ANALISIS MANAJEMEN RISIKO GAGAL BAYAR DEBITUR KPR NON SUBSIDI (STUDI KASUS BTN CABANG JAKARTA HARMONI) Oleh DEWI INDAH VEBRIYANTI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS MANAJEMEN RISIKO GAGAL BAYAR DEBITUR KPR NON SUBSIDI (STUDI KASUS BTN CABANG JAKARTA HARMONI) Oleh DEWI INDAH VEBRIYANTI H"

Transkripsi

1 ANALISIS MANAJEMEN RISIKO GAGAL BAYAR DEBITUR KPR NON SUBSIDI (STUDI KASUS BTN CABANG JAKARTA HARMONI) Oleh DEWI INDAH VEBRIYANTI H DEPARTEMAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 ABSTRAK Dewi Indah Vebriyanti. H Analisis Manajemen Risiko Gagal Bayar Debitur KPR Non Subsidi (Studi Kasus BTN Cabang Jakarta Harmoni). Di bawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto. Meskipun terjadi fluktuasi pada kondisi perekonomian, namun kebutuhan perumahan akan tetap tumbuh, dengan tingkat pertumbuhan yang bervariasi sesuai kondisi ekonomi. Peningkatan transaksi pembelian rumah yang semakin berkembang merupakan peluang besar bagi Bank Tabungan Negara (BTN) untuk memperluas kegiatannya dalam sektor penyaluran kredit perumahan. Meningkatnya pembiayaan perumahan dapat membuat bank memperoleh keuntungan yang lebih besar. Namun disisi lain hal tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi pihak bank apabila tidak diimbangi dengan pengeloaan manajemen risikonya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisa faktor fakor apa saja yang mempengaruhi terjadinya risiko KPR BTN Cabang Jakarta Harmoni. (2) Mengukur dan menganalisa potensi kerugian dan dana cadangan yang harus disediakan pada BTN Cabang Jakarta Harmoni dengan metode Creditrisk+ Portfolio. (3) Mengkaji kesesuaian metode Creditrisk+ Portfolio dalam mengukur potensi kerugian KPR BTN Cabang Jakarta Harmoni (4) Mengkaji manajemen pengelolaan dan pengendalian risiko KPR BTN Cabang Jakarta Harmoni. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan, pencatatan dan wawancara langsung. Data sekunder diperoleh dari data historis BTN Cabang Jakarta Harmoni, laporan penelitian dan publikasi elektronik. Analisis yang digunakan analisis deskriptif dan dengan alat pengolah data menggunakan metode credit risk+ dengan bantuan program komputer Visual Basic 6.0. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi risiko KPR BTN terdiri faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi risiko kredit terdiri dari Sumber Daya Manusia, Kebijakan & Prosedur, Teknologi Informasi serta Internal Control. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi risiko kredit terdiri dari debitur, kebijakan pemerintah, persaingan dan kondisi perekonomian. Perhitungan risiko kredit dengan metode credit risk+ portfolio menghasilkan expexted loss (kerugian yang diperkirakan) sebesar Rp Rp ,54. Pada tingkat kepercayaan 95 persen menghasilkan unxecpected loss (kerugian yang tidak dapat diperkirakan) sebesar Rp ,00 dan capital recuirement (dana cadangan yang harus disediakan untuk mengantisipasi kerugian) adalah sebesar Rp, ,46. Sedangkan pada tingkat kepercayaan 99 persen menghasilkan unxecpected loss sebesar Rp dan capital requirement sebesar Rp ,46. Berdasarkan pengujian validitas menggunakan metode back testing, perhitungan potensi kerugian menggunakan metode CreditRisk+ portfolio menghasilkan penyimpangan sebesar 2,0605 %. Hal ini berarti metode tersebut sesuai digunakan untuk mengukur potensi kerugian dari risiko KPR Debitur Realisasi Baru Menunggak BTN pada bulan April (4) Strategi pengendalian dan pengelolaan kredit KPR BTN dibedakan menjadi dua, yaitu : preventive control of credit dan repressive control of credit. Upaya Preventive control of credit dilakukan dengan cara : Penetapan Prosedur dan Kebijakan Umum Perkreditan, Pembinaan debitur & Penagihan Intensif, Sistem Penyisihan Penghapusan Aktiva, Sistem asuransi, Peningkatan Kualitas SDM, Sistem Skoring, Agunan/Jaminan. Repressive control of credit dilakukan dengan cara : Restrukturisasi Kredit, dan Penyelesaian Kredit.

3 ANALISIS MANAJEMEN RISIKO GAGAL BAYAR DEBITUR KPR NON SUBSIDI (STUDI KASUS BTN CABANG JAKARTA HARMONI) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh DEWI INDAH VEBRIYANTI H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

4 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS MANAJEMEN RISIKO GAGAL BAYAR DEBITUR KPR NON SUBSIDI (STUDI KASUS BTN CABANG JAKARTA HARMONI) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh DEWI INDAH VEBRIYANTI H Menyetujui, Oktober 2009 Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. Dosen Pembimbing Mengetahui, Dr.Ir.Jono.M.Munandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 Februari Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sumaryanto dan Trikaryanti. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Yudha Bekasi pada tahun 1993, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Jatimakmur Sari I Bekasi. Pada tahun 1999, Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 128 Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur dan kemudian pada tahun 2002 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 48 Pinang Ranti Jakarta Timur dan masuk pada program IPA. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) / PMDK di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan diterima di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun Selama menjalani kuliah, penulis berpartisipasi aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu himpunan profesi Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang bernama Centre Of M@nagement (COM@) pada Direktorat Public Relation. Penulis juga aktif pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) IAAS (International Association of students in Agriculture and related Sciences) pada tahun dan Unit Kegiatan Mahasiswa MAX (Music Agriculture X-pression) pada tahun Selain itu, penulis juga aktif pada kegiatan di lingkungan kampus seperti kepanitiaan-kepanitian, seminar-seminar dan pelatihan. Penulis juga pernah menjadi staf pengajar bimbingan mata kuliah manajemen keuangan yang diselenggarakan oleh Direktorat Finance COM@ dalam program Kumulasi. iv

6 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Analisis Manajemen Risiko Gagal bayar Debitur KPR Non Subsidi (Studi kasus BTN Cabang Jakarta Harmoni) dan bertujuan untuk menganalisis potensi kerugian dan dana cadangan terhadap timbulnya risiko dalam penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Penyususn skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, saran, motivasi dan yang selalu memperkenalkan hal-hal baru kepada penulis. 2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Bapak Nurhadi Wijaya, S.TP, MM sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi ini. Semua saran dan kritik yang Bapak/Ibu berikan merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Bapak Haris Permana selaku Kepala Cabang Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni. 4. Bapak Mochamad Ikhsan Nurhepi, Bapak Kun Haryadi (Supervisor Loan Service), selaku pembimbing selama penulis melaksanakan penelitian di Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni. 5. Seluruh staf dan karyawan BTN Cabang Jakarta Harmoni atas keramahan dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang berguna bagi penulis. v

7 7. Ayahanda, Ibunda dan adikku (Indra) yang telah banyak memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup serta doa yang tulus dan tanpa henti. 8. Ka Abi Herlambang atas segala bantuannya dalam membuat program komputer visual basic. 9. Bagus Dwi Haryo yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, semangat dan dorongan yang tulus. 10. Sahabat-sahabat terbaik ku Rara, Heni, Try, Pe i, Tawang dan Levi yang telah memberikan indanya persahabatan, keceriaan, dan kebersamaan selama penulis kuliah serta motivasi dan masukan yang telah diberikan kepada penulis. 11. Lulud, Irsam, Mami, Rima, dan Riri untuk motivasi dan masukan yang telah diberikan kepada penulis. 12. Rekan Rekan sebimbingan : Novi, Icha, Izul, Dicky, Irfan, Agung dan Melvin untuk kerjasama dan motivasi selama proses bimbingan dan penyusunan skripsi. 13. Sahabat-sahabat terbaik Manajemen Angkatan 42 yang selalu bersama-sama membuat kenangan dan persahabatan yang indah serta ilmu kehidupan yang diberikan. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala atas kebaikannya. Tidak ada kesempurnaan pada manusia. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk kemajuan yang lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama PT. Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni. Bogor, Oktober 2009 Penulis vi

8 DAFTAR ISI ABSTRAK RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I PENDAHULUAN Halaman 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Pembatasan Masalah... 7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kredit Pengertian Kredit Klasifikasi Kredit Prinsip-Prinsip Perkreditan Tujuan Kredit Kredit Pemilikan Rumah Risiko Kredit Manajemen Risiko Siklus Manajemen Risiko Pengukuran Risiko Kredit Basel I Basel II CreditRisk+ Portfolio Kelebihan dan Keterbatasan Metode CreditRisk Penelitian Terdahulu III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data iv v vii ix x xi vii

9 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode CreditRisk+ Portfolio Uji Validitas Program Komputer Visual Basic IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Singkat BTN Visi dan Misi BTN Struktur Organisasi BTN Kebijakan dan Sasaran Mutu BTN Kegiatan Usaha BTN Proses Penyaluran KPR BTN Perkembangan BTN Cabang Jakarta Harmoni Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko KPR BTN Internal Bank Eksternal Bank Manajemen Risiko Kredit BTN Penentuan Nilai Potensi Risiko Kredit Pemilikan Rumah Pengelompokan Eksposur dalam Band Perhitungan Probability of Default tiap Eksposur Perhitungan EL, UL dan EC Uji Validitas dengan backtesting Strategi Pengendalian & Pengelolaan Risiko KPR Preventive Control of Credit Repressive Control of Credit Implikasi Manjerial KESIMPULAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

10 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Perkembangan Penyaluran KPR BTN Jakarta Harmoni Perkembangan Debitur KPR BTN Jakarta Harmoni Perbandingan Jumlah Debitur dan Jumlah Kredit KPR Perorangan yang disalurkan BTN Jakarta Harmoni NPL gross KPR BTN Cabang Jakarta Harmoni Range eksposur dan jumlah debitur tiap band Penentuan Kolektibilitas BTN berdasarkan hari tunggakan Cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Jumlah debitur dan jumlah eksposur pada masing-masing kolektibilitas 58 ix

11 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Perkembangan dan Proyeksi Nilai KPR & KPA di Indonesia Perkembangan Penyaluran Kredit BTN tahun Portfolio Kredit BTN Berdasarkan Jenis Kredit Tahun NPL Bank Tabungan Negara Klasifikasi Kredit Siklus Manajemen Risiko Kerangka Pemikiran Penelitian Alur Pikir Penelitian Alur Pikir Program Komputer Visual Basic Proses Penyaluran KPR BTN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko KPR BTN Jakarta Harmoni Penentuan band dan Probability of default EL, UL. EC pada band Rp , EL, UL. EC pada band Rp , EL, UL. EC pada band Rp , EL, UL. EC pada band Rp , EL, UL. EC pada band Rp , Total Nilai EL, UL, dan EC Hasil validasi dengan menggunakan metode backtesting Strategi pengelolaan dan pengendalian risiko KPR BTN x

12 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Daftar Istilah Diagram Sebab Akibat (Causal Loop) Struktur Organisasi Kantor Pusat BTN Struktur Organisasi Kantor Cabang Harmoni BTN Persyaratan Permohonan Kredit Pada Bank BTN Formulir Permohonan Kredit Pemilikan Rumah Jumlah Debitur Berdasarkan Kolektibilitas pada Setiap Band Rekapitulasi Hasil Pengukuran Potensi Risiko dan Dana Cadangan Petunjuk Mannual Penggunaan Program Komputer Visual Basic Database Visual Basic xi

13 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank memiliki peranan yang strategis untuk menjunjung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Berdasarkan undang-undang nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 10 tahun 1988, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Penyaluran kredit merupakan kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Penggunaan dana untuk penyaluran kredit ini mencapai 70-80% dari volume usaha bank. Oleh karena itu sumber utama pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk pendapatan bunga (Siamat, 2004). Terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit tersebut menyebabkan peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari permasalahan kredit. Kegiatan kredit ini memberikan tingkat pengembalian yang besar untuk bank namun tingkat pengembalian yang besar tersebut diikuti dengan risiko yang besar pula, sehingga bank memiliki tingkat risiko yang cukup besar dalam kegiatan kreditnya. Pada dasarnya bank membagi-bagi fasilitas kreditnya kedalam beberapa jenis yaitu kredit untuk usaha, kredit investasi, kredit untuk korporasi dan kredit untuk konsumen, termasuk juga diantaranya Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Saat ini perkembangan Kredit Pemilikan Rumah di Indonesia semakin marak. Hal itu dapat dilihat bahwa hampir semua bank besar di Indonesia mengeluarkan layanan KPR dan KPA (Kredit Pemilikan Apartemen). Hal itu didasari bahwa Indonesia dengan total jumlah penduduk mencapai ± 230 juta jiwa (tahun 2007) merupakan pasar yang potensial bagi industri perumahan. Survei yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa total kebutuhan rumah di seluruh Indonesia hingga akhir 2007 mencapai ± 7,8

14 2 juta unit. Simulasi yang dilaksanakan juga menunjukkan bahwa seiring dengan pertumbuhan jumlah dan tingkat kesejahteraan penduduk, maka setiap tahun permintaan rumah di Indonesia berkisar pada jumlah rumah baru (Annual Report BTN Tahun 2008). Motivasi masyarakat dalam membeli rumah tinggal pada dasarnya ada dua, yakni pertama untuk memenuhi kebutuhan sebagai tempat hunian yang dipakai sendiri dan kedua untuk tujuan investasi. Motivasi yang kedua, didasari pada keyakinan bahwa dalam sejarahnya sebuah rumah tinggal tidak akan pernah mengalami penurunan nilai jual. Motivasi tersebutlah yang menyebabkan nilai kredit perumahan tetap meningkat dari tahunketahunnya. Hampir seluruh transaksi pembelian rumah di Indonesia dilakukan dengan melibatkan institusi pembiayaan, terutama bank, melalui skema KPR. Meskipun terjadi fluktuasi pada kondisi perekonomian, namun kebutuhan perumahan akan tetap tumbuh, dengan tingkat pertumbuhan yang bervariasi sesuai dengan kondisi ekonomi. Bank Indonesia menyatakan bahwa dalam 5 tahun terakhir total pembiayaan perumahan tersebut tumbuh sebesar 27%. Pinjaman perumahan diperkirakan akan tetap meningkat dengan laju pertumbuhan bervariasi, seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang diperkirakan mencapai angka sebesar 1.28% per tahun dari Proyeksi dan perkembangan nilai kredit pembiayaan rumah melalui KPR dan KPA (Kredit Pemilikan Apartemen) dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Perkembangan ( ) dan proyeksi ( ) nilai KPR & KPA di Indonesia ( Annual report BTN 2008)

15 3 Tingkat pertumbuhan bisnis pembiayaan rumah yang secara signifikan mengalami kenaikan dari tahun ketahun dapat dijadikan sebuah indikator positif bagi pelaku bisnis KPR akan pertumbuhan KPR yang akan semakin prospektif kedepannya. Bank yang memiliki produk KPR dalam usahanya, akan semakin bersaing ketat untuk menarik minat debiturnya. Salah satu bank besar di Indonesia yang berkontribusi dalam industri perbankan adalah Bank Tabungan Negara (BTN). Keberadaan BTN sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara memiliki keunggulan dalam produk kredit yang salah satunya adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Produk KPR ini telah ditawarkan pada tahun 1976, yang berarti BTN adalah satusatunya bank pelopor KPR di Indonesia yang telah banyak memberikan kontribusinya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan pembangunan di Indonesia. Melalui jaringan pelayanannya yang tersebar diseluruh Indonesia, BTN melakukan fungsinya sebagi lembaga intermediasi, menerima simpanan dari nasabah dan menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit. Peningkatan transaksi pembelian rumah, baik untuk rumah baru maupun rumah sekunder, yang semakin berkembang merupakan peluang besar bagi BTN untuk memperluas kegiatannya dalam sektor penyaluran kredit perumahan. Gambar 2. Perkembangan penyaluran kredit BTN tahun (Annual report BTN 2008) Gambar 2 menunjukan total kredit yang disalurkan BTN semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 2008 total kredit yang disalurkan telah mencapai Rp miliar atau meningkat 41,19 %

16 4 dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp miliar. Pertumbuhan kredit BTN yang semakin meningkat ini didominasi oleh segmen pembiayaan perumahan yang merupakan fokus utama pengembangan bisnis BTN. Pada tahun 2008 portofolio kredit konsumsi pemilikan rumah mencapai 77,3 % atas total kredit yang diberikan perakhir tahun Sisanya terbagi atas kredit non kepemilikan rumah (8,10%), kredit lainnya (10,69%) serta pembiayaan syariah (3,91%). Seperti yang ditunjukan pada Gambar 3. Gambar 3. Portfolio kredit BTN berdasarkan jenis kredit tahun 2008 (Annual report BTN 2008) Pemusatan fokus usaha BTN pada pembiayaan perumahan menjadikan BTN sebagai satu-satunya bank di Indonesia yang memiliki fokus usaha yang sedemikian spesifik. Sehingga BTN mampu melayani segmen pembiayaan perumahannya secara lebih unggul, lebih fasih dalam hal penyampaian manfaat maupun kemasan produknya, serta lebih dapat memenuhi kebutuhan para nasabah dari kelompok masyarakat menengah dan menengah ke bawah yang sangat membutuhkan atap diatas kepala mereka. Semakin banyak dana yang disalurkan tentu saja akan semakin besar potensi menimbulkan risikonya. Besarnya risiko kredit ini ditunjukan dalam rasio Non Perfoming Loan (NPL). Risko kredit ini perlu dikelola dengan

17 5 baik supaya tidak mengakibatkan permasalahan kredit yang semakin besar dan merugikan perbankan Rumusan Masalah Meningkatnya pembiayaan perumahan dapat dianalogikan sebagai dua sisi keping mata uang yang berbeda. Di satu sisi meningkatnya pembiayaan perumahan dapat membuat bank memperoleh keuntungan yang lebih besar. Namun disisi lain hal tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi pihak bank apabila tidak diimbangi dengan kemampuan pembayaran yang sepadan dari debiturnya. Oleh karena itu, suatu manajemen risiko yang baik perlu diterapkan agar meningkatnya pembiayaan perumahan tidak menyebabkan kredit macet yang akan diikuti oleh peningkatkan nilai non performing loan. Tingginya NPL menunjukan banyaknya pihak debitur yang tidak dapat membayar secara kontinu pinjaman kredit, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunga pinjaman. Rasio non performing loan BTN dapat ditunjukan pada Gambar 4. Gambar 4. NPL Bank Tabungan Negara ( Annual report BTN 2008) Pada Gambar 4 dapat dilihat NPL BTN pada tahun 2004 hingga 2008 besarnya berfluktuasi. NPL terendah yaitu pada tahun 2004 dengan nilai NPL Gross sebesar 3,21 % dan NPL Netto sebesar 0,22%. NPL tertinggi yaitu pada tahun 2007 dengan nilai NPL Gross sebesar 4,05% dan NPL Netto sebesar 2,81%. NPL Gross adalah NPL sebelum dikurangi

18 6 dengan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) yang bersangkutan, sedangkan NPL Netto adalah NPL sesudah di kurangi dengan PPAP yang sudah disisihkan untuk golongan kredit NPL tersebut. Sampai saat ini NPL BTN masih dibawah standar NPL maksimal yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu sebesar 5%, namun upaya terhadap pengelolaan risikonya tetap harus ditingkatkan. Dari uraian diatas maka dapat dirumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor fakor apa saja yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni? 2. Dengan metode Creditrisk+ Portfolio, seberapa besarkah potensi kerugian dan dana cadangan yang harus disediakan pada sebuah portfolio Kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni? 3. Apakah metode Creditrisk+ Portfolio sesuai untuk mengukur potensi kerugian pada sebuah portfolio Kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni? 4. Bagaimana manajemen pengelolaan dan pengendalian risiko kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni? 1.3. Tujuan Penelitian Mengacu pada perumusan masalah seperti yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi faktor fakor apa saja yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni. 2. Mengukur dan menganalisa potensi kerugian dan dana cadangan yang harus disediakan pada sebuah portfolio Kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni dengan metode Creditrisk+ Portfolio 3. Mengkaji kesesuaian metode Creditrisk+ Portfolio dalam mengukur potensi kerugian pada sebuah portfolio Kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni

19 7 4. Mengkaji manajemen pengelolaan dan pengendalian risiko kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan analisis penulis dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapatkannya di bangku perkuliahan dengan hal-hal yang terjadi di perusahaan. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian selanjutnya apabila terjadi korelasi permasalahan yang saling terkait. 2. BTN Cabang Jakarta Harmoni dapat mengetahui nilai potensi kerugian yang harus diantisipasi dan sebagai input alternatif untuk melaksanakan strategi-strategi fungsional dan operasional perusahaan terhadap berbagai kemungkinan yang terjadi pada risiko kredit yang dihadapi sehingga dapat meminimalisir kerugian dan meningkatkan kinerja perusahaan. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan dapat berkontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia terutama bagi kalangan akademisi dan masyarakat Indonesia pada umumnya Pembatasan Masalah Analisis penelitian ini terfokus pada analisis risiko kredit KPR non subsidi dan pengelolaanya. Penelitian ini hanya membahas risiko kredit, sedangkan risiko operasional dan risiko pasar tidak menjadi bahasan dalam penelitian. Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini hanya berdasarkan dari sudut pandang perusahaan. Perhitungan risiko kredit pada penelitian ini tidak memperhitungkan aspek pasar seperti suku bunga dan inflasi serta tidak memperhitungkan aspek makroekonomi yang mempengaruhi kinerja PT Bank Tabungan Negara. Proses perhitungannya akan diolah dengan menggunakan metode CreditRisk+ Portfolio dengan bantuan model program komputer Visual Basic.

20 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kredit Pengertian Kredit Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin Creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Dalam praktik sehari-hari pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi antara lain (Muljono, 2001): a. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. b. Sedangkan pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan Indonesia, pengertian kredit ini telah dirumuskan dalam Bab I, Pasal I ayat 12 Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang merumuskan sebagai berikut ; Kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Dari perumusan di atas ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik yaitu : - Adanya suatu penyerahan uang/tagihan atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan tersebut kepada pihak lain, dengan harapan memberi pinjaman ini bank akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi bank yang bersangkutan.

21 9 - Dari proses kredit itu telah didasarkan pada suatu perjanjian yang saling mempercayai kedua belah pihak akan mematuhi kewajibannya masing-masing, - Dalam pemberian kredit ini terkandung kesepakatan pelunasan utang dan bunga akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama Klasifikasi Kredit Menurut (Siamat, 2004) Kredit dapat diklasifikasikan seperti yang terdapat pada Gambar 5. Jangka Waktu Kredit Kredit Jangka Pendek Kredit Jangka Menengah Kredit Jangka Panjang Barang Jaminan Kredit dengan jaminan Kredit Tanpa Jaminan Klasifikasi Kredit Tujuan Kredit Kredit Komersil Kredit Konsumtif Kredit Produktif Penggunaan Kredit Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Segmen Usaha Pertanian, Perdagangan, Otomotif, Pharmasi, Tekstil, Makanan, Konstruksi dan sebagainya Gambar 5. Klasifikasi kredit (Siamat, 2004)

22 10 1. Jangka Waktu (maturity). Penggolongan kredit menurut jangka waktu dapat dibedakan menjadi : a. Kredit jangka pendek (short term-loan). Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang dari satu tahun. Misalnya kredit untuk membiayai kelancaran operasi perusahaan termasuk kredit modal kerja. b. Kredit jangka menengah (medium term-loan). Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya satu sampai dengan tiga tahun. Biasanya kredit ini untuk menambah modal kerja misalnya untuk membiayai pengadaan bahan baku. Kredit jangka menengah dapat pula dalam bentuk kredit investasi. c. Kredit jangka panjang (long term-loan). Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya atau jatuh temponya melebihi tiga tahun. Misalnya kredit investasi yaitu kredit untuk membiayai suatu proyek, perluasan usaha atau rehabilitasi. 2. Barang Jaminan (collateral). Dilihat dari barang jaminan, kredit dapat dibedakan : a. Kredit dengan jaminan (secured loan) dan b. Kredit dengan tanpa jaminan (unsecured loan) 3. Tujuan Kredit. Kredit dapat dibedakan menurut tujuannya : a. Kredit komersil (commercil loan). Yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha debitur dibidang perdagangan. Kredit proposal ini meliputi antara lain : kredit untuk usaha pertokoan, kredit ekspor, kredit impor dan sebagainnya. b. Kredit konsumtif (consumer loan). Yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. Oleh karena itu, kredit ini bagi debitur tidak dipergunakan sebagai modal kerja untuk memperoleh laba akan tetapi semata-mata digunakan untuk membeli barang atau kebutuhan-kebutuhan lainnya misalnya membeli

23 11 properti (rumah), mobil, dan berbagai macam barang konsumsi lainnya. c. Kredit Produktif. Yaitu kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi misalnya pembelian bahan baku, pembayaran upah, biaya pengepakan, biaya pemasaran dan distribusi dan sebagainnya. 4. Penggunaan Kredit. Penggolongan kredit menurut penggunaanya terdiri atas : a. Kredit modal kerja. Yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur. b. Kredit Investasi. Yaitu kredit yang diberikan bank kepada perusahaan untuk digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-barang modal. 5. Segmen Usaha Sektor industri yang dibiayai oleh bank biasanya dubagi lagi menjadi segmen-segmen usaha misalnya: perdagangan, otomotif, pharmasi, tekstil, makanan, konstruksi dan sebagainya Prinsip-Prinsip Perkreditan Prinsip perkreditan ini disebut pula konsep 5C (character, capacity, capital,collateral dan condition of economic). Pada dasarnya konsep 5C ini dapat memberikan informasi mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) debitur untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip perkreditan tersebut adalah sebagai berikut (Siamat, 2004) : 1. Character Penilaian character debitur merupakan masalah yang cukup kompleks karena berkaitan dengan watak dan prilaku seseorang baik secara individual maupun dalam komunitas atau lingkungan usahannya. Pejabat analisis dalam melakukan penilaian karakter debitur perlu memperhatikan terutama sifat-sifat sebagai berikut : kejujuran, ketulusan, kecerdasan, kesehatan, kebiasaan-

24 12 kebiasaan, temperamental, kaku, membanggakan diri secara berlebihan dan sebagainya. Informasi lain yang juga sangat krusial untuk diketahui adalah apakah calon debitur tersebut masuk dalam Daftar Orang Tercela (DOT) atau daftar hitam. Pada prinsipnya penilaian karakter debitur ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana itikad baik dan kemauan debitur untuk melunasi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian kredit. 2. Capacity Capicity berkaitan dengan kemampuan peminjam mengelola usahanya secara sehat untuk kemudian memperoleh laba sesuai yang diperkirakan. Penilaian kemampuan tersebut perlu untuk mengetahui sejauh mana hasil usaha debitur dapat membayar semua kewajibannya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit. Selanjutnya untuk mengukur capacity debitur harus dilakukan penelitian terhadap kemampuannya di bidang manajemen, bidang keuangan, pemasaran, dan kemampuan di bidang teknis. Dengan demikian penilaian kemampuan ini pada dasarnya berkaitan dengan kemampuan debitur mengelola usahanya sehingga dapat berkembang dengan memanfaatkan kredit bank. 3. Capital Penilaian modal dilakukan untuk melihat apakah debitur memiliki modal yang memadai untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahannya. Semakin besar jumlah modal yang ditanamkan oleh debitur kedalam usaha yang akan dibiayai dengan dana bank semakin menunjukan keseriusan debitur untuk menjalankan usahanya tersebut. 4. Collateral Penilaian barang jaminan (collateral) yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas kredit bank yang diperolehnya adalah untuk mengetahui sejauhmana nilai barang jaminan atau agunan

25 13 tersebut dapat menutupi risiko kegagalan pengembalian kewajiban-kewajiban debitur. Fungsi jaminan disini adalah sebagai alat pengaman terhadap kemungkinan tidak mampunya debitur melunasi kewajibannya. 5. Condition of economy Prinsip C terakhir adalah kondisi ekonomi yaitu berkaitan dengan keadaan perekonomian suatu saat yang secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha debitur. Begitu pula peraturanperaturan dan kebijakan pemerintah yang mungkin akan berdampak pada perekonomian secara regional, nasional dan internasional terutama yang berhubungan dengan sektor usaha debitur Tujuan Kredit Menurut Simorangkir,2004 Keuntungan atau profitability merupakan tujuan dari pemberian kredit, yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima. Karena pancasila adalah dasar falsafah negara kita maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara, yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. Oleh karena itu, tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengemban tugas sebagai agen of development, adalah sebagai berikut : 1. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. 2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat. 3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahannya. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain : 1. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang. 2. Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang.

26 14 3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang. 4. Kredit merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi. 5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. 6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan. 7. Kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional Kredit Pemilikan Rumah Pengertian kredit pemilikan rumah (KPR) menurut Bank Tabungan Negara adalah fasilitas pinjaman yang diberikan untuk pembelian rumah (di dalam maupun diluar real estate), merenovasi atau membangun rumah, membeli tanah atau ruko, dimana pinjaman ini dapat diangsur dalam jangka waktu yang tertentu dengan jumlah angsuran yang sesuai dengan kemampuan debitur. Sedangkan menurut website Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah produk pembiayaan yang diberikan kepada pembeli rumah dengan skema pembiayaan sampai dengan 90% dari harga rumah. KPR di Indonesia, hingga saat ini masih disediakan oleh perbankan, meskipun sudah ada beberapa perusahaan pembiayaan (leasing) yang juga menyalurkan pembiayaan dari lembaga sekunder pembiayaan perumahan. Perumahan merupakan unsur pokok bagi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, selain kebutuhan akan pangan dan sandang, pendidikan dan kesehatan. Namun pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan lahan untuk pemukiman yang terbatas menjadikan masalah perumahan menjadi masalah yang kompleks. Menyadari hal tersebut, industri perbankan mulai mengembangkan produk pelayanan perumahan dalam wujud kredit pemilikan rumah rumah (KPR) Risiko Kredit Risiko kredit menurut Idroes,2008 adalah kegagalan peminjam (borrower) atau counterparty berkaitan dengan kemampuan (ability) dan kemauan (willingness) untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati. Bank Indonesia sendiri di dalam

27 15 PBI No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum mendefinisikan risiko sebagai kejadian potensial, akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Sedangkan risiko kredit menurut menurut Crouchy (hal 35, 2001) didefinisikan sebagai risiko perubahan kualitas kredit yang akan mengakibatkan perubahan nilai posisi bank, penurunan kualitas tersebut diakibatkan oleh ketidakmampuan pihak lain dalam memenuhi kewajiban yang sudah diperjanjikan. Risiko kredit tersebut akan menimbulkan potensi kerugian ekonomis aktual bagi suatu perusahaan yang timbul akibat dari peristiwa kredit. Peristiwa terjadinya risiko kredit tidak hanya pada aktivitas perkreditan tetapi juga pada aktivitas lainya yang mengandung potensi/unsur gagal bayar pihak lawan, yaitu aktivitas treasury dan investasi maupun pembiayaan perdangangan. Risiko kredit yang terdiri dari tiga komponen, yaitu : a. Probability of Default Merupakan kemungkinan debitur akan gagal bayar dalam memenuhi kontrak pembayaran. b. Recovery Rate Merupakan proporsi klaim yang akan ditanggung debitur jika tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar. c. Credit Exposure Kredit eksposur berkaitan dengan sejumlah nominal yang hilang akibat risiko default (gagal bayar) Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah proses yang menyeluruh dan kotinu dalam meminimalisasi risiko sebuah produk untuk mengoptimalkan keseimbangan manfaat dan risikonya. Risk management (manajemen risiko) pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, teknik, dan sains (ilmu) yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan mengelola risiko secara lebih transparan.

28 16 Manajemen risiko kredit yang efektif merupakan tantangan yang dihadapi seluruh lembaga keuangan, yang menjadi faktor kritis kesuksesan bagi lembaga keuangan tersebut dalam menghadapi eksposur kredit yang signifikan. Banyak para ahli keuangan menyatakan bahwa risiko kredit merupakan risiko yang paling mendominasi, oleh sebab itu perlu langkahlangkah kongkret untuk me-manage risiko tersebut. Sejalan dengan prinsip tersebut, sesuai dengan ketentuan BI yang tertuang di dalam PBI nomor 5/8/PBI/2003 mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum menjelaskan bahwa manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank Siklus Manajemen Risiko Menurut Djohanputro (2006), siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap sesuai dengan Gambar 6. Evaluasi pihak berkepentingan Identifikasi risiko Pengawasan dan pengendalian risiko Pengukuran risiko Model pengelolaan risiko Pemetaan risiko Keterangan Hubungan langsung Hubungan tidak langsung Gambar 6. Siklus manajemen risiko (Djohanputro, 2006) Siklus manajemen risiko menurut Djohaputro (2006) terdiri dari 6 tahap, yaitu : Tahap 1. Identifikasi Risiko Pada tahap ini, mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama dan utama adalah dengan melakukan

29 17 analisiss pihak berkepentingan (stakeholders) yang berkaitan dengan risiko tersebut. Tahap 2. Pengukuran Risiko Pada dasarnya pengukuran risiko mengacu pada dua faktor, yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau eksposur, yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Tahap 3. Pemetaan Risiko Pemetaan risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan, dengan memilih-milih risiko yang mampu memberi kontribusi positif dan risiko yang merusak nilai perusahaan bila dikelola. Perlu prioritas juga karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan. Tahap 4. Model Pengolahan Risiko Model pengelolaan risiko yang dapat diterapkan perusahaan berupa pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi pengelolaan. Tahap 5. Monitor dan Pengendalian Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana. Hal itu dikarenakan karena risiko itu sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko Pengukuran Risiko Kredit Untuk mendapatkan hasil terbaik dari pelaksanaan manajemen risiko kredit, salah satu pilar yang harus diperhatikan adalah masalah pengukuran risiko kredit. Bank Indonesia tidak menetapkan secara spesifik pendekatan pengukuran risiko kredit yang harus dijalankan oleh bank. Namun demikian, BI telah memberikan arah dalam pengaturan pengukuran risiko kredit yang

30 18 mengacu pada konsep Basel yang harus dipedomani perbankan (Idroes,2008) Basel I Dalam Basel I (1988) menerapkan standar umum untuk menghitung seluruh risiko dan menghitung kecukupan modal (capital adequency), sebesar 8 persen berdasarkan nilai Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). ATMR dihitung berdasarkan bobot risiko pada masing-masing aset pada portofolio bank. Namun metode pengukuran risiko kredit tersebut kurang sensitif terhadap perubahan risiko karena bobot risko untuk kredit dianggap sama yaitu sebesar 100% tanpa ada pembedaan karakteristik risiko masing-masing perusahaan (private atau corporate). Konsep inilah yang sekarang dipedomani perbankan di Indonesia dalam menghitung risiko kredit. Maka kedepannya BI memberikan pilihan kepada perbankan untuk dapat menerapkan pengukuran risiko yang lebih advanced guna memberikan kesempatan kepada perbankan untuk pengembangan kualitas manajemen risiko kreditnya. Direncanakan pada tahun 2009, pengukuran risiko kredit untuk menghitung kecukupan modal akan menggunakan pendekatan model standarad sesuai dengan Basel II (Zuchridin, 2009) Basel II Basel II adalah pengukuran risiko kredit dengan pendekatan model standard Basel II tersebut pada dasarnya menggunakan metodelogi yang sama dengan pengukuran risiko kredit sebelumnya (konsep ATMR Basel I), namun disusun lebih risk sensitive (peka terhadap risiko) karena bobot risiko kredit masing-masing instrumen ditetapkan berdasarkan (grading) rating/tingkatan dari instrumen tersebut serta kualitas kreditnya. Terdapat dua alternatif pendekatan dalam perhitungan risiko kredit dalam Basel II yaitu:

31 19 1. Standardised Approach (Pendekatan ter-standar) Dalam Standardised Approach (SA), bank menggunakan metode perhitungan sebagaimana digunakan dalam Basel I. Perbedaannya terletak pada kategorisasi aset dan besarnya bobot risiko yang didasarkan pada peringkat yang diberikan oleh lembaga pemeringkat eksternal. Tujuan metode ini adalah untuk menghitung cadangan modal (capital requirement) yang dibutuhkan oleh bank dan yang sebaiknya disisihkan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya kerugian akibat timbulnya risiko kredit. Input data yang dibutuhkan dalam Standardised Approach (Pendekatan Standar) adalah outstanding (Jumlah pinjaman yang belum tertagih), risk weight (bobot risiko) yang sesuai dengan karakter pinjaman dan capital ratio yang merupakan rasio untuk menentukan jumlah cadangan modal yang sebaiknya disisishkan oleh bank. 2. Internal Rating-Based Approach (Pendekatan Rating Internal) Dalam Internal Rating-Based Approach (IRB) bank diperkenankan menggunakan model internal mereka dalam menghitung kebutuhan modal. Pendekatan ini diyakini memiliki akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan terstandar (standardised approach) dan menghasilkan perhitungan permodalan yang lebih sesuai dengan profil risiko bank. Asumsi utama dalam pendekatan ini adalah bank pada dasarnya lebih mengetahui karakter dan kondisi debitur mereka dibandingkan lembaga pemeringkat. Melalui pendekatan ini, bank dimungkinkan untuk menerapkan diferensiasi yang lebih tepat untuk masing-masing kategori aset mereka. Beberapa komponen yang menjadi parameter utama dalam pendekatan IRB adalah: a. Probability of Default (PD) yaitu kecenderungan terjadinya default (gagal bayar) untuk setiap kategori aset. Bank harus

32 20 menyediakan komponen PD untuk masing-masing kelompok debitur berdasarkan perhitungan internal mereka. b. Loss Given Default (LGD) adalah persentase kerugian yang diperkirakan akan terjadi jika suatu debitur default (gagal bayar). c. Exposure at Default (EAD) adalah perkiraan nilai eksposur pada saat terjadi default (gagal bayar). d. Maturity (M) adalah jangka waktu efektif (dalam tahun) dari eksposur bank. Terdapat dua pendekatan dalam IRB yaitu: a. Foundation IRB Bank menghitung probability of default (kemungkinan gagal bayar) yang terkait dengan masingmasing debitur dan pengawas menyediakan input lainnya seperti loss given default dan exposure at default. b. Advanced IRB selain menggunakan probability of default, bank menambahkan input lainnya seperti exposure at default, loss given default dan jangka waktu. Persyaratan untuk penggunaan pendekatan ini lebih ketat dibandingkan dengan foundation IRB CreditRisk+ Portfolio Salah satu model yang dapat dipakai oleh perbankan untuk pengukuran risiko kredit yang didasarkan atas data historis peminjamnya adalah dengan menggunakan metode creditrisk+ portfolio Metode ini merupakan pengembangan dari metode CreditRisk+ yang dapat mengukur estimasi kerugian dibulan berikutnya. Metode ini merupakan model aktuaria dalam perhitungan risiko kredit dengan menggunakan foundation approach. Pengukuran risiko kredit dengan menggunkan metode ini diperkenalkan oleh Credit Suisse First Brown (CSFB) pada akhir tahun 1997, bertujuan untuk menghitung distribusi kegagalan dari sutu kredit portofolio yang berdasarkan metodelogi matematika, actuarial. Dengan mengetahui distribusi kegagalan akan diketahui nilai risiko dari suatu

33 21 portfolio kredit sehingga dapat diketahui potensi risiko kredit jangka pendek. CreditRisk+ Portfolio digunakan untuk mencari probabilitas jumlah debitur yang default (gagal bayar) dalam suatu periode yang dinyatakan dengan poisson distribution. Model ini menitikberatkan tingkat default (gagal bayar) sebagai variabel acak dan memasukan variabelitas tingkat default (gagal bayar) untuk mengatasi ketidakpastiaan. Metode ini didasarkan pada pendekatan credit default model yang menggambarkan informasi jumlah dan batas waktu eksposure dan pengukuran risiko kredit sistematis dan debitur Kelebihan dan Keterbatasan Metode CreditRisk+ Teknik creditrisk+ portfolio memiliki kelebihan yaitu relatif mudah untuk diimplementasikan dan kemudahan dalam ketersedian data. Kontribusi marginal dari debitur dengan mudah dapat dihitung, juga creditrisk+ portfolio memfokuskan pada kondisi default yang dibutuhkan untuk mengestimasi potensi risiko. Dari berbagai instrument, data yang dibutuhkan hanya probability default, eksposur dan recovery rate (tingkat penerimaan kembali piutang yang sudah dihapus bukukan). Creditrisk+ memposisikan pada kondisi debitur tidak mampu membayar kewajiban yang dibutuhkan untuk mengestimasi potensi risiko. Keterbatasan metode creditrisk+ adalah (Chrouhy, 2001) : a. Asumsi bahwa risiko kredit tidak berhubungan dengan risiko pasar. b. Besarnya eksposur dari tiap debitur tetap dan tidak sensitif terhadap perubahan. c. Tidak memperhitungkan risiko mitigasi Penelitian terdahulu Pada penelitian Efendi (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR Finance yaitu faktor internal perusahaan (sumber daya manusia, teknologi dan informasi, kebijakan perusahaan, dan keuangan), faktor business partner (dealer dan konsumen), lingkungan eksternal

34 22 (kebijakan pemerintah, persaingan dalam industri, kondisi ekonomi, dan keamanan negara). Faktor-faktor konsumen meliputi overdue, down payment (DP/Uang pangkal), jangka waktu kredit, pendapatan konsumen, moral dan morale hazard. Nandifah (2008), dalam penelitiannya menunjukan bahwa berdasarkan pengujian validitas menggunakan metode back testing, perhitungan potensi kerugian dengan menggunakan metode CreditRisk+ portfolio menghasilkan penyimpangan sebesar 4,06%. Hal ini berarti metode tersebut sesuai digunakan untuk mengukur potensi kerugian dari risiko kredit Kupedes BRI unit Ciampea pada bulan Desember Perhitungan risiko dengan CreditRisk+ portfolio menghasilkan expected loss sebesar Rp ,62, unexpected loss sebesar Rp ,00 dan economic capital sebesar Rp ,38 pada tingkat kepercayaan 95%. Triawan (2008), dalam penelitannya menunjukan bahwa potensi kerugian pembiayaan pada PT BPRS Amanah dengan menggunkan analisis creditrisk+ adalah sebesar Rp dan economic capital Rp

35 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari permasalahan kredit. Kegiatan kredit ini memberikan tingkat pengembalian yang besar buat bank namun tingkat pengembalian yang besar tersebut diikuti dengan risiko yang besar pula sehingga bank juga memiliki tingkat risiko yang cukup besar dalam kegiatan kredit. Kredit pemilikan rumah merupakan salah satu bentuk penyaluran kredit yang dapat dijadikan bisnis yang menggiurkan karena nilainya mengalami kenaikan dari tahun-tahun. Berbagai kemudahan ditawarkan oleh bank-bank mengelola bisnis KPR untuk menarik minat debiturnya. Hal tersebut perlu diimbangi dengan selektifitas persetujuan kredit perumahannya. Sebab apabila tidak, banyak nasabah KPR yang tidak bisa melunasi tagihan kreditnya dan menyebabkan tingkat risiko kredit meningkat, yang ditunjukan dengan meningkatnya rasio non performing loan. Risiko kredit yang dihadapi perusahaan meliputi risiko gagal bayar, risiko eksposur, dan risiko recovery. Perhitungan risiko dengan berbagai model yang beragam adalah untuk melihat besaran risiko kredit macet terhadap kredit yang relah diberikan. Disisi lain perhitungan risiko tersebut dapat digunakan sebagai faktor penting dalam mengambil keputusan oleh manjemen agar segmen kredit dapat memberikan trade off (timbal balik) yang optimun antara risk (risiko) dan return (pengembalianya). Pengukuran risiko kredit yang akurat dan mampu memberikan peringatan dini (early warning system) juga dapat menghindari kerugian yang akan diderita akibat risiko kredit. Pengukuran risiko kredit yang mencerminkan kualitas dan kuantitas risiko kredit dilakukan menggunakan metode CreditRisk+ Portfolio. Pada tahap akhir proses analisis risiko kredit pemilikan rumah, dirumuskan strategi pengelolaan dan pengendalian risiko kredit pemilikan rumah sebagai input alternatif bagi perusahaan dalam rangka peningkatan

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO GAGAL BAYAR DEBITUR KPR NON SUBSIDI (STUDI KASUS BTN CABANG JAKARTA HARMONI) Oleh DEWI INDAH VEBRIYANTI H

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO GAGAL BAYAR DEBITUR KPR NON SUBSIDI (STUDI KASUS BTN CABANG JAKARTA HARMONI) Oleh DEWI INDAH VEBRIYANTI H ANALISIS MANAJEMEN RISIKO GAGAL BAYAR DEBITUR KPR NON SUBSIDI (STUDI KASUS BTN CABANG JAKARTA HARMONI) Oleh DEWI INDAH VEBRIYANTI H24051985 DEPARTEMAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X 51 BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK + Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas analisis mengenai pengukuran risiko kredit konsumtif pada bank X dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dianalisis dalam karya akhir ini adalah mengenai pengukuran risiko kredit di bagian Consumer Banking, khususnya untuk kredit

Lebih terperinci

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H 1 ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H24051975 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 31 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Risiko kredit atau dalam bahasa asing disebut credit risk adalah suatu potensi kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam karya akhir ini pengukuran risiko yang ditunjukan terhadap pembiayaan murabahah pada BNI Syariah dengan menggunakan Metode CreditRisk +, Dalam penerapan metode pengukuran

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT UMUM PEDESAAN DENGAN BANTUAN SIMULASI PROGRAM KOMPUTER ( STUDI KASUS BRI UNIT CIAMPEA, BOGOR)

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT UMUM PEDESAAN DENGAN BANTUAN SIMULASI PROGRAM KOMPUTER ( STUDI KASUS BRI UNIT CIAMPEA, BOGOR) ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT UMUM PEDESAAN DENGAN BANTUAN SIMULASI PROGRAM KOMPUTER ( STUDI KASUS BRI UNIT CIAMPEA, BOGOR) Oleh ERNAWATI NANDIFAH H24104032 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP RETURN ON ASSET DENGAN BANTUAN MODEL PROGRAM SIMULASI KOMPUTER (STUDI KASUS : PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk.) Oleh Dwi Andini

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H24053163 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Kredit

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Kredit Pengelolaan Risiko Kredit Manajemen Risiko, Sesi 6 Latar Belakang 1. Risiko Kredit didefinisikan sebagai risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. 2. Pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian dalam karya akhir ini dilakukan melalui studi pustaka, pengumpulan data dan analisa kuantitatif. Studi pustaka digunakan untuk menyusun landasan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan pemecahan masalah dalam mengukur risiko kredit dengan menggunakan metode Credit Risk +. Dimana pemecahan masalah tersebut akan sesuai mengikuti metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan memiliki peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi tantangan dunia usaha dan industri

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam Bab 4 ini akan dibahas mengenai, analisis pengukuran risiko kredit consumer khususnya mortgage (KPR) pada Bank X dengan menggunakan Internal Model CreditRisk+. Dengan

Lebih terperinci

MANAJEMEN SUKU BUNGA PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR. Oleh : ADINDA AYU LESTARI H

MANAJEMEN SUKU BUNGA PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR. Oleh : ADINDA AYU LESTARI H MANAJEMEN SUKU BUNGA PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR Oleh : ADINDA AYU LESTARI H24051606 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK Adinda

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada sub bab 1.2, yaitu besarnya Capital Charge yang harus disediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sebelum krisis tahun 1998 sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak dilirik oleh perbankan karena mereka menilai sektor ini tidak layak untuk dibiayai,

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian BNI Syariah memiliki visi menjadi bank umum syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Dalam rangka pembangunan perekonomian nasional, sektor keuangan khususnya industri perbankan merupakan salah satu komponen terpenting sebagai pendukung dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian untuk karya akhir ini akan dilakukan perhitungan risiko Kartu Kredit dengan menggunakan metode CreditRisk dalam mengukur nilai risiko kredit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN BANTUAN PROGRAM KOMPUTER (Studi Kasus : PT BPR Agro Cipta Adiguna Pare, Kediri) Oleh NOVI NURMIA SARI H

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN BANTUAN PROGRAM KOMPUTER (Studi Kasus : PT BPR Agro Cipta Adiguna Pare, Kediri) Oleh NOVI NURMIA SARI H ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN BANTUAN PROGRAM KOMPUTER (Studi Kasus : PT BPR Agro Cipta Adiguna Pare, Kediri) Oleh NOVI NURMIA SARI H24052369 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X) Oleh AHMAD ROYANI H

PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X) Oleh AHMAD ROYANI H PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X) Oleh AHMAD ROYANI H24104025 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan sarana yang strategis dalam rangka pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Berdasarkan UU No. 21 Pasal 38 Tahun 2008 Tentang UU Perbankan Syariah disebutkan bahwa bank syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini akan memberikan penjelasan secara deskriptif mengenai hasil perhitungan statistik dalam mengukur risiko kredit menggunakan metode CreditRisk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga financial intermediary mempunyai fungsi utama, yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredit adalah salah satu faktor yang berperan penting di dalam pengembangan usaha. Pada umumnya ada dua jenis kredit, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi merupakan tolak ukur pembangunan nasional. Sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam melaksanakan pembangunan baik skala pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jumlah yang material. Adanya suatu bank akan memberi manfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam jumlah yang material. Adanya suatu bank akan memberi manfaat bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia industri semakin erat kaitannya dengan dunia perbankan. Dimana, perbankan merupakan lembaga yang memberi kemudahan bagi publik seperti memberi fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan yang ada di masyarakat sangat beraneka ragam. selain kebutuhan sandang dan pangan, kebutuhan akan perumahan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DEBITUR KREDIT WIRAUSAHA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR. Oleh ROSI ANRAYANI H

ANALISIS KEPUASAN DEBITUR KREDIT WIRAUSAHA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR. Oleh ROSI ANRAYANI H ANALISIS KEPUASAN DEBITUR KREDIT WIRAUSAHA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR Oleh ROSI ANRAYANI H24050175 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi utama menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian Indonesia secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lembaga Keuangan Menurut Triandaru dan Budisantoso (2007), berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792 Tahun 1990 tentang lembaga keuangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu pelaku utama dari perekonomian negara karena berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku ekonomi tidak hanya

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ITAS JASA K OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN INDONESIA SA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.03/2015 TENTANG KETENTUAN KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank

BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan sebuah kredit bersifat konsumtif yang diberikan oleh pihak bank kepada masyarakat untuk memiliki rumah dengan jaminan atau agunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Fungsi Kredit Menurut Dahlan Siamat (2005 : 349), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kegitan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank a) Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau dikenal dengan kebutuhan primer, juga kebutuhan sekunder maupun

BAB I PENDAHULUAN. atau dikenal dengan kebutuhan primer, juga kebutuhan sekunder maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari - hari manusia memiliki kebutuhan pokok atau dikenal dengan kebutuhan primer, juga kebutuhan sekunder maupun kebutuhan tersier. Kebutuhan primer

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan bisnis perbankan di Indonesia terus mengalami kemajuan yang sangat pesat. Bank-bank dituntut untuk menjadi lebih dinamis terhadap perubahan agar siap bersaing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia seperti sektor perdagangan,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas seacara deskriptif mengenai hasil pengukuran risiko kredit pada segmen Kredit Tanpa Agunan pada bank XYZ dengan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ESTIMASI NILAI AGUNAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BOGOR ANGGANA CENDIKIA

KEBIJAKAN ESTIMASI NILAI AGUNAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BOGOR ANGGANA CENDIKIA PRAMITHA DIKA SAPUTRI, 27210039 FAKULTAS EKONOMI, UNIVERSITAS GUNADARMA KEBIJAKAN ESTIMASI NILAI AGUNAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BOGOR ANGGANA CENDIKIA Pesatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar pendapatan bank berasal dari pendapatan bunga yang berasal dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

BAB 3 PERUMUSAN MASALAH

BAB 3 PERUMUSAN MASALAH BAB 3 PERUMUSAN MASALAH 3.1. Latar Belakang Masalah Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian 18 3. METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu parameter kinerja jangkauan layanan LKM mencakup adalah luasnya jangkauan kepada nasabah berupa besarnya jumlah nasabah yang dilayani LKM. Untuk menjangkau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena banyak sekali menimbulkan permasalahan yang sulit untuk dipecahkan. Salah satu permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Dalam pengertian sederhana, kredit merupakan penyaluran dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam bahasa Latin, kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undangundang Perbankan 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi Undangundang Perbankan Nomor 10 Tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bank 1.2.1. Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang dipergunakan oleh bangkir untuk melayani kegiatan operasionalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bank dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bank dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah mengalami perkembangan ekonomi yang sangat cepat. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran bank sebagai lembaga keuangan yang mengatur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia dan sebagian negara Asia Tenggara dan Timur mengalami krisis ekonomi yang disebabkan oleh beberapa faktor baik yang

Lebih terperinci

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Materi 3 Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Subpokok bahasan : Pengertian Kredit & Pembiayaan (Produk Lending) Jenis-jenis kredit Prinsip-prinsip pemberian kredit Jenis-jenis pembebanan suku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memelihara kesinambungan pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman kebutuhan masyarakat terus meningkat dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi sehingga kredit menjadi salah satu alternatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kondisi persaingan bisnis dalam keadaan yang tidak menentu ditambah dengan krisis perekonomian, membuat setiap perusahaan dituntut untuk mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk para nasabah dan investor global agar tetap survive di percaturan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk para nasabah dan investor global agar tetap survive di percaturan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan internasional, perbankan berlomba-lomba menciptakan produk baru dan layanan yang kompetitif dengan perbankan berskala internasional

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan dari Bab III adalah nilai minimum capital requirement Divisi Usaha Menengah PT. Bank X, selama tahun tahun 2007 yaitu sebagai berikut : Tabel 4.1 Minimum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan badan usaha atau lembaga keuangan yang beranggotakan orang atau badan hukum dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Bank 2.1.1.1 pengertian Bank Bank lebih dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Penyaluran dana dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemerintah berkewajiban mensejahterakan rakyatnya secara adil dan merata. Ukuran sejahtera biasanya dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Internal Rating PT. Bank X PT. Bank X yang merupakan salah satu bank BUMN di Indonesia yang termasuk 3 besar dalam nilai aset. PT. Bank X membagi portepel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

PENGALOKASIAN DANA BANK

PENGALOKASIAN DANA BANK PENGALOKASIAN DANA BANK Alokasi Dana : menjual kembali dana yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Wujud dari pengalokasian dana adalah kredit atau aset yang dianggap menguntungkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI. Oleh TRI LESTARI H

ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI. Oleh TRI LESTARI H ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI Oleh TRI LESTARI H24052006 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan suatu badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari dan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat dalam mencapai suatu kebutuhan, maka terjadi peningkatan kebutuhan dari segi finansial. Untuk mendapatkan kebutuhan

Lebih terperinci