ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA TANAH UNTUK KEPENTINGAN USAHA (Studi Di Kota Samarinda)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA TANAH UNTUK KEPENTINGAN USAHA (Studi Di Kota Samarinda)"

Transkripsi

1 ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA TANAH UNTUK KEPENTINGAN USAHA (Studi Di Kota Samarinda) NASKAH PUBLIKASI DIAJUKAN OLEH : Hasmah Diana NIM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN 2013

2 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA TANAH UNTUK KEPENTINGAN USAHA (Studi Di Kota Samarinda) Diajukan untuk dipublikasikan pada jurnal ilmiah Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Disusun Oleh : Hasmah Diana NIM Disetujui oleh : PEMBIMBING UTAMA PEMBIMBING PENDAMPING Dr. Mahendra Putra Kurnia, S.H.,M.H NIP Wiwik Harjanti, S.H.,LL.M NIP

3 PERNYATAAN DOSEN PEMBIMBING UTAMA Dengan ini saya selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi mahasiswa berikut : Nama : Hasmah Diana NIM : Judul Skripsi :ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA TANAH UNTUK KEPENTINGAN USAHA (Studi Di Kota Samarinda) Setuju Naskah Publikasi Skripsi yang disusun oleh mahasiswa bersangkutan dipublikasikan dengan/tanpa *) mencantumkan nama Pembimbing Utama sebagai penulis pendamping. Demikian untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Samarinda, 29.. Juli 2013 Pembimbing Utama Dr. Mahendra Putra Kurnia, S.H.,M.H NIP

4 PERNYATAAN DOSEN PEMBIMBING PENDAMPING Dengan ini saya selaku Dosen Pembimbing Pendamping Skripsi mahasiswa berikut : Nama : Hasmah Diana NIM : Judul Skripsi :ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA TANAH UNTUK KEPENTINGAN USAHA (Studi Di Kota Samarinda) Setuju Naskah Publikasi Skripsi yang disusun oleh mahasiswa bersangkutan dipublikasikan dengan/tanpa *) mencantumkan nama Pembimbing Pendamping sebagai penulis pendamping. Demikian untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Samarinda, 29 Juli 2013 Pembimbing Pendamping Wiwik Harjanti, S.H.,LL.M NIP

5 ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA TANAH UNTUK KEPENTINGAN USAHA (Studi Di Kota Samarinda) Analysis Juridical Dispute Settlement Ground To Interests Effort ( study in the city of samarinda ) Hasmah Diana Hasmahdiana@ymail.com Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Abstrak Investasi untuk kepentingan usaha yang terus dilaksanakan sampai saat ini umumnya membutuhkan tanah atau lahan yang luas, mulai dari puluhan, ratusan bahkan ribuan hektar. Kendala tersedianya tanah untuk investasi yang digunakan sebagai kepentingan usaha, terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia termasuk di Samarinda Kalimantan Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa mengenai pelaksanaan penyelesaian sengketa tanah untuk kepentingan usaha yang selama ini dilakukan di kota Samarinda dan memberikan alternatif solusi dalam rangka meminimalisir terjadinya sengketa tanah untuk kepentingan usaha. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah yuridis empiris yang menggunakan studi kasus hukum empiris berupa perilaku hukum masyarakat. Berdasarkan hasil pembahasan disimpulkan bahwa pelaksanaan penyelesaian sengketa tanah untuk kepentingan usaha di kota Samarinda dapat ditempuh melalui jalur non litigasi (luar pengadilan) dan litigasi (pengadilan). Penyelesaian secara non litigasi secara mediasi sesuai dengan Petunjuk Teknis Nomor 05/JUKNIS/D.V/2007 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Mediasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir sengketa tanah untuk kepentingan usaha yaitu, membereskan administrasi pertanahan dimasa lalu membereskan ketimpangan struktur penguasaan/pemilikan tanah, dan memenuhi tuntutan reformasi. Kata kunci : Sengketa Tanah, Kepentingan Usaha Abstract Investment for the benefit of business continue to be held there has typically take ground or land broad, ranging from tens, even hundreds of thousands of acres. Constraint availability ground for investment used as business interests was forcing almost all areas in indonesia including samarinda east kalimantan. Research aims to know and analyzes regarding the implementation of dispute settlement ground to interests effort for this was in city samarinda and give alternative solutions to minimize the occurrence of land dispute for the benefit of businesses. Research method used in thesis this is juridical empirical that uses case study law in form of behavior empirical laws of society Based on the results of the discussion it was concluded that the implementation of land dispute resolution for business in Samarinda city can be reached via the non-litigation (out of court) and litigation (courts). Settlement of non-litigation mediation in accordance with the technical guidelines number 05/JUKNIS/d. V/2007 concerning the implementation of the Mechanisms of mediation. The effort that can be done to minimize the dispute over the land for the benefit of undertakings which, in the past dealt with land administration deal with the inequality structure of landholdings of authorization, and meet the demands of reform. Key words: land dispute, Business Interests

6 Pendahuluan Indonesia merupakan negara berkembang yang masih memerlukan investasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Istilah investasi berasal dari bahasa latin yaitu investire (memakai), sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan investment yaitu menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut. Untuk menciptakan realisasi investasi yang berkesinambungan diperlukan sebuah iklim investasi yang kondusif. Menurut Sturn, iklim investasi adalah semua kebijakan, kelembagaan dan lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa depan yang bisa mempengaruhi tingkat pengembalian dan resiko suatu investasi. Investasi sekarang ini sudah menjadi kebutuhan segolongan besar orang untuk keperluan masa depannya. Setiap individu atau perusahaan yang membuat investasi dalam bentuk domestik maupun asing disebut dengan Investor. Dengan banyaknya investor di Indonesia maka semakin banyak yang memerlukan tanah sebagai investasi untuk kepentingan usaha. Tanah merupakan obyek investasi yang menarik dan sering dilakukan karena nilainya yang tidak pernah turun bahkan cenderung selalu mengalami kenaikan, bahkan bila nilai emas turun, investasi tanah ini tidak akan berubah. Banyaknya tanah sebagai asset tak bergerak di Samarinda untuk kepentingan usaha dan investasi yaitu suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person), dalam upaya untuk meningkatkan dan atau mempertahankan nilai modalnya serta menghasilkan keuntungan di kemudian hari, dimana tanah yang digunakan untuk kepentingan usaha tersebut banyak yang mengalami sengketa semakin meningkat sesuai dengan data yang ada pada Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Samarinda tentang pengaduan sengketa tanah untuk kepentingan usaha yang terjadi di wilayah Samarinda dari tahun 2011 sampai dengan 2013, maka dari itu diperlukan penanganan yang sistematis untuk menyelesaikan sengketa tanah tersebut. Karena dengan banyaknya sengketa tanah untuk kepentingan usaha yang terjadi ini mengakibatkan para investor yang berminat menanamkan modal untuk kepentingan usaha akan berpikir ulang, bahkan dapat juga membatalkan investasinya, sehingga akan mempengaruhi perkembangan iklim investasi di Indonesia khususnya di Samarinda. Untuk mengetahui secara jelas mengenai pola penyelesaikan sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha itulah penelitian ini dilakukan pada pihak-pihak yang bersengketa seperti masyarakat, investor swasta, maupun Pemerintah Kota Samarinda, tentunya dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal itu penting karena apabila ada landasan hukum yang jelas disertai contoh implementasi yang sudah dilaksanakan, maka diharapkan sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha yang terus bertambah dan dapat mempengaruhi iklim investasi di Samarinda mendapatkan cara yang tepat dan cepat untuk penyelesaiannya secara tuntas. Hal yang demikianlah yang menjadi urgensi dari penelitian yang akan dilakukan, sehingga pada akhirnya dapat menyelesaikan dan mengurangi secara kuantitatif jumlah sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Oleh sebab itu, penulis berkeinginan untuk membuat analisis yuridis penyelesaian sengketa tanah untuk kepentingan usaha (Studi Di Kota Samarinda). Perumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang masalah yang penulis kemukakan di atas, maka permasalahan-permasalahan yang akan dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan penyelesaian sengketa tanah untuk kepentingan usaha yang selama ini dilakukan di kota Samarinda? 2. Apa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya sengketa tanah untuk kepentingan usaha?

7 PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penyelesaian Sengketa Tanah Untuk Kepentingan Usaha Di Kota Samarinda Penyelesaian sengketa tanah dapat ditempuh dengan dua cara sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan yaitu penyelesaian sengketa melalui pengadilan dan penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa tanah pertama kali dilakukan dengan cara di luar pengadilan yaitu mediasi sesuai Petunjuk Teknis Nomor 05/JUKNIS/D.V/2007 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Mediasi yang selanjutnya cara yang kedua apabila tidak menemukan penyelesaian dilanjutkan melalui jalur pengadilan. Penyelesaian sengketa tanah di luar peradilan atau non litigasi melalui mediasi menurut Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan yang dijelaskan dalam Petunjuk Teknis Nomor 05/JUKNIS/D.V/2007 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Mediasi. Mediasi merupakan mekanisme penyelesaian sengketa dengan pihak bantuan pihak ketiga (mediator) yang tidak memihak (impartial) yang turut aktif memberikan bimbingan atau arahan guna mencapai penyelesaian, namun mediator tidak berfungsi sebagai hakim yang berwenang mengambil keputusan. Inisiatif penyelesaian sengketa tetap berada di tangan para pihak, dengan demikian hasil penyelesaian sengketa bersifat kompromi. Sedangkan Penyelesaian sengketa melalui pengadilan dapat dikatakan sebagai penyelesaian sengketa yang memaksa salah satu pihak untuk menyelesaikan sengketa dengan perantaraan pengadilan. 1 Penyelesaian sengketa melalui pengadilan memiliki sifat eksekutorial, dalam arti pelaksanaan terhadap putusan dapat dipaksakan oleh lembaga yang berwenang. 2 Maka dari itu untuk mengetahui pelaksanaan penyelesaian sengketa tanah untuk kepentingan usaha di kota Samarinda melalui dua metoder yaitu metode non litigasi yaitu mediasi di kantor pertanahan kota Samarinda dan litigasi di pengadilan negeri kota Samarinda. Kantor Badan Pertanahan kota Samarinda dalam melaksanakan mediasi penanganan masalah sengketa tanah untuk kepentingan usaha memiliki mekanisme mediasi yang sama untuk setiap sengketa yang masuk dalam pengaduan ke kantor pertanahan kota Samarinda serta dilaksanakan secara bertahap dan terkoordinir. Pertama-tama bila Kantor Badan Pertanahan kota Samarinda menerima laporan pengaduan penyelesaian masalah sengketa tanah dengan menggunakan cara mediasi maka Kantor Badan Pertanahan kota Samarinda melaksanakan persiapan untuk mempertemukan para pihak yang bersengketa seperti masyarakat, badan hukum swasta (investor), maupun pemerintah. Di dalam persiapan untuk mempertemukan kedua belah pihak yang bersengketa tersebut, Kantor Badan Pertanahan kota Samarinda harus terlebih dahulu menguasai pokok-pokok permasalahan yang akan di musyawarahkan antara lain: 3 1. Mengetahui pokok masalah dan duduk masalah yang sebenarnya 2. Apakah masalah tersebut dapat diselesaikan melalui mediasi atau tidak 1 Jimmy Joses Sembiring, 2011, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan, Visimedia, Jakarta, Halaman 9 2 Ibid., Halaman 10 3 Wawancara dengan Mohamad Ikhsan S.H, Kepala Sub Seksi Perkara Pertanahan Kota Samarinda pada hari rabu tanggal 22 Mei 2013 pukul WITA

8 3. Kantor Badan Pertanahan kota Samarinda membentuk tim penanganan sengketa tentatif, tidak keharusan, ada halangan pejabat struktural yang berwenang dapat langsung menyelenggarakan mediasi. 4. Penyiapan bahan selain persiapan prosedur disiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan mediasi terhadap pokok sengketa, resume telaahan. Agar mediator sudah menguasai substansi masalah, meluruskan persoalan, saran bahkan peringatan jika kesepakatan yang diupayakan akan cenderung melanggar peraturan di bidang pertanahan misalnya melanggar kepentingan pemegang hak tanggungan, kepentingan ahli waris lain, melanggar hakekat pemberian haknya (berkaitan dengan tanah redistribusi). 5. Menentukan waktu dan tempat mediasi Setelah melakukan tahap persiapan dalam mempertemukan para pihak pihak yang bersengketa tersebut sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka pada tahap kedua Kantor Badan Pertanahan kota Samarinda akan memberikan undangan kepada para pihak yang bersengketa dan instansi yang terkait (apabila dipandang perlu) untuk mengadakan musyawarah penyelesaian sengketa yang dimaksud dan diminta untuk membawa serta data/informasi yang diperlukan. Penataan struktur pertemuan dengan posisi tempat duduk huruf U atau lingkaran. Tahap ketiga yang dilakukan Kantor Pertanahan kota Samarinda adalah melaksanakan kegiatan mediasi yang dilaksanakan diantaranya mencakup hal-hal: a. Mengatasi hambatan hubungan antara pihak (hubungan personal antar pihak). b. Mencarikan suasana diantara kedua belah pihak yang bersengketa suasana yang kondusif, akrab dan tidak kaku. c. Memberikan penjelasan yang konkrit dan tegas tentang peran mediator sebagai pihak ketiga yang tidak memihak kemudian penjelasan tentang kehendak para pihak yang akan disampaikan dalam kegiatan mediasi dan kunci dari kegiatan pelaksanaan mediasi ini adalah penegasan mengenai kesediaan para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui mediasi dan oleh mediator Kantor Badan Pertanahan kota Samarinda. Dalam hal-hal tertentu berdasarkan kewenangannya (authoritas mediator autoritatif) mediator dapat melakukan intervensi/campur tangan dalam proses mencari kesepakatan dari persoalan yang disengketakan (bukan memihak) untuk menempatkan kesepakatan yang hendak dicapai sesuai dengan hukum pertanahan. Kegiatan lainnya dalam pelaksanaan mediasi untuk se yang dilakukan oleh Kantor Badan Pertanahan kota Samarinda sebagai mediator adalah melakukan klarifikasi terhadap para pihak yang terlibat sengketa. Di dalam klarifikasi para pihak tersebut mencakup antara lain : 1. Kedudukan dari para pihak yang bersengketa 2. Dikondisikan tidak ada rasa apriori pada salah satu pihak/kedua belah pihak dengan objektivitas penyelesaian sengketa kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam pelaksanaan mediasi. 3. Masing-masing berhak memberikan dan memperoleh informasi/data yang disampaikan lawan. 4. Para pihak yang membantah atau meminta klarifikasi dari lawan dan wajib menghormati pihak lainnya. 5. Pengaturan pelaksanaan mediasi. 6. Dari permulaan mediasi telah disampaikan aturan-aturan mediasi yang harus dipenuhi dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam mediasi. 7. Aturan-aturan tersebut inisiatif dari mediator atau disusun baru kesepakatan para pihak, penyimpangan tersebut dapat dilakukan dengan persetujuan para pihak.

9 8. Aturan-aturan tersebut antara lain bertujuan untuk menentukan : a. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan mediator b. Aturan tata tertib diskusi dan negosiasi c. Pemanfaatan dari kaukus (hak yang dimiliki oleh mediator untuk melaksanakan sesi pribadi terhadap masing-masing pihak secara terpisah apabila terjadi jalan buntu) d. Pemberian waktu untuk berfikir Perumusan aturan tersebut mungkin akan mengundang perdebatan yang panjang, namun bagi mediator yang sudah berpengalaman melakukan tugasnya tidak sulit mengatasinya. 9. Menyamakan pemahaman dan menetapkan agenda musyawarah yang meliputi : a. Para pihak diminta untuk menyampaikan permasalahannya serta opsi-opsi alternatif penyelesaian yang ditawarkan, sehingga dititik benang merah permasalahannya agar proses negosiasi selalu terfokus pada persoalan (isu) tersebut. Disini dapat terjadi kesalahpahaman baik mengenai permasalahannya, pengertian yang terkait dengan sengketa atau hal yang terkait dengan pengertian status sengketanya atau hal yang terkait dengan pengertian status tanah negara dan individualisasi. Perlu upaya kesepakatan untuk menyamakan pemahaman mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan upaya penyelesaian masalah sengketa tanah tersebut. Mediator atau Kantor Badan Pertanahan kota Samarinda harus memberi koreksi jika pengertian-pengertian persoalan yang disepakati tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan agar tidak terjadi kesalahan. b. Menetapkan agenda musyawarah (setting agenda), setelah persoalan yang dapat menimbulkan kesalahan pemahaman diatasi, kemudian ditentukan agenda yang perlu dibahas (setelah diketahui persoalan yang melingkupi sengketa). Agenda musyawarah dimaksudkan agar proses musyawarah, diskusi, negosiasi dapat terarah dan tidak melebar/keluar dan fokus persoalan, mediator harus menjaga momen pembicaraan sehingga tidak terpancing atau terbawa larut oleh pembicaraan para pihak. Mediator menyusun acara/agenda diskusi yang mencakup substansi permasalahan, alokasi waktu, jadwal pertemuan berikutnya yang perlu memperoleh persetujuan para pihak. c. Identifikasi kepentingan untuk menentukan pokok masalah sebenarnya, serta relevansi sebagai bahan untuk negosiasi. Pokok masalah harus selalu menjadi fokus proses mediasi selanjutnya. Jika terdapat penyimpangan, mediator harus mengingatkan agar pembicaraan harus kembali pada fokus permasalahan. Kepentingan yang menjadi fokus mediasi dapat menentukan kesepakatan penyelesaiannya, kepentingan disini tidak harus dilihat dari aspek hukum saja, tapi dapat juga dilihat dari aspek lain sepanjang memungkinkan dilakukan negosiasi dan hasilnya tidak melanggar hukum. Pengumpulan opsi-opsi sebagai alternatif yang diminta, kemudian dilakukan generalisasi alternatif tersebut sehingga terdapat hubungan antar alternatif dengan permasalahannya. Dengan generalisasi terdapat kelompok opsi yang tidak dibedakan dari siapa, tetapi bagaimana cara menyelesaikan opsi tersebut melalui negosiasi lebih mudah. Opsi adalah sejumlah tuntutan dan alternatif penyelesaian terhadap sengketa dalam suatu proses mediasi. Kedua belah pihak dapat mengajukan opsi-opsi penyelesaian yang diinginkan. Dalam mediasi autoritatif mediator juga dapat menyampaikan opsi atau alternatif yang lain. Contoh : generalisasi apa yang dipilih misalnya, batas tanah tetap dibiarkan namun tanah tetap dikuasai secara nyata oleh pihak yang seharusnya berhak meminta ganti rugi.

10 Tawar menawar opsi dapat bertanggungjawab dan tertutup dan kemungkinan dapat mengalami jalan buntu (dead lock). Pada saat negosiasi mengalami jalan buntu, mediator harus menggunakan sesi pribadi (periode session atau cancus). Negosiasi adalah tahap paling penting dalam pelaksanaan mediasi. Cara tawar menawar terhadap opsi-opsi yang telah ditetapkan dapat menimbulkan kondisi yang tidak diinginkan. Mediator harus mengingatkan maksud dan tujuan serta fokus permasalahan yang dihadapi sesi pribadi (sesi berbicara secara pribadi) dengan salah satu pihak yang harus sepengetahuan dan persetujuan pihak lawan. Pihak lawan harus diberikan kesempatan menggunakan sesi pribadi yang sama. Proses negosiasi seringkali harus dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu yang berbeda. Hasil dari tahap negosiasi ini adalah serangkaian daftar opsi yang dapat dijadikan alternatif penyelesaian sengketa yang bersangkutan. Penentuan opsi yang dipilih mencakup antara lain : 1. Ada daftar opsi yang dipilih, 2. Pengkajian opsi-opsi tersebut oleh masing-masing pihak, 3. menentukan menerima atau menolak opsi tersebut, 4. menentukan keputusan menghitung untung rugi bagi masing-masing pihak, 5. Para pihak dapat konsultasi pada pihak ketiga, misalnya pengacara atau para ahli mengenai opsi-opsi tersebut, 6. Mediator harus mampu mempengaruhi para pihak untuk tidak menggunakan kesempatan guna menekan pihak lawan. Disini dibutuhkan perhitungan dengan pertimbangan logis, rasional dan obyektif untuk merealisasikan kesepakatan terhadap opsi yang dipilih tersebut, 7. Kemampuan mediator akan diuji dalam sesi ini, 8. hasil dari kegiatan ini berupa putusan mengenai opsi yang diterima para pihak, namun belum final harus dibicarakan lebih lanjut. Ketegasan mengenai opsi-opsi yang telah disepakati bagi penyelesaian sengketa tanah untuk kepentingan usaha. Hasil dari tahap negosiasi akhir ini adalah putusan penyelesaian sengketa yang merupakan kesepakatan para pihak yang bersengketa baik masyarakat, investor swasta, maupun pemerintah yang terkait, kesepakatan tersebut pada pokoknya berisi opsi yang diterima berupa hak dan kewajiban para pihak yang bersengketa. Kemudian dilakukan klarifikasi kesepakatan kepada para pihak yang bersengketa. Klarifikasi ini diperlukan agar para pihak tidak ragu-ragu lagi akan pilihannya untuk menyelesaikan sengketa tersebut dan sukarela dalam melaksanakan hasil dari kesepakatan tersebut. Dari tahap-tahap mekanisme penyelesaian sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha di kota Samarinda secara mediasi yang sudah di dapat dari hasil wawancara di atas, maka mekanisme mediasi yang dilakukan oleh kantor pertanahan kota Samarinda telah sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan dan Petunjuk Teknis Nomor 05/JUKNIS/D.V/2007 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Mediasi. Pilihan jalur penyelesaian sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha di Kantor Badan Pertanahan kota Samarinda ini memang sepenuhnya tergantung pada kehendak para pihak yang lebih memilih jalur melalui mediasi dan menyetujui penyelesaian tersebut dengan segala konsekuensi yang terjadi. Apabila diantara para pihak tidak tercapai persetujuan dan kesepakatan dalam penyelesaian sengketa dengan cara mediasi maka pelaksanaan mediasi tidak dapat dilakukan. Pada umumnya bila jalur musyawarah dan mufakat dan mediasi

11 tidak berhasil dilaksanakan maka satu-satunya cara yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan jalan litigasi (Pengadilan). Pilihan penyelesaian sengketa tanah untuk kepentingan usaha melalui cara perundingan/mediasi ini mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan berperkara di muka pengadilan yang tidak menguntungkan dilihat dari segi waktu, biaya, dan pikiran/tenaga, disamping itu kurangnya kepercayaan atas kemandirian lembaga peradilan dan kendala administratif yang melingkupinya membuat pengadilan merupakan pilihan terakhir untuk penyelesaian sengketa, mediasi memberikan kepada para pihak perasaan kesamaaan kedudukan dan upaya penentuan hasil akhir perundingan dicapai menurut kesepakatan bersama tanpa tekanan atau paksaan. Dari data-data yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat diketahui bahwa mediasi adalah salah satu solusi penyelesaian sengketa tanah secara non litigasi untuk kepentingan usaha di kota Samarinda di luar lembaga pengadilan yang diharapkan mampu menjawab permasalahan sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha di kota Samarinda. B. Upaya Yang Dilakukan Untuk Meminimalisir Terjadinya Sengketa Tanah Untuk Kepentingan Usaha Berdasarkan hasil penelitian penulis, kendala yang menonjol adalah kesiapan sumber daya manusia baik intern maupun ekstern di samping perlu dilakukan penyempurnaan peraturan perundang-undangan dan penguatan kewenangan kelembagaan terutama di daerah. Sumber daya manusia berkaitan dengan pemahaman para aparat pelaksana dalam penguasaan wawasan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan ketentuan pertanahan, ketekunan dalam menghadapi tugas menghadapi masalah dan sengketa pertanahan untuk memperlihatkan etos kerja yang tinggi serta pembangunan peraturan perundang-undangan dan memberikan kewenangan yang lebih besar kepada aparat pelaksana di daerah. Tanah, sebagai hak ekonomi setiap orang, rawan memunculkan konflik maupun sengketa. Jika konflik itu telah nyata (manifest), maka hal itu disebut sengketa. Menurut Maria S.W. Sumardjono upaya pemerintah yang dapat dilakukan untuk meminimalisir sengketa pertanahan secara umum yaitu dengan melakukan: 4 1. Membereskan Administrasi Pertanahan dimasa lalu 2. Membereskan Ketimpangan Struktur Penguasaan/Pemilikan Tanah 3. Pemerintah Harus Memenuhi Meningkatnya Permintaan Akan Tanah 4. Mengkoordinir Tanah terlantar 5. Memenuhi Tuntutan Reformasi Dari kelima upaya pemerintah secara umum untuk meminimalisir sengketa tanah menurut Maria S.W. Sumardjono diatas, dan dari hasil analisa dan data-data yang di dapatkan penulis dari hasil penelitian dan wawancara, maka upaya pemerintah dalam meminimalisir sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha yang ada di kota Samarinda, yang pertama yaitu membereskan ketimpangan struktur penguasaan/pemilikan tanah antara pihak-pihak yang bersengketa seperti masyarakat, investor swasta, maupun pemerintah yang bersangkutan. Ketimpangan penguasaan/pemilikan tanah dapat menjadi sumber sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha sesuai dengan data-data yang telah disajikan pada Tabel 1. Dalam hal ini harus ada keseimbangan penguasaan/pemilikan tanah oleh masyarakat, investor swasta, dan pemerintah. Disamping itu, mengingat keterbatasan persediaan tanah yang relatif tetap di bandingkan dengan jumlah penduduk yang terus berkembang maka 4 Maria S.W. Sumardjono dkk. 2008, MEDIASI Sengketa Tanah, Potensi Penerapan AlternatifPenyelesaian Sengketa (ADR) di Bidang Pertanahan, Kompas, Jakarta, Halaman 2

12 diperlukan pembatasan penguasaan/pemilikan tanah. Hal tersebut dimaksudkan agar terdapat keadilan dalam distribusi tanah untuk kepentinan usaha dan tanah juga dapat diusahakan secara aktif sehingga memberikan manfaat yang optimal serta memberi kontribusi yang signifikan bagi sebesarbesar kemakmuran rakyat. Upaya pemerintah agar dapat meminimalisir sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha yang ada di kota Samarinda yang kedua yaitu pemerintah harus memenuhi pemintaan akan tanah yang semakin meningkat baik dari masyarakat, investor, maupun pemerintah. Kondisi keterbatasan akan sumber daya tanah berhadapan dengan permintaan akan tanah untuk pembangunan yang semakin meningkat dapat pula menjadi pemicu timbulnya sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha. Hal ini disebabkan sulitnya mencari tanah pengganti bagi masyarakat yang tanahnya akan dipergunakan untuk kepentingan usaha yang dilakukan oleh investor swasta. Sementara itu dengan pengambilalihan tanah oleh investor tersebut akan menyebabkan meningkatnya nilai tanah setempat baik yang disebabkan oleh kurangnya persediaan tanah maupun disebabkan oleh dampak yang timbul sebagai akibat aktivitas kepentingan usaha yang dimaksud. Upaya ketiga yang dapat dilakukan pemerintah dalam meminimalisir sengketa tanah untuk kepentingan usaha yaitu ditengah-tengah kondisi penguasaan/pemilikan tanah untuk kepentingan usaha oleh masyarakat dan investor yang sangat minim bahkan banyak yang tidak mempunyai tanah, maka penelantaran tanah merupakan suatu hal yang mengundang ketidakadilan dan kecemburuan sosial. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi kebutuhan, seringkali tanah yang demikian diserobot atau diduduki secara tidak sah oleh masyarakat atau investor. Maka upaya pemerintah harus sedemikian rupa mengkoordinir tanah terlantar agar secara adil di gunakan untuk kepentingan masyarakat agar meminimalisir terjadinya sengketa tanah untuk kepentingan usaha Selain ketiga upaya pemerintah untuk meminimalisir sengketa hal-hal yang diatas, sengketa tanah untuk kepentingan usaha yang terjadi di kota Samarinda dikarenakan masih dijumpainya Peraturan perundang-undangan yang saling tumpang tindih bahkan saling bertentangan. Penerapan hukum pertanahan yang kurang konsisten, dan Penegakan hukum yang belum dapat dilaksanakan secara konsekuen juga menjadi faktor yang cukup dominan sebagai penyebab terjadinya sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha, Maka dari itu diperlukan sanksi yang tegas untuk meminimalisir terjadinya sengketa tanah untuk kepentingan usaha. Upaya lain untuk meminimalisir sengketa tanah untuk kepentingan usaha di kota Samarinda, maka Kantor pertanahan kota Samarinda sebagai lembaga yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan berkewajiban untuk menyelesaikan sengeketa pertanahan untuk kepentingan usaha yang ada di kota Samarinda dengan mengutamakan prinsip win-win solution dalam penanganan kasus pertanahan sesuai dengan peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan dengan mengedepankan prinsip win-win solution. Win-win Solutian adalah situasi di mana kedua belah pihak yang berselisih (berkonflik) sama-sama merasa diuntungkan dalam suatu transaksi atau kesepakatan dan tidak ada pihak yang merasa dikalahkan salah satunya adalah dengan melakukan mediasi. Kantor pertanahan kota Samarinda sebagai mediator dan mencari jalan tengah yang mengakomodasi keadilan para pihak yang bersengketa. Dalam mediasi di kantor pertanahan kota Samarinda, penyelesaian sengketa tanah tidak semata-mata didasarkan pada siapa yang memiliki sertifikat. Dalam banyak kasus sengketa tanah untuk kepentingan usaha seringkali penyelesaian sengketa mengabaikan eksistensi masyarakat lokal yang bertahun-tahun, dari generasi ke generasi telah menempati satu wilayah dan mengolah tanah di wilayah tersebut.

13 Masyarakat kalah oleh investor yang baru datang dan memiliki sertifikat atas tanah di wilayah itu. Dalam konsep mediasi secara win-win solution, seandainya investor memiliki sertifikat hak milik, mereka tidak bisa langsung menang atas rakyat karena rakyat dilindungi oleh Pasal 33 ayat 3 bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pasal 33 UUD 1945 ayat 3 yang menyiratkan bahwa rakyat memiliki hak atas tanah dan kekayaan alam di dalamnya. Konsep mediasi adalah cara yang membuat para pihak yang bersengketa terhadap investor swasta agar kedua belah pihak tidak merasa dirugikan. Diluar dari pentingnya penanganan dan penyelesaian sengketa tanah untuk kepentingan usaha yang harus segera dilaksanakan, yang tidak kalah penting adalah upaya untuk mencegah agar tidak terjadi sengketa tanah, paling tidak mampu meminimalisir terjadinya sengketa tanah untuk kepentingan usaha. Dari upaya-upaya yang sudah dijelaskan diatas maka upaya untuk meminimalisir sengketa tanah untuk kepentingan usaha diatas telah sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Kantor BPN RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, upaya untuk mencegah terjadinya konflik pertanahan antara lain dengan : 1. Penertiban administrasi pertanahan. 2. Tindakan proaktif untuk mencegah dan menangani potensi konflik. 3. Penyuluhan hukum dan/atau sosialisasi program pertanahan, dan 4. Pembinaan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Penutup A.Kesimpulan 1. Pelaksanaan penyelesaian sengketa tanah untuk kepentingan usaha di kota Samarinda dapat ditempuh melalui jalur non litigasi (luar pengadilan) dan litigasi (pengadilan). Penyelesaian secara non litigasi secara mediasi sesuai dengan Petunjuk Teknis Nomor 05/JUKNIS/D.V/2007 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Mediasi. Mediasi di kantor Badan Pertanahan kota Samarinda melalui beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap memberikan undangan, dan tahap mediasi. Dari data wawancara, jumlah sengketa tanah untuk kepentingan usaha di yang diselesaikan dengan cara mediasi di kantor badan pertanahan kota Samarinda pada tahun sebanyak 13 sengketa tanah. Dari tahun , 13 pihak yang bersengketa mengatakan bahwa penyelesaian sengketa tanah untuk kepentingan usaha secara mediasi di kantor pertanahan kota Samarinda pelaksanaannya cukup baik dan dapat memberikan solusi yang adil bagi kedua belah pihak. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa upaya penyelesaian sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha melalui metode non litigasi secara mediasi di Kantor Pertanahan kota Samarinda cukup efektif. Sedangkan penyelesaian secara litigasi sengketa tanah untuk kepentingan usaha dapat dilakukan dengan mengajukan gugatan secara perdata ke pengadilan negeri Samarinda. Dari data wawancara di pengadilan negeri Samarinda pada tahun terdapat sebanyak 37 sengketa tanah untuk kepentingan usaha. Dalam penyelesaian sengketa tanah untuk kepentingan usaha di pengadilan negeri Samarinda juga pada tahap pertama akan melalui tahap perdamaian atau mediasi, Berkaitan dengan hal ini dituangkan dalam pasal 4 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

14 2. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir sengketa tanah untuk kepentingan usaha yaitu, pertama membereskan administrasi pertanahan dimasa lalu dikarenakan pertanahan di masa lalu tidak dilaksanakan secara tertib, maka dari itu sangat penting bagi kantor pertanahan kota Samarinda untuk menertibkan administrasi yang dahulu masih bermasalah. Kedua, membereskan ketimpangan struktur penguasaan/pemilikan Tanah, dalam hal ini mengingat keterbatasan persediaan tanah yang relative tetap di bandingkan dengan jumlah penduduk yang terus berkembang maka diperlukan pembatasan penguasaan/pemilikan tanah oleh suatu keluarga. Ketiga, pemerintah harus memenuhi meningkatnya permintaan akan tanah karena kondisi keterbatasan akan sumber daya tanah berhadapan dengan permintaan akan tanah untuk pembangunan yang semakin meningkat dapat pula menjadi pemicu timbulnya sengketa pertanahan. Keempat, mengkoordinir tanah terlantar maka pemerintah harus sedemikian rupa mengkoordinir tanah terlantar agar secara adil di gunakan untuk kepentingan masyarakat dan agar meminimalisir terjadinya sengketa tanah untuk kepentingan usaha. Terakhir, memenuhi tuntutan reformasi karena masih dijumpainya Peraturan perundang-undangan yang saling tumpang tindih bahkan saling bertentangan penerapan hukum pertanahan yang kurang konsisten, dan diperlukan sanksi yang tegas bagi yang bersalah untuk meminimalisir terjadinya sengketa tanah untuk kepentingan usaha. B.Saran 1. Kantor Pertanahan Kota Samarinda perlu melaksanakan pendataan ulang terhadap tanah-tanah yang bersengketa khususnya sengketa tanah untuk kepentingan usaha dalam hal untuk memenuhi kepastian hukum, hak kepemilikan atas tanah tersebut secara administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang pertanahan sehingga ke depan dapat memanilisir masalah sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha yang terjadi di kota Samarinda. 2. Kantor Pertanahan Kota Samarinda, perlu mensosialisasikan cara penanganan masalah sengketa pertanahan di daerahnya melalui jalur mediasi, agar masyarakat, para pihak yang bersengketa dapat lebih merasakan manfaat dan keuntungan dalam penyelesaian sengketa tanah melalui jalur mediasi. Perlu pula dilakukan pengembangan teknik dan cara pelaksanaan mediasi kearah yang lebih profesional sehingga dapat lebih menyelesaikan keberhasilan penyelesaian sengketa pertanahan tersebut tanpa jalur litigasi (Pengadilan). Jalur litigasi (Pengadilan) merupakan sarana terakhir, apabila upaya yang telah dilaksanakan melalui jalur mediasi gagal membuahkan hasil. 3. Pihak Kantor Pertanahan Kota Samarinda perlu lebih mensosialisasikan peraturanperaturan yang terkait dibidang pertanahan untuk dapat mencegah dan mengantisipasi terjadinya sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha di kota Samarinda, melalui cara penyuluhan dan penerangan kepada masyarakat secara langsung dengan memberikan ceramah-ceramah/pertemuan dengan masyarakat kota Samarinda dan juga melalui brosur-brosur, Katalog maupun spanduk-spanduk yang bertuliskan peraturan peraturan yang pada hakekatnya bertujuan untuk meminimalisir masalah sengketa pertanahan untuk kepentingan usaha yang terjadi di kota Samarinda.

15 Daftar Pustaka A. Buku Anoraga,Pandji, 1994, Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal Asing, Pustaka Jaya, Jakarta. Achmad Chomzah, Ali, 2003, Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah, Prestasi Pustaka, Jakarta. D.K., Harjono, 2007, Hukum Penanaman Modal, Grafindo Persada, Jakarta. Salim, Budi dan Sutrisno, 2008, Hukum Investasi di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Irawan, Candra, 2010, Aspek Hukum dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, CV.Mandar Maju, Bandung. Murad, Rusmadi, 1991, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Alumni, Bandung. Margono, Suyud 2004, ADR (Alternative Dispute Resoluttion) & Arbitrase. Ghalia Indonesia, Bogor. Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Nurnangningsih Amriani, 2011, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, Rajawali Pers, Jakarta. Saleh, Wantjik K., 1985, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta. Prajoto, Edi, 2006, Antinomi Norma Hukum Pembatalan Pemberian Hak Atas Tanah Oleh Peradilan Tata Usaha Negara Dan Badan Pertanahan Nasional, CV. Utomo, Bandung. Soerodjo, Irawan, 2003, Kapasitas Hukum Atas Tanah di Indonesia, Arkola, Surabaya Sutiyoso, Bambang, 2006, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Citra Media, Yogyakarta. Sumardjono, Maria S.W.,2007, Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial Dan Budaya, Penerbit Buku Kompas Cetakan Pertama, Jakarta. Sembiring, Jimmy Joses, 2011, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan, Visimedia, Jakarta. Soekanto, Soerjono, 2005, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta. Syarief, Elza, 2012, Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan, KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta.

16 B. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pertanahan Nasional. Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan. C. Artikel Internet, Artikel Jurnal Ilmiah, dan Makalah Seminar Artikel berjudul Suryadi Tandio Diduga Seroboti Tanah Yayasan Sekolah Cina, a%20seroboti%20tanah%20yayasan%20sekolah%cina, diakses pada hari sabtu, 16 Maret 2013 pukul WITA. Artikel berjudul, Tambang PT. BJE Ditutup Warga, diakses pada hari senin tanggal 25 Maret 2013 Pukul WITA Badan Pertanahan Nasional, Agenda Kegiatan Badan Pertanahan Nasional, yang diakses pada hari minggu, 10 Maret 2013 Pukul WITA Bidasari,Ririn Peran dan Pelaksanaan Mediasi Dalam Menyelesaikan Sengketa Perdata di Pengadilan Negeri Medan, Skripsi, Universitas Sumatera Utara Medan. Wiradiputra, Ditha 2005, Pengantar Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Materi Kuliah HPU, Universitas Indonesia, Jakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara Konstitusional dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 pada pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa: Bumi dan air dan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas permasalahannya maupun kuantitasnya seiring dinamika di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas permasalahannya maupun kuantitasnya seiring dinamika di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus-kasus yang menyangkut sengketa di bidang pertanahan dapat dikatakan tidak pernah surut, bahkan mempunyai kecenderungan untuk meningkat di dalam kompleksitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa terhindar dari sengketa. Perbedaan pendapat maupun persepsi diantara manusia yang menjadi pemicu

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 1 PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI MEDIASI DALAM PERKARA WARISAN DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajad Sarjana Hukum dalam

Lebih terperinci

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa Disusun Oleh: Raden Zulfikar Soepinarko Putra 2011 200 206 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik dan ekologis.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik dan ekologis. BAB I PENDAHULUAN Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia di muka bumi. Tanah menjadi kebutuhan dasar manusia sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia membutuhkan tanah untuk tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif dan metode penelitian hukum sosiologis. Penelitian hukum normatif mengkaji data-data sekunder di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari.

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat melahirkan berbagai macam bentuk kerjasama di bidang bisnis. Apabila kegiatan bisnis meningkat, maka sengketa

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK YANG DIRUGIKAN ATAS BERALIHNYA LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK YANG DIRUGIKAN ATAS BERALIHNYA LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN. Al Ulum Vol.53 No.3 Juli 2012 halaman 30-34 30 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK YANG DIRUGIKAN ATAS BERALIHNYA LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN Noor Azizah* PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Gita Fitriana dan Abdul Mukmin Rehas Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

Gita Fitriana dan Abdul Mukmin Rehas  Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda 90 PERAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA SAMARINDA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN (DITINJAU BERDASARKAN PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PENGKAJIAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Oleh : I Gusti Ngurah Adhi Pramudia Nyoman A Martana I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Bagian Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat adat yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat adat yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini terlihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Mediasi sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan sengketa sebenarnya sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dalam berbagai kepercayaan dan

Lebih terperinci

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA Terintegrasinya mediasi dalam proses acara pengadilan adalah untuk memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI UNIT KONDOTEL. Dalam perspektif hukum perjanjian, sebagaimana diketahui perikatan yang

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI UNIT KONDOTEL. Dalam perspektif hukum perjanjian, sebagaimana diketahui perikatan yang BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI UNIT KONDOTEL 1. Hak- hak dan kewajiban dari pembeli unit kondotel Dalam perspektif hukum perjanjian, sebagaimana diketahui perikatan yang dilahirkan dari perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA TANAH UNTUK KEPENTINGAN USAHA

ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA TANAH UNTUK KEPENTINGAN USAHA ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA TANAH UNTUK KEPENTINGAN USAHA (Studi Kasus Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten Karanganyar) NASKAH PUBLIKASI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas

Lebih terperinci

Key words: Alternative Dispute Resolution, Procedural Law, Land Law. Kata Kunci: Alternatif Penyelesaian Sengketa, Hukum Acara, Hukum Agraria.

Key words: Alternative Dispute Resolution, Procedural Law, Land Law. Kata Kunci: Alternatif Penyelesaian Sengketa, Hukum Acara, Hukum Agraria. Penyuluhan dan Konsultasi Hukum Bidang Alternatif Penyelesaian Sengketa / Alternative Dispute Resolution (ADR), Hukum Acara, dan Hukum Agraria di Kelurahan Semanan, Kecamatan Kalideres, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A.

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A. BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 6 M E D I A S I A. Pengertian dan Karakteristik Mediasi Mediasi berasal dari bahasa Inggris mediation atau penengahan, yaitu penyelesaian

Lebih terperinci

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi BAB IV ANALISIS A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara umum mediasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di dunia bisnis, perdagangan, sosial budaya, ekonomi dan lain sebagainya, namun dalam penyelesaiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai pertanahan tidak pernah surut. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai pertanahan tidak pernah surut. Seiring dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai pertanahan tidak pernah surut. Seiring dengan berkembangnya suatu masyarakat, kebutuhan akan tanah baik sebagai tempat tinggal maupun

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI MEDIASI OLEH PARA PIHAK DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR DALAM PERKARA PERDATA. oleh

PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI MEDIASI OLEH PARA PIHAK DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR DALAM PERKARA PERDATA. oleh PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI MEDIASI OLEH PARA PIHAK DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR DALAM PERKARA PERDATA oleh I GUSTI AYU DIAN NINGRUMI DEWA NYOMAN RAI ASMARAPUTRA NYOMAN A. MARTANA Bagian Hukum Acara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataan sehari-hari permasalahan waris muncul dan dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataan sehari-hari permasalahan waris muncul dan dialami oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kenyataan sehari-hari permasalahan waris muncul dan dialami oleh seluruh lapisan masyarakat. Berbagai kasus yang menyangkut sengketa waris tidak pernah

Lebih terperinci

Oleh Helios Tri Buana

Oleh Helios Tri Buana TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEWARISAN DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Perkara Nomor : 168/Pdt.G/2013/PN.Ska) Jurnal Ilmiah Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang lain, dengan menitikberatkan

Lebih terperinci

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan KEDUDUKAN TIDAK SEIMBANG PADA PERJANJIAN WARALABA BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN KONDISI WANPRESTASI Etty Septiana R 1, Etty Susilowati 2. ABSTRAK Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai sifat, watak dan kehendak sendiri-sendiri. Namun di dalam masyarakat manusia mengadakan hubungan satu sama lain, mengadakan kerjasama, tolong

Lebih terperinci

PERAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN MELALUI MEKANISME MEDIASI

PERAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN MELALUI MEKANISME MEDIASI PERAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN MELALUI MEKANISME MEDIASI Oleh : Made Yudha Wismaya I Wayan Novy Purwanto Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada BAB IV ANALISA TERHADAP PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BANGKALAN DITINJAU DARI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil.

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum (Pasal 1 ayat (3). Ketentuan tersebut merupakan landasan

Lebih terperinci

Oleh: Made Mintarja Triasa I Gusti Ayu Puspawati Ida Bagus Putu Sutama Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh: Made Mintarja Triasa I Gusti Ayu Puspawati Ida Bagus Putu Sutama Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana PENERBITAN BROSUR PERUMAHAN OLEH PENGEMBANG YANG MERUGIKAN KONSUMEN DITINJAU DARI HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI PADA YAYASAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN BALI) Oleh: Made Mintarja Triasa I Gusti

Lebih terperinci

BAB II PERAN KANTOR PERTANAHAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI DI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN

BAB II PERAN KANTOR PERTANAHAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI DI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN BAB II PERAN KANTOR PERTANAHAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI DI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN A. Peranan Kantor Badan Pertanahan Kota Medan Badan Pertanahan Nasional (disingkat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan dan analisa mengenai penerapan alternatif

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan dan analisa mengenai penerapan alternatif BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan analisa mengenai penerapan alternatif penyelesaian sengketa di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan kepastian hukum dalam putusan alternatif penyelesaian

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MEDIASI SENGKETA KONSUMEN OLEH BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SEBAGAI WUJUD PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN

PELAKSANAAN MEDIASI SENGKETA KONSUMEN OLEH BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SEBAGAI WUJUD PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PELAKSANAAN MEDIASI SENGKETA KONSUMEN OLEH BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SEBAGAI WUJUD PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN Oleh Ni Putu Candra Dewi I Made Pujawan Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya tidak ada seorang pun yang menghendaki terjadinya sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan hukum, masing-masing pihak harus mengantisipasi

Lebih terperinci

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA Oleh: Anastasia Maria Prima Nahak I Ketut Keneng Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu kekayaan alam atau sumber daya alam yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia adalah tanah. Manusia hidup

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN BAB VI SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Penyelesaian Sengketa Tanah Melalui Mediasi di Kantor Pertanahan Kabupaten Kulon Progo, maka dapat diambil kesimpulan

Lebih terperinci

PERAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF

PERAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF PERAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF Oleh I Gst Agung Istri Oktia Purnama Dewi A. A. Ngr. Wirasila Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI MEDIASI DAN SENGKETA TANAH (STUDI TENTANG KEKUATAN PENYELESAIAN SENGKETA JUAL BELI TANAH DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL KUDUS)

NASKAH PUBLIKASI MEDIASI DAN SENGKETA TANAH (STUDI TENTANG KEKUATAN PENYELESAIAN SENGKETA JUAL BELI TANAH DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL KUDUS) NASKAH PUBLIKASI MEDIASI DAN SENGKETA TANAH (STUDI TENTANG KEKUATAN PENYELESAIAN SENGKETA JUAL BELI TANAH DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL KUDUS) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015 PENYELESAIAN PERKARA MELALUI CARA MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI 1 Oleh : Elty Aurelia Warankiran 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertuan untuk mengetahui bagaimana prosedur dan pelaksanaan mediasi perkara

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016 PELAKSANAAN DAN PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 1 Oleh : Martin Surya 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara pelaksanaan

Lebih terperinci

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu

Lebih terperinci

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO. O1 TAHUN 2008 DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan diajukan untuk

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN TANAH DI BALI OLEH ORANG ASING DENGAN PERJANJIAN NOMINEE

AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN TANAH DI BALI OLEH ORANG ASING DENGAN PERJANJIAN NOMINEE AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN TANAH DI BALI OLEH ORANG ASING DENGAN PERJANJIAN NOMINEE Oleh : I Wayan Eri Abadi Putra I Gusti Nyoman Agung, SH.,MH. Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik 1. Pengertian Konflik merupakan sesuatu yang tidak bisa terhindarkan dalam kehidupan manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. qqqqqqqnegara Indonesia merupakan Negara agraris, sehingga tanah mempunyai arti

BAB I PENDAHULUAN. qqqqqqqnegara Indonesia merupakan Negara agraris, sehingga tanah mempunyai arti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah qqqqqqqnegara Indonesia merupakan Negara agraris, sehingga tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan rakyat Indonesia. Disisi lain tanah mempunyai arti penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sengketa tanah adalah sengketa yang timbul karena adanya konflik kepentingan atas

I. PENDAHULUAN. Sengketa tanah adalah sengketa yang timbul karena adanya konflik kepentingan atas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sengketa tanah adalah sengketa yang timbul karena adanya konflik kepentingan atas tanah. Sengketa tanah tidak dapat dihindari dizaman sekarang, ini disebabkan karena berbagai

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN A. Pengertian dan Bentuk-bentuk Sengketa Konsumen Perkembangan di bidang perindustrian dan perdagangan telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

I. PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu parameter untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia. Tanpa kesehatan manusia tidak akan produktif untuk hidup layak dan baik. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan

BAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sengketa adalah suatu pertentangan atas kepentingan, tujuan dan atau pemahaman antara dua pihak atau lebih. Sengketa akan menjadi masalah hukum apabila pertentangan

Lebih terperinci

PERSELISIHAN HAK ATAS UPAH PEKERJA TERKAIT UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK) Oleh :

PERSELISIHAN HAK ATAS UPAH PEKERJA TERKAIT UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK) Oleh : 59 PERSELISIHAN HAK ATAS UPAH PEKERJA TERKAIT UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK) Oleh : I Nyoman Jaya Kesuma, S.H. Panitera Muda Pengadilan Hubungan Industrial Denpasar Abstract Salary are basic rights

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR

PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR Oleh : I Gst. Ayu Asri Handayani I Ketut Rai Setiabudhi Bagian Hukum

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Gautama, Sudargo, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung : Citra Aditya, 1993.

DAFTAR PUSTAKA. Gautama, Sudargo, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung : Citra Aditya, 1993. 112 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah, Pembebasan Tanah dan Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Di Indonesia, Bandung : PT. Citra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya kasus tindak pidana ringan yang terjadi di Indonesia dan sering menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan ancaman hukuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon), yakni makhluk yang tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Oleh L.P Hadena Hoshita Adiwati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh L.P Hadena Hoshita Adiwati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA BERBAHAYA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh L.P Hadena Hoshita Adiwati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki masyarakat majemuk. Kemajemukan masyarakat di negara Indonesia terdiri dari berbagai etnis, suku, adat dan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi, air dan ruang angkasa demikian pula yang terkandung di dalamnya adalah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SECARA MEDIASI TERHADAP PRODUK CACAT DALAM KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PRODUSEN

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SECARA MEDIASI TERHADAP PRODUK CACAT DALAM KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PRODUSEN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SECARA MEDIASI TERHADAP PRODUK CACAT DALAM KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PRODUSEN Oleh : I Gede Agus Satrya Wibawa I Nengah Suharta Bagian Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015 PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI ARBITRASE MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 1 Oleh: Meifi Meilani Paparang 2 Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi, air, ruang angkasa beserta kekayaan alam yang terkandung di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikaruniakan

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB BPN TERHADAP SERTIPIKAT YANG DIBATALKAN PTUN 1 Oleh : Martinus Hadi 2

TANGGUNG JAWAB BPN TERHADAP SERTIPIKAT YANG DIBATALKAN PTUN 1 Oleh : Martinus Hadi 2 TANGGUNG JAWAB BPN TERHADAP SERTIPIKAT YANG DIBATALKAN PTUN 1 Oleh : Martinus Hadi 2 ABSTRAK Secara konstitusional UUD 1945 dalam Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa Bumi, air, ruang angkasa serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka sudah sewajarnya peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kredit macet merupakan masalah yang sangat penting dalam sejarah perbankan Indonesia terutama pada tahun 1999-2004. Banyaknya bank yang dilikuidasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Setiap perbuatan dan tindakan yang dilakukan oleh warga negara haruslah didasarkan pada hukum. Penegakan hukum berada diatas

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014 PERSOALAN GANTI RUGI DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN 1 Oleh : Angelia Inggrid Lumenta 2 ABSRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan prinsip syari ah tidak mungkin dihindari akan terjadinya konflik. Ada yang berujung sengketa

Lebih terperinci

PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR

PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR Universitas Muslim Indonesia Email : angraenyarief@gmail.com Abstract This research was conducted

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah adalah elemen sangat penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai Negara agraris karena sebagian besar penduduknya adalah petani yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pogram Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Oleh : ANGGA PRADITYA C

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pogram Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Oleh : ANGGA PRADITYA C TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DENGAN JALUR MEDIASI OLEH PENGADILAN BERDASARKAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

Lebih terperinci

BAB II MEKANISME PERMOHONAN PENYELESAIAN DAN PENGAMBILAN PUTUSAN SENGKETA KONSUMEN. A. Tata Cara Permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen

BAB II MEKANISME PERMOHONAN PENYELESAIAN DAN PENGAMBILAN PUTUSAN SENGKETA KONSUMEN. A. Tata Cara Permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen BAB II MEKANISME PERMOHONAN PENYELESAIAN DAN PENGAMBILAN PUTUSAN SENGKETA KONSUMEN A. Tata Cara Permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen Konsumen yang merasa hak-haknya telah dirugikan dapat mengajukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 14 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dari sifat manusia inilah maka akan timbul suatu interaksi antara manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyelesaian Sengketa Pertanahan Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional jo. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN 1 LAPORAN AKHIR PENELITIAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN MEDIASI PERTANAHAN UNTUK MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN HARMONIS PADA PENYELESAIAN SENGKETA TANAH Oleh : Dr. Nia Kurniati, SH.,MH - 0002066001

Lebih terperinci

Oleh: RIZAL HERDIANTO C

Oleh: RIZAL HERDIANTO C PROSES PENYELESAIAN SENGKETA DATA FISIK SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH YANG POSISINYA TERTUKAR (MEDIASI OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SUKOHARJO) Disusun Sebagai Salahsatu Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENGATURAN UPAYA HUKUM DAN EKSEKUSI PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK)

PENGATURAN UPAYA HUKUM DAN EKSEKUSI PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) PENGATURAN UPAYA HUKUM DAN EKSEKUSI PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) oleh: I Putu Iwan Kharisma Putra I Wayan Wiryawan Dewa Gede Rudy Program Kekhususan Hukum Keperdataan Fakultas Hukum

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. II/No.1/Jan Mar/2014

Lex Administratum, Vol. II/No.1/Jan Mar/2014 PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN SETELAH PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA 1 Oleh : Moh. Iswanto Sumaga 2 A B S T R A K Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimanakah bentukbentuk sengketa setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti turut mendukung perluasan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti turut mendukung perluasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk barang dan/jasa yang dapat dikonsumsi. Bahkan dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.292, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Pemerintahan. Penyelengaraan. Kewenangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601) UNDANG UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL Oleh AHMAD JUARA PUTRA 137011045/MKn FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Negara Republik Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2)

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2) BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2) G. Prosedur Pemeriksaan Perkara Prosedur pemeriksaan di arbitrase pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan di pengadilan karena

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 i PENYELESAIAN SENGKETA TANAH TERINDIKASI OVERLAPPING DENGAN CARA MEDIASI OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL (Study Kasus di Kantor Pertanahan Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Disusun dan Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia, sehingga dalam melaksanakan aktivitas dan kegiatannya manusia

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan x BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian di dalam bab-bab terdahulu tentang mediasi dalam proses beracara di pengadilan, maka dapat disusun beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut

Lebih terperinci

SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH SEBAGAI ALAT PEMBUKTIAN YANG SEMPURNA

SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH SEBAGAI ALAT PEMBUKTIAN YANG SEMPURNA SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH SEBAGAI ALAT PEMBUKTIAN YANG SEMPURNA Oleh: Cut Lina Mutia Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul ABSTRAK Tanah tidak hanya mempunyai fungsi sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan hidup setiap manusia di dunia ini dipastikan tidak akan berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan hidup setiap manusia di dunia ini dipastikan tidak akan berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perjalanan hidup setiap manusia di dunia ini dipastikan tidak akan berjalan dengan baik dan sempurna. Manusia sebagai makhluk sosial tentu akan selalu berinteraksi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL III - 1 III - 2 Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM III-9 BAB II TATACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagainya. Dari pengertian diatas jika kita melihat di lapangan maka

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagainya. Dari pengertian diatas jika kita melihat di lapangan maka BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengadilan Agama adalah sebuah lembaga hukum yang dibentuk untuk menyelesaikan sengketa di masyarakat dalam hal perceraian, waris, gonogini,dan lain sebagainya. Dari

Lebih terperinci

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 101 kepemilikannya, bertujuan untuk memberikan kepastian hukum terhadap sertipikat hak atas tanah dan perlindungan terhadap pemegang sertipikat hak atas tanah tersebut. Namun kepastian hukum dan perlindungan

Lebih terperinci