PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Jamhari, S.P., M.P.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Jamhari, S.P., M.P."

Transkripsi

1

2 PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam perencanaan, persiapan dan pelasksanaan kegiatan Annual Outcome Survey dan District Market Study di Kota Kupang dan Kabupaten Lombok Barat Tahun Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Satker Pembangunan Masyarakat Pesisir (CCDP-IFAD), Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta sesuai dengan SPK: CCDP-IFAD.31/KP3K/PMP/PTN/X/2013 Tanggal 29 Oktober Kegiatan Annual Outcome Survey ditujukan untuk menilai partisipasi, manfaat dan dampak terhadap penerima manfaat program PMP (Pembangunan Masyarakat Pesisir) - CCDP IFAD yang telah dilaksanakan di Kota Kupang dan Kabupaten Lombok Barat. Secara umum, masyarakat berperan dan mempunyai harapan yang cukup besar terhadap kelangsungan dan keberhasilan kegiatan pemberdayaan. Sedangkan kegiatan District Market Study bertujuan untuk identifikasi dan penentuan komoditas perikanan potensial/unggulan, menentukan rantai pasok dan pemasaran, serta intervensi pengembangan. Penentuan komoditas unggulan dilakukan melalui perpaduan metode analisis data sekunder, Analytical Hierarchical Process (AHP) dan Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan pelaku usaha perikanan. Komoditas perikanan unggulan yang ditemukan berbeda dan spesifik di setiap kabupaten oleh karena itu perlu penyesuaian intervensi dan program pengembangan yang akan dilakukan. Akhir kata, semoga hasil kegiatan ini memberi manfaat bagi semua dan dapat dijadikan informasi untuk pengembangan perikanan dan kelautan, sehingga kesejahteraan masyarakat pesisir dapat tercipta. Yogyakarta, Desember Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Jamhari, S.P., M.P. ii

3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v I RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 II PENDAHULUAN... 3 III AKTIVITAS DAN METODOLOGI Tujuan Studi Pendekatan Umum Metodologi dan Tata Laksana Implementasi Keadaan Umum Lokasi Kajian... 9 IV PROFIL RESPONDEN (BENEFICIARIES DAN NON-BENEFICIARIES) V ANALISIS KOMPARATIF (BENEFICIARIES DAN NON-BENEFICIARIES) Mata Pencaharian Pendapatan Utama Ketahanan Pangan Produksi Kelautan dan Perikanan Akses Terhadap Pasar Akses Terhadap Jasa Keuangan Pedesan Pengembangan Usaha dan Ketenagakerjaan Akses Terhadap Sumberdaya Alam Pemberdayaan Wanita VI KESIMPULAN VII REKOMENDASI iii

4 DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan dan Jumlaha Penduduk di Kabupaten Lombok Barat Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di kabupaten Lombok Barat iv

5 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Konsep pelaksanaan survai... 7 Gambar 2. Peta Wilayah Kabupaten Lombok Barat... 9 Gambar 3. Jenis Kelmin Kepala Rumah Tangga (kiri) dan katagori rumah tangga responden (kanan) Gambar 4. Tingkat Partisipatif responden terhadap kegiatan CCDP Gambar 5. Tingkat kepuasan responden terhadap kegiatan CCDP (kanan) dan tingkat hubungan responden dan staf proyek (kiri) Gambar 6. Grafik perbandingan pendapatan dibandingkan 1 tahun yang lalu 14 Gambar 7. Gambar 8. Grafik perbandingan sumber pendapatan utama rumah tangga desa penerima manfaat dan desa bukan penerima manfaat Grafik kemampuan rumah tangga menyediakan makan 3 kali sehari (kanan) dan grafik perbandingan dengan tahun sebelumnya (kanan) Gambar 9. Tujuan menghasilkan produk perikanan (kanan) Sumber produksi (kiri) Gambar 10. Perubahan produktivitas produk (kanan) dan bentuk perubahan di bandingkan dengan tahun sebelumnya (kiri) Gambar 11. Keterkaitan dengan proyek CCDP (atas) dan Adopsi teknologi dari proyek CCDP (bawah)konsep pelaksanaan survai Gambar 12. Pendapatan dari penjualan (kiri) Bentuk perubahan terhadap penjualan hasil perikanan (kanan) Gambar 13. Sumber pinjaman (kiri) Bentuk penggunaan pinjaman (kanan) Gambar 14. Kepemilikan usaha non perikanan (kiri) dan jumlah pekerja yang dimiliki (kanan) Gambar 15. Akses terhadap sumberdaya dan fasilitas perikanan Gambar 16. Partisipatif perempuan dalam kelompok kerja CCDP Gambar 17. Keterlibatan Wanita dalam pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga Gambar 18. Akses kredit dan sumber pinjaman v

6 I. RINGKASAN EKSEKUTIF CCDP (Proyek PMP) merupakan proyek kerjasama pemerintah pusat dan daerah dengan IFAD, yang bertujuan untuk peningkatan kegiatan ekonomi di lokasi sasaran dan penurunan kasus kekurangan nutrisi pada anak-anak (malnutrition), khususnya di wilayah timur Indonesia, salah satunya di Kabupaten Lombok Barat. Penerima manfaat proyek CCDP di Lombok Barat meliputi kelompok perempuan dan laki-laki, namun kelompok laki-laki menempati proporsi terbesar. Kelompok penerima manfaat mengidentikikasikan dirinya (persepsi) dari kelompok masyarakat dengan kategori rumah tangga rata-rata atau berkecukupan di desa. Kelompok yang mempersepsikan dirinya dengan kelompok miskin sebesar kurang dari 30% total responden penerima manfaat (beneficiaries). Kelompok penerima manfaat memiliki tingkat partisipasi yang cukup baik dalam proyek CCDP. Keterlibatan tertinggi terutama dalam pengelolaan finansial dan pelatihan bisnis. Terkait keterlibatan dalam proyek tersebut, responden memiliki tingkat kepuasan pada tingkat cukup. Responden memiliki persepsi dan ekpektasi yang baik terhadap proyek CCDP. Dalam satu tahun (12 bulan) terakhir, Desa penerima manfaat maupun yang bukan penerima manfaat secara umum (44-61%) melaporkan belum terdapat perubahan pendatapan (pendapatan sama dengan tahun sebelumnya), dan sekitar 33% melaporkan terjadi peningkatan pendapatan dengan persentase beragam. Perubahan pendapatan pada kelompok penerima manfaat dilaporkan belum berasal dari CCDP, kecuali untuk sebagian kecil responden. Dari aspek ketahanan pangan, yang diukur dengan ada atau tidaknya waktu dalam satu bulan tidak memenuhi kebutuhan pangan, responden pada dua kelompok memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Kelompok penerima manfaat memiliki tingkat pemenuhan kebutuhan pangan yang sedikit lebih baik dibandingkan kelompok bukan penerima manfaat. Kegiatan produksi yang dilakukan oleh responden telah memiliki orientasi pasar yang cukup baik yang ditunjukkan oleh sebagian besar responden berproduksi untuk dijual atau hanya sebagian kecil untuk dikonsumsi sendiri. Kegiatan terkait 1

7 perikanan terutama penangkapan dan pengolahan hasil perikanan menjadi aktivitas utama. Akses pasar hasil produksi tersedia dan belum optimal dimanfaatkan. Responden penerima manfaat dan bukan penerima manfaat memiliki dan dapat mengakses berbagai sumber keuangan baik dari lembaga keuangan informal maupun formal. Pinjaman dialokasikan untuk kegiatan produktif maupun konsumtif. Responden penerima manfaat melaporkan mengalokasikan pinjaman semuanya untuk investasi atau pengembangan usaha. Perempuan di desa penerima manfaat maupun bukan penerima manfaat telah terlibat dalam kegiatan produktif sehingga memiliki sumber-sumber pendapatan. Kelompok perempuan di desa penerima manfaat proyek CCDP umumnya terlibat pada kegiatan kelompok usaha, dan sangat kecil proporsinya pada kelompok kerja desa, kelompok sarana prasarana, dan kelompok pengelola sumberdaya. Dalam pengambilan keputusan penting baik rumah tangga maupun kegiatan usaha, kelompok perempuan selalu mendiskusikan dengan suami (kepala rumah tangga). Berdasarkan persepsi, partisipasi dan ekpektasi atas proyek, responden memiliki pandangan yang positif atau tingkat kepuasaan yang cukup, sehingga manajemen proyek perlu dioptimalkan untuk meningkat hasil dan kemanfaatan. Dua aspek yang perlu diperkuat adalah: (1) kelembagaan dan manajemen usaha pada kelompok penerima manfaat dan (2) pendampingan yang lebih intensif. Usaha produktif yang dikembangkan juga telah memiliki potensi pasar, sehingga peningkatan skala usaha melalui penguatan sarana prasarana produksi, manajemen usaha, kelembagaan dan jaringan, serta permodalan perlu dilakukan untuk meningkatkan dampak positif proyek. 2

8 II. PENDAHULUAN Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan lnternational Fund for Agricultural Development (IFAD) melaksanakan Coastal Community Development (CCD) atau juga disebut Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP), yang ditetapkan melalui Financing Agreement pada tanggal 23 Oktober Proyek tersebut merupakan respon pemerintah untuk pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan (pro-poor, pro-job, pro-growth and prosustainability), yang juga sejalan dengan kebijakan dan program IFAD. Proyek ini melibatkan kerjasama pemerintah, baik pada tingkat nasional maupun kabupaten/kota. Dalam hal pendanaan, proyek mendapat pinjaman dan hibah dari IFAD, APBN, APBD, serta kontribusi masyarakat pesisir terkait, yang kesemuanya berjumlah total US$ 43,219 juta. Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir mendapat prioritas pendanaan, terutama dari IFAD karena: (i) masyarakat yang tinggal di pesisir dan pulau kecil pada umumnya termasuk kelompok masyarakat miskin sampai sangat miskin; (ii) banyak masyarakat yang memiliki motivasi dan berkomitmen untuk memperbaiki tingkat ekonomi mereka dan bertanggungjawab dalam pembangunan; (iii) adanya peluang-peluang ekonomi yang baik dengan potensi pasar yang kuat dari kelautan dan perikanan; dan (iv) sejalan dengan kebijakan dan prioritas pemerintah. Proyek ini juga merespon pentingnya mengatasi masalah degradasi sumberdaya alam dan perubahan iklim serta memberi pengalaman kepada pemerintah dalam mereplikasi dan merencanakan kegiatan yang lebih baik lagi (scaling up). Karena itu, kawasan timur Indonesia yang memiliki isu dan tingkat kemiskinan yang tinggi, namun memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang besar menjadi lokus Proyek CCD. Melalui Proyek PMP diharapkan akan terjadi berbagai peningkatan kegiatan ekonomi di lokasi sasaran. Secara rinci, indikator keberhasilan program diantaranya adalah tingkat pendapatan masyarakat pesisir sasaran Proyek meningkat 10% net; nilai penjualan produk proyek rata-rata naik 30% di banding sebelum PMP; dan penurunan sebesar 40% dari kasus kekurangan nutrisi pada anak-anak (malnutrition). 3

9 Lombok Barat menjadi salah satu lokasi kegiatan CCDP. Sampai tahun 2010, menurut data TNP2K, Kabupaten Lombok Barat masih memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi (di atas rata-sata nasional), yaitu dengan tingkat kemiskinan sebesar 21,6%. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lombok Barat adalah sebesar jiwa pada garis kemiskinan Rp per kapita/bulan. Adapun total desa dalam rencana proyek berjumlah 8 desa, yaitu masing -masing: 5 desa di Kecamatan Sekotong, yang meliputi desa: Pelangan, Sekotong Barat, Sekotong Tengah, Batu Putih, dan Buwun Mas; dan 3 desa di Kecamatan Lembar, yaitu: Sekotong Timur, Lembar, dan Labuan Tereng. Kegiatan survei ini secara umum bertujuan untuk menjelaskan capaian proyek CCDP pada tahun pertama dan mengidentifikasi strategi serta pogram pengembangan ke depan. Survei ini merupakan bagian dari upaya memonitor secara reguler proyek yang dilakukan (annual outcome). 4

10 III. AKTIVITAS DAN METODOLOGI 3.1. Tujuan Studi 1. Untuk mengukur secara regular perubahan/dampak positif atau negatif dari pelaksanaan PMP pada tingkat rumah tangga. 2. Untuk mengkaji data awal tentang kegagalan dan keberhasilan proyek serta faktor-faktor penyebabnya. 3. Untuk mengetahui berbagai kondisi bagai tercapai berbagai tujuan proyek Pendekatan Umum Tujuan utama Annual Outcome Survey adalah mengukur secara regular perubahan positif atau negatif di tingkat rumah tangga untuk menilai keberhasilan atau kegagalan proyek dalam jangka waktu yang ditetapkan serta menentukan langkahlangkah antisipatif maupun tindakan perbaikan. Secara umum pendekatan monitoring adalah melalui survei rumah tangga yang dilakukan secara reguler setiap akhir tahun untuk mengumpulkan berbagai data secara kualitatif dan kuantitatif terkait dampak proyek. Secara total, pada tingkat nasional, sampel rumah tangga yang menjadi target berjumlah 216 rumah tangga untuk mengestimasi berbagai perubahan pada rumah tangga penerima manfaat (benefeciasiaries group). Selain itu, juga dilakukan analisis terhadap 216 rumah tangga sebagai control group households, yaitu rumah tangga yang tidak mendapat manfaat dari proyek (non-benefeciasiaries group). Melalui survei pada dua kelompok tersebut akan diperoleh data perubahan dan perbandingan pada tingkat rumah tangga maupun antar rumah tangga. Sampel dalam hal ini, dipilih dan ditentukan dengan perpaduan teknik stratified and clustered random sampling. Stratified random sampling ditujukan untuk memilih sampel yang tersebar diberbagai pulau dan dilanjutkan dengan clustered sampling untuk memilih kelompok proyek atau desa dan dilanjutkan dengan pemilihan rumah tangga sebagai responden Metodologi dan Tata Laksana 1. Pengambilan Sampel Seperti telah dijelaskan sebelumnya total desa dalam rencana pengembangan proyek ini berjumlah 8 desa, yaitu masing-masing: 5 desa di Kecamatan Sekotong, yang meliputi desa: Pelangan, Sekotong 5

11 Barat, Sekotong Tengah, Batu Putih, dan Buwun Mas; dan 3 desa di Kecamatan Lembar, yaitu: Sekotong Timur, Lembar, dan Labuan Tereng. Survei ini dilakukan pada desa terpilih, yaitu dua desa yang telah menjalani program PMP (penerima manfaat proyek tahun pertama, atau benefeciaries group). Desa yang terpilih adalah Desa Sekotong Timur (Eyat Mayang) dan Desa Lembar Selatan Kecatatan Lembar. Dari dua desa tersebut, masing-masing dipilih responden sebanyak 9 orang responden per desa, sehingga dari dua desa penerima manfaat tersebut terpilih sebanyak 18 orang responden. Selain dua desa terpilih, yaitu desa yang telah mendapat manfaat dari proyek PMP (benefeciaries group), juga dipilih dua desa lain di luar desa target pengembangan proyek (desa yang tidak/belum secara langsung mendapat manfaat proyek atau didalam penelitian disebut non-benefeciaries group sebagai control group). Adapun desa yang terpilih pada kelompok ini adalah Desa Cendi Manik (Sekotong tengah) dan Desa Sekotong Barat Kecamatan Sekotong. Pada desa terpilih tersebut juga dipilih masing-masing 9 responden, atau total 18 responden. Secara sederhana desain sampling lokasi dan responden tersaji pada Gambar 1. 6

12 Lokasi Proyek Kecamatan Lembar Kecamatan Sekotong Desa: Sekotong Timur Lembar Labuan Tereng Desa: Pelangan Sekotong Barat Sekotong Tengah Batu Putih Buwun Mas Lokasi sampel Annual Outcome Survey and Marketing Survey Annual Outcome Survey and Marketing Survey Desa Sekotong Timur (Eyat Mayang) Desa Lembar Selatan Desa Cendi Manik (Sekotong Tengah) Desa Sekotong Barat 9 responden 9 responden 9 responden 9 responden Gambar 1. Konsep pelaksanaan survai 2. Tata Cara dan Pelaksanaan Survei a. Pengumpulan data Annual outcome survey dilaksanakan dengan pendekatan wawancara secara langsung pada responden terpilih, dengan menggunakan kuesioner terstruktur (sesuai dengan desain dan standar kuesioner IFAD), yang telah dipersiapkan. Data-data yang diperoleh melalui survey ini umumnya berupa data kualitatif dan beberapa bagian data kuantitatif terkait dengan hasil/capaian dari proyek pada akhir tahun pertama. b. Sampel, sesuai jumlah yang telah ditentukan, dipilih dengan teknik simple random sampling. Teknik ini dilakukan dengan mendata semua penerima 7

13 manfaat proyek pada desa terpilih, lalu dilanjutkan dengan membuat daftar nama dan nomor responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan arisan, yaitu masing-masing nama yang telah diberi nama dan nomor dimasukan dalam kaleng untuk dikocok (arisan). Nama-nama hasil pengocokkan (arisan) akan dipilih menjadi responden. Jika nama hasil kocokan tidak memenuhi ketentuan, karena alasan tertentu maka akan dilakukan pengocokan ulang untuk memilih responden selanjutnya. Wawancara dilakukan pada sampel terpilih. Data hasil wawancara selanjutnya ditabulasi untuk dianalisis lebih lanjut Implementation Pelaksanaan Annual Outcome Survey di lapangan lakukan selama 7-10 hari di empat desa terpilih. Desa penerima manfaat yang ditentukan sebelumnya adalah Desa Sekotong Barat dan Desa Pelangan. Namun kedua desa tersebut adalah desa yang belum mendapatkan manfaat CCDP, sehingga dilakukan penentuan desa baru, dan terpilih Desa Sekotong Timur (Eyat Mayang) dan Desa Lembar Selatan. Penentuan sample survey ditentukan dengan memperhatikan komposisi pelaku usaha dan kelompok kerja lain yang menerima manfaat dari CCDP maupun yang tidak menerima manfaat dari proyek. Pelaksanaan survei dilakukan dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan instrumen kuisioner Annual Outcome Survey dengan pengayaan yang sifatnya informatif (data deskprisi kualitatif) untuk mengumpulkan informasi yang lebih detail mengenai pelaksanaan proyek CCDP dan dampaknya terhadap kelompok masyarakat. Secara teknis di lapangan, penelitian didukung oleh tenaga pendamping desa maupun konsultan manajemen proyek CCDP. 8

14 3.5. Keadaan Umum Lokasi Kajian Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis, Kabupaten Lombok Barat terletak diantara 8º25 LS 8º 55 LS dan 115º46 BT 116º20 BT, dengan luas wilayah sebesar 1.053,92 km². Secara administrasi, Kabupaten Lombok Barat terbagi menjadi 10 kecamatan dan 123 desa. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Sekotong dengan luas mencapai 529,38 km² (50,23%), sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Kuripan yaitu seluas 21,56 km² (2,05%). Batas wilayah administrasi Kabupaten Lombok Barat adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lombok Utara, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lombok Tengah, dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Lombok dan Kota Mataram. Gambar 2. Peta Wilayah Kabupaten Lombok Barat ( Jumlah penduduk Kabupaten Lombok Barat berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 sebanyak jiwa yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Narmada yaitu sebanyak jiwa ( laki-laki dan perempuan), sedangkan kecamatan yang memilik jumlah penduduk paling sedikit 9

15 adalah Kecamatan Kuripan yaitu sebanyak jiwa ( laki-laki dan perempuan). Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, dan jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Barat ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan dan Jumlaha Penduduk di Kabupaten Lombok Barat No. Kecamatan Luas Wilayah Desa /Kelurahan Jumlah Penduduk L P Pendudu k (Jiwa) 1. Sekotong 529, Lembar 62, Gerung 62, Labuapi 28, Kediri 21, Kuripan 21, Narmada 107, Lingsar 96, Gunungsari 89, Batu Layar 34, Total 1.053, , Sumber: Lombok Barat dalam Angka, 2011 Berdasarkan struktur ekonomi Kabupaten Lombok Barat tahun 2010, diketahui bahwa sektor yang dominan dalam perekonomian adalah sektor pertanian; perdagangan, restoran, dan hotel; bangunan dan konstruksi. Rerata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Barat pada periode tahun sebesar 5,40%. Tiga sektor yang memiliki pertumbuhan paling tinggi di Kabupaten Lombok Barat adalah sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor pertambangan dan penggalian; dan Industri Pengolahan. Walaupun sektor pertanian masih merupakan penyumbang terbesar dalam perekonomian Kabupaten Lombok Barat, tetapi rerata pertumbuhan sektor pertanian merupakan yang paling rendah dibandingkan sektor yang lain yaitu sebesar 1.79%/tahun. Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha di Kabupaten Lombok Barat tersaji pada Tabel 2. Salah satu permasalahan pembangunan ekonomi di Lombok Barat adalah penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan sumberdaya potensial di di daerah. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa sampai pada tahun 2010, Kabupaten Lombok Barat memiliki tingkat kemiskinan yang cukup parah yaitu dengan tingkat kemiskinan sebesar 21,6% (rata-rata nasional pada tingkat 10

16 kabupaten sebesar 15,5% ) dan penduduk miskin mencapai jiwa. Penduduk miskin tersebut adalah penduduk yang bergantung pada sumberdaya alam (sektor pertanian secara umum) dan diantaranya yang cukup besar adalah masyarakat pesisir. Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di kabupaten Lombok Barat No. Lapangan Usaha Pertanian , , ,99 2. Pertambangan dan Penggalian , , ,60 3. Industri Pengolahan , , ,49 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 7.823, , ,80 5. Bangunan , , ,97 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran , , ,56 7. Pengangkutan dan Komunikasi , , ,07 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan , , ,08 9. Jasa-jasa , ,81 Total , , ,37 Sumber: Lombok Barat Dalam Angka,

17 IV. PROFIL RESPONDEN (BENEFICIARIES DAN NON- BENEFICIARIES) 1. Identifikasi Rumah Tangga Rumah tangga yang menjadi responden sebagian besar adalah rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki laki. Di desa penerima manfaat, kepala rumah tangga perempuan adalah 11,11%. Kategori rumah tangga responden di desa penerima manfaat lebih baik di bandingkan dengan katagori rumah tangga di desa non penerima manfaat. Terdapat 38,89% rumah tangga mengidentifikasikan kondisi rumah tangga mereka berkecukupan, dan 27,78% menyatakan miskin. Terdapat 44,44% responden yang mengkatagorikan diri mereka dalam kondisi rumah tanngga miskin dan 5,56% dalam kondisi sangat miskin di desa bukan penerima manfaat, dan hanya 11,11% dalam kondisi berkecukupan. Secara garis besar kondisi kesejahteraan rumah tangga di desa non penerima manfaat lebih baik dari desa non penerima manfaat. Gambar 3. Jenis Kelmin Kepala Rumah Tangga (kiri) dan katagori rumah tangga responden (kanan) 2. Partisipasi dalam Kegiatan Proyek CCDP Seluruh responden (kelompok beneficiaries) menyatakan mengetahui/mengikuti kegiatan yang diadakan oleh CCDP. Namun tidak semua kegiatan CCDP diikuti oleh responden. Sebagian besar responden terlibat dalam kegiatan perencanaan desa dan pelatihan lain yaitu pengelolaan finansial sebanyak 77,78%, pelatihan 12

18 Partisipatif (%) bisnis 61,11%, dan pelatihan pengolahan hasil perikanan 11,11%. Grafik berikut menggambarkan tingkat partisipatif responden terhadap kegiatan yang diadakan oleh CCDP IFAD Gambar 4. Tingkat Partisipatif responden terhadap kegiatan CCDP Secara umum penelitian juga menunjukkan 72,73% responden menyatakan cukup puas dengan kegiatan yang diadakan oleh CCDP dan 27,27% menyatakan sangat puas terhadap jalannya kegiatan CCDP. Terkait dengan hubungan responden dan staff project 54,58% menyatakan sering berkomunikasi dengan staf proyek, dan 36,4% menyatakan jarang. Gambar 5. Tingkat kepuasan responden terhadap kegiatan CCDP (kanan) dan tingkat hubungan responden dan staf proyek (kiri) 13

19 V. ANALISIS KOMPARATIF (BENEFICIARIES VS NON BENEFICIARIES) 5.1 Mata Pencaharian Rumah tangga responden di desa penerima manfaat menyatakan 94,12% memiliki sumber pendapatan tunai, sedangkan di desa bukan penerima manfaat 100% menyatakan memiliki pendapatan tunai. Dari total responden yang memiliki pendapatan tunai, di desa penerima manfaat ditemukan 44,44% rumah tangga yang mengalami peningkatan pendapatan. Responden mengalami peningkatan pendapatan 50% atau lebih diketahui sebesar 11,11%, 22,22% mengalami peningkatan pendapatan 25-50% dan 11,11% pendapatan eningkat 5-25%. Sementara di desa bukan penerima manfaat terdapat 33,33% rumah tangga yang mengalami peningkatan pendapatan 5-25% dan 61,11% menyatakan tdak terdapat peningkatan pendapatan dibandingkan tahun sebelumnya. Gambar 6. Grafik perbandingan pendapatan dibandingkan 1 tahun yang lalu 14

20 5.2. Pendapatan Utama Penelitian mengidentifikasi untuk desa penerima manfaat 72,22% rumah tangga yang memiliki sumber pendapatan utama berasal dari sektor perikanan, 33,33% diantaranya berasal dari sektor perikanan tangkap, 27,78% di sektor pengolahan hasil perikanan dan 11,11% di sektor pemasaran. Sedangkan di desa bukan penerima manfaat, 94,44% pendapatan utama berasal di sektor perikanan di mana 50% rumah tangga bergerak di sektor penangkapan ikan, 5,56% di bidang budidaya, 22,22% di pengolahan hasil perikanan dan 16,67% di sektor pemasaran perikanan. Gambar 7. Grafik perbandingan sumber pendapatan utama rumah tangga desa penerima manfaat dan desa bukan penerima manfaat Ketahanan Pangan Desa penerima manfaat memiliki tingkat ketahanan pangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa non penerima manfaat. Terdapat 88,89% rumah tangga yang mampu menyediakan makan 3 kali sehari di desa penerima manfaat dan di desa non penerima manfaat hanya 66,67%. Kondisi perbaikan tingkat pemenuhan kebutuhan pangan dirasakan oleh 16,67% rumah tangga responden di desa penerima manfaat mengalami peningkatan dan di desa non penerima manfaat 27,78% menyatakan terdapat beberapa peningkatan dalam upaya mememnuhi makan 3 kali dalam sehari. 15

21 Gambar 8. Grafik kemampuan rumah tangga menyediakan makan 3 kali sehari (kanan) dan grafik perbandingan dengan tahun sebelumnya (kanan) 5.4. Produksi Kelautan Dan Perikanan Rumah tangga desa penerima manfaat menghasilkan produk perikanan untuk dijual dan rumah tangga desa bukan penerima manfaat untuk di konsumsi dan di jual. Rumah tangga di desa penerima manfaat sebanyak 52, 94% menyatakan produksi hanya untuk di jual dan 41,18% menyatakan dikonsumsi dan dijual. Di desa bukan penerima manfaat komposisi tujuan produksi diketahui 64,6% digunakan untuk dikonsumsi sendiri dan di jual. Sumber produksi dari kegiatan produksi perikanan di desa penerima manfaat berasal dari perikanan tangkap 50%, pengolahan perikanan 22,22% dan di desa bukan penerima manfaat yang menjadi sumber produksi perikanan adalah berasal dari perikanan budidaya 43,35% dan perikanan tangkap 18,75%. 16

22 Gambar 9. Tujuan menghasilkan produk perikanan (kanan) Sumber produksi (kiri) Gambar 10. Perubahan produktivitas produk (kanan) dan bentuk perubahan di bandingkan dengan tahun sebelumnya (kiri) Perubahan produktivitas dirasakan oleh responden di dua desa, baik desa penerima manfaat dan desa bukan penerima manfaat CCDP. Perubahan produktivitas lebih tinggi di desa penerima manfaat yaitu 41,18% rumah tangga reponden dan di desa bukan penerima manfaat yaitu 38,89%. Perubahan yang terjadi di desa penerima manfaat 27,78% menyatakan perubahan tersebut di atas 25%, dan di desa bukan penerima manfaat 27,78% menyatakan perubahan yang terjadi antara 5-25%. 17

23 Perubahan produktivitas yang terjadi di desa penerima manfaat dikatakan tidak terkait dengan program CCDP karena mayoritas responden (82,89%) menyatakan perubahan produktivitas bukan karena proyek CCDP atau hanya 17,14% rumah tangga penerima manfaat menyatakan perubahan tersebut terjaid karena program CCDP.Hal ini terkait juga dengan adopsi teknologi yang dilakukan oleh rumah tangga desa penerima manfaat. Sebanyak 27,78% rumahtangga menyatakan mereka mengadopsi teknologi dari proyek CCDP, sedangkan 72,22% menyatakan tidak/belum mengadopsi teknologi dari program CCDP Gambar 11. Keterkaitan dengan proyek CCDP (atas) dan Adopsi teknologi dari proyek CCDP (bawah) 5.5. Akses Terhadap Pasar Sejumlah 88,89% rumah tangga responden di desa penerima manfaat menyatakan pendapatan mereka berasal dari penjualan hasil perikanan. Sedangkan di desa bukan penerima manfaat sedikit lebih rendahyaitu 72,22%. Pendapatan dari hasil penjualan perikanan dilaporan mengalami perubahan. Bentuk perubahan pendapatan dari penjualan hasil perikanan di desa penerima manfaat yaitu 5,56% responden menyatakan lebih tingi dari 50% 11,11% lebih tinggi 25-50% dan 22,22% menyatakan lebih tinggi 5-25%, namun 5,56% menyatakan terjadi penurunan pendapatan dari hasil penjualan. Desa bukan penerima manfaat juga menyatakan terdapat peningkatan namun 61,11 % menyatakan kondisi sama saja. 18

24 Gambar 12. Pendapatan dari penjualan (kiri) Bentuk perubahan terhadap penjualan hasil perikanan (kanan) 5.6. Akses Terhadap Jasa Keuangan Pedesaan Akses terhadap jasa keuangan pedesaan di desa penerima dan bukan penerima manfaat dapat dikatagorikan memiliki tingkat kemudahan dalam hal akses meminjam uang. Di desa penerima manfaat terdapat 33,33% rumahtanga yang meminjam uang dalam 1 tahun terakhir. Sedangkan di desa bukan penerima manfaat lebih tinggi yaitu 38,89%. Sumber pinjaman yang diakses oleh rumah tangga di desa penerima manfaat yaitu 83,33% berasal dari lembaga formal seperti bank dan untuk desa bukan penerima manfaat 100% responden menyatakan sumber pinjaman mereka berasal dari lembaga informal. 19

25 Gambar 13. Sumber pinjaman (kiri) Bentuk penggunaan pinjaman (kanan) Desa penerima manfaat 100% responden yang melakukan usaha peminjaman uang dengan tujuan untuk kegiatan yang menghasilkan pendapatan, sedangkandi desa bukan penerima manfaat tujuan melakukan pinjaman lebih beragam yaitu 14,2% untuk meningkatkan tabungan, 42,88% untuk konsumsi, 28,52% untuk usaha mendapatkan pendapatan, dan 14,25% untuk investasi lainnya Pengembangan Usaha dan Ketenagakerjaan Responden di desa penerima manfaat diketahui 44,44% diantaranya menyatakan memiliki usaha non perikanan. Sementara di desa bukan penerima manfaat 50% responden memiliki usaha non perikanan. Ukuran usaha kedua kelompok tersebut pun bervariasi. Di desa penerima manfaat 50% tidak memiliki pekerja ada 50% memiliki 1 atau 2 pekerja. Di desa bukan penerima manfaat 57,78% usaha non perikanan tersebut tidak memiliki pekerja namun terdapat 14,25% memiliki pekerja lebih dari 5 orang. 20

26 Gambar 14. Kepemilikan usaha non perikanan (kiri) dan jumlah pekerja yang dimiliki (kanan) 5.8. Akses Terhadap Sumberdaya Alam Terkait akses terhadap sumberdaya perikanan dan fasilitas perikanan yang mendukung kegiatan produksi perikanan di desa penerima manfaat dan desa bukan penerima manfaat menunjukkan sedikit perbedaan. Responden di desa penerima manfaat memiliki akses perikanan tangkap, fasilitas pengolahan perikanan yang sedikit lebih baik dari desa bukan penerima manfaat. Di desa bukan penerima manfaat akses pemasaran lebih mudah di jangkau di bandingkan di desa penerima manfaat. 21

27 Jumlah Responden (%) Beneficiaries Non-beneficiaries 10 0 Budidaya Perikanan tangkap Pengolahan Pemasaran Sumberdaya Gambar 15. Akses terhadap sumberdaya dan fasilitas perikanan Pemberdayaan Wanita Tingkat partisipasi wanita dalam kegiatan CCDP dapat dilihat dalam gambar 16. Wanita banyak berperan dalam kelompok usaha terutama kelompok usaha pengolahan dan pemasaran. Berdasarkan data lapngan diketahui bahwa di desa terdapat kecenderungan pembagian kerja yang cukup jelas, yaitu perempuan mengelola usaha pasca panen dan pemasaran hasil produksi, sedangkan laki-laki yang mengelola usaha produksi, seperti kegiatan penangkapan ikan Ya Tidak Kelompok Gambar 16. Partisipatif perempuan dalam kelompok kerja CCDP 22

28 Hasil survei juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden wanita menyatakan mereka selalu membicarakan hal-hal penting dalam rumah tangga dengan suami, termasuk dalam hal pendidikan anak. Isteri umumnya tidak mengambil keputusan sendiri, atau selalu membicarakan denga suami. Gambar 17. Keterlibatan Wanita dalam pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga Terkait akses terhadap pinjaman kredit, kelompok perempuan memiliki akses terhadap kredit atau permodalan. Di desa penerima manfaat, seluruh responden menyatakan meminjam dari bank atau instiitusi formal lainnya. Sedangkan di desa bukan penerima manfaat sebagian besar sumber pinjaman berasal dari anggota keluarga, institusi formal seperti koperasi dan institusi informal seperti Bank Subuh atau renternir. 23

29 Sumber Pinjaman Beneficiaries Non-Beneficiaries Gambar 18. Akses kredit dan sumber pinjaman Peran wanita di desa penerima manfaat dan bukan penerima manfaat memiliki ciri yang kurang lebih sama, yaitu sebagian besar brgerak di bidang pengolahan dan pemasaran. Dalam pengelolaan pasar lokal, peran wanita sangat penting dalam menjajakan hasil perikanan ke masyarakat lokal. Berdasarkan pada potensi tersebut, di desa penerima manfaat sebagian besar kelompok pemasaran beranggotakan perempuan. Keterlibatan perempuan dalam kelompok produktif tersebut merupakan strategi perempuan menambah penghasilan dan pendapatan rumah tangga. Gambaran ini juga menunjukkan bahwa perempuan di desa kajian, tidak saja berperan penting dalam kegiatan domestik (peran reproduktif, terkait dengan mengurus anak, suami dan rumah), tetapi juga dalam kegiatan produktif, yaitu mendukung perekonomian keluarga. 24

30 VI. KESIMPULAN 1. Penerima manfaat proyek CCDP meliputi kelompok perempuan dan laki-laki dengan proporsi terbedsar adalah kelompok laki-laki. Kelompok penerima manfaat mengidentikikasikan dirinya (persepsi) dari kelompok masyarakat dengan kategori rumah tangga rata-rata atau berkecukupan di desa. Kelompok yang mempersepsikan dirinya dengan kelompok miskin sebesar kurang dari 30% total responden penerima manfaat (beneficiaries). 2. Kelompok penerima manfaat memiliki tingkat partisipasi yang cukup baik dalam proyek CCDP. Keterlibatan tertinggi terutama dalam pengelolaan finansial dan pelatihan bisnis. Terkait keterlibatan dalam proyek tersebut, responden memiliki tingkat kepuasan pada tingkat cukup. Responden memiliki persepsi dan ekpektasi yang baik terhadap proyek CCDP. 3. Dalam satu tahun (12 bulan) terakhir, Desa penerima manfaat maupun yang bukan penerima manfaat secara umum (44-61%) melaporkan belum terdapat perubahan pendapatan (pendapatan sama dengan tahun sebelumnya), dan sekitar 33% melaporkan terjadi peningkatan pendapatan dengan persentase beragam. Perubahan pendapatan pada kelompok penerima manfaat dilaporkan belum berasal dari CCDP, kecuali untuk sebagian kecil responden. 4. Dari aspek ketahanan pangan, yang diukur dengan ada atau tidaknya waktu dalam satu bulan tidak memenuhi kebutuhan pangan, responden pada dua kelompok memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Kelompok penerima manfaat memiliki tingkat pemenuhan kebutuhan pangan yang sedikit lebih baik dibandingkan kelompok bukan penerima manfaat. 5. Kegiatan produksi yang dilakukan oleh responden telah memiliki orientasi pasar yang cukup baik yang ditunjukkan oleh sebagian besar responden berproduksi untuk dijual atau hanya sebagian kecil untuk dikonsumsi sendiri. Kegiatan terkait perikanan terutama penangkapan dan pengolahan hasil perikanan menjadi aktivitas utama. Akses pasar hasil produksi tersedia dan belum optimal dimanfaatkan. 6. Responden penerima manfaat dan bukan penerima manfaat memiliki dapat mengakses berbagai sumber keuangan baik dari lembaga keuangan informal maupun formal. Pinjaman dialokasikan untuk kegiatan produktif maupun konsumtif. Responden penerima manfaat melaporkan mengalokasikan pinjaman semuanya untuk investasi (pengembangan usaha). 25

31 7. Perempuan di desa penerima manfaat maupun bukan penerima manfaat telah terlibat dalam kegiatan produktif sehingga memiliki sumber-sumber pendapatan. Kelompok perempuan di desa penerima manfaat proyek CCDP umumnya terlibat pada kegiatan kelompok usaha, dan sangat kecil proporsinya pada kelompok kerja desa, kelompok sarana prasarana, dan kelompok pengelola sumberdaya. Dalam pengambilan keputusan penting baik rumah tangga maupun kegiatan usaha, kelompok perempuan selalu mendiskusikan dengan suami (kepala rumah tangga). 26

32 VIII. REKOMENDASI 1. Berdasarkan persepsi, partisipasi dan ekpektasi atas proyek, responden memiliki pandangan yang positif atau tingkat kepuasaan yang cukup, sehingga manajemen proyek perlu dioptimalkan untuk meningkat hasil dan kemanfaatan. Dua aspek yang perlu diperkuat adalah: (1) kelembagaan dan manajemen usaha pada kelompok penerima manfaat dan (2) pendampingan yang lebih intensif (data interaksi pengelola dan masyarakat penerima manfaat masih dikatakan belum optimal). 2. Usaha produktif yang dikembangkan telah memiliki potensi pasar, sehingga peningkatan skala usaha melalui penguatan sarana prasarana produksi, manajemen usaha, kelembagaan dan jaringan, serta permodalan perlu dilakukan untuk meningkatkan dampak positif proyek. 3. Selain optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan, terdapat banyak potensi sumberdaya pesisir di desa untuk pengembangan ekonomi masyarakat seperti pariwisata bahari dan sumberdaya lainnya di daratan. 4. Sumber-sumber pembiayaan di desa tersedia dan beragam. Masyarakat telah menggunakan sumber-sumber pembiayaan tersebut untuk berbagai kepentingan baik konsumtif maupun produktif. Pengelolaan keuangan yang lebih baik perlu diintroduksi untuk menghindari ketergantungan pada hutang yang lebih besar. 5. Perempuan memiliki peran produktif dalam perekonomian dan kegiatan di desa. Kelompok laki-laki juga mendukung aktualisasi peran produktif perempuan di desa. Penguatan kelompok perempuan melalui proyek CCDP telah memberikan ruang bagi peningkatan peran produktif kelompok perempuan. Namun demikian penguatan kelompok usaha dari aspek kelembagaan, permodalan, teknologi, manajerial dan pasar masih sangat dibutuhkan. 27

33

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP Kata Pengantar Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir ( Coastal Community Development Project, CCDP) didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) di beberapa distrik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Jamhari, S.P., M.P.

PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Jamhari, S.P., M.P. PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam perencanaan, persiapan dan pelasksanaan kegiatan Annual Outcome Survey dan District Market Study di Kota Kupang

Lebih terperinci

Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP

Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP 1 Kata Pengantar Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir ( Coastal Community Development Project, CCDP) didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) di beberapa distrik

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP Kata Pengantar Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir ( Coastal Community Development Project, CCDP) didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) di beberapa distrik

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN penyajian data dan informasi perkembangan kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap pembangunan terutama di daerah, salah satunya di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan ekonomi daerah erat kaitannya dengan industrialisasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan air laut di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI APBNP 2015 belum ProRakyat Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI Orientasi APBN P 2015 Semangat APBNP 2015 adalah melakukan koreksi total atas model belanja pemerintah di tahun-tahun sebelumnya. Fokus

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Gambaran Umum Provinsi NTB Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 115 45-119 10

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR. Oleh: B U S T A M I L2D

PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR. Oleh: B U S T A M I L2D PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR Oleh: B U S T A M I L2D 302 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

Mendorong masyarakat miskin di perdesaan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia

Mendorong masyarakat miskin di perdesaan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia IFAD/R. Grossman Mendorong masyarakat miskin di perdesaan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia Kemiskinan perdesaan di Indonesia Indonesia telah melakukan pemulihan krisis keuangan pada tahun 1997 yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013

REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013 REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN 2014 ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013 1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2 5 PRIORITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam yang dimiliki oleh Negara ini sungguh sangat banyak mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

SURVEI KONSUMEN. Juli 2017

SURVEI KONSUMEN. Juli 2017 SURVEI KONSUMEN Juli 2017 Survei Konsumen Bank Indonesia mengindikasikan optimisme konsumen meningkat, sebagaimana tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juli 2017 yang naik 1,0 poin dari

Lebih terperinci

RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI Lampiran IIb Peraturan Daerah Nomor : 6 Tahun 2015 Tanggal : 21 September 2015 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015 PENDAPATAN

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan telah menjadi masalah internasional, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Raperda APBD 2015 Nomor :.. Tanggal : 14 Nopember 2014 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 KODE TIDAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ekonomi merupakan dunia kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar nasional tapi bahkan internasional, bukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci