BAB V PENUTUP. struktural adalah menjelaskan sedetail mungkin unsur-unsur pembangun sebuah

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Novel Jemini karya Suparto Brata terbit pada tahun Pada penelitin ini novel dianalisis dengan menggunakan teori struktural. Tujuan dari analisis struktural adalah menjelaskan sedetail mungkin unsur-unsur pembangun sebuah karya sastra. Unsur-unsur tersebut terdiri dari fakta-fakta cerita dan sarana-sarana sastra dan menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan. Selain itu pada penelitian ini pun dianalisis mengenai amanat yang terkandung di dalam novel Jemini. Berdasarkan uraian dari bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Novel Jemini karya Suparto Brata merupakan salah satu karya sastra yang mengangkat tema mengenai kawin paksa yang dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya. Hal ini dapat dilihat pada episode ketika Semi dan Wagiman memaksa Jemini untuk kawin dengan prajurit yang berasal dari tangsi Sambongan. 2. Novel Jemini dibangun dari unsur-unsur pembentuk cerita yang saling berkaitan. Pada penelitian ini, seluruh unsur tersebut dianalisis dengan menggunakan teori struktural. Fakta cerita terdiri dari: karakter, latar, alur, dan tema. Sedangkan sarana sastra terdiri dari: judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme, dan ironi.

2 3. Pemberian judul novel diambil dari salah satu tokoh sentral di dalam novel, yaitu Jemini. Tokoh Jemini merupakan tokoh sentral pada novel tersebut. Hal ini dikarenakan tokoh Jemini selalu berhubungan dengan tokoh lain pada setiap episode cerita. Tokoh lain tersebut antara lain: Wagiman, Semi, Oom Piet, Urip, Siti, Wak Talib, Radian, dan Kadinah. 4. Latar yang muncul pada novel Jemini cukup bervariasi. Latar tempat antara lain: Kompleks Tangsi Surabaya yang terdiri dari Rumah Dinas Wagiman, Kampung Landa, Dapur Umum, dan Kamar Mandi Umum. Selain itu juga ada Tangsi Sambongan, Tangsi Betawi (Jagalan), Stasiun Pasar Senen, Stasiun Padalarang, Tangsi Batujajar, Rumah Raden Kartakusumah, Kantin Ibu Semi, Kampung Gatotan, Tangsi Batujajar, dan Pelabuhan Tanjungpriuk. Untuk latar waktu, antara lain: tanggal dua puluh lima, satu bulan lamanya Jemini di rumah Raden Kartakusumah, sebulan sekali setiap tanggal dua puluh enam, hari Minggu dengan adanya acara matinéé, pada suatu hari, pagi hari, bulan Oktober musim kemarau, dan malam hari. Latar suasana yang tergambar pada novel Jemini antara lain: suasana meriah perkawinan Jemini dengan Urip, suasana menegangkan dan panas pada malam hari di awal perkawinan Jemini dengan Urip, suasana menyedihkan dan memilukan ketika Jemini disiksa oleh Radian, suasana bimbang dan bingung untuk menentukan arah tujuan ketika Jemini meninggalkan tangsi Betawi (Jagalan), dan akhirnya menuju Padalarang, suasana sedih ketika Jemini dimarahi oleh Wagiman karena meninggalkan

3 Radian tanpa pamit, suasana sedih Oom Piet Coertszoon ketika putus dengan tunangannya Marie Wevers, suasana sedih Oom Piet Coertszoon ketika belum mendapatkan izin atasannya untuk mengawini Jemini, suasana kesedihan Siti ketika ditanya Jemini tentang anak-anaknya yang dibawa Oom Slompret kembali ke Belanda, suasana sedih Kadinah ketika akan melahirkan, ia meminta Jemini mendatangkan Siti untuk menunggui kelahiran anaknya, suasana kegembiraan Oom Piet Coertszoon karena akhirnya atasannya mengizinkan ia mengawini Jemini selanjutnya pesta perkawinan keduanya di Gereja, suasana gelisah Jemini ketika menantikan kedatangan kembali Oom Piet Coertszoon dari Belanda, dan yang terakhir suasana haru ketika melihat Oom Piet tiba dari Belanda di Pelabuhan Tanjungpriuk. 5. Alur pada novel Jemini termasuk lurus/maju. Dilihat dari kuantitas alurnya novel ini beralur tunggal, karena ceritanya berpusat pada tokoh utama saja, yaitu Jemini. Dilihat dari segi kuantitasnya, novel Jemini memiliki alur tunggal sebab ceritanya berpusat pada tokoh utamanya, yaitu Jemini. Sedangkan dari kualitas alurnya maka novel ini beralur renggang/longgar, karena peristiwa di dalam novel terdapat digresi-digresi. Akan tetapi degresi tersebut muncul untuk menunjukkan kejelian Suparto Brata dalam menguasai sebuah permasalahan. Adapun dilihat dari akhir ceritanya novel ini beralur tertutup, sebab pada akhir cerita tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan mengenai penyelesaian cerita dari novel Jemini tersebut.

4 6. Sudut pandang pada novel Jemini menggunakan metode orang ketiga atau gaya dia. Pengarang menyebutkan nama para tokoh yang muncul di dalam novel Jemini. Maka dengan metode orang ketiga ini, pengarang dapat menjelaskan isi cerita dengan sebebas-bebasnya. 7. Pengarang novel Jemini, yaitu Suparto Brata menggunakan beberapa gaya bahasa di dalam novel karyanya itu. Gaya bahasa tersebut antara lain: antitesis, repetisi, paradoks, hiperbol, simile atau persamaan, klimaks, dan anti klimaks. Selain itu, gaya humor pun diselipkan pula oleh Suparto Brata di dalam novel Jemini. 8. Simbolisme merupakan salah satu bagian dari sarana sastra. Simbolisme pada novel Jemini adalah upacara slametan Jemini ketika dirinya mengalami masa menstruasi. Selain itu pada acara perkawinan Jemini dan Urip diadakan acara tradisi Tayuban. Kedua peristiwa tersebut masuk ke dalam simbolisme. 9. Pada umumnya ironi didefinisikan sebagai suatu pernyataan yang berlawanan dengan apa yang diharapkan. Ironi yang muncul pada novel tersebut adalah ketika Jemini menerima lamaran Urip maupun Radian. Jemini sesungguhnya belum siap berumah tangga dengan kedua lelaki tersebut. Akan tetapi karena paksaan dari orangtuanya, akhirnya Jemini menerima lamaran tersebut. 10. Pesan/amanat yang ingin diungkapkan pengarang kepada pembaca dapat tersampaikan melalui novel tersebut. Amanat yang terkandung antara lain: a. Pentingnya pendidikan bagi orangtua dan anak

5 b. Orangtua seharusnya melindungi dan menjaga anaknya, bukan menjerumuskannya dengan melakukan praktik kawin paksa. c. Seburuk apapun tingkah laku anak, orangtua akan selalu memaafkan dan menerimanya kembali. d. Baik buruk seseorang tidak berdasarkan warna kulit. e. Jagalah selalu nama baik keluarga terutama orangtua. f. Jadilah anak yang berbakti kepada kedua orangtua. g. Roda kehidupan itu selalu berputar, terkadang di atas tetapi terkadang juga bisa di bawah. h. Setelah penderitaan akan datang kebahagiaan jika sabar dan tawakal menjalaninya. i. Cinta sejati akan datang diwaktu yang tepat. j. Jangan suka mengumbar hawa nafsu dunia semata. Demikianlah kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini dengan objek kajian novel Jemini karya Suparto Brata. 5.2 KRITIK DAN SARAN Pada novel Jemini diceritakan tentang seorang perempuan Jawa yang masih kecil namun dirinya sudah dipaksa kawin dan berumah tangga dengan seorang lelaki pilihan orangtuanya. Jemini yang masih kecil tidak paham bagaimana cara menjadi seorang istri yang dapat melayani suami dengan baik. Dengan adanya fenomena seperti itu, maka muncul beberapa gagasan saran mengenai sifat yang sebaiknya dimiliki seorang istri maupun suami. Saran adalah

6 pendapat, usul, ajaran atau cita-cita yang dimaksudkan untuk dipertimbangkan. Saran tersebut dikutip dari buku Unsur Ajaran dalam Sastra Jawa tulisan Titi Mumfangati dengan judul Unsur Ajaran dalam Serat Wangsalan Silaning Akrama tentang keutamaan seorang suami maupun istri. Keutamaan tersebut dapat menciptakan kehidupan rumah tangga yang baik. Adapun keutamaan tersebut antara lain : Keutamaan seorang suami : 1. Roman muka yang ramah dan jernih yang akan membuat istri menjadi rukun karena terpuaskan kehendaknya, sehingga tidak ada perasaan saling iri hati. 2. Tutur kata yang halus, tetapi tegas tidak ragu-ragu sehingga menimbulkan rasa cinta dan puas serta tidak ada tuntutan. Dengan kata lain, budi bahasa yang lembut akan menyenangkan bagi orang yang berada di dekatnya. 3. Pintar merawat diri supaya tampak pantas dan luwes dalam penampilan (pandai berbusana). Dengan selalu berpenampilan bersih, rapi, dan wangi akan membuat istri merasa nyaman berada di dekatnya. 4. Pandai mematut diri, selalu berperilaku menarik sehingga membuat istrinya berbesar hati dan dapat dipercaya. Dengan demikian istri pun akan sepenuhnya percaya kepada suami. 5. Pandai membujuk rayu, berkata-kata yang manis dan lemah lembut agar segala kehendaknya dipatuhi oleh istrinya (pandai bermain

7 asmara). Dengan demikian istri pun akan dengan senang hati mematuhi segala kehendak suami. 6. Mempunyai kemampuan dalam segala hal, yaitu dalam hal olah asmara. Apabila istri mendapat kepuasan dalam berolah asmara, maka istri akan merasa mantap seumur hidup karena terpenuhi kehendaknya. Oleh karena itu, seorang istri merasakan kepuasan seperti itu akan rela berbakti seumur hidup (Mumfangati, 2013: ). Keutamaan seorang istri : 1. Pintar berperilaku dengan roman wajah yang tenag, bijaksana, dan luhur (berperasaan tajam). Dengan cara seperti itu istri akan mampu menentramkan suaminya. 2. Bertutur kata yang baik dan halus. 3. Berwatak rela, berwajah selalu cerah memperlihatkan persetujuan (tulus ikhlas). Hal ini akan menjadikan suami semakin penuh perhatian. 4. Roman muka yang jernih, segala gerak-geriknya penuh waspada, sehingga suami akan semakin terpikat karena wajahnya selalu cerah. 5. Patuh kepada segala perintah dan kehendak suami (taat kepada suami). Dengan berperilaku patuh kepada suami diharapkan cinta kasih suami akan tercurah sepenuhnya. 6. Memiliki sifat bijaksana, sempurna sifatnya dan mempunyai rasa puas (pandai melayani suami). Hal itu yang akan membuat kehidupan rumah tangga menjadi bahagia (Mumfangati, 2013: ).

8 Demikianlah kritik dan saran sifat-sifat yang sebaiknya dimiliki oleh suami istri supaya dapat menjalankan kehidupan berumah tangga dengan baik.