ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. Barat Indonesia sejak tahun 1984.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. Barat Indonesia sejak tahun 1984."

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT.Angkasa Pura II (Persero) merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa penerbangan dan jasa penunjang bandara di kawasan Barat Indonesia sejak tahun Pada awal berdirinya, 13 Agustus 1984, Angkasa Pura II bernama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang bertugas mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (kini bernama Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta) dan Bandara Halim Perdanakusuma. Tanggal 19 Mei 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II dan selanjutnya tanggal 2 Januari 1993, resmi menjadi Persero sesuai Akta Notaris Muhani Salim, SH No. 3 tahun 1993 menjadi PT Angkasa Pura II (Persero). Saat ini Angkasa Pura II mengelola dua belas bandara utama di kawasan Barat Indonesia, yaitu Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Ketaping) dulunya Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang) dulunya Kijang, Sultan 35

2 36 Thaha (Jambi) dan Depati Amir (Pangkal Pinang), serta melayani jasa penerbangan untuk wilayah udara (Flight Information Regionatau FIR) Jakarta. PT Angkasa Pura II(Persero) selalu melaksanakan kewajibannya dalam memberikan deviden kepada negara sebagai pemegang saham dan turut membantu meningkatkan kesejahteraan dan kepedulian terhadap karyawan keluarga serta masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara melalui Program Corporate Social Responsibility atau yang disebut dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah atau Kementrian Negara BUMN tersebut PT.Angkasa Pura II(Persero) berpartisipasi aktif memberi pembinaan kepada usaha kecil berupa bantuan modal usaha, promosi produk usaha dan pelatihan atau pendidikan melalui program kemitraan dan pemberdayaan sosial masyarakat dengan program bina lingkungan. PT.Angkasa Pura II(Persero) berkantor pusat di Gedung 600 Kantor Pusat Bandara Soekarno-Hatta Tangerang. 3.2 Visi dan Misi Perusahaan Visi Menjadi pengelola bandar udara bertaraf internasional yang mampu bersaing di kawasan regional.

3 Misi Mengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang mengutamakan keselamatan penerbangan dan kepuasan pelanggan, dalam upaya memberikan manfaat optimal kepada pemegang saham, mitra kerja, pegawai, masyarakat dan lingkungan dengan memegang teguh etika bisnis. 3.3 Struktur Organisasi Struktur Organisasi Unit PKBL PT Angkasa Pura II sebagai berikut:

4 Gambar 3.1: Struktur Organisasi Unit PT Angkasa Pura II 38

5 3.3.1 Tanggung Jawab 1. Kantor Pusat dan Kantor Cabang menyusun laporan bulanan kegiatan PKBL. 2. Kantor Pusat mengkonsolidasi laporan bulanan PKBL cabangcabang. 3. Kantor Pusat melaporkan kegiatan PKBL secara korporasi kepada Menteri Negara BUMN secara berkala Wewenang 1. Memberikan pinjaman program kemitraan dan bantuan bina lingkungan diutamakan di sekitar wilayah kerja Bandar Udara sesuai yang ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 2. Ordonatur 3. Tugas Pembantu Ordonatur a. Penerimaan Dana PKBL. b. Pengeluaran biaya operasional program kemitraan. c. Pengeluaran biaya operasional program bina lingkungan 4. Kewenangan yang dilimpahkan kepada pembantu ordonatur a. Kantor Pusat 39

6 40 Chief of UNIT PKBL kewenangannya melaksanakan pengesahan pengeluaran dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) sampai dengan Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). b. Kantor Cabang 1) Kepala Cabang melaksanakan pengesahan pengeluaran dana PKBL. 2) Manager Administrasi dan Komersial (Adkom), Kepala Bidang Keuangan untuk Cabang Bandar Udara Soekarno- Hatta, melaksanakan pengesahan pengeluaran dana PKBL sampai dengan Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). 3) Kepala Divisi Administrasi dan Komersial untuk Kantor Cabang lainnya, melaksanakan pengesahan pengeluaran biaya operasional PKBL sampai dengan Rp ,00 (dua puluh juta rupiah). 5. Kebendaharaan PKBL Yang bertindak sebagai bendaharawan dana PKBL adalah: a. Untuk Kantor Pusat adalah Coordinator Reporting-Collecting. b. Untuk Kantor Cabang adalah Koordinator PKBL.

7 41 c. Kasir di Kantor Pusat ditunjuk oleh Chief of SME-CD dan untuk Kantor Cabang oleh Kepala Cabang. 6. Penandatangan Cek Giro Bilyet dan perintah pembukuan dilakukan bersama-sama antara ordonaturatau pembantu ordonatur dengan Bendaharaatau Koordinator PKBL untuk Kantor Cabang. 3.4 Prosedur Yang Sedang Berjalan Ruang Lingkup Penggunaan Dan Penyimpanan Dana Program Kemitraan Penetapan Wilayah Wilayah pelaksanaan program kemitraan dengan usaha kecil dalam propinsi, wilayah usaha perusahaan baik di Kantor Pusat maupun Kantor Cabang dan untuk efektif pembinaan penentuan kota dan kabupaten akan ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) Program Kemitraan Sumber Dana Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2 % (dua persen) dan ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam kondisi tertentu besarnya dana Program Kemitraan yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak dapat ditetapkan lain dengan persetujuan Menteri atau RUPS.

8 42 Jasa Administrasi pinjamanatau marjin atau bagi hasil, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional Bentuk Penggunaan Pinjaman kepada usaha kecil untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan, dapat diberikan dalam bentuk dana atau uang atau berupa fisik. Pinjaman khusus, digunakan untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan jangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha mitra binaan, dengan jangka pinjaman waktu maksimum 1 (satu) tahun. Beban Pembinaan untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, promosi dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian atau penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan.Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya sesuai RKA PKBL. Beban Operasional digunakan untuk mendukung pelaksanaan program kemitraan yang dananya bersumber dari

9 43 dana hasil jasa administrasi pinjamanatau marginatau bagi hasil, bunga deposito dan atau jasa giro Program Kemitraan. Besarnya Beban Operasional tersebut besarnya ditetapkan sesuai dalam RKA PKBL. Beban Operasional digunakan untuk membiayai kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan operasional program kemitraan sebagai berikut: 1. Biaya survey 2. Biaya monitoring 3. Biaya kerja sama penagihan (pelaksanaan kerjasama sesuai persetujuan Direksi) 4. Biaya administrasi bank 5. Pengadaan dan pemeliharaan alat kerja 6. Biaya rapat koordinasi 7. Biaya kegiatan karyawan unit program kemitraan yang berkaitan dengan peningkatan pengertahuan dan keterampilan dalam melaksanakan fungsi pembinaan, administrasi dan keuangan 8. Biaya administrasi lainnya

10 44 Apabila dana Beban Operasional yang tersedia pada Program Kemitraan tidak mencukupi untuk membiayai butir 1) satau d 8) diatas, maka tambahan biaya dianggarkan dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) Perusahaan. Biaya diluar 1) satau d 8) menjadi beban Perusahaan. Apabila pada akhir tahun terdapat sisa dana untuk Beban Operasional, maka sisa dana tersebut dapat digunakan untuk membiayai beban operasioanl tahun berikutnya dan atau sebagai tambahan sumber dana Program Kemitraan. Rincian anggaran tersebut dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) PKBL Penetapan Dana Dan Saldo Maksimum Dana Program Kemitraan ditempatkan pada rekening bank yang ditunjuk. Penempatan dana pada bank diatur dalam bentuk yang lebih efektif. Saldo dana pada kas harian maksimal Rp ,- (satu juta rupiah). Penerimaan cicilan pokok dan jasa administrasi pinjaman yang diterima melalui kas harus langsung disetor ke bank pada hari yang sama, kecuali telah melewati jam kerja pelayanan Bank atau hari libur, maka disetorkan pada hari kerja berikutnya.

11 Proses dan Waktu Peminjaman Pemberian Pinjaman 1. Kantor Pusat Pelaku usaha kecil mengajukan permohon pinjaman kepada Direktur Keuangan c.q Chief of SME-CD, dengan melampirkan proposal permohonan pinjaman. Unit SME-CD melakukan evaluasi administrasi dan survey lapangan atas proposal yang diterima, hasil evaluasi atau survey yang layak diberi pinjaman diajukan oleh Chief of SM E- CD kepada Direktur Keuangan untuk mendapatkan persetujuan. Proposal yang telah mendapatkan persetujuan, maka Chief of SME-CD memberitahukan kepada calon mitra binaan tentang persetujuan pinjaman. Unit SME CD atau PKBL menginformasikan dengan Koordinator BUMN Pembina setempat tentang rencana pemberian pinjaman atas proposal yang akan dievaluasi. Penandatanganan Surat Perjanjian Pinjaman oleh Perusahaan ditandatangani oleh Direktur Keuangan atau Chief of SME CD.

12 46 Calon mitra binaan ditandatangani oleh: a) Usaha Perorangan: Pemilik usaha atau penanggung jawab usaha. b) PT atau CV oleh Direktur Utama c) Koperasi oleh Ketua dan Sekretaris atau Bendahara sesuai Rapat Anggota Tahunan (RAT) d) Perjanjian pinjaman dibuat rangkap 2 (dua) bermaterai cukup, masing-masing untuk perusahaan dan mitra binaan. e) Untuk perlindungan pembayaran piutang, apabila diperlukan unit SME CD atau PKBL dapat memfasilitasi kerjasama Mitra Binaan dengan perusahaan asuransi.pelaku usaha kecil (mitra binaan) menyerahkan tanda keseriusan pinjaman. f) Chief of SME-CD melaporkan pelaksanaan pemberian pinjaman kepada Direktur Keuangan. 2. Kantor Cabang Pelaku usaha kecil mengajukan pemohonan pinjaman kepada Kepala Cabang c.q Kadiv. Adm.Kom. (untuk Kantor Cabang Bandara

13 47 Soekarno Hatta) setempat dengan melampirkan proposal permohonan pinjaman. Kepala Cabang melaporkan rencana evaluasi dan survey lapangan untuk mendapatkan persetujuan Direktur Keuangan. Kantor Cabang melaksanakan evaluasi administrasi dari calon mitra binaan dapat dilakukan bersama-sama dengan petugas SME CD Kantor Pusat. Hasil evaluasi atau survey yang layak diberi pinjaman, diajukan oleh Kepala Cabang kepada Direktur Keuangan untuk mendapatkan persetujuan. Kepala Cabang menginformasikan dengan Koordinator BUMN Pembina setempat tentang rencana pemberian pinjaman atas proposal yang telah disetujui. Proposal yang telah disetujui, maka Kepala Cabang memberitahukan calon mitra binaan tentang persetujuan pinjaman. Penandatanganan surat perjanjian atas nama: a. Perusahaan oleh Kepala Cabang atau Kabid.Keuangan (untuk Kantor Cabang Utama BSH) b. Calon mitra Binaan berbentuk: (1) Usaha Perorangan: Pemilik usaha atau penanggung jawab usaha. (2) PT atau CV: Oleh Direktur Utama

14 48 (3) Koperasi oleh Ketua dan Sekretarisatau Bendahara sesuai Rapat Anggota Tahunan (RAT) c. Perjanjian pinjaman dibuat rangkap 2 (dua) bermaterai cukup, masing-masing untuk perusahaan dan mitra binaan. Untuk perlindungan pembayaran piutang, apabila diperlukan unit SME CD atau PKBL dapat memfasilitasi kerjasama Mitra Binaan dengan perusahaan asuransi. pinjaman. Pelaku usaha kecil (mitra binaan) menyerahkan tanda keseriusan Kepala Cabang melaporkan pelaksanaan pemberian pinjaman kepada Direksi, dengan tembusan ke Chief of SME CD. Pemberian Pinjaman Untuk Peminjam Lanjutan Bagi Mitra Binaan yang akan mengajukan pinjaman kembali, baik dikantor pusat maupun di kantor cabang, maka mitra binaan tersebut langsung dapat mengajukan proposal pinjaman kembali. Khusus untuk Kantor Cabang proses evaluasi untuk mira binaan lanjutan dapat dilakukan sendiri tidak perlu didampingi kantor pusat dan dalam pemberian pinjaman harus memperhaikan hal-hal sebagai berikut: 1) Ketepatan waktu pembayaran cicilan pinjaman

15 49 2) Perkembangan usaha mitra binaan setelah dibina 3) Prospek usaha mitra binaan 4) Rencana penggunaan pinjaman 5) Mitra binaan yang mengajukan pinjaman tidak bertentangan dengan persyaratan usaha kecil yang dapat diberikan pinjaman (sesuai dengan PERMEN. PER. 05/MBU/2007) Pemberian Pinjaman Khusus 1. Kantor Pusat Pelaku usaha kecil mengajukan permohon pinjaman kepada Direktur Keuangan c.q Chief of SME-CD, dengan melampirkan proposal permohonan pinjaman. Unit SME CD melakukan evaluasi administrasi dan survey lapangan atas proposal yang diterima, hasil evaluasi atau survey yang layak diberi pinjaman diajukan oleh Chief of SM E CD kepada Direktur Keuangan untuk mendapatkan persetujuan. Apabila mitra binaan telah mendapat persetujuan untuk mendapatkan pinjaman, maka Chief of SME CD akan memberitahukan: a. Persetujuan pinjaman kepada mita binaan

16 50 b. Agar mitra binaan menyerahkan asli surat perjanjian pengadaan barang atau jasa c. Agar menyerahkan surat pernyataan bersedia membayar pinjaman dari rekanan mitra binaan atas kewajiban mitra binaan. d. Selanjutnya perusahaan, mitra binaan dan rekanan mitra binaan menandatangani surat perjanjian pinjaman. e. Perjanjian pinjaman dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan bermaterai cukup, masing-masing untuk perusahaan, mitra binaan dan rekan mitra binaan. f. Calon mitra binaan yang tidak disetujui mendapatkan pinjaman diberitahukan secara tertulis 2. Kantor Cabang Calon mitra binaan mengajukan permohonan pinjaman kepada kepala cabang dengan melampirkan proposal permohonan pinjaman dan surat pesanan pengadaan barang atau jasa dari rekanan mitra binaan. Kepala cabang mengajukan usulan evaluasi kepada Direktur Keuangan. Setelah mendapat persetujuan, kantor cabang

17 51 melaksanakan evaluasi administrasi dan lapangan, didampingi petugas PKBL kantor pusat dan apabila hasil evaluasi layak diberi pinjaman, maka kepala cabang mengajukan usulan kepada direktur keuangan untuk mendapatkan persetujuan pinjaman. Apabila calon mitra binaan telah mendapat persetujuan untuk mendapatkan pinjaman, maka: a. Kantor cabang membeitahukan persetujuan pinjaman b. Mitra binaan menyerahkan surat perjanjian pengadaan barang atau jasa antara mitra binaan dengan rekanan mitra binaan c. Rekanan mitra binaan menyerahkan surat pernyataan bersedia membayar atas kewajiban mitra binaan d. Selanjutnya Kepala Cabang atau Kabid.Keuangan, mitra binaan dan rekanan mitra binaan menandatangani surat perjanjian pinjaman e. Perjanjian pinjaman dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan bermaterai cukup, masing-masing untuk perusahaan, mitra binaan dan rekanan mitra binaan. f. Kantor cabang melaporkan pelaksanaan pinjaman kepada direktur keuangan

18 52 g. Calon mitra binaan yang tidak disetujui mendapatkan pinjaman diberitahukan secara tertulis Pelaku Usaha Kecil Dan Menengah Pelaku usaha kecil yang mempunyai kekayaan bersih maksimal sebesar Rp ,00 (dua ratus juta rupiah) diluar tanah dan bangunan tempat usaha atau memilki hasil penjualan dalam 1 (satu) tahun maksimal sebesar Rp ,00 (satu milyar rupiah) a. Milik warga negara indonesia b. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar c. Telah berusia minimal 1 (satu) tahun d. Usaha mempunyai prospek bekembang e. Tidak sedang dibina oleh BUMN dan pinjaman bank f. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi

19 53 g. Mengajukan permohonan pinjamanatau proposal dengan melampirkan: h. Rencana penggunaan dana i. Pas foto terbaru suami istri atau penanggung jawab berikutnya masing-masing 1 (satu) lembar j. Foto copy KTP suami istri yang masih berlaku k. Foto copy Kartu Keluarga l. Keterangan berusaha dari setingkat RT atau RW setempat m. Denah lokasi tempat tinggal dan tempat usaha n. Foto usaha Waktu Penyaluran Pinjaman Waktu penyaluran pinjaman mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desenber tahun berjalan, apabila dana alokasi bagian laba belum diterima, maka dipergunakan dana yang tersedia Anggaran, Pembukuan dan Laporan Penetapan Anggaran Kantor Cabang mengajukan usulan Rencana Kerja Anggaran (RKA) Program Kemitraan Kantor Cabang kepada

20 54 Direksi paling lambat 90 (Sembilan puluh) hari sebelum berakhirnya tahun berjalan. Perusahaan mengajukan usulan Rencana Kerja Anggaran (RKA) Program Kemitraan kepada Menteri Negara BUMN dalam tembusan kepada Komisarisatau Dewan Pengawas dengan memperhatikan usulan Kantor Cabang paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum berakhirnya tahun berjalan. Alokasi dana Program Kemitraan ditetapkan oleh Direksi setelah mendapat persetujuan RKA PKBL yang disahkan dalam RUPS Pembukuan Media penyelenggara pencatatan yang digunakan untuk menyelenggarakan pembukuan tersebut, antara lain: a. Buku harian kas, mencatat transaksi kas. b. Buku harian bank, mencatat transaksi bank. c. Buku harian jurnal memorial, mencatat transaksi selain kas dan bank. d. Buku besar, untuk mencatat transaksi per-akun (rekening).

21 55 e. Buku tambahan piutang per mitra binaan, buku tambahan persekot, buku tambahan aktiva tetap dan buku tambahan lainnya. f. Rekonsiliasi dilaksanakan secara berkala baik internal maupun ekternal sebaagai berikut: g. Saldo buku bank dan saldo rekening koran. h. Saldo buku besar piutang dengan buku pembantu buku besar piutang. i. Saldo piutang per mitra binaan dengan masing-masing mitra binaan. j. Saldo Program Kemitraan di Kantor Cabang sengan saldo di Kantor Pusat Laporan Laporan Eksternal Perusahaan menyampaikan laporan kepada Menteri Negara BUMN dan tembusan kepada Dewan Komisaris sebagai berikut:

22 56 1. Laporan kegiatan Program Kemitraan triwulan, paling lambat setiap 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya triwulan tersebut. 2. Laporan kegiatan Program Kemitraan tahunan dengan tembusan dewan komisaris paling lambat setiap 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya tahun anggaran bersangkutan terdiri dari: 3. Laporan aktifitas program kemitraan. 4. Laporan akumulasi dana program kemitraan. 5. Laporan penyaluran program kemitraan per wilayah menurut sektor usaha. 6. Laporan kualitas pinjaman program kemitraan menurut sektor usaha. 7. Laporan neraca program kemitraan. 8. Laporan kegiatan Program Kemitraan tahunan yang telah di audit dengan tembusan Dewan Komisaris paling lambat 5 (lima) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran bersangkuttan.

23 Laporan Internal Kantor Pusat dan Kantor Cabang menyampaikan laporan program kemitraan kepada Direksi atau Chief of SME-CD sebagai berikut: Kantor Cabang menyampaikan Laporan Mingguan posisi kas dan bank paling lambat setiap hari selasa atau pada hari kerja berikutnya apabila hari selasa jatuh pada hari libur (tanpa tembusan). 1. Laporan Bulanan paling lambat setiap tanggal 8 bulan berikutnya, terdiri dari: 2. Laporan aktifitas. 3. Rekening Koran bulan berjalan. 4. Laporan penerimaan angsuran piutang bermasalah. 5. Laporan Triwulan paling lambat setiap tanggal 10 bulan berikutnya dengan tembusan kepada Internal Auditor, terdiri dari: a. Laporan aktifitas.

24 58 b. Laporan realisasi penerimaan angsuran piutang bermasalah. c. Laporan piutang per mitra binaan (soft copy). 6. Laporan Rekening Koran bulan terakhir. 7. Laporan Tahunan paling lambat tanggal 15 Januari tahun berikutnya. 8. Laporan aktifitas program kemitraan. 9. Laporan penyaluran program kemitraan per mitra binaan menurut sektor usaha. 10. Laporan kualitas pinjaman program kemitraan.laporan posisi piutang per mitra binaan (soft copy). 11. Laporan realisasi penerimaan angsuran piutang bermasalah. 12. Laporan Rekening Koran bulan terakhir. 13. Daftar aktiva tetap.

25 Sanksi 1. Konfirmasi piutang (Peringatan I) Kepada Mitra Binaan dikirim surat konfirmasi keterlambatan pembayaran yang sudah jatuh tempo hingga mencapai 2 (dua) bulan lamanya belum dilakukan pembayaran. 2. Peringatan II Apabila 2 (dua) bulan setelah konfirmasi piutang, mitra binaan tidak juga merespon, maka mitra binaan diberi peringatan ke dua (II). 3. Peringatan III Apabila 2 (dua) bulan setelah butir b) mitra binaan tidak menyelesaikan piutang, bukti Tanda Keseriusan Pinjaman tetap disimpan di PT (Persero) Angkasa Pura II Pemulihan Pinjaman Terhadap kualitas pinjaman kurang lancer, diragukan dan macet dapat dilakukan usaha-usaha, pemulihan pinjaman setelah salah satu point D. di atas ditanggapi dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling) atau penyesuaian persyaratan (reconditioning) apabila memenuhi kriteria: a) Mitra Binaan kooperatif terhadap upaya penyelamatan yang akan dilakukan.

26 60 b) Usaha Mitra Binaan masih berjalan dan mempunyai prospek usaha. c) Mitra Binaan masih mempunyai kemampuan untuk membayar angsuran. Tindakan rescheduling atau reconditioning dilaksanakan setelah mendapat permintaan tertulis dari mitra binaan.dalam hal dilakukan tindakan penyesuain persyaratan (reconditioning), tunggakan bunga pinjaman dapat dikapitalisasi menjadi pokok pinjaman atau dihapuskan tunggakan beban bunganya dan beban bunga selanjutnya. Tindakan penyesuaian persyaratan (reconditioning) dilakukan setelah adanya tindakan penjadwalan kembali (rescheduling). Pelaksanaan rescheduling atau reconditioning dapat dilaksanakan oleh: a) Kantor Pusat oleh Chief of SME-CD. b) Kantor Cabang oleh Kepala Cabang atau Kabid Piutang Bermasalah Apabila piutang yang sudah dilakukan tindakan-tindakan seperti Peringatan III tetapi belum ada penyelesaiannya, maka piutang tersebut dapat diusulkan ke Direktur Keuangan untuk dikelompokan ke dalam piutang bermasalah. Terhadap piutang bermasalah harus tetap dilaksanakan upaya-upaya penagihan.

27 Pembayaran Tata Cara Pembayaran Pembayaran cicilan pokok dan jasa administrasi pinjaman pertama diberikan masa tenggang 1 (satu) bulan, setelah penandatanganan surat perjanjian pinjaman dan dana pinjaman diterima oleh Mitra Binaan. Masa cicilan maksimal 24 (dua puluh empat) bulan tidak termasuk masa tenggang. Membayar angsuran ke rekening bank PKBL (rekening kemitraan), yang ditetapkan dalam lampiran surat perjanjian pinjaman dengan mencantumkan nama dan alamat pemilik usaha (mitra binaan). Menyetor langsung ke kas SME-CD untuk Kantor Pusat atau kas PKBL untuk Kantor Cabang atau kepada petugas SME-CDatau PKBL pada saat monitoring.menyimpan bukti setoran angsuran pinjaman. Menginformasikan pelunasan pinjaman dengan mengirimkan salinan bukti pembayaran Besaran Jasa Administrasi Pinjaman Usaha kecil yang mendapat pinjaman dikenakan Jasa administrasi pinjaman sebesar 6% pertahun dari limit pinjaman

28 62 atau ditetapkan lain oleh Menteri dan masa cicilan maksimal 24 (dua puluh empat) bulan tidak termasuk masa tenggang waktu. Apabila pinjaman atau pembiayaan diberikan berdasarkan prinsip jual beli maka proyeksi marjinal yang dihasilkan disetarakan dengan marjin sebesar 6% (enam persen) atau ditetapkan lain oleh Menteri. Apabila pinjaman atau pembiayaan diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil maka rasio bagi hasilnya untuk BUMN Pembina adalah mulai dari 10% (10:90) sampai maksimal 50% (50:50). Ketentuan ini juga berlaku terhadap rasio bagi hasil untuk BUMN Penyalur dan Lembaga Penyalur.

29 Diagram Aliran Data Diagram Aliran Data Gambar 3.2 Diagram Aliran Data

30 64 Penjelasan tentang DAD Peminjaman adalah sebagai berikut : 1. Customer membuat proposal permohonan pinjaman yang diberikan kepada Direksi. 2. Direksi segera membuat surat pemberitahuan persetujuan pinjaman jika proposal diterima agar Customer segera membuat surat keseriusan pinjaman. Jika proposal tidak diterima maka tidak terjadi transaksi. 3. Pada Bagian Keuangan lalu mencairkan dana pinjaman dan membuat surat tagihan pembayaran angsuran pinjaman kepada Customer. 4. Setelah Customer melakukan pembayaran angsuran pinjaman, maka Bagian Keuangan mengeceknya. 5. Jika pembayaran angsuran pinjaman lunas, maka faktur pembayaran angsuran pinjaman asli diberikan kepada Customer. Jika pembayaran angsuran pinjaman belum lunas, maka diberikan bukti pembayaran angsuran pinjaman kepada Customer.

31 Context Diagram Gambar 3.3 Context Diagram

32 Permasalahan Yang Dihadapi Setelah melakukan analisis terhadap sistem yang sedang berjalan pada Unit PKBL PT (Persero) Angkasa Pura II, permaslahan yang dihadapi yaitu: 1. Masih terdapat redudansi data dalam pencatatan transaksi peminjaman dan transaksi pembayaran pinjaman yang didokumentasikan lebih dari satu kali. Hal ini terjadi karena belum adanya suatu sistem aplikasi peminjaman dan data masih dicatat secara manual menggunakan Microsoft Excel. 2. Data tidak terorganisasi dengan baik, sehingga mengalami kesulitan dalam mencari data yang dibutuhkan dan ketidakkonsistenannya antara transaksi peminjaman dan transaksi pembayaran. 3.7 Alternatif Pemecahan Masalah Setelah menganalisa kebutuhan user akan permasalahan dalam uraian di atas, maka pemecahan masalah yang diusulkan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengatasi masalah dalam organisasi data, maka dilakukan dengan merancang suatu sistem administrasi yang terorganisir dengan baik dalam basis data agar dapat tersimpan dengan rapi dan konsisten. 2. Untuk memberikan kemudahan bagi petugas, dalam proses transaksi peminjaman dan transaksi pembayaran pinjaman dapat dilakukan dengan aplikasi berbasis web menggunakan PHP.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. kawasan Barat Indonesia sejak tahun 1984.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. kawasan Barat Indonesia sejak tahun 1984. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Angkasa Pura II merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang telah

Lebih terperinci

a. Menerapkan secara praktis prinsip-prinsip dan praktek-praktek akuntansi yang sehat dalam perusahaannya, ekonomis dan praktis dapat dilaksanakan.

a. Menerapkan secara praktis prinsip-prinsip dan praktek-praktek akuntansi yang sehat dalam perusahaannya, ekonomis dan praktis dapat dilaksanakan. a. Menerapkan secara praktis prinsip-prinsip dan praktek-praktek akuntansi yang sehat dalam perusahaannya, b. Mengikuti perkembangan tehnologi, sehingga dapat menyediakan kepada pimpinan informasi yang

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Sekilas Tentang Angkasa Pura II Angkasa Pura II merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mendorong kegiatan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-05/MBU/2007 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Pengembangan Usaha. di kawasan barat indonesia sejak tahun 1984.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Pengembangan Usaha. di kawasan barat indonesia sejak tahun 1984. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Pengembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT. Angkasa Pura II adalah Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) yang bergerak dibidang jasa, pengelolaan kebendaraan dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan para pemangku kepentingan perusahaan. penyelenggaraan diklat serta Pengelolaan pusat pelatihan.

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan para pemangku kepentingan perusahaan. penyelenggaraan diklat serta Pengelolaan pusat pelatihan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulis memperhatikan bahwa industripenerbangan khususnya pelayanan jasa kebandarudaraan dan jasa lain yang terkait dengan fasilitas bandar udara sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. Kemayoran bertugas mengelola Pelabuhan Udara Kemayoran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. Kemayoran bertugas mengelola Pelabuhan Udara Kemayoran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. 1.1.1 Bentuk Usaha Nama Angkasa Pura pertama kali muncul pada tahun 1962, yaitu dengan didirikannya Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran.PN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha PT.Angkasa Pura II (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara di Lingkungan Departemen Perhubungan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggerang; Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta; Bandar Udara Sultan

BAB I PENDAHULUAN. Tanggerang; Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta; Bandar Udara Sultan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha PT.Angkasa Pura (Persero) Adalah sebuah Badan usaha Milik Negara yang bergerak dibidang jasa pengelolaan kebandaraan dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Pada awalnya lapangan terbang Husein Sastranegara, merupakan lapangan terbang peninggalan Pemerintah Hindia Belanda ( sebelum PD II ) dengan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEDALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) ANGKASA PURA II PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG

MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO)

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) 31 Desember 2014 DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk,Bidang,dan Pengembangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk,Bidang,dan Pengembangan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk,Bidang,dan Pengembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT.Angkasa Pura II (Persero) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 tahun 1984. Perubahan nama dari Perum

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 02/MBU/7/ 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI BADAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016:

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016: LATAR BELAKANG Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 Pada tanggal 3 Juli 2015, Pemerintah mengundangkan Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Program Bina

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15 UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) LAPORAN KEUANGAN Tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 Untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut Beserta Laporan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 55 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 / PMK.02 / 2005 TENTANG TATA CARA PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DARI HASIL-HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung perkembangan usaha

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOM OR : 172/KM K.06/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemulihan perekonomian nasional,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2001 TENTANG Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2001 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT ANGKASA PURA

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk

BAB 4 PEMBAHASAN. dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk BAB 4 PEMBAHASAN Ruang lingkup audit operasional terhadap pelaksanaan program kemitraan dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk mencakup pelaksanaan dari unit Program

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam. No.34, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYETORAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penyetoran. PNBP. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA PENYETORAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2014 OJK. Perusahaan Pembiyaan. Kelembagaan. Perizinan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5637) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO)

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO) Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen 31 Desember 2016 dan 2015 Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain. DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Posisi Keuangan... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan peningkatan citra (termasuk reputasi) menjadi sangat krusial

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan peningkatan citra (termasuk reputasi) menjadi sangat krusial 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Dunia humas saat ini sudah memasuki era kompetisi di mana pembentukan, pemeliharaan dan peningkatan citra (termasuk reputasi) menjadi sangat krusial (penting).

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1928, 2016 BUMN. Program Kemitraan. Program BL. Perubahan. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 03/MBU/12/2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN

Lebih terperinci

2017, No penerimaan negara bukan pajak dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana d

2017, No penerimaan negara bukan pajak dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana d BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1772, 2017 KEMENKEU. PNBP dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Negara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.02/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menjalankan bisnis jasa pelayanan

Lebih terperinci

BAB III PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

BAB III PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN BAB III PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN A. Pengertian Kredit Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara BAB III

Universitas Sumatera Utara BAB III 41 BAB III KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN PINJAMAN BANTUAN MODAL BAGI USAHA KECIL DALAM PROGRAM KEMITRAAN PADA PT. AP II A. PT. ANGKASA PURA II (Persero) 1. Sejarah PT. Angkasa Pura II

Lebih terperinci

Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat.

Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /SEOJK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK PERKREDITAN RAKYAT MENJADI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK 1 SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENDAFTARAN, PERIZINAN, DAN KELEMBAGAAN PENYELENGGARA LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Akuntansi Pengertian sistem akuntansi (Mulyadi:2010) adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Sebelum PT (Persero) Angkasa Pura II berdiri terlebih dahulu dibangun landasan pacu Bandara Polonia Medan sehingga dengan adanya landasan inilah PT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III METODOLOGI ANALISIS 59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses

Lebih terperinci

Daftar Isi. Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan

Daftar Isi. Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan LAPORAN KEUANGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT BESERTA LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Daftar Isi Halaman Laporan auditor independen Laporan posisi keuangan...

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/SEOJK.03/2015 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/SEOJK.03/2015 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/SEOJK.03/2015 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA No. 11/ 34 /DPbS Jakarta, 23 Desember 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA Perihal: Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Dengan telah diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT MENTERI KEUANGAN, Menimbang: a. bahwa peningkatan akses dunia usaha pada sumber

Lebih terperinci

Bahan Mata Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan

Bahan Mata Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Bahan Mata Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUP PST) PT Bank Mandirii (Persero) Tbk. 14 Maret 2017 Disclaimer: * Apabila terdapat perubahan ataupun penambahan bahan mata Acara RUPS Tahunan, maka

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang cepat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT Angkasa Pura II ( Persero ) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara di

BAB 1 PENDAHULUAN. PT Angkasa Pura II ( Persero ) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, Visi dan Misi 1.1.1 Bentuk Usaha PT Angkasa Pura II ( Persero ) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara di Kementerian Transportasi terlibat dalam layanan

Lebih terperinci

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan No.130, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Rencana Jangka Panjang. Rencana Kerja. Anggaran. Persero. Penyusunan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PMK.06/2013

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20/POJK.03/2014 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20/POJK.03/2014 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20/POJK.03/2014 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT 1 of 50 8/23/2014 7:22 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT MENTERI

Lebih terperinci

Adapun permohonan kami tersebut untuk keperluan investasi modal usaha sebesar Rp. yang rincian pemanfaatannya dapat dilihat pada data dibawah ini.

Adapun permohonan kami tersebut untuk keperluan investasi modal usaha sebesar Rp. yang rincian pemanfaatannya dapat dilihat pada data dibawah ini. Kepada Yth : General Manager PT. Angkasa Pura II (Persero) Cq. Kadiv Administrasi dan Komersial di- P E K A N B A R U. Dengan Hormat, Dalam rangka meningkatkan usaha, melalui pemanfaatan dana program kemitraan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2016 TENTANG PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 35 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI DI

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Gambaran Umum Perusahaan

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Gambaran Umum Perusahaan BAB I Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Profil Umum PT. Angkasa Pura II (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG Yth. Direksi Perusahaan Pergadaian di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN PELAKU USAHA PERGADAIAN, PERIZINAN USAHA PERUSAHAAN PERGADAIAN, DAN

Lebih terperinci

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993 KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 346 /KMK.017/2000 TENTANG PENGELOLAAN REKENING DANA INVESTASI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan penerapan sistem pencatatan

Lebih terperinci

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI BAB I PERUSAHAAN ASURANSI A. Pengertian Perusahaan Asuransi 1. Pengertian Perusahaan Kegiatan ekonomi yang berkembang akan membawa perkembangan pula dalam kegiatan bisnis, kegiatan ekonomi yang meningkat

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara No.351, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Bank Perkreditan Rakyat. Modal. Kepemilikan. Pengurus. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5629) PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Infrastruktur. Perusahaan. Pembiayaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Infrastruktur. Perusahaan. Pembiayaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Infrastruktur. Perusahaan. Pembiayaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100/PMK.010/2009 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA KONSOLIDASI BAGI BANK YANG MELAKUKAN PENGENDALIAN TERHADAP PERUSAHAAN ANAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG 9 2 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI PEMBIAYAAN MODAL USAHA DENGAN DANA POLA

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Purwakarta, Kabupaten Subang dan Kabupaten Sumedang.

BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Purwakarta, Kabupaten Subang dan Kabupaten Sumedang. BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT.TASPEN(PERSERO) Kantor Cabang Utama(KCU) Bandung berkedudukan di Jl. PH.H Mustofa no 78 Bandung.Cakupan kerja KCU Bandung adalah wilayah

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nama Angkasa Pura pertama kali muncul pada tahun 1862, yaitu dengan didirikannya perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura

BAB I PENDAHULUAN. Nama Angkasa Pura pertama kali muncul pada tahun 1862, yaitu dengan didirikannya perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Nama Angkasa Pura pertama kali muncul pada tahun 1862, yaitu dengan didirikannya perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran.

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.05/2016 TENTANG USAHA PERGADAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.05/2016 TENTANG USAHA PERGADAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.05/2016 TENTANG USAHA PERGADAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/3/PBI/2006 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN PEMBUKAAN KANTOR

Lebih terperinci

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 d1/february 29, 2016 Paraf : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Daftar Isi

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

No.14/15/DPM Jakarta, 10 Mei 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DI INDONESIA

No.14/15/DPM Jakarta, 10 Mei 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DI INDONESIA No.14/15/DPM Jakarta, 10 Mei 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DI INDONESIA Perihal : Perizinan, Pengawasan, Pelaporan, dan Pengenaan Sanksi Bagi Pedagang Valuta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat No. 10/ 45 /DKBU Jakarta, 12 Desember 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat Sehubungan dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BAD-AN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 03/MBU/12/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI BADAN USAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, SALINAN PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PERKUATAN PERMODALAN BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL MELALUI DANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN 32 /POJK.04/2015 TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA KJKS BMT DARUSSALAM MADANI

ANGGARAN RUMAH TANGGA KJKS BMT DARUSSALAM MADANI ANGGARAN RUMAH TANGGA KJKS BMT DARUSSALAM MADANI Masjid Darussalam Jl. Boulevard Utama No. 1 Kota Wisata Cibubur Gunung Putri - Bogor BAB I NAMA TEMPAT DAN KEDUDUKAN Pasal 1 (1) Koperasi ini bernama Koperasi

Lebih terperinci

, No Usaha Kecil dan Menengah Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi sudah ti

, No Usaha Kecil dan Menengah Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi sudah ti BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1494, 2015 KEMENKOP-UKM. Koperasi. Usaha. Simpan Pinjam. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 1 ` BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH KEPELABUHANAN PT. BINTAN KARYA BAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MEN I.FRI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-20/MBU/2012 TENTANG

MEN I.FRI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-20/MBU/2012 TENTANG MEN I.FRI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-20/MBU/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

Lebih terperinci

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) A. Sejarah Ringkas PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci