaga kerja yang ditugaskan melakukan pekerjaan berbahaya benar-benar mengetahui risiko bahayanya, dan telah mengetahui prosedur kerja aman yang harus dilakukan dalam pekerjaan tersebut serta dilengkapi dengan alat-alat perlindungan

16 digilib.uns.ac.id 7 diri yang sesuai, dan semua peralatan yang digunakan benarbenar aman dan sesuai dengan tipe pekerjaan. 3) Melalui sistem izin kerja diidentifikasi dan dikendalikan bahayabahaya yang mengancam jiwa manusia dan aset perusahaan, melalui serangkaian pengecekan terhadap lokasi, bahan, proses, instalasi serta lingkungan kerja dan menentukan kualifikasi orang yang akan melakukan pekerjaan. Sistem izin kerja dengan demikian adalah untuk mengendalikan operasi sehingga benar-benar sesuai dengan prosedur dan persyaratn agar terjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan aset perusahaan. Sistem ini juga untuk menghindari terjadinya kesalahan komunikasi lisan, setiap instriksi dan persyaratn tenaga kerja dituliskan dalam formulir izin kerja. Pengawasan dan pengendalian tenaga kerja juga menjadi lebih mudah sehingga meningkatkan keamanan. Menurut John (2006) sistem izin kerja yaitu operasi pekerjaan tertentu memiliki risiko yang lebih tinggi dan membutuhkan kendali yang ketat. Dalam kondisi seperti ini, kita perlu mengimplementasikan sistem izin kerja atau permit to work. Prosedur surat izin kerja merupakan sistem otoritas (pemberian hak) tertulis yang secara formal digunakan untuk mengendalikan jenis-jenis pekerjaan tertentu yang memiliki potensi bahaya.

17 digilib.uns.ac.id 8 Permit To Work Catatan : 1. Bagian 1, 2, 3 izin ini akan selesai sebelum pekerjaan yang tercakup dalam izin ini dimulai dan bagian lainnya harus diselesaikan dalam urutan selama pekerjaan berlangsung 2. Setiap bagian harus ditandatangani oleh orang yang berwenang yang menerima respon untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat dilakukan secara aman. 3. Tidak ada pekerjaan yang tercakup dalam izin ini dapat dilakukan sampai izin tertulis bahwa aman untuk melakukannya telah diterbitkan. 4. Peralatan yang tercakup dalam izin ini tidak dapat dikembalikan keproduksi sampai bagian pembatalan (bagian 5) telah menandatangani izin yang dikeluarkan. Bagian I Deskripsi (a) peralatan (b) lokasi (c) detail dari pekerjaan yang diperlukan Bagian II Pengukuran Keselamatan (a) Dengan ini saya menyatakan bahwa tahap berikut telah diambil untuk memberikan peralatan diatas yang aman untuk bekerja pada : (b) lebih lanjut, saya merekomendasikan bahwa pekerjaan dilakukan tindakan pencegahan :.. Bagian III Penerimaan Dengan ini saya menyatakan menerima tanggungjawab untuk melaksanakan pekerjaan pada peralatan dijelaskan dalam izin ini untuk bekerja dan akan memastikan akan memastikan bahwa operator di bawah perubahan saya hanya melakukan pekerjaan rinci Bagian IV Izin Dengan ini saya menyatakan bahwa izin ini dikeluarkan sekarang ditangguhkan dan bahwa semua mereka yang di bawah biaya saya telah ditarik dan memperingatkan bahwa tidak lagi aman untuk bekerja pada peralatan dan bahwa semua alat, perlengkapan jelas. Bagian V Pembatalan Dengan ini izin kerja dibatalkan Gambar 1 : Contoh Surat Izin Kerja Sumber : John Ridley, 2006 Izin kerja harus dalam bentuk tertulis dan tiap-tiap bagian disahkan oleh orang yang bertanggungjawab. Bagian penting dari izin kerja ini adalah :

18 digilib.uns.ac.id 9 1. Penjelasan pekerjaan yang akan dilakukan dan tindakan pencegahan yang harus diimplementasikan sebelum pekerjaan boleh dimulai. 2. Konfirmasi yang menyatakan bahwa tindakan pencegahan sudah diambil dan pekerjaan aman untuk dimulai 3. Pernyataan bahwa pekerjaan sudah selesai dan peralatan sudah aman untuk berproduksi kembali. Dalam melaksanakan prosedur ini hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah : 1. Ada kejelasan tentang siapa : a. Yang dapat memberi wewenang disetiap bagian b. Yang bertanggung jawab untuk menentukan tindakan pencegahan yang diperlukan 2. Pelatihan yang sesuai dengan instruksi yang memadai sudah diberikan pada : a. Pekerjaan yang akan dilakukan b. Prosedur yang harus dipatuhi sehubungan dengan diterbitkan dan digunakannya izin kerja tersebut 3. Pekerjaan harus dipantau untuk memastikan prosedur dan metode yang telah ditetapkan sudah dipatuhi. Sasaran prosedur tersebut adalah untuk : 1. Meminimalkan risiko cedera atau gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan tersebut

19 digilib.uns.ac.id Memastikan otoritas yang sesuai untuk prosedur-prosedur dan pekerjaan tersebut 3. Menjelaskan kepada tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan yang diugaskan tersebut : identitas, sifat dan lingkup pekerjaan secara pasti, bahaya yang dihadapi dan tindakan pencegahan yang diambil, setiap batasan cakupan pekerjaan atau tambahan waktu yang diperbolehkan. 4. Memastikan bahwa orang yang bertanggung jawab di pabrik atau area telah menyadari semua pekerjaan yang harus dilakukan. 5. Menyediakan catatan tentang sifat pekerjaan, tindakan pencegahan yang diambil, dan orang-orang yang terlibat didalamnya. 6. Menyediakan prosedur serah terima (hand back) formal untuk memastikan bahwa bagian di pabrik yang dipengaruhi oleh pekerjaan tersebut dalam kondisi aman untuk kembali berproduksi.

20 digilib.uns.ac.id 11 B. Kerangka Pemikiran PERUSAHAAN TENAGA KERJA TEMPAT KERJA BAHAYA IDENTIFIKASI BAHAYA PERMIT TO WORK PROSEDUR IZIN KERJA AMAN Gambar 1 : Kerangka Pemikiran

21 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung (Surya Dharma, 2008). B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java yang terletak di wilayah Tuban, Jawa Timur. C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Adapun sebagai obyek dari penulisan laporan ini sistem izin kerja di JOB Pertamina-Petrochina East Java D. Sumber Data Data yang diperoleh, dikumpulkan dan dirangkum dalam laporan pengamatan ini berasal dari sumber sebagai berikut : 1. Data Primer Data primer didapat dari hasil observasi di tempat kerja dan wawancara dengan pihak yang terkait dan berwenang. 12

22 digilib.uns.ac.id Data Sekunder Data sekunder didapat dari data-data yang ada di Departemen Health Safety and Environment (HSE), buku literatur dan dokumen-dokumen. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Observasi Lapangan Obyek yang diobservasi adalah lokasi sumber bahaya, aktivitas yang terdapat risiko K3 dan pengendalian yang telah dilakukan. 2. Wawancara Wawancara dilakukan tanya jawab dengan pembimbing lapangan maupun dengan orang-orang yang berkompeten dibidang K3. 3. Studi Pustaka Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, laporan- laporan penelitian yang sudah ada serta sumber lain yang berhubungan dengan Permit To work. F. Pelaksanaan 1. Persiapan Pada tahap ini dilakukan : a. Permohonan izin magang di JOB Pertamina-Petrochina East Java

23 digilib.uns.ac.id 14 b. Membaca dan mempelajari kepustakaan yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja serta higiene perusahaan. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan meliputi : a. Penjelasan umum tentang perusahaan tempat diadakannya kegiatan magang b. Observasi secara umum terhadap perusahaan. c. Pengamatan langsung terhadap kondisi lingkungan diperusahaan. d. Pencarian data pelengkap melalui arsip-arsip perusahaan dan bukubuku referensi. 3. Tahap Pengolahan Data Data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk penulisan laporan. G. Analisis Data Data yang sudah diperoleh kemudian dilakukan penyusunan data agar dapat ditafsirkan untuk selanjutnya ditarik kesimpulan dengan cara membandingkan dengan peraturan perundangan. Peraturan Perundangan yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 Sistem Manajemen K3 pada Lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3.

24 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Permit To Work (PTW) 2. Dalam kegiatan industri JOB Pertamina-Petrochina memberlakukan sistem izin kerja untuk mengambil langkah kerja yang sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja. Permit To Work (PTW) memungkinkan terlaksananya pekerjaan yang aman dan terbebas dari potensi bahaya akibat sifat pekerjaan tersebut. Adapun tujuan diberlakukannya permit to work di JOB Pertamina- Petrochina yaitu : a. Untuk memberikan pedoman dalam pengendalian pekerjaan pada tahap persiapan, pelaksanaan dan penyelesain. b. Sebagai sarana komunikasi antara personil yang terlibat dalam PTW khususnya Area Authority (pemilik area) dengan Performing Authority (pelaksana pekerjaan) c. Memastikan bahwa kondisi bahaya di lokasi kerja telah terkontrol sehingga dapat memenuhi keselamatan kerja dalam melaksanakan pekerjaan. JOB Pertamina-Petrochina mempunyai komitmen yang tinggi untuk menciptakan dunia kerja yang aman dan sehat melalui keselamatan dan kesehatan kerja, untuk mewujudkan komitmen tersebut JOB Pertamina- Petrochina menyelenggarakan commit izin to kerja user aman untuk mencegah kecelakaan 15

25 digilib.uns.ac.id 16 kerja pada tenaga kerja yang dapat mengakibatkan cedera atau kelainankelainan akibat pekerjaannya. 2. Personel yang berwenang a. PA (Performing Authority) Dalam hal ini seorang PA adalah personil yang memimpin atau mengkoordinasi pelaksanaan pekerjaan, seperti Foreman atau Leader Maint (Contractor) Personil yang berwenang sebagai pemimpin ini haruslah dapat mengadakan koordinasi dengan tenaga kerja lain selama pekerjaan berlangsung. Dalam pengisian PTW, PA harus tahu potensi bahaya apa saja yang terjadi sehingga sudah disiapkan alat pelindung diri. b. AA (Area Authority) Seorang AA haruslah personel yang mempunyai area dimana pekerjaan akan dilakukan, dalam hal ini seorang AA adalah Supervisor Produksi. Sebelum melakukan pekerjaan AA harus menginspeksi tempat kerja dan menandatangani PTW. Jika AA memutusan bahwa tempat kerja tersebut aman maka PA bisa memulai atau melanjutkan pekerjaan, maka AA memastikan agar tindakan pencegahan dan prosedur yang tercantum dalam PTW sudah disediakan. c. SC (Site Controller) Dalam hai ini Superintendent Produksi yang mempunyai wewenang atau otoritas PTW yang sudah diterapkan.

26 digilib.uns.ac.id 17 d. PTWC (Permit To Work Controller) PTWC adalah personil yang bertugas meregistrasi permit yang diterbitkan. Sebelum melakukan pekerjaan, satu hari sebelumnya PA melakukan meeting safety permit untuk menentukan jenis pekerjaan yang akan dilakukan, setelah permit jadi kemudian besok paginya permit di registrasikan pada PTWC. Dalam hal ini PTWC JOB Pertamina-Petrochina adalah section Fire, jadi jika pekerjaan akan dimulai permit harus sudah jadi. e. AGT (Authorize Gas Tester) AGT adalah personel yang bertugas melakukan pengukuran gas ditempat kerja sesuai persyaratan dalam PTW. Sebagai orang yang berwenang mengidentifikasi gas berbahaya dimana tenaga kerja melakukan pekerjaaannya harus mampu mengenali potensi bahaya yang ada ditempat tersebut. Seorang pengetes gas haruslah orang yang mempunyai kompetensi tentang gas-gas yang berbahaya seperti gas H 2 S bagi tenaga kerja. JOB Pertamina-Petrochina pengetes gas yang berwenang adalah section H 2 S, pengetes gas tersebut bekerja selama 24 jam dan selalu waspada akan bahaya gas H 2 S jika sewaktu-waktu terjadi kebocoran, peledakan dan kebakaran. 3. Prosedur Permit To Work Prosedur dalam pembuatan PTW harus melalui tahap-tahap sebagai berikut :

27 digilib.uns.ac.id 18 a. Mengidentifikasi & mengklasifikasi pekerjaan yang akan dilakukan : 1) Non PTW : jika pekerjaan dilakukan di areanya sendiri dan tidak berhubungan dengan departemen lain (PA & AA sama). 2) PTW : jika pekerjaan dilakukan di luar areanya dan berhubungan dengan departemen/orang lain (PA &AA tidak sama). Dalam hal ini PA dan AA harus mengisi formulir PTW sendiri untuk menentukan jenis pekerjaan apa yang akan dilakukan. b. Melakukan pre-job meeting untuk menjelaskan pekerjaan yang akan dilakukan, metode kerja, bahaya dan tindakan pengendaliannya kepada personel yang akan melakukan pekerjaan. Serta menggunakan SOP dan JSA yang resmi dan disetujui dalam bekerja. c. Segi tenaga kerja 1) Mengajukan PTW yang sesuai (Lampiran 4) 2) Melampirkan dokumen pendukung yang sesuai, misalnya: a) Level 2 Risk Asessment (L2RA) b) Sertifikat Isolasi Energi c) Sertifikat Penggalian d) Surat Ijin Masuk Ruang Terbatas e) Lay out Plant d. Segi pemilik area 1) Memeriksa dan menyetujui PTW yang diajukan PA 2) Meminta AGT untuk melakukan pengukuran gas jika diperlukan :

28 digilib.uns.ac.id 19 a) Kontinyu : Gas detektor dibawa oleh pekerja b) Periodik : Pengukuran dilakukan setiap pekerjaan akan dimulai. 3) Berdiskusi dengan PA tentang rencana kerja dan tindakan pengendalian pekerjaan. a) Jika sudah sesuai, menandatangani PTW. b) Jika belum sesuai, kembali ke langkah c.1. e. Segi HSE Superintendent 1) Memeriksa semua PTW bersama AA dan PA dalam permit meeting di sore hari. 2) Mengotorisasi/mengesahkan PTW : a) Jika tidak setuju dikembalikan ke langkah c.1. b) Jika setuju, diserahkan ke PTWC untuk diregister (langkah f.1.) f. Segi controller Meregister PTW & L2RA yang masuk. 1) Jika perlu pengetesan gas, maka ke langkah g.1 2) Jika tidak perlu. lanssuns ke langkah h.1 g. Authorized Gas Test (AGT) Melakukan pengukuran gas di lokasi kerja sebelum pekerjaan dimulai.

29 digilib.uns.ac.id 20 h. Dari segi tanaga kerja dan crew tenaga kerja 1) Melakukan toolbox meeting untuk menjelaskan pekerjaan yang akan dilakukan, prosedur kerja, bahaya dan tindakan pengendalian kepada personel yang akan melakukan pekerjaan. 2) Melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan melaksanakan rekomendasi TRA. a) Jika pekerjaan sudah selesai atau masa berlaku habis, maka PTW ditutup. b) Jika pekerjaan belum selesai, maka PTW dikembalikan dan dibuka kembali. i. Dari segi tenaga kerja, pemilik area dan HSE Superintendent 1) Pengesahan permit yang masih berlanjut. 2) Kembali ke langkah f.1 j. Dari segi tenaga kerja 1) Membersihkan tempat kerja 2) Menutup PTW 3) Mengembalikan PTW ke AA dan PTWC 4. Proses Permit To Work Sebelum memulai pekerjaan seorang tenaga kerja yang akan melakukan pekerjaan haruslah terlebih dahulu mengajukan proses permohonan untuk memperoleh izin melakukan pekerjaannya. Departemen Occupational Health and Safety (OHS) yang berhak memberikan surat izin pada pelaksanaan pekerjaan tersebut.

30 digilib.uns.ac.id 21 Proses perizinan tersebut sebagai berikut : a. Permintaan permit Permintaan permit dilakukan di departemen OHS, setelah permintaan permit selanjutnya PA mengidentifikasi pekerjaan. Deskripsi pekerjaan diisi selengkap-lengkapnya mulai dari tanggal dilakukannya pekerjaan, lokasi pekerjaan supaya pekerjaan tersebut dapat diidentifikasi bahayanya dan pengendaliannya. Kemudian permintaan permit kembali untuk mendapatkan control atau persetujuan dari AA. b. Review dan Persetujuan Sebelum melakukan pekerjaan permit di review terlebih dahulu dengan melakukan kunjungan lapangan dengan mengidentifikasi bahaya dan identifikasi risiko apa saja yang ada dan pengendaliannya disebutkan setelah itu permit dibuat. Untuk bahaya-bahaya lain yang mempunyai risiko tinggi diperlukan L2RA. c. Pengesahan Permit Jika identifikasi risiko dan pengendaliannya sesuai maka bisa dilakukan pengesahan permit tapi jika tidak sesuai maka permit tidak bisa dilanjutkan dan harus dilakukan identifikasi lagi. Permit yang telah disahkan, pekerjaan bisa langsung dijadwalkan. Dalam hal ini yang berwenang mengesahkan permit adalah SC.

31 digilib.uns.ac.id 22 d. Persiapan Equipment/Alat Setelah pekerjaan selesai dijadwalkan maka langkah selanjutnya adalah mempersiapkan peralatan untuk pekerjaan tersebut. e. Permit Terbit Sebelum permit terbit terlebih dahulu dilakukan kunjungan lapangan untuk memastikan HIRA sudah ada pengendaliannya kemudian dilakukan verifikasi lokasi dan verifkasi pengendalian barulah permit terbit. Setelah permit siap, AA memastikan bahwa PA mengerti tahap-tahap sebelumnya dimulai dari identifikasi pekerjaan, permintaan permit, identifikasi bahaya, identifikasi risiko, pengendalian dan peralatan. f. Pelaksanaan Pekerjaan Sebelum pekerjaan dimulai dilakukan pre-job safety meeting untuk mengkomunikasikan persyaratan keanggotaan team. Kemudian minta paraf pada anggota tim. Setelah semua clear pekerjaan bisa dilakukan. Area Authority memonitor kondisi dan pengendalian. g. Pekerjaan Selesai Jika pekerjaan telah selesai dilakukan kunjungan lapangan kembali untuk memastikan dengan berakhirnya pekerjaan tempat kerja ditinggalkan dalam kondisi aman barulah penutupan permit. Registrasi penutupan dilakukan oleh PTWC.

32 digilib.uns.ac.id Pembagian kuesioner pada tenaga kerja Untuk mendapatkan data tentang keefektivitasan PTW di JOB Pertamina-Petrochina, maka dilakukanlah pembagian kuesioner kepada 22 tenaga kerja namun dari 22 kuesioner yang dibagikan hanya 18 kuesioner yang terkumpul dengan alasan tenaga kerja lupa menempatkan kuisioner yang dibawanya. Pembagian kuesioner dilakukan sore hari saat meeting PTW sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang dialami masingmasing responden. Kuesioner tersebut berisi 15 pertanyaan dengan rincian sebagai berikut : a. Apakah sudah dilakukan sosialisasi? b. Adakah perbedaan penerapan PTW lama ke PTW baru? c. Apakah PTW baru memperlancar pekerjaan? d. Adakah dampak yang dihasilkan dari perubahan kerja? e. Apakah wawasan tentang K3 lebih banyak? f. Apakah mudah menentukan jenis permit yang akan digunakan? g. Apakah lebih percaya diri? h. Apakah penetapan waktu dan tempat meeting menimbulkan kendala? i. Apakah pekerjaan lebih terencana dengan baik? j. Adakah prosedur sebelum bekerja? k. Apakah pengajuan permit langsung mendapat persetujuan? l. Apakah bekerja sesuai SOP? m. Apakah beban kerja AGT bertambah? n. Apakah gas test dilakukan diawal sebelum bekerja?

33 digilib.uns.ac.id 24 o. Apakah controller lebih teliti? Dari 15 pertanyaan diatas, keefektivitasan PTW dapat dilihat dari 3 aspek yaitu : a. Aspek Soaialisasi Permit To Work (PTW) Tablel 1 :Sosialisasi Permit To Work (PTW) baru No Mendapat sosialisasi F persentase 1 Sudah 17 orang 99 % 2 Belum 1 orang 1 % Total 18 orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan tabel frekuensi di atas didapatkan hasil tentang sosialisasi PTW baru pada 18 tenaga kerja, terdapat 17 tenaga kerja (99%) sudah mendapatkan sosialisasi tentang PTW baru sedangkan 1 orang tenaga kerja (1%) belum mendapatkan sosialisasi tentang PTW baru. b. Aspek Perbedaan penerapan Permit To Work (PTW) lama ke Permit To Work (PTW) baru Tabel 2 : Perbedaan penerapan Permit To Work (PTW) lama ke baru Perbedaan yang dirasakan No F Persentase oleh tenaga kerja 1 Ada perbedaan 18 orang 100 % 2 Tidak ada perbedaan 0 orang 0 % Total 18 orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan tabel di atas tentang aspek perbedaan yang dirasakan setelah penerapan PTW lama ke PTW baru pada tenaga kerja, semua

34 digilib.uns.ac.id 25 tenaga kerja (100%) merasakan ada perbedaan setelah penggunaan PTW baru ini. c. Aspek Manfaat PTW Manfaat dari penerapan PTW baru yang dirasakan oleh tenaga kerja berdasarkan kuesioner yang terkumpul adalah sebagai berikut : 1) Memperlancar Pekerjaan Tabel 3 : Manfaat PTW No Manfaat F Persentase 1 Memperlancar Pekerjaan 17orang 99 % 2 Belum memperlancar pekerjaan (100%) merasakan ada perubahan kerja. 1 orang 1 % Total 18orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan tabel di atas, 17 tenaga kerja (99%) berpendapat bahwa PTW baru bisa memperlancar pekerjaan sedangkan 1 orang tenaga kerja (1%) berpendapat bahwa PTW baru belum memperlancar pekerjaan. 2) Perubahan Kerja Tabel 4 : Manfaat PTW No Manfaat F Persentase 1 Ada perubahan kerja 18 orang 100 % 2 Tidak ada perubahan kerja 0 orang 0 % Total 18 orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan tabel di atas, hasilnya 18 orang tenaga kerja

35 digilib.uns.ac.id 26 3) Wawasan tentang K3 Tabel 5 : Manfaat PTW No Manfaat F Persentase 1 Menambah wawasan K3 18orang 100 % 2 Tidak menambah wawasan K3 0orang 0 % Total 18orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan tabel diatas, 18 orang tenaga kerja (100%) berpendapat bahwa PTW baru menambah wawasan tentang K3. 4) Mudah Menentukan Jenis Permit Tabel 6 :Manfaat PTW (menentukan jenis PTW) No Manfaat F Persentase 1 Mudah menentukan 18 orang 100 % 2 Tidak mudah menentukan 0 orang 0 % total 18 orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan tabel di atas, hasilnya 18 orang tenaga kerja (100%) mudah menentukan jenis permit yang akan digunakan dalam bekerja. 5) Percaya Diri (PD) Tabel 7 : Manfaat PTW (PD) No Percaya Diri F Persentase 1 Lebih PD 17 orang 99 % 2 Tidak PD 1 orang 1 % Total 18 orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan tabel di atas, terdapat 17 tenaga kerja (99%) lebih percaya diri menggunakan PTW baru dalam bekerja

36 digilib.uns.ac.id 27 sedangkan 1 orang tenaga kerja (1%) tidak percaya diri menggunakan PTW baru. 6) Kendala Penetapan waktu dan tempat meeting Tabel 8 : Manfaat PTW (menimbulkan kendala) No Menimbulkan kendala waktu dan tempat F Persentase 1 Ada 0 orang 0 % 2 Tidak ada 18 orang 100 % Total 18 orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan tabel di atas, hasilnya 18 orang tenaga kerja (100%) merasakan tidak ada kendala dalam penetapan waktu dan tempat meeting untuk membuat permit yang akan digunakan kemudian dikoordinasikan dengan departemen lain sebelum memulai pekerjaan keesokan harinya. 7) Pekerjaan lebih terencana Tabel 9 : Manfaat PTW (pekerjaan terencana) No Manfaat F Persentase 1 Lebih terencana 18 orang 100 % 2 Tidak terencana 0 orang 0 % Total 18 orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan tabel di atas, hasilnya 18 orang tenaga kerja (100%) merasakan pekerjaan lebih terencana.

37 digilib.uns.ac.id 28 8) Prosedur sebelum bekerja Tabel 10 : Manfaat PTW (prosedur sebelum bekerja) No Prosedur sebelum kerja F persentase 1 Ada prosedur 16 orang 98 % 2 Tidak ada prosedur 2 orang 2 % Total 18 orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan tabel di atas, 16 tenaga kerja (98%) berpendapat bahwa dalam PTW baru ada prosedur yang harus dilakukan sebelum bekerja namun 2 tenaga kerja (2%) berpendapat tidak ada prosedur yang harus dilakukan sebelum bekerja. 9) Persetujuan dalam pengajuan permit Tabel 11 : Manfaat PTW (persetujuan PTW) persetujuan Pengajuan No F permit Persentase 1 Langsung disetujui 1 orang 1 % 2 Tidak langsung 17 orang 99 % Total 18 orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan tabel di atas, terdapat 17 tenaga kerja (99%) berpendapat bahwa setiap pengajuan permit tidak langsung mendapat persetujuan namun 1 tenaga kerja (1%) berpendapat pengajuan permit langsung mendapat persetujuan.

38 digilib.uns.ac.id 29 10) Bekerja sesuai SOP Tabel 12 : Manfaat PTW (sesusi SOP) No Prosedur kerja F Persentase 1 Sesuai SOP 18 orang 100 % 2 Tidak sesuai SOP 0 orang 0 % Total 18 orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan tabel di atas, hasilnya 18 orang tenaga kerja (100%) bekerja sesuai dengan SOP di perusahaan. 11) Beban kerja AGT Tabel 13 : Manfaat PTW (beban kerja AGT) No Beban kerja AGT F Persentase 1 Bertambah 6 orang 6 % 2 Tidak bertambah 12 orang 94 % Total 18 orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan tabel di atas, terdapat 12 tenaga kerja (94%) berpendapat beban kerja AGT tidak bertambah dengan berlakunya PTW baru namun 6 tenaga kerja (6%) berpendapat dengan PTW baru beben kerja AGT menjadi bertambah. 12) Pengukuran gas test sebelum bekerja Tabel 14 : Manfaat PTW (gas tes) No Pengukuran gas test F Persentase 1 Ada pengukuran 14 orang 96 % 2 Tidak ada pengukuran 4 orang 4 % Total 18 orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012

39 digilib.uns.ac.id 30 Berdasarkan tabel di atas, terdapat 14 tenaga kerja (96%) berpendapat ada pengukuran gas tes sebelum bekerja namun 4 tenaga kerja (4%) berpendapat tidak ada pengukuran gas test. 13) Pengecekan permit oleh controller Tabel 15 : Manfaat PTW (pengecekan controller) No Teliti dalam pengecekan F Persentase 1 Teliti 17 orang 99 % 2 Tidak teliti 1 orang 1 % Total 18 orang 100 % Sumber : Kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan tabel di atas, terdapat 17 tenaga kerja (99%) berpendapat controller teliti dalam pengecakan permit sedangkan 1 tenaga kerja (1%) berpendapat controller tidak teliti dalam pengecekan permit. B. Pembahasan 1. Permit To Work (PTW) Kegiatan produksi JOB Pertamina-Petrochina memungkinkan adanya potensi bahaya yang besar baik dari peralatan kerja maupun lingkungan kerja, sehingga perlu adanya kebijakan yang mengontrol keadaan tersebut dengan tujuan untuk mencegah kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja yang dapat menimbulkan cedera pada manusia atau tenaga kerja, rusaknya peralatan kerja dan berdampak terhadap lingkungan. Sehingga pengendalian yang tepat untuk potensi bahaya tersebut, JOB Pertamina-Petrochina menerapkan prosedur keselamatan

40 digilib.uns.ac.id 31 kerja tentang surat izin kerja. Izin kerja berlaku untuk semua jenis pekerjaan yang ada di JOB Pertamina-Petrochina yang sifatnya memiliki tingkat potensi bahaya dengan risiko tinggi misalnya Hot Work Naked Flame (pengelasan, pemotongan, penggerindaan, dan penggunaan abrasive wheels). Penerapan surat izin kerja sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 Tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3. 2. Personel yang Berwenang a. PA (Personal Authority) Untuk memulai pekerjaan, tenaga kerja harus memiliki izin untuk melakukan suatu pekerjaan, dimana izin kerja tersebut harus dibuat sebelumnya untuk mengidentikasi bahaya serta pengendaliannya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa : Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan. b. AA (Area Authority) Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja.

41 digilib.uns.ac.id 32 Dalam hal ini Departemen OHS telah menempatkan AA akan berada di lokasi kerja sampai tempat tersebut dinyatakan aman dari potensi bahaya. c. SC (Site Controller) Sebagai personel yang berwenang mengeluarkan surat izin hot work naked flame, spark potential, cold work breaking containment, cold work, confined space dalam hal ini Superintendent yang memiliki wewenang untuk menandatangani izin kerja sebelum pekerjaan dilaksanakan dan memastikan bahwa pekerjaan tersebut sudah direncanakan dengan benar dan control pada PTW sudah dilakukan pada tim yang mengerjakan mempunyai kompetensi untuk menyelesaikan pekerjan dengan aman. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 menyebutkan bahwa Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai resiko-resiko yang timbul dari suatu proses kerja. d. AGT (Authorized Gas Test) Departemen OHS telah menempatkan safety H 2 S sebagai pihak yang berwenang melakukan gas tes awal di lokasi kerja sebelum pekerjaan dimulai dengan menggunakan gas detector ID. Gas test dilakukan untuk mendeteksi uap-uap berbahaya, gas-gas beracun, oksigen. Orang yang bertugas mengetes gas harus sudah mendapatkan

42 digilib.uns.ac.id 33 Training H 2 S Safety untuk tenaga kerja di lapangan, karena itu suatu kemampuan yang harus dimiliki untuk pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 menyebutkan bahwa Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja. 3. Prosedur PTW Dalam pelaksanaannya, prosedur izin kerja di JOB Pertamina- Petrochina dibuat oleh departemen OHS. Prosedur izin kerja di JOB Pertamina-Petrochina sudah berjalan dengan baik sehingga tenaga kerja dapat melaksanakan pekerjannya dengan baik dan berdampak pada kelancaran pekerjannya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa Petugas yang berkompeten dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang ditunjuk. 5. Proses PTW Sebelum memulai pekerjaan seorang tenaga kerja yang akan melakukan pekerjaan haruslah terlebih dahulu melakukan pengajuan permohonan untuk memperoleh izin melakukan pekerjaan. Izin kerja akan diberikan setelah pengawas memastikan tidak ada bahaya bahan-bahan lainnya yang mengancam keselamatan tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan

43 digilib.uns.ac.id 34 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada lampiran II bagian 6 disebutkan bahwa Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja. 6. Kuesioner Berdasarkan 18 kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja untuk mengetahui keefektivan PTW baru dapat dilihat dari 3 aspek yaitu : a. Aspek Sosialisasi PTW Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja, hasilnya 17 tenaga kerja (99%) sudah mendapatkan sosialisasi tentang PTW baru sedangkan 1 (1%) tenaga kerja belum mendapatkan sosialisasi tentang PTW baru karena sosialisasi dilakukan secara bertahap pada setiap personil. Adapun sosialisasi PTW baru dilakukan pada masing-masing bagian sehingga sosialisasi belum merata pada seluruh tenaga kerja. Dalam hal ini sosialisasi tentang PTW baru diberikan oleh HSE Supervisor. Sosialisasi tentang PTW baru mulai dikenalkan pada tenaga kerja pada tahun b. Aspek Perbedaan penerapan PTW baru Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja tentang perbedaan penerapan PTW lama ke PTW baru, 18 orang tenaga kerja (100%) merasakan ada perbedaan penerapan antara PTW lama ke PTW baru. Perbedaan yang dirasakan oleh tenaga kerja, antara lain :

44 digilib.uns.ac.id 35 1) Dalam form PTW baru pengendalian bahaya disebutkan lebih detail seperti buang sampah pada tempatnya, periksa tempat kerja dari kemungkinan benda jatuh, periksa peralatan sebelum dipakai. 2) Tenaga kerja lebih disiplin dalam bekerja karena ada proses PTW yang harus diikuti oleh tenaga kerja. Proses tersebut antara lain : a) PTW Meeting : Rabu, jam selesai. b) Registrasi PTW : Senin, jam c) Gas tes (jika diperlukan), pre job meeting, pelaksanaan pekerjaan : jam ) Pekerjaan lebih terkontrol karena bekerja sesuai dengan prosedur sehingga lebih bertanggung jawab dalam pekerjaan yang sedang dilakukan. 4) Bekerja sesuai prosedur yang ada dalam form PTW, yaitu : a) Mendeskripsikan pekerjaan yang akan dilakukan (PA). b) Mengidentifikasi bahaya dan kontrol (PA dan AA). c) Pengesahan oleh SC d) Registrasi oleh PTWC e) Gas tes oleh AGT f) Pengembalian permit oleh (PA, AA, SC, PTWC) g) Penutupan dilakukan di PTW register yang ada di departemen fire. Sehingga dari perbedaan penerapan PTW lama ke PTW baru, tenaga kerja lebih bertanggung jawab atas pekerjaan masing-masing.

45 digilib.uns.ac.id 36 Dalam PTW baru ini, AA yang berwenang sehingga harus lebih fokus pada pekerjaannya beserta prosedurnya. c. Aspek Manfaat PTW 1) Memperlancar Pekerjaan Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja, 17 tenaga kerja (99%) berpendapat bahwa PTW baru bisa memperlancar pekerjaan karena pekerjaan bisa terkoordinir dengan baik antara tenaga kerja satu dengan tenaga kerja lain, tenaga kerja lebih teliti dalam melakukan pekerjaan yang sedang dikerjakan, tenaga kerja lebih bertanggung jawab atas pekerjaannya. Namun 1 (1%) tenaga kerja berpendapat dengan adanya PTW baru tidak memperlancar pekerjaan karena prosedurnya rumit sehingga tenaga kerja tidak leluasa dalam bekerja. 2) Perubahan Kerja Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja, 18 orang tenaga kerja (100%) merasakan dampak positif dari adanya penerapan PTW baru yaitu perubahan kerja. Perubahan tersebut berupa kelengkapan safety lebih terpantau, tenaga kerja sudah mulai sadar tentang perilaku safety termasuk prosedur yang harus diikuti dalam PTW.

46 digilib.uns.ac.id 37 3) Wawasan tentang K3 Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja, 18 orang tenaga kerja (100%) dengan penerapan PTW baru dapat menambah wawasan tentang K3 diantaranya bisa mengidentifikasi bahaya dan risiko, mendapat ilmu baru tentang pekerjaan, tenaga kerja tahu dampak dan cara menanggulangi bahaya. 4) Mudah menentukan jenis permit yang akan digunakan Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja, 18 orang tenaga kerja (100%) merasakan bahwa dengan adanya penerapan PTW baru tenaga kerja lebih mudah menentukan jenis permit yang akan digunakan karena dalam form PTW baru sudah disebutkan potensi bahaya yang ada dan dibedakan dengan warna form permit. Warna form permit beserta jenis pekerjaan : a) Merah (hot work naked flame) : Menimbulkan api terbuka atau percikan api dimana pada kondisi normal dapat menyalakan gas mudah terbakar. Contoh pekerjaan : pengelasan, pemotongan, penggerindaan. b) Kuning (hot work spark potensial) : Berpotensi menimbulkan percikan api pada kondisi tidak normal atau kerusakaa bisa menyebabkan penyalaan gas atau bahan mudah terbakar.

47 digilib.uns.ac.id 38 Contoh pekerjaan : pemakaian spark tool (misal palu besi), menggunakan peralatan tenaga listrik yang menimbulkan percikan didaerah berbahaya ( misal bor listrik). c) Biru (cold work) : tidak menggunakan api, tidak menimbulkan percikan api. Contoh pekerjaan : pengecetan (kuas, roller atau spray), perakitan/pembongkaran scaffolding, bekerja dengan bahanbahan berbahan asbes. d) Hitam (cold work breaking containment) : Membuka fasilitas yang berisi fluida untuk perbaikan atau pengetesan. Contoh pekerjaan : konstruksi, perawatan, perbaikan tempat operasional dimana membuka fasilitas yang didalamnya terdapat sumber energi/bahaya dari fluida. e) Hijau (confined space) : Memasuki ruang tertutup atau sebagian tertutup yang Memiliki jalan masuk atau keluar yang terbatas atau dibatasi, berpotensi timbulnya kontaminan berbahaya (padat, cair atau gas), lubang dengan kedalaman > 1,2 meter. Contoh pekerjaan : lubang untuk masuk atau keluar terbatas atau dibatasi, cukup besar bagi seseorang untuk masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya (tanki penyimpanan, bejana, pipa besar, galian dengan kedalaman > 1,2 meter).

48 digilib.uns.ac.id 39 5) Lebih percaya diri Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja, 17 orang (99%) berpendapat bahwa adanya penerapan PTW baru lebih percaya diri dalam melakukan pekerjaan karena tenaga kerja paham tentang PTW baru, pekerjaan sudah disepakati dalam meeting permit sehingga tenaga kerja percaya diri dalam bekerja. Sedangkan 1 orang tenaga kerja (1%) tidak percaya diri dengan adanya penerapan PTW baru karena tenaga kerja tersebut kurang memahami prosedur PTW dalam menentukan jenis potensi bahaya sehingga ragu-ragu dalam melakukan pekerjaan. 6) Penetapan waktu dan tempat meeting Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja, 18 orang tenaga kerja (100%) tidak merasakan ada kendala dalam penetapan waktu dan tempat meeting untuk membuat permit serta mengkoordinasikan dengan departemen lain sebelum pekerjaan dimulai. Dengan PTW baru penempatan waktu dan tempat meeting sudah dijadwalkan waktu dan tempatnya yaitu setiap hari Rabu pada jam selesai, dari hasil meeting semua tenaga kerja sudah menyepakati permit yang dibuat masing-masing tenaga kerja. 7) Pekerjaan lebih terencana dengan baik Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja, 18 orang tenaga kerja (100%) merasakan dengan penerapan PTW

49 digilib.uns.ac.id 40 baru tenaga kerja bisa merencanakan pekerjaannya dengan baik. Hal ini disebabkan oleh adanya meeting permit pada sore hari, untuk membuat permit yang akan dikerjakan sehingga besok paginya bisa langsung melakukan persiapan kerja. Selain itu PTW baru juga melatih good management planning yaitu melatih tenaga kerja untuk membuat manajemen perencanaan yang baik untuk pekerjaannya. 8) Prosedur sebelum bekerja Berdasarkan kuesioner yang dibagikan pada tenaga kerja, 16 tenaga kerja (98%) berpendapat bahwa adanya PTW baru ada prosedur sebelum kerja yang diikuti. Prosedur yang harus diikuti salah satunya gas test oleh AGT, gas test dimaksudkan untuk melakukan pengecekan gas berbahaya dan beracun yang ada di area kerja. Gas berbahaya itu adalah H 2 S karena di JOB Pertamina-Petrochina H 2 S belum bisa dihilangkan. Sedangkan 2 orang tenaga kerja (2%) berpendapat dengan PTW baru tidak ada prosedur yang dilakukan sebelum bekerja karena menyesuaikan dengan step pekerjaan. Upaya yang dilakukan dengan melakukan pengecekan permit yang sudah dibuat secara teliti karena ada daerah tertentu yang membutuhkan pengecakan terlebih dahulu seperti pengecakan gas beracun H 2 S yang bisa mematikan tenaga kerja. Selain itu juga dilakukan pengecekan jenis pekerjaan,

PERMIT TO WORK SEBAGAI PENDUKUNG PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI JOB PERTAMINA-TALISMAN JAMBI MERANG

PERMIT TO WORK SEBAGAI PENDUKUNG PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI JOB PERTAMINA-TALISMAN JAMBI MERANG LAPORAN TUGAS AKHIR PERMIT TO WORK SEBAGAI PENDUKUNG PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI JOB PERTAMINA-TALISMAN JAMBI MERANG Yunita Sulistiyowati R.0010111 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

LAPORAN KHUSUS PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. APAC INTI CORPORA SEMARANG

LAPORAN KHUSUS PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. APAC INTI CORPORA SEMARANG LAPORAN KHUSUS PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. APAC INTI CORPORA SEMARANG Oleh: Dyan Ratna Prasetyaningrum R0008100 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian PT. Bina Guna Kimia telah melaksanakan programprogram keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking merupakan program

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

REFINERY UNIT IV. commit to user R KERJA. Surakarta 2013

REFINERY UNIT IV. commit to user R KERJA. Surakarta 2013 LAPORAN MAGANG IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGANN DI PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP JAWA TENGAH Eritmetika Mega Pradani R.0010040 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah BAB V PEMBAHASAN 1. Define Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah memenuhi OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.3.3 yaitu objektif dan program K3. Ada kemungkinan didapatkan temuan-temuan

Lebih terperinci

MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Denty Rosalin R.0011030 PROGRAM

Lebih terperinci

SISTEM IJIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. PABRIK TUBAN JAWA TIMUR

SISTEM IJIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. PABRIK TUBAN JAWA TIMUR LAPORAN KHUSUS SISTEM IJIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. PABRIK TUBAN JAWA TIMUR Widya Yulita Himaningrum R.0008011 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL EMERGENCY PREPAREDNESS AND RESPONSE DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU JAWA TENGAH

IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL EMERGENCY PREPAREDNESS AND RESPONSE DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU JAWA TENGAH TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY PREPAREDNESS AND RESPONSE DI PT. PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU JAWA TENGAH Khairina Hidayati R0010053 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA DI ACETYLENE PLANT PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR

IMPLEMENTASI PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA DI ACETYLENE PLANT PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA DI ACETYLENE PLANT PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR Ghisela Selfi Oktiafitri R0010044 PROGRAM

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR GAMBARAN HIRADC PADA UNIT AMONIAK PRODUKSI I SEBAGAI LANGKAH AWAL UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN KERJA DI PT PETROKIMIA GRESIK

TUGAS AKHIR GAMBARAN HIRADC PADA UNIT AMONIAK PRODUKSI I SEBAGAI LANGKAH AWAL UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN KERJA DI PT PETROKIMIA GRESIK TUGAS AKHIR GAMBARAN HIRADC PADA UNIT AMONIAK PRODUKSI I SEBAGAI LANGKAH AWAL UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN KERJA DI PT PETROKIMIA GRESIK Zara Dea Faradina R0010113 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

IMPLEMENTASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Cosi Andiyanto R0010027 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SIMULASI TIM KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT BANJIR DI PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT

GAMBARAN UMUM SIMULASI TIM KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT BANJIR DI PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT TUGAS AKHIR GAMBARAN UMUM SIMULASI TIM KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT BANJIR DI PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT Novi Dwi Cahyani R0010067 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Restu Fahmia R

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Restu Fahmia R IMPLEMENTASI STANDARD OPERATING PROCEDURE SEBAGAI UPAYA MENCAPAI ZERO ACCIDENT PADA PEMASANGAN DISCONNECTING SWITCH DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA MADIUN LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

TANGGAP DARURAT BENCANA DI GEDUNG ASTER RUMAH SAKIT UMUM DR. MOEWARDI

TANGGAP DARURAT BENCANA DI GEDUNG ASTER RUMAH SAKIT UMUM DR. MOEWARDI TUGAS AKHIR TANGGAP DARURAT BENCANA DI GEDUNG ASTER RUMAH SAKIT UMUM DR. MOEWARDI Nurhanifa Kaniaratri R0010072 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN DAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. DIC ASTRA CHEMICALS JAKARTA TIMUR

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. DIC ASTRA CHEMICALS JAKARTA TIMUR IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. DIC ASTRA CHEMICALS JAKARTA TIMUR LAPORAN MAGANG Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Mega Dwi Aprilia R0012056 PROGRAM

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI Perbaikan Berkesinambungan Dokumentasi 2 Dari 78 6.1 MANUAL SMKP 6.2 Pengendalian Dokumen 6.3 Pengendalian Rekaman 6.4 Dokumen dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK JAWA BARAT

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK JAWA BARAT IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK JAWA BARAT LAPORAN MAGANG Untuk Memenuhi Persyaratan Memeperoleh Gelar ahli Madya Selia Adiarti R.0012089 PROGRAM

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH PROSEDUR IJIN KERJA No. Dokumen : PT-KITSBS-19 No. Revisi : 00 Tanggal : April Halaman : i dari iv LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH No Nama Jabatan Tanda Tangan 1. RM. Yasin Effendi PLT DM ADM Umum

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Norman Aditya R

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Norman Aditya R EVALUASI PENGELOLAAN KANTIN DI PT. ASAHIMAS CHEMICAL CILEGON BANTEN BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1096 TAHUN 2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alamnya terutama pada sumber daya minyak dan gas bumi. Pada masa sekarang ini permintaan akan minyak bumi

Lebih terperinci

PENERAPAN HOT WORK PERMIT SYSTEM

PENERAPAN HOT WORK PERMIT SYSTEM PENERAPAN HOT WORK PERMIT SYSTEM SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN PELEDAKAN PADA PEKERJAAN PANAS DI PT. BARATA INDONESIA (PERSERO) UNIT USAHA MANDIRI CILEGON LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PERMIT TO WORK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN KERJA DI PT. HALLIBURTON INDONESIA BALIKPAPAN

IMPLEMENTASI SISTEM PERMIT TO WORK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN KERJA DI PT. HALLIBURTON INDONESIA BALIKPAPAN IMPLEMENTASI SISTEM PERMIT TO WORK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN KERJA DI PT. HALLIBURTON INDONESIA BALIKPAPAN LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Dicky Jerry

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. KONIMEX SUKOHARJO

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. KONIMEX SUKOHARJO IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. KONIMEX SUKOHARJO LAPORAN MAGANG Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Ika Saputri R0012044 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA KONTRAKTOR SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DI PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT

PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA KONTRAKTOR SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DI PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA KONTRAKTOR SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DI PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Dewanti Endah Cahyaningrum

Lebih terperinci

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KAJIAN IKLIM KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN DAN KONVEKSI 4 PT. DAN LIRIS SUKOHARJO

TUGAS AKHIR KAJIAN IKLIM KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN DAN KONVEKSI 4 PT. DAN LIRIS SUKOHARJO TUGAS AKHIR KAJIAN IKLIM KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN DAN KONVEKSI 4 PT. DAN LIRIS SUKOHARJO Retno Astrini W R.0010083 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SISTEM EVALUASI TANGGAP DARURAT SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA DI RUMAH SAKIT KASIH IBU SURAKARTA

TUGAS AKHIR SISTEM EVALUASI TANGGAP DARURAT SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA DI RUMAH SAKIT KASIH IBU SURAKARTA TUGAS AKHIR SISTEM EVALUASI TANGGAP DARURAT SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA DI RUMAH SAKIT KASIH IBU SURAKARTA Yossy Arwies Nakkula R0010108 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS

Lebih terperinci

GAMBARAN HASIL PENGUKURAN INTENSITAS PENERANGAN DI PT. HEINZ ABC INDONESIA KARAWANG JAWA BARAT

GAMBARAN HASIL PENGUKURAN INTENSITAS PENERANGAN DI PT. HEINZ ABC INDONESIA KARAWANG JAWA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR GAMBARAN HASIL PENGUKURAN INTENSITAS PENERANGAN DI PT. HEINZ ABC INDONESIA KARAWANG JAWA BARAT Oleh: Hade Muhyiddin Dzulfahmi R0010045 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT.WIJAYA KARYA BETON, Tbk. PABRIK PRODUK BETON BOYOLALI

PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT.WIJAYA KARYA BETON, Tbk. PABRIK PRODUK BETON BOYOLALI PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT.WIJAYA KARYA BETON, Tbk. PABRIK PRODUK BETON BOYOLALI LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

RESUME PENGAWASAN K3 MEKANIK

RESUME PENGAWASAN K3 MEKANIK RESUME PENGAWASAN K3 MEKANIK MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Judul Resume : Pengawasan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. AKEBONO BRAKE ASTRA INDONESIA JAKARTA UTARA

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. AKEBONO BRAKE ASTRA INDONESIA JAKARTA UTARA IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. AKEBONO BRAKE ASTRA INDONESIA JAKARTA UTARA LAPORAN MAGANG Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Yeni Windayani R0011117

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan. Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan. Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin terpenting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Lindawati R PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta

TUGAS AKHIR. Lindawati R PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta TUGAS AKHIR PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEWASPADAAN TERHADAP KECELAKAAN KERJA PADA DIVISI FINISHING PT. INKA (PERSERO) MADIUN Lindawati R0010055 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI PENGANGKUTAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR

GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI PENGANGKUTAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR TUGAS AKHIR GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI PENGANGKUTAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR Dewi Fitri Astuti R0010031 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. INDUSTRI JAMU DAN FARMASI SIDO MUNCUL, TBK

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. INDUSTRI JAMU DAN FARMASI SIDO MUNCUL, TBK IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. INDUSTRI JAMU DAN FARMASI SIDO MUNCUL, TBK LAPORAN MAGANG Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Anggi Mayang Sari R0013012

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Daftar Isi

Kata Pengantar. Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DALAM IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN DI PT KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT JAKARTA

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DALAM IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN DI PT KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT JAKARTA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DALAM IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN DI PT KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT JAKARTA LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu organisasi baik besar ataupun kecil ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berperan merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan

Lebih terperinci

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 #7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN SISTEM KERJA PADA AKTIVITAS OVERHEAD TRAVELLING CRANE DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS PT ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS INDONESIA

ANALISIS KESELAMATAN SISTEM KERJA PADA AKTIVITAS OVERHEAD TRAVELLING CRANE DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS PT ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS INDONESIA ANALISIS KESELAMATAN SISTEM KERJA PADA AKTIVITAS OVERHEAD TRAVELLING CRANE DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS PT ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS INDONESIA LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI K3 SEBAGAI UPAYA MENCEGAH KECELAKAAN KERJA DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK JAWA BARAT

TUGAS AKHIR GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI K3 SEBAGAI UPAYA MENCEGAH KECELAKAAN KERJA DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK JAWA BARAT TUGAS AKHIR GAMBARAN PELAKSANAAN INSPEKSI K3 SEBAGAI UPAYA MENCEGAH KECELAKAAN KERJA DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK JAWA BARAT Setyo Watiningsih R.0010094 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No : KEP.248/MEN/V/2007 saat ini perkembangan industri minyak dan gas sangat besar di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Ada tiga tahap dalam pelaksanaan Permit To Work (PTW) yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penutup. 2. Kriteria yang digunakan dalam data sekunder

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Akhmad Abul A la Almaududi R

TUGAS AKHIR. Akhmad Abul A la Almaududi R TUGAS AKHIR HUBUNGAN POSTUR KERJA BERDASARKAN METODE REBA DENGAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA OPERATOR CONTROL ROOM DI DIVISI COLD ROLLING MILL PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK. CILEGON-BANTEN Akhmad

Lebih terperinci

Analisis Pelaksanaan Safety Permit Berdasarkan Prosedur Sistem Permit to Work di PT. PJB UBJ O&M Paiton

Analisis Pelaksanaan Safety Permit Berdasarkan Prosedur Sistem Permit to Work di PT. PJB UBJ O&M Paiton Analisis Pelaksanaan Safety Permit Berdasarkan Prosedur Sistem Permit to Work di PT. PJB UBJ O&M Paiton (Safety Permit Implementation Analysis based on Permit to Work Procedural System in the PT. PJB UBJ

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Anisa Churil Mala R PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2013

TUGAS AKHIR. Anisa Churil Mala R PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2013 TUGAS AKHIR GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP KEPATUHAN PENGGUNAANNYA PADA OPERATOR FORKLIFT DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA Anisa Churil Mala

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI AREA PRODUKSI AEROSOL PT. UNZA VITALIS SALATIGA

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI AREA PRODUKSI AEROSOL PT. UNZA VITALIS SALATIGA IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI AREA PRODUKSI AEROSOL PT. UNZA VITALIS SALATIGA LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Aprilia Dina Fitriani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja pada sektor migas sangat beresiko akan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja pada sektor migas sangat beresiko akan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja pada sektor migas sangat beresiko akan terjadinya kecelakaan akibat kerja, kebakaran atau peledakan bahkan pencemaran lingkungan. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBISINGAN AREA LABORATORIUM PADA TENAGA KERJA DI PT. ANTAM Tbk. UBPE PONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT

DAMPAK KEBISINGAN AREA LABORATORIUM PADA TENAGA KERJA DI PT. ANTAM Tbk. UBPE PONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR DAMPAK KEBISINGAN AREA LABORATORIUM PADA TENAGA KERJA DI PT. ANTAM Tbk. UBPE PONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT Agil Novianto Nugroho R0010004 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. INKA (PERSERO) MADIUN JAWA TIMUR

IMPLEMENTASI MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. INKA (PERSERO) MADIUN JAWA TIMUR IMPLEMENTASI MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. INKA (PERSERO) MADIUN JAWA TIMUR LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN

PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN 204 PT. Pacific Lubritama Indonesia 204 WORK DAYS JANUARY 204 FEBRUARY 204 MARET 204 APRIL 204 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 2 22 23 24 25 26 27 28 30

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian K3 Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi 14 BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi PT. Freshklido Graha Solusi adalah perusahaan jasa kebersihan terkemuka di Indonesia, yang menawarkan solusi cerdas

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN DI PT. APAC INTI CORPORA BAWEN, SEMARANG

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN DI PT. APAC INTI CORPORA BAWEN, SEMARANG UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN DI PT. APAC INTI CORPORA BAWEN, SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Yanes Uswatun Chasanah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri Petroleum menangani sejumlah besar material yang mudah terbakar

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri Petroleum menangani sejumlah besar material yang mudah terbakar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri Petroleum menangani sejumlah besar material yang mudah terbakar (flammable) dan bersifat toxic, sehingga sangat berpotensi terjadi kecelakaan serius dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN JOB HAZARD ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA CENTRAL CONTROL ROOM (CCR) PT WIJAYA ENGINDO NUSA PROJECT PBIBDE

PENERAPAN JOB HAZARD ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA CENTRAL CONTROL ROOM (CCR) PT WIJAYA ENGINDO NUSA PROJECT PBIBDE TUGAS AKHIR PENERAPAN JOB HAZARD ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA CENTRAL CONTROL ROOM (CCR) PT WIJAYA ENGINDO NUSA PROJECT PBIBDE Wilma Miftakhul Huda R0010105 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa beberapa

Lebih terperinci

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi KEBIJAKAN K3 Konstruksi VISI PERUSAHAAN MENJADI BADAN USAHA TERKEMUKA DIBIDANG KONSTRUKSI, yang mengandung arti Menduduki posisi 3 besar dalam pencapaian

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KETAATAN PROPER DI PT. PERTAMINA (PERSERO) REVINERY UNIT IV CILACAP, JAWA TENGAH

IMPLEMENTASI KETAATAN PROPER DI PT. PERTAMINA (PERSERO) REVINERY UNIT IV CILACAP, JAWA TENGAH TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI KETAATAN PROPER DI PT. PERTAMINA (PERSERO) REVINERY UNIT IV CILACAP, JAWA TENGAH Onky Endyas Perdana R.0010077 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI) FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI CLUSTER AHLI PENGENDALIAN EHILANGAN AIR NAMA ASESI NAMA ASESOR LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3

PENGELOLAAN OPERASI K3 PENGELOLAAN OPERASI K3 Bahan Kuliah Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Industri Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : TIN 211 Nama Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri

Lebih terperinci

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT STRUKTUR ORGANISASI HSE PROJECT MANAGER Ir. P Tanudjaja HSE OFFICER Suharso HSE SUPERVISOR Widianto HSE SUPERVISOR Deni Santoso HSE STAFF Jauhari J HSE STAFF

Lebih terperinci

BAGI OPERATOR HEAVY DUTY TRUCK SAPTAINDRA SEJATI SITE ADARO MINING OPERATION TANJUNG TABALONG KALIMANTAN SELATAN

BAGI OPERATOR HEAVY DUTY TRUCK SAPTAINDRA SEJATI SITE ADARO MINING OPERATION TANJUNG TABALONG KALIMANTAN SELATAN GAMBARAN MANAJEMEN KELELAHAN KERJA BAGI OPERATOR HEAVY DUTY TRUCK DI PT. SAPTAINDRA SEJATI SITE ADARO MINING OPERATION TANJUNG TABALONG KALIMANTAN SELATAN LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang berbunyi Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak

Lebih terperinci

#2: KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

#2: KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Kuliah #2: KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) dalam INDUSTRI KIMIA Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA. Departemen Teknik Kimia FTUI Februari 2008 Landasan Formal HUKUM UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT.GEARINDO PRAKARSA WORKSHOP CIBITUNG BEKASI

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT.GEARINDO PRAKARSA WORKSHOP CIBITUNG BEKASI LAPORAN MAGANG IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT.GEARINDO PRAKARSA WORKSHOP CIBITUNG BEKASI Dhentri Apriliyanto R0010033 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Hendra Retnani R0011058 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Totok Aji Nugroho R

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Totok Aji Nugroho R IMPLEMENTASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN DI PT. DHL SUPPLY CHAIN INDONESIA PROJECT P&G KARAWANG JAWA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era-globalisasi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi, telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas dan jarak. Dengan demikian pembangunan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM P2K3 SEBAGAI UPAYA PENERAPAN SMK3 DI PT. GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA DIVISI ROASTED PEANUTS PATI

IMPLEMENTASI PROGRAM P2K3 SEBAGAI UPAYA PENERAPAN SMK3 DI PT. GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA DIVISI ROASTED PEANUTS PATI IMPLEMENTASI PROGRAM P2K3 SEBAGAI UPAYA PENERAPAN SMK3 DI PT. GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA DIVISI ROASTED PEANUTS PATI LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Mochamad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah industri yang bergerak dibidang layanan jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan

Lebih terperinci

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan 7.1.Project Control Proyek Control bertanggung jawab kepada manajer lapangan perwakilan PT.Freeport Indonesia dan Dewan Direksi PT Prima Tunggal Javaland juga bertanggung jawab terhadap semua aktivitas

Lebih terperinci

PT. Automatic Carwash TITLE : SUPERVISOR DOCUMENT NO. : REV.: 00 DATE : GRADE : Page 1 of 10

PT. Automatic Carwash TITLE : SUPERVISOR DOCUMENT NO. : REV.: 00 DATE : GRADE : Page 1 of 10 REV.: 00 DATE : 14-04-04 GRADE : Page 1 of 10 I. JOB DESCRIPTION A. IKHTISAR PEKERJAAN Mendistribusikan, membimbing, merekomendasikan kelayakan hasil pekerjaan bawahan dan melaporkan progress dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi dan globalisasi harus didukung dengan peralatan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi dan globalisasi harus didukung dengan peralatan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan nasional bangsa Indonesia, maka mendorong timbulnya berbagai macam sektor industri. Sebagaimana diketahui bahwa

Lebih terperinci

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( P2K3 ) Keselamatan & Kesehatan Kerja

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( P2K3 ) Keselamatan & Kesehatan Kerja PANITIA PEMBINA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( P2K3 ) K3 Keselamatan & Kesehatan Kerja PENDAHULUAN UUD 1945 Setiap Warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Layak bagi

Lebih terperinci

pekerja. 4 Data kasus kecelakaan kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang

Lebih terperinci

- 5 - BAB I PENDAHULUAN

- 5 - BAB I PENDAHULUAN - 5 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN DAN PEMBERLAKUAN STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS PENGAWAS OPERASIONAL DI BIDANG

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa, BAB V PEMBAHASAN A. Potensi Bahaya Potensi bahaya yang dapat menyebabkan insiden atau kecelakaan kerja di PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa, tertabrak, kebakaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang undang RI No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. maupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. maupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu motode dalam meneliti status kelompok manusia, objek, kondisi, sistem pemikiran, maupun kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bekerja di area ruang terbatas (confined space) pekerja harus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bekerja di area ruang terbatas (confined space) pekerja harus BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam bekerja di area ruang terbatas (confined space) pekerja harus mengikuti prosedur dan aturan yang berlaku. Prosedur dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean BAB V PEMBAHASAN A. Komitmen terhadap Manajemen Risiko Ditinjau dari Kebijakan Mutu dan K3L pada Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero)

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR 5R PADA AREA PRODUKSI KONVEKSI 4 DI PT. DAN LIRIS SUKOHARJO

PENERAPAN STANDAR 5R PADA AREA PRODUKSI KONVEKSI 4 DI PT. DAN LIRIS SUKOHARJO TUGAS AKHIR PENERAPAN STANDAR 5R PADA AREA PRODUKSI KONVEKSI 4 DI PT. DAN LIRIS SUKOHARJO Dian Mutia Absari R0010034 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

PT. DUTA SELARAS SOLUSINDO

PT. DUTA SELARAS SOLUSINDO Pembinaan dan Sertifikasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum - KEMNAKER RI PEMBINAAN AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA UMUM SERTIFIKASI KEMNAKER RI 2017 Jl. Tanah Pasir, Ruko Pasir Mas Blok B

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang memerlukan penggunaan teknologi yang sangat maju. Adanya teknologi bisa memudahkan proses produksi

Lebih terperinci

Pembangunan nasional diarahkan menuju terwujudnya masyarakat yang maju, adil, makmur dan mandiri dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri.

Pembangunan nasional diarahkan menuju terwujudnya masyarakat yang maju, adil, makmur dan mandiri dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG Pembangunan nasional diarahkan menuju terwujudnya masyarakat yang maju, adil, makmur dan mandiri dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN KERJA DI PT. GE LIGHTING INDONESIA YOGYAKARTA

IMPLEMENTASI SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN KERJA DI PT. GE LIGHTING INDONESIA YOGYAKARTA IMPLEMENTASI SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN KERJA DI PT. GE LIGHTING INDONESIA YOGYAKARTA LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. telah melakukan upaya untuk mengendalikan energi melalui salah satu program

BAB V PEMBAHASAN. telah melakukan upaya untuk mengendalikan energi melalui salah satu program BAB V PEMBAHASAN Hasil Penelitian yang diperoleh bahwa PT. Coca Cola Amatil Indonesia telah melakukan upaya untuk mengendalikan energi melalui salah satu program keselamatan kerja yaitu penerapan sistem

Lebih terperinci