KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT"

Transkripsi

1 KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT M A L T A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani di Lahan Gambut: Kasus Petani Jagung di Lahan Gambut di Desa Limbung, Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat, adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2008 Malta NIM I

3 ABSTRACT MALTA Competency of Corn Farmers in Growing Corn in Peatlands: Case Study of Corn Farmers in Peatlands at Limbung Village in Pontianak District, Province of West Borneo. Under direction of RICHARD W.E. LUMINTANG, and BASITA G. SUGIHEN. Agricultural development is a series of efforts to increase farmers income, to create employment, to alleviate poverty, to assure food security, and to encourage regional economic development. By increasing agricultural products, it is hoped that farmers will be able to improve their income. In line with this effort, the quality of human resources in the field of agriculture is one of the essential factors in increasing agricultural products. The aims of this study were (1) to learn the competency level of corn farmers in peatlands, (2) to identify the factors related to the competency of corn farmers in peatlands, and (3) to find out the corn farmers performance in peatlands and the relationship between the competency of corn farmers in peatlands and their performance. The research method used was descriptivecorelational. The research population consisted of corn farmers in peatlands at Limbung village in Pontianak district, while the data collection was conducted on census basis from the farmers. The data collection was carried out from August until September The analysis of the data was performed by using the correlation test of Rank Spearman. The research results showed that (1) the competency of corn farmers was of average level, (2) the competency was closely related to the production support and farmers interaction with the extension educator, (3) the farmers performance was of low level and the competency was positively correlated with the performance level of corn farmers in peatlands. Key words: corn farmer, competency, performance, peatlands

4 RINGKASAN MALTA Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani Jagung di Lahan Gambut: Kasus Petani Jagung di Lahan Gambut di Desa Limbung Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat. Dibimbing oleh RICHARD W.E. LUMINTANG and BASITA G. SUGIHEN. Pembangunan pertanian merupakan rangkaian upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan ketahanan pangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Melalui peningkatan produksi hasil pertanian dapat diupayakan peningkatan pendapatan petani. Salah satu upaya untuk memacu produksi hasil pertanian adalah dengan program ekstensifikasi lahan gambut. Potensi gambut Indonesia mempunyai luasan sekitar 20 juta ha. Luas lahan gambut di Provinsi Kalimantan Barat mencapai ha dan diperkirakan sekitar 15 persen ( hektar) dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Lahan gambut sudah sejak lama dijadikan sebagai lahan usahatani, terutama untuk komoditas jagung dan padi, namun teknologi yang diterapkan oleh petani masih bersifat tradisional, sehingga hasilnya relatif masih rendah yaitu sekitar 1 sampai 1,6 ton per hektar. Salah satu upaya peningkatan produksi jagung adalah dengan meningkatkan kompetensi petani. Pengelolaan lahan gambut untuk usahatani jagung membutuhkan keseriusan dan harus menggunakan teknologi yang tepat, antara lain dalam pengolahan lahan dan teknis budidaya (penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pascapanen), disamping kompetensi petani dalam merencanakan kegiatan usahatani dan memasarkan hasil. Kompetensi petani dalam berusahatani jagung di lahan gambut masih rendah karena belum memperhatikan keterkaitan faktor-faktor penentu yang berpengaruh. Upaya-upaya dalam mengembangkan kompetensi dapat dilakukan dengan mengetahui sejauhmana tingkat kompetensi yang telah dimiliki oleh petani dalam berusahatani jagung di lahan gambut dan mengkaji faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kompetensi tersebut. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Sejauhmanakah tingkat kompetensi petani jagung di lahan gambut? (2) Faktor faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kompetensi petani jagung di lahan gambut? (3) Sejauhmanakah tingkat kinerja petani dan hubungan kompetensi dengan kinerja petani jagung di lahan gambut? Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2007 di desa Limbung kabupaten Pontianak. Populasi penelitian adalah petani jagung di lahan gambut di desa Limbung kabupaten Pontianak, dan pengumpulan data dilakukan secara sensus kepada petani tersebut. Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden dan informan penelitian, melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Selanjutnya data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, serta untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan digunakan uji korelasi Rank Spearman.

5 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kompetensi petani jagung di lahan gambut di desa Limbung termasuk kategori sedang, sedangkan tingkat kinerja petani termasuk kategori rendah; faktor yang penting diperhatikan untuk mengembangkan kompetensi petani adalah: umur, pendidikan formal, pengalaman berusahatani, interaksi dengan penyuluh, sarana produksi, dan keterlibatan dalam kelompoktani. Usaha meningkatkan kompetensi petani dapat dilakukan dengan meningkatkan interaksi penyuluh dengan petani; penyuluh dan petugas pertanian hendaknya memotivasi petani supaya terlibat aktif dalam kelompoktani dan mendorong pengembangan kelompoktani sebagai wadah belajar para petani dengan program-program yang dibutuhkan petani.

6 Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT M A L T A Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

8 JUDUL TESIS : KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG, KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT NAMA : MALTA NIM : I Disetujui Komisi Pembimbing Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA Ketua Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, M.A. Anggota Diketahui Ketua Program Studi/Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian: 29 April 2008 Tanggal Lulus:

9 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S.

10 PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan pertolongan-nya karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul penelitian adalah Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani di Lahan Gambut: Kasus Petani Jagung di Lahan Gambut di Desa Limbung, Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat. Penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada komisi pembimbing yaitu: Bapak Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA dan Bapak Dr. Ir. Basita G. Sugihen, M.A. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Rasa terima kasih juga ingin penulis sampaikan kepada : (1) Ibu dan kakak-kakak yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis. (2) Sekretariat Badan Litbang Pertanian yang telah menyediakan sebagian dana untuk penelitian, melalui program Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) anggaran tahun (3) Kepala UPTD Pertanian dan Peternakan Kecamatan Sungai Raya dan Penyuluh di desa Limbung Kabupaten Pontianak. (4) Para enumerator yang telah membantu pengumpulan data. (5) Semua responden/petani jagung di desa Limbung Kabupaten Pontianak yang telah berkenan diwawancarai dalam pengumpulan data penelitian. (6) Ade Ume atas segala curahan waktu, semangat, fikiran, serta tenaga yang didekasikan. (7) Teman-teman mahasiswa S2 dan S3 PPN - SPs IPB: Pa Lukman, Bu Anna, Pa Sihab, Bu Syam, Bu Maria, Pa Yo, Bu Riana, Pa Hatta, Pa Ayat, Bu Suci, mas Ba do, Pa Eka, Pa Oos, Pa Eko, Pa Dirlan, Pa Mardin, dan Pa Ikhsan, atas segala bantuan, masukan dan semangatnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Mei 2008 Malta

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Inderapura Sumatera Barat pada tanggal 7 Agustus 1975 dari ayah H. Munir, B.A. (Alm) dan Ibu Hj. Sariani. Penulis merupakan putra kelima dari lima bersaudara. Tahun 1992 penulis lulus dari SMA Negeri 6 Padang dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi ke Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta Padang. Penulis pernah bekerja sebagai Site Engineer di PT Uni Seraya Indonesia - Batam tahun , dan sebagai Supervisor di PT Oriental Electronics Indonesia Bekasi tahun Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, dengan biaya sendiri.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... xiii xiv PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Masalah Penelitian... 3 Tujuan Penelitian... 4 Manfaat Penelitan... 4 TINJAUAN PUSTAKA Usahatani di Lahan Gambut... 5 Faktor Internal Petani... 6 Faktor Eksternal Petani... 9 Kompetensi Unsur-unsur Kompetensi Perilaku Kinerja Kompetensi yang Perlu Dikuasai Petani dalam Usahatani Jagung di Lahan Gambut Hubungan Faktor Internal dengan Kompetensi Hubungan Faktor Eksternal dengan Kompetensi KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Hipotesis Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian... Populasi dan Sampel... Rancangan Penelitian... Definisi Operasional... Instrumentasi Pengumpulan Data Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian Deskripsi Petani Jagung di Desa Limbung Faktor Internal Petani Jagung di Lahan Gambut Faktor Eksternal Petani Jagung di Lahan Gambut Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani Jagung di Lahan Gambut Korelasi Faktor Internal dengan Kompetensi Petani... 76

13 Korelasi Faktor Eksternal dengan Kompetensi Petani Kinerja Petani Korelasi Kompetensi dengan Kinerja Petani KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 98

14 DAFTAR TABEL Halaman 1. Peubah, Indikator dan Kategori Deskripsi Faktor Internal Petani Jagung Deskripsi Faktor Eksternal Petani Jagung Skor Pengetahuan Petani dalam Berusahatani Jagung di Lahan Gambut Skor Sikap Petani dalam Berusahatani Jagung di Lahan Gambut Skor Keterampilan Petani dalam Berusahatani Jagung di Lahan Gambut Korelasi Faktor Internal dengan Kompetensi Petani Korelasi Faktor Eksternal dengan Kompetensi Petani Korelasi Kompetensi dengan Kinerja Petani... 86

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian Kuesioner Penelitian Hasil Uji Korelasi Rank Spearman

16 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan rangkaian upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan ketahanan pangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah (Deptan, 2005a). Melalui peningkatan produksi hasil pertanian dapat diupayakan peningkatan pendapatan petani (Soekartawi, 1995). Salah satu upaya untuk memacu produksi hasil pertanian adalah dengan program ekstensifikasi lahan gambut (Nursyamsi et al., 2000). Lahan gambut merupakan sumberdaya alam yang melengkapi keanekaragaman kekayaan alam Indonesia. Potensi lahan gambut Indonesia mempunyai luasan sekitar 20 juta hektar (Kristijono, 2003). Kalimantan Barat merupakan propinsi yang memiliki lahan gambut terluas di Indonesia. Luas lahan gambut di Kalimantan Barat mencapai hektar dan diperkirakan sekitar 15 persen ( ha) dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian (Harniati, 2000). Subsektor tanaman pangan dan hortikultura menghadapi kendala penyusutan luas lahan pertanian (Rasahan, 2000). Hal ini disebabkan makin menyempitnya lahan subur akibat penggantian penggunaan ke sektor nonpertanian, seperti jalan, jembatan, bangunan-bangunan, industri dan lain-lain. Sejak tahun 1980-an, setiap tahun lahan pertanian di Indonesia selalu terjadi pengurangan antara hingga hektar (Utomo, 1989), sehingga kebutuhan akan lahan pengganti sudah dirasakan sangat mendesak dan salah satu solusinya adalah memanfaatkan lahan gambut untuk lahan pertanian. Salah satu tanaman yang banyak dikembangkan di lahan gambut adalah tanaman jagung (Zea mays L). Jagung adalah salah satu komoditas pertanian yang dapat diusahakan dengan baik di lahan gambut. Jagung merupakan komoditas pangan utama nasional, di samping beras dan kedelai; sehingga memiliki nilai ekonomis yang strategis. Jagung digunakan sebagai makanan pokok kedua setelah beras dan dapat juga diproses lebih lanjut sebagai pakan ternak atau bahan baku industri sehingga mempunyai prospek pemasaran yang sangat baik (Harniati, 2000).

17 Peluang pasar hasil panen tanaman jagung di tingkat nasional maupun di Kalimantan Barat cukup besar. Kebutuhan jagung nasional mencapai 13,8 juta ton per tahun, sedangkan produksi jagung dalam negeri 13,2 juta ton; sehingga sekitar 600 ribu ton jagung diimpor dari negara lain (Prabowo, 2007). Kebutuhan jagung untuk Kalimantan Barat mencapai ton per tahun, sedangkan persediaan jagung yang dapat dihasilkan oleh produksi dalam daerah Kalimantan Barat hanya.246 ton; berarti masih kekurangan sebesar ton setiap tahunnya yang didatangkan dari luar Kalimantan (Deptan, 2005b). Data ini menunjukkan bahwa peluang pasar jagung sangat cerah. Lahan gambut sudah sejak lama dijadikan sebagai lahan usahatani, terutama untuk komoditas jagung dan padi, namun teknologi yang diterapkan oleh petani masih bersifat tradisional, sehingga hasilnya relatif masih rendah yaitu sekitar 1 sampai 1,6 ton jagung per hektar (Pasandaran dan Faisal, 2003); padahal penelitian Suastika dan Inu, melalui usahatani jagung di lahan gambut dapat menghasilkan jagung 4,5 ton/ha (Harniati, 2000). Pengelolaan lahan gambut untuk usahatani jagung membutuhkan keseriusan dan harus menggunakan teknologi yang tepat, hal ini berkaitan dengan keahlian dalam pengolahan lahan dan teknis budidaya (penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pascapanen), disamping kompetensi petani dalam merencanakan kegiatan usahatani dan memasarkan hasil. Kompetensi berusahatani adalah kemampuan petani untuk berpikir, bersikap, dan bertindak dalam merencanakan usahatani untuk memperoleh keuntungan berusahatani, membangun kerjasama antar subsistem pertanian, mengelola pascapanen pangan untuk meraih nilai tambah produk pertanian, serta mewujudkan kegiatan pertanian yang berkelanjutan. Kompetensi seseorang merupakan indikator yang dapat memperkirakan kinerjanya, yaitu segala sesuatu yang hendak dilakukan dan dicapai dalam kegiatannya (Spencer dan Spencer, 1993; Woolfolk, 1993; Ilyas, 2002). Adi (2003) menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kekuatan dari dalam diri (inner force) yang menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhannya; di dalam diri manusia terdapat potensi, namun potensi tersebut

18 terbatas sehingga perlu upaya-upaya untuk mengembangkannya. Manusia merupakan unsur penggerak utama untuk memanipulasi dan mengintervensi sumberdaya alam dan sosial, yaitu menggunakan kapasitas diri, tingkat kemampuan atau kompetensi yang dimiliki (Tjitropranoto, 2005). Tingkat kompetensi petani menentukan keputusan dan tindakan yang tepat serta kinerjanya, dalam rangka menghadapi permasalahan dan tuntutan kebutuhan dalam berusahatani. Sejauhmana tingkat kompetensi petani jagung dalam berusahatani di lahan gambut dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kompetensi tersebut sangat penting dikaji, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan kompetensi petani. Masalah Penelitian Petani jagung di lahan gambut di desa Limbung kabupaten Pontianak telah lama menggeluti usahatani jagung, namun tingkat keberhasilan masih kecil; ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat kesejahteraan petani. Berusahatani jagung di lahan gambut memerlukan pengolahan lahan yang tepat untuk menghasilkan produksi yang tinggi dan pertanian yang berkelanjutan. Oleh karena itu perlu diupayakan pengembangan kompetensi petani dalam berusahatani jagung di lahan gambut. Upaya-upaya dalam mengembangkan kompetensi dapat dilakukan terlebih dahulu dengan mengetahui sejauhmana tingkat kompetensi yang telah dimiliki oleh petani dalam berusahatani jagung di lahan gambut dan mengkaji faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kompetensi tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Sejauhmanakah tingkat kompetensi petani jagung di lahan gambut? 2. Faktor faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kompetensi petani jagung di lahan gambut? 3. Sejauhmanakah tingkat kinerja petani dan hubungan kompetensi dengan kinerja petani jagung di lahan gambut?

19 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah : 1. Mengetahui tingkat kompetensi petani jagung di lahan gambut. 2. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kompetensi petani jagung di lahan gambut. 3. Mengetahui tingkat kinerja petani dan hubungan kompetensi dengan kinerja petani jagung di lahan gambut. Manfaat Penelitian Penelitian ini mengarahkan perhatian utama pada petani jagung di lahan gambut sebagai pelaku usahatani, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang mendalam mengenai unsur-unsur kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh petani jagung dalam berusahatani di lahan gambut serta faktorfaktor yang berhubungan dengan kompetensi tersebut. Hasil penelitian ini secara akademis diharapkan akan memberikan perluasan wawasan tentang kompetensi petani jagung dalam berusahatani di lahan gambut melalui pemahaman yang tepat tentang hubungan berbagai faktor yang berhubungan dengan pengembangan kompetensi petani. Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan berguna bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya sebagai masukan untuk pengembangan kompetensi petani jagung dalam berusahatani di lahan gambut.

20 TINJAUAN PUSTAKA Usahatani di Lahan Gambut Gambut adalah lahan yang mengandung bahan organik lebih dari 30 persen, yang terbentuk dari hasil dekomposisi bahan-bahan organik seperti daun, ranting, semak belukar, dll, yang berlangsung dalam kecepatan lambat dan dalam suasana anaerob. Berdasarkan ketebalannya, gambut dibagi menjadi empat tipe, yaitu: (1) gambut dangkal dengan ketebalan 0,5 1 m, (2) gambut sedang dengan ketebalan 1 2 m, (3) gambut dalam dengan ketebalan 2 3 m, dan (4) gambut sangat dalam dengan ketebalan > 3 m (Nakertrans, 2005). Kesuburan alamiah lahan gambut sangat beragam tergantung pada beberapa faktor antara lain: (1) ketebalan lahan gambut, (2) komposisi tanaman penyusun gambut, dan (3) lahan mineral yang berada di bagian bawah lapisan lahan gambut. Lahan gambut mempunyai tingkat kemasaman yang sangat tinggi dan akan menurun bersamaan dengan kedalamannya. Sebagian besar lahan gambut bereaksi masam hingga sangat masam (ph < 4,0). Kapasitas Tukar Kation (KTK) gambut tinggi, dan kejenuhan basa (KB) rendah. Sehingga ketersediaan basa-basa pada lahan gambut rendah. Ketersediaan hara makro dan mikro juga rendah seperti N, P, Cu, Co, dan Mo (Hatta dan Dwi, 2002). Lebih lanjut Hatta dan Dwi (2002) menyebutkan bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki lahan gambut, diperlukan metode usahatani yang tepat supaya produktivitas sesuai harapan. Berusahatani di lahan gambut memerlukan perlakuan khusus oleh petani, sehingga diperlukan kompetensi tertentu dari petani. Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat (2003), upaya konservasi lahan gambut dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: (1) Pengelolaan drainase untuk pengaturan tata air dalam lahan gambut. Pengelolaan tata air perlu dilakukan untuk menghindari kering tidak balik dan penurunan permukaan gambut yang dipercepat. (2) Pemberian amelioran, untuk menaikkan ph lahan dan penyediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Kapur sangat efektif untuk meningkatkan ph lahan dan kejenuhan basa, serta meningkatkan pertumbuhan tanaman (seperti kedelai dan jagung). Alternatif lain adalah dengan menambah abu (misalnya

21 dari sekam, kayu gergaji atau gunung api) dengan takaran 3-5 ton per hektar dalam larikan, atau menambah tanah mineral lempung dengan takaran 3-5 ton per hektar, atau dapat juga dengan mencampur lapisan gambut dengan lapisan tanah mineral yang ada dibawahnya, hal ini dapat dilaksanakan jika gambutnya cukup dangkal dengan memanfaatkan tanah mineral yang terangkat ke permukaan lahan ketika membuat parit. (3) Pemupukan berimbang (4) Tidak melakukan pembakaran vegetasi di lahan gambut yang dapat mengakibatkan terbakarnya gambut, sehingga dapat merusak lingkungan. Faktor Internal Petani Sampson (Rakhmat, 2001) menyatakan faktor internal individu merupakan ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dengan lingkungannya. Faktor internal meliputi variabel seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial, ekonomi, bangsa, agama, dan sebagainya, yang saling berinteraksi satu sama lain dalam proses pemberdayaan. Faktor internal petani menentukan pemahaman petani terhadap informasi pertanian. Menurut Rogers dan Shoemaker (1986), faktor internal petani berpengaruh dalam penyebaran suatu ide baru. Adapun faktor internal petani adalah: umur, pendidikan formal, pengalaman berusahatani, dan motivasi. Umur Padmowihardjo (1994: 36) mengatakan umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi sesuatu yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis. Terdapat dua faktor yang menentukan kemampuan seseorang berhubungan dengan umur. Faktor pertama adalah mekanisme belajar dan kematangan otak, organ-organ sensual dan otot organ-organ tertentu. Faktor kedua adalah akumulasi pengalaman dan bentuk-bentuk proses belajar lainnya. Wiraatmadja (1990: 13) mengemukakan bahwa umur petani akan mempengaruhi penerimaan petani terhadap hal-hal baru. Umur merupakan suatu indikator umum tentang kapan suatu perubahan harus terjadi. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat keragaman tindakannya berdasarkan usia yang dimiliki (Bettinghaus,

22 1973: 84). Rakhmat (2001) mengatakan bahwa kelompok orangtua melahirkan pola tindakan yang pasti berbeda dengan anak-anak muda. Kemampuan mental tumbuh lebih cepat pada masa anak-anak sampai dengan pubertas, dan agak lambat sampai awal dua puluhan, dan merosot perlahan-lahan sampai tahun-tahun terakhir (Berelson dan Garry, 1973). Umur merupakan aspek yang berhubungan terhadap kemampuan fisik, psikologis, dan biologis seseorang (Setiawan et al., 2006: 47). Umur dengan demikian merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam belajar, baik dalam proses belajar maupun mengaktualisasikan hasil belajar dalam pengalaman hidup. Umur dalam penelitian ini adalah jumlah tahun hidup petani. Pendidikan Formal Menurut Soekartawi et al., (1986), salah satu faktor yang dapat mengubah pola pikir dan daya nalar petani adalah pendidikan. Pendidikan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin luas pengetahuannya. Pendidikan merupakan proses pembentukan watak seseorang, sehingga memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku (Winkel, 1986: 19-20). Gonzales (Jahi, 1988) merangkum pendapat beberapa ilmuwan bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Pendidikan menggambarkan tingkat kemampuan kognitif dan derajat ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang. Russel (1993: 39) mengatakan bahwa pendidikan senantiasa mempunyai dua sasaran, yaitu pengajaran dan pelatihan perilaku yang lebih baik. Pengertian secara sempit, pendidikan berarti perubahan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2002: 10). Salam (1997: 12) mengemukakan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

23 Slamet (2003a) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha untuk menghasilkan perubahan pada perilaku manusia. Soekanto (2002: ) menyatakan bahwa pendidikan mengajarkan kepada individu aneka macam kemampuan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Pendidikan dengan demikian merupakan proses yang dijalani seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang kemudian menghasilkan perubahan perilaku. Pendidikan dalam penelitian ini dibatasi pada jumlah tahun pendidikan formal yang telah ditempuh oleh petani. Pengalaman Berusahatani Pengalaman seseorang bertambah sejalan dengan bertambahnya usia. Pengalaman dapat diukur secara kuantitatif berdasarkan jumlah tahun seseorang dalam bidang usahatani; serta pengalaman yang bersifat kualitatif. Konsekuensi masa depan ditentukan oleh pengalaman masa lalu, dampak dari pengalaman, serta pengamatan seseorang terhadap yang lain (Bandura, 1986). Pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas petani dalam usahataninya. Cita-cita petani berdasarkan pangalaman yang baik, mengenai cara bercocok tanam yang baik dan menguntungkan akan mempengaruhi terlaksananya pembangunan pertanian (Mosher, 1987: 47). Tohir (1983: 180) menyatakan bahwa dalam mengelola usahataninya, petani masih banyak menggunakan pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain dan perasaan (feeling). van den Ban dan Hawkins (1999: 314) mengemukakan bahwa seseorang yang belajar dapat memperoleh atau memperbaiki kemampuan untuk melaksanakan suatu pola sikap, melalui pengalaman dan praktek. Pengalaman berusahatani dengan demikian dapat berupa pengalaman kuantitatif yaitu jumlah tahun berusahatani dan pengalaman kualitatif yaitu proses belajar yang dialami selama berusahatani yang mempengaruhi tindakan petani dalam usahataninya. Pengalaman berusahatani dalam penelitian ini adalah lamanya waktu dalam tahun yang telah dicurahkan oleh petani jagung dalam berusahatani di lahan gambut. Pengalaman petani jagung dalam berusahatani di

24 lahan gambut dapat berasal dari pengalaman sebagai petani jagung dan dapat juga dari pengalaman sebelumnya sebagai petani yang menanam komoditas selain jagung di lahan gambut (di lahan yang sama). Motivasi Morgan et al., (1963) mengemukakan bahwa konsep motivasi tidak bisa dilepaskan dari adanya motif (motive), dorongan (drive) dan kebutuhan (needs). Tindakan yang bermotif dapat dikatakan sebagai tindakan yang didorong oleh kebutuhan yang dirasakannya, sehingga tindakan tersebut tertuju ke arah suatu tujuan yang diidamkan. Menurut Padmowihardjo (1994: 135), motivasi merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan dorongan untuk berbuat atau melakukan tindakan. Sudjana (1991: 162) mengatakan motivasi belajar adalah motivasi insentif. Motivasi tersebut menggambarkan kecenderungan asli manusia untuk menggerakkan, mendominasi dan menguasai lingkungan di sekelilingnya. Suparno (2000: 83-90) mengemukakan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu jika mengharapkan akan melihat hasil, memiliki nilai (value) atau manfaat. Perasaan berhasil (the experience of success) akan menimbulkan motivasi seseorang untuk mempelajari dan melakukan sesuatu. Motivasi dengan demikian merupakan dorongan yang berasal dari dalam maupun luar diri seseorang untuk melakukan tindakan dalam upaya mencapai suatu tujuan. Motivasi dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mendorong petani untuk berusahatani jagung di lahan gambut. Faktor Eksternal Petani Menurut Sampson (Rakhmat, 2001) faktor eksternal adalah ciri-ciri yang menekan seseorang yang berasal dari luar dirinya, yang merupakan salah satu faktor yang penting dalam rangka mengetahui upaya seseorang untuk melakukan suatu usaha. Pengertian faktor eksternal dalam penelitian ini adalah keadaan/peristiwa yang mempengaruhi petani yang berasal dari luar diri, seperti: lahan, interaksi dengan penyuluh, sarana produksi, keterlibatan dalam kelompoktani dan akses kredit.

25 Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi yang saling mempengaruhi potensi penggunaannya. Lahan garapan adalah lahan yang diusahakan, baik lahan milik sendiri maupun sewa (BPS, 2003). Menurut Hernanto (1993: 46), lahan merupakan unsur produksi asli. Menurut Tjakrawiralaksana (1996) lahan merupakan manifestasi atau pencerminan dari faktor-faktor alam yang berada di atas dan di dalam permukaan bumi, dan berfungsi sebagai: (1) tempat diselenggarakan kegiatan pertanian, seperti bercocok tanam dan memelihara ternak atau ikan, (2) tempat pemukiman keluarga tani. Hernanto lebih lanjut menyatakan luas lahan usahatani dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu (1) sempit, dengan luas < 0,5 ha (2) sedang, dengan luas 0,5 2 ha (3) luas, jika lebih dari 2 ha. Mardikanto (1993: 217) mengatakan bahwa luas lahan usahatani merupakan aset bagi petani dalam menghasilkan produksi total, dan sekaligus sumber pendapatan. Pada umumnya, petani dengan kepemilikan lahan usaha yang luas akan menempati posisi status sosial lebih tinggi di lingkungan sosialnya. Lahan dengan demikian merupakan tempat diselenggarakan kegiatan pertanian untuk menghasilkan produk pertanian sebagai sumber pendapatan ataupun tempat pemukiman petani. Lahan dalam penelitian ini dibatasi pada luasan lahan gambut yang digunakan oleh petani untuk berusahatani jagung. Interaksi dengan Penyuluh Menurut Gerungan (1996: 57-58), interaksi adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Hubungan antara petani dengan penyuluh terjadi karena adanya interaksi dengan penyuluh. Wiriaatmadja (1990: 29-30) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan penyuluhan, seorang penyuluh harus mengadakan hubungan dengan petani, hubungan tersebut pada akhirnya dapat menimbulkan komunikasi. Komunikasi yang baik akan berjalan timbal balik atau terjadi feedback. Hal ini penting bagi penyuluh, karena dapat mengambil tindakan-tindakan selanjutnya,

26 dengan demikian maka komunikasi tersebut dapat dilanjutkan dan dipelihara dengan baik. Asngari (2001: 11) mengemukakan bahwa, dalam hal menyajikan atau menyampaikan informasi dari agen pembaruan ke klien, berupa pengetahuan, teknologi, gagasan, pengalaman, dan lainnya perlu adanya komunikasi yang bersifat: (1) prosesnya harus komunikatif, isi pesannya harus bermakna bagi klien, dengan anjuran/saran/alasan yang bermakna ini akan mengobarkan imajinasi, yang selanjutnya membuat orang tergerak baik mental maupun fisik, (2) cara penyampaiannya harus persuasif dan bukannya paksaan, (3) dapat diterima dengan menyenangkan. Interaksi dengan penyuluh merupakan hubungan yang selanjutnya terjadi komunikasi untuk saling bertukar informasi antara petani dengan penyuluh. Interaksi dengan penyuluh dalam penelitian ini dibatasi pada tingkat kualitas dan kuantitas hubungan petani dengan penyuluh dalam upaya mendapatkan informasi/teknologi baru guna pengembangan kompetensi petani. Sarana Produksi Menurut Sudjati (1981: 83) sarana merupakan alat-alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. van den Ban (1999: 67) menyebutkan sarana usahatani meliputi: tanah atau lahan, pupuk, benih bersertifikat, alat penyemprot, bahan bangunan, mesin pertanian, dan subsidi produksi. Mosher (1987) menyatakan bahwa untuk meningkatkan produksi pertanian, memerlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat produksi oleh petani, diantaranya: bibit, pupuk, pestisida, makanan dan obat ternak serta perkakas. Mosher lebih lanjut menyatakan bahwa tersedianya sarana merupakan syarat pokok dalam pembangunan pertanian. Ketersediaan sarana produksi mutlak diperlukan agar dapat menjadi pendukung dalam peningkatan produksi. Lunandi (1993: 41) mengemukakan bahwa dalam hal tertentu penyediaan materi (peralatan dan sarana produksi) dibutuhkan dalam suatu proses belajar ke arah perubahan perilaku disamping pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam usaha atau kegiatan yang dilakukan. Sarana produksi dengan demikian merupakan bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan dalam proses produksi untuk mencapai target yang telah

27 ditentukan. Sarana produksi dalam penelitian ini dibatasi pada tingkat kemudahan petani dalam mendapatkan benih, pupuk, obat-obatan dan kelengkapan penyediaannya untuk kegiatan proses produksi. Keterlibatan dalam Kelompoktani Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 273 tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani (Deptan, 2007), kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Penumbuhan kelompoktani didasarkan atas faktor-faktor pengikat sebagai berikut : (a) adanya kepentingan bersama antara anggotanya, (b) adanya kesamaan kondisi sumber daya alam dalam berusahatani, (c) adanya kondisi masyarakat dan kondisi sosial yang sama, (d) adanya saling percaya mempercayai antara sesama anggota. Melalui pendekatan kelompok akan terjalin kerjasama antara individu anggota kelompok dalam proses belajar, proses berproduksi, pengolahan hasil dan pemasaran hasil untuk peningkatan pendapatan dan kehidupan yang layak (Abbas, 1995). Slamet (2003b) mengemukakan bahwa pendekatan kelompok disarankan bukan hanya karena pendekatan ini lebih efisien, tetapi karena pendekatan ini menghasilkan interaksi antar petani dalam kelompok yang merupakan forum komunikasi yang demokratis. Forum itu juga sebagai forum belajar sekaligus forum pengambilan keputusan untuk memperbaiki nasib mereka sendiri. Melalui forum semacam inilah pemberdayaan ditumbuhkan yang akan berlanjut pada tumbuh dan berkembangnya kemandirian rakyat petani. Keterlibatan dalam kelompoktani dengan demikian merupakan tindakan petani menjadi anggota, mengikuti kegiatan kelompoktani, dan bekerjasama antara sesama anggota untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usahatani. Keterlibatan dalam kelompoktani dalam penelitian ini adalah tingkat keaktifan petani dalam kegiatan kelompoktani sebagai wadah interaksi saling bertukar informasi dan pengalaman sesama petani.

28 Akses Kredit Menurut Mosher (1987), untuk memproduksi lebih banyak, petani harus lebih banyak memerlukan uang untuk bibit unggul, pestisida, pupuk, dan alat-alat pertanian. Pengeluaran-pengeluaran tersebut harus dibiayai dari uang sendiri atau dengan meminjam selama jangka waktu antara saat pembelian sarana produksi dan saat penjualan hasil panen. Badan-badan efisien yang memberikan kredit produksi kepada petani dapat merupakan faktor pelancar penting bagi pembangunan pertanian. Menurut Hernanto (1993: 84), akses kredit adalah kemampuan untuk mendapat barang atau jasa pada saat sekarang untuk dikembalikan di kemudian hari. Soekartawi, et al., (1986: 113) mengemukakan bahwa kebutuhan kredit tersedia pada pelepas uang atau bank dan petani dapat membayar bunga atau jumlah pinjaman pokok dari arus pendapatan yang diproyeksikan. Akses kredit dengan demikian merupakan sumber modal yang dapat diakses dan dimanfaatkan petani dalam memperoleh uang, barang atau jasa untuk kelangsungan kegiatan usahatani, yang dikembalikan dengan jumlah dan pada waktu yang sesuai dengan perjanjian. Akses kredit dalam penelitian ini dibatasi pada kemudahan mengakses sumber modal/kredit untuk kelanjutan dan pengembangan usahatani jagung di lahan gambut. Kompetensi Menurut McAshan (Mulyasa, 2002: ) competency is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviours. Syah (2002: 229) menyatakan bahwa pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan. Istilah kompetensi diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas atau sebagai memiliki keterampilan dan kecakapan yang disyaratkan. Pengertian yang lebih luas ini jelas bahwa setiap cara yang digunakan dalam pelajaran yang ditujukan untuk mencapai kompetensi adalah mengembangkan manusia yang bermutu yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan sebagaimana disyaratkan. Kata kompetensi dipilih

29 untuk menunjukkan tekanan pada kemampuan mendemonstrasikan pengetahuan (Suparno, 2001: 14). Menurut Lucia dan Lepsinger (1999: 6-7) kompetensi merupakan kombinasi dari pengetahuan, keterampilan dan karakteristik yang dibutuhkan secara efektif untuk berperan. Pada dasarnya kompetensi terdiri atas unsur-unsur personal karakteristik, bakat (aptitude), pengetahuan, keterampilan, dan berujung pada perilaku. National Council of State Boards of Nursing Inc., (Shellabear, 2002: 1) menyatakan bahwa kompetensi adalah penerapan dari pengetahuan yang bersifat interpersonal, pembuatan keputusan dan keterampilan (psychomotor skills) yang diharapkan dalam menjalankan suatu peran. Lasmahadi (2002: 2) mengemukakan bahwa kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini termasuk sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, dan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Kompetensi manusia adalah kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak yang mendasari dan merefleksikan wujud perilaku dan kinerja seseorang dalam aktivitas dan pergaulan hidupnya (Mangkuprawira, 2004). Kompetensi dapat diterjemahkan sebagai penerapan dari pengetahuan, kemampuan, dan karakteristik individu yang akan menghasilkan kinerja yang menonjol (Stone dan Bieber, 1997). Terdapat berbagai pengertian kompetensi yang dikembangkan oleh berbagai institusi. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab/komitmen yang dimiliki seseorang sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (Undang-undang nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi). Elemen-elemen yang menentukan kompetensi seseorang, meliputi: (1) landasan kepribadian, (2) penguasaan ilmu dan keterampilan, (3) kemampuan berkarya, (4) sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai, dan (5) pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.

30 Menurut Spencer dan Spencer (1993), kompetensi merupakan karakteristik mendasar seseorang, yang menentukan terhadap hasil kerja yang terbaik dan efektif sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam suatu pekerjaan atau situasi tertentu. Kompetensi menentukan perilaku dan kinerja (hasil kerja) seseorang dalam situasi dan peran yang beragam. Tingkat kompetensi seseorang, dengan demikian dapat digunakan untuk memprediksi bahwa seseorang akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik atau tidak. Kompetensi juga menentukan cara-cara seseorang dalam berperilaku atau berpikir, menyesuaikan dalam berbagai situasi, dan bertahan lama dalam jangka panjang. Kompetensi yang satu berbeda dengan kompetensi yang lain dalam hal jumlah bagian-bagiannya. Suparno lebih lanjut menyebutkan bahwa makin kompleks, kreatif, atau profesional suatu kompetensi, makin besar kemungkinan diterapkan dengan cara berbeda (different fashion) pada setiap kali dilakukan, bahkan oleh orang yang sama. Menurut Willis dan Samuel (Puspadi, 2003: 120), kompetensi merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas secara efektif. Klemp (Puspadi, 2003: 120) mengungkapkan a job competency in an underlying characteristic of a person which results in effective and or superior performance in a job. A job competency is an undelying characteristic of a person in that it may be a motive, trait, skill, aspect of one s self image or social role, or a body of knowledge which he or she uses. Kompetensi kerja adalah segala sesuatu pada individu yang menyebabkan kinerja yang prima. Mulyasa (2002: 40) mengemukakan bahwa dalam hubungannya dengan proses belajar, kompetensi menunjuk kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi dikatakan perbuatan karena berbentuk perilaku yang dapat diamati, meskipun sering terlihat proses yang tidak nampak seperti pengambilan pilihan sebelum perbuatan dilakukan. Kompetensi dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran mengapa dan bagaimana perbuatan tersebut dilakukan. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

31 Menurut Widyarini (2004: 2) untuk bertahan (survive) dan meraih keberhasilan dalam hidup, manusia perlu mengembangkan kompetensi. Kompetensi lebih dari sekedar mengembangkan keterampilan, mencakup keberhasilan mengatasi tantangan-tantangan, sukses dalam berinteraksi dengan lingkungan, mampu menyusun tujuan-tujuan, dan memandang diri sendiri sebagai orang yang cakap (mampu melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain). Seseorang perlu memiliki tiga hal berikut untuk mengembangkan kompetensi: 1. Sense of control adalah keyakinan seseorang bahwa dirinya sendirilah yang mengendalikan hidupnya atau peristiwa-peristiwa yang ia alami (bukan ditentukan oleh nasib/takdir atau orang lain yang berkuasa). Orang yang memiliki sense of control merasa bahwa sesuatu yang akan terjadi dalam hidupnya dapat diprediksi. Hal ini merupakan pemenuhan atas kebutuhan untuk kelangsungan hidup (survival). 2. Kebutuhan untuk berprestasi dan penguasaan. Kebutuhan untuk mencapai tujuan dan menguasai keterampilan tertinggi ini merupakan dasar penting untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk sukses dalam berinteraksi dengan lingkungan dan meraih yang diharapkan dalam hidup. 3. Self esteem, dalam psikologi sering diterjemahkan sebagai harga diri dan didefinisikan sebagai penilaian seseorang terhadap diri sendiri, baik positif maupun negatif. Manusia yang mempunyai keyakinan akan kemampuankemampuan yang dimiliki dan merasa dirinya bernilai adalah orang yang harga dirinya positif. Sebaliknya, mereka yang harga dirinya negatif akan merasa lemah, tidak berdaya. Kompetensi seseorang, dengan demikian dibentuk terutama oleh pengetahuan, keterampilan, sikap mentalnya dalam pelaksanaan pekerjaannya sesuai peran seseorang yang dilakukan secara optimal dalam kondisi normal ataupun situasi berbeda. Kompetensi petani adalah kemampuan yang dimiliki petani berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai ukuran yang ditentukan.

32 Unsur-unsur Kompetensi Pengetahuan Menurut Padmowihardjo (1978: 83), pengetahuan adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mengingat materi yang telah dipelajari dan kemampuan mengembangkan intelegensia. Purwanto (2002: 158) menyebutkan bahwa kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang dan jenis pengetahuan apa yang telah dikuasainya memainkan peranan penting di dalam pekerjaannya. Syah (2002) menyebutkan bahwa pengetahuan adalah kemampuan seseorang mengingat-ingat sesuatu misal ide atau fenomena yang pernah diajarkan, dialami, dan dilakukan melalui proses belajar (hal-hal yang diketahui dan sesuatu yang ada di otak). Menurut Bruner (Suparno, 2001: 84), pengetahuan selalu dapat diperbarui, dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan perkembangan kematangan intelektual individu. Pengetahuan bukan produk, melainkan suatu proses. Proses tersebut menurut Brunner melibatkan tiga aspek, yaitu : (1) proses mendapatkan informasi baru yang seringkali merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya, (2) proses transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugastugas baru, (3) proses mengevaluasi, yaitu memeriksa/menilai cara pengolahan informasi, telah memadai atau belum. Pengetahuan dengan demikian adalah pemahaman terhadap sesuatu yang pernah dipelajari, dialami atau dilakukan dan hal tersebut dapat mempengaruhi tindakan/hasil kerja. Pengetahuan petani dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh petani berkenaan dengan perencanaan usahatani, pengolahan lahan gambut, teknis budidaya jagung, dan teknis pemasaran, yang didapatkan dari pendidikan, pengalaman, dan interaksi dengan pihak lain. Sikap Menurut van den Ban dan Hawkins (1999: 106), sikap adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekwensi yakni cara seseorang berhadapan dengan obyek sikap. Meyers

33 (Sarwono, 2002) menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan terhadap sesuatu atau seseorang yang ditujukan dalam kepercayaan, perasaan atau perilaku seseorang. Sikap didefinisikan sebagai keadaan internal seseorang yang mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan-tindakan pribadi yang dilakukannya (Suparno, 2001). Beberapa ahli, seperti Meyers mendefinisikan sikap sebagai a favourable or unfavourable evaluative reaction toward something or someone, exhibited in one s belief, feelings or intended behavior, sedangkan Azjen mendefinisikan an attitude is a disposition to serpond favourably or unfavourably to an object, person, institution or event (Sarwono, 2002: 232). Menurut Thurstone (Mueller, 1992: 4) sikap adalah (1) pengaruh atau penolakan, (2) penilaian, (3) suka atau tidak suka, atau (4) kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu obyek psikologis. Menurut Suparno (2001: 9), sikap mempunyai tiga karakteristik, yaitu: (1) intensitas, yakni kekuatan perasaan terhadap objek, (2) arah terhadap objek, baik positif, negatif ataupun netral, (3) target, yakni sasaran sikap, terhadap apa sikap ditujukan. Sikap dipandang mempunyai komponen afektif atau emosional, dan berakibat pada tingkah laku atau behavioral consequences (Suparno, 2001: 15). Gagne (Suparno, 2001: 5) menekankan pada efek sikap terhadap pilihan-pilihan tingkah laku individu. Keadaan internal yang mempengaruhi pilihan-pilihan ini mempunyai aspek intelektual maupun aspek emosional. Hal tersebut diperoleh individu sepanjang hidupnya melalui pergaulannya baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan ketiga. Perbuatan yang dipilih seseorang dipengaruhi kejadian-kejadian khusus pada waktu itu, tetapi kecenderungan-kecenderungan yang bersifat tetap mengakibatkan tingkah laku yang konsisten dalam situasi tertentu dan itulah yang dimaksud sikap. Menurut Sarwono (2002: ), sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar. Pandangan ini mempunyai dampak terapan, yaitu bahwa berdasarkan pandangan ini dapat disusun berbagai upaya (penerangan, pendidikan, pelatihan, komunikasi, dan sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang. Sebagaimana temuan penelitian Harijati (2007), bahwa peningkatan

34 pengetahuan petani berpengaruh langsung terhadap peningkatan sikap mental petani. Sikap dengan demikian adalah penilaian seseorang terhadap suatu obyek atau subyek tertentu yang menghasilkan tingkah laku; penilaian tersebut sebagai hasil pengaruh lingkungan dari pengalaman hidup. Sikap petani dalam penelitian ini dibatasi pada penolakan atau penerimaan petani terhadap teknologi anjuran dalam aspek perencanaan usahatani, pengolahan lahan gambut, teknis budidaya jagung, dan teknis pemasaran. Keterampilan Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya (Syah, 2002: 119). Keterampilan menekankan kemampuan motorik dalam kawasan psikomotor, yaitu bekerja dengan benda-benda atau aktivitas yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan saja karena dapat melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan, tetapi juga karena melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancar dan tepat waktu (Suparno, 2001: 11). Pengetahuan tentang cara-cara menguasai keterampilan tertentu akan mengubah arah dan intensitas motivasi seseorang. Keterampilan yang kompleks dapat dipelajari secara bertahap. Analisis tugas yang kompleks menjadi keterampilan-keterampilan bagian (part-skills), memungkinkan dikuasainya keterampilan tersebut. Jika penguasaan atas keterampilan sudah tercapai, maka akan timbul rasa puas, yang pada gilirannya mendorong orang untuk mengulangi kegiatan tersebut atau melanjutkannya ke tahap yang lebih kompleks (Suparno, 2001: 22). Menurut Reber (Syah, 2002: 119) keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Konotasinya pun luas sehingga sampai pada mempengaruhi atau mendayagunakan orang lain. Hal ini berarti, orang yang mampu

KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT M A L T A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Malta Universitas Terbuka, UPBJJ-UT Banda Aceh. korespondensi: ABSTRACT

Malta Universitas Terbuka, UPBJJ-UT Banda Aceh.  korespondensi: ABSTRACT FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KINERJA PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG - KABUPATEN PONTIANAK Malta Universitas Terbuka, UPBJJ-UT Banda

Lebih terperinci

MARIA BINUR FRANSISKA MANALU

MARIA BINUR FRANSISKA MANALU KOMPETENSI PEMILIK RUMAH MAKAN TRADISIONAL KELAS C DALAM PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DI DAERAH TUJUAN WISATA JAKARTA TIMUR MARIA BINUR FRANSISKA MANALU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR

MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA M A R D I N PROGRAM STUDI ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN SEKOLAH

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN KOMPETENSI MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA SYAFRUDDIN

HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN KOMPETENSI MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA SYAFRUDDIN HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN KOMPETENSI MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA SYAFRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI (Kasus di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang NTT) IRIANUS REJEKI ROHI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL (Kasus di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat) HENDRO ASMORO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT

ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT FIRMANTO NOVIAR SUWANDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH (Kasus Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat) RISYAT ALBERTH FAR FAR SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Petani

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Petani 7 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Petani Karakteristik individu adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh individu yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindakan terhadap lingkungan hidupnya

Lebih terperinci

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA KOMUNIKASI PRIMA TANI DAN AKSESIBILITAS KELEMBAGAAN TANI DENGAN PERSEPSI PETANI TENTANG INTRODUKSI TEKNOLOGI AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA

HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 Juni 2006, Vol. 2, No. 2 HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA (THE RELATIONSHIP

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran 283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rata-rata pertumbuhan petani gurem atau petani berlahan sempit di Indonesia adalah 2.6 persen per tahun dan di Jawa rata-rata adalah 2.4 persen. Alih fungsi lahan pertanian

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan untuk sumber pangan, pakan ternak, sampai untuk bahan baku berbagai industri manufaktur dan

Lebih terperinci

PERSEPSI PETANI TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN

PERSEPSI PETANI TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 Maret 2006,Vol. 2, No.1 PERSEPSI PETANI TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN ( Kasus Petani Sayuran Peserta Program Kawasan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel 33 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah petani kedelai di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR

MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA

PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK KETERKAITAN PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI DENGAN PERAN KELOMPOK TANI DALAM PEROLEHAN KREDIT USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok) Diarsi Eka Yani

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor) JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 Juni 2006, Vol. 2, No. 2 Abstract FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI KEDELAI DENGAN KOMPETENSI BERUSAHATANI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI KEDELAI DENGAN KOMPETENSI BERUSAHATANI HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI KEDELAI DENGAN KOMPETENSI BERUSAHATANI (Kasus: Petani Kedelai di Peudada Kabupaten Bireuen, NAD) HAYATUL FITRIAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 HUBUNGAN

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petani Jagung di Lahan Gambut 1

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petani Jagung di Lahan Gambut 1 MIMBAR, Vol. XXVII, No. 1 (Juni 2011: 67-78 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petani Jagung di Lahan Gambut 1 MALTA 2 Fakultas Pertanian, Universitas Terbuka, UPBJJ-UT Banda Aceh Abstract Agricultural

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Kinerja berasal dari pengertian performance. Performance adalah hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Istilah penyuluhan telah dikenal secara luas dan diterima oleh mereka yang bekerja di dalam organisasi pemberi jasa penyuluhan,

Lebih terperinci

PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH

PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG. Mamihery Ravoniarijaona

APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG. Mamihery Ravoniarijaona APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG Mamihery Ravoniarijaona SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 APLIKASI ASAM OKSALAT

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO

PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO PEMAFAATA MEDIA ITERET SEBAGAI MEDIA IFORMASI DA KOMUIKASI DALAM PEMBERDAYAA PETAI DI DESA POCOKUSUMO KECAMATA POCOKUSUMO Use Of The Internet As A Media Information And Communication In The Empowerment

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI EVA SUSANTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PETANI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN USAHATANI: KASUS PETANI SAYURAN DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN KABUPATEN PASURUAN ABDUL FARID

KEMANDIRIAN PETANI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN USAHATANI: KASUS PETANI SAYURAN DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN KABUPATEN PASURUAN ABDUL FARID KEMANDIRIAN PETANI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN USAHATANI: KASUS PETANI SAYURAN DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN KABUPATEN PASURUAN ABDUL FARID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menyebutkan bahwa penyuluhan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN LABUHANBATU UTARA (STUDI KASUS: DESA TERANG BULAN, KECAMATAN AEK NATAS) TESIS Oleh HENDARSYAH PUTRA 117039028/MAG

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN PROSPEK SWASEMBADA KEDELAI DI INDONESIA. Muhammad Firdaus Dosen STIE Mandala Jember

ANALISIS KINERJA DAN PROSPEK SWASEMBADA KEDELAI DI INDONESIA. Muhammad Firdaus Dosen STIE Mandala Jember ANALISIS KINERJA DAN PROSPEK SWASEMBADA KEDELAI DI INDONESIA Muhammad Firdaus muhammadfirdaus2011@gmail.com Dosen STIE Mandala Jember Abstract This study aims: (1) To identify trends harvest area, production,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**, Ir. Supanggyo, MP** ABSTRACT. This research aims to study the farmers social-economic

Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**, Ir. Supanggyo, MP** ABSTRACT. This research aims to study the farmers social-economic HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI DESA JOHO KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT (Studi Kasus Pembaca Tabloid Senior di Kecamatan Bogor Utara) Oleh : ENDANG SRI WAHYUNI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) RONALD FRANSISCO MARBUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MASYARAKAT MAKAN OYEK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MASYARAKAT MAKAN OYEK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MASYARAKAT MAKAN OYEK (Manihot utilissima) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NASI (Kasus di Kecamatan Sruweng Kebumen Jawa Tengah) BA DO RIYONO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh: MARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH LAPORAN AKHIR KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH Oleh : Bambang Irawan Herman Supriadi Bambang Winarso Iwan Setiajie Anugrah Ahmad Makky Ar-Rozi Nono Sutrisno PUSAT SOSIAL

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FARMA YUNIANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG Kasus pada Kelompok Ternak Lembu Jaya dan Bumi Mulyo Kabupaten Banjarnegara SKRIPSI TAUFIK BUDI PRASETIYONO PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN KUMBANG KHAPRA,

PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN KUMBANG KHAPRA, PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN KUMBANG KHAPRA, Trogoderma granarium Everts., (COLEOPTERA: DERMESTIDAE) DAN HAMA GUDANG LAINNYA DI WILAYAH DKI JAKARTA, BEKASI, SERANG, DAN CILEGON MORISA PURBA SEKOLAH

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan 1 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan memperhatikan tiap-tiap gejala

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 16 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Definisi pembangunan masyarakat yang telah diterima secara luas adalah definisi yang telah ditetapkan oleh Peserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN

EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah) MUHAMMAD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama penduduknya sebagai petani. Bertani adalah salah satu profesi yang ditekuni oleh banyak penduduk

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ERLI YUNEKANTARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA KOMUNIKASI PRIMA TANI DAN AKSESIBILITAS KELEMBAGAAN TANI DENGAN PERSEPSI PETANI TENTANG INTRODUKSI TEKNOLOGI AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner penelitian bagi petani/kelompok tani

Lampiran 1. Kuesioner penelitian bagi petani/kelompok tani LAMPIRAN 69 69 Lampiran 1. Kuesioner penelitian bagi petani/kelompok tani Dengan hormat, Perkenalkan saya Andiyono, Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah,

Lebih terperinci