INTERPRETASI ISI SURAT KABAR SOEARA IBOE 1932 TERBITAN SIBOLGA PROPINSI SUMATERA UTARA SELA GRAFICA SARI NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTERPRETASI ISI SURAT KABAR SOEARA IBOE 1932 TERBITAN SIBOLGA PROPINSI SUMATERA UTARA SELA GRAFICA SARI NIM"

Transkripsi

1 INTERPRETASI ISI SURAT KABAR SOEARA IBOE 1932 TERBITAN SIBOLGA PROPINSI SUMATERA UTARA SELA GRAFICA SARI NIM Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah peneliti akan mengetahui bagaimana awal terbitnya surat kabar Soeara Iboe 1932 di Sibolga, isi dari surat kabar Soeara Iboe dan bagaimana respon dari masyarakat Sibolga pada tahun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang terbitnya surat kabar Soeara Iboe dan isi berita dari surat kabar Soeara Iboe. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Metode Heuristik yaitu dengan mencari sumber, mengumpulkan, menganalisis dan memberikan gambaran sejelasjelasnya tentang topic penelitian yang akan diteliti. Selain itu juga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode library research ( studi kepustakaan). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat diketahui bahwa surat kabar Soeara Iboe terbit pada 2 Mei 1932 di Sibolga. Terbitnya surat kabar ini dimulai dengan terbentuknya organisasi kaum ibu yang diberi nama comite kaoem iboe pada 8 November Surat kabar ini bertujuan untuk menjalin tali silaturahmi antara kaum ibu di Sibolga. Selain itu juga surat kabar ini digunakan sebagi alat untuk melawan kekuasaan adat yang ada pada saat itu. Didalam surat kabar ini juga terdapat berita yang berkaitan dengan keseharian wanita seperti kegiatan memasak, kesehatan ibu dan anak, iklan, pendidikan, berita umum dan beberapa tulisan sastra baik itu berupa cerita maupun puisi. Di dalam penerbitan surat kabar ini juga mendapatkan pertentangan dari masyarakat Sibolga. Karena mereka menganggap bahwa kegiatan yang dilakukan oleh kaum ibu ini adalah kegiatan yang tidak ada artinya dan hanya membuangbuang waktu saja. Dari penerbitan surat kabar Soeara Iboe ini dapat disimpulkan bahwasannya kaum ibu di Sibolga ingin melakukan perubahan adat yang selama ini di anggap menghalangin kaum ibu untuk melakukan kegiatan yang bersifat membangun dengan menggunakan media massa yaitu surat kabar. Kata Kunci: Interpretasi surat kabar, Hak Pusaka PENDAHULUAN Surat kabar pertama kali diterbitkan di Eropa pada abad ke-17. Menyadari sepenuhnya bahwa media massa (surat kabar), mempunyai tugas utama sebagai 1

2 penyebar luas informasi kepada khalayak ramai, maka peranan dan tanggung jawab ini sesungguhnya tidak terlepas dari peran wartawan dalam mengumpulkan, meliput dan sekaligus menulis berita yang pada akhirnya akan disampaikan kepada para pembacanya. Selain itu juga surat kabar berperan penting dalam pergerakan kemerdekaan dan penyampaian pemikiran seseorang untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Dalam sejarah persurat kabaran di Indonesia, Medan juga ambil andil dalam hal ini. Terbukti dengan adanya surat kabar Deli Courant tahun1885. Menurut said dalam bukunya ( Said, 1976:3) di jelaskan bahwa ditahun 1885 Medan memulai sejarahnya di dunia persurat kabaran. Selain di Medan surat kabar juga sudah mulai merambah ke luar kota. salah satunya di kota Sibolga. Surat kabar di Sibolga bukan hanya bergerak di bidang pergerakan kemerdekaan dan politik saja, namun juga bergerak untuk kepentingan wanita dan kaum ibu. Nampaknya sejak tahun 1932, pergerakan wanita di Sibolga menyadari arti penting keberadaan surat kabar sebagai alat perjuangan untuk menyemai gagasan-gagasan dan pendidikan demi kemajuan perempuan. Dalam perkembangannya surat kabar wanita banyak mengangkat berita tentang pergerakan wanita dalam melawan kebiasaan-kebiasaan yang kolot dan memperjuangkan hak seorang wanita untuk mendapatkan pengakuan yang sama dengan laki-laki. Dalam penerbitannya surat kabar tersebut lebih banyak menyuarakan beritaberita yang berisikan suara-suara pembaharuan untuk wanita Sibolga di bidang pendidikan dan perubahan adat istiadat kuno yang telah menjadi darah daging pada saat itu. Melalui surat kabar Soeara Ibu, wanita Sibolga melakukan pergerakan perubahan dalam memperoleh hak yang sama dengan laki-laki. Dimana selama ini wanita di Sibolga tidak mempunyai hak sama sekali akan harta warisan yang di tinggalkan oleh suami maupun ayahnya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi masalah dalam penelitihan ini adalah:(1)bagaimana latar belakang penerbitan surat kabar Soeara Ibu di Sibolga (2) Bagaimana identifikasi isi berita dari surat kabar Soeara Ibu untuk memperjuangkan kaum wanita di Sibolga (3) Bagaimana respon masyarakat Sibolga pada tahun 1932 terhadap surat kabar Soeara Ibu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Metode Heuristik yaitu dengan mencari sumber, mengumpulkan, menganalisis dan memberikan gambaran sejelasjelasnya tentang topic penelitian yang akan diteliti. Selain itu juga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode library research ( studi kepustakaan). Pembahasan A. Sejarah terbitnya surat kabar Soeara Iboe 1932 Sibolga. Perkumpulan yang didirikan pada tanggal 8 November 1931 di Sibolga ini di ketuai mev Dr. S.Proehoeman yang di beri nama comite kaum ibu. Sebelum berdiri comite kaum ibu di Sibolga, sudah ada terlebih dahulu organisasi kaum ibu juga yaitu Congres Sjarikat kaoem Iboe Soematra tepatnya pada 17 Agustus 1929 (Surat Kabar Pelita Andalas 1929). Selain mendirikan organisasi perkumpulan ini juga 2

3 menerbitkan surat kabar. Mereka sadar pada saat itu surat kabar merupakan alat yang tepat untuk melakukan perubahan bahwa dengan surat kabar perkumpulan ini lebih mudah untuk mengajak dan mengubah pola pikir. Maka perkumpulan ini menerbitkan surat kabar yang di peruntukan bagi masyarakat Sibolga dan terkhusus untuk kaum wanita di Sibolga. Organisasi ini didirikan pada November 1931, dengan berdirinya organisasi ini kaum ibu di Sibolga mengharapkan terjadi perubahan yang baik untuk kaum ibu dan kaum wanita di Sibolga. Dalam pendirian organisasi ini kaum ibu di Sibolga juga tidak mudah untuk melakukannya, meraka mendapatkan berbagai tantangan dari masyarakat dan keluarga. Mereka menganggap bahwa kegiatan yang di lakukan dalam organisasi itu tidak ada manfaatnya. Dari comite kaum ibu di Sibolga inilah yang menjadi cikal bakal dari terbitnya surat kabar Soeara Iboe. Tepatnya pada bulan Mei 1932 setahun setelah berdiri organisasi perkumpulan kaum ibu terbitlah surat kabar Soeara Iboe sebelum surat kabar Soeara Iboe ini terbit menggantikan surat kabar Sinar Puteri yang didirikan kaum ibu Sibolga, tujuan dari isi surat kabarnya tetap sama yaitu menggugah hati kaum wanita di Sibolga menjadi wanita yang mempunyai hak yang sama, terutama dalam bidang hak pusaka. Tujuan dari organisasi kaum ibu Sibolga ini adalah untuk merajut tali silaturahmi sesama kaum wanita di Sibolga, memperbaikin nasib dan mempertinggi derajat kaum ibu, dan menuntut hak pusaka bagi kaum wanita di Sibolga Berdirinya surat kabar ini pun didanai oleh para wanita yang ikut di dalam perkumpulan ini, terbukti di dalam iklan yang mengharuskan anggotanya untuk membayar iuran tiap bulannya, pengumumannya termuat di dalam surat kabar Soeara Iboe setiap bulannya. Surat kabar ini terbit di Sibolga dan terbit setiap satu bulan sekali dan terbit selama 5 edisi. Selain memuat berita, surat kabar ini juga memuat rubik tentang wanita dan artikel, hal ini dilakukan untuk menjadikan wanita Sibolga menjadi wanita yang lebih baik pada masa yang akan datang, karena pada saat itu wanita di Sibolga tidak memiliki hak dan kebebasan untuk melakukan sesuatu hal yang dilakukan oleh wanita pada saat sekarang ini B. Identifikasi Isi Surat Kabar Soeara Iboe. Isi dari surat kabar Soeara Iboe ini bukan hanya sekedar berita saja, namun di isi surat kabar Soeara Iboe terdapat beberapa informasi lain mengenai wanita juga berita-berita umum. Isi surat kabar Soeara Iboe yang diteliti dari edisi Mei sampai September berjumlah 5 edisi. 1. Maklumat ( Pengumuman ) Dari surat kabar Soeara Iboe yang ditelitih oleh penulis memuat beberapa maklumat ataupun pengumuman baik itu pengumuman mengenai berlangganan surat kabar dan pengumuman lainnya. Di Kategori Maklumat dalam surat kabar Soeara Iboe yang diteliti terdapat 8 maklumat atau pemberitahuan, 3

4 dari kesimpulan isi maklumat yang terdapat pada surat kabar Soeara Iboe ini adalah memberitahukan masalah keanggotaan, masalah keuangan, masalah tulisan dan pemberitaan dari luar wilayah. Dari maklumat ini pula dapat kita ketahui bagaimana bagusnya cara kerja kepengurusan surat kabar Soeara Iboe, dimana tidak bosan setiap edisi pengurus selalu memberitahukan kepada pembaca dan pelanggan akan hal yang harus dilakukan bagi si pelanggan dan pembaca, misalnya masalah langganan, Sudah ditentukan harga dari surat kabar tersebut.. 2. Wanita dan Kesehatan Menjaga kesehatan adalah merupakan hal yang terpenting yang harus kita lakukan dalam hidup kita. Menjaga kesehatan juga diwariskan dari oleh para leluhur kita. Untuk menjaga kesehatan tidak susah untuk dilakukan, dengan pola hidup bersih dan sehat kita dapat menjaga kesehatan kita. Dalam surat Kabar Soeara Iboe ada 6 berita dan artikel mengenai kesehatan. Di dalam surat kabar Soeara Iboe ini memuat berita tentang kesehatan. Di dalam surat kabar Soeara Iboe terdapat 1 berita tentang kesehatan dan 3 artikel kesehatan. Informasi tentang kesehatan yang ada di surat kabar Soeara Iboe ini antara lain tentang kesehatan ibu hamil, kesehatan untuk anak-anak dan kesehatn untuk ibu yang menyusui. Berita kesehatan yang ada di surat kabar Soeara Iboe ini lebih kepada kesehatan wanita dan anak. Dari penjelasan mengenai kesehatan melalui surat kabar Soeara Iboe ini maka dapat di simpulkan bahwa kaum ibu yang pada saat itu sangat kental akan adat dapat mengetahui bagaimana cara merawat bayi dengan baik. Dari berita dan artikel ini dapat kita lihat bagaimana mereka sangat memperhatikan kesehatan yang kita ketahui pada saat itu belum ada pengetahuan yang lebih seperti saat sekarang ini. 3. Hak Asasi Bagi Wanita Dalam berita ini penulis menganalisis bahwa berita ini di kirim oleh Narwastoe. Penulis juga menganalisis bahwa berita ini memberikan pemahaman terhadap kaum ibu di Sibolga tentang pembagian hak warisan kepada kaum perempuan. Karena dia merasakan bahwa kaum wanita di Sibolga belum mendapatkan haka nya sebagai wanita terutama masalah hak warisan. Padahal dikatakan oleh pengirim tulisan bahwa wanita itu layak mendapatkan hak warisannya karena wanita sudah banyak melalukan pengorbanan untuk rumah tangga. Misalnya mengurus anaka dan mengurus suami. Berita ini termuat dalam Soeara Iboe yaitu: Pentdapat saja lebih baiklah K.I itoe mendapatkan poesaka dari soeaminja, sebab ia membantting toelang dan mengorbankan tenaganja adalah oentoek soeaminja, seharusnja poelalah ia berhak kepada pentjariannja. Untuk menentang adat yang ada di Sibolga, kaum ibu melakukan perlawanan dengan mengunakan media masa, mereka melakukannya dengan menuat tulisan- 4

5 tulisan yang mengandung unsur ajakan seperti yang ditulis oleh Narwastoe, dimana dia memaparkan bagaimana keadaan kaum wanita yang ada di Sibolga yang masih terkengkang oleh adat. Di dalam kategori hak pusaka isi surat kabar Soeara Iboe diharapkan para pembaca dapat melakukan perubahan agar mendapatkan hak yang layak dalam pembagian hak pusaka. Dalam kategori hak pusaka ini pengurus juga memuat tulisan yang menerangkan bagaimana adat yang ada di wilayah Tapanuli. Ia mengatakan bahwa: Ialah pasal pemberian harta poesaka, dinegeri kita ini. sesoenggoehnya kalau dipikir, njatalah K.I batak tiada mempoenjai kedoedoekan jang tentoe didalam pergaoelan hidoep. Dari pihak orang toe kita tidak berhak dari soeaminja poean demikian poela. Banjaklah soedah orang toea2 jang boleh dibilang achli adat. Hamba tanja apakah sebabnja perempoean batak b. batak tidak mendapatkan poesaka. Kata mereka itoe jang datang harta pembawaannja itoepoen kalau soedah kawin laki2 jang poenja. Djadi kalau perempoean mendapatkan poeaka berarti, mengajakan pihak soeami dan djoedjoeran jang diseboet2 orang p.batak didjoeal perasaan hamba njatalah itoe soeatoe bohong. Dari kutipan diatas dijelaskan bagaimana keadaan kaum wanita yang bersuku batak. Mereka menyatakan bahwa wanita batak dalam hal harta pusaka tidak mempunyai kedudukan. Alasannya juga di ungkapan di dalam kutipan diatas bahwasanya harta yang ada pada wanita adalah harta bawaan dari suaminya jadi mereka tidak mempunyai hak untuk mendapatkan bagiannya. Dari kesimpulan diatas maka wanita di wilayah Sibolga dan Tapanuli jika ditinjau kedudukannya dari segi adat dalam pembagian hak pusaka tidak mempunyai kekuatan sedikitpun. Keadaan seperti inilah yang memacu semangat wanita yang ada di Sibolga dan Tapanuli untuk melakukan perlawanan. Mereka merasa direbut haknya oleh adat. Selain itu juga mereka juga berpikir bagaimana kaum wanita dapat melangsungkan kehidupan yang layak jika keadaannya terus menerus seperti ini. ketakutan kaum ibu Sibolga juga tertulis dalam surat kabar yaitu : Takoetlah hamba, kalau2 laki itoe mengloepakan, kewadjipannja dan memboroskan pentjahariannja. Djanganlah seperti selama ini, beberapa banjak K.I jang di tjeraikan dengan kain badan sadja keloear dari roemahnja dan bila tidak berani laki2 dioesir dari roemahnja, seperti jg kedjadian di medan itoe. Penoetoep karangan ini hamba menjeroakan landjoetlah oesia Soeara Iboe Tapanoeli. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa surat kabar Soeara Iboe telah membantu kaum ibu di Sibolga dan Tapanuli untuk menyadarkan kaum ibu yang masih terikat oleh adat. Selain itu pula dari kategori hak poesaka ini juga maka dapat diketahui kedudukan kaum ibu di Sibolga dan Tapanuli. Dengan perlawanan kaum ibu Sibolga maka kedudukan kaum ibu pada saat sekarang ini tidak lagi tersingkirkan oleh adat. 5

6 4. Berita Pengetahuan umum. Dalam surat kabar Soeara Iboe pengurus juga memasukan informasi dari luar wilayah Sibolga yang berbau tentang pengetahuan umum. Berita seperti ini sangat baik dimuat untuk menambah wawasan pembaca surat kabar soeara ibu dan kaum ibu di Sibolga. Salah satu berita luar yang dimuat oleh surat kabar Soeara Iboe adalah berita tentang seorang pejuang wanita dari India yaitu Sri Mati Sarojini Naidoen. Berita lain yang dimuat oleh Soeara Iboe adalah berita mengenai koperasi. 5. Pendidikan dan Pelatihan Wanita. Dalam kategori pendidikan ini penulis menganalisis bahwa pendidikan diwilayah Sibolga merupakan salah satu masalah yang ada. Didalam surat kabar Soeara Iboe ini juga pengurus memuat tulisan yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan. Salah satu tulisannya ialah: Sekolah ialah sesoeatoe tempat jang haroes dikoendjoengin oleh tiap tiap orang. Boekan laki-laki sadja, tetapi perempoean djoega hal inilah jang banjak diabaikan oelh kebanjakan kaoem iboe kita, lebih baik mereka itoe jang tinggal dikampoeng boekankah perempoean itoe achir kelaknja akan kedapoer djoea? Inilah pikiran jang selaloe mengganggoe dan menghalangi mereka menjoeroeh anaknja jang perempoean akan menoentoet ilmoe,, lain daripada itoe boekankah ada anak perempoean itoe dapat disoeroeh oentoek membela si iboe?. Dari tulisan diatas dapat diketahui bahwa masyakat Sibolga sudah mengenal sekolah, namun anggapan dari mereka sekolah bukanlah suatu prioritas yang penting bagi wanita. Disini mereka tidak melarang anak perempuannya untuk bersekolah, namun orang tuannya memberi gambaran kepada anaknya bahwa sekolah itu tidak ada manfaatnya bagi perempuan. Bagi mereka wanita yang bersekolah pun akan mengurusi rumah tangga juga. Pandangan masyarakat seperti inilah yang membuat perempuan yang ada di Sibolga menjadi tertinggal dengan wilayah lainnya yang sudah memberikan kesempatan perempuan sekolah. 6.Wanita dan Media Massa. Dalam kategori surat pengirim ini terdapat 3 surat pengirim yaitu pada edisi ketiga dan keempat.pada edisi yang kita surat dari pengirim berisi: Sekarang telah djoega dapat kita berkata-kata bertoekar pikiran satoe sama lain. Saoedarakoe kaoem jg lemah. Telah 3 kali Soeara Iboe kita terbit, selaloe agak terlambat sedikit karena apa? Ja, karena koerang toenjangan dari pihak kaoem iboe. Toenjanglah toejoean kita ini dengan tenaga dan fikiran boekankah saatnja telah tiba dimana. Kita mesti berdiri disamping saudarakoe, dan boekan dibelakang atau 6

7 dimoeka. Didalam S.I ni 1 ada tertoelis, bahwa iboe itoe ialah sekolah tinggi pada sianak. Kalau siboe masih tinggal didaper sadja, dapatkah mendidik anaknja dengan sepatoetnya? Tentoe tidak. Siiboe mesti berpemandangan Jg loeas dan berpengetahoean jg banjak. Dalam surat pengirim ini ditujukan untuk pembaca surat kabar Soeara Iboe dimana penulis surat kiriman ini menghimbau kepada para orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Agar anaknya mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu juga penulis surat kiriman ini meminta maaf karena keterlambatan terbit surat kabar Soeara Iboe karena kekuranggan tunjangan dari kaum iboe sendiri. Dalam surat kiriman ini penulis menganalisis bahwasannya tulisan ini ditujukan untuk kaum iboe dengan tujuan untuk mengeluarkan buah pikiran dan pendapat kaum iboe yang ada di Sibolga. 7. Kemampuan Wanita dalam Mengambil Keputusan. Dalam berdirinya surat kabar Soeara Iboe, terlebih dahulu terbentuk suatu perkumpulan bagi kaum wanita di Sibolga baik yang sudah menikah ataupun yang belum menikah. Berita terbentuknya perkumpulan ini termuat dalam Soeara Iboe. Diberitakan oleh Soeara Iboe yaitu: Kepoetoesan: bahwa hari berdiri comite kaoem iboe bertempat di Sibolga. Karena tidak ada lagi jang akan dibitjarakan. Vergadering ditoetoep poekoel 5 liwat. Sibolga, November De secretarisse. Dari kepututusan diatas Perkumpulan ini diberi nama perkumpulan kaum ibu. Perkumpulan yang terbentuk pada tahun 1931 ini bertujuan ini mengubah kebiasaan masyarakat Sibolga khususnya para wanita yang terikat oleh adat menjadi wanita yang modern. Dari perkumpulan inilah mereka membentuk suatu alat untuk bisa melakukan perubahan. Salah satu yang dilakukan mereka adalah menerbitkan surat kabar. Tujuan dari comite ini juga di terangkan di dalam Soeara Iboe: Mev. Tembal bitjarakan maksoed comite 1. Mempersatoekan silatoerahmi antara kita kaoem iboe 2. Memperbaiki nasibnja dan mempertinggi daradjatnja kaoem iboe. Apakah maksoednja wang djoedjoeran? 3. Apakah sebabnja anak perempoean tidak beroleh akan harta poesaka peninggalan orang toeanja? Ketiga pasal ini moerah diseboet, mahal dikerdjakan. Akan tetapi saja jakin dan pertjaja, bila kita semoea seia sekata, beban jang berat itoe boleh mendjadi ringan. Ketiga tujuan diatas merupakan cita-cita dari kaum ibu yang di kemukan dalam rapat yang di adakan oleh kaum ibu Sibolga. Mereka juga berharap dengan organisasi ini juga tujuan dapat tercapai sehingga kedudukan mereka bisa menjadi 7

8 lebih baik. Dalam pembentukan comite ini kaum iboe juga memilih pemimpin comite kaum ibu. Dari informasi yang dimuat oleh Soeara Iboe pengurusnya adalah: Pada waktoe itoe diadakan oendian, jg mendjadi bestuur comite jaitoe: Raad van adres: Mev. Dr. s. proehoeman dan mev. Hamonangan Voozitter : mev. K tembal Secretarisse: my h. pane Pen meesteres: my, t. harapan Commissaries : my januari en mev D. peloengan. Di dalam surat kabar Soeara Iboe selain memberikan informasi tentang wanita surat kabar ini juga memberikan informasi kegiatan perkumpulan kaum iboe di Sibolga. Tujuannya agar para pembaca mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan oleh organisasi kaum iboe supaya tidak menimbulkan suatu pemahaman yang tidak baik bagi orang tua yang anaknya mengikuti organisasi ini, selain itu juga perkumpulan ini merupakan organisasi terbuka dimana mereka memberitahukan kegiatan dan perkembangan perkumpulan ini. Dalam surat kabar Soeara Iboe ini perkumpulan kaum ibu melakukan 5 kali rapat dan mereka memasukan kegiatan rapat ini kedalam surat kabar soeara ibu dengan agenda yang akan dibahas dan hasil dari rapat tersebut agar para pembaca dan anggota perkumpulan ini mengetahui hasil dari kegiatan rapat yang dilakukan. 8. Sastra ( Cerpen, Cerbung dan Puisi). Dalam surat kabar ini juga terdapat sastra yang meliputi cerita pendek, cerita bersambung dan puisi. Seperti bagian-bagian Koran yang lain (misalnya bagian politik, ekonomi dan seterusnya), bagian sastra/seni itu fungsinya terutama untuk memberikan informasi pada pembaca Koran secara umum. Menurut analisis dari penulis adanya cerita pendek dan cerita bersambung ini dimuat untuk merefreskan si pembaca, agar si pembaca tidak jenuh akan berita mengenai permasalahan yang ada di Sibolga pada saat itu yaitu permaslahan hak pusaka, selain itu juga adanya kumpulan sastra ini ditujukan kepada pembaca untuk mengajak pembaca juga yang mempunyai hobi sastra bisa dimuat pada surat kabar Soeara Iboe. Seperti yang kita lihat sekarang ini, banyak juga surat kabar yang memuat tulisan sastra kedalam surat kabarnya, misalnya saja surat kabar Analisa dan Waspada ataupun surat-surat kabar yang ada saat sekarang ini. Penerbit selalu memasukan cerita sastra ke dalam surat kabarnya. Bukan hanya untuk menjadi bahan bacaan semata saja cerpen dan cerita bersambung ini,namun juga sebagai bahan ajaran bagi masyarakat Sibolga karena surat kabar ini mengajarkan moral dan norma yang baik, ceritanya lebih mengarah kepada kebaikan. 8

9 c. Tanggapan masyarakat Sibolga dengan berdirinya Surat Kabar Soeara ibu. Dalam suatu berdirinya organisasi tidak pernah lepas dari yang namanya pertentangan. Pertentangan (conflict) masyarakat mungkin pula menjadi sebab terjadinya perubahan social dan kebudayaan. Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu dengan kelompok atau perantaraan kelompok dengan kelompok. Umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat kolektif. Segala kegiatan didasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan individual walaupun diakui, tetapi mempunyai fungsi social. Tidak jarang timbul pertentangan antara kepentingan individu dengan kepentingan kelompoknya, yang dalam hal-hal tertentu dapat menimbulkan perubahan-perubahan (Soekanto, 2012:280). Didalam penjelasan pertentangan diatas, pertentangan juga terjadi di organisasi yang didirikan oleh kaum ibu di Sibolga, organisasi ini bukan hanya mendapatkan pertentangan dari masyarakat saja, namun juga dari orang tua yang anggota keluargannya ikut dalam organisasi ini. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis maka penulis menyimpulkan hasil penelitiannya adalah Surat kabar Soeara Iboe ini merupakan surat kabar yang diterbitkan di Sibolga pada tahun Penerbitan surat kabar ini dikarenakan adanya keinginan masyarakat Sibolga untuk mendapatkan hak pusaka dan perubahan pola pikir kaum wanita yang masih dikalungi adat agar menjadi wanita yang lebih maju dan berwawasan luas. Selain itu juga terbitnya surat kabar ini dimulai dengan dibentuknya suatu organisasi yang mengumpulkan wanita Sibolga baik itu yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Perkumpulan ini dinamakan Perkumpulan Kaoem Iboe Sibolga. Perkumpulan ini dibentuk pada 8 November 1931 di Sibolga. Dalam surat kabar Soeara Iboe berisikan tentang berbagai kegiatan kaum ibu di Sibolga. Selain itu juga surat kabar ini memuat berita dari luar wilayah Sibolga, hal ini dilakukan supaya kaum ibu Sibolga dapat mengetahui perkembangan wilayah di luar Sibolga. Dengan mengetahui perkembangan yang ada di luar maka kaum ibu di Sibolga dapat melakukan perubahan kebiasaan yang kolot menjadi yang lebih baik seperti wilayah yang sudah maju kebudayaannya. Hak pusaka merupakan pembahasan terpenting di dalam surat kabar Soeara Iboe ini. Karena hampir semua pemberitaan yang ada di dalam surat kabar Soera Iboe berisikan tentang keadaan kaum ibu yang tidak mendapatkan hak yang benar mereka hanya di pandang sebelah mata. Mereka mengutarakan jika mereka tidak mendapatkan hak atas harta warisan yang dimiliki oleh ayah dan suaminya bagaimana mereka bisa hidup. Maka daripada itu dengan adanya surat kabar ini kaum ibu di Sibolga bisa mendapatkan haknya. Dalam surat kabar Soeara Iboe 9

10 terdapat berita dan artikel mengenai Pendidikan dan pelatihan wanita, wanita dan kesehatan, wanita dalam mengambil keputusan, hak asasi bagi wanita, wanita dan media massa. Dalam terbitnya surat kabar ini mendapatkan berbagai macam kendala, salah satunya kendala dari keluarga dan masyarakat. Mereka menentang anak dan keluargannya ikut didalam anggota dari pengurus surat kabar ini dikarena keluarga mereka menganggap kegiatan ini merupakan kegiatan yang ditidak ada manfaatnya. SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan yang dikemukankan sebelumnya, maka disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Media massa bisa dijadi suatu media atau alat untuk merekonstruksi suatu kejadian yang pernah ada. seperti yang penulis lakukan dengan mengunakan media surat kabar Soeara Iboe sebagai suatu objek kajian di dalam skirpsinya. 2. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis bahwa wanita bukan dikodratkan untuk mengurusi rumah tangga dan dipandang sebagi kaum yang lemah. Melainkan wanita juga bisa melakukan perlawanan dan wanita merupakan guru nomor satu karena dia orang yang pertama mengajarkan periku yang baik terhadap anaknya. 3. Kepada para peneliti yang ingin mengkaji tentang surat kabar Soeara Iboe disarankan untuk meneliti surat kabar Soeara Iboe lebih baik lagi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya media massa sebagai salah satu bukti sejarah. 10

11 DAFTAR PUSTAKA Adam, Ahmat Sejarah Awal Pers Dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan. PT. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Bandel, Katrin Satra, Perempuan Seks. Jalasutra. Yogyakarta. Effendi, Amran Bungai Rampai: Perana Pers Indonesia Dalam Laju Pembangunan. Yayasan Pembinaan Dan Pengembangan Karya Generasi Muda Indonesia. Medan. Fitriyanti Rohana Kuddus: Wartawan Perempuan Pertama Indonesia. Yayasan d NANTI. Jakarta. Gottschalk, Louis Mengerti Sejarah (Di Terjemahkan Oleh Nugroho Notosusanto). Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Katopo, Aristoteles Satu Abad Kartini PT.Sinar Agape Press. Jakarta. Pengurus Soeara Iboe Soeara Iboe. Sibolga. Rampan, Korrie Layun Dan Titik W.S Karya Perempuan Penelitih Di Indonesia. Kelompok Cinta Baca. Jakarta. Said, Tribuana Sejarah Pers Nasional Dan Pembangunan Pers Pancasila. Haji Masagung. Jakarta. Said, Mohammad Sejarah Pers Di Sumatera Utara. Waspada. Medan. Said, Mohammad Pertumbuhan Dan Perkembangan Pers Di Sumatera Utara. Waspada. Medan. Santoso, Dr.Erlina Seni Menyusui Bayi. Progres. Jakarta. Soedarsono,Tim Penulis Kongres Wanita Indonesia Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita. PN Balai Pustaka. Jakarta. Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers. Jakarta. Soewondo, Nani Kedudukan Wanita Indonesia Dalam Hukum Dan Masyarakat. Timun Emas. Jakarta. 11

12 Suhartono Sejarah Pergerakan Nasional. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Suwandi, Harsono Peranan Pers Dalam Politik Di Indonesia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Syamsuddin, Helius Metodologi Sejarah. Ombak. Yogyakarta. Teeuw, A Sastera Dan Ilmu Sastera. PT Dunia Pustaka Jaya. Jakarta. Tirtaraharja, Prof.Dr. Umar Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi). PT. Rineka Cipta. Jakarta. TWH, Muhammad Perlawanan Pers Sumatera Utara Terhadap Gerakan PKI. Yayasan Pelestarian Fakta Dan Perjuangan Kemerdekaan RI. Medan. 12

GERAKAN PEREMPUAN MELALUI SURAT KABAR PEREMPOEAN BERGERAK DI MEDAN 1919 LIZA TANURA NIM

GERAKAN PEREMPUAN MELALUI SURAT KABAR PEREMPOEAN BERGERAK DI MEDAN 1919 LIZA TANURA NIM GERAKAN PEREMPUAN MELALUI SURAT KABAR PEREMPOEAN BERGERAK DI MEDAN 1919 JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan OLEH: LIZA TANURA NIM. 309 321 023 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di daerah kota Medan pada masa kolonial belanda, menjadikan sebuah awal di masa lalu sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan informasi adalah pers. mengembangkan pers di Indonesia pada saat itu.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan informasi adalah pers. mengembangkan pers di Indonesia pada saat itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia. Informasi ini bisa didapatkan melalui media seperti: media cetak dan juga media elektronik.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam menjalani kehidupannya manusia selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Pendidikan itu diperoleh dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak perjuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1 Abstrak Pandangan ketiga tokoh utama wanita tentang emansipasi dalam novel Tiga Orang Perempuan ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa peran perempuan pengarang dalam sejarah sastra Indonesia masih sukar untuk dipetakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat Karo adalah masyarakat yang menganut sistem patriaki, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat Karo adalah masyarakat yang menganut sistem patriaki, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Karo adalah masyarakat yang menganut sistem patriaki, yang artinya garis keturunan berdasarkan ayah. Hal ini jelas dilihat dari kehidupan sosial

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga pria dan perempuan mempunyai peranannya juga masing-masing. adalah keluarga (Ollenburger dan Moore, 1996 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. keluarga pria dan perempuan mempunyai peranannya juga masing-masing. adalah keluarga (Ollenburger dan Moore, 1996 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman tidak selamanya membawa perubahan yang baik bagi masyarakat. Masyarakat dalam hal ini menjadi korban dari dampak perubahan yang tidak baik. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat pada saat sekarang ini, masalah dalam kehidupan sosial sudah semakin kompleks dan berkepanjangan, dimana terdapat beberapa aspek yang

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA A. Relefansi Masa Turunnya Ayat dengan Masa Kini Ayat 15 dari surat Al-Ahqaf tersebut merupakan ayat makiyah. Sebelum al-qur an diturunkan, di daerah Makkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

Manusia dan Cinta Kasih

Manusia dan Cinta Kasih Manusia dan Cinta Kasih Cinta kasih Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwa Darminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang perjuangan seorang perempuan yang ingin memperjuangkan perempuan lain, agar mendapatkan haknya. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini, masalah yang berhubungan dengan kehidupan sosial sudah makin kompleks dan terdiri dari berbagai aspek yang mana hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

Artikel HARI IBU 22 DESEMBER Mengobarkan Semangat Perjuangan Kaum Perempuan. Drs. Mardiya

Artikel HARI IBU 22 DESEMBER Mengobarkan Semangat Perjuangan Kaum Perempuan. Drs. Mardiya Artikel HARI IBU 22 DESEMBER Mengobarkan Semangat Perjuangan Kaum Perempuan Drs. Mardiya Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-82 tahun ini yang secara nasional jatuh pada hari Rabu, 22 Desember 2010 akan sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam keluarga dibanding pria. Wanita di mana-mana mencurahkan tenaganya

I. PENDAHULUAN. dalam keluarga dibanding pria. Wanita di mana-mana mencurahkan tenaganya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dahulu telah ada orang-orang yang memberikan perhatian kepada nasib wanita, yang dianggap diperlakukan tidak adil dalam masyarakat maupun dalam keluarga dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil, yang terdiri dari seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan dapat disimpulkan dari cerpen Indonesia pengarang perempuan dekade 1970-2000-an beberapa hal berikut. Struktur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Historis. Menurut H. Roeslan Abdulgani yang dikutip oleh Hugiono dan P.K.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Historis. Menurut H. Roeslan Abdulgani yang dikutip oleh Hugiono dan P.K. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Historis Menurut H. Roeslan Abdulgani yang dikutip oleh Hugiono dan P.K. Poerwantana mengatakan sejarah adalah Salah satu bidang ilmu yang meneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya sastra berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara nyata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan gizi tetapi juga masalah perlakuan seksual terhadap anak (sexual abuse),

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan gizi tetapi juga masalah perlakuan seksual terhadap anak (sexual abuse), 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang anak adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, anak merupakan bagian dari generasi muda, penerus cita-cita perjuangan dan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan modal utama pembangunan masyarakat nasional Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan terpenting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. bab- bab sebelumnya maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN. bab- bab sebelumnya maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di pembahasan pada bab- bab sebelumnya maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisa dan evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia karena ia tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami isteri saja tetapi

Lebih terperinci

Daftar Informan. 2. Nama : Rumondang br. Siagian ( Op. Yosua) Pekerjaan : Pedagang Usia : 60 tahun Alamat : Sipoholon Tarutung

Daftar Informan. 2. Nama : Rumondang br. Siagian ( Op. Yosua) Pekerjaan : Pedagang Usia : 60 tahun Alamat : Sipoholon Tarutung Daftar Informan 1. Nama : Togar Paniaran Sirait (Op. Ruth) Pekerjaan : Wiraswasta Usia : 65 Tahun Alamat : Pintu Pohan Balige 2. Nama : Rumondang br. Siagian ( Op. Yosua) Pekerjaan : Pedagang Usia : 60

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya

Lebih terperinci

Bab 1. Jurnalis dari Masa ke Masa. Sang Wartawati Pertama

Bab 1. Jurnalis dari Masa ke Masa. Sang Wartawati Pertama Bab 1 Jurnalis dari Masa ke Masa Sang Wartawati Pertama Nama Rohana Kudus mungkin masih sedikit asing untuk anak muda jaman sekarang. Perempuan asal Koto Gadang ini dijuluki sebagai Wartawati Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informan I Nama : Manimbul Hutauruk Tanggal Wawancara : 31 Januari 2015 Tempat : Rumah Bapak Manimbul Hutauruk Waktu : Pukul 13.00 WIB 1. Berapa lama anda tinggal di Desa Hutauruk?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) 0 TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN A. Sekilas Tentang Bapak Kasun Sebagai Anak Angkat Bapak Tasral Tasral dan istrinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami 114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami dibawah tangan pada masyarakat batak toba di Kota Bandar Lampung saat ini, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dalam menjalankan tata hukum di Indonesia. Oleh sebab itu, untuk

Lebih terperinci

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM IZIN POLIGAMI DALAM PUTUSAN MAJELIS HAKIM DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO NO. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda A. Analisis Yuridis Pertimbangan Dan Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BALAI HARTA PENINGGALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BALAI HARTA PENINGGALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG BALAI HARTA PENINGGALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Balai Harta Peninggalan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sejak manusia lahir hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang sederajat dengan laki-laki hanya saja terdapat perbedaan fisik dan kodrat. Sebagai sesama manusia, laki laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dalam masyarakat Indonesia adalah mutlak adanya dan merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan Bangsa seperti Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode adalah cara atau jalan yang digunaan peneliti untuk menyelesaikan suatu masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN HISTORIS TENTANG PERJUANGAN MARIA WALANDA MARAMIS DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN DI MINAHASA TAHUN Skripsi. Oleh : WINDAR WATI

TINJAUAN HISTORIS TENTANG PERJUANGAN MARIA WALANDA MARAMIS DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN DI MINAHASA TAHUN Skripsi. Oleh : WINDAR WATI TINJAUAN HISTORIS TENTANG PERJUANGAN MARIA WALANDA MARAMIS DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN DI MINAHASA TAHUN 1900-1924 Skripsi Oleh : WINDAR WATI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mentransformasikan berbagai ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan atau tulis. Kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membicarakan masalah perempuan tidak ada habisnya, sejak dulu wacana tentang perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu keturunan ditarik dari ayahnya. Dilihat dari marga yang dipakai oleh orang batak yang diambil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai yang cukup dominan dalam kultur berbagai bangsa menyatakan bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam masyarakat peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih sayang sebagai sebuah rahmat dari-nya. Dimana semua itu bertujuan agar manusia dapat saling berkasih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang manusia yang lahir di dunia ini, memiliki hak dan kewajiban yang diberikan hukum kepadanya maupun kepada manusia-manusia lain disekitarnya dimulai kepadanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang suci, yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, sebagai rahmat untuk semesta alam. Setiap makhluk hidup mempunyai hak untuk menikmati kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan dimana laki-laki lebih diunggulkan dari perempuan. Seorang perempuan berlaku lemah lembut dan

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

UNGKAPAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SUARA MERDEKA

UNGKAPAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SUARA MERDEKA UNGKAPAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SUARA MERDEKA SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Oleh: UDI BUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan mutiara keluarga yang perlu dilindungi dan dijaga. Perlu dijaga karena dalam dirinya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: SITI MUKARROMAH YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

SKRIPSI. Oleh: SITI MUKARROMAH YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG IKLAN LIFEBUOY DI MEDIA TELEVISI (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Anak SD Surabaya Tentang Isi Pesan Iklan Lifebuoy 5 Resep Dokter Kecil Versi Dik Doank di Media Televisi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era an banyak bermunculan novel-novel yang berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era an banyak bermunculan novel-novel yang berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era 1960-1970an banyak bermunculan novel-novel yang berbahasa Jawa. Hampir tiap penerbit di kota-kota besar di Jawa berlomba membukukan karya-karya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan aset dari kebudayaan nasional adalah bersumber dari puncak-puncak terindah, terhalus, terbaik

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan

Lebih terperinci

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para BAB 5 KESIMPULAN Gerwani adalah organisasi perempuan yang disegani pada masa tahun 1950- an. Gerwani bergerak di berbagai bidang. Yang menjadi fokus adalah membantu perempuan-perempuan terutama yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LatarBelakang Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum perempuan, sebagian besar masyarakat tentu lebih mengenal R.A Kartini. Memang, banyak tokoh perempuan

Lebih terperinci

(Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia)

(Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia) 86 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA (Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia) Modul 11 Oleh : Rohdearni Tetty Yulietty Munthe, SH/08124446335 86 87 1. Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam

Lebih terperinci

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955)

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955) 10 Dari kedua pendapat diatas maka penulis mengartikan Partisipasi adalah keikut sertaan (tindakan) yang dilakukan Lembaga, Institusi ataupun individu dalam suatu peristiwa. B. Konsep Peranan Peranan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

PENGANGKATAN ANAK SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN ANAK

PENGANGKATAN ANAK SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN ANAK PENGANGKATAN ANAK SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN ANAK Muhammad Heriawan heriyawan67@gmail.com Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Tadulako Abstract Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih tetap ada sampai sekarang ini. Wanita Jepang memiliki citra sebagai seorang wanita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua dapat setelah adanya pernikahan.keinginan mempunyai anak bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. tua dapat setelah adanya pernikahan.keinginan mempunyai anak bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah dan karunia Tuhan yang paling terindah yang orang tua dapat setelah adanya pernikahan.keinginan mempunyai anak bagi setiap pasangan suami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum disebut sebagai pengawal warisan budaya. Pengawal warisan budaya

BAB I PENDAHULUAN. Museum disebut sebagai pengawal warisan budaya. Pengawal warisan budaya BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Museum disebut sebagai pengawal warisan budaya. Pengawal warisan budaya mengandung makna bahwa warisan budaya juga ditampilkan oleh museum kepada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam kehidupannya manusia memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk bertahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan babak baru bagi perjuangan rakyat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci