Geomarin III: a Success Story

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Geomarin III: a Success Story"

Transkripsi

1 3 Geomarin III: a Success Story Indonesia butuh 88 tahun lagi untuk menyelesaikan penelitian wilayah laut nusantara. Dengan adanya Geomarine III, kita hanya butuh 19 tahun Subektian Lubis- 31

2 Membangun dan Mengelola Geomarine III Subaktian Lubis Repotnya Mendongkrak Anggaran Memikat DPR Sebenarnya, PPPGL sudah mengidamkan kapal baru sejak Sejak tahun , rencana itu sudah tercantum dalam buku biru Bappenas, namanya kapal Magex (Marine Geological Exploration). Tapi tidak pernah ada yang melirik rencana kapal ini, karena faktor pendanaan. Prakarsa untuk membangun kapal peneliti Magex (Geomarin III), pada saat itu dianggap sebagai usulan yang berlebihan. Mengingat kondisi keuangan negara yang tidak memungkinkan memberikan tambahan anggaran. Karena terbatasnya anggaran, pada saat itu anggaran PPPGL hanya mampu dinaikkan 5% per tahun. Sebab, bayangkan, saat itu tahun kita belum pulih dihantam krisis ekonomi 1998, yang pemulihannya mungkin butuh 10 tahun. Tapi alhamdulillah kita mendapat prioritas anggaran. Namun, prioritas tersebut tidak datang dengan mudah. Untuk mengajukan anggaran saat itu, kami harus menembus dinding birokrasi mulai dari Panitia Anggaran DPR kemudian ke Kementerian Keuangan, lantas ke Bappenas. Caranya bagaimana? Road show, tidak ada yang lain. Dengan bekal laptop dan LCD proyektor, saya minta waktu ke semua institusi tersebut untuk melakukan presentasi. Awalnya, jangankan melakukan presentasinya, mencari waktu untuk presentasi di DPR saja sangat susah. Saat itu sulit sekali mencari waktu luang Pak Priyo Budi Santoso, dkk (waktu itu anggota Komisi VII DPR yang membawahi ESDM peny.). Akhirnya suatu ketika pada tahun 2003, Pak Wimpy (Dr. Ir. Wimpy S Tjejep) Kepala Badan Litbang ESDM, memfasilitasi kami untuk melakukan presentasi saat kunjungan kerja Komisi VII DPR ke Bandung. Berkat itulah PPPGL bisa memiliki Geomarin III. Saya sampaikan di hadapan para anggota Komisi VII bahwa kalau kita tidak membangun kapal peneliti baru, maka pemetaan wilayah laut Indonesia baru akan selesai dalam 88 tahun. Dengan mengganti mesin kapal untuk kapal yang ada (Kapal Peneliti Geomarin I) dan upgrading peralatan survei saja, mungkin bisa selesai dalam 65 tahun. Tapi saya berani menjamin, jika DPR memberikan 32

3 Geomarin III: a Success Story anggaran untuk membangun kapal baru, saya akan selesaikan pemetaan dalam 19 tahun. Saya janjikan kepada Pak Priyo dan anggota Komisi VII DPR bahwa dengan kapal survei baru, kami akan sanggup memetakan seluruh wilayah laut Republik Indonesia sebelum peringatan 100 tahun kemerdekaan RI. Mendengar penjelasan saya, para anggota DPR waktu itu tertarik dan langsung meminta proposal. Yang membuat mereka lebih tertarik, adalah penjelasan saya bahwa selama ini, survei geologi kelautan di Indonesia, khususnya untuk eksplorasi migas, dilakukan sepenuhnya oleh pihak asing. Hal ini jelas menjadi beban negara. Perlu diketahui bahwa data awal atau Survei Umum pada eksplorasi migas, atau Survei Pendahuluan pada eksplorasi mineral, seharusnya menjadi kewajiban pemerintah sebagai pemasok data awal untuk penawaran Wilayah Kerja Migas baru atau Wilayah Kerja Pertambangan baru. Hal ini dituntut oleh ketentuan Undang Undang Migas No. 22 tahun 2001 tentang Migas dan Undang Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu bara. Menurut model perjanjian KPS (Kontraktor Production Sharing), biaya survei awal termasuk cost recovery, yang akan ditagihkan ke negara begitu minyak mulai mengucur. DPR saat itu sangat prihatin dengan besarnya biaya cost recovery yang pada tahun sebelumnya mencapai Rp. 20 triliun, dan kemudian membengkak mencapai Rp. 50 triliun pada tahun Cost recovery pada 2003 malahan hampir mencapai Rp. 80 triliun. Anggaran tersebut membengkak karena perusahaan asing sebagai KPS seringkali menagihkan semua pengeluaran mereka yang muncul pada saat masa eksplorasi. Mulai dari kunjungan kerja pejabat pemerintah bersama rombongan ke negara asal perusahaan KPS, sampai kepada dana sponsorship balap mobil Formula 1, ditagihkan kepada pemerintah. Meskipun pada akhirnya pembengkakan tagihan ini berhasil diseleksi lagi oleh pemerintah, tetap saja biaya cost recovery masih terlalu besar, yaitu pada angka Rp. 50 triliun tersebut. Jika kita mampu melakukan survei pemetaan geologi sendiri, tentu anggaran dapat ditekan karena dengan demikian pemerintah memiliki data dasar bagi lembaga pemerintah seperti Ditjen Migas/Lemigas untuk melakukan studi prospek. Di samping itu, studi 33

4 Membangun dan Mengelola Geomarine III Subaktian Lubis pendahuluan memang menjadi kewajiban pemerintah menurut UU Migas. Di darat, studi ini dapat dilakukan oleh Badan Geologi. Di laut, saat itu belum ada yang mampu melakukan studi karena belum memiliki kapal. Dengan argumen-argumen ini, DPR berjanji akan meloloskan pengajuan anggaran pembangunan kapal baru, sebagai prioritas nasional. Lobi Sana, Lobi Sini Feasibility Study (FS) selalu dipersyaratkan dalam setiap rencana pembangunan kapal baru. Tahap awal dimulai dengan penyediaan dana untuk menyusun FS. Agar hasilnya independen maka FS ini harus dilaksanakan oleh kontraktor termasuk detail design yang sudah proven. Pihak yang melaksanakan feasibility study adalah konsultan yang ditunjuk lewat tender. Ketika itu, tahun 2003, perusahaan yang muncul sebagai pemenang tender ini adalah PT Surveyor Indonesia. Merekalah kemudian yang melaksanakan feasibility study tersebut. Hasil feasibility study ini tidak diserahkan kepada PPPGL, akan tetapi kepada Menteri ESDM karena Kementerianlah yang dianggap akan membiayai pembangunan kapal ini. Menteri kemudian membawa hasil tersebut kepada DPR. Dengan hasil tersebut, Menteri bisa menerangkan dengan lengkap kepada DPR kapal seperti apa yang akan dibangun, peruntukan dan kemampuannya, komponen sampai kelas kapal tersebut. Hasil feasibility study juga mencakup berapa dana yang dibutuhkan dan kemungkinan jenis sumber pendanaannya, apakah dari loan, atau grant, atau dibiayai murni dari APBN. Berdasarkan pengalaman, seringkali pendanaan dengan skema pinjaman akan menyulitkan pada pelaksanaan konstruksinya. Hal ini terjadi pada pembangunan Kapal Peneliti Geomarin I yang juga dananya berasal dari pinjaman. Kapal tersebut dibangun selama 6 tahun dari tahun Padahal, kapal itu spesifikasinya jauh di bawah Geomarin III. Kapal Geomarin I dibangun oleh PT Inggom, Jakarta. Masalahnya adalah, pencairan anggarannya yang sedikit demi sedikit, tahun pertama cair 15%, kemudian tahun depan dianggarkan baru cair lagi 10%. Akibatnya kapal itu baru selesai setelah lebih 6 tahun. 34

5 Geomarin III: a Success Story Mengingat pengalaman buruk pembangunan Geomarin I itu, saya mengusulkan agar tidak menggunakan anggaran loan atau pinjaman seperti dari Asian Development Bank ataupun World Bank. Sebenarnya, pagu anggaran pembangunan kapal yang tersedia berdasarkan feasibility study adalah Rp. 120 miliar. Namun, dalam tender muncul beberapa penawaran. PT IKI (Industri Kapal Indonesia) dari Makassar memberikan penawaran Rp. 115 miliar. PT Radar dari Jakarta masuk dengan angka penawaran Rp. 105 miliar. Penawaran yang paling rendah datang dari PT PAL Surabaya dengan angka Rp. 98 miliar. Sehingga dengan demikian PT PAL yang memenangkan tender tersebut. Penentuan pemenang tender bukan oleh PPPGL, melainkan oleh panitia nasional tender yang berasal dari berbagai pihak, termasuk Pemda Jabar waktu itu. Karena nilai tendernya adalah Rp. 98 miliar secara multi years, maka tahun pertama anggaran yang dikucurkan sebesar Rp. 49 miliar. Kemudian pada tahun berikutnya dicairkan lagi Rp. 49 miliar. Sebenarnya, pengajuan anggaran proyek baru dari anggaran APBN, sangat kecil peluangnya untuk disetujui. DPR sangat ketat dalam menyeleksi proyekproyek pembangunan yang menggunakan anggaran murni dari APBN. Alasan proyek tersebut harus sangat kuat dan berdampak nasional. Pengusul proyek harus mampu meyakinkan DPR. Jika memang alasannya kuat dan meyakinkan barulah DPR menyetujui proyek tersebut. Karena itulah, Menteri, Sekjen KESDM, Kepala Badan ESDM sampai berkali-kali dipanggil oleh DPR untuk melakukan presentasi dan klarifikasi. Tentu saja, juga tidak mudah meminta dukungan Menteri untuk meng-endorse rencana kapal baru ini ke DPR. Alhamdulillah, saya berhasil menghadirkan Menteri ESDM waktu itu, Pak Purnomo Yusgiantoro datang ke kantor PPGL Bandung dan ke Cirebon. Saat itu adalah momen pertama kalinya seorang Menteri ESDM berkunjung ke PPPGL. Saya ajak beliau berkeliling dengan kapal penelitian lama milik PPPGL, meninjau perairan Cirebon, lokasi penampungan batu bara, pembangunan PLTGU Kanci, dan sekitar pelabuhan Cirebon. Alhamdulillah berbagai lobi kami sampai juga pada pembicaraan tentang anggaran. Anggaran APBN juga ternyata sulit ditetapkan karena berbagai bidang dan departemen pada dasarnya berebut anggaran. Belum lagi, sebelum ke DPR, anggaran dan programnya harus masuk dan dikaji dulu ke 35

6 Membangun dan Mengelola Geomarine III Subaktian Lubis Bappenas. Tanpa program yang jelas dan berskala nasional, Bappenas akan mencoret pengajuan kita. Setelah DPR memberikan persetujuan atas sebuah proyek, mereka akan menetapkan besaran anggaran yang disetujui untuk proyek tersebut. Besaran ini disebut pagu indikatif. Waktu itu pada tahun 2004, DPR akhirnya menyetujui anggaran sebesar Rp. 60 miliar. Sampai di sini, urusan belum selesai. Bola bergulir ke Direktorat Jenderal Anggaran. Ditjen Anggaran ha rus mengecek terlebih dahulu, apakah memang uang sebesar itu tersedia? Ma salahnya adalah, anggaran APBN untuk setiap Kementerian sudah dipatok setiap tahun, maka ada kemungkinan anggaran bidang lain di luar PPPGL terpaksa dipangkas untuk proyek ini. Saya masih ingat, di depan beliau saya memohon setengah mengancam, Kalau anggaran untuk kapal ini sampai tidak cair, kita baru akan punya peta geologi laut seluruh Indonesia 65 tahun lagi. Tapi kalau Bapak mengabulkan anggaran ini maka dalam 19 tahun akan saya selesaikan. Walaupun Dirjen Anggaran bisa meloloskan anggarannya, ternyata masih harus me lalui persetujuan Bappenas. Akhirnya kami pun melakukan road show lagi ke Bappenas. Lobi di Bappenas cukup sulit dan berliku. Saya akhirnya berulangkali bercerita panjang-lebar di hadapan berbagai pejabat yang berbeda di Bappenas. Benar-benar melelahkan. Tapi ada seorang pejabat Bappenas, Pak Halim namanya, yang benar-benar punya jiwa nasionalisme tinggi dan terus bersemangat memfasilitasi saya berkeliling Bappenas. Waktu, itu saya sendirian melakukan presentasi sambil menenteng laptop ke mana-mana. Asal kan ada uang bensin dan uang makan untuk supir, saya jalan. Untunglah, pada saat itu dana DHPB (Dana Hasil Produksi Batu bara) su dah mulai masuk ke Kementerian ESDM. Nilainya sekitar Rp. 200 miliar. Dulunya, DHPB ini adalah royalti dari perusahaan-perusahaan batu bara yang disetorkan kepada pemerintah tepatnya Departemen Keuangan lang sung. Sejak 2003/2004, dana itu dikembalikan kepada ESDM. DHPB ini ada lah bagian dari PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) yang besarnya 13,5% dari keuntungan perusahaan batu bara. Oleh sebab itulah, anggaran pembangunan kapal sebesar Rp. 60 miliar ini dibebankan kepada APBN dari dana DHPB. 36

7 Geomarin III: a Success Story Rampungnya Kapal Peneliti Geomarin III yang dibiayai langsung dari APBN secara multiyears ( ), adalah prestasi tersendiri. Sebab, kapal ini ada lah kapal peneliti pertama buatan dalam negeri yang memiliki sertifikat ke las dunia (ClassNK), serta sertifikat internasional dalam menerapkan standar ke selamatan kerja ISO OHSAS. Saking susahnya mengajukan anggaran pembangunan kapal itu, dan perjalanan panjang membidani kapal Geomarin III ini, rasa-rasanya saya berani taruhan, bahwa PPPGL tidak akan pernah lagi mampu membangun kapal baru berkelas dunia. Sulitnya Membangun Kapal Berkelas Dunia Dari Kelas Kijang ke Kelas Mercy Meskipun anggaran pembangunan kapal baru sudah dijanjikan akan lolos oleh DPR pada 2004, total pencairannya dilaksanakan bertahap. Pada tahun 2005, anggaran mulai sedikit mengucur. Tahun 2006, tiba-tiba anggaran mengucur semuanya dan mengagetkan kami. Waktu itu pun, ketika pembangunan kapal ditenderkan, belum ada yang sanggup memenuhi spesifikasi yang kami minta. Keinginan kami agar kapal Magex ini dibuat de ngan kelas internasional, dan alat navigasi canggih DP-1 (sejenis sistem Dinamic Positioning GPS yang terintegrasi dengan navigasi, mesin dan sistem gerak kapal peny.), dll., belum bisa dipenuhi kontraktor manapun. Akhirnya pembangunan baru dimulai pada tahun Demikianlah, tantangan demi tantangan muncul dan tidak berhenti hanya dengan cairnya anggaran. Berbagai problem teknis bermunculan. Terkait instalasi DP-1 misalnya. Rupanya hanya ada satu pabrikan mesin di dunia ini yang bisa mengintegrasikan produk mesinnya dengan alat tersebut. Namanya MAN (MAN B&W Low Speed Engines, Diesel & Turbo), sebuah perusahaan Denmark. Akhirnya kontrak dengan perusahaan pembuat mesin di Norwegia terpaksa dialihkan. Karena berkelas dunia, pengawasan pembangunan kapal peneliti PPPGL sa ngatlah ketat. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk membangunnya 37

8 Membangun dan Mengelola Geomarine III Subaktian Lubis pun menjadi lebih lama. Awalnya kami menargetkan kapal ini selesai dalam 18 bulan, ternyata butuh 2 tahun untuk rampung. Ketatnya pengawasan atas standar misalnya terlihat dalam pemilihan jenis baja. Mulanya PT PAL beranggapan bahwa pelat baja produksi PT Krakatau Steel bisa digunakan. Namun ternyata PT PAL harus mengimpor baja dari luar negeri sehingga me makan waktu tambahan. Sebab, meski kandungan dan ketebalan baja Krakatau Steel sudah setara dengan baja impor tersebut, tetap saja belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan ClassNK. Perjalanan membuat kapal itu luar biasa melelahkan. Bayangkan, PT PAL membangun konstruksi lunas (bagian terbawah dari kapal), badan kapal, dan beberapa lantai dek, juga sistem perpipaan dan kabel, kemudian mesin didatangkan dari Denmark, DP-1 nya dari Amerika, peralatan seismik dari negara-negara lain. Semua itu bisa diramu dan disatukan menjadi sayur aneka rasa yang terintegrasi. Sejujurnya, PT PAL sendiri saat itu belum punya keahlian dan pengalaman untuk menyatukan berbagai komponen tersebut, sehingga mereka men datangkan konsultan dari Denmark, Amerika dan Prancis. Padahal, biasanya untuk membangun kapal-kapal peneliti sebelumnya, PAL tinggal membeli mesin dari Denmark misalnya untuk kemudian dipasang di kapal yang sudah ada blue printnya. Tapi untuk kapal ClassNK ini, tidak bisa seperti itu. Ada salah satu pengalaman berharga terkait kesulitan membangun kapal Geomarin III ini. Suatu ketika dua mesin kapal yang dipesan PT PAL dari Denmark tiba di Surabaya. Ternyata begitu dipasang pada kapal, kedua me sin ini putarannya (putaran baling-baling kapal peny.) searah, padahal seharusnya berlawanan. Hal ini tentu menjadi masalah besar sehingga PAL harus berkonsultasi dengan para ahli dari pabrikan MAN Denmark. PAL tentu tidak bisa mengutak-atik mesin yang baru datang tersebut. Mungkin telah terjadi miskomunikasi saat pemesanan diantara mereka dalam pengertian spesifikasi mesin. Akibatnya terjadi keterlambatan, meski tidak signifikan. Banyak sekali kesulitan yang kami temui dalam perencanaan dan pembangunan kapal ini. Pertama kali pelat bajanya dipotong, kemudian dibuat menjadi lunas kapal. Lunas kapal harus disambung satu sama lain. Karena pe nyambungan tidak bisa dilakukan di dalam ruangan, maka harus dibawa 38

9 Geomarin III: a Success Story keluar. Ternyata lunas itu tidak boleh kena hujan, jadi harus dibawa lagi ke dalam, dst. Jadi ibaratnya, PT PAL diminta membuat mobil Mercy, padahal sebelumnya mereka adalah ahli membuat mobil kijang. Ruangan untuk membuat Kijang berikut peralatan sudah lengkap, tapi tentu tidak cocok dengan standar yang dibutuhkan mobil Mercy. PAL bisa dikatakan mendapat banyak sekali pelajaran dalam pembuatan kapal berkelas internasional ini. Karena itu, tentu saja kapal Geomarin III juga menjadi kebanggaan besar bagi mereka. Terbukti dalam pameran tahunan sekaligus serah terima kapal peti kemas Saturnus pesanan Turki, PT PAL menghadirkan kapal Geomarin III, meski mesin kapal itu belum bisa dihidupkan karena masih dalam tahap instalasi. Dirut PT PAL dengan bangga memamerkan kepada Menteri BUMN, DR. Sofyan A. Djalil, SH, MA., yang hadir waktu itu, bahwa mereka telah mampu membuat kapal peneliti berkelas dunia. Demikianlah, success story PPPGL ini memang tidak semulus semisal kita membeli mobil Toyota Kijang. Justru Kijang itu kita ciptakan sendiri. Karena kapal Geomarin III ini adalah satu-satunya di dunia. Tidak ada copy-annya, mulai dari ukurannya, catnya, lekak-lekukannya, semuanya buatan kita, putraputra negeri sendiri, tidak ada duanya. Karena Kijang ini kita buat sendiri, banyak sekali perubahan-perubahan dari rencana semula. Misalnya, pada desain kapal Magex di buku biru Bappenas, tidak akan ditemukan hull berbentuk lekukan di bagian depan Kapal Geomarin III. Hull ini berfungsi sebagai penyempurna manuver kapal yang menjaga posisi horizontal kapal. Sebab kapal peneliti tidak membutuhkan kecepatan tinggi akan tetapi lebih membutuhkan kestabilan. Tentu saja perubahan seperti ini juga memakan anggaran tambahan. Call Sign Resmi Jadi Nama Ketika kapal ini hampir rampung, kami tidak bisa serta merta memberi nama. Yang memberi nama haruslah Menteri ESDM. Saya mengajukan tiga alternatif kepada Beliau. Alternatif pertama adalah Djuanda, nama Perdana Menteri RI ke-10 yang juga dikenal sebagai deklarator Deklarasi Djuanda. Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa wilayah laut Indonesia tidak hanya 3 mil dari 39

10 Membangun dan Mengelola Geomarine III Subaktian Lubis pantai tapi 12 mil. Deklarasi ini juga menegaskan bahwa laut antar pulau, meskipun melampaui jarak 3 mil dari pantai, adalah laut pedalaman milik Indonesia. Deklarasi ini disebut juga sebagai Pilar Kemerdekaan Ketiga. Pilar Pertama adalah Sumpah Pemuda 1928 dimana kita dapat disebut merdeka secara kejiwaan atau perasaan kebangsaan. Pilar Kedua adalah kemerdekaan secara kedaulatan dengan Proklamasi 17 Agustus Pilar Ketiga adalah Deklarasi Djuanda sebagai kemerdekaan wilayah laut. Sebelumnya, sejak zaman Belanda kita tidak memiliki wilayah laut, yang ada hanya pulau-pulau dan lautan dengan batas 3 mil dari pantai. Karena itulah saya mengusulkan nama Djuanda sebagai salah satu alternatif nama bagi kapal ini. Djuanda Kartawidjaja, tokoh yang memplopori kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan NKRI. Alternatif nama kedua yang saya usulkan adalah Amonit. Amonit (Ammonite) adalah fosil hewan bercangkang yang menjadi simbol umum bagi dunia geologi. Karena cangkang hewan ini menjadi indikator waktu geologi, ada yang bentuknya menunjukkan umur Cretaceous, ada yang bentuknya menunjukkan umur Devon, dll. Karena pentingnya fosil hewan tersebut, saya mengusulkannya menjadi alternatif nama kapal baru PPGL. 40

11 Geomarin III: a Success Story Amonit, fosil yang kerap menjadi simbol geologi. Alternatif nama ketiga, adalah Geomarin III sebagai generasi ke-tiga kapalkapal milik Kementerian ESDM. Sebelumnya kita sudah memiliki Kapal Peneliti Geomarin I yang panjangnya 27 meter. Kemudian ada kapal Geomarin II, yang sebetulnya bukan kapal, melainkan speedboat yang khusus dipakai untuk daerah pantai. Saya mengusulkan alternatif nama Geomarin III, meski kapal ini jauh lebih besar dari dua kapal sebelumnya. Dari ketiga usulan yang kami masukkan tersebut, akhirnya Menteri ESDM memilih nama Geomarin III untuk menunjukkan kebanggaan pada PPPGL. Ada usulan nama lain yaitu Nautilus, dari Prof. J. Katili, ahli geologi kita. Tapi ketika kita buka di internet, ternyata sudah ada kapal peneliti lain dari Belanda yang menggunakan nama Nautilus. Keputusan memakai nama Geomarin III yang ditetapkan oleh Menteri ESDM, kemudian disampaikan ke PT PAL di Surabaya. Sebenarnya Geomarin itu awalnya bukan nama kapal, melainkan call sign yang biasa kami gunakan di laut dalam komunikasi radio. Jadi kami saling memanggil dengan call sign (panggilan) Geomarin I, Geomarin II (dipopulerkan oleh ahli geologi PPGL yang juga anggota Orari, Ir. Tjoek Aziz Soeprapto). Akhirnya ketika kami membangun kapal peneliti pertama, kami 41

12 Membangun dan Mengelola Geomarine III Subaktian Lubis beri nama kapal itu Geomarin I. Kapal Geomarin I ini dibangun PT PAL selama 6 tahun. Saya masih ingat, ketika diluncurkan ke laut, Kapal Geomarin I ini bahkan sempat miring. Kecepatan maksimal Geomarin III adalah 12 knot. Hal ini memang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan survei geofisika yang menuntut kapal yang mampu bermanuver pada kecepatan rendah. Kapal tidak mungkin ber lari kencang jika sedang membawa hidrofon atau streamer misalnya. Kemungkin an besar tali tersebut akan putus. Getaran kapal yang berlari kencang juga akan menimbulkan noise pada hasil survei. Minat para akademisi, dosen, mahasiswa dan generasi muda untuk melakukan survei di laut tidak pernah turun. Buktinya, Geomarin III tidak pernah kosong dari dosen dan mahasiswa yang ikut. Sebab, ada sebuah kebanggaan tersendiri ketika melakukan survei di atas kapal peneliti laut di Indonesia terse but. Belum lagi impact dari riset di Geomarin yang menghasilkan credit point yang cukup tinggi, karena melaksanakan kegiatan real science, yaitu mengambil data sendiri, menganalisa sendiri, dan menyimpulkan sendiri. Kiprah Geomarin III NOAA Menjadi Pemakai Pertama Kapal Geomarin III diserahkan PT PAL kepada PPGL pada Desember Tapi baru setelah itu peralatan seperti compressor, air gun, dll. dipindahkan dari kantor ke kapal. Pemindahan peralatan itu butuh waktu 6 bulan. Pertengahan 2009 kapal itu siap, namun belum diberi anggaran oleh Balitbang ESDM untuk melakukan survei. Karena itu, pemakai pertama kapal Geomarin III malah adalah NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) AS. Mereka saat itu telah terjalin program kemitraan dengan Badan Research Kelautan dan Perikanan (BRKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengambil peralatan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) secara rutin di dasar perairan Indonesia. Tiap dua tahun sekali, alat ini harus diambil dan diganti. Alat ini adalah pengukur parameter-parameter oseanografi seperti arus, gelombang, kecepatan, 42

13 Geomarin III: a Success Story arah, temperatur, salinitas dll. Ketika itu kami diminta oleh Departemen Kelautan dan Perikanan untuk menggunakan kapal tersebut kepada NOAA yang berkolaborasi dengan Lamot Doherty Earth Laboratory, Unversity of Columbia. Kapal tersebut digunakan bersama-sama NOAA empat kali selama 2009 sampai awal Rutenya mulai dari Selat Sunda, sampai ke Pulau Christmas, Selat Makassar, Laut Banda, Selat Karimata, sepanjang Arus Lintas Indonesia dari Laut Pasifik sampai Laut Hindia. Yang mengoperasikan adalah gabungan peneliti Indonesia, Amerika, dan China. Sedangkan awak kapal seluruhnya personal PPGL. Dalam kerjasama ini, seluruh pembiayaan ditanggung oleh NOAA dan BRKP, sedangkan PPPGL hanya mengikutkan beberapa penelitinya. Kerjasama penelitian ini, wajar saja sebab dalam pemanfaatan kapal ini, kita sama-sama institusi pelat merah milik negara. Untuk ke depan, sebenarnya bisa saja kapal ini kami sewakan sebagai dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Tapi syaratnya PPGL harus mendapatkan izin Kementerian Keuangan sebagai unit PNBP. Hal itu harus ditetapkan dulu oleh pemerintah. Seingat saya, sekarang kita sudah berhak melakukan itu dengan tarif tertentu, yang kemudian pemasukannya 100% langsung masuk ke kas negara. Jika PPGL membutuhkan anggaran dari penerimaan itu, bisa mengajukan untuk tahun depan ke Kementerian ESDM, dengan catatan tentunya jika disetujui. Tugas Utama Geomarin III: Memetakan Laut Indonesia Sejak tahun 2012 ini saya tidak lagi terlibat dalam penyusunan program PPPGL karena sudah memasuki masa persiapan pensiun. Namun dari yang saya tahu, target-target programnya tidak berubah, masih 12 lembar peta geologi laut per tahun. Masing-masing peta mencakup area seluas 150 ribu ha. Priortitas lokasi pemetaan saat ini lebih diutamakan di wilayah perairan Indonesia Timur. Wilayah ini merupakan daerah frontier untuk pencarian sumber-sumber baru terutama mineral dan migas. Selain itu, ditemukannya sumber migas blok Masela di perairan Tanimbar telah membuka peluang untuk mengeksplorasi cekungan-cekungan lainnya, yaitu cekungan Aru dan cekungan lainnya yang diduga juga mempunyai prospek migas. 43

14 Membangun dan Mengelola Geomarine III Subaktian Lubis Tugas utama lainnya Kapal Peneliti Geomarin III ini adalah untuk memetakan fitur geologis wilayah laut Indonesia. Sebelum ada Geomarin III, sampai pada tahun 2006 pemetaan geologi laut kita baru mencapai 18,1% dari total target 365 lembar peta, yaitu 66 lembar. Jika kita hanya bekerja dengan gaya business as usual, selesainya baru 88 tahun lagi. Dengan adanya upgrading peralatan, seperti seismik yang awalnya berkecepatan 4 knot kemudian ditingkatkan menjadi 6 knot, jangka waktu itu bisa dipersingkat menjadi 65 tahun (dari tahun 2006). Setelah ada Geomarin III, kita bisa mempercepat lagi proses ini menjadi hanya 19 tahun. Diproyeksikan bahwa pemetaan geologi kelautan ini akan rampung pada tahun 2030-an. Jika hal ini tercapai, akan merupakan rekor baru dalam dunia pemetaan kelautan nasional, karena negara Amerika Serikat saja, selesai memetakan wilayah lautnya selama 100 tahun. Dengan kapal baru itu kita mulai mencantumkan nama-nama baru untuk fitur-fitur geologi bawah laut yang diperoleh selama survei. Banyak namanama fitur baru dasar laut yang telah didepositkan ke UNGEGN PBB. Underwater features yang kami masukkan ke PBB paling tidak ada ratusan nama. Salah satunya adalah Lombok Basin. Jika kita lihat di peta bentuknya hanya seperti pisang. Padahal dari hasil survei geologi bawah laut, tidak sesederhana itu. Lombok Basin memiliki lekak-lekuk di sana-sini, di tengah mengecil kemudian di kedua ujungnya kembali membesar. Dari bentuk itu kami hitung luasnya berapa, kedalamannya berapa, titik tengahnya di mana, ujung paling atas dan paling bawah koordinatnya berapa, ciri-cirinya apa, ketebalan sedimennya berapa, semuanya lengkap. Maka, jika kita meng-klik Lombok Basin di website badan PBB tersebut, keterangannya sudah lengkap. Informasi selengkap itu belum kita miliki di masa lalu. Nama Lombok Basin belum ada di PBB. Lombok Basin hanya muncul di peta geologi bawah laut dengan bentuk sederhana seperti pisang itu, tanpa keterangan detail. Indonesia belum punya peta geologi yang mencakup seluruh wilayah lautnya. Kita sampai sekarang lebih banyak mengandalkan peta geologi dari luar, seperti dari USGS. Itu pun mereka hanya membuat peta dari 1 atau 2 lintasan survei. Padahal dari pemetaan seperti itulah kita bisa mengenal adanya gunung api bawah laut, palung laut, parit laut, punggungan dll. 44

15 Geomarin III: a Success Story Menuntaskan Blok Masela Sejak pelayaran perdana, Geomarin III mulai dilengkapi dengan peralatan seismik multi channel. Compresor pemasok tekanan udara yang asalnya 2 x 150 Cu inch, digantikan menjadi 2 x 1000 Cu Inch. Demikian halnya dengan streamer atau hidrofon yang asalnya hanya memiliki 800 m sudah ditambah lagi menjadi 1,5 km. Dengan demikian peralatan seismik kami sudah dapat menembus dasar laut sekitar 6 second TWT atau sekitar m. Hal inilah yang membuat kami optomis dapat disejajarkan dengan peralatan sesismik yang berstandar industri migas. Survei yang deep seismik di teluk Tomini dan laut Banda memperlihatkan bahwa rekaman seismik yang kami hasilkan sudah dapat menembus batuan Pra Tersier. Dengan demikian maka, PPPGL sudah dapat melakukan ekplorasi cekungan-cekungan migas di lepas pantai yang umumnya merupakan cekungan Tersier. Dengan kemampuan yang sekelas industri ini maka PPPGL mulai dilirik oleh Ditjen Migas untuk lebih berkiprah pada evaluator hasil Joint Study atau Kajian Prospeksi migas. Kerjasama ini berawal dari perlunya data geomorfologi blok Masela di perairan Arafura, Maluku, yang dikelola perusahaan minyak Jepang INPEX dalam kaitan dengan rencana proses pengolahannya. Seperti diketahui bahwa saat itu berkembang alternatif pengolahan yaitu pemipaan ke pulau Tanimbar, pemipaan ke Darwin, Australia, atau floating refinery yaitu diolah ditengah laut. Untuk memutuskan perijinan pengolahan inilah diperlukan kajian baru sebagai second opinion. Seperti diketahui, bahwa pada blok Masela ini, diperkirakan memiliki cadangan gas sebesar 25 MMSCFD (juta kaki kubik/hari) dan 260 BOPD (barel kondensat/hari). Untuk pengembangan lapangan gas Abadi ini, kontraktor Jepang INPEX Masela Ltd telah melakukan beberapa studi detail yang meli puti penghitungan cadangan (reserve calculation), skenario pengembangan (development scenario) dan studi pemasaran gas (gas marketing study). Feasibility Studi untuk rencana pengembangan (POD) yang telah dilakukan oleh INPEX sendiri menyimpulkan bahwa berdasarkan faktor keamanan dan keekonomian, telah memilih sistem floating refinery sebagai pilihan utama. Pilihan 45

16 Membangun dan Mengelola Geomarine III Subaktian Lubis yang lain adalah pemipaan ke P. Babar yang berjarak 152 km dan P. Yamdena yang berjarak 146 km dari Blok Masela. Untuk memperoleh ijin pengesahan kajian ini, diperlukan kajian second opinion. Atas permintaan Ditjen Migas inilah maka kapal Geomarin III diberangkatkan ke blok Masela disertai tim terpadu dari Lemigas, PPGL, Badan Geologi, dan Ditjen Migas sendiri. Hasil survei gabungan PPPGL pada lintasan yang searah dengan rencana pipa dengan arah N30 o E, memperlihatkan penampang kedalaman dasar laut secara signifikan memperlihatkan elevasi menurun (negatif) kearah timur laut dengan kedalaman mulai dari meter. Mendekati P. Yamdena, profil kedalaman laut tersebut mendangkal dengan kedalaman laut dari menuju kedalaman 859 meter. Morfologi dasar laut pada jalur rencana pipa bawah laut hanya dipengaruhi oleh sistem tektonik Neogen yang masih berlangsung seperti yang ditunjukkan oleh proses anjakan yang mengangkat P. Yamdena. Demikian juga morfologi di antara Blok Masela ke arah P. Yamdena melalui Palung Tanimbar yang dipengaruhi oleh gerak mendatar Benua Australia ke arah utara yang mengakibatkan morfologi sedikit bergelombang. Secara umum, morfologi lembah di sekitar Palung Tanimbar mempunyai kemiringan hanya sekitar 1 8%, walaupun termasuk cukup memenuhi safety factor pipa, namun masih beresiko aktivitas tektonik disekitar palung. Hasil kajian ini telah disampaikan kepada Dirjen Migas bu Evita (DR. Evita Legowo), yang selanjutnya menyimpulkan bahwa pihak pemerintah menyetujui pilihan floating refinery. Mengacu pada kajian second opinion ini, akhirnya keluarlah rekomendasi bahwa blok tersebut bisa dikelola namun tanpa pemipaan (piping). Sebab, Geomarin III memang menemukan bahwa pipa yang melewati zona palung akan berpotensi membengkokkan (bending) pipa jika terjadi bencana geologi disekitarnya. Jika floating refinery di Blok Migas Masela ini selesai dibangun, maka ia akan menjadi implementasi kilang terapung pertama di dunia. Saya ingat, waktu itu rapat dengan tim evaluator Lemigas di sebuah hotel di Lippo Karawaci, selesai jam 12 malam. Hasilnya langsung kami kirim ke Bu Evita keesokan paginya. Siangnya langsung ditandatangani oleh Menteri ESDM. Tepat keesokan harinya, adalah batas akhir persetujuan PoD (Plan of Development) blok Masela ini mencapai expired date yaitu Agustus Jadi, 46

17 Geomarin III: a Success Story hampir saja kita harus mengulang dan memperpanjang ijin kajian PoD, yang berimplikasi mundurnya jadwal awal produksi. Selanjutnya, Menteri ESDM juga telah menanda tangani Participal Interest (PI) Blok Masela di Kantor Kementerian ESDM pada Januari 2011 lalu. Geomarin I: Sang Sulung yang Belum Mau Digulung Kapal Peneliti Geomarin I, dibangun khusus untuk pemetaan geologi kelautan di laut dangkal atau kurang dari 200 meter. Berdasarkan hasil yang telah dicapai selama lebih dari 20 tahun survei, sebetulnya kapal ini telah menyelesaikan misinya yaitu telah menyelesaikan seluruh lembar peta di perairan dangkal. Sebenarnya tugas utama Geomarin I untuk memetakan laut dangkal sudah selesai. Namun, kapal ini masih melengkapi peta terdahulu. Geomarin I masih memetakan celah-celah yang dulu belum dikerjakan, misalnya di sebagian perairan Sumatera serta antara Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Selain itu, Geomarin I juga diminta bantuannya oleh Kementerian PU untuk memetakan jalur pembangunan Jembatan Selat Sunda dari Lampung ke Merak. Oleh sebab itu, walaupun kami merencanakan untuk mempensiunkan Geomarin I, tetapi karena fungsinya yang masih dibutuhkan, maka kami masih akan meretrofit kapal ini sehingga masih bisa dimanfaatkan sampai 4-5 tahun ke depan. Sukses Geomarin, Sukses PPPGL Sukses Geomarin III bukanlah satu-satunya kesuksesan manajemen PPPGL. Terkait dengan kesuksesan kapal ini, PPPGL pun berhasil menyiapkan nakhoda berkelas. PPPGL memberikan peluang bagi perwira kapal untuk mengambil jenjang pelaut lanjutan di luar negeri (Thailand). Jenjang ini dilanjutkan dengan magang pada kapal peneliti berkelas di atas DWT. Langkah ini ini ternyata sangat tepat dilakukan. Sebab pada saat Kapal Geomarin III diserahterimakan, maka PPPGL telah memiliki calon nakhoda yang bersertifikat memadai. Sehingga, nakhoda Geomarin III dapat ditunjuk langsung dari internal ABK PPPGL sendiri. 47

18 Membangun dan Mengelola Geomarine III Subaktian Lubis Catatan kesuksesan PPPGL lewat Kapal Geomarin III juga mencakup: 1. Keberhasilan kerjasama internasional pada tahun 2008 dan 2009: kerjasama dengan institusi nasional dan asing dalam melaksanakan kegiatan penelitian bersama yaitu, ekspedisi SITE (South China Sea - Indo nesian Seas Transport / Exchange) dan ITF (Indonesian Through Flow). Kegiatan ini berkolaborasi dengan NOAA; Lamont Doherty Earth Observatory; Columbia University, New York, USA; First Institute Oceanography, Qingdao, China; Badan Riset Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Penelitian bersama ini mengguna kan Kapal Geomarin III dari Selat Makasar sampai ke Zona Ekonomi Eksklusif di Samudera Hindia, mendekati perbatasan dengan Pulau Christmas (Aus tralia), dan Selat Makasar sampai Laut Banda. 2. Keberhasilan melaksanakan survei seismik multi-channel dan survei geomagnetik di cekungan busur belakang Pati-Rembang. Survei ini terkait kajian pembentukan cekungan migas pull apart basin untuk penyiapan wilayah kerja migas lepas pantai. 3. Keberhasilan melaksanakan percepatan pemetaan bersistem geologi kelautan skala 1: menggunakan KP Geomarin III. Percepatan pemetaan ini dilakukan sejak tahun 2010 di perairan kawasan timur Indonesia (Laut Sulawesi, Laut Banda, Laut, Teluk Tomini, dan Laut Halmahera) dengan capaian 8-12 lembar per tahun. 4. Keberhasilan meningkatkan laju pemetaan geologi kelautan bersistem di seluruh perairan Indonesia, yang sampai tahun 2006 baru mencapai 18,1%. Pada tahun 2008 pemetaan ini telah meningkat menjadi 20,1%. Kemudian pada tahun 2011, setelah menggunakan KP Geomarin III, luas daerah terpetakan telah mencapai 24,4%. Pemetaan diproyeksikan dapat mencapai 34,3% pada tahun 2014, yang mencakup wilayah laut dalam terutama di perairan kawasan timur Indonesia. 5. Menerapkan program knowledge management melalui sharing idea setiap tahun dari para Perintis dan Senior PPPGL. Sharing idea ini di sisipkan setiap acara Kolokium Tahunan PPPGL, dan telah dimulai se jak tahun Pada acara ini dihimpun berbagai informasi tacit knowledge dari para senior PPPGL yang belum sempat diungkapkan atau dipublikasikan. 48

19 Geomarin III: a Success Story Ada satu hal terkait Geomarin yang belum berhasil saya capai. Hal itu adalah melanjutkan kerjasama dengan BASARNAS. Kapal Geomarin III sebenarnya pernah diminta bantuan BASARNAS untuk menjadi kapal SAR. Jika misalnya kapal ini sedang beroperasi di Laut Aru dan terjadi kecelakaan, maka otomatis seluruh kegiatan dihentikan dan kapal beralih fungsi menjadi kapal SAR. Sebenarnya Kapal Geomarin III sudah saya daftarkan ke BASARNAS, tapi saya belum tahu kelanjutannya. Persyaratan menjadi kapal BASARNAS itu tidak kurang ketatnya. ABK misalnya, harus dilatih di PMI untuk menangani first aid. Di PPPGL, baru empat orang yang mampu melakukan first aid di laut. Jadi, walaupun sudah terdaftar, kapal ini belum menjadi armada BASARNAS. Mudah-mudahan ke depannya rencana ini bisa terealisasikan. Kalau kapal ini sudah menjadi bagian armada BASARNAS, banyak keuntungan yang bisa diperoleh. Sistem komunikasinya akan ditingkatkan, begitu juga dengan peralatan dan perlengkapan keselamatannya. Lelah Bersama, Sukses Bersama Selama 5 tahun dari , saya praktis hanya mengawal proses pengajuan dan pencairan anggaran pembuatan kapal Geomarin III itu. Saya tidak melakukan hal-hal lain. Mungkin saya satu-satunya Kapus selama ini yang hampir tidak pernah melakukan kunjungan dinas keluar negeri. Barulah setelah kapal selesai dan mulai beroperasi, saya berkesempatan dinas keluar negeri, mewakili Kepala Badan Litbang ESDM ke Jepang, Norwegia dll. Saya menjadi Kapus hampir 10 tahun, mulai 2002 hingga Saya dapat dikatakan Kapus terlama di Kementerian ESDM. Mungkin saja Kepala Badan Litbang ESDM khawatir jika mengganti saya di tengah-tengah proses pembangunan kapal baru ini, proyek kapal ini bisa terhenti di tengah jalan. Proyek Kapal Geomarin III ini memang sebuah perjalanan panjang. Pembangunannya menyangkut banyak sekali pihak. Dari segi kewenangan anggaran misalnya, kami harus berhubungan dengan DPR, Ditjen Anggaran, Bappenas. Begitu pula dari segi pelaksanaan pembangunan dan sertifikasi, panjang sekali jalan yang harus ditempuh. 49

20 Membangun dan Mengelola Geomarine III Subaktian Lubis Dalam perjalanan pembangunan kapal itu, saya sama sekali tidak pernah dirotasi atau digeser. Padahal selama saya menjadi Kapus, sudah tiga kali terjadi pergantian Kepala Badan. Kepala Balitbang ESDM pada saat saya mulai bertugas di PPGL adalah Dr. Ir. Simon Sembiring, Dirjen Minerba-nya waktu itu adalah Dr. Ir. Wimpy S Tjetjep. Kemudian Pak Wimpy dan Pak Simon bertukar posisi. Saat itulah saya diangkat menjadi Kapus dan mulai mendongkrak anggaran untuk pembangunan Kapal Geomarin III. Berikutnya, Pak Wimpy digantikan oleh Bu Neni Sri Utami, saat itu proses pembangunan kapal tengah berjalan. Setelah Bu Neni, Pak Bambang Dwi yanto, MSc. yang menjadi Kepala Badan ESDM. Jadi, selama proses pembangunan Geomarin III ini, tidak ada Kepala Badan yang mengikuti dari awal hingga akhir. Sekretaris Balitbang ESDM yaitu Ir. Nuah Perangin-angin, pada waktu itu, juga banyak memberikan dukungan secara kelembagaan sehingga terlaksananya pembangunan kapal ini. Sedangkan, Ibu Dra. Retno Setiyaningrum, MM., yang menggantikannya, banyak memberikan gagasangagasan dalam pengelolaan kapal ini. Tentu saja, setiap kali pergantian kepemimpinan, saya harus menjelaskan segala sesuatunya dari A sampai Z kepada pimpinan yang baru. Alhamdulillah, semua pimpinan mendukung dan mendorong program ini. Yang juga membanggakan adalah, pada saat peresmian kapal, Pak Wimpy dan Bu Neni juga turut menghadiri, meski Pak Bambang yang kemudian meresmikan. Harus diakui, bahwa kapal Geomarin III ini adalah karya estafet mereka bertiga. Pak Wimpy yang merencanakan, Bu Neni yang melaksanakan dan akhirnya Pak Bambang yang meresmikan. Mereka bertiga menjabat bergantian selama posisi Menteri ESDM dipegang oleh Pak Purnomo Yusgiantoro. Saya merasa Pak Purnomo adalah Menteri ESDM yang paling istimewa, baik dari segi kepemimpinan maupun personal approach, terutama terkait dengan pembangunan kapal ini. Saya sendiri telah mengalami beberapa kali pergantian jabatan Menteri ESDM, mulai dari Pak Subroto, I.B. Sudjana, Susilo Bambang Yudhoyono, Kuntoro Mangkusubroto, Purnomo Yusgiantoro, Darwin Saleh, hingga yang terakhir Pak Jero Wacik sebelum saya menjalani masa pensiun. 50

21 Geomarin III: a Success Story Success story ini juga tidak lepas dari peran para pendahulu, perintis, serta pelaku sejarah PPPGL. Paradigma Jasmerah, yaitu isi pidato Bung Karno sebagai pesan kepada masyarakat dan kependekan dari Jangan sekali-sekali melupakan sejarah, merupakan momentum awal dalam perencanaan ke d e- pan. Dengan mengenang sejarah, perjalanan panjang pembangunan kapal ini akan tetap berada pada arah yang sesuai dengan arah yang telah dirintis oleh para pendahulunya. Selanjutnya, sebagai pemimpin penerus, hendaknya tidak boleh kehilangan ide, karena ide akan memotivasi untuk ber buat lebih. Para perintis dan pelaku sejarah penelitian geofisika kelautan PPPGL yang sa ngat besar perannya dalam rangkaian kesuksesan di atas, diantaranya adalah: Drs. H.M.S. Hartono melalui organisasi internasional seperti Commitee for Coordinating Offshore Prospecting (CCOP), UNDP, United States Geological Survey (USGS) dalam merintis kerjasama internasional. Ismail Usna, MSc dan Drs. Aswan Yasin, sebagai Kepala Pusat yang telah memperkokoh eksistensi PPPGL melalui program pemetaan nasional bersistem, pembangunan fasilitas koleksi sedimen dasar laut (cold storage), dan pembentukan infrastruktur sarana penunjang operasional kapal peneliti di Cirebon. Suharno, B.Sc, yang merintis penguasaan teknologi geofisika kelautan, merintis dan melaksanakan kerjasama eksplorasi timah dengan PT Timah, dan kerjasama pemetaan laut bersama Dishidros AL. Ir. Sukardjono Hadikusumo, yang menerapkan prinsip doing is learning. Beliau adalah orang yang pertama kali mengoperasikan sendiri peralatan seismik refleksi saluran tunggal Uniboom dan sparker, bekerjasama melaksanakan survei di 12 pelabuhan Pertamina, membangun workshop fasilitas kelautan Cirebon, serta merintis pelatihan teknisi kerjasama dengan CCOP. Ir. Mulyana Widjajanegara, yang menerapkan konsep pengelolaan ka pal serta pemeliharaan kapal peneliti Geomarin I dan Geomarin II secara proporsional. Sehingga, sampai tahun 2010 (20 tahun beroperasi) kedua kapal tersebut tidak pernah mengalami kecelakaan, dan memperoleh predikat zero accident dalam keselamatan kerja. Untuk keberhasilan ini, nakhoda KP Geomarin I 51

22 Membangun dan Mengelola Geomarine III Subaktian Lubis memperoleh Penghargaan Darma Karya Pertama dari Menteri ESDM pada tahun Ir. Nana Sukmana, MSc. sebagai pejabat pelaksana anggaran yang telah merealisasikan program pembangunan kapal riset kelas dunia, melalui penganggaran APBN secara multi years ini. Dr. Ir. Susilohadi, perekayasa dan ahli geologi yang hobinya elektronik, sangat berjasa besar dalam instalasi peralatan survei di kapal, mengawal secara konsisten standar keselamatan ISO , dan yang menginisiasi pelayaran perdana Geomarin III. Selanjutnya beliau, dipercaya melanjutkan amanah sebagai Kapus PPGL yang ke lima, setelah saya. Sadjuri Latif, teknisi senior yang membuat rancang bangun dan mengkader para teknisi muda dalam memodifikasi peralatan penunjang seismik, serta peralatan gaya berat kelautan (underwater gravimeter U26/964) buatan LaCoste & Romberg. Peralatan gaya berat ini yang hanya diproduksi 10 buah di dunia, dan salah satunya dimiliki oleh PPPGL. 52

Membangun dan Mengelola Geomarine III

Membangun dan Mengelola Geomarine III Membangun dan Mengelola Geomarine III Subaktian Lubis Pengantar Pengetahuan adalah milik publik sehingga setiap orang berhak memilikinya dan mengambil manfaat darinya. Pengetahuan terbagi menjadi dua

Lebih terperinci

Perjalanan Panjang Pembangunan KP Geomarin III dalam Foto

Perjalanan Panjang Pembangunan KP Geomarin III dalam Foto Perjalanan Panjang Pembangunan KP Geomarin III dalam Foto 73 Membangun dan Mengelola Geomarine III Subaktian Lubis Tahun 2003 merupakan awal road show, yaitu pada saat kunjungan kerja Pimpinan dan Anggota

Lebih terperinci

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM Data & Fakta Jumlah kapal niaga internasional maupun domestik mencapai 11.300 unit, atau naik sekitar 80 persen dibandingkan dengan posisi Maret 2005 Data Indonesia National

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Instasi Sejarah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) dimulai dengan dibentuknya Seksi Geologi Marin dan Seksi Geofisika Marin pada Pusat Penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMETAAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA DI PERAIRAN INDONESIA. Lukman Arifin. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

PEMETAAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA DI PERAIRAN INDONESIA. Lukman Arifin. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan PEMETAAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA DI PERAIRAN INDONESIA Lukman Arifin Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan lukman.arifin@mgi.esdm.go.id S A R I Pemetaan geologi dan geofisika di perairan Indonesia

Lebih terperinci

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Gambar Batas-batas ALKI Lahirnya Konvensi ke-3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hukum laut (United Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS),

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL) Sejarah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) dimulai dengan dibentuknya Seksi Geologi Marin dan Seksi

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang - 2 - Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

Lebih terperinci

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional. - 583 - BB. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH - 763 - BB. PEMBAGIAN URUSAN AN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SUB 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand No.30, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Panas Bumi. Tidak Langsung. Pemanfaatan. Pencabutan (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6023). PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a.

Lebih terperinci

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 2 TAHUN 2011

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 2 TAHUN 2011 BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PERIZINAN, PERSETUJUAN DAN REKOMENDASI KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DI DAERAH KABUPATEN BOMBANA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No No.116, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kontrak Bagi Hasil Gross Split. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2017 TENTANG KONTRAK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman. No.156, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN SURVEI UMUM DALAM KEGIATAN USAHA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semangat melakukan eksplorasi sumber daya alam di Indonesia adalah UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2015 BAGIAN I PENDAHULUAN A. LATAR

Lebih terperinci

2014, No Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha

2014, No Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.261, 2014 MIGAS. Usaha. Panas Bumi. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5595) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, No.305, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Pasca Operasi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA No.127, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENAWARAN WILAYAH KERJA MINYAK DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA Lampiran Surat Nomor: Tanggal: RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA 2016 2019 INSTANSI PENANGGUNGJAWAB: KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NO. C. INDUSTRI SUMBER DAYA ALAM DAN JASA KELAUTAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km

Lebih terperinci

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia Sejarah Peraturan Perikanan Indonesia Peranan Hukum Laut dalam Kedaulatan RI Laut Indonesia pada awalnya diatur berdasarkan Ordonansi 1939 tentang Wilayah Laut dan Lingkungan Maritim yg menetapkan laut

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. No.1366, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEMENTERIAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN

DUKUNGAN KEMENTERIAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN DUKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KEMENTERIAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

pres-lambang01.gif (3256 bytes)

pres-lambang01.gif (3256 bytes) pres-lambang01.gif (3256 bytes) Menimbang Mengingat PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2002 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL DAN PESAWAT UDARA ASING DALAM MELAKSANAKAN HAK LINTAS ALUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tidak, komunikasi telah menjadi bagian dan kebutuhan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tidak, komunikasi telah menjadi bagian dan kebutuhan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial, baik sebagai individu ataupun kelompok akan selalu berkomunikasi. Sehingga disadari ataupun tidak,

Lebih terperinci

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 1 Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Lifting minyak tahun 2016 diprediksi sebesar 811 ribu barel per hari (bph). Perhitungan ini menggunakan model

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENAWARAN WILAYAH KERJA MINYAK DAN GAS

Lebih terperinci

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) I. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari pengelolaan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untuk mengatur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dingin telah membawa kecenderungan menyusutnya

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dingin telah membawa kecenderungan menyusutnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya perang dingin telah membawa kecenderungan menyusutnya dimensi militer dan terangkatnya dimensi ekonomi. Dua gejala penting yang dapat langsung dirasakan

Lebih terperinci

Oleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

Oleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT Oleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT Disampaikan pada Acara : Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Usaha Pertambangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Dalam Rangka Koordinasi - Supervisi

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA.

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 36 TAHUN 2002 (36/2002) TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MEMFOKUSKAN TARGET EKSPLORASI MIGAS DI KAWASAN TIMUR INDONESIA. Rakhmat Fakhruddin, Suyono dan Tim Assesmen Geosains Migas

MEMFOKUSKAN TARGET EKSPLORASI MIGAS DI KAWASAN TIMUR INDONESIA. Rakhmat Fakhruddin, Suyono dan Tim Assesmen Geosains Migas MEMFOKUSKAN TARGET EKSPLORASI MIGAS DI KAWASAN TIMUR INDONESIA Rakhmat Fakhruddin, Suyono dan Tim Assesmen Geosains Migas Rakhmat Fakhruddin, Suyono dan Tim Assesmen Geosains Migas rakhmatfakh@yahoo.com

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi (L

2 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi (L LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.261, 2014 MIGAS. Usaha. Panas Bumi. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5595) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERSIAPAN PERENCANAAN JEMBATAN SELAT SUNDA

PERSIAPAN PERENCANAAN JEMBATAN SELAT SUNDA PERSIAPAN PERENCANAAN JEMBATAN SELAT SUNDA Rencana Tol Lampung- Terbanggi Besar Tol Jakarta - Merak Jembatan Selat Sunda Lingkar Selatan Serang KONEKTIVITAS JEMBATAN SELAT SUNDA DENGAN TOL YANG ADA Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar I.1 Lokasi daerah penelitian. Daerah Penelitian

I. PENDAHULUAN. Gambar I.1 Lokasi daerah penelitian. Daerah Penelitian I. PENDAHULUAN I.1 Lokasi Penelitian Daerah MA Tonle Sap terletak di daratan negara Kamboja berdekatan dengan danau Tonle Sap, sekitar 165 Km dari kota Pnom Penh ke arah barat laut (Gambar I.1). Daerah

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN P EMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA DALAM RANGKA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2002 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL DAN PESAWAT UDARA ASING DALAM MELAKSANAKAN HAK LINTAS ALUR LAUT KEPULAUAN MELALUI ALUR LAUT KEPULAUAN YANG DITETAPKAN

Lebih terperinci

REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT LAOS JADWAL KOMITMEN SPESIFIK

REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT LAOS JADWAL KOMITMEN SPESIFIK I. KOMITMEN HORISONTAL SEMUA SEKTOR YANG DICAKUP DALAM JADWAL INI 3) Kehadiran komersial pemasok jasa asing dapat berbentuk sebagai berikut : - Suatu usaha patungan dengan satu atau lebih penanam modal

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan dengan wilayah yang sangat luas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan dengan wilayah yang sangat luas Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan dengan wilayah yang sangat luas Indonesia memiliki potensial yang cukup besar di bidang sumber daya alam, khususnya cadangan minyak dan gas

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA DALAM RANGKA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG

PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG Dibawakan oleh Bp. Ir. Wilfred I. A. singkali *) PENGERTIAN PASAR : Pasar Produk Industri Pracetak dan Prategang : Adalah pasar konstruksi yang menggunakan

Lebih terperinci

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017 #energiberkeadilan Jakarta, 8 Agustus 2017 MINYAK DAN GAS BUMI LIFTING Minyak Bumi 779 (2016) 1 802 (2017)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERIZINAN USAHA DI BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KETENAGALISTRIKAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN UMUM Kegiatan kenavigasian mempunyai peranan penting dalam mengupayakan keselamatan berlayar guna mendukung

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENAWARAN WILAYAH KERJA MINYAK DAN GAS

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar. Secara fisik potensi tersebut berupa perairan nasional seluas 3,1 juta km 2, ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS DIBIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS DIBIDANG MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS DIBIDANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ESDM NO. 040/2006

PERATURAN MENTERI ESDM NO. 040/2006 PERATURAN MENTERI ESDM NO. 040/2006 PERMEN ESDM NO. 040/2006 1. MENGACU KETENTUAN UU NO. 22/2001 DAN PP NO. 35/2004, TERUTAMA ISTILAH LELANG DAN PENAWARAN LANGSUNG 2. LEBIH MELENGKAPI DAN MEMPERINCI HAL-HAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban. Fasilitas Dana. Geothermal. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PMK.011/2012

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.879, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Manajemen Keselamatan kapal. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN KESELAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi nasional adalah mencapai masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya sumber daya, baik itu sumber daya manusia atau pun sumber daya alam. Dari aspek sumber daya alam, kekayaan yang dimiliki

Lebih terperinci

DAFTAR ISI : Edisi : Minggu, 29 November 2015

DAFTAR ISI : Edisi : Minggu, 29 November 2015 Edisi : Minggu, 29 November 2015 Berikut ini adalah Project Updates Hari Minggu, 29 November 2015 yang disarikan dari berbagai sumber. Untuk selengkapnya dapat berlangganan layanan khusus info tender proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK Disampaikan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Badan Pemeriksa

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu : 1. Perairan Pedalaman (Internal Waters)

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI RIAU. MASA PERSIDANGAN II TAHUN November 2 Desember 2017

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI RIAU. MASA PERSIDANGAN II TAHUN November 2 Desember 2017 LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI RIAU MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2017-2018 30 November 2 Desember 2017 SEKRETARIAT KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2017 I. LATAR

Lebih terperinci

Ditulis oleh Aziz Rabu, 07 Oktober :16 - Terakhir Diperbaharui Minggu, 11 Oktober :06

Ditulis oleh Aziz Rabu, 07 Oktober :16 - Terakhir Diperbaharui Minggu, 11 Oktober :06 POTENSI DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI UNTUK MENINGKATKAN POTENSI EKONOMI DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Said Aziz Al-Idruss PhD. Pusat Survey Geologi Departemen Energi dan Sumber

Lebih terperinci

VISI, MISI & PROGRAM KERJA

VISI, MISI & PROGRAM KERJA VISI, MISI & PROGRAM KERJA Bersama Meningkatkan Budaya Intelektualitas dalam Mengawal Perubahan V O T E W I T H YOUR HEART YOUR BRAIN & E-Vote I PPI Prancis Dec, 6-21 1 Visi: Berkontribusi dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Panas Bumi. Survei. Penugasan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Panas Bumi. Survei. Penugasan. Pedoman. No.11, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Panas Bumi. Survei. Penugasan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 No.726, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Wilayah Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG WILAYAH KERJA PANAS

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Nomor 4152); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

2016, No Republik Indonesia Nomor 4152); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No.1339, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHUB. Penggunaan Kapal Asing. Pemberian Izin. Persyaratan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 100 TAHUN 2016 PM 154 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

BAB I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya perhitungan keekonomian eksplorasi serta produksi sumber daya minyak dan gas (migas) tergantung pada profil produksi migas yang akan dihasilkan, biaya

Lebih terperinci

BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT

BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT 2.1 Peta Laut Peta laut adalah representasi grafis dari permukaan bumi yang menggunakan simbol, skala, dan sistem proyeksi tertentu yang mengandung informasi serta menampilkan

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang : a. bahwa Minyak

Lebih terperinci

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi BAB V KESIMPULAN Provinsi NTB merupakan daerah yang menjanjikan bagi investasi termasuk investasi asing karena kekayaan alam dan sumber daya daerahnya yang melimpah. Provinsi NTB dikenal umum sebagai provinsi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: 1. bahwa berdasarkan kenyataan sejarah dan cara pandang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 44 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 44 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 44 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PERIZINAN, PERSETUJUAN DAN REKOMENDASI KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DIDAERAH KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Rencana jalur survei tahap I [Tim Navigasi Survei LKI, 2009]

Gambar 3.1. Rencana jalur survei tahap I [Tim Navigasi Survei LKI, 2009] BAB III REALISASI DAN HASIL SURVEI 3.1 Rencana dan Pelaksanaan Survei Survei dilakukan selama dua tahap, yaitu tahap I adalah survei batimetri untuk menentukan Foot Of Slope (FOS) dengan menggunakan kapal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara dibiayai dari penerimaan negara yang berasal dari pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak

Lebih terperinci

Badai sandy yaitu sesuatu siklon tropis yang menerjang beberapa karibia, amerika serikat mid-atlantik serta timur laut pada akhir oktober 2012.

Badai sandy yaitu sesuatu siklon tropis yang menerjang beberapa karibia, amerika serikat mid-atlantik serta timur laut pada akhir oktober 2012. Badai sandy yaitu sesuatu siklon tropis yang menerjang beberapa karibia, amerika serikat mid-atlantik serta timur laut pada akhir oktober 2012. Badai ini adalah hurikan atlantik dengan diameter terbesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN PENDAHULUAN Menurut Bank Dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penting dalam bidang pertambangan. Hal ini ditunjukkan oleh fakta

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1879, 2014 KEMENHUB. Pelabuhan. Terminal. Khusus. Kepentingan Sendiri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 73 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini

Lebih terperinci