PENDEKATAN SAINTIFIK SEBAGAI SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDEKATAN SAINTIFIK SEBAGAI SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI"

Transkripsi

1 PENDEKATAN SAINTIFIK SEBAGAI SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Oleh : Rahmatiah,S.Si,M.Si Widyaiswara LPMP SulSel tia_psdp@yahoo.com saintifik&catid=42:ebuletin&itemid=215 1

2 Daftar Isi Abstrak... 3 Pendahuluan... 4 Pembahasan Materi... 6 A. Esensi Pendekatan Saintifik/ Pendekatan Ilmiah... 6 a. Mengamati... 7 b. Menanya... 7 c. Mengumpulkan informasi... 8 d. mengasosiasi/ mengolah informasi... 9 e. mengkomunikasikan B. Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Biologi Meningkatkan rasa keingintahuan Mengamati Menganalisis Mengkomunikasikan C. Implementasi Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Biologi Simpulan Referensi saintifik&catid=42:ebuletin&itemid=215 2

3 PENDEKATAN SAINTIFIK SEBAGAI SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Rahmatiah,S.Si., M. Si. Widyaiswara LPMP Prov. SulSel Abstrak Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah dan inkuiri, dimana siswa berperan secara langsung baik secara individu maupun kelompok untuk menggali konsep dan prinsip selama kegiatan pembelajaran. Pendekatan saintifik memiliki hubungan erat dengan pembelajaran sains biologi karena p endekatan pembelajaran ini menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun konsep dalam pengetahuannya secara mandiri, membiasakan siswa dalam merumuskan, menghadapi, dan menyelesaiakan permasalah yang ditemukan, pembelajaran sains b i o l o g i merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah Kata Kunci : Pendekatan Saintifik, pembelajaran, sains dan biologi Abstract Scientific learning is learning to use a scientific approach and inquiry, in which students contribute directly either individually or in groups to explore the concepts and principles for learning activities. The scientific approach has a close relationship with the biological science learning because learning approach emphasizes the involvement of students in learning, and provide opportunities for students to develop the concept of the knowledge independently, familiarize students in formulating, face, and resolving problems are found, a biological science learning I find out about the universe systematically to master the knowledge, facts, concepts, principles, discovery process, and have a scientific attitude Keywords: Scientific approach, learning, science and biology 3

4 Pendahuluan Pembelajaran sains yang dimana pembelajaran yang berfungsi untuk setiap individu bisa mempelajari dirinya sendiri dengan menganalisa, mengamati diri sendiri dan lingkungan sehingga mampu membuat formulasi untuk mengembangkan kehidupan yang akan dihadapi, hal tersebut berdasarkan hakikat dari sains. Hakikat sains menurut Suastra (2009) mengatakan bahwa hakikatnya sains memiliki tiga komponen yaitu komponen produk, proses, dan sikap. Sains sebagai produk memiliki arti sebagai sekumpulan fakta-fakta, konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam. Sains sebagai proses merupakan suatu rangkaian terstruktur dan sistematis yang dilakukan untuk menemukan konsep, prinsip, hukum dan gejala alam. Sedangkan sains sebagai sikap diharapkan mampu membentuk karakter. Berdasarkan hakikat sains ini tersirat jelas bahwa yang diinginkan dalam pembelajaran adalah bagaimana siswa mampu bersikap serta mampu menunjukkan karakter yang dimiliki. Hal yang sama juga terjadi pada pembelajaran biologi, yang dimana biologi merupakan bagian dari sains, yang terdiri dari produk dan proses, dimana pembelajaran biologi idialnya harus mampu mengeluarkan aut put yang memiliki karakter, dikarenakan biolgi sebagai produk terdiri dari konsep, fakta, teori, hukum yang berkaitan tentang mahluk hidup, sedangkan biologi sebagai proses terdiri dari kelompok keterampilan proses yang meliputi, mengamati, membuat pertanyaan, mengunakan alat,menggolongkan atau mengelompokkan, menerapkan konsep dan melakukan percobaan pembelajaran biologi pada dasarnya harus mampu membekali siswa bagaimana cara mengetahui konsep, fakta secara mendalam, serta harus mampu memberikan kepuasan intlektual terutama dalam membangun kemampuaan berpikir. Karena kemampuan berpikir ini akan berimplikasi terhadap pengetahuan (kognitif), sikap (apektif), keterampilan (pisikomotor), tiga komponen tersebut merupakan aut put atau hasil yang harus diperoleh setelah belajar sains biologi yang disebut dengan hasil belajar. 4

5 Namun kenyataan dilapangan bahwa pembelajaran sains pada umumnya dan hususnya biologi tidak diberlakukan atau diajarkan sesuai dengan hakikat yang dimiliki, tetapi lebih kepada bagaimana mentrasper pengetahuan saja. hal ini yang menyebabkan terjadinya kesenjangan ataupun ketimpangan yang terjadi dalam pendidikan sains, sehingga hasil yang diinginkan tidak sesuai harapan, yang dimana hasil dari pembelajaran sains menghasilkan pendidikan sains yang kurang memuaskan bahkan memiliki nilai yang menurun, sehingga tingkat sumber daya manusia menjadi menurun. Karena pembelajaran sains tidak di pembelajarkan sesuai hakikat sains maka hasil belajar menjadi tidak maksimal. Djamarah (2002) hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu berinteraksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun hasil belajar dalam bentuk afektif dan pisikomotorik salah satunya dalah kemampuan keterampilan proses sains, hal ini disebabkan karena sains biologi memiliki komponen proses. Kemampuan keterampilan proses sains merupakan keseluruhan keterampilan yang terarah (baik kognitif dan psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap adanya penemuan. Dari uraian singkat diatas terdapat rumusan masalah mengenai pendekatan saintifik dalam pembelajaran biologi : 1. Apakah esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran biologi? 2. Apakah pendekatan saintifik dapat menjadi solusi dalam pembelajaran biologi? 3. Bagaimana implementasi pendekatan saintifk dalam pembelajaran Biologi? 5

6 Pembahasan Materi A. Esensi Pendekatan Saintifik/Pendekatan Ilmiah Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik.sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis. 1. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: a. mengamati; b. menanya; c. mengumpulkan informasi; d. mengasosiasi; dan e. mengkomunikasikan. 6

7 a. Mengamati Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini. - Menentukan objek apa yang akan diobservasi - Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi - Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder - Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi - Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar - Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. b. Menanya Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Menanya dapat juga tidak diungkapkan, tetapi dapat saja ada di dalam pikiran peserta didik. Untuk memancing peserta didik mengungkapkannya guru harus member kesempatan mereka untuk mengungkapkan pertanyaan. Kegiatan bertanya oleh guru dalam pembelajaran juga sangat penting, sehingga tetap harus dilakukan. 7

8 1) Fungsi bertanya a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran. b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya. d) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. e) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. f) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. g) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. h) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. c. Mengumpulkan informasi/ Eksperimen (Mencoba) Mengumpulkan informasi/ eksperimen kegiatan pembelajarannya antara lain: - melakukan eksperimen; - membaca sumber lain selain buku teks; - mengamati objek/ kejadian/aktivitas; dan - wawancara dengan narasumber. 8

9 Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid, (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan, (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu, (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid, (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen, (6) Membagi kertas kerja kepada murid, (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal. d. Mengasosiasi/ Mengolah informasi Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemahan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini 1) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum. 9

10 2) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi. 3) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi). 4) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati 5) Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki 6) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman. 7) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik. 8) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan. e. Mengkomunikasikan Dalam kegiatan mengkomunikasikan dapat dilakukan pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerja sama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar. Sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masingmasing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara bersama-sama. 10

11 B.Pendekatan Saintifik dalam pembelajaran Biologi Penerapan pendekatan ilmiah atau scientific approach pada proses pembelajaran. Pendekatan saintifik termasuk pembelajaran inkuiri yang bernafaskan konstruktivisme. Sasaran pembelajaran dengan pendekatan ilmiah mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses) psikologis yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sementara itu, keterampilan diperoleh melalui aktivitas: mengamati, menanya, menalar, menyaji, dan mencipta (Permendikbud No 65 Tahun 2013). Menurut Mc. Collum (2009) dijelaskan bahwa komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan saintifik diantaranya adalah guru harus menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder), meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation), melakukan analisis (Push for analysis) dan berkomunikasi (Require communication). Untuk mempelajari bagaimana pembelajaran Biologi berbasis pendekatan saintifik, berikut ini diuraikan dengan singkat konsep pembelajaran Biologi dan pendekatan saintifik pada pembelajaran Biologi dan implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran Biologi. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran Biologi diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Uraian mengenai aktivitas siswa dalam mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta dimana komponen penting dalam mengajar pendekatan saintifik menurut Mc. Collum (2009) berupa: 11

12 1. Meningkatkan rasa keingintahuan Semua pengetahuan dan pemahaman dimulai dari rasa ingin tahu dari peserta didik tentang siapa, apa, dan dimana atau who, what dan where dari apa yang ada di sekitar peserta didik. peserta didik dilatih rasa keingintahuannya sampai mengapa dan bagaimana atau why and how. Pada pembelajaran rasa keingintahuan ini dapat difasilitasi dalam kegiatan tanya jawab baik mulai dari kegiatan pendahuluan kegiatan inti dan penutup. Selain tanya jawab, dapat juga dengan melalui memberikan suatu masalah, fakta-fakta atau kejadian alam yang ada di sekitar peserta didik. 2. Mengamati Pembiasaan kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang disajikan oleh guru (Sudarwan, 2013). Menurut Nuryani, 1995 mengamati merupakan kegiatan mengidentifikasi ciri-ciri objek tertentu dengan alat inderanya secara teliti, menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan, menggunakan alat atau bahan sebagai alat untuk mengamati objek dalam rangka pengumpulan data atau informasi. Pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur disebut pengamatan kuantitatif. Untuk meningkatkan keterampilan mengamati, maka didalam pembelajaran sebaiknya dimunculkan kegiatan yang memungkinkan siswa mengunakan berbagai panca indranya untuk mencatat hasil pengamatan. 3. Menganalisis Analisis dapat berupa analisis kuantitatif dan kualitatif. Peserta didik perlu dilatih dan dibiasakan melakukan analisas data yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Misalnya data pengamatan yang diperoleh sendiri. Berikan kesempatan kepada peserta untuk meninjau kembali hasil pengamatan dan mereka dilatih membuat pola-pola atau grafik dari 12

13 data yang diperolehnya. Latih peserta untuk melakukan klasifikasi, menghubungkan dan menghitung. 4. Mengkomunikasikan Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan hal-hal yang telah pelajari melalui pembelajaran kolaboratif. C. Implementasi Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Biologi Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik khusus dalam menggunakan pendekatan pembelajaran. Pembelajaran Biologi lebih menekankan pada penerapan keterampilan proses. Aspek-aspek pada pendekatan saintifik terintegrasi pada pendekatan keterampilan proses dan metode ilmiah. Langkah-langkah metode ilmiah: melakukan pengamatan, menentukan hipotesis, merancang eksperimen untuk menguji hipotesis, menguji hipotesis, menerima atau menolak hipotesis dan merevisi hipotesis atau membuat kesimpulan (Helmenstine, 2013). Pada pembelajaran Biologi pendekatan saintifik dapat diterapkan melalui keterampilan proses. Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Menurut Rustaman (2005), keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan. Keterampilan yang dilatihkan sering ini dikenal dengan keterampilan proses IPA. American Association for the Advancement of Science (1970) mengklasifikasikan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Klasifikasi keterampilan proses tersebut tertera pada tabel 1. Tabel 1. Keterampilan Proses Dasar dan Terpadu Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu Mengamati Mengontrol variabel Mengukur Menginterpretasikan data 13

14 Menyimpulkan Merumuskan hipotesa Meramalkan Mendefinisikan variabel Menggolongkan secara operasional Mengkomunikasikan Merancang eksperimen Pada tabel berikut ini disajikan jenis-jenis indikator keterampilan proses beserta sub indikatornya. Tabel 2. Jenis-jenis Indikator Keterampilan Proses beserta Sub indikatornya. No Indikator Sub Indikator Keterampilan Proses Sains 1 Mengamati - Menggunakan sebanyak mungkin alat indera - Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan 2 Mengelompok kan Mencatat setiap pengamatan secara terpisah - Mencari perbedaan, persamaan, Mengontraskan ciri-ciri, - Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan 3 Menafsirkan Menghubungkan hasil-hasil pengamatan - Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan, Menyimpulkan 4 Meramalkan - Menggunakan pola-pola hasil pengamatan - Mengungkapkan apa yang mungkin terjadi pada keadaan sebelum diamati 5 Mengajukan pertanyaan 6 Merumuskan hipotesis 7 Merencanakan percobaan 8 Menggunakan alat/bahan 9 Menerapkan konsep Bertanya apa, mengapa, dan bagaimana. - Bertanya untuk meminta penjelasan; Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. - Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian. - Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah. - Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan - Mentukan variabel/ faktor penentu; Memakai alat/bahan - Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan, Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan. Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru - Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi Melalui penerapan keterampilan proses pada pembelajaran IPA yang disajikan dengan strategi dan metode yang tepat, mudah-mudahan siswa dapat terlatih dalam keterampilan 14

15 saintifik. Hasil akhir yang diharapkan Kurikulum 2013 adalah adanya peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. CONTOH KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN SAINTIFIK Topik /Tema Sub Topik/Tema Kompetensi Dasar Tujuan Pembelajaran Alokasi Waktu Tahapan Pembelajaran Mengamati Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan 3.1. Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada Mahluk Hidup berdasarkan hasil percobaan. 4.1 Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor luar yang memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tata cara penulisan ilmiah yang benar - Menjelaskan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan - Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman - Memahami proses pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan - Memahami peran hormon dalam proses pertumbuhan pada tanaman - Melakukan percoban tentang pertumbuhan dan perkembangan tanaman - Membuat laporan hasil percobaan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman 1x pertemuan (3 JP) Kegiatan Pada kegiatan ini guru meminta peserta mengamati gambar yang ada pada buku - Peserta didik mengamati gambar tersebut 15

16 Menanya Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya setelah mereka mengamati gambar. Contoh pertanyaan yang berkaitan dengan pengamatan peserta didik - Mengapa biji jagung bisa berkecambah? - Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan biji bisa berkecambah? Setelah kegiatan tanya jawab guru memfasilitasi siswa untuk menemukan jawaban dengan cara : - Melakukan percobaan tentang faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan - Mencatat data hasil pengamatan dari percobaan dalam kolom yang tersedia pada lembar kegiatan Mengumpulkan Informasi Mengasosiasikan Mengkomunikasikan Dari percobaan ini peserta didik akan mengumpulkan informasi tentang pengaruh cahaya terhadap perkecambahan Setelah mengumpulkan informasi melalui pengamatan dan mencatat hasil pengamatan, peserta didik mengasosiasikan pengetahuan yang didapat dari percobaan dan buku sumber dengan cara: - Mendiskusikan hasil pengamatan, menjawab pertanyaanpertanyaan pada lembar kegiatan berdasarkan data pengamatan dan konsep yang terkait pada buku siswa. - Menyimpulkan perbedaan panjang dan kondisi kecambah karena pengaruh cahaya terhadap perkecambahan. Setelah menemukan kesimpulan, peserta didk membuat laporan dan peserta didik dapat menyampaikan laporan hasil pengamatan dan kesimpulannya tentang pengaruh cahaya terhadap perkecambahan Pada kegiatan ini peserta didik dapat melakukan tanya jawab. Pada pembelajaran Biologi, penerapan pendekatan saintifik berkaitan dengan pengembangan keterampilan proses sain peserta didik. Guru dapat mengidentifikasi keterampilan proses apa saja yang dilatihkan pada suatu kegiatan pembelajaran baik eksperimen maupun non eksperimen. 16

17 Simpulan 1. Esensi pendekatan saintifik terdiri dari lima pengalaman belajar yaitu kegiatan mengamati; menanya; mengumpulkan informasi; mengasosiasi; dan mengkomunikasikan dengan lima pengalaman belajar tersebut penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran Biologi bisa tercapai sesuai harapan peserta didik 2. Pendekatan saintifik dapat menjadi solusi dalam pembelajaran biologi karena biolgi pada dasarnya harus mampu membekali siswa bagaimana cara mengetahui konsep, fakta secara mendalam, serta harus mampu memberikan kepuasan intlektual terutama dalam membangun kemampuaan berpikir dan hal ini dapat dicapai dengan menerapkan lima pengalaman belajar yang merupakan esensi dari pendekatan saintifik. 3. Pembelajaran Biologi lebih menekankan pada penerapan keterampilan proses. Aspek aspek pada pendekatan saintifik terintegrasi pada pendekatan keterampilan proses dan metode ilmiah. 17

18 Referensi 1. Djamarah, Saiful, B Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta 2. Nurul,H Pengertian dan Langkah-Langkah Saintifik. pengertian-dan-langkah- pembelajaran- saintifik.html#!prettyphoto diakses tanggal 19 November Kemdikbud Permendikbud 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 4. Kemdikbud Permendikbud 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Suastra, I.W Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha 5.Syah, M., Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. 6. Trianto Mendesaian P embelajarankontekstual (Contextual Teaching Learning) di kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher 18

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak PEMBELAJARAN BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING) PADA KURIKULUM 2013 (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak Tujuan penulisan artikel ini adalah pentingnya menerapkan pembelajaran bermakna di kelas. Pembelajaran

Lebih terperinci

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK PPT 2.1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Esensi Pendekatan Saintifik Proses

Lebih terperinci

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Esensi Pendekatan Ilmiah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Permendikbud No 67 Th 2013 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yang menjelaskan tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 Oleh: M. Lazim A. PENDAHULUAN Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran

Lebih terperinci

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD?

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD? 1 BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD? Oleh : Jamaluddin, S.Kom., M.Pd Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengambil keputusan untuk mengubah (lagi) kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3a PENDEKATAN SAINTIFIK 2 PENGERTIAN (1/2) Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci: karakter, pendekatan saintifik

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci: karakter, pendekatan saintifik IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SAINS MENYONGSONG GENERASI EMAS INDONESIA Ida Mintarina Nulfita, M.Pd, SMAN 1 Padangan Bojonegoro, 62162 Email: idaersyat@yahoo.co.id Data

Lebih terperinci

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 KEMAMPUAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PROSES PEMBELAJARAN DI KOTA LANGSA Ronald Fransyaigu, Bunga Mulyahati Universitas Samudra ronaldfransyaigu.unsam@gmail.com Abstrak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan suatu bangsa. Dengan landasan pemikiran tersebut, pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

Pengembangan Kegiatan Pembelajaran IPA SMP Berbasis Scientific Approach dalam Konteks Kurikulum 2013 pada Topik Pemanasan Global

Pengembangan Kegiatan Pembelajaran IPA SMP Berbasis Scientific Approach dalam Konteks Kurikulum 2013 pada Topik Pemanasan Global Pengembangan Kegiatan Pembelajaran IPA SMP Berbasis Scientific Approach dalam Konteks Kurikulum 2013 pada Topik Pemanasan Global Widodo Setiyo Wibowo, M.Pd. Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kurikulum Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat berpacu. Istilah

Lebih terperinci

Keterampilan proses sains menurut Rustaman (2003, hlm. 94), terdiri dari : melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi),

Keterampilan proses sains menurut Rustaman (2003, hlm. 94), terdiri dari : melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi), BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas latar belakang yang menjadi landasan dilaksanakan penelitian ini, rumusan masalah yang ditemukan peneliti untuk menjadi acuan penelitian, tujuan dilakansanakan penelitian,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK SD/MI DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK SD/MI DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK SD/MI DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK Supriyati Dosen Prodi PGMI STAIN Jurai Siwo Metro Abstract Learning is a process of the interaction of learners with educators and learning

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. II. LANDASAN TEORI 1. Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017 PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PENDEKATA KETERAMPILAN PROSES PADA MATA PELAJARAN IPA. Oka Sandya Santi Email: ida.yani37@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 1) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurangkurangnya

Lebih terperinci

Pembelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam. Empat Unsur Utama IPA

Pembelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam. Empat Unsur Utama IPA Pendahuluan Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan scientific (meliputi: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran) (Sudarwan, 2013).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Disiplin Belajar a. Pengertian Disiplin Disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 268), pengertian disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan

Lebih terperinci

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran

Lebih terperinci

PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI Fifhri Nuru Ayuni, Pemahaman Guru 1 PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI Fithri Nuru Ayuni Program Studi Pendidikan Geografi, SPs, UPI, email:

Lebih terperinci

Oleh. Nanda Risanti Dr. Abdurrahman Adisaputera, M.Hum. Abstrak. Kata kunci: Model Pembelajaran Saintifik, Teks Laporan Hasil Observasi.

Oleh. Nanda Risanti Dr. Abdurrahman Adisaputera, M.Hum. Abstrak. Kata kunci: Model Pembelajaran Saintifik, Teks Laporan Hasil Observasi. 1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 38 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 Oleh Nanda Risanti Dr. Abdurrahman Adisaputera,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING BERBASIS PORTOFOLIO SISWA SMA NEGERI 1 PURBOLINGGO.

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING BERBASIS PORTOFOLIO SISWA SMA NEGERI 1 PURBOLINGGO. PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING BERBASIS PORTOFOLIO SISWA SMA NEGERI 1 PURBOLINGGO Triana Asih Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004)

BAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan manusia yang berkualitas adalah manusia yang bisa bersaing di dalam arti yang baik. Di dalam persaingan diperlukan kualitas individu sehingga hasil karya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri atau dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Inkuiri adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum mendapatkan pendidikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN TEMA 2 SELALU BERHEMAT ENERGI DI KELAS IV B SDN NO. 34/1 TERATAI. Oleh : LUSY TANIA PURWANI

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN TEMA 2 SELALU BERHEMAT ENERGI DI KELAS IV B SDN NO. 34/1 TERATAI. Oleh : LUSY TANIA PURWANI IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN TEMA 2 SELALU BERHEMAT ENERGI DI KELAS IV B SDN NO. 34/1 TERATAI Oleh : LUSY TANIA PURWANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian ini teori yang akan dikaji adalah sebagai berikut: (1) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); (2) Pembelajaran IPA di SD; (3) Ruang lingkup pembelajaran IPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan latar belakang masalah menentukan penelitian mengenai PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Arikunto (2006:124) observasi adalah mengumpulkan data atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Arikunto (2006:124) observasi adalah mengumpulkan data atau 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Observasi Menurut Arikunto (2006:124) observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR Mei Fita Asri Untari mei_fita@ymail.com Dosen PGSD IKIP PGRI Semarang ABSTRAK Pendekatan saintifik/ilmiah merupakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN MEDIA GEOGEBRA UNTUH MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN MATEMATIKA.

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN MEDIA GEOGEBRA UNTUH MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN MATEMATIKA. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN MEDIA GEOGEBRA UNTUH MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN MATEMATIKA. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan kurikulum pendidikan yang digunakan mengacu pada sistem pendidikan nasional. Pada saat penelitian ini dilakukan, kurikulum yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Taniredja (Fira, 2013: 5)

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Taniredja (Fira, 2013: 5) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat bukan saja dari segi hasil tetapi juga proses. Asumsi dasar ialah proses pembelajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13) 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Keterampilan Berkomunikasi Sains Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai proses dan sekaligus sebagai produk. Seseorang mampu mempelajari IPA jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah dirumuskan fungsi sekolah yang digabung dengan tujuan pendidikan nasional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SD SE-KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI

ANALISIS PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SD SE-KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI ANALISIS PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SD SE-KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI Febry Fahreza 1) 1) Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Meulaboh email: fahrezza25@gmail.com

Lebih terperinci

Dasar Berpikir melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif & menyenangkan (PAIKEM); menerapkan pendekatan ilmiah ( scientific

Dasar Berpikir melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif & menyenangkan (PAIKEM); menerapkan pendekatan ilmiah ( scientific Dasar Berpikir Seiring dengan implementasi Kurikulum 2013, guru dituntut untuk: mengubah maindsetnya dalam melaksanakan pembelejaran; menyesuaikan dan mengubah kebiasaan dalam merancang & melaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan abad 21 saat ini ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi. Terutama pada pembangunan nasional yaitu bidang pendidikan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Level-level Inquiry National Science Education Standard menyatakan bahwa inquiry pada siswa didefinisikan sebagai...the

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP Anita Fitriyanti Guru Mata Pelajaran IPA di SMP 1 Paliyan, Kab. Gunungkidul ABSTRAK Keberhasilan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

Lokakarya School Community Tahun 2014 PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MATEMATIKA

Lokakarya School Community Tahun 2014 PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MATEMATIKA Lokakarya School Community Tahun 2014 PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MATEMATIKA A. Pengantar Sebelum membicarakan mengenai pendekatan ilmiah, perlu dipahami lagi mengenai metode ilmiah. Pada umumnya sesorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Problem-Based Learning a. Pengertian Problem-Based Learning Problem-Based Learning merupakan model pembelajaran yang menjadikan

Lebih terperinci

Endang Kusumaningtyas, S.Pd., M.Pd. SMP Negeri 2 Kota Pasuruan

Endang Kusumaningtyas, S.Pd., M.Pd. SMP Negeri 2 Kota Pasuruan PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI ARITMETIKA SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP Endang Kusumaningtyas, S.Pd.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Untuk mengimbangi kemajuan bangsa yang semakin pesat, pendidikan harus berkembang

Lebih terperinci

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 251 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 1 SDN 1 DURENAN PADA TEMA PENGALAMANKU MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DI KECAMATAN DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu elemen yang harus dimiliki oleh suatu negara. Karena dengan adanya pendidikan suatu negara tersebut akan mengalami suatu kemajuan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN PROSES DALAM IPA SD. Ridwan Efendi, M.Pd

KETERAMPILAN PROSES DALAM IPA SD. Ridwan Efendi, M.Pd KETERAMPILAN PROSES DALAM IPA SD Ridwan Efendi, M.Pd Hakekat IPA IPA SIKAP rasa ingin tahu, objektif, jujur, skeptis, teliti, tidak tergesa-gesa mengambil keputusan, terbuka, tidak cepat putus asa Implikasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan bahwa belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan bahwa belajar 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Fisika Belajar adalah proses interaksi dengan lingkungan untuk mencari wawasan dan pengalaman sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (SD) Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (SD) Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (SD) Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan lingkungan dinilai kian menjadi darurat semenjak dominasi manusia terhadap lingkungan, hal ini diperparah seiring kemajuan teknologi. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas menjadi satu antara materi kimia, fisika dan biologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rini Andini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Rini Andini, 2014 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran sangat disorot dalam dunia pendidikan karena di dalamnya terjadi proses penyampaian ilmu pengetahuan dari pendidik ke peserta didiknya. Tidak hanya

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang kemajuan dari suatu bangsa karena bangsa yang maju dapat dilihat dari pendidikannya yang maju pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar secara aktif dalam mengembangkan kreativitas berfikirnya. Tujuan pokok

Lebih terperinci

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 1 PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 Pendahuluan Oleh: Bambang Prihadi*) Implementasi Kurikulum 2013 dicirikan dengan perubahan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah suatu pembelajaran yang menggabungkan beberapa materi pelajaran dan

Lebih terperinci

Kasmi Wati, Rosane Medriati, Andik Purwanto Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Bengkulu

Kasmi Wati, Rosane Medriati, Andik Purwanto Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Bengkulu PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BELAJAR SISWA PADA MATERI FLUIDA DINAMIK KELAS XI IPA A SMA NEGERI 2 KOTA BENGKULU

Lebih terperinci

PELATIHAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU BAHASA INDONESIA SE-KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK

PELATIHAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU BAHASA INDONESIA SE-KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK PELATIHAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU BAHASA INDONESIA SE-KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK oleh Siswanto PHM, Arisul Ulumuddin, Siti Ulfiyani, Rawinda Fitrotul M. A. arisul_male@yahoo.com Abstrak Dari hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa, mahasiswa dengan guru, dosen dalam memahami, mendiskusi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan siswa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Literasi sains merupakan salah satu ranah studi Programme for Internasional Student Assessment (PISA). Pada periode-periode awal penyelenggaraan, literasi sains belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam kajian pustaka ini dipaparkan berbagai macam teori tentang Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Pembelajaran IPA itu sendiri serta Langkahlangkah pembelajaran

Lebih terperinci

Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI

Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI MENGAPA GURU PERLU MEMAHAMI METODOLOGI PEMBELAJARAN? S elain faktor penguasaan materi, salah satu faktor lain yang dapat mempengaruhi profesionalisme guru

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains (KPS) adalah pendekatan yang mengarahkan bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan mengamati, melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran dapat diartikan sebagai proses mengidentifikasi perilaku peserta didik, aktivitas yang semula tidak berkaitan menjadi suatu pola yang utuh bagi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK MELALUI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU IPA MADRASAH IBTIDAIYAH DI KECAMATAN BUNGAH GRESIK

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK MELALUI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU IPA MADRASAH IBTIDAIYAH DI KECAMATAN BUNGAH GRESIK Vol.2 No.2 Januari 2017, hal. 60 65 p-issn: 2460-5514 e-issn: 2502-6518 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK MELALUI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU IPA MADRASAH IBTIDAIYAH DI KECAMATAN BUNGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus

Lebih terperinci

hidup, baik secara formal, maupun non-formal.

hidup, baik secara formal, maupun non-formal. II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Seiring dengan perkembangan zaman, pengertian belajar pun mengalami banyak perkembangan. Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Hamalik, 2011:27). Menurut pengertian ini, belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan suatu bangsa karena merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

DIMENSI RASA INGIN TAHU SISWA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERGA PENJERNIHAN AIR

DIMENSI RASA INGIN TAHU SISWA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERGA PENJERNIHAN AIR DIMENSI RASA INGIN TAHU SISWA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERGA PENJERNIHAN AIR Duwi Nuvitalia (1), Siti Patonah (1), Ernawati S (1), Khumaedi (2), Ani Rusilawati (2) Progdi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan secara formal. Di sekolah anak-anak mendapatkan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk masa depannya.

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang Nurchafsah dan Mardiah MI Darussalam Palembang japridiah@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan oleh Conant (Pusat Kurikulum, 2007: 8) sebagai serangkaian konsep yang saling berkaitan

Lebih terperinci