IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI"

Transkripsi

1 MODUL IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI Nasir Saleh Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak, P.O.Box 66 Malang

2 - 2 - IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PENYAKIT TERPADU Pengelolaan Penyakit Secara Terpadu Nagarajan dan Muralidharan, 1995 menerangkan komponen Pengelolaan Penyakit Secara Terpadu yang meliputi : 1) Ketahanan genetik; 2) Kemoterapi dan 3) Penanggulangan. 1. Ketahanan Genetik. Ketahanan genetik merupakan sifat ketahanan suatu varietas kedelai terhadap patogen penyebab penyakit yang bersifat diturunkan pada keturunannya. Varietas tahan merupakan komponen utama untuk mengendalikan penyakit kedelai. 2. Kemoterapi Bahan yang bersifat sistemik, banyak dipergunakan sebagai bahan aktif untuk mengendalikan penyakit tanaman kedelai, misalnya berupa fungisida, bakterisida, antibiotika dan mengendalikan serangga penular (vektor) virus tanaman, misalnya berupa insektisida, akarisida dan nematisida. 3. Penanggulangan, terdiri dari empat komponen yaitu Pencegahan infeksi oleh patogen, Perlindungan tanaman inang, Peraturan dan Eradikasi patogen Pencegahan infeksi patogen. Untuk mencegah dan menghindari infeksi patogen maka beberapa cara yang dapat dilakukan adalah : Pemilihan lokasi untuk usaha tani hendaknya dihindarkan lokasi (petakan) yang diketahui merupakan daerah endemis penyakit tanaman kedelai. Misalnya penyakit rebah semai oleh jamur Sclerotium rolfsii, hawar batang/polong oleh Rhizoctonia solani. Musim tanam akan sangat berpengaruh terhadap kemunculan penyakit. Musim hujan pada umumnya merupakan musim yang lebih cocok untuk perkembangan berbagai penyakit oleh jamur Rhizoctonia solani, Colletrotichum dematium yang untuk perkembangannya memerlukan kelembaban udara yang tinggi. Waktu tanam dan lokasi yang diperhitungkan dengan baik akan dapat menghindarkan tanaman kedelai dari infeksi penyakit virus. Populasi vektor virus (Aphis spp., Bemisia tabaci) umumnya mulai ada pada akhir musim penghujan dan meningkat pada musim kemarau. Oleh karena itu intensitas

3 - 3 - serangan penyakit virus pada MK-II umumnya lebih tinggi dibanding pada pertanaman MH ataupun MK-I. Stok benih yang terleksi dan terbebas dari penyakit tular benih. Jamur Colletotrichum sp., Cercospora kikuchii, bakteri Pseudomonas syringae, Soybean mosaic virus (SMV), soybean stunt virus (SSV) diketahui ditularkan melalui benih kedelai Perundangan. Karantina Tumbuhan bertujuan mencegah masuknya patogen dari negara lain atau dari satu wilayah ke wilayah yang lain dalam satu negara, khususnya untuk patogen yang belum ditemukan di negara/wilayah yang bersangkutan. Phytosanitary certificate dapat dipergunakan untuk membatasi lalulintas tersebarnya patogen di berbagai daerah 3.3. Eradikasi Patogen : Berbagai cara dapat dilakukan untuk eradikasi patogen yang secara umum dikelompokkan menjadi lima, yaitu : - Perlakuan suhu tinggi ( hot air treatment/ hot water treatment) yang dilakukan untuk benih/ stok benih, peralatan pertanian. - Perlakuan kimia (seed treatment, fumigasi, disinfectant) dapat diperlakukan untuk benih, stok benih dan peralatan pertanian. - Cara Biologi, beberapa cara biologi yang dapat mengurangi sumber inokulum di lapang antara lain adalah aplikasi agens antagonis, hiperparasit, mycorhiza, pengendalian gulma dan serangga vektor. - Cara bercocok tanam, dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman, pemupukan yang berimbang, pengaturan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam, Sanitasi, mencabut dan membakar tanaman yang terinfeksi, disinfeksi pada gudang, sterilisasi peralatan pertanian. - Mencabut tanaman yang dapat berperan sebagai inang alternatif. 4. Perlindungan Terhadap Tanaman Inang Ada dua cara yang dapat dipergunakan untuk melindungi tanaman inang dari infeksi penyakit : Manipulasi Lingkungan dan Perlakuan Kimia.

4 Manipulasi Lingkungan. - Pengaturan kelembaban tanah melalui pengaturan air irigasi dan sistem drainase.sistem drainase yang baik sehingga tidak terjadi genangan air dapat mengurangi serangan penyakit jamur Rhizoctonia solani. - Pengaturan suhu dan kelembaban mikro melalui pengaturan populasi dan jarak tanam. - Solarisasi lahan dengan sinar UV matahari dapat mengurangi intensiotas serangan penyakit jamur tular tanah Perlakuan Kimia. - Perlakuan kimia yang memperhatikan ambang kerusakan oleh penyakit. - Perlakuan kimia yang memperhatikan ambang batas pengendalian. - Perlakuan kimia yang memperhatikan ambang ekonomi. Implementasi Pengelolaan Penyakit secara terpadu sejalan dengan Program pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dan produksi kedelai melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang saat ini sedang dimasyarakatkan melalui Sekolah lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). INFORMASI UMUM PENGGUNAAN MODUL Tujuan dan Sasaran Modul ini disiapkan dengan tujuan sebagai penuntun bagi para Pemandu dalam memberikan pelatihan penyakit tanaman kedelai. Sasaran yang ingin dicapai adalah setiap peserta dapat memahami dan melakukan setiap langkah-langkah kegiatan Pengelolaan penyakit kedelai. Struktur Modul Modul berisi tentang pengetahuan umum penyebab penyakit pada tanaman kedelai, Pengamatan dan upaya pengendaliannya. Secara garis besar struktur modul adalah sebagai berikut :

5 - 5 - No Kemampuan (Tahap, kegiatan) Modul (Langkah Kegiatan) 1 Pengenalan Penyakit Tan. Kedelai - Segitiga penyakit - Penyakit oleh faktor biotik - Penyakit oleh faktor abiotik - Gejala dan tanda penyakit 2 Pengamatan Penyakit Tan. Kedelai - Penentuan Lokasi - Penentuan Waktu Pengamatan - Pengambilan sampel dan pencatatan data 3 Perkembangan penyakit - Pola perkembangan epidemi - Ambang ekonomi penyakit 4 Pengendalian Penyakit Tan. Kedelai - Seleksi benih - Penggunaan Varietas Tahan - Pemanfaatan Agens Antagonis - Eradikasi - Aplikasi Pestisida 1. Pengenalan Penyakit Tanaman Kedelai Unit Kemampuan I. Sub Unit Kemampuan I.1. Pengenalan Penyakit Tanaman Segitiga/piramida Penyakit Konsep Segitiga penyakit (triangle disease) menjelaskan timbulnya penyakit pada tanaman merupakan hasil interaksi tiga (3) faktor yaitu Tanaman (inang) Penyebab penyakit (Patogen) Lingkungan. Tanaman yang peka yang diinfeksi oleh patogen yang virulen dan kondisi lingkungan (suhu, kelembaban, angin, hujan dll) yang mendukung terjadinya tanaman sakit. Di alam bebas seperti halnya belantara dengan berbagai jenis tumbuhan dengan tingkat keragaman genetik yang tinggi umumnya terjadi keseimbangan. Pada sistem pertanian modern, peran manusia melalui teknologi budidayanya yang lebih menyeragamkan genetik tanaman dan memanipulasi lingkungan sering mengakibatkan terjadinya ledakan penyakit. Peran manusia merubah konsep segitiga penyakit menjadi Piramida penyakit.

6 - 6 - Pemandu dapat menjelaskan hubungan ketiga faktor/dan manusia tersebut sebagai penyebab timbulnya penyakit tanaman. Kertas koran, krayon, spidol, informasi ketahanan varietas kedelai, informasi jenis penyakit dan informasi data keadaan cuaca, kasus kasus serangan penyakit tanaman. Penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi kelompok, diskusi pleno. Unit Kemampuan I. Sub Unit Kemampuan I.2. Pengenalan Penyakit Tanaman Penyakit Oleh Faktor Biotik Faktor biotik yang yang menyebabkan timbulnya penyakit adalah jazad renik (mikroorganisme) yang seringkali disebut Patogen. Beberapa jenis jasad renik tersebut adalah : Jamur, bakteri, virus, dan mikoplasma (Tabel 1). Pemandu dapat menjelaskan penyebab penyakit yang disebabkan oleh faktor biotik. Kertas koran, krayon, spidol, isolat jamur, isolat bakteri, tanaman yang terinfeksi oleh jamur, bakteri dan virus. Penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi kelompok dan diskusi pleno.

7 - 7 - Tabel 1. Penyakit-penyakit pada tanaman kedelai NO. PENYAKIT PATOGEN ARTI PENTING 1. Karat daun Phakopsora pachyrhizi Antraknose Colletotrichum dematium Bercak coklat Septoria glycines Busuk akar & batang Diaporthe phaseolorum Bercak daun Cercospora sojina Bakteri pustul Xanthomonas campestris Bakteri hawar Pseudomonas syringe Mosaik kedelai Soybean mosaic virus (SMV) Katai kedelai Soybean dwarf virus (SDV) Kerdil kedelai Soybean stunt virus (SSV) Mosaik kuning Soybean yellow mosaic virus (SYMV) Mosaik kedelai Bean yellow mosaic virus (BYMV) Mosaik kedelai Bean common mosaic virus (BCMV) Mosaik kedelai Peanut mottle virus (PMoV) Mosaik kedelai Peanut stripe virus (PStV) Mosaik kedelai Blackeye cowpea mosaic virus (BlCMV) 17. Belang samar Cowpea mild mottle virus (CMMV) Sapu setan Mycoplasma-like organism (MLO) -- - Unit Kemampuan I. Sub Unit Kemampuan I.3. Pengenalan Penyakit Tanaman Penyakit Oleh Faktor Abiotik Lingkungan yang ekstrim mengakibatkan tanaman tumbuh secara tidak normal, contoh: suhu yang tinggi dapat mengakibatkan kelayuan, aplikasi bahan kimia herbisida dapat menimbulkan bercak-bercak pada daun atau kekerdilan. Defisiensi unsur hara kalium pada lahan Vertisol mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil dengan tepi daun berwarna kekuningan. Pada tanah Ultisol, tanaman tumbuh tidak normal karena keracunan ion hara Al. Ketidak normalan yang disebabkan oleh faktor

8 - 8 - abiotik ini seringkali disebut dengan penyakit fisiologis atau gangguan fisiologis (Physiological disorder). Pemandu dapat menjelaskan penyebab penyakit yang disebabkan oleh faktor abiotik. Kertas koran, krayon, spidol, tanaman yang mengalami gangguan fisiologis, gambargambar tanaman yang mengalami gangguan fisiologis. Penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi kelompok dan diskusi pleno. 2. Pengamatan Penyakit tanaman Unit Kemampuan II Sub Unit Kemampuan II.1 Pengamatan Penyakit Tan. Kedelai Penentuan Lokasi Lokasi pengamatan daerah serangan penyakit yaitu plot, petak sawah, hamparan llahan sawah/tegalan atau wilayah (dusun, desa, kecamatan, kabupaten) Menentukan lokasi pengamatan penyakit tanaman kedelai. Kertas koran, krayon, spidol, buku catatan, pensil bolpoint, kertas label, label / bendera untuk plot, peta, data/ catatan serangan sebelumnya. Penjelasan singkat, tanya jawab, Praktek di lapang, diskusi kelompok dan diskusi pleno. Unit Kemampuan II Sub Unit Kemampuan II.2. Pengamatan Penyakit Tan.kedelai Penentuan Waktu

9 - 9 - Penyakit tanaman kedelai dapat muncul mulai dari persemaian, stadia vegetatif, stadia generatif, pemasakan, panen dan paska panen. Siklus penyakit monosiklik atau polisiklik menentukan interval waktu yang tepat. Pengamatan kejadian penyakit di lapang diperlukan untuk pertimbangan tindakan pengendalian. Menentukan waktu pengamatan penyakit tanaman kedelai. Kertas koran, krayon, spidol, buku catatan, pensil bolpoint, kalender, buku informasi perkembangan penyakit. Penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi kelompok dan diskusi pleno. Unit Kemampuan II Sub Unit Kemampuan II.3. Pengamatan Penyakit Tan. Kedelai Pengambilan Sampel dan pencatatan data Pengambilan sampel yang tepat akan sangat berguna untuk mendapatkan Informasi yang akurat keberadaan penyakit tanaman kedelai di lapang. Jumlah sampel tanaman yang diamati akan berkaitan dengan tenaga, biaya dan akurasi data. Memahami prinsip pengambilan sampel dan dapat menentukan jumlah sampel tanaman contoh untuk pengamatan penyakit tanaman kedelai. Kertas koran, spidol, buku catatan, pensil bolpoint, tabel pengamatan Penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi kelompok, praktek dan diskusi pleno.

10 Perkembangan Penyakit Kedelai Unit Kemampuan III. Sub Unit Kemampuan III.1. Perkembangan Penyakit Kedelai Pola epidemi penyakit Berdasarkan pola perkembangan penyakit, perkembangan epidemi penyakit tanaman kedelai yang disebabkan jamur, bakteri ataupun virus umumnya mengikuti pola bunga majemuk (compound interest). Hal ini karena siklus hidup patogen yang pendek sehingga pada satu musim tanam kedelai terjadi beberapa kali siklus perkembangan patogen sehingga perkembangan penyakit bersifat logaritmik (eksponensial). Menurut van der Plank (1963), pola perkembangan epidemi penyakit tanaman dengan pola bunga majemuk mengikuti rumus: rt Xt = Xo e dimana Xt = proporsi tanaman sakit pada saat t Xo = proporsi tanaman sakit pada permulaan (t=0) e = bilangan alam r = laju infeksi t = waktu berlangsungnya epidemi Mengenal pola perkembangan epidemi penyakit tanaman kedelai di lapang dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju infeksi. Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan. Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek,diskusi kelompok dan diskusi pleno.

11 Unit Kemampuan III. Sub Unit Kemampuan III.2. Perkembangan Penyakit Kedelai Ambang ekonomi penyakit Latar belakang Ambang ekonomi adalah tingkat intensitas penyakit yang menyebabkan pengurangan nilai produksi yang sama dengan biaya pengelolaan penyakit. Ambang ekonomi suatu penyakit sukar ditentukan karena dipengaruhi oleh jenis patogen, jenis tanaman, lingkungan, biaya maupun harga produk yang selalu berubah. Bahkan menurut Untung (1993) terhadap penyakit yang menyebar secara cepat, penentuan saat pengendalian berdasar ambang ekonomi tidak dapat dianjurkan. Sudjono (1984, 1985) melaporkan bahwa penyemprotan fungisida triadimefon untuk mengendalikan penyakit karat akan menguntungkan apabila intensitas serangan pada umur 50 hari adalah 22% pada varietas Ringgit (rentan), 17% pada varietas Orba (agak tahan) dan 12% pada varietas No.29 (tahan). Secara umum penyemprotan fungisida untuk mengendalikan penyakit karat pada kedelai dilakukan apabila intensitas serangan mencapai 33 % (Sudjono et al., 1983). Sampai saat ini penelitian tentang ambang ekonomi sebagian besar penyakit tanaman kedelai, termasuk penyakit virus belum banyak dilakukan. Memahami permasalahan ambang ekonomi penyakit tanaman kedelai di lapang dan faktor-faktor yang menentukan. Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan. Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek,diskusi kelompok dan diskusi pleno.

12 Pengendalian Penyakit Kedelai Unit Kemampuan IV. Sub Unit Kemampuan IV.1. Pengendalian Penyakit Kedelai Seleksi Benih Tanaman yang tumbuh dengan sehat berasal dari benih yang sehat. Beberapa jenis penyakit kedelai dikenal terbawa oleh benih (seed borne ), dan tular benih (seed transmitted). Benih kedela yang berwarna ungu merupakan indikasi terinfeksi jamur Cercospora kikuchii. Infeksi bakteri Pseudomonas syringae pv. Glycinea kadang mengakibatkan biji kedelai menjadi berkeriput dan berubah warna, tapi kadang tidak bergejala sama sekali. Virus yang menular melalui benih kedelai adalah: Soybean mosaic virus (SMV), dan Soybean stunt virus (SSV). Kulit Biji kedelai yang berwarna lorek coklat kehitaman dapat digunakan sebagai indikasi bahwa benih tersebut dihasilkan dari tanaman yang terinfeksi virus SMV atau SSV. Oleh karena itu seleksi benih merupakan upaya pengendalian penyakit paling awal yang dapat dilakukan. Mengenal seleksi benih sebagai pengendalian preventif untuk penyakit tanaman kedelai. Mampu melaksanakan seleksi benih dengan cara yang sederhana. Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, terinfeksi SMV atau SSV. benih kedelai yang Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek,diskusi kelompok dan diskusi pleno. Unit Kemampuan IV. Sub Unit Kemampuan IV.2. Pengendalian Penyakit Tan. Kedelai Penggunaan Varietas Tahan Menanam varietas tahan merupakan cara yang murah, efektif, kompatibel dengan cara pengendalian lain dan mudah diadopsi oleh petani. Strategi pengembangan tanaman tahan sebaiknya ialah pengembangan tanaman yang

13 berketahanan lama (durable resistance). Terutama untuk tanaman seperti kedelai yang ditanam secara luas, diusahakan oleh petani kecil serta bernilai ekonomi rendah. Kedelai varietas Wilis, Kerinci dan Malabar dilaporkan lebih tahan terhadap infeksi jamur karat (Phakopsora pachyrhizi) dibanding varietas Ringgit, Tidar dan Jayawijaya (Hardaningsih, 1997). Varietas Kipas putih, Kipas merah dan Singgalang juga diketahui rentan terhadap jamur karat (Salim dan Sadar, 1995). Varietas Galunggung lebih rentan dibanding Raung, Wilis dan Kerinci (Dahlan dan Masyurdin, 1989). Kedelai varietas Krakatau, Tampomas dan Cikuray diketahui rentan terhadap infeksi jamur tanah Rhizoctonia solani dan Sclerotium rolfsii, sedang varietas Malabar mempunyai ketahanan yang lebih baik (Prayogo dan Baliadi, 1995) Kedelai varietas Lokon diketahui tahan terhadap penyakit hawar bakteri (Pseudomonas syringae pv.glycinea), sedang varietas Wilis rentan terhadap bakteri tersebut (Budiman, 1997). Tetapi Habazar et al.(1997) melaporkan hasil yang bertentangan. Varietas Wilis, Lumajang bewok tahan sedang Lokon, Krakatau, Tampomas, Orba dan Singgalang rentan terhadap P. syringae pv. glycinea ras 4. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan ras bakteri yang digunakan dalam pengujian tersebut. Ras 4 merupakan ras yang dominan di sentra produksi kedelai di Jawa Timur dan Sumatra Barat (Habazar dan Rudolf, 1997). Kedelai varietas Malabar dan Cikurai diketahui tahan terhadap penyakit bakteri pustul, Xanthomonas campestris pv. Glycines. Varietas Tidar dan Dieng bersifat agak tahan sedang Jayawijaya bersifat rentan (Dirmawati et al., 1997). Menanam varietas tahan merupakan cara yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit virus pada tanaman kedelai. Kedelai varietas Taichung, Bonus dan No.1592 dilaporkan tahan terhadap SSV (Roechan et al., Burhanuddin (1995) melaporkan bahwa AGS 129, AGS 222, AGS2102, MLG 2526 dan MLG 2742 tahan terhadap SMV. Hasil penyaringan ketahanan 243 genotipe kedelai koleksi plasmanutfah terhadap infeksi CMMV menunjukkan bahwa terdapat dua genotipe yaitu No.3020 dan 3288 yang tahan (Baliadi dan Saleh, 1995) Memahami penggunaan varietas tahan untuk pengendalian penyakit kedelai. Mampu mengetahui dan menyeleksi varietas yang mempunyai ketahanan lapang

14 Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, pertanaman berbagai varietas kedelai. Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek,diskusi kelompok dan diskusi pleno kalkulator. Unit Kemampuan IV. Sub Unit Kemampuan IV.3. Pengendalian Penyakit Tan. Kedelai Pemanfaatan Agens Antagonis Pengendalian yang ramah terhadap lingkungan saat ini telah menjadi tuntutan dalam melakukan perlindungan tanaman, termasuk pengendalian penyakit tanaman kedelai. Salah satu agens antagonis yang saat ini mulai banyak dikenal adalah pemanfaatan jamur antagonis (Trichoderma spp., Gliocladium spp). Jamur antagonis ini cukup efektif dan efisien untuk mengendalikan penyakit tular tanah pada tanaman kedelai di lapang. Penyakit busuk batang yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani dan layu oleh Sclerotium rolfsii pada tanaman kedelai dapat dikendalikan dengan menggunakan beberapa jamur yang bersifat antagonis. Hardaningsih (1997) melaporkan bahwa di laboratorium dan rumah kaca, jamur antagonis Trichoderma harzianum dan Gliocladiumi roseum. efektif menekan perkembangan jamur Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Aspergillus neger, Fusarium sp. dan Colletotrichum dematium. Poromarto dan Widadi (2000) melaporkan bahwa di laboratorium isolat No.8 jamur binukleat R. solani dapat menekan serangan jamur busuk batang R.solani hingga 59%. Keberhasilan penggunaan jamur antagonis di lapang juga telah dilaporkan. Penggunaan Biotric dengan bahan aktif Trichoderma harzianum masing-masing sebanyak 2,87 ku/ha dan 5,75 ku/ha pada daerah rhizosfer efektif menekan intensitas serangan penyakit layu S.rolfsii dari 52% turun menjadi 8 hingga 8,4% dan mempertahankan hasil 2 t/ha dibanding hanya 0,8 t/ha pada perlakuan kontrol (Sudantha,2000). Memahami pemanfaatan agens antagonis untuk mengendalikan penyakit kedelai. Mampu mengaplikasikan agens antagonis.

15 Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, jamuri antagonis, tanaman kedelai, sprayer, ember. Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek,diskusi kelompok dan diskusi pleno Unit Kemampuan IV. Sub Unit Kemampuan IV.4. Pengendalian Penyakit Tan. Kedelai Eradikasi Selektif Eradikasi merupakan cara untuk menekan sumber patogen, dengan menghilangkan sumber patogen penularan penyakit dari satu rumpun ke rumpun yang lain dapat dihambat. Eradikasi selektif dapat dilakukan dengan mencabut rumpun yang terinfeksi dan membenamkannya, sedangkan eradikasi secara total dilakukan apabila serangan penyakit telah lanjut. Memahami cara eradikasi untuk mengendalikan penyakit kedelai. Mampu melakukan eradikasi selektif. Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, tanaman kedelai dengan iinfeksi penyakit virus yang ditularkan oleh serangga, jaring serangga. Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek,diskusi kelompok dan diskusi pleno Unit Kemampuan IV. Sub Unit Kemampuan IV.5. Pengendalian Penyakit Padi Aplikasi Pestisida Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan fungisida atau bakterisida relatif masih sangat jarang dilakukan oleh petani kedelai di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungisida mankozeb (Dithane M-45), klorotalonil (Daconil),

16 tiofanat methil (Topsin), triadimefon (Bayleton) dan benomil (Benlate) cukup efektif menekan penyakit karat pada tanaman kedelai (Sudjono et al., 1983; Salim dan Sadar, 1995). Penyakit anthraknose selain daun juga menyerang polong kedelai. Polong yang telah isi merupakan organ yang paling rentan terhadap infeksi jamur (Elizabeth et al., 1997; Sulihtyorini et al., 1997). Oleh karena itu untuk menekan infeksi jamur antraknose pada benih kedelai dapat dilakukan dengan menyemprotkan fungisida benomil (Benlate) atau fentin-hidroksida (Deuter) pada saat mulai berbunga hingga pengisian polong (Sudjono et al.,1983). Penyakit layu Sclerotium dapat ditekan perkembangannya dengan menggunakan fungisida Dithane, Delsene, Manzate dan Benlate. Benlate dengan konsentrasi 2-4 g/l paling efektif menekan perkembangan penyakit (Wahab et al., 1995). Pengendalian secara kimia dengan bakterisida terhadap penyakit bakteri pada tanaman kedelai tidak dianjurkan mengingat mahalnya biaya yang diperlukan untuk pengendalian tersebut. Terhadap virus-virus non-persisten pengendalian vektor secara kimiawi dengan insektisida untuk menekan intensitas serangan penyakit virus sering tidak memberi hasil yang memuaskan. Hal ini diduga karena insektisida tersebut tidak dapat mematikan aphid dalam waktu yang cepat sebelum vektor menularkan virus ke tanaman lain (Broadbent, 1969; Lobenstein and Raccah, 1980). Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa penyemprotan insektisida cypermethrin, deltamethrin, permethrin, fanfalerate, disulfoton dan acephate selain dapat menekan kolonisasi aphid, juga mengurangi atau memperlambat penyebaran virus non-persisten (Asjes, 1985; Atiri et al., 1987; Piron et al., 1988). Penyemprotan minyak mineral (mineral oil) secara kontinyu dengan interval lima hari dilaporkan dapat menghambat proses infeksi dan penyebaran SMV sebesar 27% dibanding perlakuan kontrol yang tidak disemprot (cit. Irwin and Schult. 1981), tetapi karena harus disemprotkan beberapa kali dan harganya mahal. Penggunaan minyak mineral ataupun emulsi minyak nabati sulit diterapkan di Indonesia. Dalam implementasi Pengendalian Hama Terpadu (PHT), aplikasi pestisida masih dibenarkan, akan tetapi harus merupakan alternatif terakhir setelah cara-cara yang llain sudah tidak mampu mengendalikannya. Aplikasi pestisida dapat dilakukan setelah OPT melampaui batas ambang pengendalian.

17 Memahami cara aplikasi pestisida untuk mengendalikan penyakit kedelai. Mampu melakukan aplikasi pestisida tepat waktu, tepat dosis dan sasaran Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, tanaman kedelai dengan iinfeksi penyakit karat daun, fungisida, sprayer, ember. Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek,diskusi kelompok dan diskusi pleno

Pengendalian Penyakit Terpadu pada Tanaman Kedelai

Pengendalian Penyakit Terpadu pada Tanaman Kedelai Pengendalian Penyakit Terpadu pada Tanaman Kedelai Nasir Saleh dan Sri Hardaningsih Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang PENDAHULUAN Produktivitas tanaman kedelai di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting di Indonesia. Kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan

I. PENDAHULUAN. sangat penting di Indonesia. Kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting di Indonesia. Kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan pangan, pakan ternak, maupun bahan

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena

Lebih terperinci

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu) KOMPONEN OPT Hama adalah binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Patogen adalah jasad renik (mikroorganisme) yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman Gulma (tumbuhan

Lebih terperinci

SIKLUS PENYAKIT DAN PENGHITUNGAN INTENSITAS PENYAKIT TANAMAN. Compilled by N.Istifadah

SIKLUS PENYAKIT DAN PENGHITUNGAN INTENSITAS PENYAKIT TANAMAN. Compilled by N.Istifadah SIKLUS PENYAKIT DAN PENGHITUNGAN INTENSITAS PENYAKIT TANAMAN SIKLUS penyakit = siklus infeksi = tahap-tahap patogenesis Siklus hidup patogen : perkembangan patogen yang meliputi tahap aseksual dan seksual

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH Nurbaiti Pendahuluan Produktifitas cabai di Aceh masih rendah 10.3 ton/ha (BPS, 2014) apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang

Lebih terperinci

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Masalah yang sering dihadapi dan cukup meresahkan petani adalah adanya serangan hama

Lebih terperinci

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi Tim Pengkaji Pendahuluan Rata-rata produktivitas kedelai di NTB pada Tahun 2014 yaitu 1,29 ton/ha. (BPS. 2015) Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan perluasan areal Pajale, BPTP bertugas menyediakan

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI Disusun Oleh : WASIS BUDI HARTONO PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN BP3K SANANKULON Penyakit Blas Pyricularia oryzae Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kedelai di Indonesia merupakan tanaman pangan penting setelah padi dan jagung. Kedelai termasuk bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu ttd. Organisme Pengganggu 1 Agroekologi (Ekologi Pertanian) adalah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

Foto: Ibu Mariana (Disertasi Pascasarjana Unibraw)

Foto: Ibu Mariana (Disertasi Pascasarjana Unibraw) APA PENYAKIT ITU? Busuk upih, bercak daun dan Blas pada padi Foto: Ibu Mariana (Disertasi Pascasarjana Unibraw) APA PENYAKIT ITU? Karat, gosong dan Rhizoctonia pada jagung Foto-Foto : ALA APA PENYAKIT

Lebih terperinci

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Kedelai

Teknologi Budidaya Kedelai Teknologi Budidaya Kedelai Dikirim oleh admin 22/02/2010 Versi cetak Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 10 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI A. DEFINISI Benih

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI A. Latar Belakang Dalam bercocok tanam pemilihan benih yang ditanam merupakan langkah pertama yang sangat penting, salah memilih benih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai alternatif sumber protein yang relatif murah.kandungan

I. PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai alternatif sumber protein yang relatif murah.kandungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan anggota famili Leguminaceae yang sangat populer dan bernilai ekonomi tinggi.kandungan protein tinggi di dalamnya dapat dijadikan sebagai alternatif

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI

TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN PROVINSI ACEH 1 Pengertian Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang mempunyai peran dan sumbangan besar bagi penduduk dunia. Di Indonesia, tanaman kedelai

Lebih terperinci

VIII. PENGELOLAAN PENYAKIT TANAMAN TERPADU

VIII. PENGELOLAAN PENYAKIT TANAMAN TERPADU VIII. PENGELOLAAN PENYAKIT TANAMAN TERPADU Komponen Pengelolaan Penyakit Tanaman Terpadu (PPTT) Penyakit tanaman ubi kayu terbukti telah banyak menimbulkan kerugian hasil yang sangat besar. Penyakit busuk

Lebih terperinci

Penyakit Karena Bakteri

Penyakit Karena Bakteri Penyakit Karena Bakteri BAHAN KULIAH DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Link : http://www.apsnet.org/edcenter/intropp/pathogengroups/pages/bacteria.aspx PENYAKIT KARENA BAKTERI PATOGEN Bakteri adalah sekelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang dan mencukupi kebutuhan pangan Indonesia memerlukan peningkatan produksi padi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hama dan Penyakit pada Tanaman Pangan Page 1 Tanaman Padi

BAB I PENDAHULUAN. Hama dan Penyakit pada Tanaman Pangan Page 1 Tanaman Padi BAB I PENDAHULUAN Pentingnya padi sebagai sumber utama makanan pokok dan dalam perekonomian bangsa indonesia tidak seorangpun yang menyangsikannya. Oleh karena itu setiap faktor yang mempengaruhi tingkat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci

MODUL-12 MENGENAL GEJALA PENYAKIT DAN TANDA PADA TANAMAN. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP A. KOMPTENSI DASAR B.

MODUL-12 MENGENAL GEJALA PENYAKIT DAN TANDA PADA TANAMAN. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP A. KOMPTENSI DASAR B. MENGENAL GEJALA PENYAKIT DAN TANDA PADA TANAMAN MODUL-12 Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic Jl.

Lebih terperinci

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan.

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan. BLAS (BLAST) Patogen penyebab blas: Pyricularia grisea P. oyzae Cavara Magnaporthe grisea Magnaporthe oryzae Peyakit blas berkembang terbawa udara melalui konidia cendawan yang mungkin berasal dari inang.

Lebih terperinci

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Yurista Sulistyawati BPTP Balitbangtan NTB Disampaikan dalam Workshop Pendampingan UPSUS Pajale, 18 April 2017 PENDAHULUAN Provinsi NTB: Luas panen padi

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA NUR HIDAYATI BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN KONSEP PENYAKIT TANAMAN Penyakit tumbuhan

Lebih terperinci

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27 Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031

Lebih terperinci

Sistem Produksi Kacang-kacangan untuk Menghasilkan Benih Bebas Virus

Sistem Produksi Kacang-kacangan untuk Menghasilkan Benih Bebas Virus Sistem Produksi Kacang-kacangan untuk Menghasilkan Benih Bebas Virus Nasir Saleh 1 Ringkasan Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau) di Indonesia

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah 18 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah gandum, jagung dan padi. Di Indonesia kentang merupakan komoditas hortikultura yang

Lebih terperinci

V. ARTI EKONOMI PENYAKIT TANAMAN UBI KAYU

V. ARTI EKONOMI PENYAKIT TANAMAN UBI KAYU V. ARTI EKONOMI PENYAKIT TANAMAN UBI KAYU Penyakit tanaman berperan penting dalam kehidupan manusia ka rena kerusakan yang ditimbulkannya. Di sebagian besar negara di Afrika, diperkirakan sekitar 500 juta

Lebih terperinci

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae termasuk penyakit utama yang menyerang tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merill.), merupakan salah satu sumber protein penting di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman kedelai

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

OPT PADA TANAMAN PADI

OPT PADA TANAMAN PADI OPT PADA TANAMAN PADI Penyakit blas pada tanaman padi pada umumnya dapat menyerang tanaman pada bagian daun, batang, malai, dan gabah, tetapi umum pada daun dan leher malai. Gejala serangan yang muncul

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanah Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kacang tanah adalah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Keasaman (ph) tanah yang optimal untuk

Lebih terperinci

I. TOLAK PIKIR PERLINDUNGAN TANAMAN

I. TOLAK PIKIR PERLINDUNGAN TANAMAN I. TOLAK PIKIR PERLINDUNGAN TANAMAN 1.1 Arti Penting Pengganggu Tanaman Kehidupan manusia boleh dikatakan sangat tergantung kepada tumbuhan. Ketergantungan tersebut disebabkan karena banyaknya kebutuhan

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI Oleh : M Mundir BPKK Nglegok I LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT CABAI Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan

Lebih terperinci

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu) Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan

Lebih terperinci

KONSEP PENYAKIT TUMBUHAN

KONSEP PENYAKIT TUMBUHAN KONSEP PENYAKIT TUMBUHAN Tujuan Pembelajaran Mahasiswa memahami definisi penyakit tumbuhan, tumbuhan sehat dan tumbuhan sakit serta pengelompokan penyakit tumbuhan. 1. Tumbuhan Sehat Seluruh fungsi-fungsi

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

II. PLASMA NUTFAH. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 3

II. PLASMA NUTFAH. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 3 II. PLASMA NUTFAH Sumber daya genetik (SDG) atau bahan genetik tanaman yang beragam untuk sifat-sifat penting, hidup dan teridentifikasi dengan baik dapat dipandang sebagai cadangan varietas yang memiliki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

Cultural Control. Dr. Akhmad Rizali. Pengendalian OPT melalui Teknik Budidaya. Mengubah paradigma pengendalian OPT:

Cultural Control. Dr. Akhmad Rizali. Pengendalian OPT melalui Teknik Budidaya. Mengubah paradigma pengendalian OPT: Cultural Control Dr. Akhmad Rizali Pengendalian OPT melalui Teknik Budidaya Mengubah paradigma pengendalian OPT: Dari: mengendalikan setelah terjadi serangan OPT, Menjadi: merencanakan agroekosistem sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas yang telah lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas yang telah lama dibudidayakan di Indonesia, dan seperti kita ketahui bersama sifat multiguna yang ada pada kedelai menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai Merah Besar Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu namun pada batang muda berambut halus berwarna hijau. Tinggi tanaman mencapai 1 2,5 cm dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tingkat produksi budidaya tanaman yang mantap sangat menentukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Jarak Pagar Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu. Klasifikasi tanaman jarak pagar sebagai berikut (Hambali, dkk.,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar.

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar. Jagung

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. KULTUR TEKNIS PERSIAPAN TANAM

I. PENDAHULUAN II. KULTUR TEKNIS PERSIAPAN TANAM I. PENDAHULUAN Tomat merupakan satu dari sayuran yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Sebagai sayuran buah, tomat merupakan sumber vitamin A dan C. Tomat tumbuh baik pada temperatur 20-27 C, pembentukan

Lebih terperinci

AgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

AgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian AgroinovasI Dering 1 Varietas Unggul Baru Kedelai Toleran Kekeringan Agroekosistem utama produksi kedelai di Indonesia adalah lahan sawah. Peluang terbesar penanaman kedelai di lahan sawah jatuh pada musim

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 6 TAHUN 1995 (6/1995) Tanggal : 28 PEBRUARI 1995 (JAKARTA) Sumber : LN 1995/12; TLN NO. 3586

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang merupakan komoditas penunjang ketahanan pangan dan juga berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh negara beriklim tropik maupun

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT PENDAHULUAN Eli Korlina Salah satu masalah dalam usahatani bawang putih adalah gangguan hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit dalam usahatani mendorong petani untuk menggu-nakan pestisida pada

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tanaman Tembakau 1.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili Solanaceae. Secara sistematis, klasifikasi tanaman tembakau

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT BAWANG MERAH Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai Varietas Wilis Argomulyo Burangrang Sinabung Kaba Tanggamus Mahameru Anjasmoro Lawit Baluran Ijen Seulawah Argopuro Grobogan Gepak Ijo Gepak Malika Detam 1 Detam 2 Varietas Unggul Baru Kedelai Potensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber : 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyebab Penyakit Jamur penyebab penyakit rebah semai ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Basidiomycota : Basidiomycetes

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH I. PENDAHULUAN Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

Ilmu Tanah dan Tanaman

Ilmu Tanah dan Tanaman Ilmu Tanah dan Tanaman Pertanian yang berkelanjutan Pertanian Berkelanjutan Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena di dalam Al Qur an telah dijelaskan proses penciptaan alam semesta termasuk makhluk hidup yang

Lebih terperinci

Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah

Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Pendahuluan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas 30 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan PENDAHULUAN Latar Belakang Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan banyak digunakan sebagai bumbu, bahan obat tradisional, manisan, atau minuman penyegar, dan sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan dengan kandungan protein nabati yang tinggi dan harga yang relatif murah. Kedelai

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUPUKAN PETROBIO GR TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN JAGUNG DI DAERAH ENDEMIS PENYAKIT BULAI

PENGARUH PEMUPUKAN PETROBIO GR TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN JAGUNG DI DAERAH ENDEMIS PENYAKIT BULAI PENGARUH PEMUPUKAN PETROBIO GR TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN JAGUNG DI DAERAH ENDEMIS PENYAKIT BULAI Moh. Cholil Mahfud, Sarwono,Gunawan, dan I.R. Dewi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. optimal, dan yang tidak dipupuk

DAFTAR GAMBAR. optimal, dan yang tidak dipupuk DAFTAR ISI DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL.... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.... ix PRAKATA... xi KATA PENGANTAR... xiii I. PENDAHULUAN... 1 II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI... 5 Iklim... 5

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Bakteri Kitinolitik Kitin adalah polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitin merupakan komponen penyusun tubuh serangga, udang, kepiting, cumi-cumi, dan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Hama Penting Semangka Hama penting pada semangka: 1. Thrips (Thrips parvispinus Karny) 2. Ulat perusak daun

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN

BAB III. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN BAB III. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang penyebaran penyakit tumbuhan, serta tipe siklus (daur) hidup patogen. Selanjutnya juga akan disampaikan mengenai

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING Oleh:Heri Suyitno THL-TBPP BP3K Wonotirto 1. Pendahuluan Bawang Merah (Allium Ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein nabati yang penting mengingat kualitas asam aminonya yang tinggi, seimbang dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili rumput berumpun yang berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat. Sampai saat ini

Lebih terperinci

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013. REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013 Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani

Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani Oleh Vikayanti, S.Si POPT Muda BBPPTP Surabaya Senada dengan peribahasa akibat nila setitik rusak susu sebelanga, serangan patik dapat diibaratkan sebagai

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI Oleh: Edi Suwardiwijaya Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jl. Raya Kaliasin. Tromol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Kedelai dapat dikonsumsi langsung atau dalam bentuk olahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Kedelai dapat dikonsumsi langsung atau dalam bentuk olahan seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah Kedelai merupakan salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung, sebagai sumber protein nabati utama bagi masyarakat Indonesia (Supadi, 2009). Kedelai

Lebih terperinci