PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI HAMA DAN PENYAKIT KEDELAI LAURA PUSPITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI HAMA DAN PENYAKIT KEDELAI LAURA PUSPITA"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI HAMA DAN PENYAKIT KEDELAI LAURA PUSPITA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Sistem Informasi Hama dan Penyakit Kedelai adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015 Laura Puspita NIM G

4 ABSTRAK LAURA PUSPITA. Pengembangan Sistem Informasi Hama dan Penyakit Kedelai. Dibimbing oleh YANI NURHADRYANI. Kedelai merupakan salah satu komoditas yang berperan penting dalam kebutuhan pangan, namun Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan kedelai dalam negerinya. Beberapa permasalahan yang harus dihadapi oleh petani kedelai diantaranya gangguan hama dan gangguan penyakit. Karena adanya keterbatasan para ahli untuk memberikan informasi mengenai hama dan penyakit kedelai secara langsung, maka perlu dibangun sebuah sistem yang dapat mengelola dan menyimpan informasi agar dapat diakses dengan mudah. Penelitian ini bertujuan untuk menambahkan informasi hama dan penyakit kedelai ke dalam sistem informasi kedelai yang telah dipasang pada server dengan alamat kedelai.ipb.ac.id dengan menggunakan metode system development life cycle. Metode ini terdiri dari lima tahap, diantaranya: perencanaan, analisis, rancangan, implemantasi, dan dukungan. Implementasi sistem informasi dilakukan dengan menggunakan Drupal core. Hasil dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu informasi hama dan penyakit. Bagian hama terdiri dari ciri hama, gejala, dan pengendalian. Bagian penyakit terdiri dari ciri penyakit, gejala, dan pengendalian. Kata kunci: sistem informasi, kedelai, hama, penyakit ABSTRACT LAURA PUSPITA. The Development of An Information System of Soybean Pests and Diseases. Supervised by YANI NURHADRYANI. Soybean is one of the commodities that is instrumental in food needs. However, Indonesia has not been able to fulfill its own need of soybean. Some problems faced by soybean farmers include the selection of good varieties, disruption of pest and diseases. Because of the limitations of experts to disseminate information about soybeans, it is necessary to build a system that can manage and store information so that the information can be easily accessed. To this end, we utilize the system development life cycle to develop information of soybean pests and diseases into an information system kedelai.ipb.ac.id. This method consists of five stages, namely: planning, analysis, design, implementation, and support. A Drupal core is used in the implementation of the information system in this research. The research result consists of two parts namely the information of pest and disease. The information of pest consists of the pest characteristics, indications, and controls. The disease information consists of disease characteristics, indications, and controls. Keywords: information systems, soybean, diseases, pests

5 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI HAMA DAN PENYAKIT KEDELAI LAURA PUSPITA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Departemen Ilmu Komputer DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

6 Penguji : 1 Dr Desta Wirnas, SP, MSi 2 Firman Ardiansyah, Skom, MSi

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah kedelai, dengan judul Pengembangan Sistem Informasi Hama dan Penyakit Kedelai. Keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini berkat peran dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada: 1 Orangtua tercinta Bapak Heru Nugroho dan Ibu Rina Lestari Dewi, dan adik tercinta Tommy Darmadi atas doa dan dukungannya. 2 Ibu Dr Yani Nurhadryani, SSi, MT selaku pembimbing yang dengan sabar membimbing penulis dan telah memberikan arahan, saran, masukan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3 Ibu Dr Desta Wirnas, SP, MSi dan Bapak Firman Ardiansyah, SKom, MSi selaku penguji atas masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini. 4 Bapak Dr Ir Didik Harnowo, MS dan Pusat Perpustakaan Biologi dan Pertanian yang telah memberi bantuan dalam mencari informasi dan data yang dibutuhkan. 5 Keluarga Besar Sarjana Ilmu Komputer 47, Sergi, Putri, Ahmad Zulfikar, Marina, dan Kristian yang selalu membantu dan memberikan semangat kepada penulis. 6 Sahabat tersayang Rara, Miranti, Desi Kristiani, Yusuf yang membantu penulis dalam memberikan dukungan, semangat, dan pengumpulan data. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, kritik, saran dan masukan dalam penelitian ini sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2015 Laura Puspita NIM G

9 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Sistem Informasi 2 Data Informasi dan Pengetahuan 3 Pengembangan System Development Life Cycle (SLDC) 3 Hama Kedelai 4 Penyakit Kedelai 4 METODE 5 Tahap Perencanaan (Project Planning) 5 Tahap Analisis (Analysis) 5 Tahap Rancangan (Design) 6 Tahap Implementasi (Implementation) 6 Tahap Dukungan (Support) 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 SIMPULAN DAN SARAN 16 Simpulan 16 Saran 17 DAFTAR PUSTAKA 17 LAMPIRAN 19 RIWAYAT HIDUP 33

10 DAFTAR GAMBAR 1 Pendekatan SLDC 5 2 Jenis penyakit berdasarkan penyebabnya 9 3 Context Diagram Sistem Informasi Hama dan Penyakit Kedelai 10 4 Data Flow Diagram (DFD) level Rancangan Entitas Relationship Diagram (ERD) 11 6 Tampilan sub menu ciri hama 13 7 Tampilan detail ciri hama 13 8 Tampilan teknologi pengendalian hama kedelai 14 9 Hasil pencarian teknologi pengendali hama Tampilan sub-menu ciri penyakit Tampilan gejala penyakit kedelai Prosedur pemeliharaan sistem 16 DAFTAR LAMPIRAN 1 Hama kedelai yang menyerang pertanaman kedelai di Indonesia 20 2 Penyakit kedelai yang menyerang pertanaman kedelai di Indonesia 21 3 Ciri-ciri hama kedelai 22 4 Ciri-ciri penyakit kedelai 24 5 Hama kedelai dan bagian tanaman yang diserang 25 6 Gejala serangan hama kedelai pada areal pertanaman 26 7 Insektisida yang dapat digunakan untuk menekan perkembangan hama 27 8 Jenis penyakit, saat menyerang, cara pengendalian, dan pestisida yang dianjurkan 28 9 Struktur menu sistem informasi hama dan penyakit kedelai Daftar uji blackbox 31

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan yang telah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan kedelai sebagai bahan baku pangan dan bahan baku pakan ternak terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri pangan dan pakan. Akan tetapi Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan kedelai dalam negerinya. Produktivitas tanaman kedelai di Indonesia masih rendah yaitu sekitar 1.28 t/ha (BPS 2005). Gangguan hama dan gangguan penyakit menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman yang harus dihadapi petani dalam bertanam kedelai. Serangan hama dan penyakit berpotensi menurunkan kualitas hasil kedelai. Serangan hama dan penyakit tertentu pada tanaman seringkali menampilkan gejala serupa. Oleh karena itu, gejala tersebut perlu diidentifikasi agar penyebabnya dapat diketahui dengan tepat untuk menentukan cara pengendalian atau pemulihan tanaman dengan efisien dan efektif. Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah pengetahuan mengenai informasi hama dan penyakit kedelai yang tidak tersebar luas ke petani karena petani tidak memiliki sarana dan prasarana untuk mendapatkan akses informasi (BALITKABI 2011). Salah satu upaya untuk mengelola pengetahuan adalah menggunakan teknologi komputer dalam mensosialisasikan informasi hama dan penyakit kedelai. Dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberikan layanan informasi detail tentang hama penyakit kedelai dan dapat memudahkan pengguna mendapatkan informasi yang sesuai dengan yang diinginkan. Sistem ini diharapkan dapat membantu penyuluh, pengamat hama dan penyakit kedelai, teknisi, dan petani dalam mengidentifikasi dan mengatasi gangguan hama dan penyakit pada tanaman kedelai. Yuniar (2013) membangun sistem manajemen pengetahuan hama kedelai pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) sebagai sarana berbagi pengetahuan bagi petani dan penyuluh lapang sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan. Sistem tersebut dibangun menggunakan metode life cycle menurut Elias dan Hassan (2004). Atmoko et al. (2014) membangun sistem informasi kedelai yang dibangun dengan berbasis Drupal core yang dikombinasikan dengan seleksi modul sesuai fitur yang kompatibel terhadap kebutuhan sistem. Dalam penelitian itu terdapat 15 modul untuk pengolahan informasi dan 7 modul pendidikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengintegrasikan dan memproses data kedelai pada sistem informasi kedelai yang telah dibangun sebelumnya oleh Atmoko et al. (2014). Dalam penelitian ini akan dikembangkan informasi kedelai mengenai hama dan penyakit untuk kemudian ditambahkan ke dalam sistem informasi yang telah terpasang pada server dengan alamat kedelai.ipb.ac.id. Informasi dalam penelitian ini akan dikembangkan dengan bahasa pemrograman PHP dan basis data MySQL, serta Drupal core.

12 2 Perumusan Masalah Belum tersedianya informasi untuk komoditas hama dan penyakit kedelai dikarenakan pengetahuan mengenai informasi hama dan penyakit kedelai yang tidak tersebar luas ke petani karena petani tidak memiliki sarana dan prasarana untuk mendapatkan akses informasi. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengintegrasikan informasi hama dan penyakit kedelai ke dalam sistem informasi kedelai yang telah dipasang pada server dengan alamat kedelai.ipb.ac.id. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang hama dan penyakit kedelai beserta teknologi pengendaliannya untuk mendukung petani, penyuluh lapang, peneliti, dan masyarakat yang membutuhkan informasi dalam menyebarluaskan informasi mengenai kedelai. Ruang Lingkup Penelitian Sistem informasi hama dan penyakit kedelai akan diintegrasikan pada sistem informasi kedelai yang telah dipasang pada server dengan alamat kedelai.ipb.ac.id dan dapat diakses secara bebas dan gratis. TINJAUAN PUSTAKA Sistem Informasi Sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan dan bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan dengan cara menerima masukan (input) dan menghasilkan keluaran (output) di dalam suatu proses yang terorganisasi (Satzinger et al. 2007). Informasi adalah data yang sudah diproses, dikumpulkan dan memiliki makna dalam suatu konteks tertentu (Turban et al. 2005). Sistem informasi merupakan suatu kumpulan komponen yang bekerja sama untuk mengatur perolehan, penyimpanan, manipulasi dan distribusi informasi. Sistem informasi (SI) dapat didefinisikan pula sebagai sebuah sistem terintegrasi, sistem manusia-mesin, untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, model manajemen dan pengambilan keputusan dan basis data. Sistem informasi secara umum memiliki tiga fungsi utama yaitu: (1) mengambil data (data

13 capturing/ input), (2) mengolah, mentransformasikan dan mengkonversi data menjadi informasi dan (3) mendistribusikan informasi (reporting/ disseminating) kepada pemakai sistem informasi. 3 Data Informasi dan Pengetahuan Menurut Bergeron (2003) pada dasarnya data, informasi dan pengetahuan adalah konsep yang saling berhubungan. Data adalah angka atau atribut yang bersifat kuantitas yang berasal dari hasil observasi atau eksperimen. Informasi adalah kumpulan data yang telah diolah yang terkait dengan penjelasan dan interpretasi. Sementara itu, pengetahuan adalah informasi yang telah diorganisasi untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman. Pengembangan System Development Life Cycle (SLDC) Salah satu konsep pengembangan sistem adalah siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycle). SLDC adalah keseluruhan proses membangun, menyebarkan, menggunakan, dan memperbaharui sistem atau sebagai penyediaan kerangka kerja (framework) untuk mengelola keseluruhan proses pengembangan sistem (Satzinger et al. 2007). SLDC sangat baik digunakan dalam membangun sistem yang sudah dapat diprediksi dan dapat didefinisikan dengan baik. Terdapat lima tahapan umum pemecah masalah pada pendekatan SDLC. Berikut ini adalah uraian detail tahapan SLDC: 1 Tahap Perencanaan (Project Planning) Tujuan utama dari tahap perencanaan ini adalah mengidentifikasi lingkup sistem baru dengan memastikan bahwa pekerjaan ini layak, mengalokasikan waktu kerja, merencanakan sumber daya. Kegiatan yang paling penting dari tahap perencanaan adalah dapat mendefinisikan secara tepat solusi masalah bisnis dan ruang lingkup yang dibutuhkan. Pada tahapan ini, dapat diketahui semua fungsi atau proses yang akan termasuk dalam sistem. Pada tahap ini juga dilakukan studi literatur dan wawancara dengan pakar untuk menggali informasi yang dibutuhkan yang terkait dengan penelitian. 2 Tahap Analisis (Analysis) Tahap analisis adalah memahami dan mendokumentasikan kebutuhan bisnis dan menentukan pemrosesan sistem baru. Analisis pada dasarnya merupakan proses penemuan. 3 Tahap Rancangan (Design) Tahap ini dilakukan untuk merancang sistem solusi berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dan pengambilan keputusan yang dibuat selama analisis. Kegiatan utama pada tahap ini adalah merancang antarmuka pengguna, merancang antarmuka sistem, merancang dan mengintegrasikan database, merancang prototipe, merancang dan mengintegrasikan sistem kontrol. 4 Tahap Implementasi (Implementation)

14 4 Tujuan dari tahap ini adalah dapat menghasilkan suatu sistem handal yang berfungsi penuh. Aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan ini diantaranya: membangun komponen perangkat lunak, memverifikasi dan menguji, melatih pengguna dan dokumen sistem. 5 Tahap Dukungan (Support) Tujuan dari tahap ini untuk menjaga sistem berjalan produktif selama masa waktu hidup sistem. Dukungan ini dapat dilakukan dengan pemeliharaan sistem dalam hal memperbaiki kesalahan yang tidak terdeteksi dalam pengujian sistem, menjaga kemutakhiran sistem, dan meningkatkan sistem sebagai saran yang nantinya diteruskan kepada spesialis informasi untuk memodifikasi sistem. Hama Kedelai Tanaman kedelai sejak tumbuh ke permukaan tanah sampai panen tidak luput dari serangan hama. Serangan hama kedelai adalah salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi kedelai (Tengkano dan Soehardjan 1985). Lebih dari 20 spesies hama menyerang tanaman kedelai di Indonesia (Okada et al. 1988), tetapi hanya spesies yang secara ekonomi perlu diperhatikan dan disiapkan cara-cara pengendaliannya, antara lain: lalat kacang (Ophiomya phaseoli), lalat batang (Melanagromyza sojae), lalat pucuk (Melanagromyza dolichostigma), pemakan daun (Chrysodeixes chalcites dan Spodoptera litura), penggerek polong (Etiella zinckenella), dan penghisap polong (Nezara viridula, Piezodorus hybneri, dan Riptortus linearis). Beberapa tahun terakhir pemakan polong (Helicoverpa armigera), kutu kebul (Bemisia tabaci), dan kutu cabuk (Aphis glycines) meledak populasinya mengakibatkan kerugian yang besar di sentra-sentra tanaman kedelai. Penyakit Kedelai Gangguan penyakit tanaman menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman kedelai. Tidak kurang dari 20 jenis penyakit yang disebabkan oleh patogen jamur, bakteri, virus, dan mikoplasma menyerang tanaman kedelai di Indonesia telah diidentifikasi. Petani umumnya kurang memahami penyakit tanaman karena: (1) patogen penyebab penyakit bersifat mikroskopis/ submikroskopis, tidak kasat mata, (2) gejala penyakit tanaman kadang-kadang serupa dengan gejala kahat atau keracunan hara, (3) keterbatasan pengetahuan petugas dan petani tentang patogen dan penyakit tanaman. Di beberapa daerah munculnya gejala penyakit bercak daun sering diartikan sebagai tanda bahwa tanaman mereka sudah cukup umur untuk dipanen.

15 5 METODE Metode perancangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode system development life cycle (SLDC) yang dikemukakan oleh Satzinger et al. (2007). Secara keseluruhan metode penelitian yang dilakukan pada Gambar 1. Gambar 1 Pendekatan SLDC (Satzinger et al. 2007) Metode ini digunakan dalam penelitian untuk dapat mengakomodasi beberapa kebutuhan dari pengguna akhir dan pengadaan perbaikan masalah yang terkait dengan pengembangan perangkat lunak. Tahap Perencanaan (Project Planning) Tahap perencanaan yang dilakukan adalah pengelolaan sumber daya, studi literatur, dan wawancara. Pengelolaan sumber daya dilakukan dengan menentukan siapa yang mengelola sistem, perangkat lunak dan perangkat keras apa yang digunakan dalam sistem informasi hama dan penyakit kedelai. Studi literatur dilakukan dengan menggali informasi dan pengetahuan dari buku, jurnal dan artikel-artikel ilmiah terkait dengan hama dan penyakit tanaman kedelai. Selain itu dilakukan wawacara dengan peneliti kedelai dari Departemen Agronomi dan Holtikultura, Institut Pertanian Bogor dan peneliti kedelai dari Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, Malang. Tahap Analisis (Analysis) Tahap ini meliputi beberapa aspek dalam sistem, seperti analisis kebutuhan sistem, analisis kebutuhan pengguna, dan analisis kebutuhan data dan informasi. Analisis kebutuhan sistem dilakukan dengan menentukan batasan sistem yang akan digunakan atau sistem yang dibutuhkan pengguna. Analisis kebutuhan pengguna dilakukan dengan menentukan target, dan latar belakang pengguna sistem. Sementara itu, analisis kebutuhan data dan informasi dilakukan dengan mengidentifikasi dan menentukan kepentingan parameter serta mengambil inti dari hasil analisis berupa parameter kunci. Proses bisnis dan data yang telah dianalisis dibuat dalam bentuk context diagram (CD), data flow diagram level 1 (DFD level 1) dan entity relationship diagram (ERD).

16 6 Tahap Rancangan (Design) Tahap ini dilakukan untuk merancang sistem solusi berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dan pengambilan keputusan yang dibuat selama analisis. Pada tahap ini akan dilakukan perancangan prototipe dengan merancang antarmuka sistem. Tahap Implementasi (Implementation) Pada tahap ini basis data yang sudah di desain akan diimplementasikan dengan menggunakan MySQL, penulisan kode program dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP, lalu mengintegrasikan informasi hama dan penyakit kedelai ke dalam sistem informasi kedelai yang telah dipasang pada server dengan alamat kedelai.ipb.ac.id yang dibangun dengan berbasis Drupal core. Pada tahap ini akan dilakukan pula pengujian sistem. Pengujian terhadap sistem dilakukan dengan menggunakan metode blacbox testing sesuai dengan fungsi menu pada sistem. Tahap Dukungan (Support) Tujuan dari tahap ini adalah untuk menjaga sistem berjalan produktif selama masa waktu hidup sistem. Dukungan ini dapat dilakukan dengan pemeliharaan sistem dalam hal memperbaiki kesalahan yang tidak terdeteksi dalam pengujian sistem, menjaga kemutakhiran sistem, dan meningkatkan sistem sebagai saran yang nantinya diteruskan kepada spesialis informasi untuk memodifikasi sistem. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap Perencanaan Pada tahap ini akan dilakukan analisis terhadap kebutuhan. Kebutuhan perangkat lunak yang digunakan adalah Web Server Apache, MySQL, Macromedia Dreamweaver, Adobe Photoshop, Microsoft Visio 2007, Microsoft Office 2007, Drupal core, dan Notepad++. Kebutuhan perangkat keras yang digunakan adalah processor Intel Core i5 Toshiba Satellite L640 dengan RAM 1 GB. Tahap berikutnya adalah studi literatur dan wawancara dengan peneliti kedelai. Studi literatur dilakukan dengan menggali informasi dan pengetahuan dari buku, jurnal, dan artikel-artikel ilmiah terkait dengan penelitian. Pengumpulan pustaka dilakukan di beberapa tempat yaitu Perpustakaan LSI IPB, Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor, dan Departemen Agronomi dan Holtikultura IPB.

17 Wawancara dilakukan dengan peneliti kedelai atau pakar dari Departemen Agronomi dan Holtikultura, Institut Pertanian Bogor dan peneliti dari Balai Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (BALITKABI), Malang. Peneliti yang dilibatkan ialah Dr Desta Wirnas, SP, MSi adalah dosen dan peneliti kedelai dari Institut Pertanian Bogor dan Dr Ir Didik Harnowo, MS adalah Kepala Balai Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian dan peneliti kedelai dari BALITKABI Malang. Wawancara dilakukan pada bulan Januari 2015 di Institut Pertanian Bogor. 7 Tahap Analisis A B C Hasil dari tahap analisis sistem sebagai berikut: Analisis Kebutuhan Pengguna Pengguna pada sistem ini adalah penyuluh pertanian, petani, pakar, kelompok tani, pengguna umum. Dalam sistem ini pengguna dapat mengakses langsung informasi mengenai manajemen pengetahuan kedelai dengan bebas tanpa harus melakukan login terlebih dahulu ke sistem. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengguna. Analisis Sistem Gangguan hama dan penyakit merupakan masalah penting yang dihadapi petani dalam bertanam kedelai karena dapat menurunkan hasil produktivitas dan berpotensi menurunkan kualitas hasil. Oleh karena itu, pada sistem informasi hama dan penyakit kedelai ini terdapat detil hama dan penyakit tanaman kedelai termasuk ciri-ciri, gejala, dan pengendaliannya yang diharapkan dapat membantu penyuluh, pengamat hama penyakit, teknisi, dan petani dalam mengidentifikasi dan mengatasi gangguan hama dan penyakit. Fungsi yang terdapat pada sistem ini terdiri atas fungsi hama dan fungsi penyakit. Fungsi hama terdiri dari ciri-ciri hama, gejala, dan teknologi pengendalian. Fungsi penyakit terdiri dari ciri-ciri penyakit, gejala, dan teknologi pengendalian. Analisis Data dan Informasi Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data dan informasi yang didapatkan. Analisis data tersebut meliputi beberapa hal diantaranya: 1) Melengkapi data hama kedelai. Data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Yuniar (2013); Buku Hama, Penyakit, dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian tahun 2014; Buku Kedelai yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan ptahun 2013; Buku Pegangan Hama-Hama Kedelai di Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Badan PPP tahun Data hama kedelai dapat dilihat pada Lampiran 1.

18 8 2) Melengkapi data penyakit pada kedelai. Data penyakit yang terkumpul berjumlah 20 penyakit. Data penyakit yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari buku Compendium of Soybean Disease; Buku Hama, Penyakit, dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian tahun 2014; Buku Kedelai yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan tahun 2013; Buku Pegangan Hama-Hama Kedelai di Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Badan PPP tahun Data penyakit kedelai dapat dilihat pada Lampiran 2. Sementara itu, analisis informasi meliputi beberapa hal antara lain: 1) Ciri-ciri hama kedelai berdasarkan bentuk terbagi menjadi larva dan imago. Setiap hama memiliki ciri khas seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 3. 2) Setiap penyakit mempunyai cirri khas tersendiri seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 4. 3) Komponen teknologi pengendali hama kedelai yang dapat diterapkan adalah fisik dan mekanik, kultural, hayati, kimia, dan varietas tahan. 4) Bagian tanaman kedelai yang diserang terbagi menjadi batang, daun, dan polong seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 5. 5) Untuk melakukan pencarian gejala hama dapat dilakukan dengan memilih jenis hama yang menyerang tanaman kedelai. Gejala serangan yang ditimbulkan dapat dilihat pada Lampiran 6. 6) Insektisida kimia digunakan setelah nilai ambang kendali hama tercapai. Insektisida yang diperlukan untuk pengendalian hama dapat dilihat pada Lampiran 7. 7) Saat menyerang penyakit kedelai terbagi menjadi 1 mst-panen, 1 mstdewasa, 3 mst-panen, 3 mst-dewasa, 4 mst-panen, 4 mst-dewasa, dan muda-dewasa seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 8. 8) Untuk melakukan pencarian gejala penyakit dapat dilakukan dengan memilih jenis penyakit yang menyerang tanaman kedelai. 9) Untuk melakukan pencarian pengendalian hama dapat dilakukan dengan memilih jenis hama yang menyerang tanaman kedelai dan sistem akan menampilkan teknologi pengendalian hama berdasarkan komponen yang telah ditentukan. 10) Untuk melakukan pencarian pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan memilih jenis penyakit yang menyerang tanaman kedelai dan sistem akan menampilkan teknologi pengendalian penyakit berdasarkan komponen yang telah ditentukan. 11) Pada Gambar 2 menujukkan jenis penyakit berdasarkan penyebabnya.

19 9 Gambar 2 Jenis penyakit berdasarkan penyebabnya Tahap analisis kebutuhan menghasilkan context diagram dan data flow diagram level 1 (DFD level 1) yang ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4. Pada analisis kebutuhan juga diperoleh data yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem. Terdapat 6 entitas yang diperlukan yaitu entitas hama, ciri hama, gejala hama, teknologi pengendali hama, penyakit, ciri penyakit, gejala penyakit, dan teknologi pengendali penyakit. Gambar 5 menunjukkan entity relantionship diagram (ERD) dari sistem informasi hama dan penyakit kedelai.

20 10 Data ciri penyakit, gejala, dan teknologi pengendali Data ciri hama, gejala, dan teknologi pengendali hama User Data hama dan penyakit Sistem Informasi Hama dan Penyakit Kedelai jenis pengendalian dan penyakit Jenis pengendalian dan hama Administrator Data hama dan penyakit Gambar 3 Context diagram sistem informasi hama dan penyakit kedelai Data hama dan penyakit Data hama dan penyakit Mengelola informasi hama dan penyakit Data hama dan penyakit Data hama Dan penyakit User Data gejala dan pengendlaian Data hama dan penyakit Data gejala dan pengendalian Admin Data gejala dan pengendalian Mencari gejala dan teknologi pengendali Data gejala dan pengendalian Data gejala dan pengendalian Data gejala dan pengendalian Data gejala dan teknologi pengendali Gambar 4 Data flow diagram (DFD) level 1

21 11 kd_hama nama_indo class ordo Ciri_imago species gejala pengendalian Ciri_larva Hama Kd_pola 1 1 Desk_gejala Melakukan Memiliki Id_hama M M Jenis_pengendali_ hama Pengendalian Hama Bagian_terserang Kd_bagian M Nama_bagian deskripsi deskripsi Jenis_pengendali_ penyakit Id_penyakit Mempunyai 1 Pengendalian Penyakit Pola M Kd_pola Kd_serangan nama Melakukan Kd_penyakit Nama_indo Nama_latin 1 Penyakit deskripsi Desk_gejala Cara_pengendalia n Kd_bagian gejala Gambar 5 Rancangan entitas relationship diagram (ERD) Tahap Rancangan Tahap ini dilakukan untuk merancang sistem solusi berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dan pengambilan keputusan yang dibuat selama analisis. Pada tahap ini dilakukan perancangan struktur menu sistem informasi hama dan penyakit kedelai yang ditunjukkan pada Lampiran 9. Fungsi yang terdapat pada sistem adalah fungsi hama yang terdiri dari ciri hama, gejala, dan teknologi pengendalian. Fungsi penyakit yang terdiri dari ciri penyakit, gejala, dan teknologi pengendalian.

22 12 Tahap Implementasi 1) Implementasi sistem Implementasi sistem manajemen pengetahuan ini menggunakan Drupal core versi 7.26 dan PHP. 2) Sistem informasi hama dan penyakit kedelai Pada menu sistem informasi hama dan penyakit kedelai akan terbagi menjadi sub-menu yang terdiri dari: (i) Hama terdiri dari ciri hama, gejala, dan teknologi pengendali. Pada menu ini ditampilkan secara lebih terperinci mengenai hama kedelai. Diharapkan menu ini dapat membantu pengguna melakukan identifikasi/ pengenalan terhadap hama kedelai, gejala yang ditimbulkan, dan cara mengendalikan serangan hama. (ii) Penyakit terdiri dari ciri penyakit, gejala, dan teknologi pengendali. Pada menu ini ditampilkan secara lebih terperinci mengenai penyakit kedelai. Diharapkan menu ini dapat membantu pengguna melakukan identifikasi/ pengenalan terhadap penyakit kedelai, gejala yang ditimbulkan, dan cara mengendalikan serangan penyakit. Pada halaman menu ciri hama menampilkan ciri hama kedelai dari 31 hama kedelai yang berhasil dikumpulkan seperti yang ditampilkan pada Gambar 6. Aksi detil yang terdapat pada Gambar 6 akan menampilkan detil dari hama yang dipilih seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 6 Tampilan sub-menu ciri hama

23 13 Gambar 7 Tampilan detail ciri hama Tampilan dari menu teknologi pengendali hama kedelai ditunjukkan pada Gambar 8. Contoh hasil dari pencarian teknologi pengendali hama ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 8 Tampilan teknologi pengendalian hama kedelai

24 14 Gambar 9 Hasil pencarian teknologi pengendali hama Pada menu penyakit memberikan informasi penyakit yang menyerang kedelai beserta ciri penyakit, gejala yang ditimbulkan, dan pengendaliannya. Halaman ini terdiri dari menu ciri penyakit, menu gejala, dan menu teknologi pengendalian. Menu ciri penyakit menampilkan ciri-ciri penyakit kedelai seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10. Gambar 10 Tampilan sub-menu ciri penyakit Menu gejala penyakit menampilkan deksripsi gejala yang ditimbulkan oleh penyakit. Informasi gejala penyakit didapatkan dengan memilih nama penyakit seperti pada Gambar 11.

25 15 Gambar 11 Tampilan gejala penyakit kedelai 3) Pengujian sistem Setelah sistem diimplementasikan lalu dilakukan pengujian untuk mengetahui kecocokan sistem dan kebutuhan pengguna. Pengujian sistem manajemen pengetahuan hama kedelai dilakukan dengan metode blackbox dengan memberikan input dan melihat output yang muncul dari sistem. Pengujian dilakukan untuk beberapa kasus uji berdasarkan kebutuhan pengguna. Kasus pengujian yang dilakukan berdasarkan fungsi-fungsi yang telah dibangun. Hasil pengujian menunjukkan bahwa menu hama dan penyakit telah berfungsi dengan baik. Sistem informasi hama dan penyakit kedelai berhasil dikembangkan dengan baik. Cara pengujian dapat dilihat pada Lampiran 10. Tahap Dukungan Sistem yang telah berhasil dibangun dan disetujui untuk digunakan, selanjutnya akan dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan sistem berupa update informasi atau desain halaman web dapat dilakukan secara periodik. Informasi pada sistem sebaiknya diperbaharui minimal sebulan sekali untuk mengikuti perkembangan terbaru informasi hama dan penyakit tanaman kedelai yang teridentifikasi oleh peneliti hama penyakit. Pembaharuan ini dilakukan untuk menarik perhatian pengguna lain sehingga pengguna tidak cepat bosan dan akan kembali mengunjungi situs. Skema aliran prosedur pemeliharaan sistem dapat dilihat pada Gambar 12. Pemeliharaan sistem dapat diawali dari masukan oleh pengguna atau ahli kedelai. Apabila disetujui dilakukannya perubahan, maka akan ditinjau kembali permintaan dan mengumpulkan informasi yang diperlukan. Setelah rancangan perubahan disetujui, maka dilakukan perubahan sistem sesuai permintaan dan dilakukan pengujian sistem untuk memastikan perubahan telah dilakukan dengan benar. Pengujian dilakukan terhadap pengguna sistem untuk mengetahui penerimaan pengguna sistem terhadap sistem yang diperbaharui. Apabila pengujian sistem tidak menujukkan hasil bahwa perubahan telah dilakukan dengan benar dan tidak mengalami kesalahan serta uji coba menujukkan penerimaan baik dari pengguna sistem, maka dilakukan penerapan sistem baru

26 16 atau penyesuaian data atau modifikasi sistem pada sistem yang lama. Setelah perubahan sistem dilakukan akan dipublikasikan bahwa sistem telah diperbaharui. Pembuatan permintaan Meninjau ulang permintaan untuk menentukan kebutuhan Tidak disetujui Persetujuan Selesai, pembuatan alasan penolakan Disetujui Meninjau kebutuhan permintaan dan mengumpulkan informasi Melakukan perubahan dan pengujian Penyatuan data atau modifikasi Pemberitahuan perubahan selesai Selesai Gambar 12 Prosedur pemeliharaan sistem SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dari hasil penelitian ini, yaitu penambahkan informasi hama dan penyakit kedelai ke dalam sistem informasi kedelai dan pendidikan kedelai yang telah terpasang sebelumnya menyediakan dua menu, yaitu menu hama dan menu penyakit. Pada menu hama terbagi menjadi ciri hama, gejala, dan teknologi pengendali. Sementara itu, pada menu penyakit terbagi menjadi ciri penyakit, gejala, dan teknologi pengendali. Implementasi sistem pengetahuan dilakukan dengan menggunakan Drupal core dan PHP. Perbaikan dilakukan pada data hama yang didapatkan pada penelitian sebelumnya.

27 17 Saran Melihat kurangnya ketersediaan data hama dan penyakit kedelai, termasuk ketersediaan foto atau gambar asli hama dan penyakit kedelai, maka perlu adanya perbaikan ketersediaan data yang lebih lengkap dan detail oleh pemulia atau lembaga terkait. DAFTAR PUSTAKA Atmoko W, Ardiansyah F, Wirnas D Distribusi drupal sistem informasi dan pendidikan kedelai. Di dalam: Raffiudin R, Supena EDJ, Widyastuti U, Purwatiningsih, Sumaryada TI, Sitanggang IS, Kusuma WA, Sulistyani, Indahwati, Effendi S, Kusnanto A, editor. Semirata 2014 Bidang MIPA BKS-PTN-Barat; 2014 Mei 9-11; Bogor, Indonesia. Bogor(ID): FMIPA IPB. hlm [BALITKABI] Balai Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang (ID): Deptan. Baliadi Y, Tengkano W, Bedjo, Suharsono, Subandi Pedoman Penerapan Rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai di Indonesia. Malang (ID): Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian. Bergeron B Essentials of Knowledge Management. New Jersey (US): John Wiley. [BPS] Biro Pusat Statistik Land Utilization by Proviences in Indonesia [Internet]. [diunduh 2014 September 20]. Tersedia pada: http//:bps.go.id/ Elias MA, Hassan MG Knowledge Management. Prentice Hall (US): Pearson Education. Imam M, Tengkano W Buku Pegangan Hama-Hama Kedelai di Indonesia. Bogor (ID): Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Marwoto, Hardaningsih S, Taufiq A Hama, Penyakit, dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. O Brien JA Introduction to Informations System. Ed ke-12. New York (US): McGraw-Hill. Okada, Tengkano, Djuarso An outline of soybean pest in Indonesia in faunestic aspects. Di dalam: Karama A, Syarifuddin, editor. Seminar Balai Penelitian Tanaman Pangan; 1988 Februari 13-14; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanaman Pangan. hlm 37. Tengkano W, Soehardjan M Jenis-jenis hama pada berbagai fase pertumbuhan kedelai. Di dalam: Somaatmadja S, Ismunadji M, Sumarno,

28 18 Syam M, Manurung SO, Yuswadi, editor. Kedelai. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Tjahjadi N Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta (ID): Kanisius. Turban, Rainer, Potter Introduction to Information Technology. Ed ke-3. New Jersey (US): John Wiley. Satzinger J, Jackson R, Burd S System Analysis and Design. Ed ke-4. Boston (CA): Thomson Course Tech. Yuniar Hendra Sistem manajemen pengetahuan hama kedelai pada pusat perpustakaan dan penyebaran teknologi pertanian [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

29 LAMPIRAN 19

30 20 Lampiran 1 Hama kedelai yang menyerang pertanaman kedelai di Indonesia Species Ophiomyia phaseoli Tr. Phaedonia inclusa Stal. Bemisia tabaci Genn. Spodoptera litura F Etiella zinckenella Tr. Etiella hobsoni Butl. Nezara viridula L. Piezodorus hybneri Gmelin Riptortus linearis F. Agrotis spp. Aphis glycines Mats. Plautia sp. Liriomyza sp. Anoplocnemis phasiana Melanagromyza dolichostigma De Mey Melanagromyza sojae Zehnt. Lamprosema indicata F. Helicoverpa armigera Hubner Adoxophyes privatana Tetranychus bimaculatus Harv. Aleurodicus disperses Russell Chrysodeixis chalcities Longitarsus suturellinus Csiki. Stomopterix subcesivella Zell. Melanacanthus sp. Nama Hama Lalat kacang Kumbang daun Kutu kebul Ulat grayak Penggerek polong Penggerek polong Kepik hijau Kepik hijau pucat Kepik coklat Ulat tanah Kutu cabuk Plautia sp. Lalat penggorok daun Penghisap pucuk Penggerek pucuk kedelai Penggerek batang kedelai Penggulung daun Pemakan polong Penggulung daun Tungau merah Kutu putih Ulat jengkal Kumbang kuning Hama daun Kepik coklat kacang-kacangan

31 21 Lampiran 2 Penyakit kedelai yang menyerang pertanaman kedelai di Indonesia Species Phakospora pachyrhizi Cercospora sojina Cercospora kikuchii Colletotrichum lindemuthianum Dematium sp. Rhizoctonia solani Sclerotium rolfsii Peronospora sp. Pseudomonas syringae pv. Glycinea Xanthomonas campestris pv. Glycines Mikoplasma Soybean mosaic virus (SMV) Soybean yellow mosaic virus (SYMV) Bean yellow mosaic virus (BYMV) Bean common mosaic virus (BCMV) Peanut mottle virus (PMoV) Peanut stripe virus (PStV) Blakeye cowpea mosaic virus (BICMV) Soybean dwarf virus (SDV) Soybean stunt virus (SDV) Cowpea mild mottle virus (CMMV) Nama Penyakit Karat daun Bercak daun Bercak mata katak Anthraknose Hawar batang Rebah semai Downy mildew Hawar bakteri Pustul bakteri Sapu setan Mosaik Mosaik Mosaik Mosaik Mosaik Mosaik Mosaik Kerdil kedelai Katai kedelai Belang semar

32 22 Lampiran 3 Ciri-ciri hama kedelai Hama Bentuk Ciri khas hama Ophiomyia phaseoli Tr. Larva Ulat berwarna kekuningan dengan bentuk memanjang dan ramping biasanya larva dan pupa biasanya terdapat di kulit batang Imago Lalat berukuran kecil berwarna hitam mengkilap Phaedonia inclusa Stal. Larva Mirip kutu berwarna hitam Imago Kumbang dengan kepala dan toraks berwarna kemerahan sayap depan mengkilap berwarna hitam kebiru-biruan bagian pinggir berwarna kuning. Apabila tanaman tersentuh imago akan menjatuhkan diri pura-pura mati. Bemisia tabaci Genn. Larva Bentuk bulat telur dan gepeng berwarna Imago pucat sampai kuning kehijauan. Imago berukuran kecil mirip kutu tubuh berwarna putih dengan sayap jernih ditutupi lapisan lilin berwarna putih. Spodoptera litura F Larva Larva muda mirip ulat berwarna kehijuan dengan bintik hitam pada abdomen, larva tua abu-abu gelap atau coklat dengan 5 garis memanjang sepanjang badan dengan warna kuning pucat atau kehijauan Imago Mirip kecoa berwarna kecoklatan Etiella zinckenella Tr. Larva Ulat dengan larva instar 2,3,4 berwarna kehijauan dengan garis merah dan ditumbuhi bulu-bulu. Kepala larva instar 2,3 berwarna hitam. Kepala larva instar 4 berwarna kuning. Imago Mirip belalang berwarna keabu-abuan dan mempunyai perilaku tertarik pada cahaya Etiella hobsoni Butl. Larva Ulat dengan larva instar 2,3,4 berwarna kehijauan dengan garis merah dan ditumbuhi bulu-bulu. Kepala larva instar 2,3 berwarna hitam. Kepala larva instar 4 berwarna kuning. Imago Mirip belalang berwarna hitam keabu-abuan Nezara viridula L. Larva Nimfa mirip kumbang kecil terdiri dari 5 instar yang berbeda warna dan ukuran, kemerahan, hitam berbintik putih, hijau berbintik hitam dan putih, hijau berbintik hitam dan putih Imago Mirip kumbang berwarna hijau berbintik hitam dan putih. Pagi hari biasanya tinggal di permukaan bagian atas daun untuk berjemur, setelah siang hari turun ke polong untuk berteduh dan makan. Piezodorus hybneri Gmelin Larva Imago Nimfa mirip kumbang kecil berbentuk jorong berwarna kehitaman, kekuning-kuningan, kecoklat-coklatan Mirip kumbang berwarna hijau pucat pada bagian tengah kepalanya terdapat garis membujur berwarna

33 23 Lanjutan Hama Bentuk Ciri khas hama Riptortus linearis F. Larva Nimfa mirip semut gramang berwarna kemerahan dan kekuningan. Imago Imago mirip walang sangit berukuran panjang berwarna kuning coklat. Agrotis spp. Larva Ulat berwarna kelabu, coklat atau hitam Imago -- Aphis glycines Mats. Larva Berbentuk kutu Imago Kutu daun berwarna hijau kekuningan Plautia sp. Larva Mirip kutu berwarna hitam Imago Mirip kumbang berwarna hijau gelap Liriomyza sp. Larva -- Imago Lalat berwarna hitam gelap Anoplocnemis phasiana Larva Mirip semut hitam Imago Imago mirip walang sangit berukuran besar berwarna coklat. Pada waktu menghisap cairan tanaman biasanya posisi kepalanya Melanagromyza dolichostigma De Mey Melanagromyza sojae Zehnt. menghadap kebawah. Larva Berupa ulat yang menggerek masuk kedalam jaringan daun dan menuju tangkai daun dan batang. Larva dan pupa dapat dijumpai didalam pucuk yang baru layu. Imago Lalat berukuran kecil berwarna hitam Larva mengkilap Berupa ulat tinggal dan menggerek batang. Sebelum memasuki stadium pupa larva membuat lubang untuk keluar dekat pangkal batang. Letak larva dan pupa didalam batang (empelur) Imago Lalat berukuran kecil berwarna hitam mengkilap Lamprosema indicata F. Larva Berupa ulat berwarna hijau licin transparan dan agak mengkilat dengan bercak hitam di kedua sisi prothorax Imago Mirip kupu berwarna coklat terang Helicoverpa armigera Larva Berupa ulat berwarna coklat atau hijau muda. Hubner Imago Mirip kupu berwarna coklat terang Adoxophyes privatana Larva Berupa ulat dengan kepala berwarna kuning, torak dan abdomen berwarna hijau Imago Mirip kecoa berwarna coklat terang Tetranychus bimaculatus Larva -- Harv. Imago Tungau berukuran kecil dengan tubuh bulat kemerah-merahan, kaki dan alat mulutnya berwarna putih dan hanya aktif disiang hari. Aleurodicus disperses Russell Larva Imago Berbentuk oval, pipih, berwarna kuning pucat dan ditepinya dikelilingi oleh lapisan lilin berwarna putih Mirip ngengat kecil dengan sayap tertutup lapisan lilin putih

34 24 Lanjutan Hama Bentuk Ciri khas hama Chrysodeixis chalcities larva Berupa ulat berwarna hijau dan bergerak seperti orang mengukur panjang dengan jengkalnya Longitarsus suturellinus Csiki. Stomopterix subcesivella Zell. Imago Larva Imago Larva Mirip kupu berwarna coklat terang Mirip kutu berwarna hitam Kumbang berwarna kuning dengan garis hitam keabu-abuan sepanjang sayap depan Larva berbentuk ulat memakan jaringan hijau daun Imago -- Melanacanthus sp. Larva Mirip semut hitam Imago Mirip walang sangit berukuran kecil berwarna coklat keabu-abuan. Chrysodeixis chalcities larva Berupa ulat berwarna hijau dan bergerak seperti orang mengukur panjang dengan jengkalnya Longitarsus suturellinus Csiki. Stomopterix subcesivella Zell. Imago Larva Imago Larva Mirip kupu berwarna coklat terang Mirip kutu berwarna hitam Kumbang berwarna kuning dengan garis hitam keabu-abuan sepanjang sayap depan Larva berbentuk ulat memakan jaringan hijau daun

35 25 Lampiran 4 Ciri-ciri penyakit kedelai Phakospora pachyrhizi Cercospora sojina Cercospora kikuchii Species Colletotrichum lindemuthianum Dematium sp. Ciri Pada daun terdapat bercak-bercak yang berisi uredia (badan buah yang memproduksi spora) Bercak berwarna coklat,, berbentuk bulat Pengisian biji dengan warna ungu muda. Bintik-bintik hitam berupa duri-duri jamur. Rhizoctonia solani Membentuk sklerotia berwarna coklat sampai hitam, bentuk tidak beraturan Sclerotium rolfsii --- Peronospora sp. Pseudomonas syringae pv. Glycinea Xanthomonas campestris pv. Glycines Bercak warna putih kekuningan, bulat dengan batas yang jelas Bercak kecil, bersegi, tembus cahaya dan tampak kebasahan berwarna kekuningan atau coklat muda. Bercak kecil pada permukaan dua daun, berwarna hijau pucat, menonjol pada bagian tengah Mikoplasma --- Soybean mosaic virus (SMV) Warna hijau gelap di sepanjang tulang daun. Soybean yellow mosaic virus (SYMV) Bercak klorotik Bean yellow mosaic virus (BYMV) Bercak klorotik dan tulang daun menjadi jernih. Bean common mosaic virus (BCMV) Bercak klorotik Peanut mottle virus (PMoV) Bercak klorotik Peanut stripe virus (PStV) Bercak lokal klorotik diikuti oleh belang sistemik Blakeye cowpea mosaic virus (BICMV) Bercak klorotik Soybean dwarf virus (SDV) Tanaman menjadi kerdil Soybean stunt virus (SDV) Bercak klorotik ringan pada daun Cowpea mild mottle virus (CMMV) Tulang daun menjadi jernih dan daun menggulung ke bawah

36 26 Lampiran 5 Hama kedelai dan bagian tanaman yang diserang (Imam M dan Tengkano 2002) Species Nama Indo Bagian tanaman Ophiomyia phaseoli Tr. Lalat kacang Batang Phaedonia inclusa Stal. Kumbang daun Daun Bemisia tabaci Genn. Kutu kebul Batang Spodoptera litura F Ulat grayak Daun Etiella zinckenella Tr. Penggerek polong Polong Etiella hobsoni Butl. Penggerek polong Polong Nezara viridula L. Kepik hijau Polong Piezodorus hybneri Gmelin Kepik hijau pucat Polong Riptortus linearis F. Kepik coklat Polong Agrotis spp. Ulat tanah Batang Aphis glycines Mats. Kutu cabuk Daun Plautia sp. Plautia sp. Polong Liriomyza sp. Lalat penggorok daun Daun Anoplocnemis phasiana Penghisap pucuk Batang Melanagromyza dolichostigma De Penggerek pucuk Batang Mey kedelai Melanagromyza sojae Zehnt. Penggerek batang Batang kedelai Lamprosema indicata F. Penggulung daun Daun Helicoverpa armigera Hubner Pemakan polong Polong Adoxophyes privatana Penggulung daun Daun Tetranychus bimaculatus Harv. Tungau merah Daun Aleurodicus disperses Russell Kutu putih Daun Chrysodeixis chalcities Ulat jengkal Daun Longitarsus suturellinus Csiki. Kumbang kuning Daun Stomopterix subcesivella Zell. Hama daun Daun Melanacanthus sp. Kepik coklat kacangkacangan Polong

37 Lampiran 6 Gejala serangan hama kedelai pada areal pertanaman (Imam M dan Tengkano 2002) 27 Hama Ophiomyia phaseoli Tr. Phaedonia inclusa Stal. Bemisia tabaci Genn. Spodoptera litura F Etiella zinckenella Tr. Etiella hobsoni Butl. Nezara viridula L. Piezodorus hybneri Gmelin Riptortus linearis F. Agrotis spp. Aphis glycines Mats. Plautia sp. Liriomyza sp. Anoplocnemis phasiana Melanagromyza dolichostigma De Mey Melanagromyza sojae Zehnt. Lamprosema indicata F. Helicoverpa armigera Hubner Adoxophyes privatana Tetranychus bimaculatus Harv. Aleurodicus disperses Russell Chrysodeixis chalcities Longitarsus suturellinus Csiki. Stomopterix subcesivella Zell. Melanacanthus sp. Gejala serangan Daun tanaman kekuningan, layu dan mati Daun rusak seperti dimakan ulat Daun keriting dan pohon tampak kerdil pada serangan tinggi nampak jelaga hitam pada daun akibat serangan Daun habis dimakan meninggalkan tulang-tulang daun Adanya 1 atau 2 lubang kerek pada polong dan butiran kotoran kering berwarna coklat Adanya 1 atau 2 lubang kerek pada polong dan butiran kotoran kering berwarna coklat Biji kempes dan gugur, hitam dan busuk atau keriput Biji kempes dan gugur, hitam dan busuk atau keriput Biji kempes dan gugur, hitam dan busuk atau keriput Batang tanaman yang terpotong pada batas permukaan tanah Tanaman kerdil pucuk daun keriput Biji kempes dan gugur, hitam dan busuk atau keriput Adanya liang korokan beralur berwarna putih pada daun Pucuk tanaman layu, kering dan mati Tanaman kerdil, layu dan mati dan bila dikupas ditemui larva/pupa dalam pucuk batang Tanaman kerdil, layu dan mati dan bila dikupas ditemui larva/pupa dalam batang Menggulung dan merekatkan daun bagian atas Adanya lubang bekas makan di polong yang diserang dan tidak dijumpai larva didalam polong yang diserang Daun-daun yang digulung menjadi satu Bercak-bercak pada permukaan daun -- Daun habis dimakan Adanya lubang-lubang kecil pada daun bekas gigitan Adanya liang korokan berwarna coklat muda dan merekatkan kedua pinggiran daun dan diam dalam ikatan daun Biji kempes dan gugur, hitam dan busuk atau keriput

38 28 Lampiran 7 Insektisida yang dapat digunakan untuk menekan perkembangan hama (Baliadi Y et al. 2008) No Hama Insektisida 1. Ophiomyia phaseoli Tr. Sipermetrin Deltametrin Klorpifos Carbofuran Asefat Piridafention 2. Phaedonia inclusa Stal. Sipermetrin Permetrin Deltametrin Sihalotrin Kuinalfos Betasiflurin Isoksation BPMC 3. Bemisia tabaci Genn. Heksitiazok Amitraz Dikofol Propargit 4. Spodoptera litura F Permetrin Dekametrin Etofenproks Sipermetrin Flufenoksuron Klorfluazuron Betasiplutrin Sihalotrin 5. Etiella zinckenella Tr. Sipermetrin Carbosulfan Sihalotrin Alfametrin Klorfluazuron Betasiflutrin 6. Etiella hobsoni Butl Nezara viridula L. Deltametrin BPMC Thiodicarb Permetrin Klorfluazuron Sihalotrin 8. Piezodorus hybneri Gmelin Deltametrin BPMC Thiodicarb Permetrin Sihalotrin 9. Riptortus linearis F. Deltametrin BPMC Thiodicarb

39 29 Lanjutan No Hama Insektisida Permetrin Klorfluazuron Sihalotrin 10. Agrotis spp. Carbofuran 11. Aphis glycines Mats. Heksitiazok Amitraz Dikofol Propargit 12. Plautia sp Liriomyza sp Anoplocnemis phasiana Melanagromyza dolichostigma Sipermetrin De Mey Deltametrin Klorpifos Carbofuran Asefat Piridafention 16. Melanagromyza sojae Zehnt. Sipermetrin Deltametrin Klorpifos Carbofuran Asefat Piridafention 17. Lamprosema indicata F. Permetrin Deltametrin Sipermetrin Alfametrin 18. Helicoverpa armigera Hubner Permetrin Deltametrin Sipermetrin Alfametrin 19. Adoxophyes privatana Tetranychus bimaculatus Harv. Heksitiazok Amitraz Dikofol Propargit 21. Aleurodicus disperses Russell Chrysodeixis chalcities Permetrin Dekametrin Sipermetrin Sihalotrin Klorfluazuron Flufenoksuron 23. Longitarsus suturellinus Csiki Stomopterix subcesivella Zell Melanacanthus sp. --

40 30 Lampiran 8 Jenis penyakit, saat menyerang, cara pengendalian, dan pestisida yang dianjurkan (Marwoto et al. 2014) Jenis Penyakit Saat menyerang Cara pengendalian Pustul bakteri 1 mst panen Var tahan; benih bebas penyakit; rotasi tanaman; sanitasi Karat 3 mst panen Varietas tahan; fungisida Anthraknose 1 mst dewasa Fungisida; benih bebas penyakit; rotasi tanaman Hawar batang 1 mst dewasa Fungisida, pupuk kalsium + nitrogen Trichoderma Downy mildew 3 mst dewasa Fungisida; rotasi tanaman Hawar daun/ bercak biji ungu 4 mst panen Benih bebas penyakit Frogeye 3 mst dewasa Fungisida; varietas tahan; benih bebas penyakit; rotasi tanaman Hawar daun 4 mst dewasa Benih bebas Cho-anephora penyakit Target sopt 3 mst dewasa Kelembapan cukup SMV Muda dewasa Varietas toleran CMMV Muda dewasa Varietas toleran BYMV Muda dewasa Varietas toleran rebah kecambah 1 mst dewasa Var toleran; hawar daun/ kelembapan polong cukup; fungisida Fungisida/ bakterisida Agrimycin Triadimefon, mankoseb Perawatan benih dengan Captan, semprot dengan Benomil atau klorotalonil Dipupuk kalsium, dan nitrogen (mengurangi serangan) Perwatan benih dengan Captan, semprot dengan triadimefon atau mankoseb Perawatan benih dengan Captan, semprot dengan benzimidazole Perwatan benih dengan Captan, semprot dengan triadimefon Triforine atau copper oxychloride Perawatan benih dengan captan, semprot dengan Benomil Perawatan benih dengan Captan, semprot dengan Benomil atau

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

Hama Kedelai dan Kacang Hijau Hama Kedelai dan Kacang Hijau Dr. Akhmad Rizali Hama Penting Kedelai dan Kacang Hijau Lalat bibit atau lalat kacang (Ophiomyia phaseoli) Ulat grayak (Spodoptera litura) Ulat penggulung daun (Lamprosema

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai (Glycines max L. Merril) Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman eksotik yang diperkirakan berasal dari Manshukuw (Cina) yang

Lebih terperinci

Kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah beras,

Kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah beras, Dukungan Pengendalian Hama Terpadu dalam Program Bangkit Kedelai Marwoto 1 Ringkasan Kebutuhan kedelai pada tahun 2007 diperkirakan sebesar 2,24 juta ton, sementara produksi dalam negeri hanya 1,25 juta

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Kedelai

Teknologi Produksi Kedelai Teknologi Produksi Kedelai untuk Lahan Sawah, Lahan Kering Masam, dan Lahan Pasang Surut Tipe C dan D Di lahan sawah, kedelai umumnya ditanam pada musim kemarau setelah pertanaman padi. Sedangkan di lahan

Lebih terperinci

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.

Lebih terperinci

Rancang Bangun dan Implementasi Program Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosis Hama Utama Kedelai (Atman Roja)

Rancang Bangun dan Implementasi Program Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosis Hama Utama Kedelai (Atman Roja) Rancang Bangun dan Implementasi Program Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosis Hama Utama Kedelai (Atman Roja) RANCANG BANGUN PROGRAM APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS HAMA UTAMA KEDELAI DESIGN AND

Lebih terperinci

Lalat Bibit Kacang Ophiomya phaseoli Diptera: Agromyzidae

Lalat Bibit Kacang Ophiomya phaseoli Diptera: Agromyzidae Hama Kedelai Lalat Bibit Kacang Ophiomya phaseoli Diptera: Agromyzidae Menyerang tanaman awal muncul dr permukaan tanah hg umur 10 hr. Telur diletakkan pd tanaman muda baru tumbuh. Telur diletakkan di

Lebih terperinci

Hama penting tanaman kacang hijau.

Hama penting tanaman kacang hijau. Hama penting tanaman kacang hijau. 1. Lalat kacang (Agromyza phaseoli Coq) Gejala awal serangannya berupa bercak 2 pada keping biji (daun pertama). Bercak ini merupakan tempat dimana telur diletakkan.

Lebih terperinci

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi Tim Pengkaji Pendahuluan Rata-rata produktivitas kedelai di NTB pada Tahun 2014 yaitu 1,29 ton/ha. (BPS. 2015) Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan perluasan areal Pajale, BPTP bertugas menyediakan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OPT (ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN)

PENGENDALIAN OPT (ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN) PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGENDALIAN OPT (ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN) BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama-hama yang ditemukan menyerang pertanaman kedelai edamame pada fase vegetatif umur 24 sampai 31 HST ada empat jenis, yaitu A. glycines,

Lebih terperinci

Nimfa instar IV berwarna hijau, berbintik hitam dan putih. Nimfa mulai menyebar atau berpindah ke tanaman sekitarnya. Lama stadium nimfa instar IV rata-rata 4,5 hari dengan panjang tubuh 6,9 mm. Nimfa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN : KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :978-979-8304-70-5 ISBN : 978-979-8304-70-5 Modul Pelatihan Budidaya Kentang Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Modul 1 : Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Hama Penting Semangka Hama penting pada semangka: 1. Thrips (Thrips parvispinus Karny) 2. Ulat perusak daun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama kedelai Kutudaun Kedelai Aphis glycines

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama kedelai Kutudaun Kedelai Aphis glycines 3 TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama kedelai Tanaman kedelai secara alami dapat terinfestasi oleh serangga hama selama pertumbuhan dan penyimpanan (Tengkano & Soehardjan 1993; Jackai et al. 1990). Secara

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS TANAMAN CABAI MENGGUNAKAN METODE BAYES

RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS TANAMAN CABAI MENGGUNAKAN METODE BAYES RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS TANAMAN CABAI MENGGUNAKAN METODE BAYES 1 Ali Mahmudi, 2 Moh. Miftakhur Rokhman, 3 Achmat Eko Prasetio Teknik Informatika ITN Malang 1 amahmudi@hotmail.com,

Lebih terperinci

I. Ordo Hemiptera ( bersayap setengah )

I. Ordo Hemiptera ( bersayap setengah ) Tugas Pengendalian Hama Terpadu Harry Sugestiadi / 0806132041 I. Ordo Hemiptera ( bersayap setengah ) Ciri-ciri dari Ordo Hemiptera yaitu : Tipe mulut menusuk menghisap Mempunyai dua pasang sayap, tebal

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN HASIL KEDELAI PADA BEBERAPA POLA TANAM DI KAWASAN HUTAN JATI MUDA

IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN HASIL KEDELAI PADA BEBERAPA POLA TANAM DI KAWASAN HUTAN JATI MUDA IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN HASIL KEDELAI PADA BEBERAPA POLA TANAM DI KAWASAN HUTAN JATI MUDA Bambang Prayudi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah ABSTRAK Provinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

Hama penghisap daun Aphis craccivora

Hama penghisap daun Aphis craccivora Hama Kacang tanah Hama penghisap daun Aphis craccivora Bioekologi Kecil, lunak, hitam. Sebagian besar tdk bersayap, bila populasi meningkat, sebagian bersayap bening. Imago yg bersayap pindah ke tanaman

Lebih terperinci

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 24 Mei 2014 ISBN 978-602-70530-0-7 halaman: 225-230 Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Seiring dengan berkembangnya industri makanan dan pakan ternak, permintaan terhadap komoditas kedelai meningkat pesat. Untuk memenuhi kebutuhan akan kedelai tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang penting dalam pertanian di Indonesia karena memiliki berbagai manfaat, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang banyak 3 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang banyak memberikan manfaat bagi makhluk hidup yang lain, baik manusia maupun hewan. Allah SWT menganugerahi

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PENDIAGNOSIS HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN KEDELAI

APLIKASI SISTEM PENDIAGNOSIS HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN KEDELAI APLIKASI SISTEM PENDIAGNOSIS HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN KEDELAI SKRIPSI Oleh : HARLINDA FATMAWATI J2A 606 025 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung TINJAUAN PUSTAKA Kepik Coklat (R.linearis Fabr.) Biologi Hama Hama ini sering dikenal dengan sebutan kepik penghisap polong kedelai karena hama ini menyerang polong kedelai. Menurut Wahyu (2010), klasifikasi

Lebih terperinci

Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai

Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai Marwoto dan Sri Hardaningsih Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang PENDAHULUAN Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 telah mencapai

Lebih terperinci

MENGENAL HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN JAGUNG DAN KEDELAI. Penulis: Fauziah Yulia Adriyani Kiswanto Gohan Octora Manurung

MENGENAL HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN JAGUNG DAN KEDELAI. Penulis: Fauziah Yulia Adriyani Kiswanto Gohan Octora Manurung MENGENAL HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN JAGUNG DAN KEDELAI Penulis: Fauziah Yulia Adriyani Kiswanto Gohan Octora Manurung BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAMPUNG BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT PENDAHULUAN Eli Korlina Salah satu masalah dalam usahatani bawang putih adalah gangguan hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit dalam usahatani mendorong petani untuk menggu-nakan pestisida pada

Lebih terperinci

PENERAPAN TEOREMA BAYES UNTUK IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA TANAMAN KEDELAI

PENERAPAN TEOREMA BAYES UNTUK IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA TANAMAN KEDELAI PENERAPAN TEOREMA BAYES UNTUK IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA TANAMAN KEDELAI Wisnu Mahendra 1, Achmad Ridok 2 dan Nurul Hidayat 3. Program Studi Ilmu Komputer, Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penyusunan skripsi diperlukan metode yang digunakan untuk menyusun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penyusunan skripsi diperlukan metode yang digunakan untuk menyusun 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Dalam penyusunan skripsi diperlukan metode yang digunakan untuk menyusun serta melengkapi data yang ada. Tahapan metode yang digunakan adalah

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA PENTING PADA KACANG TUNGGAK. Marwoto. Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangandan Umbi-umbian PENDAHULUAN

PENGENDALIAN HAMA PENTING PADA KACANG TUNGGAK. Marwoto. Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangandan Umbi-umbian PENDAHULUAN MONOGRAF BALITKABI No. 3-1998, him. 84-99 PENGENDALIAN HAMA PENTING PADA KACANG TUNGGAK Marwoto Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangandan Umbi-umbian PENDAHULUAN Kacang tunggak telah lama dibudidayakan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasinya termasuk Divisio: Spermathopyta, Subdivisio: Species: Glycine max (L.) Merrill (Sumarno dan Harnoto, 1983).

I. TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasinya termasuk Divisio: Spermathopyta, Subdivisio: Species: Glycine max (L.) Merrill (Sumarno dan Harnoto, 1983). I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kedelai 1.1.1. Botani dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max (L) Merril ) merupakan salah satu tanaman semusim yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Berdasarkan klasifikasinya

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena

Lebih terperinci

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 116-121 Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo INDRIYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang mempunyai peran dan sumbangan besar bagi penduduk dunia. Di Indonesia, tanaman kedelai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-September 2010 di Laboratorium Hama Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian (Balitkabi) Malang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena di dalam Al Qur an telah dijelaskan proses penciptaan alam semesta termasuk makhluk hidup yang

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit Terpadu pada Tanaman Kedelai

Pengendalian Penyakit Terpadu pada Tanaman Kedelai Pengendalian Penyakit Terpadu pada Tanaman Kedelai Nasir Saleh dan Sri Hardaningsih Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang PENDAHULUAN Produktivitas tanaman kedelai di Indonesia

Lebih terperinci

Penerapan Metode Inference Tree dan Forward Chaining dalam Sistem Pakar Diagnosis Hama dan Penyakit Kedelai Edamame Berdasarkan Gejala Kerusakannya

Penerapan Metode Inference Tree dan Forward Chaining dalam Sistem Pakar Diagnosis Hama dan Penyakit Kedelai Edamame Berdasarkan Gejala Kerusakannya 2 Penerapan Metode Inference Tree dan Forward Chaining dalam Sistem Pakar Diagnosis dan Penyakit Kedelai Edamame Berdasarkan Gejala Kerusakannya Prawidya Destarianto, Erni Yudaningtyas, Sholeh Hadi Pramono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

KOMPOSISI GENUS DAN SPESIES PENGISAP POLONG KEDELAI PADA PERTANAMAN KEDELAI

KOMPOSISI GENUS DAN SPESIES PENGISAP POLONG KEDELAI PADA PERTANAMAN KEDELAI KOMPOSISI GENUS DAN SPESIES PENGISAP POLONG KEDELAI PADA PERTANAMAN KEDELAI Marida Santi Yudha Ika Bayu, Christanto, dan Wedanimbi Tengkano Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian ABSTRAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) TANAMAN KEDELAI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) TANAMAN KEDELAI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) TANAMAN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 47 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGENDALIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting di Indonesia. Kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan

I. PENDAHULUAN. sangat penting di Indonesia. Kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting di Indonesia. Kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan pangan, pakan ternak, maupun bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semangka (Citrullus Vulgaris Schard) merupakan salah satu buah yang sangat digemari masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, renyah dan kandungan airnya yang

Lebih terperinci

Strategi Pengendalian Hama Kedelai dalam Era Perubahan Iklim Global

Strategi Pengendalian Hama Kedelai dalam Era Perubahan Iklim Global Strategi Pengendalian Hama Kedelai dalam Era Perubahan Iklim Global Marwoto dan S.W. Indiati 1 Ringkasan Salah satu masalah dalam proses produksi kedelai di Indonesia adalah gangguan hama. Serangan hama

Lebih terperinci

MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Mengapa harus mengenal OPT yang menyerang? Keberhasilan pengendalian OPT sangat

Lebih terperinci

ANALISIS INFEKSI Cowpea Mild Mottle Virus (CPMMV) TERHADAP TANAMAN KEDELAI Glycine max DENGAN MENGGUNAKAN UJI ELISA

ANALISIS INFEKSI Cowpea Mild Mottle Virus (CPMMV) TERHADAP TANAMAN KEDELAI Glycine max DENGAN MENGGUNAKAN UJI ELISA ANALISIS INFEKSI Cowpea Mild Mottle Virus (CPMMV) TERHADAP TANAMAN KEDELAI Glycine max DENGAN MENGGUNAKAN UJI ELISA As ad Syamsul Arifin Program Studi Pendidikan Biologi, IKIP Budi Utomo Malang. Jalan

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) : Potensi Serangan Hama Kepik Hijau Nezara viridula L. (Hemiptera: Pentatomidae) dan Hama Kepik Coklat Riptortus linearis L. (Hemiptera: Alydidae) pada Tanaman Kedelai di Rumah Kassa Potential Attack of

Lebih terperinci

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27 Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KACANG TANAH

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KACANG TANAH IMPLEMENTASI PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KACANG TANAH Oleh MARWOTO Disampaikan pada Pelatihan Kacang Tanah yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati Tanggal 7-9

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Pada langkah identifikasi masalah dilakukan tahapan-tahapan untuk

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Pada langkah identifikasi masalah dilakukan tahapan-tahapan untuk BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Pada langkah identifikasi masalah dilakukan tahapan-tahapan untuk mengetahui permasalahan yang ada yaitu dengan observasi dan wawancara pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat penting. Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah padi. Sedangkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Botani Tanaman Kedelai Berdasarkan taksonominya, tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Klas: Dicotyledonae,

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penguatan Agroekosistem Kedelai DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penguatan Agroekosistem Kedelai DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penguatan Agroekosistem Kedelai DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Lebih terperinci

Pedoman Umum. PTT Kedelai

Pedoman Umum. PTT Kedelai Pedoman Umum PTT Kedelai Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2016 Pedoman Umum PTT Kedelai ISBN: 978-979-1159-30-2 Cetakan pertama: Mei 2009 Cetakan kedua: November 2009 Cetakan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Kedelai

Teknologi Budidaya Kedelai Teknologi Budidaya Kedelai Dikirim oleh admin 22/02/2010 Versi cetak Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi

Lebih terperinci

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN INVENTARISASI JENIS-JENIS HAMA UTAMA DAN KETAHANAN BIOLOGI PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) DI KEBUN PERCOBAAN MANGGOAPI MANOKWARI Oleh Maria Lowisa Ampnir 2005 23 003 JURUSAN HAMA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai merupakan tanaman polong-polongan yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai merupakan tanaman polong-polongan yang memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Botani Tanaman Kedelai Tanaman kedelai merupakan tanaman polong-polongan yang memiliki beberapa nama botani yaitu Glycine max (kedelai kuning) dan Glycine soja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA KEDELAI Oleh : Lisa Marianah, SP (Widyaswara Pertama) BAB I PENDAHULUAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA KEDELAI Oleh : Lisa Marianah, SP (Widyaswara Pertama) BAB I PENDAHULUAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KEDELAI Oleh : Lisa Marianah, SP (Widyaswara Pertama) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJICOBA

BAB IV HASIL DAN UJICOBA BAB IV HASIL DAN UJICOBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan mengenai tampilan hasil dari perancangan Sistem Pakar Penanggulangan Hama dan Penyakit Tanaman Hias Aglaonema yang dapat dilihat sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi),

Lebih terperinci

Sumber Pengetahuan Integrasi Sistem Pemeliharaan Sistem Akuisisi Pengetahuan Pengujian HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah

Sumber Pengetahuan Integrasi Sistem Pemeliharaan Sistem Akuisisi Pengetahuan Pengujian HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah menggunakan bahasa pemrograman PHP. Program PHP ini diharapkan dapat membangkitkan proses forward chaining dalam sistem pakar ini. Selanjutnya sistem akan menghasilkan suatu hasil analisa dari proses konsultasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai (Glycine max L. Merril) Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dan rendah kolesterol dengan

Lebih terperinci

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI Oleh Swastyastu Slandri Iswara NIM. 021510401060 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur

Lebih terperinci

PENGENALAN HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA JAGUNG

PENGENALAN HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA JAGUNG PENGENALAN HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA JAGUNG I. Hama utama pada tanaman jagung Jenis hama utama yang banyak menyerang tanaman jagung di Indonesia termasuk daerah pertanaman jagung di Sulsel yaitu Agrotis,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Glycine max Varietas Edamame

TINJAUAN PUSTAKA. Glycine max Varietas Edamame 4 TINJAUAN PUSTAKA Glycine max Varietas Edamame Asal-usul Tanaman Edamame merupakan salah satu varietas dari kedelai, dan kedelai merupakan anggota dari famili Fabaceae. Kedelai merupakan tanaman yang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA TANAMAN KEDELAI BERBASIS WEB DISEASE IDENTIFICATION INFORMATION SYSTEM WEB-BASED ON SOYBEAN PLANTS

SISTEM INFORMASI IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA TANAMAN KEDELAI BERBASIS WEB DISEASE IDENTIFICATION INFORMATION SYSTEM WEB-BASED ON SOYBEAN PLANTS Jurnal Galung Tropika, 3 (2) Mei 2014, hlmn 80-88 ISSN 2302 4178 SISTEM INFORMASI IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA TANAMAN KEDELAI BERBASIS WEB DISEASE IDENTIFICATION INFORMATION SYSTEM WEB-BASED ON SOYBEAN

Lebih terperinci

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK LAELA NUR RAHMAH. Inventarisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam dan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam dan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Masalah yang sering dihadapi dan cukup meresahkan petani adalah adanya serangan hama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) Serangga betina yang telah berkopulasi biasanya meletakkan telurnya setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI HAMA DAN PENGENDALIANNYA SECARA TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI RINGKASAN

IDENTIFIKASI HAMA DAN PENGENDALIANNYA SECARA TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI RINGKASAN IDENTIFIKASI HAMA DAN PENGENDALIANNYA SECARA TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI Bedjo dan Marwoto Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi E-mail: marwoto_kabi@yahoo.co.id RINGKASAN Jenis hama yang menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang KMM merupakan suatu karya ilmiah mahasiswa hasil kegiatan belajar mengajar yang melibatkan instansi di luar kampus. Mahasiswa dengan arahan dan bimbingan

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

(PTT) KEDELAI PETUNJUK TEKNIS

(PTT) KEDELAI PETUNJUK TEKNIS PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) KEDELAI Penulis: Hendi Supriyadi Penyunting: Nandang Sunandar Disain Layout: Nadimin Saefudin Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH USIA, LUAS PERMUKAAN, DAN BIOMASSA DAUN PADA TIGA VARIETAS KEDELAI

PENGARUH USIA, LUAS PERMUKAAN, DAN BIOMASSA DAUN PADA TIGA VARIETAS KEDELAI PENGARUH USIA, LUAS PERMUKAAN, DAN BIOMASSA DAUN PADA TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L) Merill) TERHADAP PREFERENSI OVIPOSISI Spodoptera litura, Fabricius. SKRIPSI Oleh : Resti Ika Mirlina Sari NIM

Lebih terperinci

Berikut langkah-langkah penelitian yang dilakukan: 1. Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan.

Berikut langkah-langkah penelitian yang dilakukan: 1. Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan. 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pada bab ini akan dipaparkan skema umum penelitian yang dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING SKRIPSI HASDYA MUTIA RAMBEY

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING SKRIPSI HASDYA MUTIA RAMBEY SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING SKRIPSI HASDYA MUTIA RAMBEY 091421011 PROGRAM STUDI EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

TINGKAT SERANGAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PADA PERTANAMAN KACANG TANAH DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

TINGKAT SERANGAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PADA PERTANAMAN KACANG TANAH DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT TINGKAT SERANGAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PADA PERTANAMAN KACANG TANAH DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Hishar Mirsam Fakultas Pertanian, Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Keberadaan organisme

Lebih terperinci

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Embriani BBPPTP Surabaya LATAR BELAKANG Serangan hama merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi dan mutu tanaman. Berbagai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI MODUL IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI Nasir Saleh Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak, P.O.Box 66 Malang - 2 - IMPLEMENTASI PENGENDALIAN

Lebih terperinci

APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI. Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah

APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI. Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah Fakultas Pertanian Universitas Jember ABSTRAK Lalat bibit

Lebih terperinci

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Yurista Sulistyawati BPTP Balitbangtan NTB Disampaikan dalam Workshop Pendampingan UPSUS Pajale, 18 April 2017 PENDAHULUAN Provinsi NTB: Luas panen padi

Lebih terperinci