EDY SANTOSO PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN POS PELAYANAN TERPADU DALAM PELAYANAN SOSIAL BAG1 LANJUT USIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EDY SANTOSO PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN POS PELAYANAN TERPADU DALAM PELAYANAN SOSIAL BAG1 LANJUT USIA"

Transkripsi

1 PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN POS PELAYANAN TERPADU DALAM PELAYANAN SOSIAL BAG1 LANJUT USIA (Kasus di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru, Jakarta Pusat) EDY SANTOSO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

2 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir "Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pos Pelayanan Terpadu Dalam Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia: Kasus di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru Jakarta Pusat" adalah benar hasil karya saya sendiri dan belurn pemah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalarn Dafiar Pustaka tugas akhir ini. Bogor, Nopember 2006 Edy Santoso NRP. A

3 ABSTRAK EDY SANTOSO, Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pos Pelayanan Terpadu Dalam Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia. Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS dan SOERYO ADIWIBOWO. Bertambahnya jumlah lanjut usia di Indonesia disebabkan karena usia harapan hidup terus meningkat. Jurnlah lanjut usia yang terus bertambah dari waktu ke waktu berimplikasi timbulnya permasalahan sosial lanjut usia. Indikasi permasalahan sosial lanjut usia antara lain pertama, banyaknya jumlah lanjut usia terlantar Kedua, kecenderungan perubahan nilai pola kehidupan keluarga yang mengarah pada bentuk keluarga kecil. Ketiga, akibat proses menjadi.tua menimbulkan masalah baik fisik, mental maupun sosial psikologis. Mengantisipasi permasalahan sosial lanjut usia yang semakin kompleks menjadi tanggungjawab pemerintah dan masyarakat dalam mengatasinya. Upaya yang dilakukan antara lain memberikan pelayanan sosial dalam pemenuhan kebutuhan hidup lanjut usia. Pelayanan sosial dapat dilakukan melalui sistem pelayanan di panti dan di luar panti. Tanggung jawab masyarakat di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru Jakarta Pusat dalam mengatasi permasalahan sosial lanjut usia yaitu dengan menyelenggarakan pelayanan melalui pos pelayanan terpadu (posyandu). Pelayanan sosial yang dilaksanakan posyandu temyata belurn memenuhi kebutuhan lanjut usia. Berdasarkan latar belakang permasalahan maka tujuan kajian ini adalah (1) Menganalisis kineja Posyandu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (2) Menganalisis kapasitas posyandu dalam kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia. (3) Menggali potensi yang ada di komunitas dalam mendukung kegiatan pelayanan sosial lanjut usia. (4) Menyusun strategi dan program peningkatan kapasitas posyandu dalam memberikan pelayanan sosial bagi lanjut usia. Hasil analisis kajian diperoleh data dan informasi mengenai penyebab kurang berkembangnya posyandu dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia yaitu rendahnya kapasitas posyandu, kwangnya dukungan dari masyarakat serta belum adanya jaringan ke rjasama dengan pihak terkait (stukeholder). Berdasarkan analisis permasalahan, potensi dan kebutuhan maka disusun rancangan strategi dan program peningkatan kapasitas posyandu dalam meningkatkan pelayanan sosial bagi lanjut usia. Metode yang digunakan dalam menyusun program pengembangan masyarakat adalah Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu melibatkan unsur masyarakat dalam keseluruhan kegiatan, meliputi penentuan prioritas masalah, penyusunan rancangan, dan pelaksanaan kegiatan. Dari hasil diskusi kelompok maka disusun rancangan program peningkatan kapasitas posyandu dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia berupa program peningkatan pengetahuan dan motivasi pengurus, peningkatan dukungan masyarakat, menjalin kerjasama dengan pihak terkait. Peningkatan pelayanan sosial lanjut usia secara partisipatif dapat dilakukan dengan cara memberdayakan masyarakat yaitu menguatkan kapasitas posyandu dengan menggali potensi di komunitas seperti peranan keluarga dan para lanjut usia serta pengembangan jejaring dengan stakeholders terkait.

4 ABSTRACT EDY SANTOSO, Reinforcement of Capacities of Inwrought Service Post Institute In Social Services For the old Age. Guided by DJUARA P. LUBlS And SOERYO ADIWIBOWO. Increasing of it amount the old age in Indonesia caused by life of expectation somebody increasing. Sum up the old age non-stoped increase from time to time have implication to incidence of social problems the old age. Social problems indication the old age for example first, to the number of amount the old age unemployed. Second, change tendency assess the pattern of family life instructing at small family form. Third, effect of process to become old is problem of physical, bouncing and also psychological social. Anticipating social problems the old age which complex progressively hence governmental responsibility and society to overcome it. Strive taken by giving social services in requirement accomplishment live to the old age. Social services for the old age can be done by through service system in Panti and outside Panti. Society responsibility in RW 10 Chief Of Village Cempaka Baru of Jakarta Pusat in overcoming social problems the old age that is by carrying out social services executed by through inwrought service post ( Posyandu) Social services given by Posyandu in the reality not yet earned to fulfill the requirement felt by all the old age. Pursuant to the problems background hence this study target is (1) Analysing performance Posyandu in the plan, execution and evaluate. (2) Analysing capacities posyandu in activity of social services for the old age. (3) Diging potency of exist in community in supporting activity of social services the old age. (4) Compiling program the make-up of capacities Posyandu in giving social services for the old age Result of study analysis obtained by data and information of concerning cause less expand it service Posyandu in executing activity of social services for the old age. Less expand it social services for the old age caused by lowering of capacities Posyandu in the case of knowledge, cooperation, motivate, medium tools, membership and find source. Still the lack of family support, the old age as potency in society and also not yet the existence of cooperation network with the related parties. Pursuant to problems analysis, potency and requirement is hence compiled by a device program the make-up of capacities Posyandu in improving social services for the old age. Method used in compiling program of society development is Participatory Rural Appraisal (PRA) that is method of compilation approach program by entangling society element in all activity, covering determination of problem priority, device compilation, and activity execution. From discussion result to identifying problem priority, requirement and potency is hence compiled by a device program the make-up of capacities Posyandu in development of social services for the old age in the form of program of is make-up of knowledge and motivate the manager, make-up of society support, braiding cooperation with the related parties. Execution program the implementation in activity which its execution is adapted for a time which have been compiled.

5 O Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi Dilurung mengutip dan memperbunyak tunpa izin tertulis duri Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apupun, baik cetak, fotocopi, mikrofilm, dun sebagainya

6 PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN POS PELAYANAN TERPADU DALAM PELAYANAN SOSIAL BAG1 LANJUT USIA (Kasus di RW 10 Kelurahan Cernpaka Baru, Jakarta Pusat) EDY SANTOSO Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

7 Judul Tugas Akhir Nama NRP : Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pos Pelayanan Terpadu dalam Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia : EDY SANTOSO : A Disetujui Komisi Pembimbing Ketua Dr. IP. Soervo Adiwibowo, MS &iz30ta Diketahui Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat :kan Sekolah Pascasatjana A Dr. 1Yhfl Lubia, MS \ '%~~~~~~$khairil A G --t - $ 7 --l l.-- &.a". - ' Tanggal Ujian : 12 Desember 2006 Tanggal Lulus : (1 ; f

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga tugas akhir dengan judul Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pos Pelayanan Terpadu dalarn Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru Jakarta Pusat berhasil diselesaikan. sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasajana Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat. 2. Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing 3. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 4. Ir. Sanvititi S. Agung, MS selaku dosen penguji dari luar, serta kepada seluruh dosen yang telah memberikan mata kuliah pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 5. Dr. Marjuki, M.Sc selaku Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Departemen Sosial RI. 6. Dra. Neni Kusumawardhani, MS selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. 7. Ananda Rifqi Fakhriatdy Ramadhan dan Rafi Geraldy Krisnugraha serta istri tercinta dan seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moril dan materil kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan pascasarjana. 8. Rekan-rekan Angkatan I11 Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan seluruh pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian tugas akhir ini. Akhirnya, hanya kepada Allah semua kebaikan penulis kembalikan untuk mendapat ridho dan karunia-nya. Bogor, Nopember 2006 Edy Santoso

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Selong pada tanggal 20 Maret 1971 sebagai anak ke lima dari pasangan Moch. Inwar dan Baiq Suenah. Pada bulan Maret 2001, penulis menikah dengan Maryati, S.Pd dan dikaruniai dua orang putra Rifqi Fakhriatdy Ramadhan dan Rafi Geraldy Krisnugraha Pendidikan yang ditempuh oleh penulis yaitu SD Negeri 2 Tanjung Karang Ampenan tarnat tahun SMP Negeri I Mataram tamat tahun SMA Negeri Ampenan tarnat tahun Pada tahun 1993 penulis diterima di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung dan menyelesaikan pendidikan pada tahun Pada tahun 1999 penulis diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan ditugaskan di Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 2005 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Pengembangan Masyarakat yang disponsori oleh Departemen Sosial RI sebagai tugas belajar.

10 DAFTAR IS1 Halarnan DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... xi xii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang... 1 Rumusan Masalah Tujuan dan Kegunaan Kajian... 5 TINJAUAN PUSTAKA 6 Permasalahan dan Kebutuhan Lanjut Usia... 6 Kebijakan dan Program Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia... 9 Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sistem Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sistem Luar Panti Kelembagaan Pengembangan Masyarakat Kerangka Pemikiran METODOLOGI 22 Tempat dan Waktu Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisa Data Metode Analisis Masalah Metode Penyusunan Program PETA SOSIAL KOMUNITAS 2 7 Keadaan Wilayah Demografi dan Kependudukan Mata Pencaharian Struktur Komunitas Pelapisan Sosial Jejaring Sosial dalam Komunitas Kelembagaan Sosial... 35

11 ANALISIS PELAYANAN SOSIAL BAG1 LANJUT USIA 38 Keadaan Umum Posyandu... Kegiatan Posyandu... Pelayanan Bagi Lanjut Usia... Pemberian makanan tambahan bergizi... Kegiatan senarn jantung sehat... Kegiatan pengajian melalui kelompok majelis ta'lim... Kegiatan bantuan sosial... Kondisi dan Permasalahan Lanjut Usia... Tujuan Pelayanan Lanjut Usia... Kapasitas Pengurus... Pengetahuan... Ke rj asarn a... Motivasi... Kapasitas Lembaga... Sarana dan Prasarana... Keanggotaan... Sumber Dana... Analisis Potensi... Nilai Keluarga... Partisipasi Lanjut Usia... Program Pemerintah... Kine rja Posyandu Lanjut Usia... Perencanaan... Pelaksanaan... PROGRAM PENINGKATAN PELAYANAN LANJUT USIA Identifikasi Potensi. Permasalahan dan Kebutuhan... Identifikasi Potensi... Identifikasi Masalah... Identifikasi Kebutuhan... KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... Kesimpulan... Rekomendasi... DAFTAR PUSTAKA...

12 DAFTAR TABEL Halaman Jadual Rencana Pelaksanaan Kaj ian Kebutuhan data, sumber data dan cara pengumpulan data Jumlah penduduk RW 10 Kelurahan Cempaka Baru berdasarkan 2 8 umur dan jenis kelamin Tahun Jumlah penduduk RW 10 Kelurahan Cempaka Baru berdasarkan 30 pendidikan Tahun Jumlah penduduk RW 10 Kelurahan Cempaka Baru berdasarkan 3 1 mata pencaharian... Kondisi kesehatan lanjut usia di RW 10 Kelurahan Cempaka 47 Baru Tahun Jumlah lanjut usia di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru 49 berdasarkan status pekerjaan Tahun Matriks analisis tujuan kegiatan dalam meningkatkan pelayanan 74 kesejahteraan sosial lanjut usia... Matriks analisis pihak terkait dalam peningkatan pelayanan 76 sosial bagi lanjut usia Matriks rancangan program peningkatan kapasitas posyandu 78 dalam kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia...

13 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1 Bagan kerangka pemikiran Piramida penduduk RW Analisis pennasalahan dalam rangka peningkatan pelayanan 72 sosial bagi lanjut usia... 4 Analisis tujuan dalam rangka peningkatan pelayanan sosial bagi 73 Ianjut usia...

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Populution ageing telah menjadi isu demografi yang sangat penting pada masa modem sekarang ini. Populasi lanjut usia di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat cepat dan menduduki peringkat keempat setelah RRC, India, dan Amerika. Pada tahun 1980 jurnlah lanjut usia sebanyak 11,4 juta jiwa atau 7,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia dengan usia harapan hidup 55,3 tahun. Pada tahun 1990 jumlah lanjut usia bertambah menjadi 16 juta jiwa atau 8,7 persen dengan usia harapan hidup 61,12 tahun. Pada tahun 2000 jumlah lanjut usia bertambah menjadi 22,2 juta jiwa atau 10 persen dari jumlah total penduduk Indonesia dengan usia harapan hidup 65 sampai 70 tahun, dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lanjut usia akan mencapai 29,12 juta jiwa atau 11,09 persen dari total jumlah penduduk Indonesia dengan usia harapan hidup mencapai 70 sampai 75 tahun ( Darmojo, dikutip oleh Nugroho, 1999). Bertarnbahnya jumlah lanjut usia dari waktu ke waktu memberi dampak pada kecenderungan berkembangnya permasalahan yang lebih kompleks karena (a) Sistem pensiun atau tunjangan hari tua dan tunjangan kesehatan yang memadai masih belum dipikirkan secara mendasar, sedangkan angka sakit dan angka kemiskinan pada lanjut usia mengalami peningkatan. (b) Kecenderungan di masyarakat yaitu pada saat ini setiap keluarga rata-rata memiliki dua anak. Para lanjut usia akan dihadapkan pada kondisi di mana semua anak mereka harus beke ja dan berkarier, sehingga dipertanyakan siapa yang dapat diharapkan ketika para lanjut usia membutuhkan perawatan fisik maupun psikis ketika mereka mengalami ketidakberdayaan. (c) Era globalisasi menuntut perkembangan pada keluarga yang tadinya berintikan nilai tradisional atau keluarga guyub beralih dan cenderung berkembang menjadi keluarga individual atau patembayan. Norma masyarakat juga akan bergeser, mengarah pada kehidupan yang egosentris (Hardywinoto dan Setiabudhi, 2005). Secara mum pelayanan sosial bagi lanjut usia sangat perlu dilakukan karena, pertarna, masih besarnya jumlah lanjut usia yang berada di bawah garis kemiskinan yaitu 15 persen termasuk lanjut usia terlantar dan 28,s persen lanjut

15 usia rawan terlantar. Kedua, melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan perubahan nilai pola kehidupan keluarga yang secara fisik Iebih mengarah pada bentuk keluarga kecil. Ketigu, masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia dan masih terbatasnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut usia. Keempat, belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lanjut usia (Depsos RI, 2003). Depsos RI (1998), menjelaskan pentingnya pelayanan sosial bagi lanjut usia dilaksanakan yaitu, pertama, akibat proses menjadi tua mengakibatkan permasalahan bai k secara fisik, mental maupun sosial psi kologis. Keduu, berkurangnya integrasi sosial lanjut usia akibat produktivitas dan kegiatan menuun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis lanjut usia yang merasa tidak diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan sekitarnya. Ketiga, rendahnya produktivitas keja lanjut usia menyebabkan mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur. Keempat; banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga memerlukan bantuan. Kelirna. berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat individualistik, sehingga lanjut usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka tersisih dari kehidupan masyarakat. Nugroho (1999), menjelaskan permasalahan umum yang dihadapi oleh lanjut usia yaitu :(I) secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidup, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. (2) Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut usia seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkuang yang akan mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungqa. Hal ini rnemberikan dampak pada kebahagiaan seseorang. (3) Adanya para lanjut usia yang masih mempunyai kemampuan untuk

16 bekerja tetapi permasalahannya adalah bagaimana memhgsikan tenaga dan kemampuan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja. (4) Adanya lanjut usia &lam keadaan terlantar, selain tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan, mereka juga tidak mempunyai keluarga. (5) Pada masyarakat tradisional, lanjut usia masih dihargai dan dihormati sehingga berguna bayi masyarakat tetapi nilai-nilai tersebut cenderung berkurang. (6) Lanjut usia memerlukan tempat tinggal atau fasilitas penunahan yang khusus. Mengantisipasi masalah lanjut usia yang semakin kompleks, maka perlu ada upaya penanggulangan untuk mengatasi meluasnya permasalahan yaitu meningkatkan peran serta masyarakat beke rja sama dengan pemerintah dalam kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia. Peran serta masyarakat selain sebagai sebuah keharusan juga merupakan unsur yang menentukan serta menjadi parameter pembangunan kesejahteraan sosial. Beberapa alasan mendasar yang dapat dijadikan acuan betapa pentingnya peran serta masyarakat. Pertarnu; adanya keterbatasan kemampuan pemerintah dalam memberikan pelayanan sosial terhadap lanjut usia. Kedua, adanya pergeseran paradigma pembangunan dari sentralistik menjadi desentralistik. Ketiga, adanya tuntutan untuk melaksanakan otonomi daerah (Depsos RI. 2002). Undang-undang Nomor 13 tahun 1998, menjelaskan bahwa masyarakat mempunyai hak dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. Peran serta masyarakat dapat dilakukan secara perseorangan, keluarga, kelompok, masyarakat, organisasi sosial, dan atau organisasi kemasyarakatan. Artinya keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pelayanan sosial adalah cukup penting dalam mengatasi permasalahan lanjut usia. Menurnbuh kembangkan peran serta masyarakat kearah yang lebih konstruktif dan kondusif dalarn usaha kesejahteraan sosial sehingga menjadi kekuatan yang dapat menopang dan lebih menggiatkan pelaksanaan pelayanan sosial bagi lanjut usia. Bentuk peran serta yang dilaksanakan oleh masyarakat antara lain kegiatan pelayanan sosial melalui keluarga yaitu dengan memanfaatkan lingkungan keluarga sebagai basis utarna dalarn mengatasi permasalahan lanjut usia, misalnya lembaga pelayanan sosial lanjut usia "Pusaka" (Pusat santunan keluarga) yang ada

17 di tingkat kelurahan sebagai lembaga yang memberikan pelayanan kepada lanjut usia kurang mampu secara ekonomi berupa bantuan stimulan paket usaha produktif dan bantuan jaminan makan tetapi tidak ditarnpung di dalam Panti Sosial Tresna Werdha. Lembaga lainnya yaitu "karang lansia" sebagai wadah bagi para lanjut usia untuk berinteraksi sosial dengan sesamanya dan berbagai kegiatan sosial lainnya dalam memenuhi kebutuhannya. Lembaga tersebut dibentuk oleh para lanjut usia sebagai wadah perhimpunan para lanjut usia di wilayah RT/RW. Dari hasil Praktek Lapangan I (pemetaan sosial) dan Praktek Lapangan I1 (evaluasi program pengembangan masyarakat), pengkaji tertarik untuk melakukan penelitian tentang kegiatan pelayanan sosial lanjut usia yang dilaksanakan oleh kelompok Posyandu di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru Dilaksanakannya kegiatan pelayanan bagi lanjut usia melalui Posyandu merupakan tindaklanjut dari program kegiatan Posyandu yang semula hanya melayani balita. Dari data jurnlah penduduk, tercatat jurnlah lanjut usia (berurnur di atas 60 tahun) sebanyak 156 orang sebagai sasaran pelayanan Posyandu. Kegiatan pelayanan bagi lanjut usia disesuaikan dengan kondisi permasalahan lanjut usia di RW 10. Berbagai permasalahan yang dihadapi lanjut usia antara lain berkaitan dengan masalah kondisi fisik, ekonomi dan sosial psikologis. Kegiatan pelayanan bagi lanjut usia yang telah dilaksanakan oleh Posyandu "Mawar Merah" antara lain :1) Memberi makanan tambahan bergizi kepada lanjut usia miskin terlantar, 2) Kegiatan senarn jantung sehat, 3) Bantuan sosial berupa materi untuk lanjut usia terlantar, 4) Pengajian dan ceramah agarna. Mengatasi permasalahan Posyandu dalam pelayanan bagi lanjut usia maka kapasitas lembaga perlu ditingkatkan. Potensi masyarakat yang dapat mendukung kegiatan posyandu antara lain keluarga lanjut usia, dukungan program pemerintah dan pihak swasta. Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti melakukan kajian pengembangan masyarakat dengan judul "Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pos Pelayanan Terpadu dalam Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia" dengan pertanyaan kajian adalah "Bagaimana meningkatkan kapasitas kelembagaan pos pelayanan terpadu (Posyandu) dalam memberikan pelayanan sosial bagi lanjut usia" di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru.

18 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan maka rumusan masalah kajian ini adalah : 1. Bagaimana kinerja Posyandu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi 2. Bagaimana kapasitas Posyandu dalam melaksanakan kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia? 3. Bagaimana potensi di masyarakat dalam memberi dukungan terhadap kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia? 4. Bagaimana menyusun program peningkatan kapasitas Posyandu dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia? Tujuan dan Kegunaan Kajian Tujuan Kajian Tujuan kajian ini adalah : 1. Menganalisis kinerja Posyandu dalam aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.. Menganalisis kapasitas Posyandu dalam kegiatan pelayanan sosial bagi lanj ut usia. 3. Menganalisis potensi di masyarakat yang mendukung kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia. 4. Menyusun program bersama masyarakat dalam meningkatkan pelayanan sosial bagi lanjut usia. Kegunaan Kajian 1) Memberi masukan kepada pengurus Posyandu dalam melaksanakan kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia. 2) Mensosialisasikan pentingnya kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia kepada rnasyarakat.

19 TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan dan Kebutuhan Lanjut Usia Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Nations) mengklasifikasi lanjut usia berdasarkan batasan kelompok umur yaitu usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 sarnpai 59 tahun, lanjut usia (elderly) memiliki umur antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia antara 75 dan 90 tahun, usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun. Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan pengertian lanjut usia adalah: seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (enam puluh) tahun ke atas. Depsos RI (2003), mengidentifikasi pernasalahan yang dihadapi lanjut usia antara lain : 1. Masalah kesehatan dan gizi bahwa secara alamiah lanjut usia akan mengalarni penurunan kemampuan fisik akibat penyakit degeneratif, sehingga hngsi-fungsi organ tubuhnya menurun. 2. Kesulitan atau ketiadaan perumahan bahwa banyak lanjut usia tidak memiliki rumah sehingga tinggal bersama keluarga atau anak-anaknya. 3. Masalah emosional bahwa seiring dengan pertambahan usia dan karena faktor perubahan fisik, mental dan sosial menjadi lebih sensitif. 4. Pandangan sebagian masyarakat yang salah terhadap lanjut usia yaitu sebagian masyarakat menganggap lanjut usia sebagai orang yang lemah, tidak berdaya dan tidak berguna. 5. Berkurang intensitas hubungan bahwa lanjut usia mengalarni penurunan intensitas hubungan atau komunikasi dengan anggota keluarga dan teman serta lingkungan sosialnya. 6. Masalah mental spiritual bahwa adanya rasa ketakutan atau kekhawatiran menjalani sisa hidup. 7. Penghasilan bahwa dengan berakhirnya masa produktif pada Ianjut usia menyebabkan penghasilan yang tidak memadai atau bahkan hilang penghasilan.

20 8. Perlakukan salah dan tindak kekerasan bahwa beberapa lanjut usia mengalami tindak kekerasan dan perlakukan yang salah dari keluarganya sendiri maupun dari lingkungan. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yang sarna akan tetapi ada kebutuhan yang khusus bagi setiap orang berdasarkan rentang usia kehidupannya, adapun kebutuhan lanjut usia menurut Lowy (1979), adalah : 1. Pendapatan yang memadai 2. Kesehatan fisik dan mental yang baik 3. Perurnahan dan lingkungan yang baik 4. Makanan yang bergizi 5. Relajar keterampilan yang baru 6. Peranan dan kegiatan-kegiatan sesudah berhenti beke rja 7. Sarana Transportasi 8. Pelayanan kesehatan Depsos RI (2004), mengelompokan kebutuhan-kebutuhan lanjut usia terdiri dari : 1. Kebutuhan fisik antara lain : a. Rumah tempat tinggal yaitu membutuhkan tempat tinggal atau rumah sesuai dengan kondisi fisiknya misal tidak banyak tangga lantai tidak licin. tempat tidur yang tidak terlalu tinggi atau pendek dan memungkinkan lanjut usia bergerak lebih bebas dan nyaman. b. Kesehatan dan permakanan yang meliputi : pemeriksaaan kesehatan, pemeliharaan kesehatan melalui oleh raga, makanan yang memenuhi standar bagi lanjut usia c. Pakaian yaitu yang dapat melindungi dari perubahan cuaca dan sesuai dengan kondisinya. d. Alat-alat bantu seperti tongkat penyangga, kursi roda, alat bantu pendengaran dan pengelihatan bagi lanjut usia yang sudah tidak potensial. e. Pemakarnan yaitu pelayanan bagi lanjut usia yang meninggal untuk dimakamkan secara layak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang diyakininya.

21 2. Kebutuhan psikis : Berkaitan dengan masalah-masalah emosional diantaranya kebutuhan rasa aman dan damai, kebutuhan berinteraksi dan mendapatkan dukungan dari orang lain, berprestasi dan berekspresi serta memperoleh penerimaan dan pengakuan. 3. Kebutuhan mental spiritual Berkaitan dengan aspek keagamaan dan kepercayaan dalam kehidupan termasuk persiapan dalam menghadapi kematian. 4. Kebutuhan ekonomi Berkaitan dengan ketidakrnampuan dalam penghasilan baik yang dialami oleh lanjut usia yang potensial ataupun lanjut usia yang tidak potensial, sehingga perlu dibantu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya melalui pelatihan keterampilan untuk memperoleh penghasilan, menyediakan pekerjaan penuhu atau paruh waktu, memberikan bantuan keuanganl modal usaha. Selanjutnya Lalenoh (1993), memberi pendapat mengenai kebutuhan lanjut usia yaitu: 1. Kebutuhan-kebutuhan primer atau utarna, yaitu : a. Kebutuhan biologis yang menyangkut kebutuhan akan makanan bergizi, kebutuhan akan perumahan dan kebutuhan akan pakaian. b. Kebutuhan ekonomi yang menyangkut kebutuhan akan pendapatan dan penghasilan yang memadai. c. Kebutuhan kesehatan meliputi kesehatan fisik, mental dan perawatan kearnanan. d. Kebutuhan Psikologis meliputi kebutuhan akan kasih sayang, tanggapan dari orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri dan status yang jelas. e. Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan akan peranan dan hubungan dengan orang lain terutama keluarga, teman sebaya, masyarakat dan organisasi sosial.

22 Arah kebijakan yang dikemukakan oleh pemerintah ditujukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan bagi lanjut usia. Program yang telah dinunuskan pemerintah tersebut akan berhasil apabila terjalin kerjasama antara pihak pemerintah, masyarakat dan swasta yang peduli terhadap permasalahan sosial yang dialarni oleh lanjut usia. Dalam konteks Indonesia pendekatan kebijakan terhadap lanjut usia lebih menekankan pada pendekatan yang terpadu antara perpaduan dukungan formal dan informal melalui kombinasi dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah maupun kemandirian dari lanjut usia sendiri. Pengembangan dukungan secara informal melalui dukungan keluarga dapat dilakukan dengan berbagai alternatif, antara lain dengan rnernpcrkuat atau memelihara berbagai ikatan kekeluargaan yaitu dengan cara mengakomodasi orang tua (lanjut usia) untuk tetap tinggal bersama anak atau keluarganya, sehingga kebutuhan materil maupun spiritual dapat terpenuhi, contohnya Pusaka (Pusat santunan keluarga). Pengembangan dukungan informal melalui dukungan masyarakat dapat dilakukan dengan pelibatan individu dan institusi yang berkembang di dalam masyarakat, seperti pemberian bantuan dari individu atau pengusaha, keterlibatan kelembagaan keagamaan, yayasan sosial dan organisasi kemasyarakatan dalam penyediaan jarninan sosial, dll. Pengembangan dukungan formal oleh pemerintah dapat dilakukan dengan berbagai bentuk strategi dan program yaitu memberikan dukungan politis dan operasional seperti membuat landasan hukum, peraturan dan pedoman yang jelas terutarna dikaitkan dengan kebijakan dan program dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial dan peningkatan sistem perlindungan jaminan sosial. Keterbatasan akan dukungan formal dan informal baik dari pemerintah, masyarakat ataupun keluarga yang diberikan kepada lanjut usia, maka kepada lanjut usia perlu adanya kemandirian terhadap dirinya, misalnya kesiapan akan mental dan fisik, kebiasaan untuk berperilaku sehat, dan mempersiapkan diri sejak dini untuk mengikuti program jarninan sosial seperti asuransi pensiun dan jaminan hari tua.

23 Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia, seperti dikemukakan oleh Nugroho (1999), adalah : 1. Meningkatkan dan memperkuat peran keluarga dan masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia. 2. Meningkatkan koordinasi intra dan inter sektoral, antar berbagai instansi pemerintah terkait di pusat dan daerah serta masyarakatl orsos termasuk dunia usaha untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan sosial bagi lanjut usia. 3. Meningkatkan profesionalisme pelayanan sosial lanjut usia 4. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sosial lanjut usia 5. Membangun dan mengembangkan sistem jaminan dan perlindungan sosial bagi lanjut usia. 6. Mengembangkan dan memantapkan peran kelembagaan lanjut usia untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Pelayanan sosial bagi lanjut usia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia secara fisik, ekonomi, dan sosial psikologis. Kondisi tersebut akan terwujud apabila ada upaya yang dilakukan terhadap penanganan masalah lanjut usia seperti meningkatkan peran keluarga dalam memelihara dan merawat lanjut usianya, tercipta ke rja sama dan koordinasi antara intra dan inter sektoral, peningkatan profesionalisme tenaga pelayanan. Program peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia dapat dikembangkan melalui :( Depsos RI, 2003) 1. Program pelayanan sosial lanjut usia yaitu proses bantuan pertolongan, perlindungan, bimbingan, santunan dan perawatan. 2. Program Pemberdayaan lanjut usia yaitu proses kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia khususnya yang potensial berupa usaha-usaha antara lain : pengembangan usaha ekonomi produktif, pengembangan pusat-pusat pelayanan sosial lanjut usia, pembentukan dan pengembangan organisasi pelayanan sosial lanjut usia. 3. Program peningkatan partisipasi keluarga dan masyarakat dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran, tanggungjawab clan

24 peran serta keluarga dan masyarakat dalarn rangka melestarikan nilainilai sosial budaya yang menempatkan lanjut usia pada kedudukan yang terhormat. 4. Program jaminan dan perlindungan sosial lanjut usia yaitu memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. 5. Program pengembangan kelembagaan lanjut usia yaitu seperangkat pranata Iinstitusi sosial yang bergerak dibidang pelayanan sosial lanjut usia dengan tujuan untuk memperkuat sistem pelayanan sosial lanjut usia berbasis masyarakat, memantapkan mekanisme kerja sama dan koordinasi antar lembaga pelayanan sosial lanjut usia, meningkatkan jumlah lanjut usia yang dilayani melalui kelembagaanl masyarakat. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sistem Panti Pelayanan sosial bagi lanjut usia melalui panti (Panti Sosial Tresna Werdha) baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta merupakan sistem pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilaksanakan dengan menempatkan lanjut usia tinggal di dalam panti. Jenis pelayanan melalui lembaga panti yaitu berupa pengasramaan, jaminan hidup seperti makan dan pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang dan rekreasi, bimbingan sosial, mental serta agarna, sehingga mereka dapat menikrnati hari tuanya dengan meliputi ketentraman lahir dan bathin (Depsos RI, 2002). Tujuan peningkatan kesejahteraan lanjut usia melalui PSTW dimaksudkan agar meluasnya penyediaan sarana, jasa serta pemberian kemudahan bagi terselengaranya pelayanan kepada lanjut usia. Kegiatan pelayanan sosial yang dilaksanakan di dalam panti adalah memberikan kesejahteraan bagi lanjut usia dalam bentuk : a. Memberikan penarnpungan dan jaminan makan dengan pengaturan menu sesuai dengan kebutuhan gizi pada lanjut usia.

25 b. Melaksanakan pemeliharaan kesejahteraan dan kebersihan dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan secara rutin, pengobatan bagi yang menderita sakt serta memelihara lingkungan yang bersih dan teratur. c. Bimbingan mental, keagamaan dan kemasyarakatan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sena memupuk rasa tanggung jawab terhadap din dan lingkungan. d. Pengisian waktu luang dengan melaksanakan kegiatan yang bermanfaat. Termasuk didalarnnya kegiatan yang bersifat rekreatif serta olah raga ringan sesuai dengan kemampuan dan kemauan. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sistem Luar Panti Sistem pelayanan sosial lanjut usia luar panti merupakan kegiatan pelayanan sosial yang dilaksanakan oleh masyarakat baik perorangan, keluarga, kelompok, lembagal organisasi sosial/yayasan. dunia usaha dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia tetapi tidak menempatkan lanjut usia di dalam asrama (Depsos RI, 2004). Ada beberapa model pelayanan sosial lanjut usia sistem luar panti yang dapat dikembangkan yaitu : a. Pelayanan sosial di keluarga sendiri (home care service) yaitu bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilakukan di rumah atau di dalam keluarga sendiri. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk membantu mengatasi permasalahan lanjut usia sekaligus memberi kesempatan kepada lanjut usia untuk tetap tinggal dalam keluarga. Bantuan yang diberikan dapat berupa pemberian makanan, bantuan akti fitas sehari-hari, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, pendampingan rekreasi, konseling dan rujukan. Pelayanan diberikan secara kontinyu setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, sepanjang lanjut usia atau keluarganya membutuhkan. Pelayanan dapat bersifat sukarela, dan atas dasar kemanusiaan dan keagamaan, dapat juga bersi fat komersilfbalas jasa. b. Pelayanan sosial lanjut usia melalui keluarga pengganti foster care service) yaitu pelayanan sosial bagi lanjut usia di luar keluarga sendiri atau lanjut usia

26 tinggal bersama keluarga pengganti karena keluarganya tidak dapat memberikan pelayanan yang dibutuhkannya atau dalam kondisi terlantar. Bantuan yang diberikan dapat berupa bantuan permakanan, bantuan aktifitas sehari-hari. bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, pendarnpingan rekreasi, konseling dan rujukan. Pelayanan diberikan secara kontinyu setiap hari. setiap minggu, setiap bulan, sepanjang lanjut usia atau keluarganya membutuhkan. Pelayanan dapat bersifat sukarela, dan atas dasar kemanusiaan dan keagamaan, dapat juga bersi fat komersii/balas jasa. Kegiatan pelayanan lanjut usia yang dilaksanakan melalui posyandu merupakan kegiatan pelayanan sosial sistem luar panti. Bentuk pelayanan yang diberikan hanya berupa pelayanan langsung tetapi tidak menyediakan sarana asrama untuk ternpat tinggal. Sedangkan model pelayanan yang digunakan adalah pelayanan rnelalui keluarga sendiri dan keluarga pengganti disesuaikan dengan kebutuhan permasalahan lanjut usia. Lembaga Posyandu sebagai wadah yang berperan dalam rnenggerakan partisipasi masyarakat dalarn menyediakan pelayanan sosial bagi lanjut usia terhadap pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan fisik, ekonomi dan sosial psikologis. Model pelayanan sosial bagi lanjut usia dengan sistern luar panti yang sudah dikembangkan di masyarakat antara lain kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilaksanakan oleh suatu kelompok masyarakat dikenal dengan narna "Pusaka" (pusat santunan keluarga). Pusaka adalah suatu lembaga pelayanan bagi lanjut usia yang kegiatannya antara lain memberikan kebutuhan makanan bagi lanjut usia miskin terlantar yang ada di lingkungan RTIRW. Lembaga pusaka merupakan kegiatan yang dikembangkan oleh Depsos RI sebagai suatu program untuk menggerakan masyarakat berpartisipasi dalarn kegiatan usaha kesejahteraan sosial seperti pelayanan sosial bagi lanjut usia. Program kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pelayanan sosial bagi lanjut usia sistem luar panti adalah dibentuknya "karang lansia" di RTIRW. Lembaga ini merupakan perkumpulan bagi para lanjut usia untuk saling bertemu muka dan mengadakan berbagai kegiatan yang dikernbangkan oleh para lanjut usia tersebut. Tujuan kegiatan adalah menumbuhkan semangat dan rasa percaya diri agar para lanjut usia menjadi bagian dari masyarakat.

27 Kelembagaan Kelembagaan sosial merupakan terjemahan langsung dari istilah "social institution", tetapi ada pula yang menggunakan istilah pranata sosial yang menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Koentjaraningrat (1997) menyatakan bahwa kelembagaan sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Uphoff (1993) juga menegaskan bahwa institutions, whether organizations or not, are complexs of norms and behaviors that persist by serving collecrively valued purposed. Sedangkan organisasi adalah strlicrures of recognized and accepted roles. Meskipun kedua batasan tersebut berbeda, namun keduanya merupakan suatu yang stabil, mantap dan berpola serta berfungsi untuk tujuantujuan tertentu dalam masyarakat. Syahyuti (2003), menyatakan bahwa kelembagaan memiliki dua perspe kt i f : 1) Perspektif Kelembagaan, yaitu perspektif yang memandang kelembagaan sebagai suatu konsepsi dan bukan sesuatu yang kongkrit; kelembagaan sebagai kompleks peraturan, norma dan nilai. Dikatakan bahwa kelembagaan merupakan tata abstraksi yang lebih tinggi dari grup, organisasi dan sistem sosial lainnya. 2) Perspektif Keorganisasian, yaitu persepektif yang memandang baik kelembagaan maupun asosiasi sebagai bentuk organisasi sosial, yaitu sebagai kelompok-kelompok. Kelembagaan bersifat lebih universal dm penting, sedangkan asosiasi berjifat kurang penting dm bertujuan lebih spesifik. Selanjutnya menurut Syahyuti (2003), ada empat dimensi dalam memahami suatu kelembagaan yaitu: a. kondisi lingkungan eksternal yaitu kondisi politik dan pemerintahan, Sosiokultural, teknologi, kondisi perekonomian, berbagai bentuk kepentingan (stakeholder), infrastruktur, serta kebijakan terhadap pengelolaan surnber daya alam.

28 b. Motivasi kelembagaan berkaitan dengan sejarah kelembagaan, misi yang diemban, kultur yang menjadi pegangan dalam bersikap dan berperilaku anggotanya, serta pola penghargaan yang dianut. c. Kapasitas kelembagaan yaitu bagaimana kemampuan kelembagaan untuk mencapai tujuan-tujuannya sendiri. Ukuran kemampuan berkaitan dengan strategi kepemimpinan, perencanaan program, manajemen dan pelaksanaannya, alokasi surnberdaya yang dimiliki dan hubungan dengan pihak luar yaitu individu-individu, mitrakerja, kebijakan pemerintah dan donor pihak luar. d. Kinerja kelembagaan meliputi keefektifan kelembagaan dalam pencapaian tujuan, efisiensi penggunaan sumber daya dan keberlanjutan. Menurut Israel (1992), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan kelembagaan adalah : a. Faktor-faktor eksogen : faktor-faktor yang mempengaruhi seluruh negara, wilayah atau sektor untuk periode tertentu, misalnya banjir, kekeringan peperangan, krisis ekonomi, perubahan-perubahan penting dalam kebijakan ekonomi. b. Kepemimpinan individu-individu yang menonjol c. Manajemen yang baik mulai dari perencanaan,pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan d. Komitmen Menurut Nurdin (1989), kelembagaan (institusi) merupakan wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Masyarakat akan berpartisipasi manakala organisasi tersebut sudah dikenal dan dapat memberikan manfaat langsung pada masyarakat.

29 Pengembangan Masyarakat Pengembangan masyarakat adalah suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan Masyarakat melalui partisipasi aktif. dan jika memungkinkan berdasarkan pada inisiatif masyarakat (Adi, 2001). Karakteristik pengembangan masyarakat menurut Glen (1993) seperti dikutip oleh Adi (2001), menjelaskan bahwa ada tiga unsur dasar yang menjadi ciri khas pengembangan masyarakat yaitu : 1. Tujuan dari pengembangan masyarakat adalah memampukan masyarakat untuk mendefinisikan dan memenuhi kebutuhan mereka atau dengan kata lain tujuan utama dari pengembangan masyarakat adalah mengembangkan kemandirian dan memantapkan rasa kebersamaan sebagai suatu Masyarakat berdasarkan pada kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat. Dalarn ha1 masalah pengurnpulan dana untuk pelaksanaan kegiatan tidak selalu mengandalkan dana dari sumber dana lokal saja, tetapi bagaimana masyarakat itu mampu mendapatkan dana dari sumber lain. 2. Proses pelaksanaannya melibatkan kreatifitas dan ke jasama masyarakat ataupun kelompok-kelompok dalam masyarakat tersebut. Dalam ha1 ini ke jasarna dan kreatifitas merupakan dasar dalam proses pengembangan masyarakat. Konflik yang terjadi dalam Masyarakat hams dianggap sebagai tantangan utama dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat. 3. Peran pengembang masyarakat lebih banyak difokuskan pada peran sebagai pemercepat perubahan, pembangkit semangat dan pendidik. Pengembangan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :(Adi, 2001) a. Tahap persiapan yaitu tahap ini antara lain menyiapkan petugas lapangan, penyiapan lapangan yang akan dijadikan sasaran. b. Tahap penilaian yaitu dilakukan dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki masyarakat.

30 c. Tahap perencanaan alternatif kegiatan yaitu mengajak masyarakat untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya serta dapat menciptakan perencanaan kegiatan yang dapat mereka lakukan dalarn mengatasi masalah. d. Tahap pemformulasian rencana aksi yaitu mengajak masyarakat untuk dapat merurnuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada, ha1 ini terjadi jika ada beberapa alternatif kegiatan yang diciptakan oleh masyarakat. e. Tahap pelaksanaan (implementasi) kegiatan yaitu merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam pengembangan masyarakat. karena sesuatu yang telah direncanakan oleh masyarakat dapat menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. f. Tahap evaluasi yaitu dilakukan dengan melibatkan masyarakat untuk mengukur sejauhrnana keberhasilan atau bahkan kegagaian yang terjadi. Selanjutnya menurut Batten dikutip oleh Adi (2001), menjelaskan prasyarat suatu pengembangan masyarakat yang harus dipenuhi adalah : 1. Adanya sejurnlah orang yang tidak puas terhadap keadaan mereka dan sepakat tentang apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan khas mereka. 2. Orang-orang ini menyadari bahwa kebutuhan tersebut hanya akan terpenuhi bila mereka mau berusaha untuk memenuhi kebutuhan diri mereka sendiri. 3. Mereka memiliki atau dapat dihubungkan dengan surnberdaya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini termasuk : a. Mempunyai cukup pengetahuan yang dapat membantu mereka mengambil keputusan yang bijaksana mengenai apa yang hams mereka lakukan dan bagaimana cara yang terbaik untuk mencapainya. b. Mempunyai surnberdaya yang terkait dengan pengetahuan, keterampilan dan peralatan untuk melakukan tindakan, dan

31 c. Mempunyai insentif (baik intrinsik maupun ekstrinsik ) yang memadai guna menyatukan mereka dalam melaksanakan keputusan yang telah ditetapkan bersama. Menurut Gunardi, dkk (2004) bahwa pengembangan masyarakat adalah pembangunan alternatif yang komprehensif dan berbasis masyarakat. Pengembangan masyarakat bertujuan mengembangkan tingkat kehidupan dan mempunyai cakupan seluruh masyarakat. Dunham (1970) yang dikutip oleh Gunardi,dkk (2004), menyatakan bahwa pengembangan masyarakat diartikan sebagai upaya-upaya terorganisir untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dan kemarnpuan orang untuk berpartisipasi, mengatur sendiri dan mengintegrasikan kegiatan dalam urusan-urusan masyarakat. Menwutnya pengembangan masyarakat mencakup lima elemen yaitu :(a) fokusnya pada seluruh kebutuhan masyarakat, (b) dorongan swadaya sebagai dasar dari keseluruhan program, (c) bantuan teknis dari pemerintah atau organisasi laimya berupa tenaga petugas, perlengkapan atau keuangan, (d) memadukan berbagai keahlian demi kepentingan masyarakat, (e) perencanaan dan penyusunan program berdasarkan pada kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat. Suharto (2002), menjelaskan bahwa pengembangan masyarakat meliputi berbagai pelayanan sosial yang berbasis masyarakat mulai dari pelayanan preventif untuk mencegah anak-anak terlantar atau diperlakukan salah (abused) sampai pelayanan kuratif dan pengembangan untuk keluarga yang berpendapatan rendah agar mereka mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Menurut Cary (1970), pengembangan masyarakat merupakan : 1) usaha yang disengaja dan dilakukan bersarna-sama oleh orang-orang dalam masyarakat, 2) mengarahkan masa depan masyarakat dan membangun serangkaian teknik yang diakui dan didukung masyarakat, 3) ditujukan untuk mencapai kehidupan sosial yang lebih baik dimasa depan. Menurut Korten ((1984), pengembangan masyarakat adalah suatu aktivitas pembangunan yang berorientasi pada kerakyatan, dengan syarat menyentuh aspek-aspek keadilan, keseimbangan sumberdaya dam dan partisipasi masyarakat. Jadi dalam pengembangan masyarakat terkandung esensi partisipasi.

32 Kerangka Pemikiran Usia harapan hidup penduduk Indonesia yang terus meningkat berdampak pada semakin bertambahnya populasi jumlah penduduk lanjut usia dari waktu ke waktu. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lanjut usia akan meningkat menjadi 28,8 juta jiwa dengan angka harapan hidup mencapai umur 70 sampai 75 tahun (BPS, 2002). Bertambahnya jumlah lanjut usia menimbulkan dampak permasalahan bagi individu, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Peran serta masyarakat mengatasi permasalahan lanjut usia yaitu menyelenggarakan pelayanan sosial dalam memenuhi kebutuhan fisik, ekonomi, sosial psikologis. Kegiatan pelayanan sosial lanjut usia yang dilaksanakan oleh masyarakat antara lain melalui keluarga, kelompok masyarakat. dan organisasi sosial. Posyandu adalah salah satu lembaga lokal yang menyelenggarakan pelayanan sosial bagi lanjut usia yang ada di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru Jakarta Pusat. Kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilaksanakan Posyandu mengalami hambatan-hambatan dan kegiatan kurang memenuhi kebutuhan lanjut usia. Harnbatan yang dihadapi Posyandu karena kurangnya kapasitas pengurus dari aspek pengetahuan, motivasi, kerjasama dan kapasitas lembaga dalam sarana dan prasarana, keanggotaan serta sumber dana. Belum dimanfaatkannya potensi yang ada di masyarakat seperti keluarga dan partisipasi lanjut usia, serta belum ada pengembangan jejaring dengan pemerintah terkait dan swasta. Berbagai faktor penyebab di atas mengakibatkan kapasitas Posyandu dalarn menyelenggarakan pelayanan sosial bagi lanjut usia berpengaruh pada peforma Posyandu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu upaya penguatan kapasitas kelembagaan Posyandu sehingga peforma Posyandu dalarn perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menjadi lebih baik. Langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan Posyandu dalam pelayanan sosial lanjut usia tersebut, yaitu dengan menyusun rancangan program pengembangan masyarakat secara partisipatif.

33 Kerangka Pemikiran Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pos PelayananTerpadu dalam Pelayanan Sosial bagi Lanjut Usia Kapasitas Pengurus: Pengetahuan Ke rjasarna Motivasi Kapasitas Lembaga : Sarana & Prasarana Keanggotaan Sumber dana Potensi : Masyarakat : Keluarga lanjut usia Partisipasi lanjut usia Pemerintah : Program/kebijak an Swasta : Pengusaha, LSM - k Kinerja Posyandu Lansia: - ' Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Program peningkatan pelayanan Posyandu dalam kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia Meningkatnya kapasitas Posyandu dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia _I Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran

34 METODOLOGI Tempat dan Waktu Kajian pengembangan masyarakat dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu (1) Praktek Lapangan I dilaksanakan pada tanggal 1 sarnpai dengan 15 Nopember 2005, (2) Praktek Lapangan I1 dilaksanakan pada tanggal 17 sarnpai dengan 28 Februari 2006, dan (3) Tahap Kajian. Ketiga tahapan tersebut sebagai suatu rangkaian kegiatan dalam melakukan kajian pengembangan masyarakat yang dilaksanakan di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru Jakarta Pusat. Proses kegiatan penyusunan laporan kajian pengembangan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 1 : Tabel 1 : Jadual Rencana Pelaksanaan Kajian. KEGIATAN Pengembangan Masyarakat (Praktek Lap. 11) 6 Pengolahan dan Analisis Data 7 Penulisan Laporan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Populution ageing telah menjadi isu demografi yang sangat penting pada

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Populution ageing telah menjadi isu demografi yang sangat penting pada PENDAHULUAN Latar Belakang Populution ageing telah menjadi isu demografi yang sangat penting pada masa modem sekarang ini. Populasi lanjut usia di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat cepat dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Permasalahan dan Kebutuhan Lanjut Usia

TINJAUAN PUSTAKA. Permasalahan dan Kebutuhan Lanjut Usia TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan dan Kebutuhan Lanjut Usia Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Nations) mengklasifikasi lanjut usia berdasarkan batasan kelompok umur yaitu usia pertengahan (middle age)

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN 136 PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (KASUS DI RW 04 DUSUN DAWUKAN DESA SENDANGTIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA) DJULI SUGIARTO

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA ( Kasus Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah ) RAHMAT IMAM SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) RONALD FRANSISCO MARBUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN (Studi Kasus di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB) CHANDRA APRINOVA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 @ Hak Cipta

Lebih terperinci

PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN

PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN (Kasus di Kelurahan Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung) ERNA SUSANTY SEKOLAH PASCA SARJANA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah) YUDO JATMIKO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari angka harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK BELAJAR USAHA (KBU) DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) GITO YULIANTORO

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK BELAJAR USAHA (KBU) DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) GITO YULIANTORO PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK BELAJAR USAHA (KBU) DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) (Studi kasus di PKBM Mitra Mandiri Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi))

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Nurul Hidayah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS KOMUNITAS M. SAFII NASUTION

PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS KOMUNITAS M. SAFII NASUTION PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS KOMUNITAS (STUDI KASUS KESIAPSIAGAAN BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DAERAH RAWAN BENCANA ALAM TANAH LONGSOR DI DESA KIDANGPANANJUNG KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG PROPINSI

Lebih terperinci

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL (Studi Kasus di Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor) SRI HANDAYANI

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY

PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 2005

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM LANSIA

KEBIJAKAN PROGRAM LANSIA KEBIJAKAN PROGRAM LANSIA Disampaikan oleh: R.Siti Maryam,MKep,Ns.Sp.Kep.Kom MK Keperawatan Gerontik Februari 2014 STATISTIK TAHUN 2010 JUMLAH LANSIA 23.992.552 JIWA TAHUN 2020 DIPREDIKSI MENINGKAT 11,2

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 190, 1998 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3796) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL - 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Posyandu Lansia 2.1.1 Pengertian Posyandu Lansia Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan

Lebih terperinci

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA)

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA) UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA) Tentang: KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lanjut Usia (lansia) merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 53 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Kemiskinan Proses pembangunan yang dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai dengan berakhirnya era Orde Baru, diakui atau tidak, telah banyak menghasilkan

Lebih terperinci

DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DocuCom PDF Trial.   Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Generasi muda adalah bagian dari penduduk dunia yang sangat potensial dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia. Namun permasalahan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembangunan pada masa orde baru, dari sistem sentralistik ke sistem desentralistik bertujuan untuk memberikan pelimpahan wewenang kepada otonomi daerah

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1998 telah meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia, dari 25,9 juta (17,7%) pada tahun 1993 menjadi 129,6 juta atau 66,3% dari

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH 1 PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH (Studi Di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

Menuju Lanjut Usia Aktif Sebagai Aset Bangsa yang Efektif

Menuju Lanjut Usia Aktif Sebagai Aset Bangsa yang Efektif Memperingati Hari Lansia 29 Mei 2011 Menuju Lanjut Usia Aktif Sebagai Aset Bangsa yang Efektif Oleh : Agus Samsudrajat S, SKM Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Sejarah Singkat Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 70 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

halnya lansia yang bekerja di sektor formal. Hal ini menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar.

halnya lansia yang bekerja di sektor formal. Hal ini menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar. digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang layak bagi masyarakat, sehingga mampu mengembangkan diri dan dapat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO TENRIUGI

PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO TENRIUGI PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO (Studi Kasus di Desa Sidondo I Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah)

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dianjurkan untuk melakukan upaya promotif dan preventif, dengan mengadopsi gaya hidup sehat dengan cerdik, yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Peranan 2.1.1 Pengertian Peranan Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah suatu aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Children s Fund (UNICEF) melaporkan bahwa di Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam laporan itu, Indonesia menempati

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG ASEP AANG RAHMATULLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH 5.1 VISI DAN MISI KOTA CIMAHI. Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

TERMINOLOGI PARTISIPATIF

TERMINOLOGI PARTISIPATIF TERMINOLOGI PARTISIPATIF METODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF Agustina Bidarti & Yunita Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya APA ITU PARTISIPASI? Partisipasi sering dikaitkan dengan kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH. Merza Gamal

STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH. Merza Gamal STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH Merza Gamal SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk pada usia 60 tahun keatas di negara berkembang diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015-2050. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dihindari karena sebagai masa periode terakhir yang dilewati oleh

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dihindari karena sebagai masa periode terakhir yang dilewati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia di dalam kehidupannya di dunia menghadapi berbagai macam masalah baik secara langsung maupun tidak langsung sudah menjadi kodrat manusia berkeluh kesah ketika

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS VISI Agar terselenggaranya good goverment ( pemerintahan yang baik ) tentunya diperlukan perencanaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat

Lebih terperinci

Heni Holiah Komisi Pembimbing : Dr. Er. I

Heni Holiah Komisi Pembimbing : Dr. Er. I STRATEGI DALAM MENGATASI PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) MENGACU PADA TIPOLOGI PERKEMBANGAN KUBE (STUDI KASUS DI RW 01 KELURAHAN KEBON WARU KECAMATAN BATUNUNGGAL KOTA BANDUNG

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014 SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Selamat pagi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia yang berusia di atas 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2014). Menurut WHO saat ini di

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan manusia dan kualitas wilayahnya atau lingkungannya ke arah yang lebih baik. Pembangunan juga merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci