HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif
|
|
- Susanti Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama-hama yang ditemukan menyerang pertanaman kedelai edamame pada fase vegetatif umur 24 sampai 31 HST ada empat jenis, yaitu A. glycines, Empoasca sp., L. indicata dan B. tabaci. Pada umur 38 HST (fase generatif awal) jumlah spesies hama yang ditemukan masih tetap sama. Jumlah spesies hama meningkat menjadi delapan spesies setelah tanaman berumur 45 HST atau setelah mulai membentuk polong Hama-hama yang ditemukan selain hama yang telah ada sebelumnya adalah C. chalcites, N. viridula, R. linearis dan E. zinckenella (Tabel 1 dan 2). Setelah tanaman berumur 52 HST jumlah spesies hama yang menyerang edamame meningkat menjadi sembilan spesies dengan adanya P. hybneri. Selanjutnya jumlah spesies hama yang menyerang Edamame tetap sampai tanaman berumur 66 HST atau menjelang panen. Untuk hama L. indicata dan C. chalcites selain populasi larva juga dihitung intensitas serangannya. Serangan hama penggulung daun L. indicata mulai ditemukan pada umur tanaman 24 HST, sedangkan serangan ulat jengkal C. chalcites dan penggerek polong E. zinckenella mulai ditemukan pada umur tanaman 45 HST (Tabel 2). Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif Hama yang ditemukan pada edamame fase vegetatif tanaman berumur HST adalah A. glycines, Empoasca sp., L. indicata dan B. tabaci. Rataan kerapatan populasi keempat hama tersebut pada umur tanaman 24 HST berturutturut adalah ± 18.99,.73 ± 1.59,.1 ±.39 dan.96 ± 1.71 ekor/tanaman (Tabel 1). Kutudaun A. glycines ditemukan menyerang pada bagian tanaman yang masih muda terutama bagian pucuk dan daun yang masih muda. Sedangkan Empoasca sp. dan B. tabaci ditemukan pada bagian bawah permukaan daun. Penggulung daun L. indicata ditemukan melipat daun muda dan makan dari bagian dalam. Keempat jenis hama di atas ditemukan pada fase vegetatif dan generatif walaupun kerapatan populasinya rendah, kecuali A. glycines (Gambar 1 dan 2). Hasil pengamatan intensitas serangan L. indicata menunjukkan bahwa
2 15 pada umur tanaman 24 HST telah mencapai rataan.99 ± 3.18% (Tabel 1). Pengamatan selanjutnya gejala serangan selalu ditemukan sampai tanaman berumur 66 HST. Larva L. indicata yang ditemukan pada umur tanaman 66 HST sangat rendah dengan rataan.5 ±.22 ekor/tanaman sedangkan intensitas serangannya 2.8 ± 3.52%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hama edamame yang dominan pada fase vegetatif sampai generatif adalah A. glycines, kerapatan populasi hama ini mencapai puncak pada umur 52 HST dengan rataan ± ekor/tanaman. Setelah itu populasinya berangsur turun dan pada saat tanaman berumur 66 HST rataan populasinya mencapai ± 39.6 ekor/tanaman. Penurunan populasi ini kemungkinan disebabkan adanya perpindahan kutudaun ke tanaman edamame lain yang lebih muda. Menurut Dixon (1998), populasi kutudaun yang bersayap akan meningkat saat populasi pada suatu tanaman terlalu padat dan adanya pengaruh kondisi tanaman. Dalam hal ini populasi A. glycines pada 52 HST sudah mencapai ekor/tanaman, sehingga perpindahan ke tanaman lain yang lebih muda sangat mungkin terjadi. Selain itu adanya penyemprotan insektisida yang dilakukan oleh petani pada umur 55 HST juga kemungkinan menyebabkan penurunan populasi dari A. glycines. Hal ini juga didukung oleh kenyataan bahwa populasi dari hama lain juga ikut menurun setelah aplikasi insektisida. B. tabaci yang mencapai puncak populasinya pada umur 52 HST sebanyak 2.18 ekor/tanaman, menurun menjadi.78 ekor/tanaman pada 59 HST dan Empoasca sp. yang pada umur tanaman 52 HST populasinya mencapai 1.12 ekor/tanaman menjadi.62 ekor/tanaman pada umur 59 HST. Namun untuk L. indicata dan C. chalcites tidak terjadi penurunan. Larva dari L. indicata hidup di dalam lipatan daun dan memakan daun dari bagian dalam (Kalshoven 1981) sehingga terlindung dari semprotan insektisida.
3 16 Tabel 1 Keragaman jenis hama dan kerapatan populasinya pada pertanaman edamame Jenis hama Kerapatan populasi hama pada umur tanaman (HST a ) A. glycines ± ± ± ± ± ± ± 39.6 Empoasca sp..73 ± 1, ± ± ± ± ± ± 1.21 C. chalcites.3 ± ± ± ±.61 L. indicata.1 ± ± ± ± ±.4.17 ±.4.5 ±.22 B. tabaci.96 ± ± ± ± ± ± ±.9 N.viridula.8 ± ± ± ±.96 P. hybneri.3 ± ±.51.6 ±.31 R. linearis.2 ±.14.3 ±.17.5 ±.22.1 ±.1 a HST=Hari Setelah Tanam Tabel 2 Intensitas serangan hama pada pertanaman edamame Jenis hama Intensitas serangan (%) pada umur tanaman (HST a ) C. chalcites 1.95 ± ± ± ± 4.84 L. indicata.99 ± ± ± ± ± ± ± 3.52 E. zincknella.21 ± ± ± ± 3.26 a HST=Hari Setelah Tanam 16
4 Kerapatan populasi hama Bemisia tabaci tabaci Lamprosema Lamprosema indicata indicata (populasi) Chrysodeixis chalcites (populasi) Empoascai sp. sp. Aplikasi insektisida pada umur 25 dan 55 HST Umur tanaman (HST) Gambar 1 Perkembangan populasi hama yang menyerang edamame mulai fase vegetatif 25 Kerapatan populasi A. glycines Aphis glycines Aplikasi insektisida pada umur 25 dan 55 HST Umur tanaman (HST) Gambar 2 Populasi A. glycines pada pertanaman edamame Hama Edamame pada Fase Generatif Pada edamame fase generatif, hama yang muncul adalah N. viridula, P. hybneri, R. linearis dan E. zinckenella. Untuk E. zinckenella yang dihitung adalah intensitas serangannya. Ketiga hama tersebut baru muncul setelah tanaman berumur 45 HST, dimana tanaman sudah membentuk polong, kecuali P. hybneri
5 18 pada umur tanaman 52 HST. Hama yang populasinya paling tinggi adalah N. viridula yaitu.31 ekor/tanaman pada 59 HST, berikutnya adalah P. hybneri sebesar.11 ekor/tanaman dan R. linearis sebesar.5 ekor/tanaman. Keduanya juga mencapai puncak populasi pada umur 59 HST (Gambar 3). Dari gambar 3 juga dapat dilihat bahwa aplikasi insektisida tidak mampu menurunkan populasi ketiga hama tersebut. Hal ini kemungkinan terjadi karena aplikasi insektisida yang tidak tepat sehingga hama dapat terhindar dari paparan insektisida dengan berlindung di bawah kanopi daun (Tengkano et al 1992), atau telah terjadi resistensi dari hama akibat penggunaan insektisida secara terus menerus (Dadang & Prijono 28)..35 Kerapatan populasi hama Nezara vridula viridula Piezodorus hybneri Riptortus linearis Aplikasi insektisida pada umur 25 dan 55 HST Umur tanaman (dalam HST) Gambar 3 Perkembangan populasi hama edamame pada fase generatif Sedangkan penggerek polong E. zinckenella gejala serangannya mulai dapat dilihat pada umur tanaman 45 HST dengan intensitas serangan sebesar.21%, dan mencapai puncak pada umur tanaman 66 HST dengan rataan 1.34% (Gambar 4). Hal ini terjadi karena pada saat tanaman berumur 45 HST polong sudah mulai terbentuk namun belum maksimal, dan pada saat tanaman berumur 66 HST polong sudah terbentuk secara maksimal sehingga sangat mendukung perkembangan dari E. zinckenella. Imago dewasa meletakkan telur di bagian kelopak bunga atau pada pangkal polong, setelah menetas larva akan langsung masuk ke dalam polong dan makan biji (BPPP 26).
6 19 Intensitas serangan Umur tanaman (HST) Aplikasi insektisida pada umur 25 dan 55 HST Gambar 4 Perkembangan intensitas serangan E. zinckenella pada edamame Kelimpahan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai Edamame Musuh alami yang ditemukan pada pertanaman kedelai edamame adalah Syrphidae, Coccinellidae, laba-laba, Carabidae dan Paederus fuscipes. Dari kelima jenis musuh alami tersebut, yang merupakan musuh alami A. glycines adalah Syrphidae, Coccinellidae dan Paederus fuscipes (Tabel 3).
7 2 Tabel 3 Kerapatan musuh alami pada pertanaman edamame Jenis/kelompok predator Kerapatan populasi musuh alami pada umur tanaman (HST a ) Syrphidae.2 ±,14.4 ± ± ±.61.5 ±.22 Coccinellidae.18 ± ± ± ± ±.8.24 ± ±.46 Laba-laba.8 ± ± ± ±.34.9 ± ±.36.9 ±.29 Carabidae.1 ±.1.1 ±.1.3 ±.33.1 ±.1 P. fuscipes.2 ±.14.2 ±.14.7 ±.29.8 ±.31.2 ±.14 a HST=Hari Setelah Tanam 2
8 21 Predator yang ditemukan sejak tanaman berumur 24 sampai 66 HST adalah Coccinellidae dan laba-laba. Populasi Coccinellidae tertinggi terjadi pada umur tanaman 45 HST sebesar.72 ekor/tanaman. Spesies Coccinellidae yang ditemukan adalah Menochilus sexmaculatus F. dan Coccinella transversalis F. Untuk laba-laba, populasi tertinggi terjadi pada saat tanaman berumur 31 HST dan 59 HST sebesar.15 ekor/tanaman. Sedangkan Syrphidae mulai ditemukan pada umur tanaman 38 HST, demikian pula P. fuscipes. Populasi Syrphidae mencapai puncak pada saat tanaman berumur 52 HST sebesar.26 ekor/tanaman dan P. fuscipes pada saat tanaman berumur 59 HST sebesar.8 ekor/tanaman. Carabidae ditemukan pada saat tanaman berumur 45 HST dan mencapai puncak pada umur tanaman 59 HST sebesar.3 ekor/tanaman (Gambar 5). Setelah aplikasi insektisida pada umur tanaman 55 HST populasi Coccinellidae dan Syrphidae sebagai predator dari A. glycines mengalami penurunan. Sedangkan keberadaan ketiga predator lainnya mengalami peningkatan. Menurut Purwanta dan Rauf (2), penggunaan insektisida berbahan aktif deltametrin dapat menurunkan populasi dari predator, sedangkan insektisida berbahan aktif profenofos dapat menurunkan populasi dari parasitoid. Selain itu imago P. fuscipes sangat aktif berpindah sehingga dapat terhindar dari paparan insektisida. Populasi Coccinellidae lebih dominan dibandingkan populasi predator lainnya. Hal ini dikarenakan melimpahnya A. glycines sebagai mangsa dari Coccinellidae.
9 22 Kerapatan populasi musuh alami Umur tanaman (dalam HST) Syrphidae Coccinellidae Laba laba Carabidae Paederus fuscipes Aplikasi insektisida pada umur 25 dan 55 HST Gambar 5 Perkembangan populasi predator pada pertanaman kedelai edamame Pengaruh Coccinellidae terhadap A. glycines Dari pengamatan ditemukan 3 jenis predator dari A. glycines yaitu larva Syrphidae, Coccinellidae (larva dan imago) dan Paederus fuscipes (Tabel 4). Namun populasi musuh alami yang paling tinggi adalah Coccinellidae (Gambar 5). Salah satu spesies dari Coccinelidae yang ditemukan adalah Menochilus sexmaculatus (Fabricius). Spesies ini dinilai cukup potensial dalam mengendalikan A. glycines (Arifin et al 1997). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keberadaan Coccinellidae tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan populasi A. glycines (Gambar 6). Hal ini diduga karena populasi Coccinellidae yang terlalu rendah sehingga tidak mampu menekan populasi A. glycines.
10 Aphis glycines Coccinelidae Coccinellidae Aplikasi insektisida pada umur 25 dan 55 HST Gambar 6 Populasi A. glycines dan Coccinellidae pada pertanaman edamame Tabel 4 Perkembangan kerapatan populasi A. glycines dan Coccinellidae Kerapatan populasi pada umur tanaman (HST a ) Jenis Arthropoda A. glycines ± ± ± ± ± ± ± Coccinelidae.18 ± ± ± ± ±.8.24 ± ±.46 23
PERKEMBANGAN POPULASI HAMA DAN MUSUH ALAMI KEDELAI EDAMAME (Glycine max VARIETAS EDAMAME) PADA FASE VEGETATIF DAN GENERATIF IBNU RAKHMAT RIDHAYAT
i PERKEMBANGAN POPULASI HAMA DAN MUSUH ALAMI KEDELAI EDAMAME (Glycine max VARIETAS EDAMAME) PADA FASE VEGETATIF DAN GENERATIF IBNU RAKHMAT RIDHAYAT DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai (Glycines max L. Merril) Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman eksotik yang diperkirakan berasal dari Manshukuw (Cina) yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Glycine max Varietas Edamame
4 TINJAUAN PUSTAKA Glycine max Varietas Edamame Asal-usul Tanaman Edamame merupakan salah satu varietas dari kedelai, dan kedelai merupakan anggota dari famili Fabaceae. Kedelai merupakan tanaman yang
Lebih terperinciKeanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo
Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 116-121 Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo INDRIYA
Lebih terperinciKeanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 24 Mei 2014 ISBN 978-602-70530-0-7 halaman: 225-230 Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Populasi Rhopalosiphum maidis Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kutu daun R. maidis mulai menyerang tanaman jagung dan membentuk koloni sejak tanaman berumur
Lebih terperinciHama Kedelai dan Kacang Hijau
Hama Kedelai dan Kacang Hijau Dr. Akhmad Rizali Hama Penting Kedelai dan Kacang Hijau Lalat bibit atau lalat kacang (Ophiomyia phaseoli) Ulat grayak (Spodoptera litura) Ulat penggulung daun (Lamprosema
Lebih terperinciTeknologi Produksi Kedelai
Teknologi Produksi Kedelai untuk Lahan Sawah, Lahan Kering Masam, dan Lahan Pasang Surut Tipe C dan D Di lahan sawah, kedelai umumnya ditanam pada musim kemarau setelah pertanaman padi. Sedangkan di lahan
Lebih terperinciPendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi
Tim Pengkaji Pendahuluan Rata-rata produktivitas kedelai di NTB pada Tahun 2014 yaitu 1,29 ton/ha. (BPS. 2015) Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan perluasan areal Pajale, BPTP bertugas menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang banyak
3 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang banyak memberikan manfaat bagi makhluk hidup yang lain, baik manusia maupun hewan. Allah SWT menganugerahi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian
TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Seiring dengan berkembangnya industri makanan dan pakan ternak, permintaan terhadap komoditas kedelai meningkat pesat. Untuk memenuhi kebutuhan akan kedelai tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak mengizinkan berbagai halangan bisa muncul yang menyebabkan tanaman itu tidak tumbuh subur, walaupun
Lebih terperinciKELIMPAHAN HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA PERTANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) ADHIKA PRASETYA NUGRAHA
KELIMPAHAN HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA PERTANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) ADHIKA PRASETYA NUGRAHA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus
TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal
Lebih terperinciAGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)
AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama kedelai Kutudaun Kedelai Aphis glycines
3 TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama kedelai Tanaman kedelai secara alami dapat terinfestasi oleh serangga hama selama pertumbuhan dan penyimpanan (Tengkano & Soehardjan 1993; Jackai et al. 1990). Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh hotel-hotel di Bali setelah tomat dan wortel. Prospek pengembangan budidaya kubis diperkirakan masih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan seperti kecap, tahu, dan tempe. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang mempunyai peran dan sumbangan besar bagi penduduk dunia. Di Indonesia, tanaman kedelai
Lebih terperinciLalat Bibit Kacang Ophiomya phaseoli Diptera: Agromyzidae
Hama Kedelai Lalat Bibit Kacang Ophiomya phaseoli Diptera: Agromyzidae Menyerang tanaman awal muncul dr permukaan tanah hg umur 10 hr. Telur diletakkan pd tanaman muda baru tumbuh. Telur diletakkan di
Lebih terperinciDAMPAK APLIKASI KOMBINASI PESTISIDA KIMIA DAN AGENS HAYATI TERHADAP POPULASI Coccinella repanda DAN Paederus fuscipes CURTIS PADA TANAMAN KACANG HIJAU
DAMPAK APLIKASI KOMBINASI PESTISIDA KIMIA DAN AGENS HAYATI TERHADAP POPULASI Coccinella repanda DAN Paederus fuscipes CURTIS PADA TANAMAN KACANG HIJAU Tantawizal dan Sri Wahyuni Indiati Balai Penelitian
Lebih terperinciVI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa
VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM 6.1 Pembahasan Umum Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa Manawa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, di peroleh bahwa kontribusi terbesar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang penting dalam pertanian di Indonesia karena memiliki berbagai manfaat, baik
Lebih terperinciHama penting tanaman kacang hijau.
Hama penting tanaman kacang hijau. 1. Lalat kacang (Agromyza phaseoli Coq) Gejala awal serangannya berupa bercak 2 pada keping biji (daun pertama). Bercak ini merupakan tempat dimana telur diletakkan.
Lebih terperinciRESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI
RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI Oleh Swastyastu Slandri Iswara NIM. 021510401060 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma Hasil analisis varians menunjukkan bahwa umur tanaman kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap distribusi peletakan telur,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hama dapat berupa penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas strategis yang selalu mendapatkan prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Upaya meningkatkan produksi padi terutama ditujukan untuk
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama
SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL 26 Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama Seminar Nasional Biodiversitas 23 April 26 Grand Inna Muara Hotel
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi),
Lebih terperinciDi Indonesia, lahan kering masam cukup luas dan telah banyak yang
Status Hama Kedelai dan Musuh Alami pada Agroekosistem Lahan Kering Masam Lampung W. Tengkano, Supriyatin, Suharsono, Bedjo, Yusmani P., dan Purwantoro 1 Ringkasan Usaha peningkatan produksi kedelai melalui
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kacang Panjang ( Vigna sinensis L.)
4 TINJAUAN PUSTAKA Kacang Panjang ( Vigna sinensis L.) Kacang panjang adalah tanaman hortikultura yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai sayuran maupun sebagai lalapan. Kacang
Lebih terperinciKELIMPAHAN HAMA DAN MUSUH ALAMI SERTA PENGARUH PERLAKUAN INSEKTISIDA PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) FASE GENERATIF JOHAN
KELIMPAHAN HAMA DAN MUSUH ALAMI SERTA PENGARUH PERLAKUAN INSEKTISIDA PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) FASE GENERATIF JOHAN DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinci1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat
1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd
Lebih terperinciALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK
ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK Muhammad Thamrin dan S. Asikin Balai Penelitian Pertanian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan
Lebih terperinciJurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :
Potensi Serangan Hama Kepik Hijau Nezara viridula L. (Hemiptera: Pentatomidae) dan Hama Kepik Coklat Riptortus linearis L. (Hemiptera: Alydidae) pada Tanaman Kedelai di Rumah Kassa Potential Attack of
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai (Glycine max L. Merril) Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dan rendah kolesterol dengan
Lebih terperinciDAFTAR ISI SAMPUL DALAM...
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... vii TIM PENGUJI... viii RIWAYAT HIDUP... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR
Lebih terperinciPOTENSI PREDATOR FAMILI : COCCINELLIDAE UNTUK MENGENDALIKAN. HAMA TANAMAN CABAI MERAH Thrips parvispinus. Oleh Pasetriyani Eddy Tarman
POTENSI PREDATOR FAMILI : COCCINELLIDAE UNTUK MENGENDALIKAN HAMA TANAMAN CABAI MERAH Thrips parvispinus Oleh Pasetriyani Eddy Tarman Abstrak Salah satu hama pada pertanaman cabai merah yang dapat menurunkan
Lebih terperinciAPLIKASI PUPUK DAN MULSA JERAMI PADA TANAMAN KEDELAI TERHADAP SERANGAN HAMA DAN PRODUKSI
45 APLIKASI PUPUK DAN MULSA JERAMI PADA TANAMAN KEDELAI TERHADAP SERANGAN HAMA DAN PRODUKSI THE EFFECT OF FERTILIZER AND STRAW MULCH APPLICATION TO PEST ATTACKS AND PRODUCTION OF SOYBEAN J. Rimbing, J.
Lebih terperinciMUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA ABSTRAK
MUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA Abdul Azis Wadia 1), Rida Iswati 2), Wawan Pembengo 3)**) ABSTRAK Abdul Azis Wadia/613408001. Predator Pada Tanaman Padi (Oryza
Lebih terperinciAPLIKASI EKSTRAK BIJI JARAK
APLIKASI EKSTRAK BIJI JARAK (Ricinus communis L.) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA PENGHISAP POLONG DAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) PADA TANAMAN KEDELAI SKRIPSI Oleh Denik Purwaningsih NIM. 021510401071
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian
Lebih terperinciDINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia
DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Penanaman jagung secara monokultur yang dilakukan beruntun dari musim ke musim, memperkecil
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciUntuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:
Berikut merupakan beberapa contoh hama. a. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sawah organik dan non-organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida kimia dan hasil rekayasa
Lebih terperinciStatus Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama
Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian
Lebih terperinciKedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah beras,
Dukungan Pengendalian Hama Terpadu dalam Program Bangkit Kedelai Marwoto 1 Ringkasan Kebutuhan kedelai pada tahun 2007 diperkirakan sebesar 2,24 juta ton, sementara produksi dalam negeri hanya 1,25 juta
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT
HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Aplikasi Insektisida terhadap Populasi WBC dan Musuh Alaminya di Lapangan Nilaparvata lugens Populasi wereng batang cokelat (WBC) selama penelitian dipengaruhi oleh interaksi antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan, predasi, kompetisi, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dll., dan faktor intrinsik meliputi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN POPULASI TIGA HAMA UTAMA PADA PERTANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) PIPIH NURPARIDAH
1 PERKEMBANGAN POPULASI TIGA HAMA UTAMA PADA PERTANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) PIPIH NURPARIDAH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 2 3 PERNYATAAN
Lebih terperinciBAB VII SINTESIS Strategi Pengendalian Hayati Kepik Pengisap Buah Lada
BAB VII SINTESIS Strategi Pengendalian Hayati Kepik Pengisap Buah Lada Ada empat pendekatan dalam kegiatan pengendalian hayati yaitu introduksi, augmentasi, manipulasi lingkungan dan konservasi (Parella
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu bahan pangan yang sangat penting bagi masyarakat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai adalah salah satu bahan pangan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Selain memiliki kandungan protein yang tinggi, kedelai juga dapat diolah
Lebih terperinciIDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN HASIL KEDELAI PADA BEBERAPA POLA TANAM DI KAWASAN HUTAN JATI MUDA
IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN HASIL KEDELAI PADA BEBERAPA POLA TANAM DI KAWASAN HUTAN JATI MUDA Bambang Prayudi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah ABSTRAK Provinsi Jawa Tengah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan dilokasi penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan yakni : 1. Terdapat 6 family predator yang terdapat pada tanaman jagung dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok, yaitu hama utama atau penting dan hama sekunder. Hama utama
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hama yang Berasosiasi dengan Tanaman Kubis Hama-hama yang menyerang tanaman kubis dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu hama utama atau penting dan hama sekunder. Hama utama pada
Lebih terperinciPENGENDALIAN OPT (ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN)
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGENDALIAN OPT (ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN) BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran
TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia
Lebih terperinciHAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama
HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA Amini Kanthi Rahayu, SP POPT Ahli Pertama Latar Belakang Berbagai hama serangga banyak yang menyerang tanaman kelapa, diantaranya kumbang badak Oryctes
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kerapatan Populasi, Banyaknya Telur dan Nisbah Kelamin Tanaman yang terinfestasi oleh KAS dicirikan oleh adanya koloni kutu. Pada serangan awal, KAS umumnya terdapat pada permukaan
Lebih terperinciSELEKSI KETAHANAN GALUR
SELEKSI KETAHANAN GALUR DAN VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI POLONG SEBAGAI PENGENDALI HAMA PENGISAP POLONG (Riptortus linearis F.) Qurrota A yun Jurusan Biologi
Lebih terperinciGambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)
HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui tingkat ketahanan galur dan varietas kedelai (G. max L.) berdasarkan karakter morfologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisional hingga pasar modern. Selain itu, jambu biji juga penting sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jambu biji (Psidium guajava) merupakan buah yang mempunyai nilai ekonomi di Indonesia dan memiliki pangsa pasar yang luas mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus
Lebih terperinciINTERAKSI TRI-TROFIK DAN KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA PERTANAMAN KEDELAI DENGAN BEBERAPA TEKNIK PENGELOLAAN HAMA CIPTADI ACHMAD YUSUP
INTERAKSI TRI-TROFIK DAN KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA PERTANAMAN KEDELAI DENGAN BEBERAPA TEKNIK PENGELOLAAN HAMA CIPTADI ACHMAD YUSUP SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting bagi penduduk Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa kedelai merupakan sumber
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wortel Taksonomi Tanaman Wortel Morfologi Tanaman Wortel
4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wortel Taksonomi Tanaman Wortel Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Lebih terperinciJURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
INVENTARISASI JENIS-JENIS HAMA UTAMA DAN KETAHANAN BIOLOGI PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) DI KEBUN PERCOBAAN MANGGOAPI MANOKWARI Oleh Maria Lowisa Ampnir 2005 23 003 JURUSAN HAMA
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv RIWAYAT HIDUP... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciPengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai
Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai Marwoto dan Sri Hardaningsih Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang PENDAHULUAN Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 telah mencapai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Bioekologi Ulat Krop Kubis Crocidolomia pavonana
3 TINJAUAN PUSTAKA Bioekologi Ulat Krop Kubis Crocidolomia pavonana Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae) merupakan salah satu hama penting pada tanaman famili Brassicaceae. Larva C. pavonana
Lebih terperinciLAMPIRAN Lampiran 1. Lay out Penelitian
LAMPIRAN Lampiran 1. Lay out Penelitian Keterangan : K0 K1 K2 K3 K4 = % KCl + 0 % Abu Sekam Padi = 75 % KCl + 25 % Abu Sekam Padi = 50 % KCl + 50 % Abu Sekam Padi = 25 % KCl + 75 % Abu Sekam Padi = 0 %
Lebih terperinciVI. PEMBAHASAN UMUM Strategi pengendalian B. tabaci dengan Perpaduan Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggir dan Predator
VI. PEMBAHASAN UMUM Strategi pengendalian B. tabaci dengan Perpaduan Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggir dan Predator Penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) terdiri atas 6 komponen pengendalian yang
Lebih terperinciKOMPOSISI GENUS DAN SPESIES PENGISAP POLONG KEDELAI PADA PERTANAMAN KEDELAI
KOMPOSISI GENUS DAN SPESIES PENGISAP POLONG KEDELAI PADA PERTANAMAN KEDELAI Marida Santi Yudha Ika Bayu, Christanto, dan Wedanimbi Tengkano Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian ABSTRAK
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-September 2010 di Laboratorium Hama Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian (Balitkabi) Malang.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap polong pada pertanaman kedelai, padi, dan kacang panjang. Hama kepik hijau termasuk
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN HAYATI SERANGGA PREDATOR KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn) DAN KUTU DAUN (Aphid spp.) PADA TANAMAN KEDELAI TESIS
KEANEKARAGAMAN HAYATI SERANGGA PREDATOR KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn) DAN KUTU DAUN (Aphid spp.) PADA TANAMAN KEDELAI TESIS Oleh ROCHMAH NIM 111820401005 PROGRAM PASCA SARJANA JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciErlinda Damayanti, Gatot Mudjiono, Sri Karindah
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015 ISSN : 2338-4336 PERKEMBANGAN POPULASI LARVA PENGGEREK BATANG DAN MUSUH ALAMINYAPADA TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PHT Erlinda Damayanti, Gatot Mudjiono, Sri Karindah
Lebih terperinciSuplemen Majalah SAINS Indonesia
Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Agrotek Saatnya Menggunakan Biopestisida Hama dan penyakit penganggu tanaman, sampai saat ini masih menjadi salah satu musuh utama
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik lokasi Penelitian dilakukan di Desa Padajaya Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Lokasi penelitian termasuk dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1300 meter di atas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur
TINJAUAN PUSTAKA 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :
Lebih terperinciI. Ordo Hemiptera ( bersayap setengah )
Tugas Pengendalian Hama Terpadu Harry Sugestiadi / 0806132041 I. Ordo Hemiptera ( bersayap setengah ) Ciri-ciri dari Ordo Hemiptera yaitu : Tipe mulut menusuk menghisap Mempunyai dua pasang sayap, tebal
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam
Lebih terperinciAgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI Dering 1 Varietas Unggul Baru Kedelai Toleran Kekeringan Agroekosistem utama produksi kedelai di Indonesia adalah lahan sawah. Peluang terbesar penanaman kedelai di lahan sawah jatuh pada musim
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SPODOPTERA LITURA F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) PADA KEDELAI. Portrayals of Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) In Soybean
PERKEMBANGAN SPODOPTERA LITURA F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) PADA KEDELAI Portrayals of Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) In Soybean Hendrival, Latifah, dan Rega Hayu Program Studi Agroekoteknologi,
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian
III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari
Lebih terperinciIDENTIFIKASI HAMA DAN PENGENDALIANNYA SECARA TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI RINGKASAN
IDENTIFIKASI HAMA DAN PENGENDALIANNYA SECARA TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI Bedjo dan Marwoto Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi E-mail: marwoto_kabi@yahoo.co.id RINGKASAN Jenis hama yang menyerang
Lebih terperinciEFIKASI INSEKTISIDA NABATI DALAM MENGENDALIKAN KUTU KEBUL, Bemisia tabaci GENN. (HOMOPTERA: ALEYRODIDAE)
EFIKASI INSEKTISIDA NABATI DALAM MENGENDALIKAN KUTU KEBUL, Bemisia tabaci GENN. (HOMOPTERA: ALEYRODIDAE) EFFICACY OF NATURAL PESTICIDES IN CONTROLLING WHITE FLY Bemisia tabaci GENN. (HOMOPTERA: ALEYRODIDAE)
Lebih terperinciPengorok Daun Manggis
Pengorok Daun Manggis Manggis (Garcinia mangostana Linn.) merupakan tanaman buah berpotensi ekspor yang termasuk famili Guttiferae. Tanaman manggis biasanya ditanam oleh masyarakat Indonesia di pertanaman
Lebih terperinciStrategi Pengendalian Hama Kedelai dalam Era Perubahan Iklim Global
Strategi Pengendalian Hama Kedelai dalam Era Perubahan Iklim Global Marwoto dan S.W. Indiati 1 Ringkasan Salah satu masalah dalam proses produksi kedelai di Indonesia adalah gangguan hama. Serangan hama
Lebih terperinci