PERAN AUDIT TEKNOLOGI DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING PERUSAHAAN STUDI KASUS: SISTEM PEMELIHARAAN JALAN KERETA API
|
|
- Shinta Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERAN AUDIT TEKNOLOGI DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING PERUSAHAAN STUDI KASUS: SISTEM PEMELIHARAAN JALAN KERETA API Y. Sugiharto PT PAL Indonesia (Persero) ABSTRAK Peran Teknologi sebagai alat bantu dalam meningkatkan daya saing perusahaan sudah bukan hal yang dipungkiri dan telah menjadi keharusan memiliki teknologi bagi perusahaan yang ingin meningkatkan daya saingnya. Penggunaan teknologi harus diikuti dengan adanya keseriusan dan komitmen yang tinggi dari manajemen termasuk konsekuensi biaya investasi yang dibutuhkan serta pemanfaatan yang maksimal. Audit teknologi diperlukan dalam rangka melakukan evaluasi atas teknologi yang digunakan dan dimanfaatkan agar dapat membantu perusahaan dalam merencanakan pengembangan teknologinya kedepan. Audit teknologi biasanya dilaksanakan mengikuti tata laksana audit teknologi yang telah ditetapkan dan terbagi dalam tiga kelompok tahapan, yaitu: Tahap persiapan (pre-audit); Tahap pelaksanaan lapangan (onsite audit) dan Tahap pengolahan dan pelaporan ( post audit). Tingginya kecelakaan Kereta Api menumbuhkan keingintahuan kami untuk melakukan Audit Teknologi pada Prasarana KA khususnya Sistem Pemeliharaan Jalan KA dan untuk itu disusunlah suatu lingkup auditek yang meliputi empat hal, yaitu: prosedur dan organisasi pemeliharaan, sumber daya manusia pemeliharaan, fasilitas pemeliharaan dan manajemen data pemeliharaan. Obyek Auditek adalah Daerah Operasi (DAOPS) yang telah mendapatkan persetujuan dari perusahaan. Dari hasil auditek diperoleh beberapa kesimpulan bahwa permasalahan utama penyebab pemeliharaan jalan kereta tidak dapat optimal adalah: tidak adanya prosedur pemeliharaan yang sesuai dengan kebutuhan yang menyebabkan ketidak sesuaian SDM dan fasilitas pemeliharaan dengan kebutuhan pemeliharaan. Kata kunci: audit teknologi, kereta api, daya saing PENDAHULUAN Pada tahun 2007, jumlah KA anjlog dan terguling merupakan 82,7% dari total jenis kecelakaan (sumber Dephub). Hal ini sangat penting untuk diatasi karena berisiko menimbulkan kerugian uang, kehilangan nyawa, pencemaran lingkungan, rusaknya citra perusahaan, dan lain-lain. Walaupun tidak ada kesimpulan resmi yang dipublikasikan secara umum tentang penyebab anjlog/terguling tersebut, kondisi rel yang tidak prima sangat mungkin turut mempengaruhi terjadinya anjlog/terguling. Karena rel adalah prasarana yang sangat vital bagi keselamatan perjalanan KA, maka kegiatan pemeliharaan rel harus menjamin bahwa kondisi rel tetap prima. Pelaksanaan pemeliharaan rel yang optimal haru mengacu pada sebuah sistem pemeliharaan yang baik. Sebuah pertanyaan yang perlu dicari jawabannya adalah: apakah prosedur yang ada dianggap cukup memadai, atau apakah para stakeholder KA tidak menyadari bahwa sistem/prosedur pemeliharaan yang ada saat in tidak memadai? Berdasar data dari Departemen Perhubungan tahun 2007, panjang rel yang tidak dioperasikan padahal terpasang mencapai 31,2% atau km. Kenyataan ini
2 menunjukkan bahwa sebenarnya masih terdapat potensi peningkatan lalu lintas kereta api tanpa harus membangun jaringan rel baru, asalkan kondisi rel yang tidak beroperasi tersebut layak untuk dilalui. Ketiga situasi diatas yang mendasari kami untuk melakukan Audit Teknologi Sistem Pemeliharaan Jalan Kereta Api. Kegiatan audit teknologi Sistem Pemeliharaan Jalan Rel Kereta Api ini bertujuan untuk turut membantu Perusahaan dalam meningkatkan sistem pemeliharaan prasarana jalan kereta api, dalam rangka meningkatkan tingkat keselamatan perjalanan KA. METODODOLOGI KEGIATAN Sebagai metodologi kegiatan audit teknologi system pemeliharaan jalan KA sebagaimana tahapan audit teknologi adalah sebagai berikut: Review obyek audit Review obyek audit desk study tentang sistem pemeliharaan kereta api di dunia diskusi dengan bbrp key persons tentang rel KA di Indonesia. Penyusunan Penyusunan Pedoman & Instrumen Pedoman & Instrumen Penyusunan Pedoman Penyusunan Instrumen Benchmark Benchmark Setting Setting Penetapan benchmark untuk beberapa kriteria kunci Quick Quick Assessment Assessment Evaluasi kilat berdasar beberapa kriteria kunci Pengumpulan Data Pengumpulan Data Telaah dokumen, wawancara, observasi lapangan Identifikasi temuan Identifikasi temuan Hasil pembandingan data terkumpul dengan benchmark Analisa temuan Analisa temuan Analisa THIO atas semua temuan untuk mencari root cause Rekomendasi Rekomendasi Usulan langkah yang perlu diambil untuk perbaikan sistem Adapun kegiatan Audit Sistem Pemeliharaan Prasarana Jalan Kereta Api difokuskan dengan ruang lingkup kegiatan sebagai berikut: Organisasi dan Prosedur Pemeliharaan: Untuk mengevaluasi apakah Organisasi dan Prosedur Pemeliharaan memadai dan dapat diterapkan dengan baik di lapangan. Sumber Daya Manusia Pemeliharaan; Untuk mengevaluasi apakah SDM Pemeliharaan memadai baik dari segi jumlah, keterampilan dan motivasi. Fasilitas Pemeliharaan; Untuk mengevaluasi apakah fasilitas / peralatan pemeliharaan sesuai kebutuhan dan dalam kondisi siap digunakan. Manajemen Data Pemeliharaan; Untuk mengevaluasi apakah data pemeliharaan dapat dikumpulkan, disimpan dan diolah dengan baik. Kajian pendahuluan dilakukan dengan mengumpulkan data ringkas tentang: Panjang jalan kereta api di DAOP yang bersangkutan, dengan dikelompokkan menurut: lintas operasi & non operasi, jenis rel, jenis penambat dan jenis bantalan. A-2-2
3 Kondisi jalur kereta api di DAOP yang bersangkutan berdasarkan hasil pengukuran kereta ukur untuk periode: awal & tengah tahun 2007 dan Data hasil kajian pendahuluan ini digunakan oleh auditor untuk mendiagnosa secara cepat kondisi jalan kereta yang mencerminkan hasil pemeliharaan yang telah dilakukan. Selain itu Tim melakukan pengumpulan data lapangan ke DAOP (Daerah Operasi) Kereta Api dan data lapangan dikumpulkan dengan tiga cara, yaitu: Telaah dokumen tertulis yang diminta tim audit teknologi dan disediakan DAOP yang bersangkutan. Wawancara dengan personil kunci Sie Jalan & Jembatan serta tenaga lapangan di DAOP yang bersangkutan. Observasi pelaksanaan pemeliharaan baik secara manual maupun dengan mesin MTT (Multi Tie Tamper) dengan didampingi oleh personil dari DAOP yang bersangkutan. HASIL/TEMUAN Dari pengumpulan data lapangan, tim audit teknologi mengidentifikasi temuan-temuan, yang kemudian dibandingkan dengan Benchmark yang telah ditetapkan sebelumnya. Tim audit mengelompokkan temuan-temuan menjadi Temuan Utama dan Temuan tambahan. Temuan Utama adalah temuan yang dianggap sangat penting untuk diperbaiki, sedang Temuan Tambahan adalah temuan yang perlu diperbaiki setelah Temuan Utama ditangani. Temuan-temuan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tidak terdapat prosedur pemeliharaan yang jelas, resmi dan diikuti secara tertib Dokumen Perjana yang disebut-sebut sebagai prosedur pemeliharaan tidak tersedia, padahal belum pernah dicabut. Perjana yang ditetapkan dengan SK Direktur tahun 1978 bahkan sebenarnya sudah dianggap tidak sesuai lagi oleh Perusahaan. Organisasi pemeliharaan Jalan & Jembatan di DAOP masih mengikuti Perjana yang sudah dianggap tidak sesuai tersebut. Akibatnya pelaksanaan pemeliharaan tidak optimal. 2. SDM tidak memadai lagi, terutama yang berkaitan langsung dengan pekerjaan di lapangan Secara organisasi keberadaan regu pemeliharaan masih diakui, namun pada kenyataannya jumlah anggota regu jarang lengkap. Pada tingkat resor, tidak tersedia personil untuk meng up-date data/grafik kondisi lintas dan pemeliharaan yang biasanya dipasang di dinding. 3. Peralatan pemeliharaan tidak memadai; peralatan semi mekanis & mekanis tidak cukup tersedia Peralatan semi mekanis (seperti HTT) tidak tersedia, sehingga sangat memperlambat pekerjaan SDM lapangan yang juga sudah tidak memadai. Peralatan berat yang tersedia terbatas pada mesin pemecok (MTT) dan profiling balas; mesin jenis lain seperti track laying atau grinding machine tidak dimiliki. Suku cadang peralatan berat sulit didapat sehingga sering tidak dapat dioperasikan untuk waktu yang lama. A-2-3
4 4 Data pemeliharaan tidak dirangkum, diolah, dianalisa dan terkomunikasikan dengan baik, sehingga kurang bermanfaat sebagai bahan informasi / pengambilan keputusan Data yang dicatat pelaksanan lapangan sangat banyak, namun tidak diolah lebih lanjut. Data tersebut juga tidak diinputkan ke komputer sehingga menyulitkan analisa Banyak informasi yang sangat mungkin berguna bagi perencanaan pemeliharaan tidak diketahui. Informasi tersebut tidak terkomunikasikan kepada manajemen maupun jajaran. DISKUSI/ANALISA Analisa dilakukan dengan metode konstruksi dua buah diagram, yaitu Fish Bone dan Causal Loop Diagram. Dengan analisa menggunakan Diagram Fish Bone, temuantemuan diatas dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu: organisasi & prosedur, fasilitas, manajemen data & informasi, dan sumber daya manusia. Kategorisasi ini disesuaikan dengan lingkup auditek. Diagram yang disusun menunjukkan bahwa penyebab langsung Pemeliharaan Kurang Baik adalah bahwa terjadi kekurangan pada seluruh aspek Technoware-Humanware-Inforware-Orgaware, sehingga penanganan masalah harus juga menyeluruh pada ke empat aspek tersebut. Penanganan hanya pada satu aspek tidak akan memperbaiki sistem pemeliharaan. Untuk lebih jelasnya, Fish Bone Diagram ditampilkan pada gambar berikut Org & Pros Fasilitas Tidak ada prosedur yang jelas Peralatan tidak memadai Masih menggunakan reglemen Peralatan tidak tercatat jelas Organisasi kurang diperhatikan Peralatan pasang-lepas penambat yang disaranakan pembuat tidak digunakan Pemeliharaan belum baik Jumlah SDM tidak memadai Data tidak diolah menjadi informasi Kesulitan dalam perekrutan SDM Data tidak dikonversi menjadi e-data Tidak ada usaha mengembangkan diri Penyimpanan data memprihatinkan SDM tidak kreatif dalam memecahkan masalah Manajemen Data SDM merasa tidak dapat mengkomunikasikan fikirannya Gambar 1 Fish Bone Diagram Namun demikian Fish Bone Diagram ini belum menunjukkan hubungan sebab akibat dari temuan-temuan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa selanjutnya dengan diagram Causal Loop Diagram Diagram Causal Loop Diagram menggambarkan hubungan sebab-akibat dari hal-hal yang mempunyai keterkaitan. Diagram ini didapat setelah tim audit teknologi melakukan diskusi dan analisa sebab akibat permasalahan pemeliharaan dengan mengacu pada temuan-temuan tim audit teknologi. Diagram yang disusun menunjukkan bahwa penyebab langsung Pemeliharaan yang Tidak Optimal adalah: Alat dan fasilitas tidak memadai, SDM lapangan tidak memadai, dan perencanaan kurang tepat. SDM A-2-4
5 Namun demikian kondisi bahwa alat & fasilitas dan SDM kurang memadai ternyata sangat terkait dengan tidak adanya prosedur resmi yang jelas dan dapat diikuti secara baik. Prosedur resmi terakhir (Perjana 1978) pun tidak dapat ditemukan sewaktu audit teknologi dilaksanakan; Perjana 1978 ini pun sudah dianggap tidak lagi sesuai dengan kebutuhan saat ini karena merupakan prosedur pemeliharaan bersifat non-mekanis. Sehingga dapat digambarkan dalam diagram bahwa alat & fasilitas dan SDM yang kurang memadai disebabkan oleh penyebab lain, yaitu: Prosedur pemeliharaan yang tidak sesuai kebutuhan. Disamping itu kondisi bahwa SDM tak memadai menyebabkan tidak adanya personil yang dapat menangani pengolahan data pemeliharaan dengan baik. Sehingga dapat digambarkan bahwa SDM yang tidak memadai menyebabkan: Olah data kurang yang pada gilirannya menyebabkan perencanaan kurang tepat. Diagram juga menunjukkan keberadaan sebuah feed back loop yang menyeimbangkan sistem, yaitu: Adanya kesadaran - setelah melalui waktu tunda - akan pentingnya pemeliharaan yang baik. Pada gilirannya, setelah melalui waktu tunda lagi, maka akan akan menimbulkan keinginan untuk memperbaiki prosedur, sehingga ketidak sesuaian prosedur akan berkurang. Umpan Balik ini pada kenyataannya sudah terlihat dengan adanya semacam tim ad-hoc Perusahaan yang bermaksud menyusun dokumen yang disebut sebagai Sistem Perjana 2008 pada pertengahan Namun demikian usaha ini belum berhasil menyusun semacam Perjana yang resmi. Untuk lebih jelasnya, Causal Loop Diagram ditampilkan pada halaman selanjutnya. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Gambar 2 Causal Loop Diagram Sebagai Kesimpulan dapat disampaikan bahwa Sistem Pemeliharaan Prasarana Jalan Kereta Api milik Perusahaan yang masih dianggap berlaku, yaitu Perjana 1978 sudah A-2-5
6 tidak diterapkan lagi di lapangan, karena sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi dan kebutuhan. Pemeliharaan akan mencapai hasil yang baik apabila terdapat prosedur pemeliharaan yang baik dan dapat dilaksanakan. Unsur ini belum dipenuhi Perusahaan, sehingga hasil pemeliharaan yang optimal akan sulit didapat. Seluruh personil pemeliharaan harus memahami prosedur pemeliharaan sesuai dengan level dan tanggung jawabnya. Unsur ini juga belum dipenuhi Perusahaan. Prosedur dapat dilakukan dan personil dapat bekerja dengan optimal bila didukung fasiltas dan peralatan yang memadai. Unsur ini perlu diperbaiki dalam Perusahaan. Untuk kepentingan peningkatan dan pengambilan keputusan yang tepat semua aktivitas pemeliharaan perlu direkam secara baik. Unsur ini belum dipenuhi Perusahaan. Kesimpulan ini sejalan dengan contoh dari dua DAOP: sekalipun jajaran seksi jalan dan jembatan telah berusaha keras dengan personil dan alat yang tersedia (yang sangat terbatas), hasil pemeliharaan belum dapat dikatakan terbaik. Tim audit teknologi perlu menyampaikan apresiasi kepada beberapa personil DAOP yang dengan keterbatasan sistem, atas inisiatif sendiri melakukan usaha-usaha untuk melakukan peningkatan kemampuan. Untuk meningkatan pemeliharaan, maka direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: 1. Perusahaan agar perlu menyusun prosedur pemeliharaan baru secepat mungkin dengan memperhatikan: Pemeliharaan diarahkan bersifat pemeliharaan Mekanis Penuh Prosedur Umum Pemeliharaan (Perjana) dibuat dan ditetapkan oleh Direksi dengan menyebutkan dokumen-dokumen yang dicabut dan yang masih terus berlaku Pedoman teknis pelaksanaan pemeliharaan diperbarui dengan menyebutkan teknik dan peralatan terkini yang perlu digunakan Organisasi pemeliharaan JJ disesuaikan dengan prosedur baru 2. Updating pengetahuan terhadap pekerja di lapangan sangat perlu dilakukan untuk meningkatkan kepedulian pekerja terhadap kualitas hasil kerjanya, serta meningkatkan motivasi dan inisiatif problem solving ketika menghadapi persoalan di lapangan. Menstandarkan dan mewajibkan pelatihan-pelatihan tentang prosedur baru pemeliharaan sesuai level personil Forum sharing antar personil dan DAOP tentang teknik-teknik dan pengalaman pelaksanaan pemeliharan 3. Peralatan semi mekanis & mekanis perlu ditambah untuk mempercepat pekerjaan Inventarisasi alat-alat pemeliharaan pada tingkat DAOP Review pelaksanaan pemeliharaan alat berat, agar alat berat selalu dalam kondisi Siap Operasi. Penambahan alat-alat sesuai kebutuhan prosedur baru (alat pneumatik dan peralatan berat selain untuk memecok dan profiling balas) 4. Rekrutmen pegawai baru untuk memenuhi kebutuhan jumlah SDM perlu segera dilaksanakan. Tenaga outsourcing yang sudah bekerja tahunan dan telah mengakumulasi kemampuan pemeliharaan yang baik segera diangkat sebagai pegawai tetap Evaluasi kebutuhan SDM sesuai prosedur baru Rekrutmen personil baru dengan kualifikasi sesuai kebutuhan A-2-6
7 5. Perusahaan perlu mengolah data lapangan dari setiap DAOP agar dapat menjadi informasi yang berguna dengan melakukan Pembentukan unit khusus yang menangani pengolahan data, mengingat pentingnya informasi untuk pemeliharaan Evaluasi keperluan data sesuai prosedur baru Penetapan jenis olah data yang diperlukan Pengadaan komputer untuk pengolahan data pemeliharaan lapangan 6. Optimalisasi peran media komunikasi untuk penyebaran kebijakan manajemen, informasi perkembangan terkini tentang sistem pemeliharan dan media pembelajaran DAFTAR PUSTAKA Undang-undang No.23 tahun 2007 tentang Perkeretapian Program Revitalisasi Perkeretapian. Dirjen Perkeretaapian, 2008 Khalil, Tarek M, Management of Technology, The Key to Competitiveness and Wealth Creation, Mc Graw Hill, Singapore, 2000 BPPT,PAT, Audit Teknologi Pengertian & Pedoman Pelaksanaannya BPPT, 2007 Sugiharto.Yanto dan S Wibowo, Manajemen Audit Teknologi: YPIA, 2006 Sugiharto.Yanto dan S Wibowo, Panduan Pelaksanaan Audit Teknologi YPIA, 2006 Standard Perkeretaapian Indonesia Wawancara dan Diskusi dengan Pihak Terkait/DAOPS Perusahaan Web. kereta-api.co.id A-2-7
d. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara.
b. pemberian bimbingan teknis di bidang peralatan informasi dan komunikasi bandar udara dan peralatan pengamanan bandar udara; c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peralatan informasi dan komunikasi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.18, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Biaya. Perkeretaapian. Perhitungan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 67 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinci-2- perawatan oleh tenaga yang telah memiliki kualifikasi keahlian sesuai dengan bidangnya. Dalam rangka meningkatkan keselamatan atas pengoperasian p
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TRANSPORTASI. Perkeretaapian. Penyelenggaraan. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 29) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci pendahuluan dari penelitian tugas akhir mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian
Lebih terperinciDATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN
MEDIA RELEASE KNKT 2016 DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN 2010 2016 (Database KNKT, 31 Oktober 2016) Oleh: Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Perkeretaapian Jakarta, 30 November 2016
Lebih terperinciF Kapasitas. Audit Teknologi. Desain & Produksi. Transportasi. Industri. Agus Nugroho,, MSIE, MBA. Pusat Audit Teknologi BPPT 2012
F1.100 Audit Teknologi Kapasitas Desain & Produksi Industri Transportasi DR.Kartiko Eko Putranto,, DEA Evy Rusmanida Yanthi,, SE Agus Nugroho,, MSIE, MBA Satrio Utomo,, ST Sri Handoyo Mukti,, MT Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel I. 1 Data Kecelakaan Kereta Api
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem Transportasi nasional memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan nasional. Besarnya jumlah penduduk Indonesia menjadikan kebutuhan akan sistem transportasi
Lebih terperinciDirektorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia ROADMAP PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN
Direktorat Jenderal Kementerian Perhubungan Republik Indonesia ROADMAP PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN 4 REGULASI No RENCANA TINDAK TARGET / SASARAN 2010 2011 2012 2013 2014 Peraturan Menteri/Keputusan
Lebih terperinci2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng
No. 380, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kereta Api. Jalur. Persyaratan Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 60 TAHUN 2012 TENTANG PERSYARATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen perawatan sangatlah diperlukan dan mempunyai peran yang sangat vital bagi sebuah perusahaan, mengingat dalam dunia industri kegiatan produksi tak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prasarana Kereta Api Berdasarkan UU No.23 tentang perkeretaapian, prasarana kereta api adalah jalur dan stasiun kereta api termasuk fasilitas yang diperlukan agar sarana kereta
Lebih terperinciANALISIS BIAYA-MANFAAT SOSIAL PERLINTASAN KERETA API TIDAK SEBIDANG DI JALAN KALIGAWE, SEMARANG TUGAS AKHIR
ANALISIS BIAYA-MANFAAT SOSIAL PERLINTASAN KERETA API TIDAK SEBIDANG DI JALAN KALIGAWE, SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : LINDA KURNIANINGSIH L2D 003 355 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian
Lebih terperinci*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 69/1998, PRASARANA DAN SARANA KERETA API *35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.560, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Perizinan. Penyelenggaraan. Sarana. Perkeretaapian Umum. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 31 TAHUN 2012 TENTANG
Lebih terperinciPERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) UNTUK ALAT BERAT PEMELIHARAAN JALAN REL PT. KERETA API
PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) UNTUK ALAT BERAT PEMELIHARAAN JALAN REL PT. KERETA API Franka Hendra S [1] Jurusan Teknik Industri Universitas Pamulang frank_orion_dec@yahoo.co.id Riki
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Penanganan tumburan KA 174 Kutojaya dengan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Selaras dengan visi perkeretaapian Indonesia sebagaimana tertuang dalam blue print pembangunan transportasi perkeretaapian adalah 1 : mewujudkan terselenggaranya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai macam sarana transportasi sangat dibutuhkan oleh manusia baik itu transportasi darat, laut, bahkan udara. Semua transportasi dimanfaatkan untuk mengangkut
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian
Lebih terperinciBAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Seiring dengan visi perkeretaapian Indonesia sebagaimana tertuang dalam blue print pembangunan transportasi perkeretaapian adalah 1 : mewujudkan terselenggaranya
Lebih terperinciJ udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan
Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia sekarang ini tak lepas dengan transportasi. Transportasi menjadi kebutuhan yang sangat penting karena dapat menghubungkan satu daerah ke daerah lain
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR. 1.1 Latar Belakang
12 DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1.1. Kerangka Teknologi ATLAS... 1 2. Gambar.1.2. Diagram Keterkaitan... 4 3. Gambar 1.3. Alur Penelitian... 7 4. Gambar 2.1. Proses Input dan Output... 8 5. Gambar 2.2. Skema
Lebih terperinciBAN-PT PANDUAN SURVEILEN PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI PERGURUAN TINGGI
BAN-PT PANDUAN SURVEILEN PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI PERGURUAN TINGGI BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI JAKARTA 2009 0 PANDUAN SURVEILEN PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI PERGURUAN TINGGI I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibicarakan baik di Indonesia. Secara umum, Manajemen Aset berarti proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Manajemen Aset merupakan salah satu topik yang hangat dibicarakan baik di Indonesia. Secara umum, Manajemen Aset berarti proses pengelolaan aset mulai dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kepadatan penduduk yang selalu meningkat yang berdampak perkembangan ekonomi, sosial dan budaya. Pertumbuhan penduduk di Indonesia juga menyebabkan
Lebih terperinciKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Hand-out Industrial Safety Dr.Ir. Harinaldi, M.Eng Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tempat Kerja Produk/jasa Kualitas tinggi Biaya minimum Safety comes
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini akan disajikan dalam tiga bagian, yaitu bagian simpulan, keterbatasan
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan disajikan dalam tiga bagian, yaitu bagian simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Bagian simpulan berisi simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah
Lebih terperinciANALISIS PENYEBAB TERJADINYAA KERETA API SERTA USAHA PREFENTIF YANG DAPAT DILAKUKAN
ANALISIS PENYEBAB TERJADINYAA KECELAKAAN KERETA API SERTA USAHA PREFENTIF YANG DAPAT DILAKUKAN Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Lebih terperinci2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 72 Tahun 2013 tentang Kelas Jabatan di lingkungan Kementeria
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.171, 2017 KEMHUB. UPT. Ditjen Perkeretaapian. Peta Jabatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 6 TAHUN 2017 TENTANG PETA JABATAN DAN
Lebih terperinciPeneliti / Perekayasa : Dra. Siti Rahayu Arif Anwar, S.T., M.Sc. Ir. Kusmanto Sirait, MBA-T. Ir. Bahal M.L. Gaol Fadjar Lestari, SAP.
KODE JUDUL : U3 PENGKAJIAN DAN EVALUASI PERLINTASAN SEBIDANG DI WILAYAH JABODETABEK DALAM MENDUKUNG KELANCARAN LALU LINTAS JALAN DAN PENINGKATAN FREKUENSI PERJALANAN KERETA API Peneliti / Perekayasa :
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan perusahaan. Suatu perusahaan yang baik tentunya akan memiliki sumber daya manusia yang baik pula (Simanjuntak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi/perusahaan. Maka dari itu perusahaan mencari SDM yang. berkualitas dan profesional untuk mendukung sebuah perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting dalam kegiatan perekonomian, karena SDM dipandang sebagai salah satu faktor produksi dalam usaha menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tercatat pada tahun 2005, jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maksimum termanfaatkan bila tanpa disertai dengan pola operasi yang sesuai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu sistem transportasi, hubungan antara prasarana, sarana, dan operasi sangat erat. Suatu ketersediaan prasarana dan sarana dapat secara maksimum termanfaatkan
Lebih terperinciPerencanaan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon Kroya Koridor Prupuk Purwokerto BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan perkembangan penduduk maka semakin banyak diperlukan penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang baik untuk melancarkan
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN
53 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Nabatindah Sejahtera adalah sebuah perusahaan nasional yang resmi didirikan di Jakarta, sejak tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang pemilihan judul Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi suatu perusahaan tertentu pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai tujuan didirikannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat dapat dikatakan baik apabila transportasi tersebut dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Transportasi memiliki hubungan yang erat dengan jangkauan dan lokasi kegiatan manusia, barang-barang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber dana dan sumber daya yang ada. Sebagai konsekuensi logis dari
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Perusahaan, baik Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah maupun Badan Usaha milik Swasta sebagai suatu pelaku ekonomi, tidak bisa lepas dari
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG IMPOR DAN PENYERAHAN ALAT ANGKUTAN TERTENTU DAN PENYERAHAN JASA KENA PAJAK TERKAIT ALAT ANGKUTAN TERTENTU YANG TIDAK DIPUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK. 516/KA. 604/DRJD/2002 TENTANG
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK. 516/KA. 604/DRJD/2002 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN BANTALAN BETON MONOBLOK DENGAN PROSES PRETENSION DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG IMPOR DAN PENYERAHAN ALAT ANGKUTAN TERTENTU DAN PENYERAHAN JASA KENA PAJAK TERKAIT ALAT ANGKUTAN TERTENTU YANG TIDAK DIPUNGUT
Lebih terperinciLAPORAN PERISTIWA KECELAKAAN KERETA API
LAPORAN PERISTIWA KECELAKAAN KERETA API KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN AKHIR Nomor Urut Kecelakaan: KA.03.05.05.01 Jenis Kecelakaan: Anjlok Lokasi: Km 203+9/0 (Vrij-Baan) antara Stasiun
Lebih terperinci2015, No Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah
No.211, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Alat Angkut Tertentu. Jasa Kena Pajak. Tidak Dipungut PPN. Impor. Penyerahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciBAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan
18 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan KNKT berdasarkan : Keputusan Presiden nomor 105 tahun 1999 Bab I Psl 1 ayat (1) Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 20 TAHUN 2011
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 20 TAHUN 2011 TENTANG AKREDITASI BADAN HUKUM ATAU LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA PERKERETAPIAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA AKREDITASI
Lebih terperinciDaftar Periksa Audit SMM ISO 9001:2008. Memeriksa Ada struktur organisasi
Daftar Periksa Audit SMM ISO 9001:2008 Nomor Substansi Persyaratan Yang Diperiksa Klausul 4.1. Persyaratan umum organisasi seperti : struktur organisasi, bisnis proses organisasi, urutan proses, criteria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala bidang yang sangat membutuhkan perhatian untuk mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah. Perkeretaapian adalah satu kesatuan
Lebih terperinci2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat
No.57, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Lalu Lintas Kereta Api. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 Tahun 2017 TENTANG LALU LINTAS KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 22 PENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT Husny 1) Rika Deni Susanti 2) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciTabel Jumlah Penduduk di Indonesia. Tahun Jumlah Penduduk ,5 179,4 205,1 237,6
Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan. Dari data sensus terbaru tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah penduduk di indonesia meningkat sebanyak 1,48 persen pertahun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemandangan sehari-hari dikota-kota besar di Indonesia. Dalam suatu sistem jaringan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Sistem transportasi yang terbentuk dari komponen sarana, prasarana dan manusia adalah bagian hidup masyarakat saat ini. Permasalahan yang timbul seperti kemacetan, kecelakaan,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Kajian Pola Operasi 1. Jenis dan Kegiatan Stasiun Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas, dan Kegiatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Zona Selamat Sekolah Perkembangan teknologi otomotif khususnya kendaraan bermotor roda dua maupun kendaraan beroda empat, menjadikan anak-anak khususnya anak-anak Sekolah Dasar
Lebih terperinciDAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN
DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN Halaman I. Pembukaan 1 II. Visi dan Misi SPI 2 III. Kebijakan Umum Pengendalian Internal Dan Audit Internal 3 IV. Kedudukan SPI 3 V. Peran SPI 3 VI. Ruang Lingkup
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang mereka miliki. Menyadari pentingnya sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung dengan kualitas sumber daya manusia yang mereka miliki. Menyadari pentingnya sumber daya manusia bagi kelangsungan
Lebih terperinciPERANAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN BIAYA OPERASI
SKRIPSI PERANAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN BIAYA OPERASI (STUDI KASUS PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG PADANG ) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun pertumbuhan penduduk semakin meningkat sehingga berdampak terhadap perkembangan di kota-kota Indonesia. Pertumbuhan penduduk menjadi faktor utama dalam
Lebih terperinciPENELITIAN TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI LINTASAN KERETA API
PENELITIAN TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI LINTASAN KERETA API Se- JAWA TENGAH Tim Peneliti Balitbang Prov. Jateng Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan pengendalian intern bagian penggajian dan pengupahan dalam menunjang efektivitas pembayaran gaji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transportasi berperan strategis dalam memajukan kesejahteraan umum
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berperan strategis dalam memajukan kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Lebih terperinciPENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL MASINIS KERETA API RUTE JARAK JAUH (STUDI KASUS PADA PT KAI DAOP 2)
PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL MASINIS KERETA API RUTE JARAK JAUH (STUDI KASUS PADA PT KAI DAOP 2) Kristiana Asih Damayanti 1, Yuke Cantikawati 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,
Lebih terperinciTAHAP AUDIT, EKONOMISASI, EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS ARDANIAH ABBAS, S.E., AK., C.A.
TAHAP AUDIT, EKONOMISASI, EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS ARDANIAH ABBAS, S.E., AK., C.A. TAHAP-TAHAP AUDIT 1. Audit Pendahuluan 2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen 3. Audit Terinci 4. Pelaporan 5.
Lebih terperinci2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156, 2013 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5448) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTRAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTRAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v BAB I PENDAHULUAN... I-1 A. Latar Belakang... I-1 B. Maksud dan Tujuan... I-1 C. Ruang Lingkup...
Lebih terperinciPEDOMAN KERJA PRAKTIK
Halaman : Halaman i dari 26 HALAMAN JUDUL BUKU Oleh : TIM PENYUSUN JURUSAN/PRODI TEKNIK SIPIL PROGRAM STUDI/JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN TAHUN 2015 i Halaman : Halaman ii dari 26
Lebih terperinciBAB I PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang
BAB I PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang PT Kereta Api (Persero) sebagai perusahaan yang bergerak di bidang sektor jasa. khususnya jasa transportasi, dimana proses operasinya hanya memfokuskan dalam dua bidang
Lebih terperinciPERENCANAAN JALUR LINTASAN KERETA API DENGAN WESEL TIPE R54 PADA EMPLASEMEN STASIUN ANTARA PASURUAN - JEMBER ( KM KM ) TUGAS AKHIR
PERENCANAAN JALUR LINTASAN KERETA API DENGAN WESEL TIPE R54 PADA EMPLASEMEN STASIUN ANTARA PASURUAN - JEMBER ( KM 62+976 KM 197+285 ) TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar
Lebih terperincikamar toilet, hingga penerapan teknologi informasi (TI), pembenahan mental karyawan dan penegakan disiplin dan GCG, dan memberikan contoh keteladanan
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil analisis tekstual terhadap buku Jonan dan Evolusi Kereta Api Indonesia menunjukkan bahwa pembingkaian yang dilakukan oleh Majalah BUMN Track melalui penulisnya
Lebih terperinci2 2015, No.322 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722) 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publi
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.322, 2015 KEMENHUB. Angkutan Orang. Kereta Api. Pelayanan Minimum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 48 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR
Lebih terperinciKERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM)
KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM) N. Tri Suswanto Saptadi POKOK PEMBAHASAN 1.Kendali Manajemen Atas 2.Kendali Manajemen Pengembangan Sistem 3.Kendali Manajemen Pemrograman 4.Kendali Manajemen Sumber
Lebih terperinciGAMBARAN MANAJEMEN PELATIHAN TENAGA PERAWAT DI BIDANG KEPERAWATAN RSU KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2008 (Form Karakteristik Informan) Pedoman wawancara
Lampiran 2 GAMBARAN MANAJEMEN PELATIHAN TENAGA PERAWAT DI BIDANG KEPERAWATAN RSU KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2008 (Form Karakteristik Informan) Pedoman wawancara I. Identitas Informan Nama : Umur : Jenis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dalam dunia bisnis, isu-isu terkait tata kelola
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan dalam dunia bisnis, isu-isu terkait tata kelola perusahaan semakin menarik perhatian bagi penelitian di bidang akademik. Garcia et al. (2010) menyebutkan
Lebih terperinciBUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak terhadap perkembangan kota di Indonesia. Penduduk merupakan faktor utama dalam perkembangan kota sebagai pusat
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. kereta api, dapat diambil beberapa kesimpulan tentang penyebab kecelakaan
71 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan tentang analisis penyebab kecelakaan kereta api, dapat diambil beberapa kesimpulan tentang penyebab kecelakaan kereta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi jalan raya terjadi banyak kerusakan, polusi udara dan pemborosan bahan
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu sistem yang menggerakkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, menggunakan kendaraan, kereta api, pesawat
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN DOUBLE TRACK KERETA API PENUMPANG PADA JALUR SEMARANG TEGAL DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI
m STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN DOUBLE TRACK KERETA API PENUMPANG PADA JALUR SEMARANG TEGAL DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI SKRIPSI Oleh : Zainul Muttaqin NIM 021910301060 PROGRAM STUDI STRATA 1 TEKNIK JURUSAN
Lebih terperinciBAB II PROFIL PERUSAHAAN. industri beton pracetak di tahun 1977 dengan mengembangkan produk beton
BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Wijaya Karya Beton (Wika Beton) adalah satu dari anak perusahaan yang telah berdiri sejak 11 Maret 1997, anak dari perusahaan ini merupakan perluasan
Lebih terperinciD E P A R T E M E N P E R H U B U N G A N Komite Nasional Keselamatan Transportasi
D E P A R T E M E N P E R H U B U N G A N Komite Nasional Keselamatan Transportasi Gedung Karya Lt.7 Departemen Perhubungan - Jl. Medan Merdeka Barat No. 8 JKT 10110 INDONESIA Phone:(021) 3517606, (021)
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 211, 2017 KEMENHUB. Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 9 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciSYSTEM INTERLOCKING LEN (SIL)-02
Didukung: IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA NOMOR 52 Sistem Persinyalan Kereta Api SYSTEM INTERLOCKING LEN Aries R. Prima Engineer Weekly Penggunaan persinyalan dengan
Lebih terperinciAKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG CACAT DAN ORANG SAKIT PADA SARANA DAN PRASARANA PERHUBUNGAN
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 71 TAHUN 1999 TENTANG AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG CACAT DAN ORANG SAKIT PADA SARANA DAN PRASARANA PERHUBUNGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TIDAK DIPUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN ALAT ANGKUTAN TERTENTU DAN
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038)
ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038) Wilton Wahab 1 * dan Sicilia Afriyani 2 1 Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciLampiran 5 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN
Lampiran 5 SK No. 00228/HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. TUJUAN DAN MANFAAT... 3 II. PENGERTIAN
Lebih terperinci2015, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 211 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5739); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN M
No.1538, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Alat Angkut Tertentu. Fasilitas Tidak Dipungut PPN. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193 /PMK.03/2015 TENTANG TATA
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI. A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 1. Sejarah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Kehadiran kereta api
Lebih terperinciMENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PERHITUNGAN BIAYA PERAWATAN DAN PENGOPERASIAN PRASARANA PERKERETAAPIAN MILIK NEGARA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 19 ayat (1) dan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 98 TAHUN 1999 TENTANG PENGALIHAN KEDUDUKAN, TUGAS DAN KEWENANGAN MENTERI KEUANGAN SELAKU
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. perkeretaapian dan pelaksanaannya
83 BAB 4 PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan apa yang telah diuraikan oleh penulis pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini penulis mencoba menyimpulkan apa yang menjadi jawaban atas permasalahan yang terdapat
Lebih terperinci