TELAAH SASTRA NOVEL BARUANG KA NU NGARORA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TELAAH SASTRA NOVEL BARUANG KA NU NGARORA"

Transkripsi

1 TELAAH SASTRA NOVEL BARUANG KA NU NGARORA D.K. Ardiwinata Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sastra Oleh Firmansyah Sastra Sunda FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011

2 BARUANG KA NU NGARORA KEBUDAYAAN MASYARAKAT SUNDA ABAD 19 (Oleh Firmansyah) D.K. Ardiwinata ( ) tokoh sastra Sunda pada zaman Balai Pustaka yang banyak menulis novel. Baruang ka nu Ngarora (1914) adalah novel pertama berbahasa Sunda yang ditulis oleh D.K. Ardiwinata. Selain itu ia pun menulis dongeng dan banyak menyadur karya-karya pengarang dunia. Pemikirannya yang terpenting adalah bahwa orang Sunda harus banyak menulis prosa ketimbang puisi (dangding) yang sering kali merusak bahasa karena hendak memenuhi aturan pupuh. Pada masa angkatan Balai Pustaka, banyak menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-tema inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu, begitupun dengan D.K. Ardiwinata, beliau mencoba memunculkan khazanah kehidupan masyarakat sunda dalam berbagai sisi pada novelnya yang berjudul Baruang Ka Nu Ngarora sebagai novel pertama berbahasa sunda. Novel Baruang Ka Nu Ngarora karya D.K. Ardiwinata secara nyata menggambarkan bahwa novel itu merepresentasikan kehidupan sosial budaya masyarakat Sunda abad ke-19. Representasi kehidupan sosial budaya masyarakat Sunda abad ke-19 yang muncul dalam novel Baruang Ka Nu Ngarora itu, antara lain dapat diketahui sebagai munculnya genre baru di dalam sastra Sunda, yaitu novel yang dapat menampung berbagai ide dan permasalahan yang muncul di masyarakat sebagai akibat adanya politik pemerintah kolonial yang mendatangkan karya-karya sastra Barat dalam bentuk terjemahan, dan munculnya modernitas yang di dalam novel ditandai dengan judul novel yang tidak memakai nama tokoh yang terlibat di dalam cerita, munculnya struktur novel seperti latar, tokoh, dan alur secara realis yang jelas menyebutkan nama, tempat, dan bahasa

3 yang digunakan di dalam novel yang menggunakan bahasa sehari-hari. Kehidupan sosial budaya lainnya yang terjadi di masyarakat Sunda pada abad ke-19 yang tergambarkan di dalam novel adalah adanya culturstelsel atau penanaman kopi secara besar-besaran yang dijalankan oleh saudagar-saudagar yang dibawahi pemerintah kolonial. Segi historis novel tersebut secara kental mengangkat latar belakang cerita lahirnya sastra Sunda modern, dan menggambarkan masyarakat Sunda pada zaman kultur-stelsel (penanaman kopi). Potret politik tentang kehidupan masyarakat Sunda pada zaman kolonial. Aset perekonomian yang berpusat pada perkebunan teh dan kopi yang terletak di wilayah pegunungan daerah Priangan realitas seperti itu tampak di dalam novel ini, terutama di bagian peristiwa saat Nyi Rapiah dan suaminya, Ujang Kusen tinggal di daerah Sekeawi yang terletak di lereng gunung perkebunan kopi. Berikut kutipan ringkas yang menggambarkan penggarapan latar belakang cerita yang berkaitan dengan kulturstelsel. Ari jol teh datang batur mah geus lila deui ngaralana kopi; kunu ngarekes mah geus kaporotan. Nyi Rapiah teu kira-kira kagetna nenjo kebon kopi kutan kitu, saluar-luar puncak pasir jeung lampinglamping gunung pinuh ku tangkal kopi, beres ngajajar turut paintang, di handapna lenang belening. Tangkalna aya nu sagede pingping, aya sagede bitis, ngan kebon baru anu laleutik keneh, kakara sagede indung suku atawa sagede leungeun budak, tapi geus baruahan. Buahna geus arasak beureum areuceuy, nu geus karolot pisan semu wungu. Nyi Rapiah ari nginum kopi mah remen nenjo, tapi ari nempo tangkal jeung buahna mah kakara harita. Sakur anu ngarala kopi, awewe-lalaki pada nyorendang kolanding atawa endog kadut. Ari ngarana sakur nu kahontal mah dipetik ti handap bae, tapi ari anu luhur ditarajean jeung nu laer make tangga. Lamun kolanding geus pinuh, tuluy dikana telebugkeun. Demi anu ngalana lolobana anu kuli bae, aturanana mertelu, sabagian ka nu ngala, anu dua bagian ka nu boga kebon. (D.K. Ardiwinata, 1950:99). Novel yang pertama kali diterbitkan tahun 1914 oleh penerbit Weltrevreden di Batavia (Jakarta) ini dari sisi mimetik mencoba menggambarkan dua lingkungan kehidupan masyarakat sunda pada masa lampau, yaitu lingkungan

4 bangsawan dan rakyat biasa. Dalam novel ini pula tergambar kebiasaan-kebiasaan pada zaman tersebut, yang masih kental dengan nuansa keagamaan yang sukar ditemui pada masa kini sebab sudah terpengaruh oleh arus globalisasi. Selain itu, dimunculkan pula kebiasaan zaman dulu yang pada masa kinipun masih sering dijumpai, yaitu kesewenang-wenangan yang akhirnya menimbulkan sikap ketidakpedulian terhadap hak-hak manusia. Masalah feodalisme dan kolonialisme yang berlaku pada saat itu terbayang secara nyata dalam novel ini. Struktur masyarakat yang membeda-bedakan manusia berdasarkan keturunan tercermin melalui tindakan dan sikap tokoh Aom Usman yang berhasil menikahi Nyi Rapiah setelah Nyi Rapiah meninggalkan Ujang Kusen, suaminya. Sebagai seorang bangsawan dan penguasa, Aom Usman dengan sesuka hatinya mengganggu istri orang tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain. Ia merasa berhak mendapatkan segala yang diinginkannya dan orang lain yang menjadi bawahannya harus patuh dan mengikuti segala kemauannya. Demikian pula setelah memperistri Nyi Rapiah, Aom Usman dengan seenaknya menyia-nyiakan istrinya. Tingkah polah Aom Usman terhadap Nyi Rapiah semakin menjadi saat ia ingin menikahi perempuan lain yang dinilainya sederajat dengan dirinya. Dengan sewenang-wenang, ia menggeser kedudukan Nyi Rapiah yang kehadirannya tidak mendapat tempat di kalangan keluarga karena Nyi Rapiah berasal dari rakyat biasa. Sikap Aom Usman yang seperti itu tampak dalam kutipan berikut. Ti harita kasukaanna Aom Usman ka Nyi Piah geus turun saperlima sarta datang manahna kieu, Kumaha behna bae Si Piah mah, daekeun bae dican-dung sukur, hente kajeun da sugan moal sakumaha kaedananana aing teh, sabab aya gantina (D.K. Ardiwinata, 1950:164). Novel ini berkisah tentang seorang manusia yang celaka dan sakit hati karena ulah istrinya yang gila hormat, harta, dan kedudukan, secara sederhana berikut ringkasan cerita novel Baruang Ka Nu Ngarora. Diawali dengan acara lamaran keluarga Ujang Kusen, anak Haji Samsudin, orang kaya di kampung Pasar, melamar Nyi Rapiah, anak Haji Abdul

5 Raup, orang yang tidak kalah kaya juga. Lamarannya diterima dengan suka cita, tidak lama mereka akhirnya menikah dengan pesta resepsi yang sangat mewah. Tapi pernikahan mereka tidak berjalan harmonis karena Aom Usman, anak seorang Demang, menginginkan Nyi Rapiah, sebelum resepsi penikahan Aom Usman mengutus Nyi Dampi seorang penjual pakaian keliling untuk menyampaikan keinginannya itu kepada Nyi Rapiah sehingga menimbulkan kebimbangan pada hati Nyi Rapiah setelah melihat foto Aom Usman. Walaupun Nyi Rapiah sudah menjadi istri orang lain. Aom Usman berani mengganggunya di hadapan suaminya. Kejadian demikian menyakitkan hati Ujang Kusen, tetapi ia tetap sabar. Setelah tujuh hari dirumah mempelai perempuan menurut adat sunda pada masa itu keduanya harus pindah ke rumah mempelai laki-laki. Menjelang Nyi Rapiah dibawa pindah oleh suaminya, Haji Abdul Raup memberi nasihat kepada anaknya tentang kebahagian rumah tangga. Hal yang sama dilakukan oleh Haji Samsudin saat menerima kedatangan anak dan menantunya. Dirumah mempelai laki-laki pun diadakan pesta resepsi yang tidak kalah mewah seperti di kediaman Nyi Rapiah. Diwaktu bersamaan Aom Usman mencari siasat untuk dapat menemui Nyi Rapiah. Salah seorang temannya mengusulkan Aom Usman untuk menemui Abdullah seorang perantara masalah-masalah seperti itu, dengan siasat Abdullah, Aom Usman berhasil menemui Nyi Rapiah. Ia menyatakan kehendaknya untuk memperistri Nyi Rapiah tapi nasi sudah menjadi bubur walaupun keduanya sama-sama saling mencintai, tapi Nyi Rapiah sudah menjadi Istri Ujang Kusen. Suatu hari Aom Usman secara sengaja lewat ke rumah Nyi rapiah dan memberikan senyuman kepada Nyi Rapiah. Hal itu dilakukan dihadapan Ujang Kusen sehingga timbul pertengkaran antara suami istri itu, tetapi mereka berbaikan kembali. Gerang merasa terus-menerus diganggu oleh Aom Usman, dan ketakutannya bila Nyi Rapiah direbut oleh Aom Usman, Ujang Kusen membawa istrinya pindah ke sebuah tempat yang jauh ke kampung Sekeawi tepatnya, letaknya berada dibawah lereng gunung. Di tempat itu dengan modal R 500 Ujang

6 Kusen giat bekerja melaksanakan amanah orang tuanya. Nyi Rapiah merasa sangat tidak betah tinggal di kampung itu, karena tidak biasa hidup susah seperti yang ia alami saat itu, selain itu karena ia selalu teringat kepada orang tuanya dan kepada Aom Usman yang hidup di kota. Aom Usman mengutus Abdullah untuk melarikan Nyi Rapiah. Nyi Rapiah yang sedang gundah bersedia untuk dilarikan. Sebelum pulang ke rumah orang tuanya untuk menghindari kecurigaan, Ia tinggal di rumah gulang-gulang bawahan Aom Usman. Aom Usman dan Nyi Rapiah bertemu dan sepakat untuk menikah setelah berhasil bercerai dari Ujang Kusen. Ujang Kusen sangat terkejut mengetahui istrinya melarikan diri. Ia menyusul ke kota tetapi mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari istri dan mertuanya. Walaupun ia sangat marah, hatinya tak hendak terlepas dari Nyi Rapiah. Untuk melampiaskan kekecewaannya, ia melakukan perbuatan tercela, bermain perempuan dan berjudi. Aom Usman mengirimkan Agan Ali seorang jawara pada masa itu kepada keluarga Ujang Kusen tujuannya untuk memaksa Ujang Kusen menceraikan Nyi Rapiah. ketidaberdayaanya melawan kehendak Aom Usman, serta karena paksaan oleh ayahnya yang merasa diinjak harga dirinya, dengan berat hati akhirnya Ujang Kusen menceraikan istrinya. Aom Usman menikah dengan Nyi Rapiah secara sembunyi-sembunyi. Orang tua Aom Usman tidak setuju sebab Aom Usman seharusnya beristrikan wanita bangsawan yang sederajat. Suatu hari Aom Usman disuruh oleh orang tuanya untuk menikah lagi dengan Agan Sariningrat, anak seorang wedana. Aom Usman menuruti titah orang tuanya karena Aom Usman pun menyukai Agan Sariningrat setelah melihat parasnya. Nyi Rapiah menerima nasibnya dimadu, ia merasa malu pada dirinya sendiri dan Ujang Kusen. Kedudukannya terdesak oleh Agan Sariningrat sebab ia hanya seorang perempuan biasa kebanyakan. Dilain pihak, peristiwa istrinya dilarikan orang lain dan terpaksa harus diceraikan itu sangat menusuk perasaan Ujang Kusen. Ia sangat terganggu hidupnya. Untuk melampiaskan kekecewaannya, ia berganti-ganti istri, tetapi tak

7 ada kepuasan sedikitpun yang dirasakannya, sebab ia selalu terpaut kepada sosok Nyi Rapiah. Akhirnya ia terjerumus ke dalam pelacuran dan perjudian, sampai orang tuanya mengusirnya dan tidak mau mengaku anak kepadanya. Kondisi Ujang Kusen kian hari kian buruk. Ketika keluarganya tidak ada dirumah, dengan tujuan untuk memperoleh bekal bagi pengembaraannya ia mencuri uang ayahnya. Ayahnya mengetahui hal itu. Dengan siasat ayahnya menyuruh menantunya untuk mengakui bahwa uang yang dicuri adalah uangnya, akhirnya Aom Usman ditangkap kemudian ia diadili dan mendapat hukuman penjara tetapi sebelumnya ia harus menjalani hukuman buang. Haji samsudin selaku orang tua Ujang Usman merasa terpukul dan menyesal atas perbuatannya sendiri. Dari ringkasan cerita tersebut dapat dijabarkan karakter atau watak tokohtokoh yang terdapat pada novel tersebut. Secara sederhana karakter Nyi Dampi tubuhnya langsing, tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek, kulit kuning kehijauan, wajahnya mendaun sirih, matanya bersinar, hidung mancung, bibir tipis merah merekah, pangkal lengan berisi, orangnya pendiam ciri perempuan anggun, taat pada orang tua, mudah terhasut, lemah, pembangkang. Berikut beberapa kutipan ringkas yang menggambarkan karakter Nyi Rapiah. Barang beh teh Nyi Dampi nenjo ka Nyi Rapiah datang ka bengong, bet jadi geulis kabina-bina, bijil cahya mani mancur, turug-turug geus lila teu papanggih. (D.K. Ardiwinata 1950:8). Cacakan mun teu sieun ku kolot sarta geus lepas hate meureun tetekadan (D.K. Ardiwinata 1950:11-12). Upama Nyai maksakeun maneh calik di dieu, engke matak ruksak salira matak kageringan. Wondening diserahkeun ku raka, keun bae, da anom keneh. Aom oge moal burung keresaeun mihukum ka Nyai. Bari ceuk akangmah mending carogean ka Aom, itu mah putra menak. Sugan bae aya darajat Nyai nepi ka bisa jadi Nyi Wadana atawa Nyipatih. (D.K. Ardiwinata 1950:113),, Wah, kadongdora rek nurutkeun soteh ayeuna. Ayeunamah geus kapalang, kieu enggeus. Anggur menta dibereskeun bae.,, Wah, kajeun teuing

8 masing dikungkung teu diawur, dicangcang teu diparaban oge; nurutkeun deui tea moal. Kumaha ari teu suka. (D.K. Ardiwinata 1950:139). Karakter Ujang Kusen yaitu, tampan, berbadan tegap, manis budi, keras kepala, bodoh, durhaka, tidak berpendirian. Berikut kutipan yang mendukung karakter tersebut.,, Sabab Ujang Kusen teh lain jelema jore-jore, tegep sarta manis budi (D.K. Ardiwinata 1950:24). ujang kusen oge nya kitu, banda bapana geus orot, dibongohan dipalingan, da sorangan mah tacan aya kaboga, pangala teu acan aya. (D.K. Ardiwinata 1950: ). Karakter Aom Usman menurut cerita tersebut, Angkuh, kasar tuturnya, ingin menang sendiri, jahat, sewenang-wenang patuh pada orang tua, penyayang.,,beu kacida teuing nepi ka disaha-saha! Moal enya heunteu nyaho, kapan kami ti sore di dieu, hayang papanggih jeung manehna; (D.K. Ardiwinata 1950:65-66).,, Abdullah, silaing pangdiala teh ku dewek rek dipentaan tulung. Dewek teh ku hayang ka Nyi Rapiah pasar tea. Akalnamah kumaha silaing bae. Lamun ka bisa beunang, rasakeun bae pamales dewek ka silaing. (D.K. Ardiwinata 1950:16). pamales kami ka manehna, taya deui kajaba ti ngan ngadoakeun,mugamuga masing lulus-runtut laki-rabi, panjang-punjung reuay anak, peungpeuriheun kami sakieu sipatna. (D.K. Ardiwinata 1950:68). Karakter kedua orang tua Nyi Rapiah dan Ujang Kusen yaitu haji Samsudin dan istrinya serta haji Abdul Roup dan istrinya pada dasarnya samasama sangat penyayang terhadap anak banyak kutipan yang mendukung karakter tersebut sehingga terlalu menyita waktu untuk dituangkan dalam analisis ini. Tokoh berikutnya yaitu Nyi Dampi, Abdullah dan Agan Ali. Ke-3 tokoh ini sangat berperan penting dalam alur cerita kehadiran mereka perlu untuk

9 dimunculkan sebagai karakter penghasut, komersial mencari keuntungan diatas penderitaan orang lain. Beberapa kutipan dibawah ini menggambarkan tokoh ke3nya sesuai dengan watak masing-masing. Rasa embi mah geus aduna pisan, nu geulis ka nu kasep (D.K. Ardiwinata 1950:12). Nyi Dampi amit, tuluy balik gura-giru sarta atoh, dumeh nampa ladang samping, batina gede. (D.K. Ardiwinata 1950:12). Upama Nyai maksakeun maneh calik di dieu, engke matak ruksak salira matak kageringan. Wondening diserahkeun ku raka, keun bae, da anom keneh. Aom oge moal burung keresaeun mihukum ka Nyai. Bari ceuk akangmah mending carogean ka Aom, itu mah putra menak. Sugan bae aya darajat Nyai nepi ka bisa jadi Nyi Wadana atawa Nyipatih. (D.K. Ardiwinata 1950:113) Agan Ali badan tegap, tinggi, muka garang, jagoan. Kutipan yang mendukung karakter Agan Ali,,,jelema dedeg jangkung luhur, borongsot bade amprotan, tukang gelut padjadjaran, purah neunggeulan jelema; (D.K. Ardiwinata 1950:149). Itulah karakter beberapa tokoh yang perlu dikaji, selain dari pada tokoh tersebut masih banyak tokoh pendukung yang cukup berpengaruh terhadap alur akan tetapi tidak terlalu penting untuk diperbincangkan. Bergeser ke setting novel tersebut, dalam novel ini latar atau setting sudah jelas tergambar diawal cerita Malem Senen tanggal 14 bulan Hapit 1291 di bumina tuan Haji Abdul Raup, di kampung Pasar, haneuteun pisan, teu cara sasari kawas aya perkara nu aneh. Tingkeban dibuka, lampu kabeh diseungeut, mani caang marakbak; tengah imah dikeput ku alketip. Di da-pur jelema pasuliwer, semu nu keur urus-urus popolah. Jelema nu ngaliwat loba nu ngarandeg, bari ngomong di jero atina, Aya naon di bumi tuan Haji, bet haneuteun teuing? (D.K. Ardiwinata 1950:1) Kutipan tersebut secara jelas menunjukkan waktu terjadinya peristiwa, yaitu pada tanggal 14 Hapit 1291 atau 23 Desember 1874.

10 Unsur pragmatik dalam novel ini cendrung dalam kehidupan para tokohnya dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Bahasa sehari-hari di sini artinya bahasa yang dipakai masyarakat Sunda dalam kehidupan realitas seharihari pada saat itu. Oleh karena itu, di dalam novel itu sangat jarang ditemukan bahasa yang berbunga-bunga sebagaimana genre karya tradisional. Keunikan sisi pragmatik dari novel ini, meskipun bahasanya masih menggunakan ejaan lama tapi sangat mudah dipahami ketimbang ejaan yang sudah disempurnakan. Amanat yang terkandung dalam novel ini sudah tak terhitung lagi banyaknya, mungkin karena novel ini dibuat secara realitas diambil dari kehidupan masyarakat sunda, sehingga setiap alur mempunyai kandungan amanat yang akan menghabiskan waktu bila dimunculkan dalam analisis ini. Dari keseluruhan mungkin kutipan ini mewakili amanat yang terkandung dalam novel ini kitu tungtungna jelema nu ngalajur napsu matak sangsara kana diri, nyusahkeun ka kolot-kolot. (D.K. Ardiwinata 1950:187) Yang dapat diartikan, akhir yang diperoleh dari orang-orang yang suka mengumbar nafsu menyusahkan pribadi manusia sendiri dan menyusahkan orang tua, serta orang-orang disekeliling.

11 DAFTAR PUSTAKA Ardiwinata, daeng kanduan Baruang Ka Nu Ngarora.Jakarta: Balai Pustaka Danadibrata, R.A Kamus Basa Sunda. Bandung: PT Kiblat Buku Utama Rizal, Syamsul Antropologi. Jakarta: Widya Utama Mustopo Habib, dkk Sejarah. Jakarta: Yudhistira Somad Adi Abdul, dkk Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia. Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Yeni Mulyani Supriatin. Balai Bahasa Bandung, Jalan Sumbawa No. 11 Bandung, Telepon ,

Yeni Mulyani Supriatin. Balai Bahasa Bandung, Jalan Sumbawa No. 11 Bandung, Telepon , BARUANG KA NU NGARORA: REPRESENTASI PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT SUNDA ABAD XIX Baruang Ka Nu Ngarora: A Representation of Social Changes in Sundanesse Community in the 19 th Century Yeni Mulyani Supriatin

Lebih terperinci

TRILOGI NOVEL MARITO

TRILOGI NOVEL MARITO TRILOGI NOVEL MARITO Izinkan Aku Memelukmu Ayah Dalam Pelarian Ketika Aku Kembali Marito, terlahir sebagai perempuan di suku Batak. Ia memiliki empat kakak perempuan. Nasibnya lahir di masa terpelik dalam

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IMPLIKATUR PERCAKAPAN PENCETUS HUMOR PADA TUTURAN SI KABAYAN,SATU TOKOH JENAKA FOLKLOR SUNDA

IDENTIFIKASI IMPLIKATUR PERCAKAPAN PENCETUS HUMOR PADA TUTURAN SI KABAYAN,SATU TOKOH JENAKA FOLKLOR SUNDA IDENTIFIKASI IMPLIKATUR PERCAKAPAN PENCETUS HUMOR PADA TUTURAN SI KABAYAN,SATU TOKOH JENAKA FOLKLOR SUNDA Ypsi Soeria Soemantri FIB Universitas Padjadjaran ypsi.soerias@yahoo.com Abstrak Si Kabayan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam metodologi penelitian ini, terdapat metode penelitian, sumber dan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam metodologi penelitian ini, terdapat metode penelitian, sumber dan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam metodologi penelitian ini, terdapat metode penelitian, sumber dan korpus data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan instrumen penelitian. Untuk penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni yang merekam kembali alam kehidupan, akan tetapi yang memperbincangkan kembali lewat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2 1. Bacalah kutipan cepen berikut! Pagi hari ini adalah hari pertama di Kota Yogyakarta buat seorang Revanda. Dia dan keluarganya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan

Lebih terperinci

Awalnya aku biasa saja tak begitu menghiraukannya, karena aku menganggap, dia sedang melampiaskan

Awalnya aku biasa saja tak begitu menghiraukannya, karena aku menganggap, dia sedang melampiaskan Pernikahan Bapakku adalah seorang guru agama dan lumayan dikenal sebagai orang yang alim di lingkungan sekitar. karena risih dan merasa khawatir, setiapku pulang ke rumah selalu ada yang mengantar (seorang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. struktural adalah menjelaskan sedetail mungkin unsur-unsur pembangun sebuah

BAB V PENUTUP. struktural adalah menjelaskan sedetail mungkin unsur-unsur pembangun sebuah BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Novel Jemini karya Suparto Brata terbit pada tahun 2012. Pada penelitin ini novel dianalisis dengan menggunakan teori struktural. Tujuan dari analisis struktural adalah menjelaskan

Lebih terperinci

SUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA

SUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA RESENSI BUKU SUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA Nia Kurnia Balai Bahasa Jawa Barat, Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung 40113, Telepon: 081321891100, Pos-el: sikaniarahma@yahoo.com Identitas Buku Judul Novel Pengarang

Lebih terperinci

Judul resensi Feromon Cinta

Judul resensi Feromon Cinta Judul resensi Feromon Cinta Judul novel : Imaji Dua Sisi Penulis : Saiful Anwar (biasa dipanggil Sayfullan) Penerbit : de TEENS Sampangan Gg. Perkutut no.325-b, Jl. Wonosari, Baturetno Banguntapan Jogjakarta

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

VII. WANDA JEUNG FUNGSI KALIMAH

VII. WANDA JEUNG FUNGSI KALIMAH VII. WANDA JEUNG FUNGSI KALIMAH A. TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mibanda pangaweruh anu jugala ngeunaan wanda, sipat, jeung fungsi kalimah dina basa Sunda. Tujuan husus anu kudu kahontal tina ieu pangajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 1. Bacalah dengan seksama penggalan novel berikut! SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 Ketika pulang, pikirannya melayang membayangkan kejadian yang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan 324 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melalui tahap analisis, sampailah kita pada bagian simpulan. Simpulan ini akan mencoba menjawab dua pertanyaan besar pada awal penelitian, yakni Bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

Jurnal TUTUR, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 ASOSIASI PENELITI BAHASA-BAHASA LOKAL (APBL)

Jurnal TUTUR, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 ASOSIASI PENELITI BAHASA-BAHASA LOKAL (APBL) PENGGUNAAN FATIS AEH, EUH, DAN IH PADA PERCAKAPAN ANTARTOKOH DALAM TIGA NOVEL BERBAHASA SUNDA: KAJIAN STRUKTUR DAN PRAGMATIK Wahya wahya.unpad@gmail.com Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Muhamad

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

Undak Usuk Basa. (speech level) Drs. Dede Kosasih, M.Si.

Undak Usuk Basa. (speech level) Drs. Dede Kosasih, M.Si. Undak Usuk Basa (speech level) Drs. Dede Kosasih, M.Si. Sajarah Undak usuk basa Sunda Para ahli basa Sunda sapamadegan yén ayana undak usuk basa Sunda téh dipangaruhan ku kabudayaan Jawa (Mataram) dina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN MASALAH BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan dimana laki-laki lebih diunggulkan dari perempuan. Seorang perempuan berlaku lemah lembut dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. perempuan single parent terhadap anak. Sebelumnya penulis menguraikan terlebih

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. perempuan single parent terhadap anak. Sebelumnya penulis menguraikan terlebih BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan membahas temuan hasil penelitian tentang peran perempuan single parent terhadap anak. Sebelumnya penulis menguraikan terlebih dahulu gambaran umum tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya di masyarakat yang penuh dengan berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan suatu acara adat perkawinan atau hajatan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya yang imajinatif, baik berupa lisan maupun tulisan. Fenomena yang terdapat di dalam karya sastra ini merupakan gambaran suatu budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 11. KETERAMPILAN BERSASTRALatihan Soal 11.4

SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 11. KETERAMPILAN BERSASTRALatihan Soal 11.4 SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 11. KETERAMPILAN BERSASTRALatihan Soal 11.4 1. Perhatikan penggalan hikayat berikut ini untuk menjawab soal nomor 1 dan 2! Maka segera diusirnya, akan Laksamana

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Ada 81 buah idiom yang digunakan dalam novel Ayah karya Andrea

BAB IV PENUTUP. 1. Ada 81 buah idiom yang digunakan dalam novel Ayah karya Andrea BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. 1. Ada 81 buah idiom yang digunakan dalam novel Ayah karya Andrea Hirata, yaitu 1) gurat nasib, 2) kucing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009 86 BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap citra tokoh anak yang ditampilkan dalam tujuh cerpen yang dimuat dalam jurnal Prosa edisi Yang Jelita yang Cerita, didapat kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 29 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam menjalani kehidupannya manusia selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sepanjang pengamatan peneliti, tidak ditemukan penelitian yang membahas nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan

Lebih terperinci

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA 63 BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA Fenomena mobilitas penduduk perempuan ke luar desa sebenarnya bukanlah merupakan suatu fenomena yang dianggap tabu oleh penduduk Desa

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.11

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.11 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.11 1. Kemarin, Hana menerima undangan dari Ibu guru Santi. Bu Santi akan merayakan pesta ulang tahun ke-26 pada sabtu ini. Sekarang baru

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan dapat disimpulkan dari cerpen Indonesia pengarang perempuan dekade 1970-2000-an beberapa hal berikut. Struktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga kehidupannya dengan bahasa sebagai media penyampaiannya. Sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Psikologi berasal dari kata Yunani, psycheyang berarti jiwa dan logosyang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan (Jaenudin, 2012:1). Psikologi terus berkembang seiring

Lebih terperinci

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang SUPLEMEN MATERI KHOTBAH PELKAT 10 11 MARET 2017 Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah Tanggal Penulisan: 80-95 M Latar Belakang YOHANES 4 : 27 54 Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN 1.1 Gambaran R, S, dan N dampak perceraian orang tua terhadap remaja Gaya hidup dalam kehidupan anak remaja masa kini mungkin sudah tidak karuan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia) menyatakan dalam Artikel Sastra

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Budaya Feodalisme Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu berorientasi pada atasan, senior, dan pejabat untuk menjalankan suatu kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari-

I. PENDAHULUAN. penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari- I. PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG Seperti halnya masalah sosial lainnya, fenomena Sekkusu shinai shokogun ini turut memberi dampak

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Desain Title Untuk desain title, penulis menggunakan font " Bird of Paradise" yang dekoratif untuk memunculkan kesan melodi yang mengalir. Judul dibuat bergelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan.

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan salah satu bentuk media yang digunakan untuk menerjemahkan ide-ide pengarang. Di dalam karya sastra, pengarang merefleksikan realitas yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Orang dapat mengetahui nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa yang bersifat estetik (dalam arti seni), hasilnya

Lebih terperinci

BAB I NOVEL SUNDA Pengantar

BAB I NOVEL SUNDA Pengantar BAB I NOVEL SUNDA Pengantar Rekan-rekan, selamat bergabung kembali bersama kami dalam Materi Pembelajaran Sastra Daerah (Sunda) Modern. Materi ini merupakan lanjutan dari Materi Pembelajaran Sastra Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB III MÉTODE PANALUNGTIKAN. 3.1 Desain jeung Sumber Data Panalungtikan. Ieu panalungtikan ngagunakeun métode kuasi ékspérimén.

BAB III MÉTODE PANALUNGTIKAN. 3.1 Desain jeung Sumber Data Panalungtikan. Ieu panalungtikan ngagunakeun métode kuasi ékspérimén. BAB III MÉTODE PANALUNGTIKAN 3.1 Desain jeung Sumber Data Panalungtikan 1) Desain Panalungtikan Ieu panalungtikan ngagunakeun métode kuasi ékspérimén. Ékspérimén mangrupa métode panalungtikan anu produktif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN BEKERJA UNTUK YANG KECANDUAN REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN Setiap reformasi yang benar mendapat tempat dalam pekerjaan keselamatan dan cenderung mengangkat jiwa kepada satu kehidupan yang baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Keadaan tersebut mengakibatkan adanya kontak bahasa sehingga. pengaruh bahasa lain masuk ke dalam bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Keadaan tersebut mengakibatkan adanya kontak bahasa sehingga. pengaruh bahasa lain masuk ke dalam bahasa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat terbuka. Bahasa ini mampu menerima unsur-unsur asing maupun daerah sehingga semakin memperkaya kosakata yang dimiliki

Lebih terperinci

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1 Abstrak Pandangan ketiga tokoh utama wanita tentang emansipasi dalam novel Tiga Orang Perempuan ada yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. Kejadian-kejadian yang menjerumus pada kekerasan, seolah menjadi hal yang biasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Gambar 1.1 Permukaan Bulan Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan bulan saat malam hari, membuat malam menjadi

Lebih terperinci

Rahasia Perempuan http://meetabied.wordpress.com Tempat Belajar Melembutkan Hati 1 PERBEDAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN Berikut ini beberapa perbedaan laki-laki dan perempuan yang saya ambil dari buku : Perempuan,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasar pada hasil penelitian dan analisis data mengenai struktural, keterjalinan unsur-unsur, nilai pendidikan, dan relevansi dalam kumpulan cerkak Lelakone

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada hakikatnya cerminan dari kehidupan yang tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat yang mengambil pengalaman

Lebih terperinci

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

Konflik Psikis pada Tokoh-Tokoh Wanita dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha Karangan Suparto Brata (tinjauan psikologi sastra)

Konflik Psikis pada Tokoh-Tokoh Wanita dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha Karangan Suparto Brata (tinjauan psikologi sastra) Konflik Psikis pada Tokoh-Tokoh Wanita dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha Karangan Suparto Brata (tinjauan psikologi sastra) Oleh: Eko Oktiana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa ekaoktiana88@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan karya sastra banyak mengangkat kisah tentang kehidupan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan karya sastra banyak mengangkat kisah tentang kehidupan sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah karya yang dapat menghibur sekaligus dapat memberikan pelajaran hidup kepada para penikmatnya. Hal tersebut dikarenakan karya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial

BAB V PENUTUP. A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial Berbagai tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pernah dialami oleh lima orang mantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam (intrinsik) dan luar (ekstrinsik). Pada gilirannya analisis pun tidak terlepas dari kedua

Lebih terperinci

Oleh: Windra Yuniarsih

Oleh: Windra Yuniarsih Puncak Kebahagiaan Oleh: Windra Yuniarsih Perempuan adalah makhluk yang istimewa. Aku merasa beruntung dilahirkan sebagai perempuan. Meskipun dari keluarga sederhana tetapi kakiku dapat membawaku ke tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya.

Lebih terperinci