GERAKAN PEREMPUAN MELALUI SURAT KABAR PEREMPOEAN BERGERAK DI MEDAN 1919 LIZA TANURA NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GERAKAN PEREMPUAN MELALUI SURAT KABAR PEREMPOEAN BERGERAK DI MEDAN 1919 LIZA TANURA NIM"

Transkripsi

1 GERAKAN PEREMPUAN MELALUI SURAT KABAR PEREMPOEAN BERGERAK DI MEDAN 1919 JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan OLEH: LIZA TANURA NIM JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2013

2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui latar belakang penerbitan surat kabar Perempuan Bergerak di kota Medan tahun 1919; (2) Untuk memahami konsep gerakan perempuan menurut surat kabar Perempuan Bergerak di kota Medan tahun 1919; (3) Untuk menganalisis bagaimana pencitraan perempuan dalam profil pemberitaan surat kabar Perempuan Bergerak tahun Penelitian ini menggunakan metode Library Research atau Study Pustaka yaitu suatu metode penelitian dengan cara menelusuri buku-buku, arsip, dokumen-dokumen, jurnal, artikel ilmiah, catatan maupun foto-foto atau gambar-gambar yang relevan atau sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini metode studi pustaka digunakan untuk menelusuri dan mengumpulkan informasi dan data yang relevan dari berbagai buku, arsip serta literatur yang berkenaan dengan gerakan perempuan di kota Medan melalui surat kabar Perempuan Bergerak tahun Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Surat kabar Perempoean Bergerak terbit di kota Medan pada tahun 1919 sebagai upaya bagi kaum perempuan pada masa itu untuk melakukan pergerakan mengangkat harkat dan martabat perempuan; (2) Konsep gerakan perempuan dalam surat kabar Perempuan Bergerak tidak hanya berpusat untuk menyokong gerakan emansipasi perempuan terutama dalam hal pendidikan formal dan posisi perempuan dalam kehidupan sosial sehari-hari; (3) Konsep pemberitaan surat kabar Perempoean Bergerak adalah konsep pemberitaan berkelanjutan dan pencitraan berita perempuan dalam surat kabar Perempoean Bergerak pada umumnya tidak bersifat negatif atau memarginalkan perempuan melalui produksi wacananya. Hal ini dikarenakan surat kabar Perempoean Bergerak merupakan media atau alat gerakan perempuan melalui produksi wacananya untuk menggerakkan hati dan kemauan perempuan agar dapat menikmati sejumlah perubahan dan kemajuan zaman pada masa itu. Kata Kunci : Surat Kabar Perempoean Bergerak dan Gerakan Perempuan LATAR BELAKANG Selama dalam masa perang atau pergerakan mempertahankan kemerdekaan, surat kabar adalah salah satu media massa yang mampu memberikan kontribusi atau peranan yang besar bagi bangsa Indonesia khususnya kota Medan. Peranannya

3 sangat terlihat jelas dalam penyebaran berita tentang perjuangan yang dapat membangkitkan semangat dan rasa nasionalisme rakyat. Adam (2003 : 212) memaparkan mengenai perkembangan pers di Sumatera Utara yaitu : di Sumatera perkembangan pers hanya berkembang di beberapa kota atau kota besar di wilayah pemerintahan Pantai Barat dan Aceh, serta Pantai Timur Keresidenan Tapanuli dan Palembang. Pertumbuhan pers di daerah-daerah ini sangat tergantung pada denyut ekonomi kota untuk mendukung sirkulasi surat kabar dan berkala di kalangan pedagang dan penduduk setempat. Hingga menjelang paruh kedua abad ke-19 terdapat beberapa kota-kota utama penerbitan surat kabar yaitu Padang, Medan, Sibolga dan Kuta Raja atau yang sekarang dikenal dengan Banda Aceh. Seperti yang dipaparkan oleh Said (1976 : 33-45) diketahui bahwa di Kota Medan pada tanggal 18 Maret 1885 telah terbit untuk pertama kalinya surat kabar pertama milik Belanda dengan berbahasa Belanda. Surat kabar ini bernama Deli Courant yang diterbitkan oleh Jacques Deen (Wakil Redaktur). Surat kabar ini terbit 2 kali dalam seminggu yaitu pada hari Rabu dan Sabtu dengan jumlah oplah 150 lembar. Hampir selama 10 tahun peranan Deli Courant yang hampir sebagian besar beritanya hanya berisikan mengenai kepentingan majikan perkebunan. Hal ini menyebabkan banyak golongan dari orang-orang Belanda untuk menerbitkan sebuah surat kabar lain di kota Medan yang dikenal dengan De Oostkust pada 30 November Masa keemasan De Oostkust tidaklah sepanjang masa keemasan Deli Courant hanya mampu bertahan beberapa tahun

4 saja yang kemudian digantikan oleh Pertja Timor sebagai koran berbahasa Indonesia pertama yang terbit di kota Medan pada tahun Sejalan dengan banyaknya surat kabar yang terbit di Sumatra Utara, bermunculan pula surat kabar yang dirintis oleh beberapa kaum perempuan di kota Medan. Surat kabar ini terbit untuk pertama kalinya di kota Medan pada 15 Mei tahun 1919 dengan nama Perempoean Bergerak. Terbitnya surat kabar Perempuan Bergerak merupakan suatu upaya untuk menyokong pergerakan perempuan di kota Medan. Selain itu, keberadaan surat kabar Perempoean Bergerak juga berperan sebagai pendamping perjuangan para kaum lelaki di kota Medan. Pada mulanya surat kabar ini disebut sebagai majalah khususs wanita yang disponsori dan sekaligus menjadi pemimpin redaksi yaitu oleh Parada Harahap. Namun hal itu hanya pada satu nomor/edisi saja, kemudian Parada Harahap menyerahkan kepemimpinan redaksinya kepada Siti Rohana (Rohana Kudus) dan yang bernama Setiaman Parada Harahap. Terbitnya surat kabar Perempoean Bergerak merupakan kerja sama yang baik antara Parada Harahap dengan seorang guru yang bernama Tengku A. Sabariah yang kemudian menjabat sebagai ketua direksi/sdirektris. Kemudian redaktris oleh Butet Satidjah dan pembantu redaktris yaitu A. S Hamidah, Chairil Bariah Indra Boengsoe Pangkalan Berandan, dan Siti Zahara yang merupakan guru Matang Gelumpang Dua. Tujuan utama terbitnya surat kabar Perempoean Bergerak adalah untuk mengangkat derajat kaum perempuan agar dapat berperan aktif dan menikmati kemajuan zaman pada masa itu. Hal ini dikarenakan sudah selayaknya dan

5 sepatutnya kaum perempuan di tanah Deli (kota Medan) menikmati perubahan zaman yang disebut dengan kemajuan. Selain itu keberadaan surat kabar Perempoean Bergerak merupakan upaya untuk memperjuangkan kemajuan tanah air dan membantu pergerakan para kaum laki-laki. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode Heuristik, dengan cara ini peneliti berusaha mencari sumber, mengumpulkan data, menganalisis dan memberikan gambaran yang jelas tentang objek sejarah yang akan diteliti, berdasarkan interpretasi dari sumber - sumber yang diperoleh dan dikumpulkan. Lebih lanjut Heuristik merupakan kegiatan berupa mengumpulkan jejak-jejak masa lampau, yakni peninggalan sejarah atau sumber apa saja yang dapat dijadikan dalam studi sejarah. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Study Pustaka (Library Research). Metode Study Pustaka merupakan suatu metode yang dilakukan dengan cara menelusuri buku-buku, arsip, dokumen-dokumen, jurnal, artikel ilmiah, catatan maupun foto-foto atau gambar-gambar yang relevan atau sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini metode studi pustaka digunakan untuk menelusuri dan mengumpulkan informasi dan data yang relevan dari berbagai buku, arsip serta literatur yang berkenaan dengan gerakan perempuan di kota Medan melalui surat kabar Perempoean Bergerak tahun Selain itu untuk mengetahui konsep pemberitaan dan pencitraan perempuan dalam wacana surat kabar Perempoean Bergerak digunakan metode analisis wacana berdasarkan beberapa para ahli terutama mengenai masalah feminisme.

6 Analisis wacana yang digunakan adalah analisis wacana menurut Sara Mills, Teun van Djik, Theo van Leeuwen serta analisi wacana Framing. HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Penerbitan Surat Kabar Perempoean Bergerak Tahun 1919 Surat kabar Perempoean Bergerak adalah surat kabar perempuan pertama yang terbit di kota Medan pada 15 Mei tahun Pada awal penerbitannya surat kabar ini disebut sebagai majalah khususs wanita yang disponsori dan sekaligus dipimpin suatu redaksi yaitu oleh Parada Harahap. Namun hal itu hanya pada satu nomor/edisi saja, kemudian Parada Harahap menyerahkan kepemimpinan redaksinya kepada Siti Rohana (Roehana Koeddoes) dan Setiaman Parada Harahap yang merupakan istri dari Parada Harahap. Seperti yang tertera pada bagian pembuka atas surat kabar Perempoean Bergerak yaitu Diterbitkan oentoek penyokong pergerakan kaoem perempoean, sekali seboelan (boeat sementara) oleh pergerakan perempuan di Medan Deli, maka tujuan dari diterbitkannya surat kabar Perempoean Bergerak adalah sebagai media atau alat pergerakan kaum perempuan pada masa itu sekitar tahun 1919 di kota Medan. Pergerakan perempuan yang dimaksudkan adalah suatu bentuk upaya kaum perempuan pada masa itu untuk dapat menikmati kemajuan zaman terutama dalam kemajuan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik seperti apa yang dinikmati oleh kaum laki-laki sebelumnya.

7 Pergerakan ini mereka (kaum perempuan) sebut dengan gerakan Feminisme. Namun berbeda dengan gerakan feminisme pada umumnya, gerakan feminisme yang kaum perempuan pada masa itu tidaklah bersifat radikalisme, melainkan dengan jalan yang baik dan bersih. Seperti apa yang tertulis dalam surat kabar Perempoean Bergerak edisi pertama tanggal 15 Mei 1919 yang berbunyi : Feminisme kita ini hendaklah kita toedjoekan menoeroet djalan nan elok dan bersih soepaja pergerakan kita ini tiada terhambat-hambat; adat dan agama nan elok itoe djangan kita lampawi. Pada saudara-saudara laki-laki saja poehoenkan soepaja toean fikirkan bahasa toean-toean moelai dipandang bangsa Hollander sebagai Indisch broeder djadi saja harap toean-toean djang feminisme kami soepaja kami perempoean-perempoean poen akan dipandang oleh Hollander dari Hollandsche vrouw sebagai Indiche zuster. Selain pergerakan yang bersifat feminisme, gerakan perempuan pada masa itu melalui surat kabar Perempoean Bergerak juga berusaha mendukung dan membantu pergerakan kaum laki-laki. Dengan kata lain pergerakan kaum perempuan pada masa itu berdiri di samping pergerakan kaum laki-laki. Hal ini juga tertulis dalam surat kabar Perempoean Bergerak edisi pertama tanggal 15 Mei 1919 yang berbunyi sebagai berikut : Lachirnja Perempoean Bergerak (PB) tidak bermaksud djahat, tapi sebaliknja akan menjokong kemadjoean fihak perempoean jang bersetoedjoe dengan kemaoean sekarang, dan kalau bisa akan membantoe pergerakan saudara-saudara lelaki djoega. Pendeknja kemadjoean fihak perempoean akan berdiri disisinja pergerakan fihak saudara-saudara lekali bangsa kit, karena bagaimana pembatja tahoe boekan sadja fihak lelaki jang mengingini akan kemadjoean tanah ajer kita Hindia, tapi djoega fihak perempoean ada mempoenyai keinginan akan kemadjoean tanah Hindia; jang mana maksoed itoe bisa disampaikan sadja djikalau lelaki dan perempoean soedah sama berada dalam tjatoer padang pergerakan kemadjoean.

8 Namun satu hal yang paling mendasar yang melatarbelakangi terbitnya surat kabar Perempoean Bergerak adalah telah adanya pergerakan kaum perempuan di luar kota Medan seperti di Jawa dan Sumatera Barat. Pergerakanpergerakan ini juga dilakukan melalui surat kabar seperti di Sumatera Barat (Padang) melalui surat kabar Soenting Melajoe dan Soeara Perempoean di Pariaman. Tidak hanya gerakan perempuan di Sumatera Barat yang tetapi pada tahun yang sama yaitu tahun 1919 kaum perempuan Sumatera Timur Aceh dan Tapanuli juga mengikuti jejak pergerakan saudara-saudara perempuan di Sumatera Barat dan Jawa yang telah terlebih dahulu melakukan gerakan. Hal serupa juga pada tahun 1919 diikuti oleh kaum perempuan yang ada di kota Medan. Seperti yang tertera dalam tulisan surat kabar Perempoean Bergerak edisi pertama dipaparkan bahwa : Tahoen 1919 iallah poela satoe tahoen jang ta diloepakan oleh saudara-saudara perempoean sebelah Sumatra Timoer Atjeh en Tapanoeli karena tahoen 1919 inillah pertama kali saudara-saudara iteo mau ikoet djedjaknja saudara-saudara perempoean sebelah Sumatra Barat dan Java jang pada masa ini sedang berada dalam tjatoer gerakan mengangkat deradjat saudara-saudara bangsa kita pihak perempoean. B. Konsep Pemberitaan Perempuan Dalam Surat Kabar Perempoean Bergerak. Berdasarkan profil atau isi surat kabar Perempoean Bergerak diketahui bahwa hampir sebagian besar artikel atau tulisan-tulisan yang terdapat didalamnya membahas serta memaparkan berita mengenai perempuan beserta gerakan dan upaya-upaya yang dilakukan untuk memajukan keadaan kaum perempuan pada masa itu. Namun tidak hanya menampilkan pemberitaan perempuan dalam hal kemajuan perempuan, surat kabar Perempoean Bergerak

9 juga menampilkan berita mengenai sekolah, ilmu pengetahuan, ekonomi, penentangan terhadap Kolonialisme dan lain sebagainya. Sebagian besar pemberitaan yang ditampilkan adalah berbentuk artikel yang secara keseluruhan berkelanjutan. Sehingga secara umum dapat dikatakan konsep pemberitaan perempuan dalam surat kabar Perempoean Bergerak adalah konsep yang bersifat berkelanjutan (berkala) dan bukan sebaliknya bersifat fragmentaris. Pemberitaan yang fragmentaris dapat dikatakan pemberitaan yang sifatnya tidak berkelanjutan. Berita yang ditampilkan terpotong-potong dan tidak sepenuhnya. Hal ini menyebabkan pembaca kehilangan berita dan tidak dapat mengikuti tingkat-tingkat kejadian atau peristiwa-peristiwa yang diberitakan. Konsep pemberitaan ini tidak terdapat dalam surat kabar Perempoean Bergerak karena walaupun surat kabar Perempoean Bergerak yang ada saat ini edisinya tidak lengkap, namun dari sejumlah artikel yang ada dapat dilihat berita yang ditampilkan saling berkelanjutan dan tidak terpotong-potong. Mengenai hal ini dapat dilihat dalam surat kabar Perempoean Bergerak dalam pemberitaan berbentuk artikel dengan judul Soeara Pihak Perempoean Tionghoa yang ditulis secara berkelanjutan mulai dari edisi 16 Oktober 1919, 16 November 1919 dan edisi 16 Desember 1919 yang tidak diketahui penulisnya dan kemungkinan jika dilihat dari cara penulisannya maka penulisnya adalah perempuan dari golongan Tionghoa. Bentuk artikelnya antara lain :

10 Edisi 16 Oktober 1919 isinya adalah sebagai berikut : Sekean lamanja kebangsaan Tionghoa telah didirikan tetapi sekean lamanja djoega kita tinggal dalam keadaan jang terlaloe miring, itoelah saja nanti oetarakan. Doenia semangkin lama djadi semangkin baroe dan semangkin toea djadi semangkin madjoe dengan segala kepintaran dan kepandean. Ditilik dari sitoe djadi ternjata bahwa negeri atau bangsa jang madjoe, tegoeh dan sempoerna adalah dari raajatnya poenja kemadjoean, ketegoehan dan kesempoernaan poenja keadaan jang mendjadi pokok. Edisi 16 November 1919 isinya adalah sebagai berikut : Kita poenja kebangsaan djadi miring sebab orang-orang jang djadi orang toea tidak begitoe giat dalam oeroesan peladjaran bagi anakanaknja teroetama anak-anaknja perempoean. Sebab itoe kebanjakan kita poenja bangsa idoep dalam doenia jang gelap dari peladjaran. Orang jang idoep dalam gelap bagaimana bisa melakoekan kewadjiban dengan betoel? Tentoe tida bisa boekan? Sekarang doenia soedah berobah banjak dari pada keadaan doeloe kala, maka kita orang poen tidak boleh tinggal dian sadja dalam itoe keadaan jang soedah terlaloe koeno. Kita moesti madjoe boeat ikoetin gerakannja doenia seopaja kita tidak kena terindjek dibawah kakinja laen orang jang lagi berlomba. Dalam hal ini kita tidak bisa ambil laen djalan dari pada pake peladjaran boeat didjadikan fondamentnja. Dari itoe ini oeroesan moesti tidak boleh tidak dijakinkan agar djadi bertambah madjoe dan tidak kala lama laen orang. Edisi 16 Desember 1919 isinya adalah sebagai berikut : Tetapi adanja orang Tionghoa ada berat sekali sama kekoenoean. Ia tida bisa lakoekan sama rata antara anak lelaki dan anak perempuannja. Dalam oeroesan peladjaran satoe hal jang paling berpenting poen dilakoekan dengan sangat berbeda. Satoe anak perempoean baroe boleh masoek dalam sekolah sesoedah ia beroesia 7 atau 8 tahoen, tetapi ia soedah moesti ditarik ataw diberhentikan peladjarannja kalau ia soedah makan oemoer 12 ataw 14 tahoen, djadi ia tjoema dapat tempo boeat beladjar paling lama 5 ataw 7 tahoen. Sesoedah anak perempoean itoe ditarik dari sekolahan oleh orang toeanja jang koerang pikir ataw sebab ia sendiri djoega tida terpeladjar, seodah lantas moesti diringkoes dalam

11 tentara dapoer dan tida diidzinkan keloear dari pintoenja ataw bergaoelan dengan sesamanja. Kalau sekarang orang Tionghoa maoe djadi madjoe, maoe dipandang sebagai bangsa jang deradjatnja tida dibawah lain orang ataw dengan pendek maoe terindah, ia moesti sekali kasi toendjoek bahoea ia poenja diri ada poenja itoe harga boeat diindahkan; ia moesti oesahakan peladjarannja dan adat pekerti jang sopan dan santoen. Ia moesti ada poenja pengartian dan kepandaian jang bergoena boeat membawa idoepnja. Dan itoe semoea moesti dibikin sempoerna bagi ia poenja anak-anak, baik lelaki baikpoen perempoean, boekan tjoema boeat anak-anak laki sadja. Tetapi kalau ditilik keadaan sekarang, boekan begitoe adanja. Orang tjoema pikir bagi fihak lelaki sadja, sedang fihak perempoean maoe dikoerang sebage orang piara babi. Ia diasingkan dari segala pergaoelan doenia sama sekali dibikin gelap bagi ia orang. Saja tidak bisa abis pikir itoe apa artinja. Apakah itoe boekan maksoednja seperti anggepannja orang lain bangsa orang Tionghoa masi masi setengah manoesia poenja keadaan?. Kemadjoean jang sedjati baroe bisa berboekti kalau lelaki dan perempoeannja ada sama deradjatnja. Kehormatan moesti ada pada dirinja mereka berdoea rata-rata. C. Pencitraan Perempuan Dalam Surat Kabar Perempoean Bergerak 1919 Untuk mengetahui pencitraan perempuan dalam surat kabar Perempoean Bergerak maka akan digunakan teori Analisis Wacana dan Analisis Framing. Hal ini dikarenakan pencitraan perempuan hadir melalui wacana dalam surat kabar Perempoean bergerak. Kedua teori ini digunakan untuk mengetahui pencitraan perempuan melalui wacana yang ditampilkan dalam berbagai tulisan pada surat kabar Perempoean Bergerak. Setidaknya ada tiga tokoh yang memberikan dasar teori mengenai analisis wacana feminis yang merupakan bagian dari analisi wacana kritis. Pertama adalah Sara Mills dengan titik perhatiannya yang disebut dengan teori perspektif feminis (Eriyanto, 2001 : 199), yaitu menunjukkan

12 bagaimana teks bias dalam menampilkan wanita. Kedua adalah Teun A. van Djik dengan titik perhatiannya adalah mengenai proses produksi teks yang dikenal dengan kognisi sosial yang menurut Eriyanto (2001 : 222) yaitu bagaimana proses teks diproduksi oleh wartawan/media dan bagaimana nilainilai masyarakat yang patriarkal yang diserap oleh kognisi wartawan/media dan akhirnya digunakan dalam membuat teks berita. Terakhir adalah Theo van Leeuwen yang menurut Darma (2009 : 85) umum menampilkan bagaimana pihak-pihak dan aktor (bisa individu atau kelompok) ditampilkan dalam pemberitaan. Secara umum analisis van Leeuwen ingin menampilkan bagaimana pihak-pihak atau aktor ditampilkan dalam pemberitaan. Salah satunya adalah mengenai posisi perempuan dalam berita. Selain ketiga tokoh di atas, ada pula yang diebut dengan Analisi Framing yaitu suatu analisis yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai dalam berita. Pembingkaian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana media memahami dan memaknai realitas dan dengan cara apa realitas itu ditiadakan hal inilah yang menjadi pusat perhatian dari analisis framing. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis framing adalah suatu analisis atau pendekatan yang berkaitan dengan bagaimana melihat suatu realitas/peristiwa yang dibingkai dan dikonstruksi kemudian disajikan kepada khalayak melalui media. Berdasarkan beberapa teori yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan kesemua teori yang ditampilkan bertujuan untuk melihat bagaimana posisi perempuan ditampilkan dalam suatu pemberitaan media yang dalam hal ini

13 adalah surat kabar Perempoean Bergerak. Jika dilihat berdasarkan profil surat kabar Perempoean Bergerak dapat diketahui bahwa sebagian besar pemberitaan yang ditampilkan adalah mengenai pemberitaan perempuan baik dalam hal gerakan emansipasi, feminisme, ilmu pengetahuan, cara mengurus anak dan rumah tangga dan lain sebagainya. Berdasarkan hal tersebut diketahui tidak terdapat pencitraan negatif atau memarginalkan posisi perempuan yang dituliskan oleh perempuan maupun laki-laki dalam surat kabar Perempoean Bergerak. Hal ini dikarenakan hampir keseluruhan pemberitaan yang ditampilkan dalam bentuk artikel pada surat kabar Perempoean Bergerak terfokus kepada gerakan perempuan atau emansipasi yang menjadikan surat kabar Perempoean Bergerak sebagai media pergerakan para kaum perempuan pada masa itu. Pencitraan perempuan yang ditampilkan dalam surat kabar Perempoean Bergerak dipaparkan sebagaimana mestinya atau sesuai proporsinya tidak dikurang-kurangi dan tidak pula ditambah-tambahi. Apa yang ditampilkan mengenai perempuan sesuai dengan kejadian yang terjadi atau sesuai dengan fakta yang terjadi pada masa itu. Tidak dijumpai satu beritapun dalam surat kabar Perempoean Bergerak yang memarginalkan perempuan dalam pemberitaannya. Selain itu kehadiran surat kabar ini merupakan suatu langkah awal pergerakan perempuan untuk dapat menikmati sejumlah kemajuan yang hadir pada masa itu meliputi kemajuan dalam bidang pendidikan, sosial dan ekonomi juga politik. isi artikel-artikel yang terdapat dalam surat kabar Perempoean

14 Bergerak berupaya membuka wawasan kaum perempuan di kota Medan untuk segera melakukan gebrakan yang dalam hal ini gerakan yang dampaknya menyebabkan perempuan dapat menikmati sejumlah kemajuan seperti misalnya menuntut ilmu dan bersekolah seperti halnya kaum laki-laki. Oleh karena tujuan penerbitan surat kabar ini menitikberatkan kepada gerakan perempuan sehingga sebagaian wacana yang ditampilkan adalah wacana mengenai gerakan perempuan. Hal ini pula yang menyebabkan tidak adanya satu wacana dalam surat kabar ini yang menampilkan perempuan dalam posisi yang termarginalkan. KESIMPULAN 1. Latar belakang terbitnya surat kabar Perempoean Bergerak pada tanggal 15 Mei 1919 adalah sebagai media pergerakan kaum perempuan di kota Medan. Hal ini sesuai dengan tujuan utama terbitnya surat kabar ini yaitu seperti yang tertera pada bagian pembuka atas surat kabar Perempoean Bergerak yaitu Diterbitkan oentoek penyokong pergerakan kaoem perempoean, sekali seboelan (boeat sementara) oleh pergerakan perempuan di Medan Deli, maka tujuan dari diterbitkannya surat kabar Perempoean Bergerak adalah sebagai media atau alat pergerakan kaum perempuan pada masa itu sekitar tahun 1919 di kota Medan. Pergerakan perempuan yang dimaksudkan adalah suatu bentuk upaya kaum perempuan pada masa itu untuk dapat menikmati kemajuan dan perubahan zaman terutama dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan politik seperti apa yang dinikmati oleh kaum laki-laki sebelumnya.

15 2. Konsep gerakan perempuan dalam surat kabar Perempoean Bergerak adalah suatu bentuk upaya kaum perempuan pada masa itu untuk dapat menikmati kemajuan dan perubahan zaman terutama dalam bidang pendidikan, sosial dan politik seperti apa yang dinikmati oleh kaum laki-laki sebelumnya. Pergerakan ini mereka (kaum perempuan) sebut dengan gerakan Feminisme. Pergerakan yang dilakukan oleh perempuan melalui surat kabar pada masa itu bukanlah suatu pergerakan feminisme radikal yang bersifat keras (radikal) melainkan suatu pergerakan yang selain tujuan utamanya bersifat emansipasi juga berupaya membantu pergerakan kaum laki-laki dalam memperjuangkan kota Medan dari kolonialisme bangsa Belanda. Kedua-duanya dilakukan secara bersama-sama. Tidak hanya berisi mengenai emansipasi dan pergerakan yang bersifat nasionalisme menentang penjajahan Belanda di Kota Medan, surat kabar Perempoean Bergerak juga banyak berisi tulisan-tulisan untuk perempuan dalam mengurus rumah tangga, mengurus dan mendidik anak juga mengurus suami. Selain itu juga terdapat suatu tulisan dalam surat kabar yang membahas mengenai kedudukan seorang perempuan dalam rumah tangga. 3. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan teori analisis wacana dan analisis framing untuk mengetahui mengenai pencitraan perempuan dalam surat kabar Perempoean Bergerak maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tidak ditemukan adanya wacana dalam surat kabar Perempoean Bergerak yang mengindikasikan memarginalkan perempuan melalui pemberitaannya. Hal ini sesuai berdasarkan profil surat kabar Perempoean Bergerak dapat diketahui bahwa sebagian besar pemberitaan yang ditampilkan adalah mengenai

16 pemberitaan perempuan baik dalam hal gerakan emansipasi, feminisme, ilmu pengetahuan, cara mengurus anak dan rumah tangga dan lain sebagainya. Pencitraan perempuan yang ditampilkan dalam surat kabar Perempoean Bergerak dipaparkan sebagaimana mestinya atau sesuai proporsinya tidak dikurang-kurangi dan tidak pula ditambah-tambahi. Apa yang ditampilkan mengenai perempuan sesuai dengan kejadian yang terjadi atau sesuai dengan fakta yang terjadi pada masa itu. Tidak dijumpai satu beritapun dalam surat kabar Perempoean Bergerak yang memarginalkan perempuan dalam pemberitaannya. DAFTAR PUSTAKA Adam, Ahmat Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan. Jakarta : Hasta Mitra Darma, Aliah Yose Analisis Wacana Kritis. Bandung : Yrama Widya Bandung. Eriyanto Analisis Wacana. Yogyakarta : LkiS Yogyakarta. Said, Moh Sejarah Pers Sumatera Utara Dengan Masyarakat Yang Dicerminkannya ( ). Medan : Percetakan Waspada. Surat Kabar Perempoean Bergerak Edisi 15 Mei, 16 Juli, 16 Oktober, 16 November dan 16 Desember tahun 1919 terbit di kota Medan, Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di daerah kota Medan pada masa kolonial belanda, menjadikan sebuah awal di masa lalu sebagai

Lebih terperinci

Hamba Toehan Pendjoeal Boekoe

Hamba Toehan Pendjoeal Boekoe Hamba Toehan Pendjoeal Boekoe Ellen G. White Copyright 2014 Ellen G. White Estate, Inc. Information about this Book Overview This ebook is provided by the Ellen G. White Estate. It is included in the

Lebih terperinci

INTERPRETASI ISI SURAT KABAR SOEARA IBOE 1932 TERBITAN SIBOLGA PROPINSI SUMATERA UTARA SELA GRAFICA SARI NIM

INTERPRETASI ISI SURAT KABAR SOEARA IBOE 1932 TERBITAN SIBOLGA PROPINSI SUMATERA UTARA SELA GRAFICA SARI NIM INTERPRETASI ISI SURAT KABAR SOEARA IBOE 1932 TERBITAN SIBOLGA PROPINSI SUMATERA UTARA SELA GRAFICA SARI NIM 309321047 Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan ABSTRAK Permasalahan dalam

Lebih terperinci

Sikap Hidjrah P.S.I.I. 2 Ditetapkan oleh: Madjlis Tahkim Party Sjarikat Islam Indonesia ke 22 Tjetak Pertama

Sikap Hidjrah P.S.I.I. 2 Ditetapkan oleh: Madjlis Tahkim Party Sjarikat Islam Indonesia ke 22 Tjetak Pertama Sikap Hidjrah P.S.I.I. 2 Ditetapkan oleh: Madjlis Tahkim Party Sjarikat Islam Indonesia ke 22 Tjetak Pertama Didjelaskan oleh: S.M. Kartosoewirjo, Vitje- President Dewan P.S.I.I. PENGIRING KALAM BAGIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan informasi adalah pers. mengembangkan pers di Indonesia pada saat itu.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan informasi adalah pers. mengembangkan pers di Indonesia pada saat itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia. Informasi ini bisa didapatkan melalui media seperti: media cetak dan juga media elektronik.

Lebih terperinci

DJAWA SINBUN DJAKARTA T J E T A K A N KE I.

DJAWA SINBUN DJAKARTA T J E T A K A N KE I. ! oleh: DJAWA SINBUN KAl DJAKARTA 055858 T J E T A K A N KE I. Harga f 1. Diperiksa oleh : G U N KEN - E T U H A N D J A K A R T A No. 174 Syoowa 20-5-12 Diterbifkan dengan soerat izin: HÖDÖHAN DJAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma menurut Nyoman Kutha Ratna (2011:21) adalah seperangkat keyakinan mendasar, pandangan dunia yang berfungsi untuk menuntun tindakantindakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Pendidikan itu diperoleh dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LatarBelakang Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum perempuan, sebagian besar masyarakat tentu lebih mengenal R.A Kartini. Memang, banyak tokoh perempuan

Lebih terperinci

GOEROE INDJIL. Ellen G. White. Copyright 2014 Ellen G. White Estate, Inc.

GOEROE INDJIL. Ellen G. White. Copyright 2014 Ellen G. White Estate, Inc. GOEROE INDJIL Ellen G. White 1929 Copyright 2014 Ellen G. White Estate, Inc. Information about this Book Overview This ebook is provided by the Ellen G. White Estate. It is included in the larger free

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabel 1. Kodifikasi Teks 1 TEKS 1 Evolusi dan Revolusi dalam Praktijk Tanggal 25 Juni 1946 Pandji Ra jat KODIFIKASI NASKAH

LAMPIRAN. Tabel 1. Kodifikasi Teks 1 TEKS 1 Evolusi dan Revolusi dalam Praktijk Tanggal 25 Juni 1946 Pandji Ra jat KODIFIKASI NASKAH LAMPIRAN Kodifikasi Naskah Tabel 1. Kodifikasi Teks 1 TEKS 1 Judul Evolusi dan Revolusi dalam Praktijk Tanggal 25 Juni 1946 Media Pandji Ra jat KODIFIKASI NASKAH Struktur Hal yang Diamati Framing Devices:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

Ilmoe Silatnja Satoe Toekang Aer

Ilmoe Silatnja Satoe Toekang Aer Ilmoe Silatnja Satoe Toekang Aer Oleh Kwo Lay Yen Pernah termoeat dalam: Star Weekly No. 47, terbitan 24 November 1946, hal. 17-20 Collectie: Hiang-phek Tauwtoo Ditik oelang oleh: See-an Toodjin Lie Soe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia telah menikmati kemerdekaan selama 72 Tahun, kemerdekaan atas diri sendiri, kemerdekaan beragama, kemerdekaan berkumpul dan berserikat, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. political competition and struggles, in which the media, as institution, take a. position (Kahan, 1999: 22).

BAB I PENDAHULUAN. political competition and struggles, in which the media, as institution, take a. position (Kahan, 1999: 22). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah These approaches and almost all the specific literature on media and politics have in common a view of the media as refelction of the society s political competition

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranggapan bahwa sejarah perempuan kurang menarik. Karena keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. beranggapan bahwa sejarah perempuan kurang menarik. Karena keberadaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penulisan sejarah perempuan dapat dikatakan masih sangat kurang mendapat perhatian dalam penulisan sejarah Indonesia. Ini dikarenakan sejarawan selama ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian ke-50 Amerika Serikat, dari udara. Pada waktu itu juga Amerika dan Inggris menyatakan perang

Lebih terperinci

Perempuan Bergerak : Surat Kabar Soenting Melajoe

Perempuan Bergerak : Surat Kabar Soenting Melajoe 80 Perempuan Bergerak : Surat Kabar Soenting Melajoe 1912-1921 Danil M. Chaniago/ Kafa ah: Jurnal Ilmiah Kajian GenderVol. IV No.1 Tahun 2014 PEREMPUAN BERGERAK Surat Kabar Soenting Melajoe 1912-1921 Danil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang sederajat dengan laki-laki hanya saja terdapat perbedaan fisik dan kodrat. Sebagai sesama manusia, laki laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Peristiwa Bom Thamrin yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2016 ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan banyak pihak karena

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR.

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir bulan Oktober 2012 media massa ramai memberitakan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang mempublikasikan adanya pemesaran yang dilakukan oleh anggota DPR terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa Kisruh APBD DKI merupakan salah satu peristiwa sedang ramai diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan berita yang di dalamnya

Lebih terperinci

Sumber: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Koleksi microfilm dengan nomor panggil 233/PN Prod. 86/87

Sumber: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Koleksi microfilm dengan nomor panggil 233/PN Prod. 86/87 LAMPIRAN I Surat Kabar Boedi Oetomo tanggal 17 September 1920 Nomor 44 Tahun IV. nomor panggil 233/PN Prod. 86/87 LAMPIRAN II Surat Kabar Boedi Oetomo tanggal 11 Juni 1924 Nomor 68 Tahun V nomor panggil

Lebih terperinci

Iklan-Iklan. Dari Media Massa

Iklan-Iklan. Dari Media Massa Iklan-Iklan Dari Media Massa Periklanan di Barat Pada masa Yunani Kuno, praktik periklanan dalam bentuknya yang paling awal yaitu periklanan lisan/oral telah dilakukan oleh para penjaja yang berteriak

Lebih terperinci

Artikel HARI IBU 22 DESEMBER Mengobarkan Semangat Perjuangan Kaum Perempuan. Drs. Mardiya

Artikel HARI IBU 22 DESEMBER Mengobarkan Semangat Perjuangan Kaum Perempuan. Drs. Mardiya Artikel HARI IBU 22 DESEMBER Mengobarkan Semangat Perjuangan Kaum Perempuan Drs. Mardiya Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-82 tahun ini yang secara nasional jatuh pada hari Rabu, 22 Desember 2010 akan sangat

Lebih terperinci

Daftar Informan. 2. Nama : Rumondang br. Siagian ( Op. Yosua) Pekerjaan : Pedagang Usia : 60 tahun Alamat : Sipoholon Tarutung

Daftar Informan. 2. Nama : Rumondang br. Siagian ( Op. Yosua) Pekerjaan : Pedagang Usia : 60 tahun Alamat : Sipoholon Tarutung Daftar Informan 1. Nama : Togar Paniaran Sirait (Op. Ruth) Pekerjaan : Wiraswasta Usia : 65 Tahun Alamat : Pintu Pohan Balige 2. Nama : Rumondang br. Siagian ( Op. Yosua) Pekerjaan : Pedagang Usia : 60

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya korban pembunuhan melalui cara penembakan yang dikenal dengan nama penembakan misterius.

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita olahraga merupakan salah satu berita yang sering dihadirkan oleh media untuk menarik jumlah pembaca. Salah satu berita olahraga yang paling diminati masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

AVATARA, e-journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017 PEMIKIRAN PENDIDIKAN PEREMPUAN PRIBUMI JAWA DALAM PERS KOLONIAL TAHUN

AVATARA, e-journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017 PEMIKIRAN PENDIDIKAN PEREMPUAN PRIBUMI JAWA DALAM PERS KOLONIAL TAHUN PEMIKIRAN PENDIDIKAN PEREMPUAN PRIBUMI JAWA DALAM PERS KOLONIAL TAHUN 1908-1928 NUR URIFATULAILIYAH Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya E-mail: nururifatul@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai macam informasi. Media massa sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

PERUNDINGAN ROEM-ROYEN DALAM PEMBERITAAN DAN OPINI HARIAN WASPADA MEDAN 1949 JURNAL OLEH : ABDUL RAHMAN HAKIM NIM

PERUNDINGAN ROEM-ROYEN DALAM PEMBERITAAN DAN OPINI HARIAN WASPADA MEDAN 1949 JURNAL OLEH : ABDUL RAHMAN HAKIM NIM PERUNDINGAN ROEM-ROYEN DALAM PEMBERITAAN DAN OPINI HARIAN WASPADA MEDAN 1949 JURNAL OLEH : ABDUL RAHMAN HAKIM NIM. 309121001 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komisi Pemberantasan Korupsi adalah komisi di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebebasan media dalam memberitakan berita yang bertentangan dengan pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan bebas memberitakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau disingkat BNP2TKI menyatakan bahwa selama periode 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau disingkat BNP2TKI menyatakan bahwa selama periode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia atau disingkat BNP2TKI menyatakan bahwa selama periode 1 januari sampai 31 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surat kabar telah ada sejak ditemukannya mesin cetak di Jerman oleh Johann Gutenberg pada

BAB I PENDAHULUAN. surat kabar telah ada sejak ditemukannya mesin cetak di Jerman oleh Johann Gutenberg pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Surat kabar sudah dikenal semenjak lama, selama enam abad. Sejarah mencatat keberadaan surat kabar telah ada sejak ditemukannya mesin cetak di Jerman oleh Johann Gutenberg

Lebih terperinci

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Analisis Framing Pemberitaan Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat periode 27 Juli

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Adapun jenis penelitiannya peneliti menggunakan jenis analisis semiotik dengan menggunakan model Semotika Halliday.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi berikutnya. 1 Dakwah. ulama` sepakat bahwa hukum dakwah adalah wajib.

BAB I PENDAHULUAN. dan diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi berikutnya. 1 Dakwah. ulama` sepakat bahwa hukum dakwah adalah wajib. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan suatu aktifitas yang sangat penting dalam keseluruhan ajaran Islam. Dengan dakwah Islam dapat diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan babak baru bagi perjuangan rakyat Indonesia

Lebih terperinci

Nasionalisme S. Sudjojono ( ) Pembuka Babak Baru Sejarah Seni Lukis Modern Indonesia

Nasionalisme S. Sudjojono ( ) Pembuka Babak Baru Sejarah Seni Lukis Modern Indonesia Nasionalisme S. Sudjojono (1913-1986) Pembuka Babak Baru Sejarah Seni Lukis Modern Indonesia Oleh : Irwan Jamalludin M.Sn (Desain Komunikasi Visual - Sekolah Tinggi Teknologi Nusa Putra) Abstrak Tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat, orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

BAB II KEBERADAAN GRANT SULTAN SAAT INI SEBAGAI BUKTI HAK ATAS TANAH. A. Sejarah lahirnya atau diterbitannya Grant Sultan di Deli Sumatera Utara

BAB II KEBERADAAN GRANT SULTAN SAAT INI SEBAGAI BUKTI HAK ATAS TANAH. A. Sejarah lahirnya atau diterbitannya Grant Sultan di Deli Sumatera Utara BAB II KEBERADAAN GRANT SULTAN SAAT INI SEBAGAI BUKTI HAK ATAS TANAH A. Sejarah lahirnya atau diterbitannya Grant Sultan di Deli Sumatera Utara Di jaman kuno dimasa hidupnya Aristoteles, dia telah menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jln. Prof. KH. Zainal Abidin Fikry KM 3,5 Palembang

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jln. Prof. KH. Zainal Abidin Fikry KM 3,5 Palembang UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jln. Prof. KH. Zainal Abidin Fikry KM 3,5 Palembang RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Kode Mata Kuliah : Media *(Pilihan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha BAB I PENDAHULUAN Salah satu TV Lokal yang konsisten dalam mengangkat isu/konten daerah adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Yayasan Buddha Tzu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari peranan media yang menyebarkan visi dan misi mereka dalam kampanye untuk meraih suara pemilih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Jilbab merupakan jenis pakaian yang memiliki arti sebagai kerudung lebar yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada (kbbiweb.id). Jilbab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran signifikan yang besar dalam pembentukkan persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian tercerminkan wacana dominan tentang

Lebih terperinci

Nomor : 05/Panhapernas/VIII/2010 Jakarta, 16 Agustus Perihal : Bulan Bakti Hari Perumahan Nasional - HAPERNAS 2010

Nomor : 05/Panhapernas/VIII/2010 Jakarta, 16 Agustus Perihal : Bulan Bakti Hari Perumahan Nasional - HAPERNAS 2010 Nomor : 05/Panhapernas/VIII/2010 Jakarta, 16 Agustus 2010 Lampiran : 1 (satu) berkas Kepada Yth : Gubernur, Bupati/ Walikota di Seluruh Indonesia Perihal : Bulan Bakti Hari Perumahan Nasional - HAPERNAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang perjuangan seorang perempuan yang ingin memperjuangkan perempuan lain, agar mendapatkan haknya. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa menjadi penting dalam kehidupan politik dan proses demokrasi, yang memiliki jangkauan luas dalam penyebaran informasi, mampu melewati batas wilayah, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbitnya. Keberagaman suatu majalah tersebut ditentukan berdasarkan target

BAB I PENDAHULUAN. terbitnya. Keberagaman suatu majalah tersebut ditentukan berdasarkan target BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu dari bentuk media massa yang memiliki fungsi untuk menyampaikan komunikasi kepada khalayak yang bersifat massal. Majalah memiliki

Lebih terperinci

Bab III SURAT KABAR SINAR BAROE. A. Surat Kabar dan Peraturannya

Bab III SURAT KABAR SINAR BAROE. A. Surat Kabar dan Peraturannya digilib.uns.ac.id 40 Bab III SURAT KABAR SINAR BAROE 1. Surat Kabar Jaman Jepang A. Surat Kabar dan Peraturannya Di jaman pendudukan Jepang, pers sebagai alat Jepang dan kabar-kabar karangan-karangan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa berfungsi mengkonstruksi realitas yang terjadi. Bagi kaum konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1 Abstrak Pandangan ketiga tokoh utama wanita tentang emansipasi dalam novel Tiga Orang Perempuan ada yang

Lebih terperinci

PANDOMAN : OENTOEK! P[NOIDIKnN nnak-nnnk TIONGHWn, i, KOO fiotj"an BLIIAR

PANDOMAN : OENTOEK! P[NOIDIKnN nnak-nnnk TIONGHWn, i, KOO fiotjan BLIIAR 11. e ai!!!!!!l!!lli,.,. e,.,,.,,., iiilji l fiarga to,40 -e-e"e-e-e - - - - - - - - - e-e"e-e e-e"e-e--e-e"e-e---e-e-e"e-eee"e-e-e"e-e-e i PANDOMAN : OENTOEK!, P[NOIDIKnN nnak-nnnk TIONGHWn, i,. nl!-ni

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 233 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Setelah peneliti melakukan analisis mulai dari level teks, level konteks, hingga menemukan frame besar Kompas, peneliti menarik beberapa kesimpulan untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap sebuah isu atau peristiwa melalui berita atau opini yang diterbitkannya. Praktik pembingkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesanpesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi. 1 Media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendarah daging menjadi sebuah budaya di Indonesia. Transparency

BAB I PENDAHULUAN. mendarah daging menjadi sebuah budaya di Indonesia. Transparency BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus korupsi bukan lagi hal baru di Indonesia. Korupsi bahkan telah mendarah daging menjadi sebuah budaya di Indonesia. Transparency International (TI) mencatat,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Konflik merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindarkan,

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Konflik merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindarkan, BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Konflik merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindarkan, khususnya dalam kehidupan bermasyarakat. Di Indonesia sendiri, banyak konflikkonflik bernuansa SARA yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI KONSTRUKSI PEREMPUAN DI DALAM MAJALAH MALE

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI KONSTRUKSI PEREMPUAN DI DALAM MAJALAH MALE NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI KONSTRUKSI PEREMPUAN DI DALAM MAJALAH MALE Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Kelengkapan Siding Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi CANDRA PUTRA MANTOVANI L100 090 002 PROGRAM

Lebih terperinci

Andai Haji Misbach mimpin Ormas Islam

Andai Haji Misbach mimpin Ormas Islam Andai Haji Misbach mimpin Ormas Islam Eko Prasetyo http://indoprogress.com/2015/12/andai-haji-misbach-mimpin-ormas-islam/ Harian Indoprogress, 4 December 2015 Sekarang sebuah perkumpulan yang tidak berdiri

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan Pemerintah Hindia-Belanda , karena adanya penderitaan

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan Pemerintah Hindia-Belanda , karena adanya penderitaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbentuknya pergerakan nasional kepada masyarakat merupakan suatu hal penting bagi kehidupan di Sumatera Timur khususnya di kota Medan. Hal ini berkaitan dengan penderitaan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI PENUTUP. penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Bertolak dari rumusan persolan penelitian, hasil analisis dan hasil interpretasi data penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

PEREMPUAN MADURA DALAM KONSTRUKSI MEDIA LOKAL Analisis Wacana Rubrik Pottre Koneng Pada Koran Radar Madura (Edisi November 2012) SKRIPSI

PEREMPUAN MADURA DALAM KONSTRUKSI MEDIA LOKAL Analisis Wacana Rubrik Pottre Koneng Pada Koran Radar Madura (Edisi November 2012) SKRIPSI PEREMPUAN MADURA DALAM KONSTRUKSI MEDIA LOKAL Analisis Wacana Rubrik Pottre Koneng Pada Koran Radar Madura (Edisi 12-19 November 2012) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penggunaan bahasa yang menarik perhatian pembaca maupun peneliti adalah penggunaan bahasa dalam surat kabar. Kolom dan rubrik-rubrik dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih pemimpinnya secara langsung. Hal ini mempunyai makna yang sangat strategis bagi masa depan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada

BAB I PENDAHULUAN. Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada tahun 1911. Kumpulan surat tersebut pertama kali dibukukan oleh sahabat pena R.A Kartini yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penulisan sejarah (historiografi) merupakan fase atau langkah yang penting dari beberapa fase yang biasanya dilakukan oleh peneliti sejarah. Penulisan sejarah

Lebih terperinci