Modul 15. Transport Ternak Dan Pasar-pasar
|
|
- Sugiarto Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Modul 15 Transport Ternak Dan Pasar-pasar
2 Modul ini akan membuat anda mampu : Mengidentifikasi isu-isu kesrawan yang utama pada transportasi dan penjualan melalui pasar-pasar hewan Menguraikan metode-metode untuk dapat melihat adanya masalah-masalah kesrawan
3 Transportasi Ternak Mengapa hal ini penting? Kesejahteraan hewan Ekonomi- potensi kerugiankerugian produksi Kematian-kematian Dehidrasi Kualitas daging
4 Isu-isu kesejahteraan penting Metode memuat/menurunkan Kelelahan dan lama waktu perjalanan
5 Isu-isu utama kesejahteraan Stress panas dan dingin Kecederaan dan inspeksi Standard alat pengangkut Kompetensi pengemudi Kelaparan,dehidrasi dan kehausan Kepadatan di atas angkutan Mabuk perjalanan
6 Lama perjalanan : Kontrol legal 1 Amerika- UU 28 jam (1873) Mensyaratkan bahwa hewan-hewan yang ditransportasikan lebih dari 28 jam dan menyeberangi wilayah Negara Bagian harus diturunkan sedikitnya 5 jam untuk beristirahat, diberi air dan pakan. Dapat diperpanjang menjadi 36 jam atas permintaan Diamandemen di tahun 1994 untuk termasuk diangkut dengan angkutan darat.
7 Waktu perjalanan : Kontrol legal 2 Australia- Model pedoman praktek untuk kesejahteraan hewan : Transport darat bagi sapi (< 48 jam) dan babi-babi (< 24 jam)- waktu tanpa air
8 Waktu perjalanan : Kontrol legal 3 Regulasi transport di Eropa 8 jam Kecuali untuk kendaraan angkut spesifikasi tinggi untuk spesies spesifik Sampai 24 jam dengan air di atas angkutan (bagi babi) atau 29 jam dengan stop istirahat (sapi dewasa dan domba)
9 Transport Ternak Stress Panas dan dingin 1 Energy balance Optimal temperature range for pigs and poultry Optimal temperature range for ruminants Cold stress Air temperature ( o C) After Webster 1995 Heat stress
10 Transport Ternak Stress Panas dan dingin 2 Secara sederhana saya menyarankan bahwa lebih banyak hewan ditemukan Mati sewaktu Tiba di tempat tujuan yang terbunuh akibat stress panas dari pada penyebab yang lain Webster 1995
11 Standard kendaraan pengangkut Transport sapi jantan di filipina
12 Persyaratan mendasar Lantai tidak licin dengan kekuatan yang memadai Alas lantai yang mampu menyerap atau yang dapat mudah dibersihkan dari urine dan feces. Luas ruang yang cukup untuk badan dan kepala Ventilasi yang memadai Mudah dibersihkan dan tidak licin/membuat terpeleset Tidak ada pinggiran yang tajam atau tonjolan-tonjolan Sudut memuat hewan yang sesuai pencahayaan
13 Kendaraan spesifikasi tinggi di Uni Eropa Alas tidur yang cukup Makanan yang sesuai dan cukup Akses langsung terhadap hewan Ventilasi yang baik Penyekat kandang yang dapat dipindah-pindah Kendaraan yang dilengkapi dengan penghubung ke suplai air ketika berhenti
14 Kompetensi pengemudi 1 Pengemudi adalah orang yang bertanggungjawab dan harus memahami : Persyaratan otorisasi Konstruksi kendaraan dan UU Kesejahteraan Bagaimana : Merencanakan perjalanan dan prediksi hal-hal yang dapat terjadi Dokumen lengkap Memuat,operasikan dan mengontrol kendaraan Kapan mencari pertolongan
15 Kompetensi pengemudi 2 Pengemudi harus memahami : Menangani hewan selama memuat dan menurunkannya Persyaratan spesies spesifik Persyaratan ruang gerak
16 Kompetensi pengemudi 2 Efek dari iklim Mengatur ventilasi yang sesuai Membersihkan kendaraan angkut dan disinfeksi Tanda-tanda stress dan sakit sehat Mengurus yang tidak sehat atau yang cedera Peraturan untuk mengangkut hewan cedera
17 Dehidrasi dan haus Masalah serius untuk unggas dan babi Tidak terlalu serius untuk ruminansiarumen(lambungnya) bertindak sebagai penyimpan
18 Isu-isu utama kesrawan : Unggas Memindahkan unggas dari kandang-kandang petugas dibayar berdasarkan jumlah ekor kesakitan pada kaki di broiler/kalkun patah tulang di ayam petelur stress panas di ayam pedaging Stress dingin di masa akhir bertelur pada ayam Lama waktu perjalanan Akses terhadap pakan dan air
19 Unggas Mati di Ketibaan 1.4 Dead on arrival % Journey time (hours) After Warriss et al (1992)
20 Transport Unggas
21 Transportasi unggas Pemuatan menyamping untuk kendaraan pengangkut kalkun
22 Transportasi unggas
23 Isu-isu utama kesrawan : Babi Ketakutan pada waktu memuat dan menurunkan Menggunakan pengejut listrik Mencampur ternak Sudut jembatan penurun Kendaraan gelap dan tempat beristirahat Stress panas dan dehidrasi Mabuk perjalanan Kecederaan akibat berdesakan/terlalu penuh
24 Isu-isu utama kesrawan : babi
25 Isu-isu utama kesrawan : Babi2 (mabuk perjalanan) 26% dari 50 babi seberat 80kg ditransportasikan di kendaraan ternak komersial muntah-muntah atau mual-mual 50% menunjukkan gejala mulut berbusa (atau chomping?) (Randall et al 1998)
26 Isu-isu utama kesrawan : babi Jembatan untuk pemuatan babi
27 Transportasi dari anak-anak babi Aturan Konsil Kesejahteraan Hewan di Uni Eropa sewaktu Ditransportasikan dikenal sebagai EU Welfare of Animals during Transport Council Regulation (EC) No.1/2005 : Babi yang usianya kurang dari 3 minggu tidak boleh ditransportasikan lebih dari 100 km Babi yang beratnya kurang dari 10kg tidak boleh ditransportasikan lebih dari 8 jam kecuali bersama induknya.
28 Isu-isu utama kesrawan : Sapi-sapi Pemuatan dan penurunan menggunakan kejutan listrik, tongkat yang meninggalkan tanda dan memar, jembatan yang buruk Mencampurkan sapi-sapi jantan muda Sapi-sapi laktasi mensyaratkan diperah Anak-anak sapi pedaging tak mampu berbaring buruknya alas tidur dan kepadatan hewan yang tinggi Dehidrasi pada anak sapi pedaging
29 Isu-isu utama kesrawan : sapi Memuat sapi liar(buffalo)
30 Transportasi anak-anak sapi EC no.1/2005 (konsil untuk transport hewan di UE) : Anak sapi usia kurang dari 10 hari tidak boleh di transportasikan lebih dari 100 km Anak sapi usia kurang dari 14 hari tidak boleh ditransportasikan lebih dari 8 jam kecuali bersama induknya
31 Isu-isu utama kesrawan : Domba dan kambing Ketakutan sewaktu pemuatan dan penurunan anjinganjing dan manusia Stress panas Ruang gerak yang tersedia- lebih besar untuk domba yang tidak dicukur dan yang bunting (0,2-0,5 m2 di UE) Pemberian pakan sewaktu stop istirahat Domba makan terlebih dahulu dan tidak boleh minum sampai 6 jam
32 Isu-isu utama kesejahteraan : kuda-kuda Kecederaan karena sepatu kuda atau jatuh Kandang perekor atau box Kendaraan angkut dengan dengan satu deck saja Terjerat dikarenakan pemegang kepala dan ikatan-ikatan Ketidaknyamanan/ frustasi karena ikatan pendek menghambat berbaring dan makan
33 Transportasi kuda EC no.1/2005 atau regulasi untuk kesejahteraan pada transport hewan di UE Perjalanan tidak dapat lebih dari 8 jam bilamana : Kuda-kuda masih liar (tidak terbiasa ditangani manusia) Kuda-kuda usia kurang dari 4 bulan (kecuali bersama induknya) Kuda-kuda ditransportasikan secara berkelompok dan tidak dipisahkan secara sendiri-sendiri
34 Isu-isu utama kesejahteraan : Spesies-spesies lainnya Kelinci Sedikit abatoirnya- panjang perjalanannya Tempat mengangkut(container) tidak ada makanan dan air Rusa Tidak jinak takut dan cedera,sering ditembak di peternakan
35 Ditransportasikan atau tidak ditransportasi Emergency dan kecederaan-kecederaan Sakit dan tercedera Bunting tua Baru lahir (mis.sapi perah jantan) Tidak disapih
36 Ditransportasikan atau tidak ditransportasikan Kapankah hewan tidak sesuai untuk perjalanan? Yang tidak mampu bergerak sendiri atau untuk berjalan harus dibantu Mempunyai luka terbuka yang parah atau adanya prolapsus Betina bunting di periode 10% terakhir masa kebuntingannya, atau yang baru beranak minggu sebelumnya Mamalia yang baru lahir dengan pusar yang belum sembuh
37 Ditransportasikan atau tidak ditransportasikan Kapankah hewan cedera dapat ditransportasikan? Bila cedera ringan Tahan / mampu berdiri di atas keempat kakinya Dapat berjalan sendiri menuju alat pengangkutnya Untuk mendapatkan penanganan emergency veteriner
38 Markets Peran tradisional Tidak lagi diperlukan? Produser kecil melawan produser besar Stress muatkan/turunkan double Effek dari waktu perjalanan Mencampur hewan-hewan Pemindahan penyakit
39 Pasar Pasar Filipina
40 Pasar Untuk produser multiple/kecil,pasar atau pusat koleksi membolehkan untuk : Satu kendaraan dari setiap peternakan Total perjalanan ke pengolahan lebih singkat Waktu tempuh di jalan yang buruk berkurang
41 Persyaratan Kepadatan ternak maksimum- ditandai di setiap kandang(pen) Pen : mencantumkan perbandingan untuk mencegah pencampuran Satu area memuat dan menurunkan yang tinggi dengan jembatan dan lantai yang tidak licin. Akses kepada penanganan veteriner dan untuk memotong secara manusiawi Diberi tempat berlindung bila untuk periode yang lama
42 Persyaratan Fasilitas penanganan dan penyesuaian bagi hewan yang aman-tidak ada pinggiran tajam atau tonjolan berbahaya Ventilasi yang layak Kandang isolasi yang cukup Peralatan perah Pencahayaan untuk inspeksi Petugas yang cukup dan terlatih Pembersihan kendaraan dan fasilitas desinfeksi
43 Pasar : ekonomi vs kesejahteraan Transport yang lebih jauh untuk ternak yang tak terjual Ditawarkan di pasar-pasar atau peternakanpeternakan Hanya singkat-singkat saja dilihat di banyak tempat Perjalanan ke pasar-pasar yang jauh Spesifikasi pasar menjadi tidak sesuai
44 Pasar Basah Pasar terbuka dimana konsumen dapat membeli hewan hidup, untuk dimakan di rumah Sedikit atau tidak ada aturan kesrawan Transport ke pasar Transport pulang bersama konsumen Kondisi penanganan di pasar Pemotongan
45 Kesimpulan beberapa potensi besar masalah di transportasi ternak beberapa masalah adalah spesies spesifik Solusi utamanya adalah : Membatasi waktu perjalanan Memperbaiki disain angkutan Melatih para petugas
46 Kesimpulan Jangan ditransportasikan Yang cedera, baru lahir, hewan bunting tua atau yang baru melahirkan Hewan yang tidak mampu berdiri baik di atas keempat kakinya dan bila tak mampu berjalan sendiri ke angkutannya Pasar-pasar Verifikasi yang terhambat tentang waktu perjalanan Standard di pasar tergantung dari apakah pasar tersebut merupakan bagian dari waktu perjalanan atau tempat singgah untuk beristirahat
47 Bibliography COUNCIL REGULATION EC 1/2005 on the protection of animals during transport and related operations. Available from: GRANDIN, T. Dr Temple Grandin s Web page. Livestock Behaviour, Design of Facilities and Humane Slaughter. GREGORY NG, WILKINS LJ. 1989: Broken bones in domestic fowl: handling and processing damage in end-of-lay battery hens. British Poutry Science 30: RANDALL et al, 1998: Vehicle motion and motion sickness in pigs. Animal Science 66: Part 1 WARRISS PD, BEVIS EA, BROWN SN, EDWARDS JE. 1992: Longer journeys to processing plants are associated with higher mortality in broiler chickens. British Poultry Science 33:
48 Bibliography WEBSTER, J., 1995: Animal Welfare: A Cool Eye Towards Eden. Blackwell Science WEEKS, C.A., WEBSTER, A.J.F. & WYLD, H.M., 1997: Vehicle design and thermal comfort of poultry in transit. British Poultry Science 38:
Modul 7. Ukuran-ukuran perilaku pada
Modul 7 Ukuran-ukuran perilaku pada kesejahteraan hewan (2) Modul ini akan membuat anda dapat Mengenali dan menginterpretasi indicator perilaku pada kesejahteraan hewan Mengidentifikasi kemungkinan penyebab
Lebih terperinciTINJAUAN ASPEK KESEJAHTERAAN HEWAN PADA SAPI YANG DIPOTONG DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KOTAMADYA BANDA ACEH
ISSN : 0853-1943 TINJAUAN ASPEK KESEJAHTERAAN HEWAN PADA SAPI YANG DIPOTONG DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KOTAMADYA BANDA ACEH Study of the Animal Welfare Aspect on Cattle Slaughtered in Slaughter house in
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. ventilasi tidak memadai, suhu dan kelembaban ekstrem serta kecepatan angin
PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi melibatkan beberapa potensi yang dapat menimbulkan ternak menjadi stres di antaranya penanganan kasar selama bongkar muat, pencampuran dengan ternak baru dan asing
Lebih terperinciPENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN DI RUMAH POTONG HEWAN Oleh. drh. Aryani Widyawati
PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN DI RUMAH POTONG HEWAN Oleh. drh. Aryani Widyawati Kesejahteraan hewan merupakan persoalan sosial yang cukup penting saat ini. Adanya larangan expor sapi dari negara Australia
Lebih terperinciMENERAPKAN PRINSIP KESEJAHTERAAN HEWAN
BAHAN AJAR PELATIHAN JURU SEMBELIH HALAL KODE UNIT KOMPETENSI : A. 016200.007.01 MENERAPKAN PRINSIP KESEJAHTERAAN HEWAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1
Lebih terperinciBAB III HANDLING TERNAK RIMINANSIA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB III HANDLING TERNAK RIMINANSIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI
TELAH DIUBAH/DIGANTI DENGAN PERDA NOMOR 11 TAHUN 2004 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Rumah Pemotongan Hewan (RPH) merupakan bangunan atau kompleks bangunan yang dibuat menurut bagan tertentu di suatu kota yang digunakan sebagai tempat
Lebih terperinciSILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PTP101 Dasar Produksi Ternak 3(2-3) Mata kuliah ini memberikan pengetahuan kepada mahasiswa untuk dapat menjelaskan, memahami tentang arti, fungsi jenis
Lebih terperinciModul 2. Pengamatan Kesrawan dan Lima
Modul 2 Pengamatan Kesrawan dan Lima Kebebasan Hewan Dengan modul ini anda diharapkan : Memahami Konsep dan penggunaan yang potensial dari Lima Kebebasan Hewan Perbedaan antara faktor-faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciA. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH
ix Tinjauan Mata Kuliah A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH Mata kuliah PENANGANAN DAN PENGOLAHAN HASIL PETERNAKAN ditujukan: (1) untuk mengenal dan memahami macammacam sumber hasil peternakan dan
Lebih terperinciTempat Penampungan Sementara Hewan Kurban
1 1 Tempat Penampungan Sementara Hewan Kurban Tempat penampungan sementara merupakan lokasi penampungan sebelum hewan disembelih pada hari tasyriq Idul Kurban. Tempat penampungan sementara biasanya terletak
Lebih terperinciModul 13. Ternak : Penilaian kesejahteraan dan isu-isu (1)
Modul 13 Ternak : Penilaian kesejahteraan dan isu-isu (1) Modul ini akan membuat anda mampu : Mengidentifikasi penyebab utama dari kesejahteraan hewan ternak yang buruk Membedakan antara masalah kesrawan
Lebih terperinciIV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK
IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK Pada umumnya sumber pangan asal ternak dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) macam, yaitu berupa daging (terdiri dari berbagai spesies hewan yang lazim dimanfaatkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN HEWAN DAN BAHAN ASAL HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)
KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KASUS SEPUTAR DAGING Menghadapi Bulan Ramadhan dan Lebaran biasanya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA BUDIDAYA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA BUDIDAYA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan Kota
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Bangsa sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Zebu dan Banteng. Tubuh dan tanduknya relatif kecil, warna bulu pada jantan dan betina sama seperti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam ras merupakan ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).
Lebih terperinciDASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK KOMPETENSI KEAHLIAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Super Ayam kampung super merupakan hasil dari proses pemuliaan yang bertujuan untuk peningkatan produksi daging. Dalam jangka pendek metode persilangan dapat meningkatkan
Lebih terperinci[Pemanenan Ternak Unggas]
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pemanenan Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciSOSIALISASI ZOONOSIS DAN KESEJAHTERAAN HEWAN (KESRAWAN)
SOSIALISASI ZOONOSIS DAN KESEJAHTERAAN HEWAN (KESRAWAN) Kegiatan : Sosialisasi Zoonosis dan Kesejahteraan Hewan (Kesrawan) Oleh : Drh. Abdul Karnaen, dari Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERIZINAN USAHA PETERNAKAN
Lebih terperinciMATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN
MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2009-2014 1. VISI : Terwujudnya peningkatan kontribusi subsektor peternakan terhadap perekonomian. 2. MISI : 1. Menjamin pemenuhan kebutuhan produk
Lebih terperinciTAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG
NOMOR 17 TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 27 TAHUN 2013 SERI E TENTANG IZIN USAHA PETERNAKAN DAN PENDAFTARAN PETERNAKAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPENGUKURAN KINERJA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR CAPAIAN TUJUAN
PENGUKURAN KINERJA 2009-2013 DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TARGET Tahun Dasar Realisasi NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA CAPAIAN TUJUAN 2013 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 8
Lebih terperinciPROGRAM PENCAHAYAAN (Lighting) TIM BROILER MANAGEMENT 2017
PROGRAM PENCAHAYAAN (Lighting) TIM BROILER MANAGEMENT 2017 FUNGSI DAN MANFAAT Fungsi pencahayaan pada pemeliharaan broiler adalah : o Penerangan : agar anak ayam dapat melihat tempat pakan dan minum serta
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 2 TAHUN 2000 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 22 TAHUN 2000 T E N T A N G
LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G SALINAN NOMOR : 2 TAHUN 2000 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 22 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI PEMERIKSAAN HEWAN TERNAK, HASIL TERNAK DAN HASIL
Lebih terperinciModul 14. Menilai kesrawan pada ternak dan isu-isunya (2)
Modul 14 Menilai kesrawan pada ternak dan isu-isunya (2) Modul ini dapat membuat anda mampu untuk : Menjelaskan sistem-sistem peternakan primer yang digunakan untuk produksi hewan ternak dan mutilasi yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA MAGELANG
PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI RUMAH
Lebih terperinciTEMPAT PENJUALAN HEWAN
TEMPAT PENJUALAN HEWAN Pemenuhan kebutuhan hewan kurban di wilayah Provinsi Jawa Barat umumnya berasal dari hewan yang didatangkan dari berbagai daerah dan diperdagangkan di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daging merupakan salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi, kerbau, kuda, domba, kambing,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen secara makroskopis (warna, konsistensi, ph, dan volume semen) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas, abnormalitas, konsentrasi, dan jumlah spermatozoa per
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 19 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BUDIDAYA TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 141 TAHUN 2009 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 141 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN DAN PENANGANAN DAGING WALIKOTA
Lebih terperinciDepartemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Program Studi : Teknologi Produksi Ternak Capaian Pembelajaran : 1. Mampu mengidentifikasi dan menganalisis masalah, menemukan solusi alternatif dan menyeleksi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN POSO
PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kepastian berusaha
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciVIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA
Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VIII VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang
V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 1. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan nasional
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam broiler (Sudaryani dan Santosa, 2003). Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONE, Menimbang : a. bahwa untuk lebih meningkatkan penerimaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia agar dapat hidup sehat, karena manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK
Ketentuan Retribusi dicabut dengan Perda Nomor 2Tahun 2012 PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN BIDANG PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Pasal 23 ayat (3) Retribusi pelayanan IB merupakan Pendapatan Asli Daerah dan wajib disetorkan ke Kas Daerah. Pasal 23 ayat (4) cukup jelas. Pasal 23 ayat (5) cukup jelas. Pasal 23 ayat (6) cukup jelas.
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PETERNAKAN DAN PENDAFTARAN PETERNAKAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PETERNAKAN DAN PENDAFTARAN PETERNAKAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009 BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DISUSUN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT
Lebih terperinciTERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya
TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani dengan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan
KATA PENGANTAR Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan dalam mengambil kebijakan setiap tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan yang
Lebih terperinciAnjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis
Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk hasil peternakan yang berupa protein hewani juga semakin meningkat. Produk hasil
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 11 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBahan Kuliah ke 6: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad. Usaha Peternakan
Bahan Kuliah ke 6: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad Usaha Peternakan PENDAHULUAN UNDANG-UNDANG No. 6 Tahun 1967. Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan UNDANG-UNDANG N0.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus meningkat sehingga membutuhkan ketersediaan makanan yang memiliki gizi baik yang berasal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing berlokasi di Denpasar dan Tabanan, Tempat Pemotongan Ayam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tempat Pemotongan Ayam Daging ayam di Bali seluruhnya disediakan oleh pihak swasta, yang terdiri dari 2 unit Rumah Pemotongan Unggas (RPU) yang berbentuk perusahaan masing-masing
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam
Lebih terperinciPUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011
PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami definisi pupuk kandang, manfaat, sumber bahan baku, proses pembuatan, dan cara aplikasinya Mempelajari
Lebih terperinciVISI. Terwujudnya masyarakat yang mandiri, sejahtera melalui peningkatan pembangunan peternakan.
VISI Terwujudnya masyarakat yang mandiri, sejahtera melalui peningkatan pembangunan peternakan. MISI 1. Meningkatkan peluang ekonomi dan lapangan kerja untuk kemandirian dan kesejahteraan masyarakat di
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan Secara umum kinerja produksi ternak sapi dan kerbau di berbagai daerah relatif masih rendah. Potensi ternak sapi dan kerbau lokal masih dapat ditingkatkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN (DICABUT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,
PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN (DICABUT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL PEMASUKAN BENIH, BIBIT TERNAK DAN TERNAK POTONG A. Semen Beku Sapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan
Lebih terperinciRETRIBUSI PENGELOLAAN PASAR HEWAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 09 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 09 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PENGELOLAAN PASAR HEWAN DISUSUN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan nasional maka peternakan yang merupakan salah satu faktor penunjang
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.214, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternakan. Kesehatan. Veteriner. Hewan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5356) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciKisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak
Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak A. DASAR KOMPETENSI KEJURUAN. Menjelaskan potensi sektor pean 2. Menjelaskan dasardasar budidaya 3. Menjelaskan sistem organ
Lebih terperinciDUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL
DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana MS Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian I. PENDAHULUAN Populasi penduduk
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 1 TAHUN 2002 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2002
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 1 TAHUN 2002 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN, PEMERIKSAAN TERNAK DAN HASIL TERNAK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam hasil dari rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Ternak Kelinci Konsumsi daging kelinci di Indonesia dimasa mendatang diprediksikan akan meningkat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan berkurangnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Broiler Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan untuk ditetaskan menjadi DOC (Suprijatna dkk., 2005). Ayam pembibit menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung
Lebih terperinciPEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA ANAK BABI LOU AYY ALZAMAKHSYARI D
MK : Produksi Ternak Babi dan Kuda Dosen : Dr. Ir. Salundilk, M Si Asisten : Desmawita K Barus, S Pt, M Si Jadwal : Kamis, 07.00-10.00 WIB PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA
Lebih terperinciKTT Ketahanan Pangan Jakarta, Indonesia 7 & 8 Februari 2012
Industri daging merah Selandia Baru KTT Ketahanan Pangan Jakarta, Indonesia 7 & 8 Februari 2012 Tim Ritchie Pimpinan Eksekutif Meat Industry Association of New Zealand (Gabungan Industri Daging Selandia
Lebih terperincipenampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat
Problem utama pada sub sektor peternakan saat ini adalah ketidakmampuan secara optimal menyediakan produk-produk peternakan, seperti daging, telur, dan susu untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat akan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat
Lebih terperinciProduksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis
Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis Pasar merupakan tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Secara umum berdasarkan kelas mutu pelayanan terbagi menjadi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2007 TENTANG USAHA PETERNAKAN DAN PENERTIBAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2007 TENTANG USAHA PETERNAKAN DAN PENERTIBAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciMATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO
MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO NO JENIS MEDIA PEMBAWA PEMERIKSAAN DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA HEWAN PEMERIKSAAN TEKNIS MASA KARANTINA KETERANGAN 1. HPR 14 hari Bagi HPR
Lebih terperincilagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah kelinci Menurut Kartadisatra (2011) kelinci merupakan hewan mamalia dari family Leporidae yang dapat ditemukan di banyak bagian permukaan bumi. Dulunya, hewan ini adalah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan nasional maka peternakan yang
Lebih terperinciTATALAKSANA PENELITIAN DI LABORATORIUM KANDANG PERCOBAAN
TATALAKSANA PENELITIAN DI LABORATORIUM KANDANG PERCOBAAN R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Validasi data sangat menentukan kualitas hasil penelitian di Balai Penelitian
Lebih terperinci