BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pteridophyta diambil dari kata pteron yang berarti sayap, bulu dan phyta yang
|
|
- Veronika Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Paku Tumbuhan paku disebut Pteridophyta yang berasal dari bahasa Yunani. Pteridophyta diambil dari kata pteron yang berarti sayap, bulu dan phyta yang berarti tumbuhan. Di Indonesia tumbuhan ini lebih dikenal sebagai tumbuhan paku. Tumbuhan paku termasuk tumbuhan kormus berspora, artinya dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Sehingga itu alat perkembang biakannya masih berupa spora. Tumbuhan paku tergolong tumbuhan yang heterogen, baik ditinjau dari segi habitus (Tjitrosoepomo, 1994). Tumbuhan paku merupakan golongan tumbuhan yang mempunyai ciri khas yang tidak dijumpai pada golongan tumbuhan lain. Ciri utama yang membedakannya adalah adanya daun-daun muda yang berbentuk seperti satu gulungan tali. Ciri lain yang sangat nyata adalah semua jenis tumbuhan ini menghasilkan spora yang terbentuk dalam sporangium Morfologi tumbuhan paku Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berpembuluh yang tidak berbiji, memiliki susunan tubuh khas yang membedakannya dengan tumbuhan yang lain. Tumbuhan paku disebut sebagai Tracheophyta berspora, yaitu kelompok tumbuhan yang berpembuluh dan berkembang biak dengan spora. Bagian-bagian tubuh berupa akar, batang, dan daun dapat dibedakan dengan jelas.
2 6 1) Akar Akar tumbuh dari pangkal batang, membentuk akar serabut, sehingga itu sistem perakaran paku merupakan akar serabut. Berdasarkan poros bujurnya, embrio tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi kutub atas dan kutub bawah. Kutub atas berkembang membentuk rimpang dan daun, sedangkan bagian kutub bawah membentuk akar. Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh dari rimpang. (Holtum, 1959; Smith, 1971) dalam Hariyadi (2000). 2) Batang Umumnya batang tumbuhan paku tumbuh di tanah disebut akar batang atau rizoma (rimpang). Batang tumbuhan paku dapat berbentuk panjang, merambat atau memanjat. Rimpang dan daun yang masih muda sering tertutup oleh rambut atau sisik sebagai pelindungnya (Holtum ; Satrapadja dalam Hariyadi, 2000). Beberapa tumbuhan paku memiliki batang yang muncul di atas tanah, misalnya pada genus Alsophyla, Cyathea, Psilotum. 3) Daun Berdasarkan bentuk dan sifat daunnya tumbuhan paku dapat dibedakan atas dua golongan menurut Smith dalam Lubis (2009) yaitu: a) Megaphyllus, yaitu paku yang mempunyai daun besar sehingga mudah dibedakan atas batang dan daun, misalnya pada Asplenium. b) Macrophyllus, yaitu paku yang memiliki daun kecil dan umumnya berupa sisik sehingga sukar dibedakan bagian-bagiannya, misalnya pada genus Lycopodium.
3 7 Berdasarkan fungsinya daun paku Megaphyllus dibagi atas 2 kelompok yaitu tropofil dan sporofil (Tjitrosoepomo, 1994). a) Tropofil, yaitu daun yang berwarna hijau yang berfungsi sebagai penyelenggara asimilasi. b) Sporofil, yaitu daun yang berfungsi sebagai penghasil spora. Gambar 1. Struktur tubuh paku (sumber : Anonim, 2012) tumbuhan paku Tumbuhan paku dapat di klasifikasikan berdasarkan jenis dan ukuran spora yang dihasilkan, sifat anulus, letak sporangium, dan sorusnya pada daun. Divisi Pteridophyta dibagi menjadi 4 kelas, yaitu Psilophytinae, Equisetinae, Lycopodinae dan Filicinae (Tjitrosoepomo, 2011) yang diuraikan sebagai berikut: 1. Psilophytinae (Paku purba) Kelompok tumbuhan paku ini dinamakan paku purba karena sebagian besar telah punah. Anggota paku purba ada yang merupakan paku telanjang (tidak berdaun) dan ada yang berdaun kecil (mikrofil) yang belum terdiferensiasi (Gambar 2). Paku yang tergolong kelas ini hanya memilki satu ordo yaitu Psilophytales.
4 8 : Psilophytinae : Psilophytales : Psilophytiaceae : Psilotum : Psilotum nudum Gambar 2. Psilotum nudum (Sumber : 2. Equisetinae (Paku ekor kuda) Anggota paku ekor kuda sebagian sudah banyak yang punah. Umumnya paku ekor kuda memiliki batang berupa rhizoma. Cabang-cabang batangnya beruas-ruas. Pada ujung cabang batang sering ditemukan badan bulat disebut elatern. Badan ini merupakan penghasil spora (Gambar 3). Paku ini terdiri memilki tiga ordo yaitu Equisetales, Sphenophyllales, dan Protoarticulatales. : Equisetinae : Equisetales : Equisetaceae : Equisetum : Equisetum arvanse Gambar 3. Equisetum arvanse (Sumber : 3. Lycopodinae (Paku rambut atau Paku kawat) Paku kelompok ini batang dan akarnya bercabang-cabang menggarpu. ini dibagi menjadi dua ordo yaitu:
5 9 a. Selaginellales dari ordo ini mempunyai batang berbaring dan sebagian berdiri tegak, bercabang menggarpu. Tumbuh membentuk rumput, ada yang memanjat dan tunasnya dapat mencapai sampai beberapa meter. Pada batang terdapat daundaun kecil yang berhadapan dan tesusun dalam empat baris (Gambar 4). : Lycopodinae : Selaginellales : Selaginellaceae : Selaginella : Selaginella wildenowii Gambar 4. Selaginella wildenowii (Sumber : rimba.um.edu.my) b. Lycopodiales ini terdiri kurang lebih atas 200 jenis tumbuhan yang hampir semua tergolong dalam family Lycopodiaceae dari genus Lycopodium. Lycopodium kebanyakan berupa terna kecil, batangnya mempunyai berkas pengangkut yang masih sederhana, tumbuh tegak atau berbaring dengan cabang-cabang yang menjulang ke atas. Daun-daun berambut, berbentuk garis atau jarum (Gambar 5). : Lycopodinae : Lycopodiales : Lycopodiaceae : Lycopodium : Lycopodium clavatum Gambar 5. Lycopodium clavatum (Sumber :
6 10 4. Filicinae (Paku sejati) Paku kelompok ini paling banyak anggota spesiesnya. Habitatnya di darat, air dan ada pula yang hidup menumpang pada tumbuhan lain sebagai epifit. ini mencakup beberapa sub kelas, yaitu: a. Sub kelas Eusporangiatae Tumbuhan yang tergolang dalam anak kelas ini kebanyakan berupa terna. Protalium di bawah tanah dan tidak berwarna, atau di atas atanah dan berwarna hijau. Protalium selalu mempunyai cendawan endofitik. Sub kelas ini dibedakan atas dua ordo yaitu Ophioglossales dan Marattiales. Salah satu ordo pada sub kelas ini adalah ordo Marattiales, ordo ini hanya terdiri dari satu family yaitu Marattiaceae. Daunnya amat besar, menyirip ganda sampai beberapa kali (Gambar 6). Sporangium pada sisi bawah daun. Kebanyakan paku ini berupa paku tanah yang isopor. Sub : Eusporangiatae : Marattiales : Marattiaceae : Marattia : Marattia fraxinea Gambar 6. Marattia fraxinea (Sumber : b. Sub kelas Hydropterides Semua anggota sub kelas ini hidup di air. Jadi, termasuk tumbuhan hidrofit. Tumbuhan ini selalu heterospor. Terbagi atas dua family, yaitu:
7 11 1) Salviniaceae ini merupakan tumbuhan paku air yang mengapung dengan bebas pada permukaan air, hanya sedikit bercabang-cabang. Daunnya berkarang, pada tiap-tiap buku terdapat daun. Dari ketiga daun itu dua terdapat di atas, berhadapan dan merupakan alat pengapung, yang ketiga terdapat di dalam air terbagi-bagi merupakan badan-badan yang bentuk maupun fungsinya menyerupai akar (Gambar 7). : Ptridophyta Sub : Hydropterides : Hydropteridiales : Salviniaceae : Salvinia : Salvinia natans 2) Marciliaceae Gambar 7. Salvinia natans (Sumber : ini hidup di paya-paya atau di air yang dangkal, berakar dalam tanah, jarang berupa tumbuhan darat sejati. Jika hidup di darat berbentuk seperti umbi, batangnya menyerupai rimpang yang merayap ke atas membentuk daundaun, ke bawah membentuk akar-akar. Daun pada jenis-jenis tertentu bersifat polimorf. Daun mempunyai helaian yang berbelah empat atau dua, jarang utuh. Daun yang masih muda mengulung.
8 12 Sub : Hydropterides : Hydropteridiales : Marsileaceae : Marcillea : Marcillea crenata Gambar 8. Marcillea crenata (Sumber : c. Sub kelas Leptosporangiatae Sub kelas ini terdiri atas beranekaragam paku-pakuan. Tumbuhan ini paling banyak terdapat di daerah tropika, meliputi jenis-jenis paku dari yang terkecil (hanya beberapa mm saja) sampai yang besar (berupa pohon). 1) Schyzaeceae Pada suku ini sporangium tidak bertangkai atau hampir tidak bertangkai, terpisah-pisah, paku ini terdapat rambut-rambut atau sisik-sisk Pada suku ini terdapat dua genus yaitu Schizae (Gambar 9) dan Lygodium (Gambar 10). Sub : Schizaeaceae : Schizae : Schizae bifida Gambar 9. Schizae bifida (Sumber :
9 13 Sub : Schizaeaceae : Lygodium : Lygodiun circinnatum Gambar 10. Lygodiun circinnatum (Sumber : 2) Hymenophyllaceae Kebanyakan yang tergolong dalam suku ini berupa tumbuhan paku yang kecil, dan seringkali hanya terdiri atas satu lapis sel saja. Sorus terdapat pada tepi daun, indisium berbentuk piala (Gambar 11), paku ini bayak terdapat di daerah tropika. ini terdiri atas dua genus yaitu Trichomanes dan Hymenophyllum. Sub : Hymenophyllaceae : Hymenophyllum : Hymenophyllum australe Gambar 11. Hymenophyllum australe (Sumber : 3) Cyatheacae Suku ini sorusnya mengandung banyak sporangium yang terdapat di bagian permukaan bawah daun, berbentuk bola, indisium tidak ada atau jika ada berbentuk bola, piala atau mangkuk yang amat kecil. Daun tersusun sebagai rozet batang, menyirip ganda (Gambar 12).
10 14 Sub : Cyatheacae : Cyathea : Cyathea contaminans Gambar 12. Cyathea contaminans (Sumber : 4) Gleicheinaceae Suku ini sorusnya hanya mengandung sedikit sporangium tanpa tangkai dan membuka dengan suatu celah membujur, paku ini mempunyai sisik-sisik (Gambar 13), pada suku ini yang terkenal adalah genus Gleichenia. Sub : Gleicheinaceae : Gleichenia : Gleichenia linearis Gambar 13. Gleichenia linearis (Sumber : gunungonline.com) 5) Davalliaceae Suku ini bentuk sorus dengan indisium berbentuk piala atau sisik pada tepi daun. Terdapat di daerah Palaeotropis, daunnya menyirip ganda dua atau lebih, dengan urat-urat yang bebas. Rimpang merayap denga ruas-ruas yang panjang, bersisik rapat. Sisik berwarna pirang (Gambar 14).
11 15 Sub : Davalliaceae : Davallia : Davallia trichomanoides Gambar 14. Davallia trichomanoides (Sumber : phytoimages.siu.edu) 6) Aspleniaceae Suku ini bentuk sorusnya bangun garis atau sempit memanjang, terletak disamping tulang cabang, daun tidak dapat lepas dari rimpang, meyirip, atau menyirip ganda (Gambar 15). Paku tanah atau epifit. Sub : Aspleniaceae : Asplenium : Asplenium nidus 7) Pteridaceae Gambar 15. Asplenium nidus (Sumber : www2.hawaii.edu) Pada suku ini bentuk sorusnya sejajar dengan tepi daun atau dekat dengan tepi daun, ditutup oleh tepi daun itu. Suku ini terdiri atas beberapa genus yaitu Pteridium (Gambar 16), Pteris (Gambar 17) dan Adiantum (Gambar 18).
12 16 Sub : Pteridaceae : Pteridium : Pteridium esculentum Gmbar 16. Pteridium esculentum (Sumber : www2.hawaii.edu) Sub : Pteridaceae : Pteris : Pteris vittata Gambar 17. Pteris vittata (Sumber : www2.hawaii.edu) Sub : Pteridaceae : Adiantum : Adiantum peruvianum Gmbar 18. Adiantum peruvianum (Sumber : 8) Polypodiaceae ini bentuk sorusnya bermacam-macam. Letaknya pada tepi atau dekat dengan tepi daun, dapat pula pada urat-urat berbentuk garis, memanjang bulat (Gambar 19). Salah satu genus dari family ini adalah Draymoglosum.
13 17 Sub : Polypodiaceae : Draymoglosum : Draymoglosum phaseolides Gambar 19. D. phaseolides (Sumber : 9) Acrostichaceae Suku ini sorusnya tanpa indisium, menutupi sebagian atau seluruh sisi daun. Suku ini terdiri atas beberapa genus yaitu : Elaphoglossum, Platycerium (Gambar 20) dan Acrostichum. Sub : Acrostichaceae : Platycerium : Platycerium bifurcatum Gambar 20. Platycerium bifurcatum (Sumber : Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Paku Keberadaan tumbuhan paku di suatu tempat selalu dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut meliputi faktor biotik maupun abiotik. Secara umum tumbuhan paku tidak dapat tumbuh pada habitat yang kering, kebanyakan hidup pada tempat yang kelembabannya tinggi, dan teduh. Jika dikaji secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kebanyakan tumbuhan paku
14 18 mempunyai kisaran ekelogi yang agak sempit dan terbatas sehingga tumbuhan paku mempunyai nilai penting yang cukup besar sebagi indikator habitat tertentu. Faktor biotik yang mempengaruhi pertumbuhan paku adalah menyangkut masalah kompetisi antara tumbuhan paku itu sendiri. Baik untuk mendapatkan makanan maupun untuk tempat hidupnya. Faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi tumbuhan paku adalah sebagai berikut : 1. Temperatur Di daerah tropis biasanya tumbuhan paku ditemui di bawah penutupan tajuk pohon yang rapat. Tumbuhan paku menyukai temperatur sejuk dan kelembaban yang tinggi untuk pertumbuhannya (Thomas and Garber, 1999). Tumbuhan paku yang tumbuh di daerah tropis pada umumnya menghendaki kisaran o C untuk pertumbuhannya (Hoshizaki and Moran, 2001). Dengan keadaan temperatur yang sesuai menyebabkan banyak jenis tumbuhan paku yang hidup di kawasan hutan tropis. 2. Kelembaban Kelembaban adalah salah satu faktor pembatas dalam pertumbuhan paku. Tanpa adanya kelembaban udara yang tinggi, umumnya tumbuhan paku tumbuh tidak sehat. Menurut Thomas dan Garber (1999) tingkat kelembaban 30% ialah persentase terendah yang masih dapat ditoleransi oleh paku untuk pertumbuhannya. Kelembaban relatif yang baik bagi pertumbuhan tumbuhan paku pada umumnya berkisar antara % (Hoshizaki dan Moran, 2001).
15 19 3. Intensitas cahaya Tumbuhan paku tumbuh baik pada kondisi yang ternaungi. Intensitas cahaya yang baik bagi pertumbuhan paku berkisar antara f.c (footcandles) (Hoshizaki and Moran, 2001). Tumbuhan Paku pada stadia dewasa membutuhkan cahaya yang lebih banyak dibandingkan tumbuhan paku pada stadia yang lebih muda. Kondisi naungan yang rapat kurang cocok bagi pertumbuhan paku. Kondisi ini dapat menyebabkan frond memanjang dan kurus, memperlambat siklus produksinya, serta cenderung menguning dan mati lebih cepat. Paku yang tumbuh pada intensitas cahaya rendah namun cukup biasanya berukuran besar dan tumbuh subur. Pada kondisi cahaya tinggi, frond tumbuhan paku menjadi lebih keras, lebih tebal, lebih banyak memproduksi sori, serta menjadi lebih toleran terhadap perubahan lingkungan. Sedangkan tumbuhan paku yang kelebihan cahaya biasanya berukuran lebih kecil, kurang subur, daunnya hijau menguning serta bagian tepi daunnya berwarna cokelat. 4. Ketinggian atau topografi Faktor ketinggian sangat berpengaruh pada pertumbuhan suatu tumbuhan. Hal ini karena faktor ketinggian sangat berhubungan erat dengan faktor lingkungan yang lain. Ketinggian suatu tempat sangat mempengaruhi iklim, terutama curah hujan dan suhu udara. Curah hujan sangat berkorelasi positif dengan ketinggian, sedangkan suhu udara berkolerasi negatif dengan ketinggian.
16 Ekologi dan Penyebaran Tumbahan Paku Tumbuhan paku paling banyak ditemukan di daerah beriklim basah. Keanekaragaman jenisnya paling banayak ditemukan di hutan hujan tropis dibandingkan dengan hutan lainnya. Menurut Loveles dalam Sunarmi (2004), penyebaran tumbuhan paku di dunia sangat khas tapi yang banyak tumbuh adalah di daerah tropis yang lembab. Di muka bumi ini tumbuh sekitar jenis tumbuhan paku, 800 jenis di antaranya termasuk kelas Pteropsida (Haupt dalam Sunarmi, 2004). Dari jumlah tersebut kawasan Malesia yang sebagian besar terdiri atas kepulauan Indonesia diperkirakan memiliki lebih kurang jenis (Sastrapradja dalam Suryana, 2007). Hutan hujan tropis sebagai habitat tumbuhan paku dikelompokkan mulai dari hutan dataran rendah, hutan ketinggian sedang, sampai hutan dataran tinggi. Di hutan hujan tropis beberapa jenis tumbuhan paku ditemukan di lantai hutan tetapi sebagian besar lainnya ditemukan sebagai epifit pada batang atau percabangan yang menghiasi kanopi (Jones dalam Hariyadi, 2000). Dengan demikian tumbuhan paku dapat memperoleh cahaya, akarnya melilit di batang untuk menyerap nutrien dan kelembaban dari permukaan sekitarnya akan tetapi tidak sebagai parasit. Tumbuhan paku umumnya lebih beragam di daerah pegunungan dari pada di dataran rendah. Beberapa faktor lingkungan seperti kelembaban yang tinggi, aliran air yang banyak, adanya kabut dan curah hujan yang tinggi mempengaruhi jumlah tumbuhan paku yang tumbuh (Sastrapradja et al., 1980 dalam Ichlas, 2009).
17 21 Jenis-jenis tumbuhan paku ada yang hidup di lingkungan terbuka (sunfern) dan ada pula yang di bawah naungan atau terlindung (shadefern). Dari dua kategori ini dapat dikelompokkan sebagai paku tanah, merambat, epifit, paku karang, dan paku air (Hidayat dalam Dayat, 2000). Berdasarkan uraian di atas tumbuhan paku lebih beragam di dataran tinggi daripada di dataran rendah. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan paku. Tumbuhan paku lebih menyukai tempat dengan kelembaban yang tinggi. Selain itu, habitat tumbuhan paku tidak hanya di tempat yang ternaung dengan intenasitas cahaya yang rendah tetapi ada juga beberapa yang hidup di tempat terbuka yang terkena cahaya matahari langsung, tapi kisaran intensitas cahaya yang masuk masih bisa di toleransi oleh tumbuhan paku. 2.2 Pola Penyebaran Tumbuhan Menurut Indriyanto (2008) penyebaran adalah parameter yang menggambarkan keberadaan spesies organisme pada ruang habitatnya, dan individu yang ada dalam populasi mengalami pola penyebaran di dalam habitat lingkunganya. Pola penyebaran merupakan salah satu ciri khas dari setiap organisme di suatu habitat. Pola penyebaran tergantung pada faktor lingkungan maupun keistimewaan biologis itu sendiri. Organisme dalam populasi dapat tersebar dalam tiga bentuk pola penyebaran yaitu pola penyebaran acak, seragam dan berkelompok.
18 22 1. Pola penyebaran acak (Random) Penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan seragam, tidak ada kompetisi yang kuat antar individu anggota populasi, dan masing-masing individu memilki kecenderungan untuk memisahkan diri. Gambar 21. Pola Penyebaran Acak 2. Pola penyebaran seragam Penyebaran seragam terjadi apabila kondisi lingkungan cukup seragam di seluruh area dan ada kompetisi yang kuat antar individu anggota populasi. Kompetisi yang kuat antar individu anggota populasi akan mendorong terjadinya pembagian ruang yang sama. Gambar 22. Pola Penyebaran Seragam 3. Pola penyebaran berkelompok Penyebaran berkelompok pada suatu populasi merupakan penyebaran yang umum terjadi di alam. Dimana individu-indvidu selalu ada dalam kelompokkelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah. Pengelompokan ini disebabkan oleh berbagai hal:
19 23 a. Respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal b. Respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman akibat dari cara atau proses reproduksi atau regenerasi. Gambar 23. Pola Penyebaran Berkelompok Untuk mengetahui pola penyebaran digunakan rumus indeks Morista dengan rumus sebagai berikut : Ket : Id n Id = n = Index penyebaran Morista = Jumlah petak ukur x x ( x) x Σx = Jumlah total individu suatu spesies pada suatu komunitas Σx 2 = Jumlah kuadrat dari total individu suatu spesies pada suatu komunitas (Krebs, 1989) x 975 = 13.1 x 0,25 = 40.6 Mu = Mc =, I = 0,5 + 0,5 Ket : Mu = Uniform indeks (seragam) Mc = Clumped indeks (berkelompok) Selanjutnya diuraikan dalam (Krebs, 1989) untuk mengetahui ketiga pola distribusi di atas, maka dalam penelitian ini menggunakan rumus indeks morista
20 24 standar dispersi, apabila hasil analisis datanya mendapat nilai 0, maka pola penyebarannya terjadi secara acak (random), tetapi jika mendapatkan nilai di atas 0 maka pola penyebarannya bergerombol (clumped), sedangkan pola seragam (uniform) dapat diketahui apabila nilai didapatkan di bawah Cagar Alam Gunung Ambang Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami (UUD No 5 tahun1990). Cagar Alam Gunung Ambang merupakan salah satu kawasan konservasi di Pulau Sulawesi bagian Utara yang terletak pada koordinat antara 0º 40 0º 45 LU dan 124º20 124º 45 BT dan berbatasan dengan Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) di sebelah Utara, kecamatan Modayag di sebelah Selatan, di sebelah Timur dengan kecamatan Passi Timur, Modoinding dan Tompaso Baru dan sebelah Barat berbatasan dengan desa Poopoh dan Manembo (Arini, 2009). Kawasan ini ditetapkan menjadi cagar alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.359/Kpts/ Um/6/1978 dengan luas kawasan sebesar ha (Arini, 2009). Namun, setelah dilakukan rekonstruksi dan pemancangan, tata batas mengalami perubahan menjadi ,4 ha berdasarkan SK. Menhutbun No. 452/Kpts-II/1999 Tgl. 17 Juni 1999 (Basuki, 2011). Secara administratif kawasan ini terletak di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Induk dan Minahasa Selatan.
21 25 Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang memiliki topografi bergelombang, berbukit sampai bergunung dan sebagian kecil landai, mulai dari dataran rendah hingga berbukit dan ketinggian mulai dari 700 sampai dengan m dpl. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, Cagar Alam Gunung Ambang termasuk iklim tipe A dengan curah hujan rata-rata mm/tahun (Basuki, 2011).
II. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keanekaragaman Tumbuhan Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan besar atau Divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), yang diterjemahkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh tumbuhan memanjat yang berperan sangat penting bagi kehidupan. Kerapatan hutan disebabkan oleh adanya
Lebih terperinciSET 19 TUMBUHAN BERSPORA (CRYPTOGAMIE)
19 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 19 TUMBUHAN BERSPORA (CRYPTOGAMIE) A. DIVISIO BRYOPHYTA (LUMUT) a. Ciri-Ciri Tumbuhan Lumut Bryophyta adalah tumbuhan tidak berpembuluh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tumbuhan Paku Tumbuhan paku dalam dunia tumbuhan termasuk golongan besar atau Divisio Pteridophyta (pteris : bulu burung, phyta : tumbuhan ) yang diterjemahkan
Lebih terperinciPaku/Pteridophyta 1. Struktur tubuh dan habitat tumbuhan paku Tracheophyta berspora
Paku/Pteridophyta Tumbuhan paku adalah tumbuhan darat tertua yang ada sejak zaman Devon dan Karbon. Artinya telah hidup sejak 300 350 juta tahun yang lalu. Fosil paku merupakan sumber batu bara di bumi.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi
Lebih terperinciPTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku)
PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku) Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan tumbuhan yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam
Lebih terperinciKeanekaragaman dan Bio-Ekologis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sub Kawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
1 Keanekaragaman dan Bio-Ekologis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sub Kawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Titi Dwijayanti Nahu 1, Wirnangsi Uno 2, Abubakar Sidik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada area bekas tambang batu bara Kecamatan Lahei Barat Barito Utara. tempat pengambilan sampel penelitian.
45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi lokasi penelitian Deskripsi masing-masing jenis tumbuhan paku yang ditemukan pada area bekas tambang batu bara Kecamatan Lahei Barat Barito Utara. Penelitian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Paku Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, yaitu tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian utama yaitu akar,
Lebih terperinciPEMBUATAN HERBARIUM TUMBUHAN PAKU PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH. Oleh: Desti Indriyanti.
PEMBUATAN HERBARIUM TUMBUHAN PAKU PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH Oleh: Desti Indriyanti Destiindriyanti11@gmail.com FKIP UMRAH, Kepulauan Riau Abstrak Tumbuhan paku atau pterydophyta merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, sub
26 BAB III ETODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, sub kawasan Kabupaten Bolaang ongondow Timur. Dilaksanakan selama 3 bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sumber daya alam yang sangat melimpah dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sumber daya alam yang sangat melimpah dan terkenal sebagai pusat keanekaragaman hayati. Walaupun, luas daratan Indonesia hanya 1,3% dari permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan hidup di daerah tropika. Pteridophyta tidak ditemukan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan banyak keanekaragaman flora dan dan fauna. Salah satu jenis flora tersebut adalah tumbuhan paku (Pteridophyta). Pteridophyta memiliki
Lebih terperinciSK: Memahami manfaat keanekaragaman hayati KD: Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi
Berkelas BAB 7 KINGDOM PLANTAE SK: Memahami manfaat keanekaragaman hayati KD: Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi CIRI-CIRI Multiseluler,
Lebih terperinciPembahasan Soal-soal
Pembahasan Soal-soal 1. Contoh tumbuhan paku yang termasuk jenis tumbuhan paku heterospora adalah... a. Platycerium sp. b. Lycopodium sp. c. Marsilea sp. d. Asplenium nidus e. Equisetum sp. Pembahasan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di Kabupaten Gorontalo. Cagar Alam ini terbagi menjadi dua kawasan yaitu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. multiseluler atau terdiri atas banyak sel yang tergolong ke dalam kingdom Plantae
PENDAHULUAN BAB I A. Latar Belakang Masalah Tumbuhan yang hidup disuatu tempat ada yang tumbuh secara alami dan ada juga yang dibudidayakan oleh manusia. Tumbuhan adalah organisme multiseluler atau terdiri
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Struktur Vegetasi Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Struktur vegetasi disusun oleh tumbuh-tumbuhan baik berupa pohon, pancang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak di daerah beriklim tropis sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1) Indonesia menjadi salah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. divisio. Kelima divisio tersebut dari yang paling sederhana ke yang paling
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tumbuhan Paku (Pteridophyta ) Dunia tumbuhan secara umum dibagi mejadi 5 kelompok besar dalam divisio. Kelima divisio tersebut dari yang paling sederhana ke yang
Lebih terperinciALAM HIJAU Vol. II No. 2 Februari 2013 Hal
ALAM HIJAU Vol. II No. 2 Februari 2013 Hal. 1-112 ALAM HIJAU ISSN 2086-6844 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Eksakta Volume II, No 2, Februari 2013 Muchtar Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi sehingga dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan berbunga yang ada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. keluarga tanaman bunga-bungaan yang paling besar. Indonesia memiliki
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Anggrek Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae yang merupakan suatu keluarga tanaman bunga-bungaan yang paling besar. Indonesia memiliki kurang lebih 5.000 spesies
Lebih terperinciAbubakar Sidik Katili Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
DESKRIPSI POLA PENYEBARAN DAN FAKTOR BIOEKOLOGIS TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) DI KAWASAN CAGAR ALAM GUNUNG AMBANG SUB KAWASAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR Abubakar Sidik Katili Jurusan Biologi FMIPA
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan atau
TINJAUAN PUSTAKA Karateristik Tumbuhan Paku Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan atau divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), yang diterjemahkan secara bebas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Lokasi a. Letak dan Luas Taman Wisata Alam (TWA) Sicike-cike secara administratif berada di Dusun Pancur Nauli Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi Propinsi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis
16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu
Lebih terperinciDUNIA TUMBUHAN TUMBUHAN. mencakup. Tumbuhan tak berpembuluh (Atracheophyta) Tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta)
DUNIA TUMBUHAN A. Pendahuluan Sejauh mata memandang yang terlihat adalah hamparan hijau. Itulah pemandangan di daratan yang dipenuhi oleh berbagai macam tumbuhan. Berbagai tumbuhan sering kamu jumpai di
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Pegunungan Hutan pegunungan adalah hutan yang tumbuh di daerah ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan air laut. Daerah pegunungan ini sangat dipengaruhi oleh
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dunia dapat ditemukan di sini. Hampir pada semua kelompok organisme,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Tumbuhan Paku Keanekaragaman hayati terbesar ditemukan di daerah tropik. Walaupun daerah tropik hanya mencakup 7% dari luas bumi, tapi lebih dari separuh spesies
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Herba Herba adalah semua tumbuhan yang tingginya sampai dua meter, kecuali permudaan pohon atau seedling, sapling dan tumbuhan tingkat rendah biasanya banyak ditemukan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN TUMBUHAN PAKU DI TAMAN HUTAN RAYA
BAB II KAJIAN KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN TUMBUHAN PAKU DI TAMAN HUTAN RAYA A. Keanekaragaman dan Kelimpahan a) Keanekaragaman Menurut Michael (1984 : 172) Keanekaragaman adalah Jumlah total spesies
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan merupakan salah satu pusat keanekaragaman jenis tumbuhan yang belum banyak diketahui dan perlu terus untuk dikaji. Di kawasan hutan terdapat komunitas tumbuhan yang
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM TUMBUHAN PAKU
LAPORAN PRAKTIKUM TUMBUHAN PAKU 1:32 AM NGURAH I. TUJUAN menjelaskan struktur Tubuh paku beserta fungsinya dan mengamati struktur sporofit dan gametofit paku. II.DASAR TEORI Tumbuhan Paku merupakan golongan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar hutan Indonesia termasuk dalam kategori hutan hujan tropis karena memiliki curah hujan tinggi dan suhu hangat sepanjang tahun. Hutan hujan tropis merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium
14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;
Lebih terperinciData Faktor Klimatik dan Edafik pada Berbagai Ketinggian ( 1180 m dpl 1400 m dpl ) di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta
Lampiran 1 Data Faktor Klimatik dan Edafik pada Berbagai Ketinggian ( 1180 m dpl 1400 m dpl ) di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta Daerah I TERBUKA (1180 1280 ) m dpl Ketin ggian Plot
Lebih terperinciBAB 5. MORFOLOGI SPORA PTERIDOFLORA
BAB 5. MORFOLOGI SPORA PTERIDOFLORA Pada Bab 4 ini kan dijelaskanmengenai morfologi dari jenis-jenis Pteridoflora yang umum dijumpai. Hasil dokumentasi spora dilakukan dengan pembuatan ilustrasi, pengamatan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI JENIS-JENIS PAKU TANAH DI KAWASAN GUNUNG TIDAR KOTA MAGELANG
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016 p-issn: 2540-752x e-issn: 2528-5726 IDENTIFIKASI JENIS-JENIS PAKU TANAH DI
Lebih terperinciApl Vegetasi pada Lansekap dan Desain Ruang Luar By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST.MT. Klasifikasi Tanaman
Apl Vegetasi pada Lansekap dan Desain Ruang Luar By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST.MT Klasifikasi Tanaman Klasifikasi Tanaman Karakter tumbuhan lumut Dinding sel tersusun atas selulosa. Daun lumut tersusun
Lebih terperinciINVENTARISASI TUMBUHAN PAKU (PTERIDHOPHYTA) DI KAWASAN WISATA AIR TERJUN DHOLO, KABUPATEN KEDIRI
Artikel Skripsi INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU (PTERIDHOPHYTA) DI KAWASAN WISATA AIR TERJUN DHOLO, KABUPATEN KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang
Lebih terperinciBAB VIII DUNIA TUMBUHAN
BAB VIII DUNIA TUMBUHAN PENDAHULUAN CIRI-CIRI TUMBUHAN = 1. Memiliki akar, batang, dan daun. 2. Eukariotik, Multiseluler. 3. Dinding sel Selulosa (keras dan kaku) 4. Autotrof Fotosintesis (kloroplas) 5.
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN PTERIDOPHYTA TERESTRIAL DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH
KEANEKARAGAMAN PTERIDOPHYTA TERESTRIAL DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata1 pada Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe ekosistem hutan yang sangat produktif dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini terletak di
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan paku merupakan salah satu tumbuhan tertua yang masih sering kita
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuhan Paku Tumbuhan paku merupakan salah satu tumbuhan tertua yang masih sering kita jumpai di daratan. Memiliki kormus merupakan ciri yang khas dari tumbuhan ini. Arti dari
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU DI PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA TANJUNG RAYA KECAMATAN RAMBANG PRABUMULIH SUMATERA SELATAN
IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU DI PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA TANJUNG RAYA KECAMATAN RAMBANG PRABUMULIH SUMATERA SELATAN Dwi Yunita Indah Sari, 1 Amrina Rosada 2, e-mail:dwi
Lebih terperinciSPECIES TUMBUHAN PAKU YANG DITEMUKAN DI HUTAN MASIBEUPEK DESA MATOBE KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
SPECIES TUMBUHAN PAKU YANG DITEMUKAN DI HUTAN MASIBEUPEK DESA MATOBE KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Chindi Raflesia, Abizar 1), Novi 2) Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. paku-pakuan (Pterydophyta) dan divisio tumbuhan berbiji (Spermatophyta).
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di kawasan hutan Kelurahan Kanarakan Tangkiling Kota Palangka Raya ditemukan 21 jenis tumbuhan makroepifit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 110º BT - 110º dan 07º LS, sedangkan secara. longitudinal yang melewati Jawa (Anonim, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara astronomis, kawasan hutan Gunung Merapi terletak antara 110º 15 00 BT - 110º 37 30 dan 07º 22 30 LS, sedangkan secara administrasi masuk dalam Propinsi Jawa Tengah
Lebih terperinciEKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI
EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: RENY WIDYASTUTY A 420 102 012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity) adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai bentuk serta variabilitas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya
Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelestarian fungsi danau. Mengingat ekosistem danau memiliki multi fungsi dan
6 2.1 Kawasan Timur Danau Limboto BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kawasan danau mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau. Mengingat ekosistem danau memiliki multi fungsi dan manfaat,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,
Lebih terperinciDISTRIBUSI DAN KERAPATAN EDELWEIS (Anaphalis javanica) DIGUNUNG BATOK TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU DIDIK WAHYUDI
DISTRIBUSI DAN KERAPATAN EDELWEIS (Anaphalis javanica) DIGUNUNG BATOK TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU DIDIK WAHYUDI ABSTRAK Gunung Batok merupakan satu diantara gunung-gunung di Taman Nasional Bromo
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan
BAB III METODOLOGI PEELITIA 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan ketinggian 700-1000 m dpl,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional Way Kambas Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan lindung. Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi baik flora dan faunanya, keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara yang memiliki kekayaan spesies burung dan menduduki peringkat pertama di dunia berdasarkan jumlah spesies burung
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Rotan adalah salah satu jenis tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) yang memiliki peranan ekonomi yang sangat penting (FAO 1997). Sampai saat ini rotan telah dimanfaatkan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab (LIPI,1980). Menurut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kelompok tumbuhan Pteridophyta tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000
Lebih terperinciII.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun
II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan
Lebih terperinci10/21/2013. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Mata Kuliah : Biologi Umum Kode MK : Bio 612101 Tahun Ajaran : 2013/2014 Pokok Bahasan : Keanekaragaman Tumbuhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Lokasi penelitian pada sisi sebelah timur kawasan hutan Kelurahan. Kanarakan dekat pemukiman masyarakat
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan sampel tumbuhan makroepifit di kawasan hutan Kelurahan Kanarakan dilakukan pada empat lokasi yang berbeda. Adapun lokasinya yaitu : 1.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Identifikasi Tumbuhan Paku Di Kawasan Gunung Wilis Desa. Besuki Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengamatan 4.1.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan Paku Di Kawasan Gunung Wilis Desa Besuki Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri Adapun hasil inventarisasi dan identifikasi tumbuhan
Lebih terperinciCynodon dactylon (L.) Pers.
Cynodon dactylon (L.) Pers. Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Cyperales Famili : Poaceae Genus : Cynodon Rich. Spesies : Cynodon dactylon (L.) Pers. Nama Ilmiah : Cynodon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan flora
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sementara Pasal 2, Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (Convention
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai bentuk variabilitas
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang
I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity). Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity) adalah
Lebih terperinciGambar 5. Kondisi Umum Lokasi Pengamatan di Arboretum Fahutan (a); CIFOR 1 (b); dan CIFOR 2 (c).
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi pengamatan berjumlah tiga lokasi, yaitu Arboretum Fahutan; CIFOR 1; dan CIFOR 2. Arboretum Fahutan merupakan hutan buatan dengan jenis tegakan campuran, sedangkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Taman Hutan Raya (Tahura) adalah hutan yang ditetapkan pemerintah dengan fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total
15 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total luas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar peranannya dalam Pembangunan Nasional, kurang lebih 70% dari luas daratan berupa hutan. Hutan sangat
Lebih terperinciMakalah Botani Tumbuhan Rendah
Makalah Botani Tumbuhan Rendah Paku Putba Psilophytinae Di susun oleh: Debby C.Runtu Wulan Engka Rifke Onibala UNIVERSITAS NEGRI MANADO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PENDIDIKAN BIOLOGI
Lebih terperinci