METODA IDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA
|
|
- Inge Hermanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 METODA IDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-2 PEMBIMBING I: DR. IR, EKO ALVARES Z. MSA PEMBIMBING II: JONNY WONGSO, ST., MT Oleh A R I Y A T I PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR PROGRAM PASCA SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2015
2 METODA IDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA Ariyati, Eko Alvares Z., Jonny Wongso Program StudiTeknik Arsitektur, Program Pasca Sarjana, Universitas Bung Hatta aie_calatrava@rocketmail.com, ekoalvares@gmail.com, jonnywongso@outlook.com INTISARI Beragamnya metoda identifikasi bangunan yang berkembang saat ini dalam arsitektur dan bidang ilmu yang terkait menyebabkan kerancuan dalam peggunaan metoda untuk mengidentifikasi kerusakan bangunan khususnya bangunan cagar budaya. Bangunan cagar budaya memiliki keunikan tersendiri dalam proses pengidentifikasian bangunan berbeda dengan pengidentifikasian bangunan sipil biasa. Penelitian ini menggunakan metoda rasionalistik kualitatif, penelitian dititik beratkan pada pengamatan metoda-metoda identifikasi dan tahapan yang terdapat di dalamnya. Melalui analisisi maka akan di simpulkan rekomendasi arahan untuk mengidentifikasi bangunan cagar budaya. Beberapa metoda identifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi bangunan dan kawasan cagar budaya memiliki kelebihan dan kekurangan, tahapan tersebut kemudian diformulasikan menjadi 16 tahapan identifikasi bangunan dan kawasan cagar budaya. Tahapan identifikasi ini di analisis terhadap lima metoda identifikasi kerusakan yang telah ada sebelumnya. Hasil analisa tahapan identifikasi terhadap metoda yang ada menghasilkan metoda identifikasi yang paling sederhana digunakan untuk pengidentifikasian bangunan cagar budaya, dan apabila diinginkan hasil yang maksimal disumpulkan juga sebuah metoda tahapan yang baik untuk melakukan identifikasi kerusakan kawasan dan bangunan cagar budaya. Kata kunci : Metoda identifikasi, kerusakan bangunan, cagar budaya
3 DAMAGE IDENTIFICATION METHOD OF HERITAGE BUILDING Ariyati, Eko Alvares Z., Jonny Wongso Prodi Teknik Arsitektur, Program Pasca Sarjana, Universitas Bung Hatta aie_calatrava@rocketmail.com, ekoalvares@gmail.com, jonnywongso@outlook.com ABSTRACT Varying methods of identification of the building which is currently developing in architecture and related fields of science led to confusion in applications of method to identify damage to buildings, especially heritage buildings. Heritage buildings is unique in the identification of different buildings with identifying ordinary civilian buildings. This research used a qualitative rationalistic method, the research is focused on the identification of observation methods and phases contained therein. Through analisisi it will be concluded on the landing to identify heritage buildings. Some methods of identification used to identify buildings and cultural heritage area has its advantages and disadvantages, the stages are then formulated into 16 stages of identifying buildings and cultural heritage area. This identification stages in the analysis of the five methods for identifying pre-existing damage. The results of the analysis stage of identification of the existing methods produce the most simple identification method is used for the identification of heritage buildings, and if desired maximum results disumpulkan also a good stage method to identify damage to the area and heritage buildings. Keywords: Method of identification, damage to buildings, cultural heritage
4 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam perkembangannya terdapat beberapa metoda identifikasi kerusakan bangunan yang telah dilakukan oleh praktisi dengan tahapan-tahapan tersendiri dalam menetapkan dan mengidentifikasi bangunan cagar budaya. Diantaranya adalah metoda yang di lakukan oleh Pusat Data Arsitektur (PDA), metoda maan Padang, metoda Maan Jakarta, bentengbenteng Indonesia, Inter SAVE. Masing-masing dari metoda tersebut diatas memiliki persamaan dan perbedaan dalam penanganan bangunan cagar budaya, mulai dari cakupan objek mikro yang merupakan bangunan itu sendiri hingga skala kawasan yang terdapat sekumpulan bangunan cagar budaya. Banyaknya metoda identifikasi yang berkembang dan telah ada akhir-akhir ini memperkaya hasanah teori pelestarian bangunan cagar budaya. Praktisi pelestarian dapat menggunakan berbagai metoda tersebut dalam kegiatan pelestariannya, namun dengan beragamnya metoda yang ada menyebabkan tidak akuratnya data yang dikumpulkan sehingga proses konservasi suatu bangunan tersebut menjadi tidak sempurna. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya standar metoda yang baku untuk diterapkan pada proses konservasi bangunan cagar budaya. Rumusan masalah Banyaknya metoda yang menjadikan suatu rujukan untuk tindakan konservasi suatu bangunan tersebut ternyata memiliki tahapan yang berbedabeda namun di beberapa unit proses identifikasi memiliki kesamaan, apabila satu metoda saja yang dipakai sebagai acuan dalam tindakan koservasi akan mengakibatkan hilangnya informasi yang diperlukan untuk menetapkan dan melakukan proses konservasi. Dengan melihat, memaparkan dan membandingkan beberapa metoda konservasi tersebut dapat memperlihatkan perbedaan dan kesamaan dalam masingmasing tahapan yang telah dilakukan di metoda sebelumnya yang telah dilakukan. Dari permasalahan permasalahan diatas maka dapat ditarik beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian : 1. Apa tahapan dari masing masing metoda identifikasi bangunan cagar budaya? 2. Bagaimana metoda identifikasi yang baik untuk bangunan cagar budaya? II. Metode Penelitian Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalistik kualitatif, bertolak dari kerangka teoritik penelitian terdahulu, teori teori yang dikenal dan buah pikiran para pakar, untuk kemudian dikonstruksikan menjadi sesuatu yang 4
5 mengandung sejumlah problematik yang perlu diteliti lebih lanjut (Muhajir, 1996 sit. Darmawan & Ratnatami, 2005). Penelitian ini menekankan pada pemahaman perbandingan dari teori-teori yang telah ada dan menemukan benang merah dari telaah tersebut. Diawali dengan mengumpulkan teori-teori yang merujuk pada metoda identifikasi bangunan cagar buaya. Kemudian mencoba merumuskan permasalahan, mengolah dan dianalisis berdasarkan teori terkait, menyimpulkan hasil analisis, menemukan cara pemecahan serta mengembangkan strategi untuk pemecahan, yang dalam hal ini difokuskan pada menghasilkan formula identifikasi kerusakan bangunan yang baik. Fokus Penelitian Penelitian dititik beratkan pada pengamatan proses penetapan bangunan cagar budaya oleh masing-masing metoda identifikasi, dan menganalisisi tahapan tindakan konservasi dari tiap metoda tersebut. Melalui analisisi maka akan dirumuskan rekomendasi arahan untuk metoda identifikasi yang baik untuk kerusakan pada bangunan cagar budaya. 1. Media komputer dengan perangkat softwarenya, berguna untuk memindahkan data secara digital, sketsa komputer maupun untuk pengetikan hasil penelitian. 2. Berbagai macam data sumber dari metoda identifikasi yang telah ada. 3. Data data, foto foto identifikasi pada masa lalu sebagai perbandingan. 4. Buku buku referensi yang mendukung jalannya penelitian. 5. Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian, dan merupakan faktor faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti(muhajir, 1996 sit. Darmawan & Ratnatami, 2005). 6. Dari penjabaran beberapa teori terkait, untuk memberikan batasan terhadap elemen elemen metoda identifikasi bangunan cagar budaya yang nantinya akan di teliti maka ditentukan variabel penelitian sebagai berikut : Alat dan Bahan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan alat alat dan bahan penelitian, antara lain : 5
6 III. DATA DAN ANALISA Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda identifikasi kerisakan yang dilakukan oleh PDA, maan Jakarta, maan Padang, Inter Save dan Metoda Benteng-benteng Indonesia, yang masing-masing tahapan didalamnya di analisia dan diformulasikan menjadi enam belas tahapan konservasi yang merupakan penjabaran dari masing-masing metoda tersebut. Penjabarab tahapan konservasi dari masing-masing metoda tersebut dapat terlihat dari tabel di bawah ini: Tabel Analisa Tahapan Identifikasi Terhadap Metoda Gambar 4. 1 Analisa tahapan identifikasi terhadap metoda Sumber: analisa penulis, 2014 Gambar Analisa tahapan identifikasi kerusakan Sumber: analisa penulis,
7 Gambar analisa kriteria bangunan konservasi Sumber: analisa penulis, 2014 Gambar analisa metoda konservasi terhadap tahapan identifikasi kerusakan Sumber: analisa penulis, 2014 Analisis pemaparan kriteria identifikasi dan tahapan identifikasi benda cagar budaya dilakukan untuk melihat dan mengetahui tahapan identifikasi kerusakan yang baik. Pada analisis kriteria ini digunakan aspek aspek variabel penelitian sebagai tolak ukur penilaian. Masing masing aspek variabel penelitian tersebut adalah : (1) Peran sejarah, (2) Komersial, (3) Estetika, (4) Keluarbiasaan, (5) Memperkuat citra kawasan, (6) Keaslian Bentuk, (7) Keterawatan. Dan untuk variabel analisisi tahapan identifikasi adalah: (1) inventori, (2) Deleniasi Kawasan, (3) Penyusunan form survey, (4) Schedule survey, (5) Analisa awal Kategori bangunan, (6) Gambar teknis, (7) Dokumentasi Lapangan, (8) Wawancara, (9) a. Pusat Dokumentasi Arsitektur Setiap variabel pada analisis kriteria bangunan cagar budaya yaitu estetika, keluarbiasaan, memperkuat fungsi kawasan, keaslian bentuk, keterawatan, peran sejarah dan komersial, di lakukan oleh metoda ini. Pada tahapan identifikasi kerusakan metoda ini tidak melakukan analisa awal kategori bangunan sebagai penilaian awal terhadap tindakan konservasi yang akan dilakukan. Pemetaan kerusakan secara detil juga tidak terdapat dalam tahapan metoda ini, termasuk juga evaluasi heritage atau evaluasi akhir dari inventory dan tindakan konservasi yang telah dilakukan. 7
8 Gambar analisa kriteria bangunan & analisa tahapan identifikasi kerusakan PDA Sumber : analisa penulis 2014 b. maan Padang Untuk tahapan analisa kriteria bangunan metoda yang dilakukan oleh maan Padang ini melakukan penilaian estetika, keluarbiasaan, keterawatan dan tahapan penilaian peran sejarah untuk menetapkan sebuah bangunan sebagai benda cagar budaya. Sedangkan pada tahapan identifikasi kerusakan, metoda ini tidak memproduksi gambar teknis yang memperlihatkan kondisi eksisting dari objek yang akan dilakukan tindakan konservasi. Tahapan kegiatan yang menyangkut detil objek penelitian yaitu: inventarisasi kerusakan, diagnosis kerusakan, uji struktur dan material juga tidak dilakukan dalam metoda ini. Metoda ini lebih konsentrasi terhadap tahapan inventori, dokumentasi lapangan dan pengumpulan informasi dari wawancara langsung di lapangan. Gambar analisa kriteria bangunan & analisa tahapan identifikasi kerusakan maan Padang Sumber : analisa penulis 2014 c. maan Jakarta Metoda ini memiliki kesamaan dengan metoda sebelumnya yaitu maan Padang dalam hal penetapan kriteria bangunan cagar budaya dengan melakukan penilaian estetika, keluarbiasaan, keterawatan dan tahapan penilaian peran sejarah untuk menetapkan sebuah bangunan sebagai benda cagar budaya. Tahapan identifikasi kerusakan juga hampir menyamai apa yang dilakukan oleh metoda maan Padang, kelebihan dari metoda ini adalah menerapkan tahapan penilaian memori, happiness, love dari sistem butterfly chart yang merujuk kepada pendapat dari pengguna bangunan dan masyarakat yang berda di lingkungan bangunan tersebut. d. Benteng-benteng Indonesia Gambar analisa kriteria bangunan & analisa tahapan identifikasi kerusakan maan Jakarta Sumber : analisa penulis 2014 Seluruh tahapan penilaian dalam penetapan kriteria bangunan cagar budaya juga dilakukan oleh metoda ini, sedangkan dalam proses identifikasi kerusakan metoda ini hanya meninggalkan proses tahapan analisa awal kategori bangunan, evaluasi 8
9 heritage dan tahapan terakhir yaitu butterfy chart. e. InterSave Dalam metoda intersave ini dari ke tujuh tahapan penilaian kriteria bangunan cagar budaya tidak menyertakan penilaian terhadap keaslian bentuk dan keterawatan, hal ini disebabkan oleh skala cakupan objek yang lebih luas dari metoda ini. Hal ini juga terlihat pada tahapan identifikasi kerusakan yang di lalui oleh metoda ini, dengan tidak menyertakan tahapan inventarisasi kerusakan, diagnosa kerusakan, uji struktur & material, serta butterfly chart. Gambar analisa kriteria bangunan & analisa tahapan identifikasi kerusakan maan Jakarta Sumber : analisa penulis 2014 Temuan Penelitian Elemen penilaian kriteria dan identifikasi kerusakan bangunan cagar budaya memiliki peranan penting dalam standar inventory dan penetapan tindakan konservasi terhadap suatu bangunan, dari identifikasi dan analisis dapat ditarik kesimpulan, yaitu: 1. Penilaian tentang estetika (bentuk, struktur, ornamen), keluarbiasaan (landmark, umur, skala), Peran sejarah (sejarah perkembangan arsitektur, kota, dan bangsa) merupakan tahapan penilaian minimal yang dapat dilakukan untuk menetapkan kriteria suatu bangunan cagar budaya. 2. Pada tahapan identifikasi kerusakan juga di rumuskan bahwa tahapan minimal yang dilakukan untuk mengidentifikasi kerusakan bangunan cagar budaya adalah, inventory, deleniasi kawasan, penyusunan form survey, analisa awal kategori bangunan, pendokumentasian lapangan dan terakhir wawancara langsung di lapangan. 3. Untuk sebuah tahapan metoda identifikasi yang baik, seharusanya semua tahapan penilaian kriteria dan identifikasi dilakukan secara baik tanpa terkecuali. Sehingga didapatkan data yang lengkap dan dapat menentukan tindakan konservasi secara tepat. Aplikasi pada bangunan cagar budaya Analisa dari metoda identifikasi dan tahapannya tersebut diatas di aplikasikan bada salah satu bangunan cagar budaya di kota Padang. Semua variabel yang telah dikeluarkan dalam analisa di aplikasikan dalam identifikasi bangunan cagarbudaya 9
10 dengan kasus Kapel st. Leo yang rusak akibat bencana gempa bumi. a. Pengumpulan data yang berkaitan dengan bangunan dan kawasan yang akan di observasi. Sebelum mulai melakukan intervensi fisik atau membuat strategi perancangan berkenaan dengan sebuah proyek konservasi, maka teramat penting untuk terlebih dahulu mengumpulkan semua bukti yang ada tentang bangunan dan/atau tapak bersangkutan. Sumbersumber perpustakaan dan arsip harus ditelusuri untuk memperoleh informasi tentang gambar-gambar, catatan dokumentasi, laporan penelitian dan jurnalis masa kini serta bukti dalam bentuk foto. Gambar 4.1. informasi penting yang dikumpulkan Sumber : rehabilitasi st.leo,2011 Pengumpulan data sejarah yang meyangkut dengan bangunan yang akan di lakukan tindakan konservasi berguna untuk mengumpulkan informasi yang lengkap mengenai bangunan tersebut baik itu berupa gambar, blue print, foto maupun informasi penting. Data ini berguna untuk proses konservasi dimana akan di kembalikan kebentuk mana bangunan tersebut, dan apabila proses rekonstruksi atau pembangunan kembali didapatkan informasi bentuk yang lengkap dan akurat sehingga nilai sejarah dari bangunan tersebut tidak hilang. Kasus kehilangan informasi penting dari bangunan juga terjadi pada proses rekonstruksi biara St, Leo, data bentuk bangunan dari beberapa sisi tidak pernah terdokumentasi dengan baik, dan telah terjadi beberapa perubahan pada bentuk bangunan. Hal ini menyulitkan pada proses penggambaran dan proses tindakan konservasi. b. Penyusunan Form Survey 10
11 Penyusunan form survey dilakukan agar data yang dikumpulkan di lapangan dapat terekam dengan baik, form ini di bagi atas segmen yang terdapat pada bangunan, seperti pondasi, kolom balok, dinding beserta elemen interior dan eksterior dari bangunan. cepat setelah terjadi bencana gempa bumi yang menyebabkan hancurnya sebagaian besar bangunan cagar budaya. Kategori bangunan ditetapkan berdasarkan kriteria bangunan cagar budaya. Gambar 4.3. Peta kategorisasi bangunan cagar budaya (rapid assessment) Sumber: dhra-pusaka, 2009 Gambar 4.2. Form survey Sumber: dhra-pusaka, 2009 c. Penyusunan schedule survey Untuk mengontrol pencapaian target dari kegiatan koservasi juga dibutuhkan sebuah schedule yang berisi item pekerjaan dan lamanya target pengerjaan kegiatan. d. Analisa awal kategori bangunan Bangunan yang terdapat dalam zona konservasi di lakukan penilaian secara Gambar 4.4. List kategorisasi bangunan cagar budaya Sumber: dhra-pusaka, 2009 e. Memproduksi Gambar teknis yang menunjukkan kondisi eksisting Gambar teknis yang dihasilkan melalui proses pengukuran yang detil dari bangunan, pengukuran bangunan konservasi berbeda dengan pengukuran bangunan biasa. Pengukuran bangunan konservasi dimulai dari kulit luar kemudian kulit dalam bangunan. Bangunan dilakukan pengukuran dengan menggunakan grid dan sumbu dengan koordinat. Hal ini di perlukan untuk proses identifikasi selanjutnya, seperti identifikasi kerusakan. 11
12 informasi data bangunan konservasi. Dokumentasi bangunan di mulai dari foto bangunan dari berbagai sisi, kemudian pengambilan foto elemen bangunan seperti kolom, kuda-kuda, jendela pintu, tangga dll. Foto dari ornamen bangunan juga di rekam dengan cermat sehingga informasi bangunan tidak luput dari amatan. Gambar 4.6. Dokumentasi di lapangan Sumber: dhra-pusaka, 2009 g. Wawacara langsung di lapangan Wawancara dengan nara sumber dan pihak terkait yang terlibat sebelum, selama hingga selesainya proses konservasi. Gambar 4.5. Gambar teknis (rapid assessment) Sumber: dhra-pusaka, 2009 f. Pendokumentasian temuan di lapangan Pengumpulan dolumentasi bangunan di lapangan, merupakan satu tahapanpenting dalam pengumpulan h. Inventarisasi dan pemetaan kerusakan Pengumpulan data yang berkaitan dengan kerusakan yang terjadipada bangunan di lakukan dengan menandai gambar teknis yang telah dibuat sebelumnya dari hasil pengukuran yang akurat. Penandaan dilakukan dengan sistem grid yang untuk memastikan titik koordinat pasti kerusakan yang terjadi secara detil. 12
13 Gambar Identifikasi Kerusakan Bangunan (rapid assessment) Sumber: dhra-pusaka, 2009 i. Diagnosisi Kerusakan Diagnosisi kerusakan bangunan dilakukan olah tim ahli konstruksi bangunan, diagnosis ini dilakukan dengan bantuan software khusus untuk menganalisa kekuatan struktur dari bangunan yang ada. Diagnosisi ini mengelearkan hasil gambar aliran tarik dan tekan dari pembebanan struktur tang ada pada bangunan biara St. Leo. Dari gambar dapat terlihat bahwa bangunan memikul beban yang berkali lipat dari kemampuan struktur yang ada, sehingga kerusakan yang terjadi akibat bencana alam gempa yang 13
14 lalu berakibat sangat parah terhadap bangunan. Gambar 4.9. Inventarisasi kerusakan bangunan (rapid assessment) Sumber: dhra-pusaka, 2009 Gambar 4.8. Anlisa kerusakan menggunakan software Sumber: teddy boen, 2010 j. Uji struktur dan Material: Setelah diagnosis kerusakan di lakukan dan di dapatkan kondisi beban tekan dan tarik bangunan yang menyebabkan kerusakan parah pada bangunan. Dengan hasil uji kerusakan tersebut didapatkan langkah konservasi bangunan berikutnya yaitu tindakan konservasi yang tepat untuk meretrovit bangunan dengan menggukan struktur kawat ayam. Dan kemudian struktur ini diujicobakan kembali dengan menggunakan software, hal ini untuk melihat tarik tekan dari bata yang di aplikasikan. Pada gambar terlihat hampir tidak terjadinya kelebihan tarik dan tekan pada bangunan tersebut. 14
15 Gambar hasil analisa ulang struktur Sumber: teddy boen,2010 V. KESIMPULAN Elemen penilaian kriteria dan identifikasi kerusakan bangunan cagar budaya memiliki peranan penting dalam standar inventory dan penetapan tindakan konservasi terhadap suatu bangunan, dari identifikasi dan analisis dapat ditarik kesimpulan, yaitu: 1. Penilaian tentang estetika (bentuk, struktur, ornamen), keluarbiasaan (landmark, umur, skala), Peran sejarah (sejarah perkembangan arsitektur, kota, dan bangsa) merupakan tahapan penilaian minimal yang dapat dilakukan untuk menetapkan kriteria suatu bangunan cagar budaya. 2. Pada tahapan identifikasi kerusakan juga di rumuskan bahwa tahapan minimal yang dilakukan untuk mengidentifikasi kerusakan bangunan cagar budaya adalah, inventory, deleniasi kawasan, penyusunan form survey, analisa awal kategori bangunan, pendokumentasian lapangan dan terakhir wawancara langsung di lapangan. 3. Untuk sebuah tahapan metoda identifikasi yang baik, seharusanya semua tahapan penilaian kriteria dan identifikasi dilakukan secara baik tanpa terkecuali. Sehingga didapatkan data yang lengkap dan dapat menentukan tindakan konservasi secara tepat. 4. Evaluasi dari aplikasi pada bangunan cagar budaya, memperlihatkan bahwa beberapa tahapan metoda identifikasi yang telah di formulasikan tidak digunakan dalam pengidentifikasian kapel St. Leo disebabkan oleh formulasi yang telah di simpulkan adalah untuk metoda identifikasi bangunan dan kawasan cagar budaya. Semua tahapan selain identifikasi terhadap kawasan di lalui dengan baik. 5. Melakukan tahapan identifikasi secara lengkap dan benar sesuai 15
16 6. dengan formula yang telah di simpulkan untuk menghindari kehilangan informasi dari bangunan dan kawasan agar tindakan konservasi yang akan dilakukan terhadap cagar budaya dapat dilakukan dengan baik dan tepat. Muhadjir, Noeng. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif: pendekatan posivistik, rasionalistik, phenomenologik dan realisme methaphisik telaah studi teks dan penelitian agama. Jakarta: Raka Sarasin. VI. Daftar Pustaka. Undang- Undang republik Indonesia nomor 5 Tahun 1992 Tentang Cagar Budaya. (1993). Jakarta: Depdiknas. InterSave Interbationals Survey of architecture values in the environment. (1995). denmark: The National Forest and Nature Agency Division of Town Preservation.. Undang-Undang nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. (2010). Jakarta. Affandi, Frances B. (Producer). (201o, 18 april 2011). Bangunan Bersejarah. Arsitektur, Pusat Dokumentasi. (2003). Proceeding Documenting Architecture Heritage in Indonesia. Jakarta: pda. Heuken, Adolf. (2000). Historical Sites of Jakarta. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Indonesia, Badan Pelestarian Pusaka. (2013). Pedoman Penanganan Pelestarian Bangunan Pusaka Bencana. Jakarta: BPPI. Indonesia, Pusat Dokumentasi Arsitektur dengan Badan Pelestarian Pusaka. (2011). Pengantar Panduan Konservasi Bangunan Bersejarah Masa Kolonial. Jakarta: Pusat Dokumentasi Arsitektur. 16
BAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Metode Penelitian Pada pendekatan penelitian ini merujuk dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh sejumlah peneliti yang memiliki beberapa kesamaan judul
Lebih terperinciPELESTARIAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Rancangan Perkuliahan PELESTARIAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Oleh: Jonny Wongso, ST, MT Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas berbagai pengertian, konsep, prinsip dan metode pelestarian bangunan
Lebih terperinciPELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT
PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT Dion Farhan Harun, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang
Lebih terperinciPelestarian Bangunan Bersejarah Di Kota Lhokseumawe
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Pelestarian Bangunan Bersejarah Di Kota Lhokseumawe Cut Azmah Fithri (1), Sisca Olivia (1), Nurhaiza (1) cutazmah@unimal.ac.id (1) Dosen Tetap Program Studi Arsitektur
Lebih terperinciPELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP
PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP Faridatus Saadah, Antariksa, dan Chairil Budiarto Amiuza Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Telp. (0341)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gempa merupakan suatu peristiwa alam yang tidak bisa diprediksi dimana dan kapan terjadinya. Bencana alam ini memiliki efek yang sangat buruk bagi kehidupan. Gempa
Lebih terperinciTeknik inventarisasi I. Pertimbangan dalam teknik inventarisasi
Minggu 4 Topik: Teknik inventarisasi Pengumpulan Tugas 1 Perseorangan I. Pertimbangan dalam teknik inventarisasi Explorasi pusaka yang terdapat di kawasan dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,
BAB III METODE PERANCANGAN Metode pada dasarnya diartikan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Penelitian adalah suatu penyelidikan dengan prosedur ilmiah untuk mengetahui dan mendalami suatu
Lebih terperinciIntegrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,
Lebih terperinciANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli
ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Email: nugrafindo@gmail.com
Lebih terperinciKeselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 152 Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya Shinta Mayangsari dan M. Dwi Hariadi Departemen Arsitektur,
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Beberapa hal yang ditemukan dalam studi ini adalah antara lain: Semua bangunan pusaka yang terdapat di kawasan militer tidak ada yang mengalami perubahan dalam gaya arsitektur
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA BANGUNAN KUNING AGUNG, SENGHIE, PONTIANAK
LANTING Journal of Architecture, Volume 2, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 17-28 ISSN 2089-8916 IDENTIFIKASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA BANGUNAN KUNING AGUNG, SENGHIE, PONTIANAK M. Ridha Almadani Ivan Gunawan
Lebih terperinciAnalisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya,
Saujana17 alam dan budaya Analisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya, April 23, 2010 in tulisan Analisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya RETNO HASTIJANTI, Untag Surabaya Analisis Penilaian Bangunan Cagar
Lebih terperinciBENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO
BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO Wahyuni Eka Sari¹, Antariksa², Abraham Mohammad Ridjal² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya ²Dosen
Lebih terperinciKELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI
KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA Margeritha Agustina Morib 1) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail : margerithaagustina@yahoo.co.id
Lebih terperinciRiza Alfita Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Jl. Raya Telang PO BOX 02 Kamal, Madura. Abstrak.
DECISION SUPPORT SYSTEM OF RESERVE BUILDING CULTURAL REVITALIZATION DETERMINATION USING SIMPLE MULTI- ATTRIBUTE RATING TECHNIQUE EXPLOITING RANKS METHOD Riza Alfita Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO COHOUSING PAGUYUBAN PRINGGOMUKTI DI TEGALDOWO, BANTUL, YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN REGIONALISME KRITIS DAN PERMAKULTUR
UNIVERSITAS DIPONEGORO COHOUSING PAGUYUBAN PRINGGOMUKTI DI TEGALDOWO, BANTUL, YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN REGIONALISME KRITIS DAN PERMAKULTUR TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK
VOLUME 7 NO.1, FEBRUARI 2011 IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Pasca gempa 30 September 2009 Gedung Poltekes
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN EVALUASI PROYEK KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA DI DESA CUCUKAN, PRAMBANAN, KLATEN, JAWA TENGAH
HALAMAN PENGESAHAN EVALUASI PROYEK KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA DI DESA CUCUKAN, PRAMBANAN, KLATEN, JAWA TENGAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis Dalam Menyelesaikan Pendidikan Sarjana
Lebih terperinciPerkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta Augustinus Madyana Putra (1), Andi Prasetiyo Wibowo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi tolak ukur kualitas dari lulusannya. Kompetensi lulusan yang baik dari lembaga pendidikan yang terpercaya
Lebih terperinciKAJIAN KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH DI MEDAN (STUDI KASUS: ISTANA MAIMUN) SUCLIANY SUTANTO
KAJIAN KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH DI MEDAN (STUDI KASUS: ISTANA MAIMUN) SKRIPSI OLEH SUCLIANY SUTANTO 110406071 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 2 KAJIAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii iii vi vii x xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Tugas Akhir 1 1.2 Penjelasan Judul 1 1.3 Pengertian
Lebih terperinciKONFERENSI PERPUSTAKAAN DIGITAL INDONESIA 2008 BERBAGI PENGALAMAN DALAM PEMBANGUNAN MUATAN LOKAL TENTANG PUSAKA BALI
KONFERENSI PERPUSTAKAAN DIGITAL INDONESIA 2008 BERBAGI PENGALAMAN DALAM PEMBANGUNAN MUATAN LOKAL TENTANG PUSAKA BALI PENGEMBANGAN INVENTORI PUSAKA BALI BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI DESA NYUH KUNING
Lebih terperinciSUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU
SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU Maharani Puspitasari 1, Antariksa 2, Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan faktor penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Tersedianya transportasi, jarak yang tadinya jauh dan membutuhkan waktu yang lama
Lebih terperinciPENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL ACEH PADA MUSEUM TSUNAMI ACEH
PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL ACEH PADA MUSEUM TSUNAMI ACEH SKRIPSI OLEH RENI WIDIARTI 110406005 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Penelitian bergerak dipandu oleh sebuah landasan teori dalam menggali informasi
3. Metodologi BAB 3 METODOLOGI 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan deduktif dimana proses penelitian dipandu oleh sebuah teori, dari proses pengumpulan data
Lebih terperinciBAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI
BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa
Lebih terperinciBAB 2 PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA
BAB 2 PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA Dugaan kemungkinan terjadinya bencana kerusakan bangunan pusaka yang bertambah besar pada abad ke-19 menyebabkan dilakukannya upaya yang sungguh-sungguh untuk melestarikan
Lebih terperinciPENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN
PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN Oktavia Altika Dewi, Antariksa, Kartika Eka Sari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kraton Yogyakarta merupakan kompleks bangunan terdiri dari gugusan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kraton Yogyakarta merupakan kompleks bangunan terdiri dari gugusan sejumlah bangunan antara lain; Alun alun Utara, Pagelaran, Sitihinggil Utara, Cepuri, Keputren, Keputran,
Lebih terperinci1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Matakuliah Pilihan: Teknik Konservasi Kawasan Pusaka Kode TKA471 K (2 SKS) Semester Ganj it (Hingga tahun 2008 studi lapangan dalam mata kuliah ini terus dilakukan di Kawasan njeron Beteng, Kraton Yogyakarta)
Lebih terperinciPRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan)
Mata Kuliah MKKK-5111225213 PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan) Oleh: Jonny Wongso, ST, MT Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini merupakan mata kuliah pilihan yang termasuk
Lebih terperinciRUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH
RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas
Lebih terperincixvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif
xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan
Lebih terperinciPERHITUNGAN RAB GEDUNG PERKANTORAN 5 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH SURAKARTA
PERHITUNGAN RAB GEDUNG PERKANTORAN 5 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat-tempat bersejarah, obyek-obyek dan manifestasi adalah ekspresi yang penting dari budaya, identitas serta agama kepercayaan untuk masyarakat sekitar. Setiap nilai
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA
PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang :
Lebih terperinciRANCANG BANGUN APLIKASI PENGENALAN TULISAN TANGAN AKSARA HANACARAKA BERBASIS MULTIMEDIA
TESIS RANCANG BANGUN APLIKASI PENGENALAN TULISAN TANGAN AKSARA HANACARAKA BERBASIS MULTIMEDIA Oleh : Sugeng Winardi 10.530.1451/PS/MTF PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN DISTRIBUSI GAYA GESER PADA STRUKTUR DINDING GESER AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN BERBAGAI METODE ANALISIS ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN DISTRIBUSI GAYA GESER PADA STRUKTUR DINDING GESER AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN BERBAGAI METODE ANALISIS Franklin Kesatria Zai NIM: 15007133 (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program
Lebih terperinciDAFTAR ISI Judul Halaman Pengesahan Catatan Dosen Pembimbing Halaman Pernyataan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel
DAFTAR ISI Judul... i Halaman Pengesahan... ii Catatan Dosen Pembimbing... iii Halaman Pernyataan... iv Kata Pengantar... v Daftar Isi... vii Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... xii Daftar Gambar Teknis...
Lebih terperinciIII METODOLOGI PENELITIAN
22 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Lenteng Timur Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep (Gambar 13). Pemilihan lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan
Lebih terperinci3.2. TAHAP PERANCANGAN DESAIN
BAB III METODOLOGI 3.1. PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum pengumpulan dan pengolahan data, pada tahap ini disusun kegiatan yang harus dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan
Lebih terperinciKAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL ABSTRAK
VOLUME 7 NO. 2, OKTOBER 2011 KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL Dr. Abdul Hakam 1, Oscar Fithrah Nur 2, Rido 3 ABSTRAK Gempa bumi yang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan Cagar Budaya dan Benda Cagar Budaya;
Lebih terperinciKarakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok
Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok Alifah Laily Kurniati 1 dan Antariksa 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen
Lebih terperinciEvaluasi Restorasi Gedung Indonesia Menggugat Terhadap Peraturan Daerah Tentang Bangunan Cagar Budaya
Reka Karsa Teknik Arsitektur Itenas No.4 Vol.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2014 Evaluasi Restorasi Gedung Indonesia Menggugat Terhadap Peraturan Daerah Tentang Bangunan Cagar Budaya
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode perancangan Metode merupakan sebuah strategi atau cara yang dapat mempermudah dalam mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dalam proses perancangan membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat rawan terjadi gempa bumi, menurut O. Suryawan (2008) secara geografis Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta memiliki banyak bangunan monumental seperti Tamansari, Panggung Krapyak, Gedung Agung, Benteng Vredeburg, dan Stasiun Kereta api Tugu (Brata: 1997). Beberapa
Lebih terperinciBAB I. - Ukuran kolom dan balok yang dipergunakan tidak memadai. - Penggunaan tulangan polos untuk tulangan utama dan sengkang balok maupun kolom.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rumah tinggal rakyat atau sering juga disebut rumah tinggal sederhana di Indonesia merupakan bangunan struktur yang dalam pembangunannya umumnya tidak melalui suatu
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara
Lebih terperinciJawa Timur secara umum
Jawa Timur secara umum Rumah Joglo secara umum mempunyai denah berbentuk bujur sangkar, mempunyai empat buah tiang pokok ditengah peruangannya yang biasa disebut sebagai saka guru. Saka guru berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. murah maka kebutuhan akan perumahan atau tempat tinggal, gedung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan dipakai oleh masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan yang berfungsi untuk bahan bangunan konstruksi.
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Kajian perancangan dalam seminar ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau uraian secara sistematis
Lebih terperinciUniversitas Kristen Maranatha - Abstract ABSTRAK
ABSTRAK Salah satu pola hidup yang sangat dianjurkan oleh aliran Maitraya dalam gerakan penyelamatan lingkungan adalah penerapan pola makan vegetarian. Pada kesempatan kali ini penulis tertarik untuk meneliti
Lebih terperinciGambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi
BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas
Lebih terperinciDAFTAR ISI JUDUL... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...
ABSTRAK Budaya Sunda pada masyarakat kota Bandung dirasakan sudah tidak kental lagi. Karena pola pikir masyarakat yang kurang akan budaya dan kurangnya aturan yang kuat dari pemerintah, maka dibuat fungsi
Lebih terperinciKARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES
KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES Agustina Putri Ceria, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) ini berjudul Ambarawa Heritage Resort Hotel. Untuk mengetahui maksud dari judul dengan lebih jelas maka perlu diuraikan
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS KONSTRUKSI SHEET PILE AKIBAT PEKERJAAN GALIAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA. (Studi Kasus : Normalisasi Kali Item Jakarta)
ANALISIS STABILITAS KONSTRUKSI SHEET PILE AKIBAT PEKERJAAN GALIAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA (Studi Kasus : Normalisasi Kali Item Jakarta) TESIS MAGISTER Oleh : Andryan Suhendra 25000082 BIDANG KHUSUS
Lebih terperinciPenerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) G-15 Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi Alivia Bianca Bella Diena dan Murtijas Sulistijowati Jurusan
Lebih terperinciPerpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta
SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta Indah Mega Ashari indahmega19@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 37 TAHUN : 2009 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN KLASIFIKASI KAWASAN CAGAR BUDAYA DAN BENDA CAGAR BUDAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Olahraga dapat menjadi batu loncatan sebagai pemersatu bangsa, daerah dan negara lainnya, baik di dalam skala nasional maupun internasional. Dalam setiap skala, negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN ETIKA PROFESI PRAKTIK ARSITEKTUR I-1 BAB I
BAB I PENDAHULUAN BAB I I-1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arsitektur adalah salah satu jurusan pada Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurusan arsitektur merupakan sebuah ilmu yang mempelajari
Lebih terperinciTUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A)
TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) Redesain Masjid Darussalam Sebagai Tempat Ibadah dan Pusat Bisnis di Kampung Perhiasan Jayengan Disusun dalam Rangka Pemenuhan Syarat
Lebih terperinciANALISA KEGAGALAN STRUKTUR DAN RETROFITTING BANGUNAN MASJID RAYA ANDALAS PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER Fauzan 1 ABSTRAK
VOLUME 7 NO.1, FEBRUARI 2012 ANALISA KEGAGALAN STRUKTUR DAN RETROFITTING BANGUNAN MASJID RAYA ANDALAS PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 Fauzan 1 ABSTRAK Gempa tektonik tanggal 30 September 2009 telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sebagian besar wilayahnya memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa bumi. Dari kejadian kejadian gempa bumi pada beberapa
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK ARSITEKTUR CINA PADA BANGUNAN VIHARA GUNUNG TIMUR DI MEDAN SKRIPSI OLEH ZEILA AZMI
PENGARUH KARAKTERISTIK ARSITEKTUR CINA PADA BANGUNAN VIHARA GUNUNG TIMUR DI MEDAN SKRIPSI OLEH ZEILA AZMI 110406067 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 PENGARUH
Lebih terperinciArahan Disain Fasad Koridor Jalan Songoyudan untuk Memperkuat Citra Visual pada Area Perdagangan Bersejarah di Surabaya
EMARA Indonesian Journal of Architecture Vol 2 No 1 - Agustus 2016 ISSN 2460-7878, e-issn 2477-5975 Arahan Disain Fasad Koridor Jalan Songoyudan untuk Memperkuat Citra Visual pada Area Perdagangan Bersejarah
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
Abstrak ABSTRAKSI Feng Shui merupakan ilmu dan seni yang berasal dari kebudayaan Cina kuno yang bertujuan menata lokasi, menata bangunan dan menempatkan manusia dalam dimensi ruang melalui pendekatan metafisik
Lebih terperinciSTUDI SISTEM PROTEKSI PASIF KEBAKARAN PADA BANGUNAN HOTEL DANAU TOBA INTERNASIONAL MEDAN CHINDY
STUDI SISTEM PROTEKSI PASIF KEBAKARAN PADA BANGUNAN HOTEL DANAU TOBA INTERNASIONAL MEDAN SKRIPSI OLEH CHINDY 100406067 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia konstruksi di Indonesia cukup pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pembangunan fisik di Indonesia. Beberapa diantaranya fasilitas umum seperti
Lebih terperinciSTUDI GOLDEN SECTION PADA FASADE BANGUNAN DI KAWASAN KAYUTANGAN, MALANG
STUDI GOLDEN SECTION PADA FASADE BANGUNAN DI KAWASAN KAYUTANGAN, MALANG Wulan Astrini, Indyah Martiningrum, dan Muhammad Satya Adhitama Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya wulanastrini@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gempa bumi merupakan bencana alam yang berdampak pada area dengan cakupan luas, baik dari aspek ekonomi maupun sosial. Pada beberapa tahun terakhir, banyak peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan kawasan perkotan yang semakin hari semakin pesat, mempunyai pengaruh besar pada kehidupan masyarakat di dalamnya. Pertambahan jumlah penduduk
Lebih terperinciPELESTARIAN BANGUNAN KANTOR POS BESAR SURABAYA
PELESTARIAN BANGUNAN KANTOR POS BESAR SURABAYA Novalinda Puspitasari, Antariksa, Abraham M Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145 Telp. (0341)
Lebih terperinciPENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH
PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH Parmonangan Manurung Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul 1.1.1. Pengertian Galeri Pengertian dari kata Galeri berdasarkan KBBI ga le ri /n ruangan atau gedung tempat memamerkan benda atau karya seni dsb. Sedangkan menurut
Lebih terperinciPERENCANAAN BANGUNAN BADAN SERTIFIKASI KETERAMPILAN DI UNIVERSITAS BUNG HATTA
PERENCANAAN BANGUNAN BADAN SERTIFIKASI KETERAMPILAN DI UNIVERSITAS BUNG HATTA Rido Fratama, Sudirman.Is, Asmardi Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kota pastinya memiliki nilai sejarah tersendiri, dimana nilai sejarah ini yang menjadi kebanggaan dari kota tersebut. Peristiwa peristiwa yang telah terjadi
Lebih terperinciTengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan
Lebih terperinciPendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik Firdha Ayu
Lebih terperinciMAKNA DALAM ARSITEKTUR VERNAKULAR STUDI KASUS: ARSITEKTUR EKO PRAWOTO
MAKNA DALAM ARSITEKTUR VERNAKULAR STUDI KASUS: ARSITEKTUR EKO PRAWOTO Linda Octavia NRP: 3211 202 001 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Josef Prijotomo, M.Arch. Dr. Ir. Murni Rachmawati, M.T. PENDAHULUAN
Lebih terperinciABSTRACT. Key words : acculturation, architecture, Bandung Lautze 2 and Ronghe Mosque ABSTRAK
ABSTRACT Name Study Program Title : Callin Tjahjana : Chinese Literature : Akulturasi Budaya dalam Arsitektur Bangunan Masjid Lautze 2 dan Masjid Ronghe Bandung This thesis looks into acculturation in
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Sejarah 2.2 Kriteria Lanskap Sejarah
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Sejarah Lanskap adalah suatu bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati keberadaannya melalui seluruh indera yang dimiliki manusia (Simonds
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. data dari sumber literatur hingga survey langsung obyek-obyek komparasi untuk
BAB 3 METODE PERANCANGAN Secara garis besar, metode perancangan ini menggunakan analisis secara kualitatif yang didasarkan pada logika dan argumentasi yang bersifat ilmiah dan rasional. Analisis kualitatif
Lebih terperinciSEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
KONSEP PEMANFAATAN RUANG SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN SUB DAS BABURA KOTA MEDAN TESIS Oleh : ADANIL BUSHRA 117003021/PWD SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015 1 2 KONSEP PEMANFAATAN RUANG SEBAGAI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior Peningkatan kualitas hidup suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, hal tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN DENGAN METODE OBJECT-BASED DAN PIXEL- BASED
PERBANDINGAN KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN DENGAN METODE OBJECT-BASED DAN PIXEL- BASED TUGAS AKHIR Karya Tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Oleh NANDHY RAMADHANNY HOESIN POETRI
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTER VISUAL KORIDOR
TESIS KAJIAN KARAKTER VISUAL KORIDOR JALAN KARANG LO KOTAGEDE, YOGYAKARTA Disusun oleh : Aulia Abrar (105401483/PS/MTA) MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang
Lebih terperinciLANDASAN TEORI DAN PROGRAM
PROYEK AKHIR ARSITEKTUR Periode LXV, Semester Genap, Tahun 2013/2014 LANDASAN TEORI DAN PROGRAM MUSEUM EDUKASI PERTAMBANGAN MIGASDI CEPU Tema Desain Arsitektur Dekonstruksi Fokus Kajian Penataan Ruang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penulis menggunakan metode kualitatif karena peneliti sendiri akan menjadi
Lebih terperinci