IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 33 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum 1. Sejarah PT. Bank Jabar Banten Cabang Cianjur Bank Jabar Banten dalam sejarah berdirinya mengalami beberapa proses pembaharuan, baik dalam sasaran operasi maupun nama dari Bank tersebut, Bank Jabar Banten yang sekarang dikenal bermula dari NV.DENIS (De Eerste Nederlandsch Indishe Shareholding) sebagai perusahaan milik Belanda. Dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 30/1960 mengenai nasionalisasi perubahan-perubahan milik Belanda dan Pengumuman Provinsi, NV.DENIS diambil alih menjadi milik Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat. Selanjutnya berdasarkan SK Gubernur Nomor : 3/GKHD/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, seluruh hak dan kewajiban, perlengkapan dan kekayaan serta usaha NV.DENIS berikut anak perusahaanya dialihkan kepada Pemerintah Daerah dengan nama Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat. Pada tanggal 20 Mei 1961 melalui SK Gubernur Nomor : 7/gkh/bpd/ 61, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dikukuhkan menjadi bank milik Daerah, yang diresmikan oleh Pejabat Presiden RI saat itu yaitu Ir. H. Juanda Kartawidjaya. Pada tanggal 2 November 1992 dengan SK Direksi Bank Indonesia No 25/64/Kep/Dir, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat ditunjuk sebagai Bank Devisa. Yang saat ini telah memiliki jaringan kantor sebanyak 132 yang beroperasi di Wilayah Indonesia dengan Call Name Bank Jabar Banten. Setelah diuraikan mengenai pendiriannya, maka penulis kemukakan sejarah singkat berdirinya Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Cianjur atau sekarang dikenal dengan nama Bank Jabar Banten Cabang Cianjur. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Cianjur, didirikan pada tanggal 01 Februari 1968, dengan jumlah karyawan pada waktu itu hanya 7 orang kemudian berdasarkan pengesahan Peraturan

2 34 Daerah Provinsi Jawa Barat tanggal 27 Juni 1978 Nomor : 1/DP.040/PD/ 78. Bank Pembangunan Daerah atau disingkat dengan BPD. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 1/DP/040/PD/78 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Cianjur mempunyai misi mendukung dan mendorong kegiatan pembangunan di daerahnya dalam rangka pembangunan nasional dengan jalan melakukan atau menjalankan usaha-usahanya sebagai lembaga keuangan. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Cianjur sesuai dengan misi di atas juga mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Sebagai Bank Pembangunan b. Sebagai Bank umum c. Sebagai Pemegang kas Daerah 2. Produk Perusahaan Produk yang ditawarkan oleh PT. Bank Jabar Banten saat ini terdiri dari produk jasa dan layanan yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran Kondisi Lingkungan Sesuai dengan laporan Rapat Umum Pemegang Saham tahun 2007, bahwa dalam rangka mendukung program pemerintah maka kebijakan perkreditan Bank Jabar Banten ke depan akan di arahkan untuk meningkatkan kredit retail dan pemberian kredit kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang memberikan dampak multiplier kepada seluruh sektor usaha dan penyaluran kredit program kepada debitur-debitur binaan yang prospektif seperti kredit pertanian dan kredit pola syariah. Dalam operasionalnya kebijakan perkreditan tersebut akan didistribusikan kepada setiap kantor cabang Bank Jabar, termasuk dalam hal ini Bank Jabar Banten Cabang Cianjur, sebagai perwakilan dari kantor pusat yang ada di Wilayah Kabupaten Cianjur. Bank Jabar Banten yang didukung dengan 132 jaringan kantor yang ada saat ini, serta dukungan penuh pemerintah daerah sebagai pemilik, termasuk dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Cianjur maka bukan hal

3 35 yang sangat sulit untuk mengembangkan bisnisnya khususnya mikrobanking, mengingat sumber daya manusia yang berpengalaman. Lembaga keuangan lain baik formal maupun non formal yang menggeluti bisnis mikro merupakan tantangan yang harus dihadapi. Lembaga keuangan dimaksud adalah : a. Koperasi Simpan Pinjam b. Bank Rakyat Indonesia khususnya BRI Unit Desa c. Bukopin d. Bank Danamon Simpan Pinjam e. Bank Perkreditan Rakyat f. Lembaga Perkreditan Kecamatan g. Lembaga Keuangan Non Bank. h. Rentenir Namun demikian, karena jangkauan operasional serta target pasar yang berbeda-beda hal ini menjadi sebuah tantangan yang masih dapat teratasi bagi PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur dalam mengembangkan bisnisnya di sektor mikrobanking. B. Kinerja keuangan usaha debitur mikro Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur Keputusan Bank Jabar Banten untuk lebih dalam mengembangkan usaha mikro membawa keharusan menyesuaikan dengan paradigma baru menurut dimensi-dimensi mikro, dengan menggunakan pola pikir, logika dan cara berbeda dengan yang dipraktekkan kepada skala usaha lainnya. Penyaluran kredit mikro diperkirakan dapat mentransformasikan praktekpraktek yang dilakukan rentenir, koperasi simpan pinjam ataupun Lembaga keuangan mikro lainnya yang sifatnya informal menjadi formal. Produk kredit mikro yang ada, dikelompokan menjadi beberapa fitur dan masing-masing fitur (Lampiran 2) telah disesuaikan dengan target pasar pengusaha mikro (Tim Proyek Mikro Banking Bank Jabar, 2006). Dalam kajian ini dilakukan pengamatan terhadap 30 responden pengusaha mikro yang telah menjadi debitur PT. Bank Jabar Banten Cabang, Cianjur, seperti pada Tabel 6.

4 36 Tabel 6. Profil debitur mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur (dalam jutaan rupiah). No. Jenis Usaha Sektor Ekonomi Tahun berdiri usaha Tahun pemberian kredit Besar Kredit Total Asset Jangka Waktu (Bulan) 1 Bengkel Las Jasa Sembako Perdagangan Perdagangan Beras Perdagangan Bubur Ayam Perdagangan Bengkel Mobil Jasa Kios Rokok Perdagangan Pakaian Jadi Perdagangan Service Komputer Jasa Onderdil Motor Perdagangan Ayam Potong Perdagangan Kue Kering Perdagangan Toko ATK Perdagangan Industri Kerajinan Industri Sembako Perdagangan Counter HP Perdagangan Jasa Wartel Jasa Sembako Perdagangan Pakaian Jadi Perdagangan Bakso Perdagangan Bakso Perdagangan Pakaian Jadi Perdagangan Sembako Perdagangan Ternak Kelinci Peternakan Kelontong Perdagangan Telur Ayam Perdagangan Jasa Kendaraan Jasa Jasa Kendaraan Jasa Kue Kering Perdagangan Martabak Perdagangan Kelontong Perdagangan Jumlah Rataan Secara lebih lengkap karakteristik debitur mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur dapat dilihat pada Tabel 7.

5 37 Tabel 7. Karakteristik debitur mikro PT. Bank Jabar Banten No. Karakteristik Jumlah Persen (%) 1. Jenis usaha a. Sembako b. Makanan c. Perbengkelan dan suku cadang d. Rental e. Elektronik f. Pakaian g. Kelontongan h. Lain-lain ,7 20,0 10,0 10,0 6,6 10,0 10,0 16,7 2. Sektor ekonomi a. Jasa, inudstri & peternakan b. Perdagangan 3. Lama usaha a. > 8 tahun b. < 8 tahun 4. Periode kredit a. Tahun 2006 b. Tahun Jangka waktu kredit a. 12 bulan b. 24 bulan 6. Besar kredit a. < 10 juta b. > 10 juta 7. Total Asset a. < 35 juta b. > 35 juta ,6 73,4 46,7 53,3 46,7 53,3 26,7 73,3 63,3 36,7 46,7 53,3 1. Profitabilitas Dengan menghitung profitabilitas dapat diketahui sejauhmana suatu perusahaan telah mengoptimalkan pengelolaan aset dan kewajibannya dalam memaksimumkan laba, oleh karenanya analisis rasio profitabilitas akan sangat bermanfaat untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan khususnya dalam pencapaian laba. Seperti telah disampaikan dimuka bahwa analisis profitabilitas yang digunakan dalam kajian ini adalah profit margin (PM), return on asset (ROA) dan return on equity (ROE).

6 38 Rasio profitabilitas yang dicapai oleh debitur usaha mikro di Bank Jabar Banten Cabang Cianjur, sebelum dan setelah pemberian kredit seperti terlihat dalam Tabel 8. Tabel 8. Profitabilitas usaha debitur mikro Bank Jabar Banten Cabang Cianjur No. Jenis Usaha PM (%) ROA (%) ROE (%) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Industri Kerajinan Sembako Sembako Kelontong Telur Ayam Jasa Kendaraan Jasa Kendaraan Martabak Bengkel Las Sembako Perdagangan Beras 12 Bubur Ayam Bengkel Mobil Kios Rokok Pakaian Jadi Service Komputer Onderdil Motor Ayam Potong Kue Kering Toko ATK Counter HP Jasa Wartel Sembako Pakaian Jadi Bakso Bakso Pakaian Jadi Ternak Kelinci Kue Kering Kelontong Dari Tabel 8 tersebut diatas jika dikelompokan berdasarkan jangka waktu kredit, sektor ekonomi, lamanya usaha, tahun pemberian kredit, besarnya plafond kredit serta besarnya total aset usaha debitur dapat disajikan sebagai berikut :

7 39 a. Berdasarkan jangka waktu kredit Jangka waktu kredit terbagi dalam dua kelompok yaitu kredit dengan jangka waktu selama 12 bulan dan kredit dengan jangka waktu selama 24 bulan seperti pada Tabel 9. Tabel 9. Kinerja keuangan usaha debitur mikro berdasarkan jangka waktu kredit. No. Jenis Usaha JW PM (%) ROA (%) ROE (%) (Bln) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah I. Jangka Waktu 12 Bulan 1 Industri Kerajin Sembako Sembako Kelontong Telur Ayam Jasa Kendaraan 7 Jasa Kendaraan 8 Martabak Sub Total Sub Rataan II. Jangka Waktu 24 Bulan 1 Bengkel Las Sembako Perdg. Beras Bubur Ayam Bengkel Mobil Kios Rokok Pakaian Jadi Service Komptr Onderdil Motor Ayam Potong Kue Kering Toko ATK Counter HP Jasa Wartel Sembako Pakaian Jadi Bakso Bakso Pakaian Jadi Ternak Kelinci Kue Kering Kelontong Sub Total Sub Rataan Total Rataan

8 40 b. Sektor ekonomi Sektor ekonomi usaha debitur terdiri dari dua kelompok yaitu sektor usaha perdagangan dan kelompok sektor usaha industri, jasa dan peternakan seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Kinerja keuangan debitur berdasarkan sektor ekonomi No. Sektor PM (%) ROA (%) ROE (%) Ekonomi Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah I. Sektor Industri, Jasa dan Peternakan 1 Industri Industri Jasa Jasa Jasa Jasa Jasa Jasa Peternakan Sub Total Rata-rata II. Sektor Perdagangan 1 Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Sub Total Rata-rata Total Rata-rata c. Berdasarkan lama usaha Lama usaha terdiri dari dua kelompok yaitu usaha yang berdiri > 8 tahun dan kelompok usaha yang berdiri < 8 tahun, seperti pada Tabel 11.

9 41 Tabel 11. Kinerja keuangan usaha debitur berdasarkan lama usaha No. Jenis Usaha Th Mulai PM (%) ROA (%) ROE (%) Usaha Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah I. Berdiri Usaha Sampai dengan tahun Jasa Kendaraan 2 Toko ATK Onderdil Motor Bubur Ayam Kios Rokok Pakaian Jadi Sembako Bakso Perdagangan Beras 10 Sembako Ayam Potong Bakso Ternak Kelinci Kue Kering Sub Total Sub Rataan II. Berdiri Usaha setelah tahun Service Komputer 2 Telur Ayam Jasa Kendaraan 4 Bengkel Las Kue Kering Kelontong Kelontong Sembako Industri Kerajinan 10 Counter HP Jasa Wartel Pakaian Jadi Martabak Bengkel Mobil Pakaian Jadi Sembako Sub Total Sub Rataan Total Rataan d. Berdasarkan tahun pencairan kredit Tahun pencairan kredit terdiri dari dua kelompok yaitu pencairan kredit tahun 2006 dan pencairan kredit pada tahun 2007, seperti pada Tabel 12.

10 42 Tabel 12. Kinerja keuangan usaha debitur berdasarkan tahun pencairan kredit Tahun PM (%) ROA (%) ROE (%) No. Jenis Usaha Pencai ran Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah I. Pencairan kredit sampai dengan tahun Kue Kering Martabak Bengkel Las Sembako Perdagangan Beras Bubur Ayam Bengkel Mobil Kios Rokok Pakaian Jadi Service Komputer 11 Onderdil Motor 12 Ayam Potong Kue Kering Kelontong Sub Total Sub Rataan II. Pencairan kredit setelahtahun Toko ATK Industri Kerajinan 3 Sembako Counter HP Jasa Wartel Sembako Pakaian Jadi Bakso Bakso Pakaian Jadi Sembako Ternak Kelinci Kelontong Telur Ayam Jasa Kendaraan 16 Jasa Kendaraan Sub Total Sub Rataan Total Rataan e. Berdasarkan besarnya kredit Besarnya kredit terdiri dari dua kelompok yaitu kredit Rp ,- dan kredit > Rp ,- seperti pada Tabel 13.

11 43 Tabel 13. Kinerja keuangan debitur mikro berdasarkan besarnya kredit (dalam jutaan rupiah) No. Jenis Usaha Kredit PM (%) ROA (%) ROE (%) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah I. Plafond Kredit Sampai dengan Rp ,- Rupiah 1 Bubur Ayam Jasa Wartel Sembako Jasa Kendaraan 5 Martabak Kue Kering Bengkel Las Counter HP Bakso Bakso Onderdil Motor 12 Pakaian Jadi Service Komputer 14 Sembako Pakaian Jadi Sembako Ternak Kelinci 18 Kelontong Sub Total Sub Rataan II. Plafond Kredit diatas Rp. 10 Juta Rupiah 1 Perdagangan Beras 2 Kios Rokok Ayam Potong Kue Kering Pakaian Jadi Telur Ayam Jasa Kendaraan 8 Sembako Bengkel Mobil 10 Kelontong Toko ATK Industri Kerajinan Sub total Sub Rataan Total Rataan

12 44 f. Berdasarkan total asset usaha debitur Total asset debitur terdiri dari dua kelompok yaitu total asset > Rp ,- dan total asset < Rp ,- seperti pada Tabel 14. Tabel 14. Kinerja keuangan debitur mikro berdasarkan total asset (dalam jutaan rupiah) No. Jenis Usaha Total PM (%) ROA (%) ROE (%) Asset Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah I. Total Asset Dibawah Rp ,- Rupiah 1 Bubur Ayam Bakso Bakso Martabak Transportasi Kios Rokok Kelontong Counter HP Ayam Potong Telur Ayam Kue Kering Toko ATK Onderdil Motor Sembako Sub total Sub Rataan II. Total Asset Diatas Rp ,- Rupiah 1 Pakaian Jadi Jasa Wartel Service Komputer 4 Sembako Sembako Perdagangan Beras 7 Bengkel Las Kue Kering Jasa Kendaraan 10 Bengkel Mobil Pakaian Jadi Pakaian Jadi Sembako Ternak Kelinci Kelontong Industri Kerajinan Sub total Sub Rataan Total 1, Rataan % 8.76% 3.47% 5.76% 9.04% 19.35%

13 45 Berdasarkan Tabel 9 14 tersebut diatas dapat disampaikan pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan debitur pada Tabel Tabel 15. Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan PM No. Keterangan Rataan PM (%) Pengaruh/ Sebelum Sesudah kenaikan (%) I. Berdasarkan jangka waktu 1 12 bulan bulan Perbedaan Rataan II. Berdasarkan sektor ekonomi 1 Industri, jasa dan peternakan Perdagangan Perbedaan Rataan III. Berdasarkan lama usaha debitur 1 Lebih dari 8 tahun Kurang dari 8 tahun Perbedaan Rataan VI. Berdasarkan tahun pencairan kredit 1 Sampai dengan tahun Pada tahun Perbedaan Rataan V. Berdasarkan besarnya kredit 1 Sampai dengan Rp. 10 juta Diatas Rp. 10 juta Perbedaan Rataan VI. Berdasarkan total asset 1 Dibawah Rp. 35 juta Diatas Rp. 35 juta Perbedaan Rataan Berdadasarkan pada Tabel 15, pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja PM usaha debitur adalah : a. Pemberian kredit berdasarkan sektor ekonomi mempunyai pengaruh sebesar 3,07% terhadap kenaikanrataan PM usaha debitur dan sektor ekonomi industri, jasa dan peternakan mempunyai rataan PM lebih tinggi sebesar 0,60% dibandingkan dengan sektor perdagangan. b. Pemberian kredit berdasarkan tahun pencairan mempunyai pengaruh sebesar 2,96%, dan pencairan kredit tahun 2006 mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 0,47% dibandingkan pencairan tahun 2007.

14 46 c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 2,95%, dan usaha debitur > 8 tahun mempunyai rataan PM lebih tinggi sebesar 0,15% dibandingkan usaha debitur < 8 tahun. d. Pemberian kredit berdasarkan total asset mempunyai pengaruh sebesar 2,95% dan total asset debitur < Rp. 35 juta mempunyai rataan PM lebih tinggi 0,15% dibandingkan total asset debitur > Rp. 35 juta. e. Pemberian kredit berdasarkan plafond kredit mempunyai pengaruh sebesar 2,95% dan plafond kredit Rp. 10 juta mempunai rataan PM lebih tinggi sebesar 0,01% dibandingkan dengan plafond > Rp. 10 juta. f. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 2,70% dan jangka waktu kredit 24 bulan mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 1,07% dibandingkan dengan jangka waktu 12 bulan. Tabel 16. Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan ROA No. Keterangan Rataan ROA (%) Pengaruh/ Sebelum Sesudah kenaikan (%) I. Berdasarkan jangka waktu 1 12 bulan bulan Perbedaan Rataan II. Berdasarkan sektor ekonomi 1 Industri, jasa dan peternakan Perdagangan Perbedaan Rataan III. Berdasarkan lama usaha debitur 1 Lebih dari 8 tahun Kurang dari 8 tahun Perbedaan Rataan VI. Berdasarkan tahun pencairan kredit 1 Sampai dengan tahun Pada tahun Perbedaan Rataan V. Berdasarkan besarnya kredit 1 Sampai dengan Rp. 10 juta Diatas Rp. 10 juta Perbedaan Rataan VI. Berdasarkan total asset 1 Dibawah Rp. 35 juta Diatas Rp. 35 juta Perbedaan Rataan

15 47 Berdadasarkan pada Tabel 16, pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja ROA usaha debitur adalah : a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 2,36% dan jangka waktu kredit 12 bulan mempunyai kenaikan rataan ROA lebih tinggi sebesar 0,32% dibandingkan dengan jangka waktu 24 bulan. b. Pemberian kredit berdasarkan sektor ekonomi mempunyai pengaruh sebesar 2,35% dan sektor ekonomi industri, jasa dan peternakan mempunyai kenaikan rataan ROA lebih tinggi sebesar 0,30% dibandingkan dengan sektor perdagangan. c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 2,31% dan usaha debitur > 8 tahun mempunyai kenaikan rataan ROA lebih tinggi sebesar 0,41% dibandingkan dengan usaha debitur < 8 tahun. d. Pemberian kredit berdasarkan total asset mempunyai pengaruh sebesar 2,30% dan total asset debitur > Rp. 35 juta mempunyai kenaikan rataan ROA lebih tinggi sebesar 0,23% dibandingkan debitur yang mempunyai total asset > Rp. 35 juta. e. Pemberian kredit berdasarkan besarnya kredit mempunyai pengaruh sebesar 2,26% dan kredit dengan plafond Rp. 10 juta mempunai kenaikan rataan ROA lebih tinggi sebesar 0,14% dibandingkan dengan kredit dengan plafond > Rp. 10 juta. f. Pemberian kredit berdasarkan tahun pencairan mempunyai pengaruh sebesar 2,26% dan pencairan kredit pada tahun 2007 mempunyai kenaikan rataan ROA lebih tinggi sebesar 0,80% dibandingkan dengan pencairan tahun 2006.

16 48 Tabel 17. Pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan ROE No. Keterangan I. Berdasarkan jangka waktu Rataan ROA (%) Pengaruh/ Sebelum Sesudah kenaikan (%) 1 12 bulan bulan Perbedaan Rataan II. Berdasarkan sektor ekonomi 1 Industri, jasa dan peternakan Perdagangan Perbedaan Rataan III. Berdasarkan lama usaha debitur 1 Lebih dari 8 tahun Kurang dari 8 tahun Perbedaan Rataan VI. Berdasarkan tahun pencairan kredit 1 Sampai dengan tahun Pada tahun Perbedaan Rataan V. Berdasarkan besarnya kredit 1 Sampai dengan Rp. 10 juta Diatas Rp. 10 juta Perbedaan Rataan VI. Berdasarkan total asset 1 Dibawah Rp. 35 juta Diatas Rp. 35 juta Perbedaan Rataan Berdadasarkan pada Tabel 17, pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja ROE usaha debitur adalah : a. Pemberian kredit berdasarkan total asset mempunyai pengaruh sebesar 10,71% dan total asset debitur > Rp. 35 juta mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 11,89% dibandingkan debitur yang mempunyai total asset > Rp. 35 juta.

17 49 b. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 10,55% dan usaha debitur > 8 tahun mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 7,08% dibandingkan dengan usaha debitur < 8 tahun. c. Pemberian kredit berdasarkan besarnya kredit mempunyai pengaruh sebesar 10,29% dan kredit Rp. 10 juta mempunai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 0,18% dibandingkan dengan kredit dengan plafond > Rp. 10 juta. d. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 10,13% dan jangka waktu kredit 24 bulan mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 0,79% dibandingkan dengan jangka waktu 12 bulan. e. Pemberian kredit berdasarkan tahun pencairan mempunyai pengaruh sebesar 9,54% dan pencairan kredit pada tahun 2007 mempunyai kenaikan rataan kenaikan ROE lebih tinggi sebesar 7,10% dibandingkan dengan pencairan tahun f. Pemberian kredit persektor ekonomi mempunyai pengaruh sebesar 8,85% dan sektor ekonomi perdagangan mempunyai rataan ROE lebih besar 7,28% dibandingkan dengan sektor industri, jasa dan peternakan. 2. Analisis Uji-t berpasangan Berdasarkan contoh debitur mikro yang diambil, khususnya uji-t berpasangan dapat disampaikan pengujian sebagai berikut : a. Profit Margin (PM) Tabel 18. Uji-t Profit Margin (PM) Uji statistik contoh berpasangan rata-rata N Standar deviasi Kesalahan standar dari rata-rata Pasangan 1 Sebelum Sesudah Korelasi antar contoh berpasangan N Korelasi Sig. Pasangan 1 sebelum dan sesudah

18 50 Lanjutan Tabel 18. Uji contoh berpasangan Pasangan 1 Ratarata Standar deviasi Perbedaan Rata-rata standar kesalahan Selang kepercayaan 95% Atas T Df Sig. (2- tailed) Bawah Sebelum- Sesudah Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, khususnya uji t berpasangan terlihat bahwa antara PM sebelum pemberian kredit dengan PM setelah pemberian kredit dapat disampaikan, bahwa rataan PM sebelum pemberian kredit adalah 5,81% dengan standar deviasi sebesar 3,42%. Rataan PM sesudah pemberian kredit adalah 9,132%, dengan standar deviasi sebesar 5,26%. Korelasi antar contoh dalam hal kinerja PM sebelum pemberian kredit dengan sesudah pemberian kredit adalah sebesar dengan nilai p (sig.) sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa korelasi antar contoh dalam hal PM tersebut cukup nyata, karena 0,000 < 0,05. Ho ditolak, karena terlihat adanya perbedaan nyata kinerja PM contoh sebelum dan sesudah pemberian kredit (rataan perbedaan PM antara sebelum dengan sesudah pemberian kredit adalah 3,32% (9,13 5,81%). Pada tingkat keyakinan 95%, interval perbedaan antara -4.37% sampai -2.26%. Nilai p(sig). (2-tailed ) sebesar dengan t hitung sebesar -6,403 adalah sangat kecil (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukan bahwa perbedaan sebesar 3,32% adalah nyata. Dari hasil analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa adanya pemberian kredit kepada pengusaha mikro dapat meningkatkan kinerja PM pengusaha mikro secara nyata, pada taraf 5% bila dibandingkan dengan kinerja PM sebelum pemberian kredit. b. Return on asset (ROA) Dari hasil analisa yang dilakukan berdasarkan data diatas diperoleh hasil seperti pada Tabel 19.

19 51 Tabel 19. Uji t-return On Asset Uji statistik contoh berpasangan rata-rata N Standar Kesalahan standar deviasi dari rata-rata Pasangan 1 Sebelum Sesudah Korelasi antar contoh berpasangan Pasangan 1 sebelum dan sesudah N Korelasi Sig Uji contoh berpasangan Pasangan 1 Sebelum- Sesudah Ratarata Standar deviasi Perbedaan Rata-rata standar kesalahan Bawah Selang kepercayaan 95% Atas T df Sig. (2- tailed) Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, khususnya uji t berpasangan antara ROA sebelum pemberian kredit dengan ROA setelah pemberian kredit dapat disampaikan, bahwa rataan ROA sebelum pemberian kredit adalah 3.48% dengan standar deviasi sebesar 2.21%. Rataan ROA sesudah pemberian kredit adalah 5.86%, dengan standar deviasi sebesar 2.94%. Korelasi antar contoh dalam hal kinerja ROA sebelum dan sesudah pemberian kredit adalah sebesar dengan nilai p (sig.) sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa korelasi antar contoh dalam hal ROA tersebut cukup nyata, karena 0,000 < 0,05. Ho ditolak, karena terlihat adanya perbedaan nyata kinerja ROA contoh sebelum dan sesudah pemberian kredit (rataan perbedaan ROA antara sebelum dengan sesudah pemberian kredit adalah 2,38% (5,86 3,48%). Pada tingkat keyakinan 95%, interval perbedaan antara -2,96 sampai -1,79%. Nilai p(sig). (2-tailed )) sebesar dengan t hitung sebesar -8,358 adalah sangat kecil (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukan bahwa perbedaan sebesar 2.38% adalah nyata. Dari hasil analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa adanya pemberian kredit kepada pengusaha mikro dapat meningkatkan kinerja

20 52 ROA pengusaha mikro secara nyata, pada taraf 5% bila dibandingkan dengan kinerja ROA sebelum pemberian kredit. c. Return on Equity (ROE) Dari hasil analisa yang dilakukan berdasarkan data diatas diperoleh hasil seperti pada Tabel 20. Tabel 20. Uji t-return on equity Uji statistik contoh berpasangan rata-rata N Standar deviasi Kesalahan standar dari rata-rata Pasangan 1 Sebelum Sesudah Korelasi antar contoh berpasangan Pasangan 1 sebelum dan sesudah N Korelasi Sig Uji contoh berpasangan Pasangan 1 Ratarata Standar deviasi Perbedaan Rata-rata standar kesalahan Selang kepercayaan 95% Bawah Atas T df Sig. (2- tailed) sebelumsesudah Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, khususnya uji t berpasangan antara ROE sebelum pemberian kredit dengan ROE setelah pemberian kredit dapat disampaikan bahwa rataan ROE sebelum pemberian kredit adalah 9,52%, dengan standar deviasi 9,51%. Rataan ROE sesudah pemberian kredit adalah 19,36%, dengan standar deviasi 19,48%. Korelasi antara contoh dalam hal kinerja ROE adalah 0,760, dengan nilai p (sig.) sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa korelasi antara contoh tersebut cukup nyata, karena 0,000< 0,05.

21 53 Ho ditolak, karena terlihat adanya perbedaan nyata kinerja ROE contoh antara sebelum dan sesudah pemberian kredit (rataan perbedaan ROE antara sebelum dengan sesudah pemberian kredit adalah 9.84% (19,36-9,52%). Pada tingkat keyakinan 95% interval perbedaan antara - 0, , Nilai p(sig.(2-tailled)) sebesar 0,000 dengan t hitung sebesar -3,925 adalah sangat kecil, karena 0,000 < Hal ini menunjukan bahwa perbedaan sebesar 9,84% adalah cukup nyata. Dari hasil analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa adanya pemberian kredit kepada pengusaha mikro dapat meningkatkan kinerja ROE debitur mikro secara nyata pada taraf 5% bila dibandingkan dengan kinerja ROE debitur mikro sebelum pemberian kredit.

III. METODE PELAKSANAAN

III. METODE PELAKSANAAN 26 III. METODE PELAKSANAAN A. Lokasi dan Waktu 1. Lokasi Lokasi pengambilan data adalah Wilayah Kabupaten Cianjur, dan responden merupakan pengusaha mikro yang telah menjadi debitur PT. Bank Jabar Banten,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar- belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 45 IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.9.1.3 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten 4.1.1 Sejarah Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Banten bersama-sama

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Banten bersama-sama BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT. Bank Jabar Banten Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan Bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Banten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 11/PD-

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 11/PD- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usah 1.1.1 Bentuk Usaha PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan bank umum milik Pemerintah di daerah Jawa Barat dan Banten yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT. Bank bjb Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JUMLAH MODAL TERHADAP LABA PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN Tbk.

ANALISIS PENGARUH JUMLAH MODAL TERHADAP LABA PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN Tbk. ANALISIS PENGARUH JUMLAH MODAL TERHADAP LABA PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN Tbk. Nama : Sri Handayani NPM : 27212115 Pembimbing : Istichanah, SE., MMSI LATAR BELAKANG MASALAH NPM AU

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JUMLAH MODAL TERHADAP TINGKAT LABA BERSIH PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK PERIODE Ade Permatasari

ANALISIS PENGARUH JUMLAH MODAL TERHADAP TINGKAT LABA BERSIH PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK PERIODE Ade Permatasari ANALISIS PENGARUH JUMLAH MODAL TERHADAP TINGKAT LABA BERSIH PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK PERIODE 2007-2010 Ade Permatasari 20208025 LATAR BELAKANG Bank merupakan salah satu alat untuk membantu kelancaran

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Bank BJB Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan jantung dan urat nadi perdagangan dan pembangunan ekonomi suatu negara, oleh karena itu bank menjadi salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perkembangan bisnis menuntut perbankan untuk senantiasa selalu memperbaiki kinerjanya. Hal ini dikarenakan perbankan mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

Teman Anda Dalam Usaha. P.T. BANK BUMI ARTA Tbk. PUBLIC EXPOSE. Jakarta, 11 Juni 2014 BANK BUMI ARTA

Teman Anda Dalam Usaha. P.T. BANK BUMI ARTA Tbk. PUBLIC EXPOSE. Jakarta, 11 Juni 2014 BANK BUMI ARTA P.T. Tbk. PUBLIC EXPOSE Jakarta, 11 Juni 2014 1 PUBLIC EXPOSE Sekilas Tentang Perusahaan Struktur Kepemilikan Susunan Pengurus Jaringan Kantor Ikhtisar Keuangan Penetapan Penggunaan Laba Bersih Perseroan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1998 bahwa yang dimaksud dengan perbankan adalah segala

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia. mencapai 304,492 milyar rupiah atau meningkat sebesar 13,02 persen

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia. mencapai 304,492 milyar rupiah atau meningkat sebesar 13,02 persen Jutaan Rupian BAB IV GAMBARAN UMUM A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia Sesuai dengan data Statistik Perbankan Indonesia, kinerja kredit BPD menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 9 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Gambaran Umum Perusahaan Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Singkat Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Buah Batu Pendirian Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Singkat Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Buah Batu Pendirian Bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Sejarah Singkat Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Buah Batu Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh peraturan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Perkembangan Penyaluran Kredit Dalam pelaksanaan aktivitas operasional bank, salah satu upaya yang dilakukan oleh setiap perbankan adalah peningkatan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peran semakin meningkatnya sektor usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Hal HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii SURAT PERNYATAAN iii ABSTRAK iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah tidak membebankan bunga kepada nasabah, akan tetapi menerima

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank umum syariah dan juga unit-unit usaha syariah. Tumbuhnya perbankan syariah tersebut memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang menghimpun dana (Funding) dari masyarakat yang. kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (Deficit unit) untuk

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang menghimpun dana (Funding) dari masyarakat yang. kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (Deficit unit) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian, sektor perbankan merupakan sektor yang mempunyai peranan penting bagi perkembangan perekonomian suatu negara. Peran tersebut diwujudkan dalam fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan urat nadi perekonomian nasional. Salah satu peran penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu menjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Bank Jabar Banten 4.1.1. Sejarah Bank Jabar PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. yang dikenal dengan nama bank bjb, adalah bank umum yang sahamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial intermediary. berharga serta penanaman dana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial intermediary. berharga serta penanaman dana lainnya. 1 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situasi dan kondisi perbankan penuh dengan tantangan dan kendala yang harus dihadapi. Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat karena dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Banyak investor yang mengalokasikan dana yang

Lebih terperinci

GAMBAR 1.1 Logo Perusahaan Sumber: Dokumentasi perusahaan, 2017

GAMBAR 1.1 Logo Perusahaan Sumber: Dokumentasi perusahaan, 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1.GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 1.1.1. Profil Bank bjb PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank Bjb) adalah Bank BUMD milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Banten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu di kenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada Bank Perkreditan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada Bank Perkreditan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan identifikasi masalah dan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada Bank Perkreditan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk berbagai investasi seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk berbagai investasi seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Ghozali (2007) Industri perbankan merupakan industri yang sarat dengan risiko terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis sebagai penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salah satu dari jenis lembaga keuangan. Lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salah satu dari jenis lembaga keuangan. Lembaga keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu dari jenis lembaga keuangan. Lembaga keuangan itu sendiri merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan inovasi produk, meningkatkan kinerja karyawan, dan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan inovasi produk, meningkatkan kinerja karyawan, dan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk terus mengembangkan inovasi produk, meningkatkan kinerja karyawan, dan melakukan perluasan usaha

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 1.1 Tinjauan Umum Perusahaan a. Sejarah bank bjb Sejarah Pendirian - 1961 Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dengan Pemerintah kota/kabupaten se-jawa Barat dan Banten, dasar pendiriannya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dengan Pemerintah kota/kabupaten se-jawa Barat dan Banten, dasar pendiriannya BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Banten bersama-sama

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. optimal dalam industri perbankan nasional. Paska terbitnya Undang-Undang

I. Pendahuluan. optimal dalam industri perbankan nasional. Paska terbitnya Undang-Undang I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perbankan syariah di Indonesia muncul pada tanggal 1 Mei 1992, yaitu sejak berdirinya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI). Pada awalnya bank yang menggunakan prinsip

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ROA dan ROE pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar (listing) pada Bursa

BAB V PENUTUP. ROA dan ROE pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar (listing) pada Bursa BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan oleh rasio profitabilitas ROA dan ROE

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JUMLAH MODAL TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN YANG DIPEROLEH PT. BANK DANAMON INDONESIA Tbk

ANALISIS PENGARUH JUMLAH MODAL TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN YANG DIPEROLEH PT. BANK DANAMON INDONESIA Tbk ANALISIS PENGARUH JUMLAH MODAL TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN YANG DIPEROLEH PT. BANK DANAMON INDONESIA Tbk Nama : Fera Dewi Puspita NPM : 22211814 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Nova Anggrinie, SE., MMSI

Lebih terperinci

Sistem Informasi Perbankan, Pertemuan Ke-1 PENGENALAN BANK. DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku

Sistem Informasi Perbankan, Pertemuan Ke-1 PENGENALAN BANK. DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku PENGENALAN BANK DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku Menurut UU no. 10 th 1998 Bank : Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memajukan suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang. sebagai nyawa untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. memajukan suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang. sebagai nyawa untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia modern seperti saat ini, peranan perbankan dalam memajukan suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan dan perkembangan ekonomi global sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Salah satunya perubahan perubahan pada nilai suatu mata uang Rupiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan lembaga keuangan khususnya perbankan di Indonesia memiliki tempat yang strategis dalam upaya membatu penyaluran dan penyimpanan dana masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi diartikan sebagai suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling

BAB I PENDAHULUAN. dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor pendukung untuk kelangsungan suatu industri adalah tersedianya dana. Sumber dana murah dapat diperoleh oleh suatu industri adalah dengan menjual saham

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dari pengaruh profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan tekstil yang terdaftar di BEI periode 2006 sampai dengan 2010, maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pilar-pilarnya yang dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pilar-pilarnya yang dianggap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dituntut untuk senantiasa meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pilar-pilarnya yang dianggap mampu menopang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dan telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah Risk Based Capital dan profitabilitas. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah PT. Takaful

Lebih terperinci

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI : 1 Nama Data : Antar Bank Aktiva BPR Semua jenis simpanan/tagihan BPR Pelapor dalam rupiah kepada bank lain di Indonesia. Simpanan/tagihan kepada bank lain di Indonesia dengan jenis giro, tabungan, deposito

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT. Bank Jabar Banten Berdasarkan Peraturan No. 33 tahun 1960 tentang Peraturan Perusahaan Indonesia milik Belanda yang dikenakan nasionalisasi, N. V.

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. Nama : Sarah Natya

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. Nama : Sarah Natya ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK Nama : Sarah Natya Dosen Pembimbing: Erny Pratiwi, SE, MMSI Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan Bank milik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan Bank milik pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan Bank milik pemerintah Propinsi Jawa Barat dan Pemerintah Propinsi Banten bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia masih dirasakan berdampak negatif sampai sekarang ini. Penyebabnya yaitu didahului dengan terjadinya krisis moneter, krisis

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN ANALISA PINJAMAN PROGRAM KEMITRAAN PADA PENINGKATAN KINERJA MITRA BINAAN PT SUCOFINDO (PERSERO) DI JABOTABEK HERI SUPRAYITNO

KUESIONER PENELITIAN ANALISA PINJAMAN PROGRAM KEMITRAAN PADA PENINGKATAN KINERJA MITRA BINAAN PT SUCOFINDO (PERSERO) DI JABOTABEK HERI SUPRAYITNO Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN ANALISA PINJAMAN PROGRAM KEMITRAAN PADA PENINGKATAN KINERJA MITRA BINAAN PT SUCOFINDO (PERSERO) DI JABOTABEK HERI SUPRAYITNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan praktek-praktek yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. dilakukan melalui berbagai kebijakan di bidang perbankan tujuan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. dilakukan melalui berbagai kebijakan di bidang perbankan tujuan utamanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didalam Undang-Undang nomor 10 Tahun 1998 yang dikeluarkan pada tanggal 10 November 1998 tentang perubahan dari Undang-Undang nomor 7 Tahun 1992 yang menjelaskan

Lebih terperinci

JAKARTA, 10 NOVEMBER 2017

JAKARTA, 10 NOVEMBER 2017 JAKARTA, 10 NOVEMBER 2017 Badan Hukum Bank Kalbar Nama Perusahaan PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN BARAT Nama Panggilan BANK KALBAR Bidang Usaha Perbankan Pendirian Perusahaan 15 April 1964 Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya bank berbasis syariah. Disusul lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, pengembangan sistem

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan data, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : 1. Kinerja keuangan Bank Mandiri ditinjau dari ROA, ROE dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. perusahaan Di indonesia milik belanda salah satu perusahaan milik belanda yang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. perusahaan Di indonesia milik belanda salah satu perusahaan milik belanda yang BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Bank bjb Bank pembangunan daerah jawa barat dan banten dasar pendiriannya adalah peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Jaminan Adapun landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jaminan ialah tanggungan atas pinjaman yang diterima.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai lembaga mediasi sektor keuangan, bank memiliki peran penting dalam perekonomian. Mediasi keuangan pada sektor perbankan tentu sangat penting bagi setiap negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Sesuai dengan Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi financial internediary atau peranan pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling penting, badan usaha diusahakan terus menerus memperoleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. paling penting, badan usaha diusahakan terus menerus memperoleh keuntungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperoleh keuntungan merupakan tujuan utama dari berdirinya badan usaha,baik badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), yayasan, maupun bentuk bentuk usaha

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH (STUDI PADA BANK INDONESIA )

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH (STUDI PADA BANK INDONESIA ) ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH (STUDI PADA BANK INDONESIA 2009-2012) NUSANTARI DELLA PRATIWI FAKULTAS EKONOMI/ AKUNTANSI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ALOKASI DANA KREDIT TERHADAP PROFITABILITAS PADA UNIT SIMPAN PINJAM SWAMITRA KOPERASI PEDAGANG PASAR BANGKINANG

ANALISIS PENGARUH ALOKASI DANA KREDIT TERHADAP PROFITABILITAS PADA UNIT SIMPAN PINJAM SWAMITRA KOPERASI PEDAGANG PASAR BANGKINANG ANALISIS PENGARUH ALOKASI DANA KREDIT TERHADAP PROFITABILITAS PADA UNIT SIMPAN PINJAM SWAMITRA KOPERASI PEDAGANG PASAR BANGKINANG DWIKA LODIA PUTRI Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit kepada masyarakat, yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Dari penelitian pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur rasio profitabilitas (ROI, ROE, dan NPM) terhadap dividend payout ratio pada sektor manufacturing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengertian bank dalam pasal 1 ayat (2) UU Nomor 10 Tahun 1998 mengenai perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 menyatakan: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat. Melalui pasar modal, investor dapat melakukan investasi dibeberapa perusahaan melalui pembelian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dalam menunjang pertumbuhan perekonomian nasional. Hal ini sesuai dengan pengertian bank menurut

Lebih terperinci

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut: BAB I PENGENALAN BANK A. Pengertian Bank Bank berasal dari bahasa Italia Banco yang berarti Bangku Menurut UU No. 10 Tahun 1998, definisi Bank adalah: Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH. Yudiana Febrita Putri 1. Isti Fadah 2

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH. Yudiana Febrita Putri 1. Isti Fadah 2 Suwandi, Sularso, Suroso, Pengaruh Kualitas Layanan... ISSN : 1412-5366 e-issn : 2459-9816 ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH Yudiana Febrita Putri 1 Isti Fadah 2

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Tinjauan Organisasi Bank bjb (IDX: BJBR) (dahulu dikenal dengan Bank Jabar Banten) adalah bank BUMD milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Banten yang berkantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dunia perbankan dewasa ini semakin pesat, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bank pemerintah maupun swasta yang berdiri di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diakui bahwa usaha kecil dan menengah mempunyai peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang mutlak yang

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan sudah banyak dilakukan sebelumnya, yaitu pada pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan bank.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir sejak 2000 sampai 2010 selain mengubah kepemilikan saham diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir sejak 2000 sampai 2010 selain mengubah kepemilikan saham diharapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gelombang akuisisi perbankan yang melanda Indonesia selama dekade terakhir sejak 2000 sampai 2010 selain mengubah kepemilikan saham diharapkan akan memengaruhi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE 2010-2012 DOSEN PEMBIMBING : Rini Tesniwati, SE., MMSi Galih Pangestu 22210924 3EB06 Latar Belakang Menurut UU RI No 10 1998 tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara cepat dan merata. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara cepat dan merata. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada pemerintahan Presiden Jokowi pembangunan infrastruktur dilakukan secara cepat dan merata. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya perpusat pada Pulau Jawa, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank pembangunan daerah Jawa Barat dan Banten dasar pendiriannya adalah peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. perusahaan Di indonesia milik Belanda salah satu perusahaan milik Belanda yang

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. perusahaan Di indonesia milik Belanda salah satu perusahaan milik Belanda yang BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Bank BJB Bank pembangunan daerah jawa barat dan banten dasar pendiriannya adalah peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pada dasarnya manajemen modal kerja merupakan bentuk dari pengelolaan terhadap aktiva lancar dan hutang lancar perusahaan dengan tujuan agar tercapainya keseimbangan antara laba dan resiko sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan kinerja perekonomian Indonesia menurun. Pengelolaan perekonomian dan sektor usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai berkembang. Bank berperan untuk menghimpun dana dari masyarakat berupa simpanan dan menyalurkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi,

I. PENDAHULUAN. Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi, baik di sektor pertanian/usahatani maupun di luar sektor pertanian. Tanpa salah satu faktor produksi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kesimpulan yang dapat diambil yaitu sebagai berikut : a. Pengaruh tabungan mudharabah terhadap ROA

BAB V PENUTUP. kesimpulan yang dapat diambil yaitu sebagai berikut : a. Pengaruh tabungan mudharabah terhadap ROA 75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dijelaskan diatas peneliti akan menarik sebuah kesimpulan berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan pada bab satu, dan juga berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Perusahaan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Perusahaan BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Perusahaan Dalam bab ini akan dibahas mengenai data yang diperoleh dan penyajian hasil perhitungan sejumlah rasio dan kemudian dianalisis.

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perkembangan profitabilitas perusahaan properti dan real estate

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perkembangan profitabilitas perusahaan properti dan real estate V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Perkembangan profitabilitas perusahaan properti dan real estate Tahun 2010-2014 menunjukan bahwa sektor properti dan real estate memiliki dua perusahaan yang

Lebih terperinci