BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Umum Genus Artocarpus Artocarpus J.R. Forster & J.G. Forster (Moraceae) dikenal sebagai tumbuhan nangka-nangkaan dengan ciri-ciri berupa pohon tinggi dan bergetah pada seluruh bagian pohon, daun tersusun berselang-seling, buah berdaging dengan ukuran kecil sampai besar dengan banyak biji, kayunya besar dan berakar tunggang (eyne, 1987). Genus ini merupakan salah satu genus utama dari famili Moraceae selain Ficus dan Morus. Artocarpus terdiri dari 47 spesies yang tersebar di kawasan Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan dan Asia Tenggara hingga Kepulauan Solomon. Artocarpus dibagi dalam dua subgenus yaitu subgenus Pseudojaca yang lebih primitif berjumlah 19 spesies dan subgenus Artocarpus yang lebih maju sebanyak 28 spesies. Beberapa contoh subgenus Artocarpus antara lain A. heterophyllus, A. champeden, A. altilis, A. lanceifolius, A. elasticus dan A. scortechinii, sedangkan spesies dalam subgenus Pseudojaca antara lain A. dadah, A. lakocha, A. nitidus dan A. altissimus. Pusat keanekaragaman spesies Artocarpus berada di Pulau Sumatra dan Semenanjung Malaya. Di Indonesia terdapat sekitar 31 spesies (Jaret, 1959, 1960). Tumbuhan Artocarpus bernilai ekonomis terutama dari buahnya, antara lain A. heterophyllus (nangka), A. champeden (cempedak), dan A. altilis (sukun). Beberapa species Artocarpus dimanfaatkan kayunya untuk bahan bangunan. Bagian tertentu dari genus Artocarpus juga dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional di Asia Tenggara, antara lain getah A. elasticus yang digunakan sebagai obat disentri, sementara seduhan kulit batangnya dimanfaatkan sebagai anti-fertilitas, mengobati peradangan, malaria, dan diare (eyne, 1987). Secara kimiawi penggunaan secara tradisional tersebut berkaitan dengan kandungan senyawa metabolit sekunder di dalamnya. Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, genus ini umumnya mengandung senyawa fenolik terutama dari golongan flavonoid terisoprenilasi (Nomura, 1998; akim,

2 2006). Kajian terhadap senyawa turunan flavonoid dari genus ini sangat penting karena beberapa senyawa flavonoid dalam genus Artocarpus menunjukkan aktivitas biologi yang penting, antara lain sebagai anti IV (Likhitwitayawuid 2005), anti platelet (Weng, 2006), anti jamur (Jayasinghe, 2004), anti malaria (Widyawaruyanti, 2007) dan sitotoksik (Suhartati, 2001; akim, 2002; Wang, 2004; Syah, 2004 a, 2006 b ; Ko, 2005). II.2 Tinjauan Botani Tumbuhan Artocarpus scortechinii King Artocarpus scortechinii King merupakan tumbuhan hijau yang dapat tumbuh sampai mencapai tinggi 35 meter. Tumbuhan ini dikenal sebagai terap hitam atau nangka pipit yang tersebar di Semenanjung Malaya dan Pulau Sumatera. Spesies ini tumbuh di hutan tropis dataran rendah sampai ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini mirip A. elasticus Reinw tetapi memiliki daun dengan permukaan yang licin, berbentuk elips sampai oval-elips dengan ukuran panjang cm dan lebar 8-20 cm. A. scortechinii termasuk dalam subgenus Artocarpus (Jaret, 1960). Kedudukan tumbuhan A. scortechinii dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut (Samuel, 1987): Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida rdo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Artocarpus II.3 Kandungan Kimia Genus Artocarpus asil penelusuran pustaka menunjukan bahwa pada tumbuhan genus Artocarpus ditemukan senyawa-senyawa fenolik meliputi senyawa flavonoid, stilbenoid, arilbenzofuran, dan neolignan (Nomura, 1998; Su, 2002; akim, 2006). Senyawa kelompok flavonoid merupakan yang terbanyak ditemukan. Flavonoid dengan tingkat oksidasi yang tinggi umumnya ditemukan pada bagian kulit akar atau kulit batang spesies tertentu dalam genus Artocarpus, terutama dari subgenus 5

3 Artocarpus. Dari subgenus Pseudojaca senyawa yang diisolasi terutama adalah turunan stilben dan aril benzofuran. II.3.1 Senyawa Flavonoid Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang berasal dari gabungan jalur sikimat dan asetat malonat. Senyawa flavonoid yang ditemukan dalam tumbuhan genus Artocarpus terdiri dari calkon, flavanon, flavon, dan flavan-3-ol. Flavonoid yang ditemukan dalam genus Artocarpus mempunyai ciri khas yaitu memiliki gugus isoprenil. Adanya isoprenil pada flavonoid tersebut berarti ada tambahan jalur biosintesis yaitu dari jalur mevalonat. Isoprenilasi senyawa calkon dan flavanon hanya ditemukan pada cincin aromatiknya, sedangkan pada senyawa flavon gugus isoprenil atau geranil ditemukan pada C3, C6 dan/atau C8. Flavon yang terisoprenilasi pada cincin B sedikit sekali ditemukan. Senyawa flavon yang ditemukan dalam genus Artocarpus memiliki keunikan yang tak ditemukan dalam famili tumbuhan lainnya. Keunikannya adalah pola oksigenasi pada cincin B yaitu pada C2 dan C4 atau pada C2, C4 dan C5. Senyawa-senyawa tersebut umumnya hanya ditemukan pada spesies-spesies yang termasuk subgenus Artocarpus. Kemungkinan isoprenilasi pada cincin A 6 7 A 5 8 C 3 2' B 4' 5' Kemungkinan oksigenasi di cincin B Unit isoprenil yang terikat pada C-3 Gambar II.1 Kecenderungan pola oksigenasi dan isoprenilasi senyawa flavon dari Artocarpus. Senyawa flavon terisoprenilasi merupakan senyawa yang terbanyak ditemukan. Gugus isoprenil atau geranil dapat ditemukan dalam bentuk bebas atau yang telah mengalami modifikasi lebih lanjut. Isoprenilasi senyawa flavon pada C6 atau C8 umumnya hanya menghasilkan cincin kromen. Keanekaragaman senyawa turunan 6

4 flavon yang terbentuk berasal dari gugus isoprenil pada C3 yang dapat mengalami reaksi lebih lanjut dengan gugus hidroksi atau karbon pada cincin B membentuk kerangka piranoflavon, oksepinoflavon, furanodihidrobenzosanton, piranodihidrobenzosanton dan dihidrobenzosanton. Senyawa dihidrobenzosanton dapat mengalami modifikasi lebih lanjut menghasilkan kerangka kuinonosanton, siklopentenosanton, santonolida, dihidrosanton dan siklopentenokromon (akim, 2006). Modifikasi kerangka flavon tersebut terbanyak ditemukan pada senyawa flavon yang memiliki pola oksigenasi pada C2, C4 dan C5. II Calkon Senyawa calkon pada Artocarpus ditemukan sebagai calkon, dihidrocalkon, adduct Diels-Alder dan dimer calkon. Calkon dapat mengikat gugus isoprenil maupun geranil pada cincin A maupun B namun tidak ditemukan pada Cα yang sebanding dengan C3 pada flavon. Senyawa calkon kebanyakan diisolasi dari bagian daun. Senyawa calkon yang dilaporkan antara lain kanzonol C (1) dan artoindonesianin J (2) yang diisolasi oleh dari kulit batang A. bracteata (Ersam, 2001). Empat senyawa calkon juga diisolasi dari daun A. nobilis yaitu 2,4,4- trihidroksi-3 -[6-hidroksi-3,7-dimetil-2(E),7-oktadienil]calkon (3), 2,4,4- trihidroksi-3 -[2-hidroksi-7-metil-3-metilen-6-oktaenil]calkon (4) 2,3,4,4 - tetrahidroksi-3 -geranilcalkon (5), 2,3,4,4 -tetrahidroksi-3 -[6-hidroksi-3,7- dimetil-2(e),7-oktadienil]calkon (6) (Jayasinghe, 2004). A β B α

5 5 6 Senyawa golongan calkon yang lain adalah dihidrocalkon. Dihidrocalkon adalah senyawa calkon yang telah mengalami hidrogenasi pada Cα dan Cβ. Tujuh senyawa dihidrocalkon yang diisolasi dari daun A. altilis yaitu, 1-(2,4- dihidroksifenil)-3-[8-hidroksi-2-metil-2-(4-methil-3-pentenil)-2-1-benzopiran-5- il]-1-propanon (7), 1-(2,4-dihidroksifenil)-3-{4-hidroksi-6,6,9-trimetil-6a,7,8,10atetrahidro-6-di-benzo[b,d]-piran-5-il}-1-propanon (8), 2-geranil-2,3,4,4 - tetrahidroksi-dihidro-calkon (9), 1-(2,4-dihidroksifenil)-3-[3,4-dihidro-3,8- dihidroksi-2-metil-2-(4-metil-3-pentenil)-2-1-benzopiran-5-il]-1-propanon (10), 1-(2,4-dihidroksifenil)-3-[8-hidroksi-2-metil-2-(3,4-epoksi-4-metil-1-pentenil)-- 1-benzopiran-5-il]-1-propanon (11), 1-(2,4-dihidroksifenil)-3-[8-hidroksi-2-metil- 2-(4-hidroksi-4-metil-2-pentenil)-2-1-benzopiran-5-il]-1-propanon (12), 2-[6- hidroksi-3,7-dimetilokta-2(e),7-dienil]-2,3,4,4 -tetrahidroksidihidrocalkon (13) (Wang, 2007). α B β A Senyawa kelompok calkon yang diisolasi beberapa diantaranya telah mengalami modifikasi membentuk adduct Diels-Alder. Senyawa-senyawa tersebut antara lain artonin C (14) dan artonin D (15) yang diisolasi dari kulit akar A. heterophyllus 8

6 (ano, 1990). Dilihat dari unit calkon penyusunnya, artonin C (14) berasal dari satu senyawa yang sama yang mengalami reaksi adduct Diels-Alder pada gugus isoprenil dengan karbon Cα dan Cβ. Senyawa kelompok calkon yang diisolasi A. altilis termasuk dimer dihidrocalkon yaitu sikloaltilisin 6 (16) (Patil, 2002). Senyawa 16 merupakan dimer calkon yang terbentuk dari dua unit calkon yang sama membentuk ikatan karbon-karbon pada cincin A B A B 16 A II Flavanon Senyawa flavanon yang telah diisolasi dari genus Artocarpus antara lain artokarpanon (17) dari kayu akar A. champeden (Djakaria, 1999). Senyawa flavanon lainnya yaitu artoindonesianin E (18) dan heteroflavanon A (19) yang diisolasi dari kulit batang A. champeden (akim, 2001), sedangkan dari buah A. nobilis diisolasi 8-geranil-4,7-dihidroksiflavanon (20), 3 -geranil-4,5,7- trihidroksiflavanon (21) dan isonimfaeol B (22). Senyawa 20 dan 22 dilaporkan memiliki aktivitas yang kuat sebagai antioksidan (Jayasinghe, 2006). 3 C A 2' 4' B 5' 3 R 3 C C 3 C R= 19. R=C

7 Senyawa flavanon memiliki pola oksigenasi yang unik pada cincin B yaitu pada posisi C4 ; C2, C4 ; C3, C4 atau C2, C 4, C6. Sementara posisi gugus isoprenil atau geranil pada kerangka flavanon ditemukan pada cincin A maupun B. II Flavan-3-ol Sampai saat ini senyawa dengan kerangka flavan-3-ol yang ditemukan tidak ada yang terisoprenilasi. Senyawa flavan-3-ol diantaranya yaitu afzelecin (23) dan katecin (24) dari kulit akar A. reticulatus (Udjiana, 1997). Afzelecin ramnosida (25) dan katecin (24) telah diisolasi pula dari kulit batang A. reticulatus (Murniana, 1995). Senyawa 24 juga ditemukan pada kulit akar A. reticulatus (Udjiana, 1997). A B R 2 R R 1 =; R 2 =ramnosida 23. R 1 =; R 2 = 25. R 1 =; R 2 = Struktur-struktur flavan-3-ol tersebut memiliki perbedaan yang jelas pada pola oksigenasi dibandingkan dengan senyawa flavon sederhana. Pola oksigenasi cincin B senyawa flavan-3-ol adalah monohidroksi atau dihidroksi pada C3 dan C4. II Flavon Sederhana Senyawa flavon sederhana yang ditemukan pada Artocarpus memiliki ciri pola oksigenasi di cincin B pada posisi C2 dan C4. Senyawa flavon sederhana tidak banyak yang ditemukan dalam Artocarpus, salah satunya yaitu artokarpetin (26) dan norartokarpetin (27) yang diisolasi dari kayu akar A. heterophyllus (Lin, 1995). Senyawa 27 juga diisolasi dari kulit batang A. scortechinii (Ferlinahayati, 1999) dan diperkirakan merupakan prekursor untuk biosintesis flavon terisoprenilasi. 10

8 R 26. R=C R= II Prenilflavon Senyawa flavon terisoprenilasi atau tergeranilasi telah banyak diisolasi dari Artocarpus. Isoprenilasi terjadi terutama pada posisi C3, C6, atau C8. Senyawa flavon terisoprenilasi pada C3 merupakan senyawa antara untuk biosintesis senyawa santon. Senyawa isoprenil flavon tersebut ditemukan pada bagian kulit atau kayu baik batang maupun akar. Senyawa flavon yang terisoprenilasi hanya pada C6 atau C8 antara lain artokarpetin A (28) dari kayu akar A. heterophyllus (Lin, 1995), artokarpesin (29) dari kayu batang A. elasticus (Kijjoa, 1996).) dan artocamin C (30) yang bersifat sebagai antitumor dari akar A. chama (Wang 2004). Sikloaltilisin 7 (31) diisolasi dari bud covers spesies A. altilis (Patil, 2002). 3 C Senyawa flavon terisoprenilasi pada C6 atau C8 yang ditemukan memiliki pola monooksigenasi pada C4 atau dioksigenasi pada C3, C4 atau C2, C4. Pembentukan cincin kromen merupakan hal yang lazim terjadi pada senyawa golongan ini. Senyawa ini ditemukan baik pada bagian kayu batang atau akar. Senyawa prenilflavon yang lain adalah golongan 3-isoprenil flavon. Isoprenilasi pada C3 inilah yang memberikan banyak modifikasi struktur senyawa flavon yang ditemukan dalam genus Artocarpus. Keragaman struktur senyawa hasil modifikasi juga tergantung pada pola oksigenasi pada cincin B. Senyawa flavon dengan pola oksigenasi pada C2, C4 dan C5 menghasilkan modifikasi struktur yang lebih banyak. Senyawa 3-isoprenil flavon dengan mono atau dihidroksi umumnya ditemukan pada bagian kayu batang atau akar. Senyawa tersebut 11

9 terisoprenilasi pada C3, C6 dan/atau C8. Isoprenilasi bisa terjadi pada satu, dua atau tiga posisi sekaligus yang menunjukkan semua kemungkinan isoprenilasi, selain itu isoprenilasi juga dapat terjadi pada cincin B. Senyawa 3-isoprenil flavon dengan mono atau dihidroksi pada cincin B yang telah diisolasi tersebut antara lain yaitu artokarpin (32) dari kayu akar A. heterophyllus (Lin, 1995), artelastisin (33) dan artelastofuran (34) dari kayu batang A. elasticus (Kijjoa, 1996) dan kuwanon T (35) dari kayu akar A. heterophyllus (Chung, 1995). 3 C A C 3 2' 4' B 5' Senyawa 3-isoprenil flavon yang lain memiliki pola trioksigenasi pada C2, C4 dan C5. Tingkat oksidasi kelompok senyawa ini tertinggi diantara golongan flavon terisoprenilasi. Senyawa kelompok ini telah banyak diisolasi dari Artocarpus terutama dari tumbuhan pada subgenus Artocarpus. Beberapa diantaranya yaitu artonin E (36) dan 12-hidroksi artonin E (37) dari ranting A. lanceifolius (Cao, 2002). Artonin E (36) juga diisolasi dari kulit batang A. scortechinii (Ferlinahayati, 1999) dan dari kulit akar A. nobilis (Jayasinghe, 2008). Artonin V (38) diisolasi dari kulit akar A. altilis (ano, 1994), sedangkan artelastoheterol (39) dan artelastisinol (40) diisolasi dari kulit akar A. elasticus (Ko, 2005). Senyawa artoindonesianin Q (41) dan artoindonesianin R (42) diisolasi dari kayu batang A. champeden (Syah, 2002). Dari kulit akar A. nobilis 12

10 diisolasi artonin E 2 -metileter (43), isoartonin E 2 -metileter (44), dihidroisoartonin E 2 -metileter (45) dan artonin V 2 -metileter (46) (Jayasinghe 2008). R 36. R= 37. R= C 3 R 1 R 2 R 3 3 C (41) R 1 =R 3 =C 3, R 2 = 40 (42) R 1 =, R 2 =R 3 =C C 3 C 3 C Senyawa 3-isoprenil flavon dengan pola trioksigenasi pada cincin B telah banyak ditemukan terutama pada spesies yang termasuk subgenus Artocarpus. Senyawasenyawa tersebut umumnya ditemukan pada bagian kulit batang atau kulit akar. Senyawa 3-isoprenil flavon ini merupakan prekursor senyawa-senyawa santon yang ditemukan dalam genus Artocarpus. Senyawa ini bisa mengalami reaksi lebih lanjut membentuk kerangka-kerangka yang baru. al ini diperkirakan karena hidroksi pada C5 dapat mengaktifkan atom karbon pada posisi orto pada cincin B. 13

11 Senyawa flavon yang memiliki gugus geranil yang terikat pada C3 juga ditemukan pada Artocarpus. Seperti halnya 3-isoprenil flavon lainnya pola oksigenasi pada cincin B senyawa ini juga ada yang dioksigenasi atau trioksigenasi. Beberapa senyawa yang ditemukan antara lain artoindonesianin L (47) kulit akar A. rotunda (Suhartati, 2001), sedangkan artokomunol CB (48) dan artokomunol CD (49) diisolasi dari kulit akar A. communis (Chan, 2003) II ksepinoflavon Senyawa dengan kerangka oksepinoflavon berasal dari 3-isoprenilflavon, dalam hal ini gugus isoprenil pada C-3 dari flavon mengalami siklisasi oksidatif dengan gugus hidoksi pada C2 membentuk cincin sikloheptana. Walaupun demikian senyawa dengan kerangka oksepinoflavon dari Artocarpus jumlahnya tidak banyak. al ini diperkirakan karena cincin sikloheptana yang terbentuk kurang stabil dibandingkan sikloheksana atau siklopentana. Senyawa oksepinoflavon yang ditemukan umumnya memiliki pola 2, 4 dioksigenasi pada cincin B. Senyawa dengan struktur oksepinoflavon antara lain artelastinin (50) yang diisolasi dari kayu batang A. elasticus (Kijjoa, 1998), artoindonesianin B (51) dari kulit akar A. champeden (akim, 1999) dan artokomunol CC (52) dari kulit akar A. communis (Chan, 2003). 3 C

12 II Piranoflavon Kerangka piranoflavon terbentuk karena siklisasi antara gugus isoprenil pada C3 dengan hidroksi pada C2 sehingga terbentuk cincin sikloheksana. Senyawa dengan kerangka pirano telah banyak diisolasi pada Artocarpus. al ini diperkirakan karena cincin sikloheksana adalah cincin yang stabil dan mudah terbentuk dibandingkan dengan cincin sikloheptana. Cincin B pada senyawa piranoflavon dapat memiliki dua atau tiga hidroksi. Senyawa flavon yang memiliki dua gugus hidroksi pada cincin B umumnya ditemukan pada bagian kayu sedangkan yang memiliki tiga hidroksi ditemukan pada bagian kulit. Beberapa senyawa piranoflavon yang memiliki pola dioksigenasi pada cincin B telah diisolasi dari kayu batang A. altilis antara lain isosiklomorusin (53), isosiklomulberin (54), siklomulberin (55) dan siklomorusin (56) (Chen, 1993). Artelasin (57) dan artelastokromen (58) diisolasi dari kayu batang A. elasticus (Kijjoa, 1996) Senyawa piranoflavon yang memiliki pola trioksigenasi pada cincin B banyak diperoleh terutama dari bagian kulit batang atau kulit akar. Beberapa diantaranya yaitu sikloaltilisin (59) kayu batang A. altilis (Chen, 1993), siklocampedol (60) dari kulit batang A. champeden (Achmad, 1996), siklokomunometonol (61) dan artocamin B (63) dari kulit akar A. communis (Weng, 2006), sedangkan artocamin 15

13 A (62) dan artocamin B (63) diisolasi dari akar A. chama (Wang, 2004). Kulit batang A. scortechinii menghasilkan 5 -hidroksikudraflavon A (64) (Armin, 1999). C 3 C II Dihidrobenzosanton Senyawa dihidrobenzosanton berbeda dengan piranoflavon dari segi atom yang membentuk siklik dengan gugus isoprenil yang terikat pada C3. Atom karbon C6 di cincin B pada dihidrobenzosanton terikat langsung dengan karbon dari gugus isoprenil membentuk cincin sikloheksana. Dihidrobenzosanton terbentuk dari flavon dengan cincin B yang teroksigenasi pada C2, C4 dan C5. al ini diperkirakan karena gugus hidroksi pada C5 dapat mengaktifkan C6 yang terletak pada posisi orto. Senyawa golongan dihidrobenzosanton yang telah diisolasi antara lain artobiloksanton (65) yang diisolasi dari kulit batang dan kulit akar A. nobilis (Sultanbawa, 1989; Jayasinghe, 2008). Senyawa 65 juga diisolasi dari kulit batang A. scortechinii (Ferlinahayati, 1999). Artoindonesianin S (66) dan artoindonesianin T (67) diisolasi dari kayu batang A. champeden (Syah, 2002). Senyawa dihidroartomunosanton (68) dan dua senyawa lain yaitu artomunoisosanton (69) dan artocamin E (70) diisolasi dari kulit akar A. communis (Weng, 2006). 16

14 R 1 R 2 C 3 65 (66) R 1 =R 2 =C 3 68 (67)R 1 =, R 2 =C II Furanodihidrobenzosanton Senyawa furanodihidrobenzosanton berasal dari dihidrobenzosanton yang mengalami siklisasi lebih lanjut pada ujung gugus isoprenil dengan hidroksi pada C5 membentuk cincin furan. Beberapa senyawa yang dilaporkan antara lain artonin M (71) yang diisolasi dari kulit akar A. rotunda (Suhartati, 2001). Sikloartobiloksanton (72) diisolasi dari kulit batang dan akar A. nobilis (Sultanbawa, 1989; Jayasinghe, 2008) dan juga dari kulit batang A. scortechini (Armin, 1999; Ferlinahayati, 1999). Selanjutnya artoindonesianin A (73) telah diisolasi dari kulit akar A. champeden dan memiliki sifat sitotoksik terhadap sel murine leukemia P-388 (akim, 1999). Dua senyawa lain yaitu sikloartelastosanton (74) dan sikloartelastosantendiol (75) telah pula diperoleh dari kulit akar A. elasticus (Ko, 2005). Beberapa senyawa furanodihidrobenzosanton juga memiliki gugus geranil pada C6 atau C

15 3 C II Piranodihidrobenzosanton Piranodihidrobenzosanton diduga berasal dari dihidrobenzosanton yang mengalami siklisasi membentuk cincin piran. anya satu senyawa piranodihidrobenzosanton yang ditemukan dari A. lanceifolius yaitu artoindonesianin Z-2 (76) (akim, 2006). 76 II Kuinonosanton Kuinonosanton berasal dari dihidrobenzosanton yang mengalami penataan ulang pada dua gugus hidroksi pada C2 dan C5 membentuk cincin kuinon. Senyawa golongan ini antara lain artomunosantentrion (77) dari kulit akar A. communis (Shieh, 1992) dan artonin (78) dari kulit akar A. rotunda (Suhartati, 2001). Senyawa (78) memiliki isoprenil pada cincin B yang jarang ditemukan pada flavon dari Artocarpus. C

16 II Siklopentenosanton Senyawa dengan kerangka siklopentenosanton merupakan turunan santon yang mengalami penataan ulang sehingga cincin B berubah menjadi siklopentana. Senyawa yang ditemukan pada Artocarpus adalah artoindonesianin C (79) dari kulit batang A. scortechinii (Armin, 1999), kulit akar A. teysmanii (Makmur, 2000) dan kulit akar A. rigidus (Namdaung, 2006). CMe 79 II Santonolida Senyawa dengan kerangka santonolida yaitu artonol B (80) ditemukan dari kulit batang A. scortechinii (Armin, 1999) dan kulit akar A. rigidus (Namdaung, 2006). Senyawa ini memiliki sifat sitotoksik, selain itu senyawa 80 diduga berasal dari turunan santon yang mengalami penataan ulang sehingga mengalami fragmentasi pada cincin B. Struktur artonol B (80) memiliki cincin lakton yang sangat jarang ditemukan dalam senyawa turunan flavonoid. 80 II Dihidrosanton Dihidrosanton berasal dari santonolida yang mengalami pemutusan ikatan sehingga membentuk senyawa dengan struktur yang lebih stabil. anya satu senyawa yang pernah dilaporkan dari Artocarpus yaitu artonol A (81) yang diisolasi dari kulit batang A. scortechinii (Armin, 1999). 19

17 81 II Siklopentenokromon Senyawa siklopentenokromon yang pernah diisolasi yaitu artoindonesianin Z-3 (82) dari kulit batang A. lanceifolius (akim 2006). Senyawa siklopentenokromon sulit dijelaskan pembentukannya karena senyawa antara yang sesuai untuk menjelaskan proses penataan ulang yang terjadi belum penah ditemukan. CMe 82 II.3.2 Stilben Senyawa golongan stilben dan dimernya juga banyak ditemukan dalam genus Artocarpus. Seperti juga flavon, stilben terisoprenilasi juga ditemukan, dimana isoprenilasi ditemukan pada kedua cincin seperti pola pada calkon. Stilben terisoprenilasi yang pernah dilaporkan memiliki sedikit variasi struktur. Gugus geranil juga dilaporkan terdapat pada senyawa stilben. Beberapa senyawa stilben yang pernah diisolasi antara lain oksiresveratrol (83) dari kulit batang A. nitida (Yuliani, 1997) dan dari kulit batang A. reticulatus (Murniana, 1997). Tiga senyawa stilben yang bersifat anti malaria diisolasi dari aerial part A. integer yaitu 3,4-trans-4-isopentenil-3,5,2',4'-tetrahidroksi stilben (84), 3,5-trans-4-(3- metil-e-but-1-enil)-3,5,2',4'-tetrahidroksistilben (85) dan 3,6,4-metoksi-2,2- dimetil-6-(2-(2,4-dihidroksi)fenil-trans-etenil)kromen (86) (Boonlaksiri, 2000). Tiga senyawa stilben yang lain diisolasi dari kulit kayu A. dadah yaitu 3-(γ,γdimetilalil)resveratrol (87), 5-(γ,γ-dimetilalil)oksiresveratrol (88) dan 3-(2,3- dihidroksi-3-metilbutil)resveratrol (89) (Su, 2002). 20

18 Senyawa dimer stilben yang diisolasi dari Artocarpus antara lain artogomezianol (90) dan andalasin A (91) dari akar A. gomezianus (Likhitwitayawuid, 2001). Kedua senyawa tersebut terbentuk karena adanya ikatan antara atom karbon aromatik dengan atom karbon nonaromatiknya Senyawa stilben tergeranilasi yang ditemukan pada genus Artocarpus telah mengalami modifikasi. Senyawa-senyawa tersebut antara lain artokarpol G (92) (Lu, 2002), artokarpol A (93) (Chung, 2000) dan artokarpol F (94) (Ko, 2001) dari kulit akar A. rigida. Ketiga senyawa tersebut berasal dari stilben yang tergeranilasi pada karbon nonaromatiknya. Gugus geranil ini yang kemudian mengalami reaksi lebih lanjut membentuk kerangka yang yang lebih kompleks. 21

19 II.3.3 Arilbenzofuran Senyawa arilbenzofuran pada Artocarpus dapat terisoprenilasi atau tergeranilasi pada kedua cincin. Senyawa-senyawa tersebut antara lain 3-(γ,γ-dimetilpropenil) morasin M (95) yang diisolasi dari kulit kayu dan ranting A. dadah (Su, 2002), senyawa arilbenzofuran lainnya yaitu lakucin A (96) dan lakucin B (97) suatu senyawa yang bersifat antimikobakteri dari akar A. lakoocha (Puntumchai, 2004). C 3 C II.3.4 Neolignan Selain kelompok flavonoid dilaporkan juga senyawa turunan neolignan dari Artocarpus yaitu dadahol A (98) dan dadahol B (99) dari ranting A. dadah (Su, 2002). Kelompok senyawa neolignan jarang ditemukan pada genus Artocarpus. C 3 R C R=C R= 22

20 II.3.5 Kandungan Kimia dari Artocarpus scortechinii Dari kulit batang Artocarpus scortechinii telah berhasil diisolasi delapan senyawa yaitu norartokarpetin (27), artonin E (37), 5 -hidroksikudraflavon A (64), artobiloksanton (65), sikloartobiloksanton (72), artoindonesianin C (79), artonol B (80) dan artonol A (81) (Armin, 1999; Ferlinahayati, 1999). Senyawa pada A. scortechinii tersebut memiliki kerangka struktur yang bervariasi yang meliputi flavon sederhana, flavon terisoprenilasi, dihidrobenzosanton, piranoflavon, furanodihidrobenzosanton, siklopentenosanton, santonolida dan dihidrosanton. Struktur flavon terisoprenilasi yang ditemukan memperlihatkan ciri khas yaitu oksigenasi pada cincin B dari kerangka flavon terisoprenilasi pada posisi C2, C4 dan C5. Satu senyawa flavon yang belum terisoprenilasi yaitu norartokarpetin (27) memiliki perbedaan pola oksigenasi yaitu oksigenasi hanya pada posisi C2 dan C4. Senyawa yang memiliki perbedaan yang lain yaitu 5 - hidroksikudraflavon A (64) yang memiliki isoprenil pada C3 dan C6, sementara senyawa flavon yang lain memiliki isoprenil pada C3 dan C8. II.4 Biogenesis Flavonoid dan Turunannya dari Artocarpus Senyawa flavonoid yang telah diisolasi dari genus Artocarpus terdiri dari golongan calkon, flavanon, flavan-3-ol dan flavon. Senyawa flavon tersebut terutama flavon terisoprenilasi. Flavon terisoprenilasi dengan pola oksigenasi cincin B pada C2, C4 dan C5 dapat menghasilkan turunan flavon yang lebih kompleks terutama senyawa santon. Informasi ekperimental tentang biosintesis senyawa kelompok santon tersebut dari Artocarpus belum ada, namun keberadaannya dalam metabolit sekunder turunan flavon ditemukan bersamasama dalam genus Artocarpus. al tersebut menguatkan dugaan mengenai jalur biogenesis, yang lazimnya diawali dari 3-isoprenilflavon dan menghasilkan dihidrobenzosanton sebagai prekursor intermediet. Beberapa hipotesis tentang biogenesis dari flavonoid Artocarpus ini telah dilaporkan di beberapa pustaka, mulai dari turunan flavanon seperti artokarpanon (17) yang memiliki pola 2,4 -dioksigenasi pada cincin B dilanjutkan rangkaian pembentukan kerangka turunan flavon terkait seperti norartokarpetin (27), 23

21 dilanjutkan reaksi isoprenilasi dan hidroksilasi. Senyawa 3-isoprenilflavon ini merupakan prekursor utama untuk semua jenis turunan flavonoid dalam Artocarpus. Melalui siklisasi isoprenil pada C3 dengan oksigen pada C2 membentuk piranoflavon atau oksepinoflavon. Gugus isoprenil pada C3 dari senyawa dengan pola 2, 4 dan 5 trioksigenasi dapat berikatan dengan C6 membentuk dihidrobenzosanton, siklisasi selanjutnya pada C11 dari gugus isoprenil dengan oksigen pada C5 membentuk kerangka furanodihidrobenzosanton atau C12 dari gugus isoprenil dengan oksigen pada C5 membentuk piranodihidrobenzosanton. Senyawa santon turunan flavon dihasilkan dari beberapa tahap reaksi degradasi atau penataan ulang cincin B kerangka flavon semula, seperti yang ditemukan pada dihidrosanton, santonolida dan siklopentenosanton. Kerangka siklopentenokromen masih belum diketahui berasal dari jalur mana karena belum ditemukan senyawa antara yang sesuai. Gambaran umum biogenesis senyawa flavonoid dan turunannya yang ditemukan dalam genus Artocarpus terlihat pada gambar II.2. 24

22 CMe Santonolida Siklopentenokromon CMe Dihidrosanton Siklopentenosanton Furanodihidrobenzosanton Kuinonosanton Piranodihidrobenzosanton ksepinoflavon Dihidrobenzosanton Piranoflavon Calkon 3-Isoprenilflavon Flavan-3-ol Flavanon Flavon Gambar II.2 ubungan biogenesis diantara beberapa senyawa turunan flavonoid dari Artocarpus (akim, 2006) 25

23 II.6 Bioaktivitas Senyawa Flavonoid Genus Artocarpus Beberapa senyawa flavonoid yang terkandung dalam genus Artocarpus memiliki bioaktivitas yang menarik. Bioaktivitas beberapa senyawa tersebut antara lain anti jamur seperti senyawa 2,4,4-trihidroksi-3 -[6-hidroksi-3,7-dimetil-2(E),7- oktadienil]calkon (3), 2,4,4-trihidroksi-3 -[2-hidroksi-7-metil-3-metilen-6- oktaenil]calkon (4) dan 2,3,4,4 -tetrahidroksi-3 -geranilcalkon (5) (Jayasinghe, 2004). Senyawa-senyawa golongan flavanon seperti 8-geranil-4,7-dihidroksiflavanon (20) dan isonimfaeol B (22) dilaporkan memiliki aktivitas sebagai anti oksidan (Jayasinghe, 2006). Sikloaltilisin 7 (31) yang pertama kali diisolasi dari A. altilis dilaporkan aktif sebagai inhibitor katepsin K yang bertanggung jawab terhadap osteoporosis (Patil, 2002). Artoindonesianin C (79) dilaporkan aktif sebagai anti mikobakteri yang menyebabkan penyakit tuberkulosis (Namdaung, 2006). Senyawa heteroflavanon A (19) dari golongan flavanon dilaporkan aktif menghambat pertumbuhan klon 3D7 Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria (Widyawaruyanti, 2007). Beberapa aktivitas yang menarik lainnya yaitu sebagai anti IV, senyawa tersebut antara lain artokarpin (32) dan norartokarpetin (27) (Likhitwitayawuid, 2005). Bioaktivitas senyawa flavonoid yang banyak dilaporkan adalah sifat sitotoksik terhadap sel tumor atau kanker manusia. Sel kanker manusia yang dijadikan uji anti kanker jenisnya banyak sekali. Beberapa senyawa golongan calkon seperti senyawa 1-(2,4-dihidroksifenil)-3-{4-hidroksi-6,6,9-trimetil-6a,7,8,10a-tetrahidro- 6-di-benzo[b,d]-piran-5-il}-1-propanon (8), 1-(2,4-dihidroksifenil)-3-[3,4- dihidro-3,8- dihidroksi-2-metil-2- (4-metil-3-pentenil) -2-1-benzopiran-5-il]-1- propanon (10) dan 2-[6-hidroksi-3,7-dimetilokta-2(E),7-dienil]-2,3,4,4 - tetrahidroksidihidrocalkon (13) memiliki aktivitas sitotoksik sedang dalam menghambat pertumbuhan sel kanker manusia SPC-A-1 (lung adenocarcinoma), SW-480 (colon carcinoma) dan SMMC-7721 (hepatocellular carcinoma) (Wang, 2007). Senyawa golongan isoprenil flavon seperti artonin E (37) memiliki aktivitas sitotoksik yang tinggi terhadap sel tumor 1A9 (ovarian) dan MCF-7 (breast adenocarcinoma) (Wang, 2004). Senyawa isoprenil flavon yaitu artocamin B dan artokomunol CC juga dilaporkan memiliki aktivitas anti platelet 26

24 yaitu effect inhibitor dalam pembentukan formasi thromboxane dalam plateletrich plasma (PRP) pada manusia (Weng, 2006). Bioaktivitas senyawa flavon yang banyak dilaporkan lainnya adalah sifat sitotoksik terhadap sel murine leukemia P- 388 sebagai tes awal untuk aktivitas antikanker. Beberapa senyawa isoprenil flavon telah diuji sitotoksiksitasnya terhadap sel murine leukemia P-388. Nilai aktivitas sitotoksik beberapa senyawa flavonoid yang diisolasi dari genus Artocarpus ditunjukkan pada tabel II.1. Tabel II.1 Nilai sitotoksisitas beberapa senyawa flavonoid terhadap sel murine leukemia P-388 Senyawa Kelompok IC 50 (μg/ml) Referensi Artokarpin (32) 3-Isoprenilflavon teroksigenasi pada C2,C4 1,9 akim, 2006 Artonin E (37) 3-Isoprenilflavon teroksigenasi pada C2,C4,C5 0,6 Suhartati, 2001 Artoindonesianin Q (41) 3-Isoprenilflavon teroksigenasi pada C2,C4,C5 18,7 Syah, 2006 Artoindonesianin R (42) 3-Isoprenilflavon teroksigenasi pada C2,C4,C5 15,9 Syah, 2006 Artoindonesianin L (47) 3-Geranil flavon teroksigenasi pada C2,C4,C5 0,6 Suhartati, 2001 Artoindonesianin B (51) ksepinoflavon 3,9 akim, 1999 Artobiloksanton (65) Dihidrobenzosanton 1,7 akim, 2006 Artonin M (71) Furanodihidrobenzosanton 7,9 akim, 2006 Sikloartobiloksanton (72) Furanodihidrobenzosanton 4,6 akim, 2006 Artoindonesianin Z-2 (76) Piranodihidrobenzosanton 1,6 akim, 2006 Artonin (78) Kuinonosanton 0,9 Suhartati,

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Tinjauan Umum Genus Artocarpus

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Tinjauan Umum Genus Artocarpus 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Umum Genus Artocarpus Moraceae adalah salah satu famili tumbuhan tingkat tinggi yang relatif besar, terdiri dari 60 genus dan kurang lebih 1600 spesies (eyne, 1987). Moraceae

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka 4 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Tinjauan Umum Famili Moraceae Moraceae adalah famili tumbuhan yang terdiri dari sekitar 60 genus, dan hampir 1400 spesies, termasuk tiga genus penting yaitu Morus, Ficus,

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Tinjauan Umum Tumbuhan Artocarpus Artocarpus atau oleh masyarakat di Indonesia dikenal sebagai tumbuhan nangkanangkaan, yang merupakan salah satu genus utama dalam famili

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Tinjauan Famili Moraceae. 2.2 Tinjauan Genus Artocarpus

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Tinjauan Famili Moraceae. 2.2 Tinjauan Genus Artocarpus 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Famili Moraceae Famili Moraceae termasuk famili tumbuhan yang tersebar di daerah hutan tropis sampai subtropis, yaitu di Asia, Amerika, Afrika, dan Australia. Famili ini

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.2 Kandungan Senyawa Kimia Tumbuhan Genus Artocarpus

2 Tinjauan Pustaka. 2.2 Kandungan Senyawa Kimia Tumbuhan Genus Artocarpus 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Tumbuhan Genus Artocarpus Moraceae merupakan suatu famili tumbuhan besar yang terdiri dari 60 genus dengan 1600 spesies (Hegnauer, 1969). Artocarpus merupakan salah satu

Lebih terperinci

ABSTRAK I. PENDAHULUAN

ABSTRAK I. PENDAHULUAN Kecenderungan Pola Prenilasi Flavonoid pada Kulit Batang dan Kayu Batang Artocarpus scortechinii King. (Moraceae) Aliefman Hakim Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

berdasarkan cpdna tersebut spesies Artocarpus dibedakan berdasarkan tingkat filogenetiknya. Tiga spesies penting di Indonesia (berdasarkan kelangkaan

berdasarkan cpdna tersebut spesies Artocarpus dibedakan berdasarkan tingkat filogenetiknya. Tiga spesies penting di Indonesia (berdasarkan kelangkaan Bab I Pendahuluan Artocarpus merupakan salah satu genus utama dalam famili Moraceae selain Morus dan Ficus. Genus ini tumbuh di wilayah Indonesia, Asia Selatan, Papua Nugini, dan Pasifik Selatan (Lemmens,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36)

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36) Artonin E (36) diperoleh berupa padatan yang berwarna kuning dengan titik leleh 242-245 o C. Artonin E (36) merupakan komponen utama senyawa metabolit sekunder yang

Lebih terperinci

ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI KULIT BATANG

ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI KULIT BATANG ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI KULIT BATANG ARTOCARPUS GOMEZIANUS WALL. EXTREC. (MORACEAE) TESIS MAGISTER Oleh Unsiyah Zulfa Ulinnuha 20599062 BIDANG KIMIA ORGANIK PROGRAM MAGISTER KIMIA INSTITUT

Lebih terperinci

PROFIL KIMIA ARTOCARPUS THE CHEMICAL PROFILE OF ARTOCARPUS

PROFIL KIMIA ARTOCARPUS THE CHEMICAL PROFILE OF ARTOCARPUS PRFIL KIMIA ARTCARPUS TE CEMICAL PRFILE F ARTCARPUS Erwin PS. Kimia F. MIPA Universitas Mulawarman Jl. Barong Tongkok No. 4 Kampus Gn. Kelua Samarinda 75123 Correspondent author: winulica@yahoo.co.id Abstract

Lebih terperinci

AKTIVITAS SITOTOKSIK SENYAWA TURUNAN FLAVONOID TERPRENILASI DARI BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN ARTOCARPUS ASAL INDONESIA

AKTIVITAS SITOTOKSIK SENYAWA TURUNAN FLAVONOID TERPRENILASI DARI BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN ARTOCARPUS ASAL INDONESIA AKTIVITAS SITOTOKSIK SENYAWA TURUNAN FLAVONOID TERPRENILASI DARI BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN ARTOCARPUS ASAL INDONESIA Iqbal Musthapa, Euis H.Hakim, Lia D. Juliawaty, Yana M. Syah, Sjamsul A. Achmad. Latar

Lebih terperinci

Perbedaan Pola Oksidasi Flavonoid pada Genus Artocarpus dan Intsia Aliefman Hakim

Perbedaan Pola Oksidasi Flavonoid pada Genus Artocarpus dan Intsia Aliefman Hakim Perbedaan Pola ksidasi Flavonoid pada Genus Artocarpus dan Intsia Aliefman Hakim Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram Jl. Majapahit 62

Lebih terperinci

Salah. dari A. dengan minyak. kepulauan Amerika. Berdasarkan. yang et al. 2003), anti antimalaria 1992). buah. bagian tumbuhan, metabolit

Salah. dari A. dengan minyak. kepulauan Amerika. Berdasarkan. yang et al. 2003), anti antimalaria 1992). buah. bagian tumbuhan, metabolit Keanekaragaman metabolit sekunder Genus Artocarpus (Moraceae) ALIEFMAN AKIM Alamat korespondensi: ¹ Program Studi Pendidikann Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram. Jl. Majapahit

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN POLA OKSIDASI FLAVONOID PADA KULIT BATANG DAN KAYU BATANG ARTOCARPUS SCORTECHINII KING. (MORACEAE)

KECENDERUNGAN POLA OKSIDASI FLAVONOID PADA KULIT BATANG DAN KAYU BATANG ARTOCARPUS SCORTECHINII KING. (MORACEAE) Bentuk Ikonik Bilangan Bulat Sebagai Komponen Pembelajaran Kontekstual (Ketut Sarjana) KECENDERUNGAN POLA OKSIDASI FLAVONOID PADA KULIT BATANG DAN KAYU BATANG ARTOCARPUS SCORTECHINII KING. (MORACEAE) Aliefman

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini tiga metabolit sekunder telah berhasil diisolasi dari kulit akar A. rotunda (Hout) Panzer. Ketiga senyawa tersebut diidentifikasi sebagai artoindonesianin L (35),

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Penelitian yang dilakukan terhadap kayu akar dari Artocarpus elasticus telah berhasil mengisolasi dua senyawa flavon terprenilasi yaitu artokarpin (8) dan sikloartokarpin (13). Penentuan

Lebih terperinci

ABSTRAK KEANEKARAGAMAN METABOLIT SEKUNDER TURUNAN FENOL DARI BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN ARTOCARPUS ASAL INDONESIA SERTA AKTIVITAS BIOLOGINYA

ABSTRAK KEANEKARAGAMAN METABOLIT SEKUNDER TURUNAN FENOL DARI BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN ARTOCARPUS ASAL INDONESIA SERTA AKTIVITAS BIOLOGINYA ABSTRAK KEANEKARAGAMAN METABOLIT SEKUNDER TURUNAN FENOL DARI BEBERAPA SPESIES TUMBUHAN ARTOCARPUS ASAL INDONESIA SERTA AKTIVITAS BIOLOGINYA Oleh : IQBAL MUSTHAPA NIM 30504005 (Program Studi Kimia) Artocarpus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyebab kematian dengan urutan ke-2 di dunia dengan persentase sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular (Kemenkes, 2014). Data Riset Kesehatan

Lebih terperinci

A PRENYLATED FLAVONE FROM THE HEARTWOOD OF Artocarpus scortechinii King (Moraceae)

A PRENYLATED FLAVONE FROM THE HEARTWOOD OF Artocarpus scortechinii King (Moraceae) 46 Indo. J. Chem., 2009, 9 (), 46-50 A PRENYLATED FLAVNE FRM THE HEARTWD F Artocarpus scortechinii King (Moraceae) Flavon Terprenilasi dari Kayu Batang Artocarpus scortechinii King (Moraceae) Study Program

Lebih terperinci

Ind. J. Chem. Res, 2013, 1, SCREENING OF PHYTOCHEMICALS AND BIOACTIVITY TEST OF THE LEAVES BREADFRUIT (Artocarpus altilis)

Ind. J. Chem. Res, 2013, 1, SCREENING OF PHYTOCHEMICALS AND BIOACTIVITY TEST OF THE LEAVES BREADFRUIT (Artocarpus altilis) Ind. J. Chem. Res, 2013, 1, 28-32 SCREENING OF PHYTOCHEMICALS AND BIOACTIVITY TEST OF THE LEAVES BREADFRUIT (Artocarpus altilis) Skrining Fitokimia dan Uji Bioaktivitas Daun Sukun (Artocarpus altilis)

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Uji pendahuluan Uji pendahuluan terhadap daun Artocarpus champeden secara kualitatif dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis dengan menggunakan beberapa variasi

Lebih terperinci

KATECIN DAN AFZELECIN DARI DAUN ARTOCARPUS CHAMPEDEN SPRENG TESIS. Meri Yulvianti NIM : Program Studi Kimia

KATECIN DAN AFZELECIN DARI DAUN ARTOCARPUS CHAMPEDEN SPRENG TESIS. Meri Yulvianti NIM : Program Studi Kimia KATECIN DAN AFZELECIN DARI DAUN ARTOCARPUS CHAMPEDEN SPRENG TESIS Karya Tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh Meri Yulvianti NIM : 20505006

Lebih terperinci

Artelastokromen suatu diprenilpiranoflavon dan β-resorsilaldehid dari kayu batang Artocarpus lanceifolius #

Artelastokromen suatu diprenilpiranoflavon dan β-resorsilaldehid dari kayu batang Artocarpus lanceifolius # PROCEEDINGS INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Artelastokromen suatu diprenilpiranoflavon dan β-resorsilaldehid dari kayu batang Artocarpus lanceifolius # Didin Mujahidin,* Sjamsul Arifin Achmad,* ƒ Yana Maolana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan yang masuk pada Famili Moraceae merupakan tumbuhan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan yang masuk pada Famili Moraceae merupakan tumbuhan yang 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Moraceae Tumbuhan yang masuk pada Famili Moraceae merupakan tumbuhan yang berbatang, berkayu, dan menghasilkan getah. Daun tunggal duduk tersebar, seringkali dengan daun penumpu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam hayati terbesar. Salah satu pemanfaatan dari keanekaragaman hayati tersebut adalah digunakan sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

SIKLOARTOBILOSANTON DARI KULIT BATANG DAN FLAVONOID DALAM BEBERAPA BAGIAN TUMBUHAN Artocarpus dadah YANG TUMBUH DI LAMPUNG

SIKLOARTOBILOSANTON DARI KULIT BATANG DAN FLAVONOID DALAM BEBERAPA BAGIAN TUMBUHAN Artocarpus dadah YANG TUMBUH DI LAMPUNG J. Sains MIPA, Edisi Khusus Tahun 2007, Vol. 13, No. 2, Hal.: 82-86 ISSN 1978-1873 SIKLARTBILSANTN DARI KULIT BATANG DAN FLAVNID DALAM BEBERAPA BAGIAN TUMBUHAN Artocarpus dadah YANG TUMBUH DI LAMPUNG ABSTRACT

Lebih terperinci

4 Pembahasan Artokarpin (35)

4 Pembahasan Artokarpin (35) 4 Pembahasan Pada penelitian yang dilakukan terhadap kayu akar tumbuhan Kelewih (A. communis) telah berhasil diisolasi dua senyawa turunan flavonoid, yaitu artokarpin (35), dan kudraflavon C (77). Kedua

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Senyawa Asam p-hidroksi Benzoat (58)

4 Pembahasan. 4.1 Senyawa Asam p-hidroksi Benzoat (58) 4 Pembahasan Pada penelitian ini tiga senyawa metabolit sekunder telah berhasil diisolasi dari dan Desmodium triquetrum Linn. Senyawa tersebut antara lain asam p-hidroksi benzoat (58) dan kaempferol (33),

Lebih terperinci

Isolasi Senyawa Artobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus

Isolasi Senyawa Artobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) C-75 Isolasi Senyawa Artobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus Amalia Zafitri dan Taslim Ersam Jurusan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK HEKSANA DAN METANOL TUMBUHAN MUNE (Artocarpus elasticus Reinw Ex. Blume) MAUMERE PULAU FLORES-NTT

ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK HEKSANA DAN METANOL TUMBUHAN MUNE (Artocarpus elasticus Reinw Ex. Blume) MAUMERE PULAU FLORES-NTT TESIS - SK2502 ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK HEKSANA DAN METANOL TUMBUHAN MUNE (Artocarpus elasticus Reinw Ex. Blume) MAUMERE PULAU FLORES-NTT NOVIANA MERY OBENU 1414201022 DOSEN PEMBIMBING

Lebih terperinci

Oleh : IQBAL MUSTHAPA

Oleh : IQBAL MUSTHAPA leh : IQBAL MUSTAPA Kelompok Penelitian Kimia rganik Bahan Alam Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia Pendahuluan Shorea stenoptera Burck

Lebih terperinci

SENYAWA GOLONGAN 2-ARYLBENZOFURAN DAN STILBEN DARI EKSTRAK METILEN KLORIDA (CH 2 CL 2 ) DAUN Artocarpus fretessi HASSK

SENYAWA GOLONGAN 2-ARYLBENZOFURAN DAN STILBEN DARI EKSTRAK METILEN KLORIDA (CH 2 CL 2 ) DAUN Artocarpus fretessi HASSK SENYAWA GOLONGAN 2-ARYLBENZOFURAN DAN STILBEN DARI EKSTRAK METILEN KLORIDA (CH 2 CL 2 ) DAUN Artocarpus fretessi HASSK Asriani Ilyas Dosen pada Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar

Lebih terperinci

STANDARDISASI EKSTRAK METANOL KULIT KAYU NANGKA (Artocarpus heterophylla Lamk.) SKRIPSI

STANDARDISASI EKSTRAK METANOL KULIT KAYU NANGKA (Artocarpus heterophylla Lamk.) SKRIPSI STANDARDISASI EKSTRAK METANOL KULIT KAYU NANGKA (Artocarpus heterophylla Lamk.) SKRIPSI Oleh : RIRIN NOER HIDAYAH K 100 060138 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Senyawa Flavon Terprenilasi dari Kayu Akar Artocarpus elasticus (Moraceae)

Senyawa Flavon Terprenilasi dari Kayu Akar Artocarpus elasticus (Moraceae) Senyawa Flavon Terprenilasi dari Kayu Akar Artocarpus elasticus (Moraceae) SKRIPSI Betania 10504035 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008 Senyawa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan yang masuk pada Famili Moraceae merupakan tumbuhan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan yang masuk pada Famili Moraceae merupakan tumbuhan yang TINJAUAN PUSTAKA A. Moraceae Tumbuhan yang masuk pada Famili Moraceae merupakan tumbuhan yang berbatang kayu yang jarang sekali berupa terna dan menghasilkan getah. Daun tunggal dan tersebar, seringkali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara terbesar yang mengimpor bahan baku obat

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara terbesar yang mengimpor bahan baku obat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara terbesar yang mengimpor bahan baku obat dalam pembuatan antibiotika dan negara yang menghadapi berbagai penyakit infeksi, dimana antibiotika

Lebih terperinci

ARTONIN M, TURUNAN FLAVON TERGERANILASI DARI Artocarpus rotunda

ARTONIN M, TURUNAN FLAVON TERGERANILASI DARI Artocarpus rotunda ARTNIN M, TURUNAN FLAVN TERGERANILASI DARI Artocarpus rotunda Tati Suhartati a#, Sjamsul Arifin Achmad b, Norio Aimi c, dan Euis olisotan akim b a Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Lampung Jl. S. Brojonegoro

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Struktur flavonoid (Middelton et al. 2009).

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Struktur flavonoid (Middelton et al. 2009). 2 yang memiliki bioaktivitas sebagai sitotoksik dan penghambatannya diduga dapat menginduksi apoptosis. Manfaat penelitiannya, yaitu daun sukun dapat digunakan sebagai obat kanker payudara secara alami.

Lebih terperinci

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH 4 Hasil dan Pembaha san Pada penelitian mengenai kandungan metabolitt sekunder dari kulit batang Intsia bijuga telah berhasil diisolasi tiga buah senyawaa turunan flavonoid yaitu aromadendrin (26), luteolin

Lebih terperinci

Senyawa Sikloartobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus

Senyawa Sikloartobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus C-80 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) Senyawa Sikloartobiloksanton dari Kulit Akar Artocarpus elasticus Ika Febriana Syafitri dan Taslim Ersam Jurusan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan mega diversity untuk tumbuhan obat di dunia. Di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan mega diversity untuk tumbuhan obat di dunia. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan mega diversity untuk tumbuhan obat di dunia. Di Indonesia tumbuh-tumbuhan telah digunakan selama berabad-abad untuk berbagai tujuan, seperti sumber

Lebih terperinci

Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung. Orasi Guru Besar Emeritus

Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung. Orasi Guru Besar Emeritus rasi Guru Besar Emeritus Profesor Sjamsul Arifin Achmad PERGURUA TIGGI BERBASIS RISET DALAM PEMBAGUA ASIAL BERBASIS ILMU PEGETAUA Balai Pertemuan Ilmiah ITB 40 Judul: PERGURUA TIGGI BERBASIS RISET DALAM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI STRUKTUR SANTON SERTA UJI ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L)

ISOLASI DAN KARAKTERISASI STRUKTUR SANTON SERTA UJI ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L) ISOLASI DAN KARAKTERISASI STRUKTUR SANTON SERTA UJI ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L) Skripsi Sarjana Kimia OLEH : FAUZI ALFON SURI 07 132 025 JURUSAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. elektron tidak berpasangan, sehingga sangat reaktif (Fessenden dan Fessenden, 1986).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. elektron tidak berpasangan, sehingga sangat reaktif (Fessenden dan Fessenden, 1986). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan, sehingga sangat reaktif (Fessenden dan Fessenden, 1986). Senyawa oksigen

Lebih terperinci

BEBERAPA SENYAWA FLAVON TERPRENILASI DARI ARTOCARPUS FRETESSI HASSK ENDEMIK SULAWESI SELATAN

BEBERAPA SENYAWA FLAVON TERPRENILASI DARI ARTOCARPUS FRETESSI HASSK ENDEMIK SULAWESI SELATAN Marina Chimica Acta, April 2004, hal. 23-28 Vol. 5 No.1 Jurusan Kimia FMIPA, Universitas asanuddin ISSN 1411-2132 BEBERAPA SENYAWA FLAVN TERPRENILASI DARI ARTCARPUS FRETESSI ASSK ENDEMIK SULAWESI SELATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ditanam di Indonesia. Hal ini disebabkan kentang sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ditanam di Indonesia. Hal ini disebabkan kentang sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu sayuran penting yang banyak ditanam di Indonesia. Hal ini disebabkan kentang sebagai sumber karbohidrat yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Flavon merupakan salah satu kelompok senyawa flavonoid dengan struktur dasar 2-fenil-1-benzopiran-4-on. Senyawa ini merupakan metabolit sekunder

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya untuk menginventarisasi kandungan aktif. menerus dilakukan dan menjadi perhatian khusus para peneliti.

I. PENDAHULUAN. Upaya untuk menginventarisasi kandungan aktif. menerus dilakukan dan menjadi perhatian khusus para peneliti. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya untuk menginventarisasi kandungan aktif dari tanaman terus menerus dilakukan dan menjadi perhatian khusus para peneliti. Kandungan aktif dimaksud biasa disebut sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies tumbuh-tumbuhan. Kekayaan hayati ini merupakan sumber yang potensial

Lebih terperinci

FLAVONOID. Dwi Arif Sulistiono. G1C F.MIPA. Universitas mataram

FLAVONOID. Dwi Arif Sulistiono. G1C F.MIPA. Universitas mataram Dwi Arif Sulistiono FLAVNID G1C007008 F.MIPA. Universitas mataram 1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga memiliki keragaman flora yang cukup

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL BAB III PERCOBAAN DAN HASIL III.1 Alat dan Bahan Isolasi senyawa metabolit sekunder dari serbuk kulit akar dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut MeOH pada suhu kamar (maserasi). Pemisahan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

PERAN TEKNOLOGI ISOLASI UNTUK MEMPEROLEH SENYAWA AKTIF DARI TUMBUHAN SUKUN (ARTOCARPUS ARTILIS)

PERAN TEKNOLOGI ISOLASI UNTUK MEMPEROLEH SENYAWA AKTIF DARI TUMBUHAN SUKUN (ARTOCARPUS ARTILIS) PERAN TEKNLGI ISLASI UNTUK MEMPERLE SENYAWA AKTIF DARI TUMBUAN SUKUN (ARTCARPUS ARTILIS) Jamilah Abbas (1) Nina artanti (1), Djamilah (2) 1) Pusat Penelitian Kimia LIPI Kawasan Puspiptek. Serpong, 15314

Lebih terperinci

Isolasi Senyawa Artonin E dari Ekstrak Kulit Akar Artocarpus elasticus

Isolasi Senyawa Artonin E dari Ekstrak Kulit Akar Artocarpus elasticus JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) C-61 Isolasi Senyawa Artonin E dari Ekstrak Kulit Akar Artocarpus elasticus Lita Amalia dan Taslim Ersam Jurusan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan dapat melakukan sintesis senyawa organik kompleks. menghasilkan golongan senyawa dengan berbagai macam struktur.

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan dapat melakukan sintesis senyawa organik kompleks. menghasilkan golongan senyawa dengan berbagai macam struktur. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan dapat melakukan sintesis senyawa organik kompleks yang menghasilkan golongan senyawa dengan berbagai macam struktur. Usaha mengisolasi senyawa baru pada tumbuhan

Lebih terperinci

4 PEMBAHASAN. (-)-epikatekin (5, 7, 3, 4 -tetrahidroksiflavan-3-ol) (73). Penentuan struktur senyawa tersebut

4 PEMBAHASAN. (-)-epikatekin (5, 7, 3, 4 -tetrahidroksiflavan-3-ol) (73). Penentuan struktur senyawa tersebut 4 PEMBAHASAN Penelitian yang telah dilakukan terhadap fraksi non-alkaloid kulit batang Litsea javanica, berhasil mengisolasi 4 senyawa, satu diantaranya adalah senyawa murni yaitu (-)-epikatekin (5, 7,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terdapat keseimbangan antara jumlah radikal bebas dan antioksidan (Gulcin,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terdapat keseimbangan antara jumlah radikal bebas dan antioksidan (Gulcin, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang membawa elektron tidak berpasangan dan menyebabkan destabilisasi molekul lain sehingga memacu timbulnya radikal bebas

Lebih terperinci

KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni

KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni Nyamplung tentu tanaman itu kini tak asing lagi di telinga para rimbawan kehutanan. Buah yang berbentuk bulat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar tubuh manusia. Kulit memiliki fungsi yang sangat penting untuk perlindungan organ tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mangrove Excoecaria agallocha 2.1.1 Klasifikasi Excoecaria agallocha Klasifikasi tumbuhan mangrove Excoecaria agallocha menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly,

I. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly, I. PENDAHULUAN Tumbuhan telah digunakan manusia sebagai obat sepanjang sejarah peradaban manusia. Penggunaan tumbuh-tumbuhan dalam penyembuhan suatu penyakit merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia.

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Struktur khalkon

Gambar 1.1 Struktur khalkon BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Senyawa khalkon (C 15 H 12 O) atau benziliena asetofenon atau E-1,3- difenilprop-2-en-1-on, merupakan senyawa golongan flavonoid yang ditemukan dalam tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara tradisional kimia bahan alam berhubungan dengan isolasi, penentuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara tradisional kimia bahan alam berhubungan dengan isolasi, penentuan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Secara tradisional kimia bahan alam berhubungan dengan isolasi, penentuan struktur, dan sintesis senyawa-senyawa organik yang berasal dari sumber alam hayati. Namun, isolasi, penentuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lipida merupakan salah satu unsur utama dalam makanan yang berkontribusi terhadap rasa lezat dan aroma sedap pada makanan. Lipida pada makanan digolongkan atas lipida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat yang reaktif sehingga cenderung bereaksi

Lebih terperinci

Depaltemen Kimia Fakulta::, :\l.ltematik,l dan Ilmu Pengetahuan.\lam Institut Teknologi Bandung

Depaltemen Kimia Fakulta::, :\l.ltematik,l dan Ilmu Pengetahuan.\lam Institut Teknologi Bandung /' 'V,,,;, :A, j., ~\'i ISBN: 979-9~99-16-o. ' Y @;;;;'6/di:/w~ SeDlinar KiDlia BerSaDla ITB-UKM KeenaDl "Perkembangan Terkini Ilmu Kimia yang Berlandaskan Kajian Sumber Alam" Denpasar, 17-18lVIei 2005

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berbeda-beda ada yang terang, kuning langsat, sawo matang, coklat,

BAB I PENDAHULUAN. manusia berbeda-beda ada yang terang, kuning langsat, sawo matang, coklat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia. Warna kulit setiap manusia berbeda-beda ada yang terang, kuning langsat, sawo matang, coklat, dan hitam. Perbedaan

Lebih terperinci

AKTIVITAS DAN POTENSI ANTIMALARIA SENYAWA SANTON TEROKSIGENASI DAN TERPRENILASI

AKTIVITAS DAN POTENSI ANTIMALARIA SENYAWA SANTON TEROKSIGENASI DAN TERPRENILASI Company Logo AKTIVITAS DAN PTENSI ANTIMALARIA SENYAWA SANTN TERKSIGENASI DAN TERPRENILASI DARI GARCINIA Disusun oleh: H H Wiwit Denny Fitriana 1407100061 (1) H H Me Dosen Pembimbing: H H Prof. Taslim Ersam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Zat Ekstraktif Mindi Kadar ekstrak pohon mindi beragam berdasarkan bagian pohon dan jenis pelarut. Berdasarkan bagian, daun menghasilkan kadar ekstrak tertinggi yaitu

Lebih terperinci

ISOLASI, KARAKTERISASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN TUMBUHAN PACAR CINA (Aglaia odorata) SKRIPSI SARJANA KIMIA

ISOLASI, KARAKTERISASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN TUMBUHAN PACAR CINA (Aglaia odorata) SKRIPSI SARJANA KIMIA ISOLASI, KARAKTERISASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN TUMBUHAN PACAR CINA (Aglaia odorata) SKRIPSI SARJANA KIMIA Oleh : Atik Sofia Wati NIM. 1310411036 Dosen Pembimbing I : Dr.Mai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan potensi tumbuhan obat tradisional untuk mendapatkan zatzat kimia atau bahan baku obat dapat dilakukan melalui eksplorasi keanekaragaman hayati Indonesia.

Lebih terperinci

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry 8 serta doxorubicin 1 µm. Penentuan nilai konsentrasi pada flow cytometry berdasarkan daya penghambatan yang dimungkinkan pada uji sel hidup dan rataan tengah dari range konsentrasi perlakuan. Uji Sitotoksik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Khalkon atau (E)-1,3-difenil-2-propen-1-on merupakan senyawa yang termasuk flavonoid dan banyak diteliti sebagai therapeutic, yaitu antioksidan, antiinflamasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia yang menjadi perhatian serius untuk segera ditangani. Rendahnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul bermuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul bermuatan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul bermuatan yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasarngan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak

Lebih terperinci

SEAFAST Center disintesis dari asam. (Cronizer et

SEAFAST Center disintesis dari asam. (Cronizer et Senyawa Fenolik pada Sayuran Indigenous II. BIOSINTESIS SENYAWA FENOLIK Biosintesis senyawa fenolik sebagian besar terjadi di sitoplasma dan diawali melalui jalur shikimate (Gambar 2.1) (Wink 2010). Asam

Lebih terperinci

SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK ETIL ASETAT KULIT BATANG TUMBUHAN Bauhinia hullettii Prain DAN UJI IN VITRO SEL MURINE LEUKEMIA P-388

SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK ETIL ASETAT KULIT BATANG TUMBUHAN Bauhinia hullettii Prain DAN UJI IN VITRO SEL MURINE LEUKEMIA P-388 SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK ETIL ASETAT KULIT BATANG TUMBUHAN Bauhinia hullettii Prain DAN UJI IN VITRO SEL MURINE LEUKEMIA P-388 Feri Ari Bangun Siahaan 1, Johni Azmi 2, Lenny Anwar 3 feriaribangun@gmail.com

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq. P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 205-217 205 E-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index 10 2015 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan flora yang sangat beragam, salah satunya kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat menggunakan tanaman obat

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Umum Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas) 1. Sejarah Singkat Ubi jalar (Ipomoea batatas) termasuk tanaman palawija penting yang diduga berasal dari Benua Amerika. Para

Lebih terperinci

POLIKETIDA. Disusun oleh : Kelompok 4. Ainur Rohmah ( ) Muhamad Rizal ( ) Rizky Widyastari ( )

POLIKETIDA. Disusun oleh : Kelompok 4. Ainur Rohmah ( ) Muhamad Rizal ( ) Rizky Widyastari ( ) PLIKETIDA Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah kimia bahan alam Disusun oleh : Kelompok 4 Ainur ohmah (1112096000013) Muhamad izal (1112096000019) izky Widyastari (1112096000025) PGAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kanker masih menjadi permasalahan kesehatan utama di dunia, termasuk di Indonesia hingga saat ini. Penyakit ini merupakan penyebab kematian kedua terbesar di seluruh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman TINJAUAN PUSTAKA Mikroorganisme Endofit Endofit merupakan asosiasi antara mikroorganisme dengan jaringan tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman inang bervariasi mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BAHAN OBAT HERBAL X Bahan obat herbal X merupakan hasil fraksinasi fase etil asetat dari daun sukun (Artocarpus altilis). Tanaman sukun memiliki klasifikasi sebagai berikut yaitu

Lebih terperinci

Mesomeri Jurnal Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan

Mesomeri Jurnal Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan N-METIL LAUROTETANIN DAN BOLDIN, DUA SENYAWA TURUNAN ALKALOID APORFIN DARI Cryptocarya tawaensis Merr (Lauraceae) Fera Kurniadewi a, Yana M. Syah b, Lia D. Juliawaty b dan Euis H. Hakim b a Jurusan Kimia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih elektron tidak berpasangan sehingga, sangat reaktif. Radikal bebas dapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih elektron tidak berpasangan sehingga, sangat reaktif. Radikal bebas dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan sehingga, sangat reaktif. Radikal bebas dapat dijumpai pada lingkungan

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq. P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 145-153 e-issn: 2503-023X DOI: 10.24042/jpifalbiruni.v4i2.93 Oktober 2015 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif),

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Struktur UK-2A, UK-3A, dan Antimisin A 3. Antimisin A 3. UK-2A : R = OMe UK-3A : R = H H N O H NH N O

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Struktur UK-2A, UK-3A, dan Antimisin A 3. Antimisin A 3. UK-2A : R = OMe UK-3A : R = H H N O H NH N O TIJAUA PUSTAKA Senyawa UK-3A Selama tahun 1993 sampai 1997 telah berhasil dilakukan isolasi senyawa baru, yaitu benzokazol sitotoksik UK-1 dan antifungal UK-2A, B, C, dan D, dari Streptomyces sp.517-02

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon 4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan

Lebih terperinci

ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN MODIFIKASI SERTA UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA FLAVONOID DARI FRAKSI SEMIPOLAR KULIT AKAR TUMBUHAN KENANGKAN

ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN MODIFIKASI SERTA UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA FLAVONOID DARI FRAKSI SEMIPOLAR KULIT AKAR TUMBUHAN KENANGKAN ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN MODIFIKASI SERTA UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA FLAVONOID DARI FRAKSI SEMIPOLAR KULIT AKAR TUMBUHAN KENANGKAN (Artocarpus rigida) (Tesis) Oleh HERNAWAN PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya hayati Indonesia merupakan suatu megacenter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya hayati Indonesia merupakan suatu megacenter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya hayati Indonesia merupakan suatu megacenter keaneka ragaman hayati dunia. Di Indonesia, terdapat sekitar 40.000 jenis tumbuhan dan hampir 1.000 diantaranya

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 JENIS TUMBUHAN MORACEAE DI KAWASAN STASIUN KETAMBE TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER ACEH TENGGARA Hasanuddin Magister Pendidikan Biologi FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas hutan terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas hutan terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas hutan terbesar di dunia. Hutan Indonesia memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peranan penting dalam kehidupan. Hutan memberikan

Lebih terperinci