BAB II LANDASAN TEORI. dua arah. Mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. dua arah. Mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Al-Quran dengan Metode Iqro 1. Pembelajaran Al-Qur an Menurut Saiful Sagala, pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan azaz pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. 12 Dengan kata lain pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional mengacu pada pengertian sebagai seperangkat komponen, antara lain tujuan, bahan atau materi, guru, siswa, metode, alat dan penilaian atau evaluasi. Agar tujuan tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerja sama. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan evaluasi saja tapi ia harus memperhatikan komponen secara 12 Romayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h

2 14 keseluruhan.13 Demikian pembelajaran Al-Qur'an tidak dapat terlepas dari komponen tersebut. Adapun komponen-komponen diatas adalah: a. Tujuan Pembelajaran Tujuan dalam proses pembelajaran merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan yang berfungsi sebagai indicator keberhasilan pembelajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa setelah ia menyelesaikan kegiatan belajar. Isi tujuan pembelajaran pada hakekatnya adalah hasil belajar yang diharapkan. Dalam setiap tujuan pengajaran bersifat umum maupun khusus, umumnya berkisar pada 3 jenis. 1) Tujuan kognitif, tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan. 2) Tujuan afektif, tujuan yang berhubungan dengan usaha membaca, minat, sikap, nilai dan alasan. 3) Tujuan psikomotorik, tujuan yang berhubungan dengan ketrampilan berbuat untuk menggunakan tenaga, tangan, mata, alat indra dan sebagainya Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h Ahmad Rohani dan Abu Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.100

3 15 b. Bahan/ Materi pembelajaran Meskipun pelajaran adalah merupakan isi dari kegiatan belajar mengajar. Bahan pelajaran ini diharapkan dapat mewarnai tujuan, mendukung tercapainya tujuan atau tingkah laku yang diharapkan siswa. Adapun materi pelajaran yang lazim diajarkan dalam proses belajar mengajar membaca al-qur an, adalah: 1) Pengertian huruf hijaiyah yaitu huruf arab dari alif sampai denganya. 2) Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifatsifathuruf. 3) Bentuk dan fungsi tanda baca. 4) Bentuk dan fungsi tanda berhenti baca (waqof) 5) Cara membaca Al-Qur an. 15 c. Guru/ Ustadzah Guru merupakan tempat yang sentral yang keberadaannyamerupakan penentu bagi keberhasilan pendidik dan pengajar. Tugasguru secara umum ialah menyampaikan perkembangan seluruh potensisiswa semaksimal mungkin (menurut agama Islam) baik potensipsikomotorik, kognitif, maupun potensi afektif. Tugas ini tidaklahgampang, perlu didikasi yang tinggi dan penuh tanggung jawab. Menurut Nur Uhbiyati seorang guru harus memenuhi criteria 15 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, (Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam), h.70

4 16 sebagai berikut: 1) Harus mengerti ilmu mendidik dengan sebaik-baiknya, sehinggasegala tindakannya dalam mendidik disesuaikan dengan jiwa anakdidik. 2) Harus memiliki bahasa yang baik dengan menggunakan sebaik mungkin, sehingga dengan bahasa itu anak tertarik pada pelajarannya. dan dengan bahasa itu dapat menimbulkan perasaan halus pada anak. 3) Harus mencintai anak didiknya, sebab cinta senantiasa mengandung arti menghilangkan kepentingan sendiri untuk kepentingan orang lain. 16 d. Siswa/ Santri Siswa adalah setiap orang yang menerima pengaruh dariseseorang atau kelompok orang yang menjalankan kegiatan kependidikan, siswa merupakan unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif ia dijadikan sebagai pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran, siswa adalah "kunci" yang menentukan terjadimya interaksi edukatif dalam rangka mempersiapkan potensinya. Sedangkan bagi peserta didik juga berlaku pada dirinya tugas dan 16 Nur Uhbiyah, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), h.146

5 17 kewajiban, ada 4 yang perlu diperhatikan oleh peserta didik. 1) Peserta didik harus mendahulukan kesucian jiwa. 2) Peserta didik harus bersedia untuk mencari ilmu pengetahuan, sedia untuk mencurahkan segala tenaga, jiwa dan pikirannya untuk berkonsentrasi pada ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. 3) Jangan menyombongkan diri dengan ilmu yang telah dipelajarinya. ini sebagai salah satu syarat untuk dapat mendapat ilmu yang manfaat. 4) Peserta didik harus dapat mengetahui didalam ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. 17 e. Metode Pembelajaran Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Adapun metode mengajar yang dapat diterapkan guru dalam proses belajar mengajar al-qur an akan kita ketahui dari pendapat ahli pendidikan agama, yaitu: Mahmud Yunus dalam bukunya, metodik khusus pengajaran al- Qur an (bahasa arab), menyatakan bahwa metode pengajaran al-qur'an adalah: 17 Ahmad Rohani dan Abu Ahmed, Pengelolaan Pengajaran, h.110

6 18 1) Metode Abjat/ metode lama (alif, ba, ta) 2) Metode Suara 3) Metode Kata-kata 4) Metode Kalimat 18 Kemudian menurut H. M. Syariati Ahmad, metode membaca dalam pembelajaran al-qur'an pada tingkat awal, Antara lain: a) Thariqat Alif. Ba, ta (Metode Alphabet) sama metode abjad yang dikemukakan oleh Mahmud Yunus. b) Thariqat Shautiyah (Metode Bunyi) metode ini dimulai dengan bunyi huruf bukan nama huruf, lalu disusun menjadi suku kata, kalimat yang benar. Thariqat Musyafahah (Metode Meniru) yaitu dari mulut ke mulut, mengikuti bacaan sampai hafal, dengan cara mengucapkan langsung tanpa ada pikiran untuk menguraikan bagian-bagian atau huruf-hurufnya. c) Thariqat Jamaiyah (Campuran) guru diharapkan kebijaksanaannya dalam mengajarkan membaca kemudian mengamalkan kebaikankebaikan dari metode tersebut. 19 f. Alat Pengajaran Alat pengajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pengajaran. 18 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta:Hida Karya Agung, 1983), h.6 19 Syariti Ahmad, Pedoman Penyajian Al-Qur an Bagi Anak-anak, (Jakarta: Binbaga Islam, 1984), h.23

7 19 alat pengajaran ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain: 1) Alat pengajaran individual, yaitu alat-alat yang dipergunakan oleh masing-masing murid, misalnya buku-buku pegangan, buku-buku persiapan guru dan lain sebagainya. 2) Alat pengajaran klasikal, yaitu alat-alat pengajaran yang dipergunakan guru bersama-sama dengan muridnya, misalnya, papan tulis, kapur tulis dan lain sebagainya. 3) Alat peraga, yaitu alat-alat pengajaran yang berfungsi untuk memperjelas ataupun memberikan gambaran yang kongkrit tentang hal-hal yang diajarkan. 20 g. Penilaian Menurut Winarno Surahkman, penilaian adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat kemajuan dan penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan, yakni meliputi kemajuan hasil belajar siswa dalam aspek sikap dan kemauan, serta keterampilan. 21 Dengan kata lain, untuk dapat menentukan tercapai tidaknya penilaian. Penilaian pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tersebut. Untuk mengadakan penilaian atau evaluasi maka perlu adanyaalat 20 Zuhairini, dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981), h Winarno Surakhman, Pengantar Pendidikan Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1985), h.147

8 20 evaluasi. pada umumnya alat evaluasi dibedakan menjadi duajenis, yaitu non test dan test. 1) Non tes Yang tergolong teknik non tes antara lain adalah: (1) skala bertingkat(rating scale), (2) kuesioner (questionair), (3) daftar cocok (checklist), (4) wawancara (interview), (5) pengamatan (observation) dan(6) riwayat hidup. 22 2) Tes Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid. Apabila dikaitkan dengan evaluasi yang dilakukan di sekolah, khususnya disuatu kelas maka tes mempunyai fungsi ganda yaitu: untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran. 23 h. Evaluasi dalam pembelajaran Al-Qur an Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai di sekolah mempunyai kaitan materi yang hendak diberikan dan dengan metode belajar mengajar yang dipakai guru dan siswa dalam memberikan atau menerima materi. Sejauh mana keberhasilan guru memberikan materi dan sejauh mana siswa menyerap materi yang disajikan itu dapat diperoleh informasinya melalui evaluasi. 22 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), h Ibid, h.31

9 21 a. Pengertian Evaluasi Menurut Drs. Tayar Yusuf memberikan definisi evaluasi sebagai penilaian atau mengetahui hasil usaha guru dalam memberikan suatu pembelajaran kepada murid-muridnya sampai di mana murid-murid tersebut mengerti tentang pelajaran-pelajaran yang telah disajikan. Seberapa banyak murid-murid yang telah menguasai pelajaran itu dengan baik atau berapa banyak yang baru hanya setengah memahami atau masih kabur sama sekali. 24 Sedangkan menurut Prof. Drs. H. Muhammad Zein, yang dimaksud dengan evaluasi adalah penilaian terhadap hasil pekerjaan setelah mengajarkan sesuatu mata pelajaran. 25 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan alat untuk mengukur atau mengetahui sampai di mana penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. b. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Sebagai alat untuk mengetahui apakah tujuan tercapai atau belum, maka tujuan memegang peranan yang sangat penting dalam evaluasi. Adapun tujuan dari evaluasi antara lain sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam satu ukuran waktu proses belajar tertentu. 24 Tayar Yusuf, Ilmu Politik, h M. Zein, Metodologi Pengajaran Islam,(Yogyakarta : AK Group, 1995), h. 85

10 22 2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan siswa dalam kelompokkelasnya. 3. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalambelajar. 4. Untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yag dimiliki atau untuk keperluan belajar). 5. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metodemengajar yang telah digunakan oleh guru dalam prosespembelajaran 26 c. Jenis Evaluasi Dengan memperhatikan evaluasi belajar jangka panjang dan pendek, maka jenis evaluasi dapat dibagi menjadi 3 macam : 1.) Evaluasi harian Evaluasi harian merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan sehari-hari. Evaluasi ini dalam bentuk post test pada akhir pembelajaran dan juga berupa pekerjaan rumah. Evaluasi ini diadakan melalui test tulis maupun test lisan baik diberi tahukan terlebih dahulu maupun tidak diberitahukan terlebih dahulu. Soal evaluasi harian dibuat oleh guru, disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi siswa yang sangat dipahami oleh guru yang bersangkutan. Dalam evaluasi harian guru melihat hasil yang dikerjakan oleh siswa kemudian jikalau masih ada kesalahan maka guru membenarkan dan memberi masukan. 26 Ibid, h. 88

11 23 2.) Test Formatif Test formatif ini diadakan untuk megetahui hasil belajar siswa pada tiap bab. Setiap pembelajaran dalam satu bab, maka guru agama Islam mengadakan test, dengan maksud untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan ) Ujian Tengah Semester Ujian tengah semester merupakan test yang diadakan untuk mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pertengahan semester. Pelaksanaan ujian tengah semester mengacu pada kalender pendidikan yang berlangsung bersamaan dengan ujian tengah semester pada sekolah umum. 4.) Test Semester Yaitu test umum yang diadakan untuk kenaikan kelas pada akhir tahun pelajaran. Hasil dari test semester ini nantinya digabungkan dengan nilai test harian, tes formatif, dan mid semester. Sehingga akan dihasilkan nilai rata-rata untuk kenaikan kelas. 2. Metode Iqro Metoda berasal dari dua perkataan yaitu met yang artinya melalui dan hados yang artinya jalan atau cara. Jadi, metoda artinya suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. 28 Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan 27 Ibid, h Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 99.

12 24 belajar mengajar, metode diperlukan guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. 29 Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar guru harus menguasai tidak hanya satu metode. Metode secara harfiah yaitu cara atau cara melakukan suatu kegiatan dengan menggunakan konsep-konsep secara sistematik. Metode jenisnya beragam. Seperti, metode ceramah, diskusi, tanya jawab, drill dan lain sebagainya. Seorang pengajar hendaknya tidak menggunakan satu metode saja, namun dua atau tiga bahkan empat metode dalam proses pembelajaran pastinya disesuaikan dengan kondisi siswanya. Hal ini dilakukan semata-mata agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan materi yang hendak disampaikan dapat diterima oleh siswa. Metode bisa jadi menguntungkan atau malah merugikan proses pembelajaran tergantung dengan penggunaannya. Penggunaan metode akan menguntungkan jika penggunaannya sesuai kebutuhan siswa baik secara psikis, biologis dan kemampuan memahami materi. Penggunaan metode yang merugikan untuk kegiatan belajar mengajar bilamana penggunaannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan situasi yang mendukungnya serta tidak sesuai dengan kondisi psikologi anak didik. oleh karena itu, pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan bila mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 29 Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zan, Strategi..., hal. 43.

13 25 Kedudukan metode dalam belajar mengajar yaitu sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan beljar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Metode juga berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan semangat belajar seseorang. Metode yang akan peneliti teliti adalah metode Iqro. Adapun penjabarannya sebagai berikut: Metode iqro adalah suatu metode membaca Al-Qur an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Metode Iqro ini termasuk salah satu metode yang cukup dikenal di kalangan masyarakat, karena metode ini sudah umum penggunaannya. Adapun metode ini dalam implementasinya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam karena hanya ditekankan pada bacannya (membaca huruf Al Qur an dengan fasih), serta menggunakan sistem CBSA (Cara Belajar Santri Aktif). Adapun proses pembelajaran metode Iqro berlangsung melalui tahap-tahap sebagai berikut: Ath Thoriqoh Bil Muhaakah, yaitu ustadz/ustadzah memberikan contoh bacaan yang benar dan santri menirukannya Ath Thoriqoh Bil Musyaafahah, yaitu santri melihat gerak-gerik bibir ustadz/ustadzah dan demikian pula sebaliknya ustadz/ustadzah melihat

14 26 gerak-gerik santri untuk mengajarkan makhrojul huruf serta menghindari kesalahan dalam pelafalan huruf Ath Thoriqoh Bil Kalaamish Shoriih, yaitu ustadz/ustadzah harus menggunakan ucapan yang jelas dan komunikatif Ath Thoriqoh Bis Sual Limaqoo Shidit Ta liimi, yaitu ustadz/ustadzah mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan santri menjawab atau ustadz/ustadzah menunjuk bagian-bagian huruf tertentu dan santri membacanya. 30 Adapun buku panduan iqro terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. Buku Iqro yang kemudian di tengah masyarakat dekenal dengan istilah METODE IQRO ini disusun ringkas dalam buku-buku kecil ukuran ¼(seperempat folio) dan terbagi dalam enam jilid. Jilid-jilid tersebut disusun berdasarkan urutan dan tertib materi yang harus dilalui secara bertahap oleh masing-masing anak, sehinggga jilid 2 adalah kelanjutan jilid 1. Jilid 3 adalah kelanjutan jilid 2, demikian seterusnya sampai selesai jilid 6. Tiap jilid rata-rata memilki 43 halaman, dengan warna sampul masingmasing berbeda-beda. Jilid 1 berwarna merah, jilid 2 berwarna hijau, jilid 3 berwarna biri muda, jilid 4 berwarna kuning kunyit, jilid 5 berwarna ungu, dan jilid 6 berwarna coklat. Setelah adanya refisi buku Iqro hadir dengan kemasan 30 HM. Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku IQRO (Yogyakarta: Team Tadarus AMM, 1995), hlm

15 27 dalam satu buku memuat jilid 1 sampai dengan jilid 6. Pada edisi refisi Agustus 2000 dalam buku Iqro dilengkapi dengan juz amma tidak dilengkapi dengan petunjuk mengajar per jilidnya. Pada edisi refisi Oktober 2000 tidak dilengkapi dengan juz amma tetapi dalam setiap jilidnya disertai dengan petunjuk mengajar. Adapun kunci sukses dalam pengajaran menggunakan buku Iqro ini adalah sebagai berikut. 31 1) CBSA (Cara Belajar Santri Aktif), guru sebagai penyimak saja, jangan sampai menuntun, kecuali hanya memberikan contoh pokok pelajaran. 2) Privat. Penyimakan seorang demi seorang secara, sedang bila secara klasikal, ada buku khusus IQRO Klasikal yang dilengkapi dengan peraga. 3) Asistensi. Setiap santri yang lebih tinggi pelajrannya diharap membantu menyimak santri lain. 4) Mengenai judul-judul, guru langsung memberi contoh bacaannya, jadi tidak perlu banyak komentar. Santri tidak harus dikenalkan istilah tanwin,sukun dan seterusnya. 5) Komunikatif. Setiap huruf/kata dibaca betul, guru jangan diam saja, tetapi agar mengiyakan. Umpamanya dengan kata-kata : bagus, betul, ya dan sebagainya. 6) Sekali huruf dibaca betul jangan diulang lagi. 31 As ad Humam, (ed.) Buku Iqro Cara Cepat Membaca Al-Qur an, (Yogyakarta: Team Tadarus AMM, 2000).

16 28 7) Bila santri keliru baca huruf, cukup betulkan huruf yang keliru saja 8) Bagi santri yang betul-betuk menguasai pelajaran dan sekirannya mampu dipacu, maka membacanya boleh diloncat-loncatkan, tidak perlu utuh tiap halaman. 9) Bila santri sering memanjangkan bacaan, (yang mestinya pendek) karena mungkin sambil mengingat-ingat huruf di depannya, maka tegurlah dengan membacanya putus-putus saja dan kalau perlu huruf di depannya ditutup dulu agar tidak berpikir. 10) Santri jangan diajari dengan irama yang berlagu walaupun dengan iram tartil, sebab akan membebani sntri yang belum saatnya diajarkan membaca irama tertentu. 11) Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem tadarus. 12) Untuk EBTA sebaiknya ditentukan ditunjuk oleh guru penguji khusus supaya standarnya tetap dan sama. 13) Pengajaran buku IQRO (jilid 1 s/d 6) sudah dengan pelajaran tajwid, yaitu tajwid praktis, artinya santri akan bisa membaca dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid. 14) Syarat kesuksesan, disamping menguasai/menghayati petunjuk mengajar, mesti saja guru fasih dan tartil mengajarnya.

17 29 B. Siswa Tunarungu 1. Pengertian Tunarungu Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengannya. 32 Batasan pengertian anak telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. Menurut Andreas Dwidjosumarto (1990:1) mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka yang indra pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indra pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids). Selain itu, Multi Salim (1984:8) menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam 32 T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bndung:Refika Aditama, 2006), h.93

18 30 perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak. Memperhatikan batasan-batasan diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian (heard of hearing) maupun seluruh (deaf) yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional diu dalam kehidupan sehari-hari Klasifikasi Tunarungu Direktorat Pendidikan Luar Biasa menyatakan bahwa Tunarungu dilkasifikasikan sebagai berikut 34 : a. Tunarungu berdasarkan tingkat kemampuan mendengar percakapan/bicara 1) Sangat ringan (27-40db), yaitu memounyai kesulitan mendengar bunyi yang jauh. 2) Ringan (41-55db), yaitu berkurangnya daya pendengaran namun masih mengerti bahasa percakapan. 3) Sedang (56070db), yaitu hanya mendengar suara dari jarak dekat 4) Berat (71-90db), yaitu hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat. Penyampaian kata-kata dilakukan dengan berteriak di dekat orang tersebut. 33 Ibid, h Kartadinata, Sunaryo, Psikologi Anak Luar Biasa. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), h. 34

19 31 5) Extreem (91db keatas), yaitu kondisi tidak dapat mendengar sama sekali dimana akses informasi diperoleh dari penglihatan b. Tunarungu berdasarkan tempat terjadinya kerusakan pada telinga 1) Kerusakan telinga konduktif, yaitu kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah sehingga stimulus bunyi tidak dapat diakses oleh telinga dalam dan pendengaran menjadi terhambat 2) Kerusakan telinga sensoris, yaitu kerusakan telinga bagian dalam dan kerusakan saraf otak. 3) Kerusakan telinga campuran, yaitu kerusakan telinga konduktif dan sensoris yang menyebabkan hilangnya pendengaran. Tunarungu selalu diidentikkaan dengan tuna wicara. Dampak langsung dari ketunarunguan adalah terhambatnya komunikasi verbal/lisan secara ekspresif melalui bicara maupun reseptif, yakni memahami pembicaraan orang lain. Salah satu penyebab sederhana dari tuna wicara adalah gangguan pendengaran yang tidak terdeteksi sejak dini, sehingga menyebabkan kurangnya stimulisasi bahasa sejak lahir. Hal ini menyebabkan ketunarunguan diidentikkan dengan tuna wicara. 3. Dampak Ketunarunguan a. Bagu Anak Tunarungu Sendiri Sehubungan dengan karakteristik tunarungu yaitu miskin dalam kosakata, sulit memahami kata-kata abstrak, sulit mengartikan kata-kata

20 32 yang mengandung kiasan, adanya gangguan bicara, maka hal-hal itu merupakan sumber masalah pokok bagi anak tersebut. 35 b. Bagi Keluarga Lingkungan keluarga merupakan factor yang mempunyai pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan anak terutama anak luar biasa. Anak ini mengalami hambatan sehingga mereka akan sulit menerima norma lingkungannya. Berhasil tidaknya anak tunarungu melaksanakan tugasnya sangat tergantung pada bimbingan dan pengaruh keluarga. Tidaklah mudah bagi orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya menderita kelainan/cacat. Reaksi pertama saat orang tua mengetahui bahwa anaknya menderita tunarungu adalah merasa terpukul dan bingung. Reaksi ini kemudian diikuti dengan reaksi lain. Reaksi-reaksi yang tampak biasanya dapat biasanya dapat dibedakan atas bermacam pola, yaitu : 36 Timbulnya rasa bersalah atau berdosa. Orang tua menghadapi cacat anaknya dengan perasaan kecewa karena tidak memenuhi harapannya. Orang tua malu menghadapi kenyataan bahwa anaknya berbeda dari anak-anak lain. 35 Rahardjo, Djadja & Sujarwanto, Pengantar Pendidikan Luar Biasa (Orthopedagogik), (Surabaya : UD. Mapan, 2010), h Ibid, h. 17

21 33 Orang tua menerima anaknya beserta keadaannya sebagaimana mestinya. Sikap-sikap orang tua ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kepribadian anaknya. Sikap-sikap yang kurang mendukung keadaan anaknya tentu saja akan menghambat perkembangan anak, misalnya dengan melindunginya atau dengan mengabaikannya. c. Bagi Masyarakat Pada umumnya orang masih berpendapat bahwa anak tunarungu tidak dapat berbuat apapun. Pandangan yang semacam ini sangat merugikan anak tunarungu. Karena adanya pandangan ini biasanya dapat kita lihat sulitnya anak tunarungu untuk memperoleh lapangan pekerjaan. 37 Disamping pandangan karena ketidakmampuan tadi, ia sulit untuk bersaing dengan orang normal. Kesulitan memperoleh pekerjaan di masyarakat mengakibatkan timbulnya kecemasan, baik dari anak itu sendiri maupun dari keluarganya, sehingga lembaga pendidikan dianggap tidak dapat berbuat sesuatu karena anak tidak dapat bekerja sebagaimana biasanya. Oleh karena itudapat memperhatikan kemampuan yang dimiliki anak tunarungu walaupun hanya 37 Ibid, h. 18

22 34 merupakan sebagian kecil dari pekerjaan yang lazim dilakukan oleh orang normal. d. Bagi Penyelenggara Pendidikan Perhatian akan kebutuhan pendidikan bagia anak tunarungu tidaklah dapat dikatakan kurang karena terbukti bahwa anak tunarungu telah banyak mengikuti pendidikan sepanjang lembaga pendidikan itu dapat dijangkaunya. Persoalan baru yang baru mendapat perhatian jika anak tunarungu tetap saja harus sekolah pada sekolah khusus (SLB) adalah jika anak-anak tunarungu itu tempat tinggalnya jauh dari SLB, maka tentu saja mereka tidak akan dapat bersekolah. Usaha lain muncul dengan didirikannya asrama disamping sekolah khusus itu. Rupanya usaha itu tidak dapat diandalkan sebagai satu-satunya cara untuk menyekolahkan mereka. Usaha lainnya yang mungkin akan dapat mendorong anak tunarungu dapat bersekolah dengan cepat adalah mereka mengikuti pendidikan pada sekolah normal/biasa dan disediakan program-program khusus bila mereka tidak mampu mempelajari bahan pelajaran seperti anak normal.

23 35 4. Media Pembelajaran bagi Tunarungu d. Alat Pendidikan Khusus Berhubung dengan ketulian yang dideritanya, maka sangatdiperlukan alat-alat bantu khusus meningkatkan potensinya, yang masihdapat diperbaiki dan dikembangkan terutama masalah komunikasi baikdengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Kebutuhan minimalalat kebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak tunarungu antara lain: 1) Audiometer Yaitu alat penelitian yang dapat mengukur segala aspek dari pendengaran seseorang. Audiometer dapat dibuat menjadi sebuah audiogram yang dapat memberitahukan angka dari sisa pendengaran anak. 2) Alat bantu mendengar (hearing aid) Metode ini mempergunakan alat bantu dengar (hearing aid) perorangan dan alat bantu dengan (group hearing aid) kelompok, anakanak tunarungu diberikan latihan mendengar. Latihan-latihan tersebut dapat diberikan secara individual atau secara kelompok. 3) Cermin Untuk memberikan cantoh-contoh ucapan dengan artikulasi yang baik diperlukan sebuah cermin. Dengan bantuan cermin kita dapat menyadarkan anak terhadap posisi bicara yang kurang tepat. Dengan bantuan cermin kita dapat mengucapkan beberapa contoh konsonan,

24 36 vokal dan kata-kata atau kalimat dengan baik. 4) Alat bantu wicara (speech trainer) Speech trainer ialah sebuah alat elektronik terdiri dari amplifier, head phone dan microphone. Gunanya untuk memberikan latihan bicara individual. Bagi yang masih mempunyai sisa pendengaran cukup banyak akan sangat membantu pembentukan ucapannya. Bagi yang sisa pendengarannya sedikit akan membantu dalam pembentukan suara dan irama. 5) Alat Peraga Untuk memperkaya perbendaharaan bahasa anak hendaknya jangan dilupakan alat-alat peraga tradisional seperti : a) Miniatur binatang-binatang. b) Miniatur manusia. c) Gambar-gambar yang relevan. d) Buku perpustakaan yang bergambar. e) Alat-alat permainan anak.

25 37 C. Pembelajaran Al-Qur an pada Siswa Tunarungu dengan Menggunakan metode Iqro Pengertian metode pembelajaran adalah usaha dan daya, serta kegiatan yang di lakukan guru agar murid mengerti dan paham apa yang diterangkan dan lebih jauh lagi agar murid nantinya mendapat perubahan dalam dirinya yang berupa pengetahuan yang baru. 38 Dalam hubungan dengan proses belajar mengajar, maka metode pembelajaran merupakan suatu alat yang penerapannya diarahkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, sesuai dengan tujuan yang dirumuskan dalam program pengajaran yang telah ditetapkan. Mengenai macam metode mengajar banyak sekali jumlahnya. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor, antara lain : a) Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran, sesuai dengan jenis, sifat, maupun isi mata pelajaran masing-masing. b) Perbedaan latar belakang individu anak, baik latar belakang kehidupan. Tingkat usia, maupun tingkat kemampuan berfikir. c) Perbedaan situasi dan kondisi, di mana pendidikan berlangsung, yaitu jenis sekolah, letak geografis dan sosial kultural. d) Perbedaan pribadi dan kemampuan pendidik masing-masing. e) Karena adanya sarana atau fasilitas yang berbeda baik segi kualitas maupun 38 M. Zein, Metodologi Pengajaran Islam, (Yogyakarta: AK Group, 1995), h. 166

26 38 kuantitas.39 Adapun tujuan pembelajaran Al qur an pada siswa Tunarungu di SDLB Siswa Budhi Gayungan adalah supaya siswa mampu : a. Membaca Al qur an dengan artikulasi (makhroj) yang baik dan benar. b. Menulis ayat-ayat Al qur an dengan baik dan benar. c. Memahami arti kata atau kalimat di dalam Al qur an. d. Memahami isi kandungan di dalam Al qur an. e. Mengamalkan dalam hal membaca setiap hari di rumah, mematuhi perintah dan menjauhi larangan Allah. Adapun macam-macam metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Al qur an pada siswa Tunarungu di SDLB Siswa Budhi Gayungan, antara lain sebagai berikut : 1. Metode Ceramah Metode ceramah yaitu penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan/verbal kepada siswa. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran, kemampuan berbahasa, intonasi suara, penggunaan media, dan variasi gaya mengajar lainya sangat menentukan keberhasilan metode ini. Kelebihan metode ceramah antara lain : a. Suasana kelas berjalan dengan tenang karena siswa melakukan aktifitas 39 Soli Abimanyu, dkk, Strategi Pembelajaran, (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 6-3

27 39 yang sama. b. Tidak membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang banyak. c. Pelajaran bisa dilaksanakan dalam waktu yang cepat. d. Melatih murid untuk menggunakan indera pendengarannya. Kelemahan metode ceramah antara lain : a. Interaksi cenderung berpusat pada guru. b. Guru tidak mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran. c. Sukar ditangkap maksudnya, kecerdasan siswa berbeda. d. Siswa tidak diberi kesempatan bertanya. e. Tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk memecahkan masalah dan berfikir, karena siswa diarahkan untuk mengikuti guru Metode Tanya-Jawab Metode Tanya-jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa. 41 Kelebihan metode Tanya-jawab antara lain : a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat menerima penjelasan lebih lanjut. b. Guru dapat dengan segera mengetahui kemajuan muridnya dari bahan 40 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), h Ibid, h. 6

28 40 yang telah diberikan. c. Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan agak baik dari murid dapat mendorong guru untuk memahami lebih mendalam dan mencari sumbersumber lebih lanjut. Kelemahan metode Tanya-jawab antara lain : a. Pemakaian waktu lebih banyak jika dibanding dengan metode ceramah. b. Mungkin terjadi perbedaan pendapat antara guru dengan murid. c. Sering terjadi penyelewengan dari masalah pokok. d. Apabila murid terlalu banyak tidak cukup waktu memberi giliran kepada setiap siswa Metode Resitasi / Pemberian Tugas Metode Penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu kepada siswa, agar siswa melakukan kegiatan belajar. Kelebihan metode Resitasi adalah : a) Lebih merangsang siswa untuk belajar lebih banyak. b) Dapat mengembangkan kemandirian siswa. c) Dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya, memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari. 42 Ibid, h

29 41 d) Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengubah sendiri informasi dan komunikasi. e) Dapat membuat siswa bergairah dalam belajar. f) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa. g) Dapat mengembangkan kreatif siswa. Kekurangan metode Resitasi adalah : h) Siswa sulit dikontrol, apakah mengerjakan atau tidak. i) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. j) Sering memberikan tugas yang tidak bervariasi dapat menimbulkan kebosanan. k) Sering menjadi bahan dan keluhan siswa, bila tugas tidak disertai penilaian tersendiri Metode Drill / latihan Siap Metode Drill adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. 44 Pendapat lain mengatakan bahwa metode Drill adalah suatu cara yang baik untuk menanamkan kebiasaan tertentu. Dalam melatih muridmuridnya guru harus berhati-hati, karena hasil dari suatu latihan biasanya Ibid, h Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya Usaha Nasional, 1981), h.

30 42 akan tertanam dan kemudian menjadi kebiasaan. Metode ini juga dapat melatih kecepatan, ketepatan dan kesempurnaan dalam melakukan sesuatu serta dapat pula dipakai sebagai cara mengulang bahan yang telah disajikan Metode Mengajar Latihan Artikulasi Latihan artikulasi adalah usaha sadar untuk membiasakan melalui kegiatan dengan menggunakan alat ucap agar dapat mengklasifikasikan bunyi. Anak Tunarungu mengalami hambatan dalam menggerakkan alat ucap karena kurang atau tidak adanya rangsangan melalui indera pendengaran. Metode artikulasi ini dibagi menjadi sembilan macam, antara lain : 1) Metode Spech Reading: yaitu menerima kesan dari orang lain dengan memperhatikan gerak bibir. 2) Metode Lip Reading: yaitu pelaksanaan pengajaran di mana guru mengucapkan sejelas-jelasnya dan murid memperhatikan gerak bibir. 3) Metode Identifikasi: yaitu pelaksanaan proses pengejaan yang merupakan gabungan antara penyamaan pada benda sesungguhnya dengan gambar, tulisan dan kata, gambar sesungguhnya dengan tulisan dan kata, kata dengan kata. 4) Metode ideovisual: suatu proses mengajar dengan jalan mengasosiasikan antara pengertian yang dihasilkan pikiran dengan bentuk bahasa setelah 45 Drs. Ulih Bukit Karo-karo, dkk, Metodologi Pengajaran, (Salatiga: CV. Saudara, 1979), h. 17

31 43 melihat tulisan maupun gerak bibir. 5) Metode Abjad Jari: metode ini diberikan pada anak yang mengalami kecacatan kesulitan dalam menirukan ucapan, di dalam metode visual atau gerak bibir, maka metode abjad jari ini lambang-lambang posisi abjad jari dipakai sebagai pengganti huruf yang mempunyai arti sendiri. 6) Metode Multi Sensori: pelaksanaannya apabila penyebabnya adalah factor yang rusak yang akan mengakibatkan kemunduran berbicara seseorang, cara memperbaiki dengan latihan artikulasi yang mudah ke yang sukar. 46 Metode pembelajaran merupakan alat yang di gunakan untuk mencapai pendidikan. Alat tersebut mempunyai dua fungsi yaitu : a. Bersifat Polipragmatis, bila mana metode itu mengandung kegunaan yang serba ganda, misalnya: suatu metode tertentu pada situasi dan kondisi tertentu dapat digunakan untuk merusak pada situasi dan kondisi lain dapat digunakan untuk membangun atau memperbaiki. Kegunaannya ada pada si pemakai atau pada corak dan bentuk serta kemampuan dari metode sebagai alat, seperti halnya cassette recorder yang dapat digunakan merekam semua jenis film, atau yang moralis juga dapat untuk mendidik sebagai alat mengajar dengan film-film pendidikan. b. Bersifat Monopragmatis, yaitu alat yang dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan saja. Misalnya laboratorium ilmu alam, hanya 46 Marliati Busono, Pendidikan Anak Tunarungu, (Yogyakarta: P3T IKIP, 1983/1984), h. 6-11

32 44 dapat digunakan untuk eksperimen-eksperimen bidang ilmu alam, tidak dapat digunakan untuk lainnya Ibid, h. 98

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II METODE PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR AN DAN PENERAPAN METODE IQRO. 1. Pengertian Metode Pembelajaran

BAB II METODE PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR AN DAN PENERAPAN METODE IQRO. 1. Pengertian Metode Pembelajaran BAB II METODE PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR AN DAN PENERAPAN METODE IQRO A. Metode Pembelajaran Membaca Al-Qur an 1. Pengertian Metode Pembelajaran Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Greekyang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Secara etimologi pengertian metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diperoleh data bahwa siswa tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai keterampilan membaca permulaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar pertama tersebut anak akan diberikan pengenalan tentang huruf.

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar pertama tersebut anak akan diberikan pengenalan tentang huruf. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan merupakan dasar dalam membentuk seorang anak agar lebih dapat mengenal tentang pembelajaran yang dipelajarinya di sekolah. Pada proses belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran 1. Definisi Metode Pembelajaran Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE TILAWATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR`AN DI MI AL-FALAH BERAN NGAWI JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE TILAWATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR`AN DI MI AL-FALAH BERAN NGAWI JAWA TIMUR BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE TILAWATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR`AN DI MI AL-FALAH BERAN NGAWI JAWA TIMUR Bentuk penelitian skripsi kualitatif yaitu penelitian dengan memaparkan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi pada saat ini pembelajaran terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi pada saat ini pembelajaran terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi pada saat ini pembelajaran terus mengalami perkembangan yang pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu upaya untuk membantu peserta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN LAPANGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN LAPANGAN BAB IV HASIL PENELITIAN LAPANGAN A. Deskripsi Data 1. Penerapan Metode Usmani dalam Mengembangkan Kemampuan Membaca Al-Qur an pada Aspek Melafalkan Makhorijul Huruf Hijaiyah Santri Taman Ppendidikan Al-Qur

Lebih terperinci

Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan.

Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan. Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan. Sulasmini Sutriyono Inawati Budiono Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan esensial dalam kehidupan manusia, karena pendidikan, manusia dapat di bedakan dengan makhluk lain yang menempati alam ini. Kenyataan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pemberian Angka Dalam meningkatkan motivasi belajar guru pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 910), disebutkan bahwa. prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

BAB II KAJIAN TEORI. Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 910), disebutkan bahwa. prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang BAB II KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Menurut Poerwadarminta. W.J.S (2006: 915), prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan. Dalam Kamus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu 1. Jamaludin, 2011 : Efektivitas Penerapan Metode Qiroa ti Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Santri di Pesantren Nurul Ulum Kumalasa Sangkapura Bawean

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN A. Analisis Pemanfaatan Teknik Menyanyi Dalam Pembelajaran Hafalan Kosakata

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN METODE QIRA ATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR AN DI TPQ BINTANG KECIL 02 SEMARANG

BAB IV PENERAPAN METODE QIRA ATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR AN DI TPQ BINTANG KECIL 02 SEMARANG BAB IV PENERAPAN METODE QIRA ATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR AN DI TPQ BINTANG KECIL 02 SEMARANG Bentuk penelitian dalam skripsi kualitatif, yakni penelitian dengan cara memaparkan dalam bentuk kualitatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan a. Landasan Teoritis 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Dalam setiap kegiatan belajar memiliki suatu tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dan sekaligus sistem yang bermuara dan berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Lembar Kerja Siswa ( LKS ) 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa ( LKS ) Kata lembar kerja siswa terdiri dari tiga bagian, lembar, kerja dan siswa. Dalam kamus

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA SISWA YANG DIBERI METODE DRILL DENGAN RESITASI

KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA SISWA YANG DIBERI METODE DRILL DENGAN RESITASI 360 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 3 No.1, 2009, hlm 360-365 KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA SISWA YANG DIBERI METODE DRILL DENGAN RESITASI Kusoro Siadi, Sri Mursiti, Ida Nur Laelly Jurusan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dengan judul skripsi ini dan untuk menjawab fokus masalah, maka dalam bab ini

BAB V PEMBAHASAN. dengan judul skripsi ini dan untuk menjawab fokus masalah, maka dalam bab ini BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari temuan sebelumnya dengan teori temuan saat penelitian. Menggabungkan antara polapola yang ada dengan teori sebelumnya dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

BAB IV. PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR untuk MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DI RA MUSLIMAT NU BAHRURROHMAH WONOKERTO WETAN

BAB IV. PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR untuk MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DI RA MUSLIMAT NU BAHRURROHMAH WONOKERTO WETAN BAB IV PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR untuk MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DI RA MUSLIMAT NU BAHRURROHMAH WONOKERTO WETAN Untuk meningkatkan kemampuan kualitas dan efektifitas belajar membaca

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pemberian Pekerjaan Rumah a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas Tugas merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam suatu bangsa. Karena maju tidaknya suatu bangsa bergantung pada kualitas pendidikan yang mereka miliki. Kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Siswa Budhi Gayungan, tentang Pembelajaran Al-Qur an bagi Siswa Tunarungu

BAB V PENUTUP. Siswa Budhi Gayungan, tentang Pembelajaran Al-Qur an bagi Siswa Tunarungu BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian di muka yang merupakan hasil penelitian penulis di SLB Siswa Budhi Gayungan, tentang Pembelajaran Al-Qur an bagi Siswa Tunarungu dengan menggunakan metode iqro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya bangsa sehingga membentuk manusia yang berkualitas. pendidikan. penting untuk berkomunikasi (Chaer, 2003:29).

BAB I PENDAHULUAN. budaya bangsa sehingga membentuk manusia yang berkualitas. pendidikan. penting untuk berkomunikasi (Chaer, 2003:29). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewariskan nilai nilai luhur budaya bangsa sehingga membentuk manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang berbeda-beda, kesempurnaan tidak dapat hanya dilihat dari keadaan fisiknya saja. Melainkan kita harus melihat dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. orang menyatakan bahwa media merujuk pada perlengkapan yang. memiliki bagian-bagian yang rumit, seperti yang diungkapkan oleh

BAB II LANDASAN TEORI. orang menyatakan bahwa media merujuk pada perlengkapan yang. memiliki bagian-bagian yang rumit, seperti yang diungkapkan oleh 18 BAB II LANDASAN TEORI A. Media 1. Pengertian Media Ada beberapa tafsiran tentang pengertian media, sebagian orang menyatakan bahwa media merujuk pada perlengkapan yang memiliki bagian-bagian yang rumit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berhitung selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berhitung selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keterampilan berhitung harus dimiliki oleh setiap orang karena keterampilan berhitung selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar dari keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pibadi dewasa susila,

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pibadi dewasa susila, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila. Proses ini berlangsung dalam jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah petunjuk nyata bagi seluruh umat manusia yang kemurniannya terjaga sampai akhir zaman. Salah satu cara menjadi bagian dari orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Prestasi Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman/

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Program Khusus : Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama Paket Keterampilan : Kekhususan SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA TUNARUNGU (SMPLB-B) DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan yang sangat penting. Metode dalam kegiatan pengajaran sangat bervariasi, pemilihannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama yang berpengaruh penting untuk perkembangan generasi muda sebagai penerus bangsa, serta pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Al-Quran merupakan ayat-ayat Allah yang berupa kalamullah yang diturunkan dengan bahasa arab, yaitu satu-satunya bahasa yang terjaga dengan baik. Hal ini semata-semata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Guru merupakan ujung tombak pendidikan, sebab guru secara langsung mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran agar menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

KOLABORASI METODE IQRA DAN KARTU HURUF DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR AN

KOLABORASI METODE IQRA DAN KARTU HURUF DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR AN KOLABORASI METODE IQRA DAN KARTU HURUF DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR AN Lia Suryanto SD Muhammadiyah Nitikan e-mail : liasuryanto13@gmail.com Abstrak Penelitian dengan kolaborasi metode iqra dan kartu huruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan masalah yang kompleks karena setiap individu yang belajar melibatkan aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental sehingga akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

TRANSLITERASI, TUJUAN, MANFAAT KELEBIHAN DAN KELEMAHANNYA

TRANSLITERASI, TUJUAN, MANFAAT KELEBIHAN DAN KELEMAHANNYA TRANSLITERASI, TUJUAN, MANFAAT KELEBIHAN DAN KELEMAHANNYA Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Qawaidul imla Dosen Pengampu: M. Mas ud, S.Pd.I. Disusun Oleh : Fakhruni Nur Karimah (111.11.170) Nanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi seperangkat ajaran tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang

Lebih terperinci

Sri Sunarti. Sri Sunarti SD Negeri 1 Pakis

Sri Sunarti. Sri Sunarti SD Negeri 1 Pakis Upaya Peningkatan Motivasi dan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Huruf Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri 1 Pakis Kecamatan Kradenan Tahun Pelajaran 2017/2018 Sri Sunarti srisunartipks1@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS. kurang tepat, karena belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam

BAB II PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS. kurang tepat, karena belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam BAB II PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS A. Pengertian Belajar Mengajar Seseorang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri manusia, sehingga dengan pendidikan itu mengubah manusia dari yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu

BAB I PENDAHULUAN. berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berati berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget (1896) pendidikan berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara Inggris untuk berkomunikasi serta bahasa Inggris dijadikan sebagai bahasa Internasional,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO 1 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO Ummurul Hasanah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data 1. Faktor apa yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar siswa bidang studi SKI Belajar adalah hal yang menyenangkan dan kadang-kadang sedikit membosankan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Perkembangan pendidikan anak usia dini (PAUD) menuju kearah yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa tunarungu adalah salah satu anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam pendengaran, sehingga untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE IQRO DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR AN DI TPA AISYIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE IQRO DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR AN DI TPA AISYIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE IQRO DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR AN DI TPA AISYIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN Pembahasan mengenai analisis data, mengacu pada data-data sebelumnya. Dalam melakukan analisis data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia akan tumbuh dan berkembang terutama untuk menghadapi masa depannya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Qiroati di TPQ Nurussalam Dari kajian teoritis maupun data lapangan yang penulis jabarkan, maka langkah selanjutnya menganalisis

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN PADA HUKUM BACAAN MAD LAZIM MELALUI METODE DRILL. Siti Sofiyah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN PADA HUKUM BACAAN MAD LAZIM MELALUI METODE DRILL. Siti Sofiyah Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 3, Juli 2016 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN PADA HUKUM BACAAN MAD LAZIM MELALUI METODE DRILL SD Negeri 02 Doro, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 70 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Pada tanggal 4 April 2016 peneliti melakukan penelitian yang pertama. Peneliti datang ke sekolah MTs Darul Hikmah pada pukul 08.30 WIB. Ketika sampai di sekolahan,

Lebih terperinci

Wayan Nurkancana, dkk. Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional 1982) hlm.

Wayan Nurkancana, dkk. Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional 1982) hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh pada tuntutan bahwa pendidikan diasumsikan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB II METODE QIRA AH DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB

BAB II METODE QIRA AH DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB BAB II METODE QIRA AH DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB A. Metode Qira ah 1. Latar Belakang Metode Qira ah Banyak penelitian mengenai situasi pengajaran bahasa asing di Amerika Serikat pada saat itu menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Metode Drill dalam Pembelajaran Al-Qur an Hadits pada. Kelas IV di MI Al-Karim Gondang Nganjuk dan MI Miftahul Jannah

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Metode Drill dalam Pembelajaran Al-Qur an Hadits pada. Kelas IV di MI Al-Karim Gondang Nganjuk dan MI Miftahul Jannah BAB V PEMBAHASAN A. Perencanaan Metode Drill dalam Pembelajaran Al-Qur an Hadits pada Kelas IV di MI Al-Karim Gondang Nganjuk dan MI Miftahul Jannah Kedungglugu Gondang Nganjuk Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an hadits yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam turut memberikan sumbangan tercapainya pendidikan nasional. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau pondok pesantren pada prinsipnya dalam rangka menanamkan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan tinggi rendahnya kualitas dan nilai suatu negara, karena itu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan tinggi rendahnya kualitas dan nilai suatu negara, karena itu tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya dari pembangunan bangsa yang menentukan tinggi rendahnya kualitas dan nilai suatu negara, karena itu tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia ini. Terlebih dalam era industrialisasi sekarang ini. Tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh BAB V PEMBAHASAN 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan di Indonesia ataupun di setiap negara. Indonesia selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan di Indonesia ataupun di setiap negara. Indonesia selalu berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam membangun kemajuan di Indonesia ataupun di setiap negara. Indonesia selalu berusaha mengingkatkan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebatas sebagai penyampai ilmu semata, namun lebih dari itu ia bertanggung jawab atas seluruh perkembangan pribadi siswanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara sistematis dan logis, sehingga

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Standar Kompetensi. Menerapkan Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Penggunaan Media VCD

Peningkatan Hasil Belajar Standar Kompetensi. Menerapkan Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Penggunaan Media VCD Peningkatan Hasil Belajar Standar Kompetensi Menerapkan Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Penggunaan Media VCD Budi Ressanto (10320007) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE THORIQATU TAKRIRY

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE THORIQATU TAKRIRY BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE THORIQATU TAKRIRY AL-QIRAATI AL-JUZ I VERSI AL-QOSIMI DALAM PEMBELAJARAN TAHFIDZ AL-QUR AN DI SDIT FAJRUL ISLAM KAMPIL WIRADESA A. Analisa Metode Thoriqotu Takriry Al-Qiraati

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui. Metode Tanya Jawab Pada Anak Usia 4-5 Tahun

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui. Metode Tanya Jawab Pada Anak Usia 4-5 Tahun ISSN 2301-9905 Volume 6, No. 1, Juli 2017 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Universitas Muhammadiyah Tangerang Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Tanya Jawab Pada Anak Usia 4-5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar. di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto

Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar. di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto (Studi Eksperimen) Resume Tesis Oleh : M.Saiful Bahri

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I Nyoman Sumertna, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I Nyoman Sumertna, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunarungu mengalami gangguan pendengaran sehingga memiliki hambatan dalam perkembangan bahasa dan komunikasi. Sebagai akibatnya, mereka mengalami kesulitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini memuat tentang: a) latar belakang masalah; b) identifikasi dan pembatasan masalah; c) rumusan masalah; d) tujuan penelitian; hipotesis penelitian; f) kegunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Dwi Lestari,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Dwi Lestari,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan individu untuk saling menyampaikan dan menerima pesan. Pesan yang dimaksud akan sampai jika bahasa tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Suyanto (2007: 05), ilmu pengetahuan merupakan sarana yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi berguna bagi diri sendiri maupun orang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 7 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Prestasi Belajar 1. Pengertian prestasi belajar Istilah prestasi belajar dalam dunia pendidikan menjadi sesuatu hal yang menarik untuk dibahas, karena keberadaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterkaitan antara pendengaran dengan kemampuan berbahasa sangat erat, karena kemampuan berbahasa diperoleh melalui proses mendengar, dengan mendengar seseorang dapat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Tinjauan Tentang Kegiatan Membaca Al- Qur an (Qiroatul Qur an) Al- Qur an (Qiroatul Qur an) Kelas VIII di MTsN Tulungagung yang

BAB V PEMBAHASAN. 1. Tinjauan Tentang Kegiatan Membaca Al- Qur an (Qiroatul Qur an) Al- Qur an (Qiroatul Qur an) Kelas VIII di MTsN Tulungagung yang BAB V PEMBAHASAN 1. Tinjauan Tentang Kegiatan Membaca Al- Qur an (Qiroatul Qur an) Kelas VIII di MTsN Tulungagung Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Kegiatan Membaca Al- Qur an (Qiroatul Qur

Lebih terperinci

INISIASI UNIT 3 PENGERTIAN STRATEGI, METODE, DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAH SD

INISIASI UNIT 3 PENGERTIAN STRATEGI, METODE, DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAH SD INISIASI UNIT 3 PENGERTIAN STRATEGI, METODE, DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAH SD Saudara mahasiswa PGSD yang kami cintai, selamat berjumpa lagi dalam pembahasan matero PKn. Dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK DIALOG DALAM MENULIS KALIMAT TANYA PADA SISWA KELAS III SDN 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh : Rukmana Ismail

PENERAPAN TEKNIK DIALOG DALAM MENULIS KALIMAT TANYA PADA SISWA KELAS III SDN 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh : Rukmana Ismail PENERAPAN TEKNIK DIALOG DALAM MENULIS KALIMAT TANYA PADA SISWA KELAS III SDN 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh : Rukmana Ismail Pembimbing I : Dra.Ratnarti Pahrun, M.Pd Pembimbing II: Dra.Hawa Pattiiha,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu materi keilmuan dari pendidik kepada terdidik. Proses membelajarkan ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu materi keilmuan dari pendidik kepada terdidik. Proses membelajarkan ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan bimbingan, arahan dan pemberian pengalaman dalam suatu materi keilmuan dari pendidik kepada terdidik. Proses membelajarkan ini berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dalam kegiatan komunikasi ini manusia menyampaikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dalam kegiatan komunikasi ini manusia menyampaikan pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang sangat penting dalam kehidupannya karena melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan yang lurus. Sebagaimana Firman Allah swt. dalam Al-Qur'an (Surat Al-Isra'

BAB I PENDAHULUAN. jalan yang lurus. Sebagaimana Firman Allah swt. dalam Al-Qur'an (Surat Al-Isra' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai pedoman hidup, Al-Qur'an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. M.Quraish Shihab mengatakan bahwa yang dimaksud petunjuk adalah petunjuk agama

Lebih terperinci