BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai bagian dari sebuah perkotaan mempunyai peran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai bagian dari sebuah perkotaan mempunyai peran"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai bagian dari sebuah perkotaan mempunyai peran sebagai penyedia fasilitas perumahan atau permukiman bagi warga yang bertempat tinggal di kota ini. Selain itu, Kota Yogyakarta memiliki fungsi lain sebagai perkotaan, yaitu penyedia layanan dan jasa yang membutuhkan ruang untuk eksistensinya. Oleh karena itu, kemampuan penyediaan ruang untuk permukiman di area perkotaan Yogyakarta akan berdampingan dengan fungsi lain tersebut, sehingga saat ini daerah bantaran kali pun menjadi ruang yang dimanfaatkan warga sebagai ruang untuk permukiman. Ditambah lagi, adanya perkembangan pembangunan saat ini juga menarik laju urbanisasi warga, sehingga perkembangan permukiman di bantaran kali tidak bisa terelakkan lagi walaupun dengan kondisi dan keterbatasan yang ada sebagai suatu lingkungan permukiman. Yogyakarta memiliki wilayah perkotaan yang melampaui batas administrasi Kota Yogyakarta sendiri. Walaupun Kota Yogyakarta memiliki area khusus yang merupakan pusat kota, tetapi juga memiliki karakteristik yang merupakan gabungan dari urban-rural. Area ini umumnya disebut kampung kota. Sihombing (2004:1) mengatakan bahwa kampung kota adalah suatu permukiman di area perkotaan yang 1

2 dipengaruhi oleh pasar dan barang-barang komersil. Umumnya, kampung kota mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi, sebuah pola komunitas yang kompak, pendidikan yang lebih baik, lebih banyak tenaga kerja yang memiliki kemampuan dan adanya manajemen kemasyarakatan dibandingkan dengan desa. Penggabungan kota dan kampung dalam kampung kota secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah daerah yang tradisional, penuh kespontanan dan permukiman yang plural di area perkotaan. Secara geografis, Kota Yogyakarta dilewati oleh tiga kali, yaitu kali winongo, kali code dan kali gajahwong. Kali Code adalah kali yang berada tepat di tengah Kota Yogyakarta. Walaupun terletak di tengah kota, di bantaran Kali Code terdapat permukiman yang mencerminkan karakteristik khas warga Yogyakarta yaitu ramah dan memiliki semangat gotong royong. Suasana seperti ini bisa dirasakan ketika berada di kampung. Dengan adanya percampuran karakteristik kekotaan dan kampung di wilayah ini, maka daerah tersebut bisa dikatakan sebagai kampung kota. Sesuai dengan kondisi geografis yang ada, Kota Yogyakarta juga memiliki potensi bencana. Keberadaan kawasan perkotaan Yogyakarta yang berada di antara Gunungapi Merapi dan Samudera Hindia membuat kawasan kota ini memiliki risiko terpapar bencana alam. Khususnya wilayah yang berada di bantaran Kali Code, aliran air di kali ini bisa menjadi potensi banjir bila terjadi hujan lebat dengan intensitas yang tinggi, terlebih jika terjadi setelah letusan gunungapi terjadi. Pada tahun 2010, masyarakat bantaran Kali Code menghadapi lahar hujan yang merupakan bencana 2

3 lanjutan dari meletusnya Gunungapi Merapi. Masyarakat menghadapi bencana ini secara spontan dan tanpa persiapan. Tidak ada perkiraan bahwa aliran lahar hujan akan meluap dan merusak permukiman di bantaran Kali Code. Rumah-rumah lapis pertama dari kali yang terdekat dengan Kali Code mengalami kerusakan parah. Proses bangkitnya masyarakat bantaran Kali Code dari banjir lahar hujan ini memerlukan waktu bertahun-tahun. Pada tahun 2014, warga telah menempati kembali rumahnya dengan keadaan rumah yang sudah mengalami banyak perbaikan dan cukup layak ditempati. Masyarakat di sekitar Kali Code tidak lepas dari karakteristik kampung kota. Masyarakat mempunyai peran dalam mempertahankan eksistensi permukiman di bantaran Kali Code, terutama ketika bangkit dari keadaan setelah menghadapi banjir lahar hujan yang merusak permukiman warga. Kehidupan dari suatu permukiman tergantung dengan upaya warganya. Pada saat itu, warga dibantu oleh pihak pendukung baik dari segi material maupun non material. Di permukiman bantaran Kali Code juga ditemukan komunitas-komunitas yang berfokus pada perkembangan Kali Code kearah positif. Komunitas tersebut meliputi Code Fest, Gerakan Cinta Code, Forum Masyarakat Code Utara, Kompac. Kemudian, untuk memudahkan semua pihak, komunitas tersebut diwadahi dalam satu payung yaitu Komunitas Pamerti Code. Kampung Jogoyudan adalah salah satu kampung kota yang terletak di tengah kota Yogyakarta. Sebagai sebuah kampung kota, Kampung Jogoyudan memiliki kemudahan akses menuju layanan dan fasilitas kota akan tetapi juga tetap memiliki suasana kampung yaitu komunikasi antar warganya yang akrab dan saling mengetahui 3

4 satu sama lain. Hal inilah yang membuat permukiman di bantaran Kali Code hidup dengan adanya gotong royong dalam penyediaan fasilitas permukiman bersama, baik dengan bantuan pemerintah atau secara swadaya. Penataan ruang untuk kawasan bantaran Kali Code ini berhubungan dengan PP No 38 tahun 2011 tentang Sungai. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 huruf disebutkan paling sedikit berjarak 3 m (tiga meter) dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai. Dari peraturan tersebut, jika dikaitkan dengan rumah warga maka yang paling dekat dengan kali ditemukan tidak berjarak lebih dari satu meter dari tepi luar tanggul. Selain itu, dengan adanya komunitas yang ada di permukiman bantaran Kali Code, sempadan kali tidak ingin dibiarkan kosong. Muncul keinginan untuk membuat nilai dari ruang di bantaran kali ini menjadi lebih baik. Adanya rumah di bantaran sungai dan ditambah sosialisasi untuk menjaga kebersihan kali membuat Kali Code menjadi kali yang berusaha dijaga dan membuat warga sekitar berpikir akan nilai lebih dari kali atau ruang di pinggiran kali bantaran Kali Code ini. Kegiatan yang berlokasi di atau di dekat kali membuat ruang bantaran kali ini menjadi lebih berharga dan hidup. Dari ide-ide yang pernah muncul, Kali Code pernah direncanakan akan menjadi wisata air tengah kota yang menggunakan perahu karet untuk olahraga seperti arung jeram, jogging track. Wisata bantaran kali sangat menarik untuk dikembangkan dikarenakan posisi Kali Code yang berada tepat di tengah kota. Dari fakta tersebut, dapat dilihat bahwa kampung di bantaran Kali Code bukanlah sebuah permukiman yang tepat disebut 4

5 sebagai daerah kumuh melainkan sebuah kampung kota yang akan terus berkembang dengan implementasi ide-ide dari warganya yang inovatif dan positif. Masyarakat bantaran Kali Code sebagai warga kampung kota memiliki karakteristik yang menarik. Seiring dengan kemajuan kota, warganya tetap memiliki unggah ungguh, sopan santun, kerukunan antar warga yang membuat mereka kenal satu sama lain, terutama dalam satu lingkungan RW. Kegiatan-kegiatan bersama antar RW yang membuat keakraban warga meningkat pun sering dilakukan secara berkala di tempat ini. Walaupun dengan keterbatasan ruang yang ada dan kepadatan permukiman yang tinggi, warga tetap memiliki ruang publik untuk memfasilitasi kegiatan sosialnya, dari sebuah balai warga (RW), lapangan bulu tangkis serbaguna atau halaman rumah yang berubah sebagai tempat berbincang-bincang di sore dan malam hari. Dari fakta-fakta ini, didapat bahwa yang membuat permukiman bantaran Kali Code ini hidup adalah adanya aktivitas yang hidup di dalamnya. Dari pembahasan di atas, penulis berusaha untuk mengetengahkan bahwa ada elemen yang penting dalam sebuah permukiman yang mempengaruhi eksistensi dari permukiman itu sendiri, yaitu warga Kampung Jogoyudan. Pada bahasan selanjutnya, warga beberapa kali akan ditulis sebagai komunitas warga. Telah banyak pembahasan mengenai bagaimana ketahanan wilayah dari segi fisik permukiman terhadap bencana secara umum. Penelitian kualitatif maupun kuantitatif yang menghasilkan standar baku pengecekan suatu wilayah tersebut memiliki ketahanan atau tidak pun sudah ada. Akan tetapi, pembahasan mengenai fenomena di suatu potongan wilayah akan menarik 5

6 apabila manusia di dalamnya memiliki konsep lokal yang khusus menjelaskan bagaimana ketahanan di mata warga setempat. Dengan jarak waktu yang cukup jauh dari waktu terjadinya banjir lahar hujan, yaitu kurang lebih empat tahun dari waktu penelitian dilakukan, diharapkan data yang didapat bisa menunjukkan bagaimana warga berproses dalam membangkitkan kondisi permukimannya. 1.2 Rumusan Masalah Gambar 1.1 Posisi Kampung Jogoyudan terhadap Kali Code Sumber: Lembaga Kerjasama Fakultas Teknik dan rekan-rekan,

7 Pada Gambar 1.1, Kampung Jogoyudan adalah wilayah yang dibatasi oleh garis merah. Dari observasi yang dilakukan sebelum pengambilan data di lapangan, didapatkan fakta bahwa sebagai sebuah permukiman, Kampung Jogoyudan termasuk permukiman relatif sederhana, padat penduduk dan tapaknya memiliki kemiringan yang membuat akses menuju permukiman yang ada di dekat kali menjadi terbatas, gang yang sempit hanya memungkinkan motor untuk bisa turun ke bawah. Apabila ada mobil maka akan diparkir di jalan kampung sebelah atas permukiman ini. Setiap gang yang ada di kampung ini berupa tangga yang cukup terjal. Adanya tangga tangga tersebut membuat kesan kampung ini memiliki akses yang kurang cepat dan nyaman menuju rumah-rumah yang ada di bagian bawah. Selain itu, dengan kondisi yang berdampingan dengan kali tersebut, Kampung Jogoyudan memiliki potensi banjir. Terutama untuk rumah-rumah yang dekat dengan bibir sungai karena topografi Kampung Jogoyudan memiliki cekungan (ledhok). Akan tetapi, Kampung Jogoyudan termasuk permukiman yang terlihat hidup dengan warga yang berkegiatan di dalamnya sehingga walaupun pernah mengalami banjir yang merusak rumah-rumah di bantaran Kali Code ini, permukiman ini tetap diperbaiki dan ditempati. Seperti yang dipublikasikan situs okezone.com pada 7 Desember , Kampung Jogoyudan termasuk kampung yang mengalami kerusakan terparah karena merupakan kampung dengan topografi terendah di bantaran Kali Code. Kemudian, ketika diobservasi tahun 2014, warga yang menjadi korban banjir menempati rumah 7

8 yang mendapat perbaikan utama di bagian lantai dan ketinggian bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa warga tetap bertahan tinggal di Kampung Jogoyudan walaupun memiliki riwayat lahar hujan yang parah. Apa yang menjadi latar belakang warga untuk bertahan inilah yang menarik untuk dicari tahu lebih lanjut lagi. Dengan demikian, rumusan masalah dalam penelitian ini penulis ringkas dalam tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Rumusan Masalah No Masalah/Fakta Observasi Kata Kunci Pertanyaan Penelitian 1. - Warga Kampung Jogoyudan ketahanan bermukim, warga yang ada bermukim di bantaran Kali Code dan tetap tinggal di sana walaupun sempat di Kampung Jogoyudan, potensi banjir (banjir hidrologis dan luapan lahar terkena bencana lahar hujan yang hujan) di permukiman mereka, merusak rumah mereka sebelumnya pembentuk ketahanan warga - Warga Kampung Jogoyudan tetap memulai kembali ke kehidupan seperti sebelum terjadi bencana dan terlihat nyaman tinggal di Kampung Jogoyudan tersebut 2. - Topografi Kampung Jogoyudan yang merupakan kampung terendah di bantaran Kali Code - Tidak semua rumah warga menjadi korban lahar hujan, tetapi semua terlibat dalam proses (evakuasi/relokasi/healing/perbaikan) pasca bencana lahar hujan. (bersambung) Lapisan permukiman berdasarkan ketinggian, perbedaan potensi banjir, keterlibatan warga di masing-masing lapisan permukiman 8

9 (lanjutan) No Masalah/Fakta Observasi Kata Kunci Pertanyaan penelitian 3. - Kampung Jogoyudan adalah kampung kota Karakter warga, kepemimpinan, yang memiliki kedekatan warga yang khas kampung (erat, gotong royong, ramah) - Warga dapat bangkit lagi setelah bencana kearifan lokal, prinsip warga kampung kota, kedekatan warga bantaran Kali Code lahar hujan yang membuat kerusakan parah di permukiman warga Sumber: Analisis Peneliti, 2015 Kemudian, peneliti menemukan dua RW di Kampung Jogoyudan yang mengalami kerusakan terparah ketika bencana lahar hujan tahun RW 10 dan 11 mengalami kerusakan yang bisa dilihat dari permukiman yang ada di bantaran sungainya. Selain itu, renovasi dan pembiaran rumah yang beraneka ragam membuat lokasi ini menarik untuk ditelusuri lebih lanjut. Kemudian, setelah wawancara singkat dengan perangkat RW setempat, peneliti memutuskan untuk mengambil satu RW saja untuk diperdalam dalam penelitian, yaitu RW 11. Keputusan ini diambil karena aspek kondisi sosial ekonomi warga dan banyaknya aktivitas di permukiman tersebut. 1.3 Pertanyaan Penelitian Adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses terbentuknya ketahanan warga RW 11 Kampung Jogoyudan pasca bencana lahar hujan? 2. Bagaimana teori lokal ketahanan bagi warga RW 11 Kampung Jogoyudan? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 9

10 1. Mengetahui proses terbentuknya ketahanan warga RW 11 Kampung Jogoyudan pasca bencana lahar hujan. 2. Merumuskan teori lokal ketahanan bagi warga RW 11 Kampung Jogoyudan. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai sumbangan dalam ilmu perencanaan permukiman di lahan yang memiliki kerentanan fisik maupun sosial 2. Sebagai sumbangan alternatif penanganan atau peningkatan kualitas permukiman di bantaran kali sehingga kota menjadi tempat yang nyaman untuk hidup dan berkehidupan. 1.6 Batasan Masalah Fokus Fokus dalam penelitian ini adalah mencari tahu apa yang dilakukan warga ketika permukimannya memiliki kerentanan sebagai tempat tinggal khususnya setelah banjir lahar hujan tahun 2010 dan bagaimana cara masyarakat mengatasi kerentanan tersebut Lokus Lokus dalam penelitian ini adalah Kampung Jogoyudan, Kelurahan Gowongan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Untuk memfokuskan dan memperdalam penelitian ini maka dipilihlah RW 11 sebagai lokasi penelitian ini. 10

11 1.7 Keaslian Penelitian Tabel 1.2 Penelitian yang Serupa No Judul Penulis Tahun Lokasi Topik 1. Communitybased approach for improving vurnerable urban space (bersambung) Tetsuo Kidokoro Bangkok, Manila, Pakistan, Pendekatan komunitas (warga setempat) yang digunakan sebagai pendekatan untuk memperbaiki ketahanan area perkotaan yang memiliki kerentanan Metode/Pen -dekatan Studi Kasus Hasil Penelitian ini membahas tentang permukiman informal di perkotaan. Ada beberapa fase pendekatan yang telah dilewati dalam mengurangi kerentanan permukiman di sana mulai dari bantuan publik, kemudian menjadi swadaya, lalu manajemen urban (yang terkait dengan political will) dan diakhiri dengan manajemen komunitas. Terdapat studi kasus yang bagus di Karachi, dalam orange pilot project, kesadaran masyarakat setempat untuk memperbaiki keadaan permukimannya menunjukkan hasil yang lebih baik dalam mengurangi kerentaan permukiman. Pendekatan berbasis komunitas adalah sebuah kunci dan membutuhkan kapasitas yang baik antara komunitas dan pemerintah lokal dalam bekerja sama dengan pihak lain yang membantu misalnya NGOs, CBOs, dan sektor privat 11

12 (lanjutan) No Judul Penulis Tahun Lokasi Topik 2. Community consultation for climate resilient housing: a comparative case study in Vietnam Tran Tuan Anh, Tran Van Ghai Phong, Martin Mulenga 2014 Vietnam Keterlibatan komunitas dalam membentuk permukiman yang tangguh setelah bencana banjir setempat Metode/Pendekatan Studi Kasus Hasil a. Ada tiga komponen yang mempengaruhi ketahanan permukiman setelah bencana, yaitu penduduk, sistem, dan institusi. b. Keterlibatan warga dalam kegiatan perbaikan setelah bencana akan membuat ketahanan permukiman lebih baik. 3. The transformation of kampung kota: a symbiosys between Kampung and Kota A case study from Jakarta (bersambung) Antony Sihombing 2004 Jakarta Penjelasan mengenai kampung kota di beberapa kampung di kota Jakarta yang memiliki beragam ciri yang kemudian diklasifikasikan oleh peneliti Studi Kasus Sejarah Jakarta menunjukkan bahwa Jakarta telah banyak berkembang dan banyak dipengaruhi oleh konsep kotanegara. Walaupun di Jakarta telah banyak kemajuan akan tetapi Jakarta tetap mempunyai kota yang berkembang dan kampung yang masih memiliki spirit dan kearifan lokal, kampung dan kota juga memiliki interdependensi yang kuat. Transformasi struktur kota Jakarta adalah simbiosis antar kampung dan kota. 12

13 (lanjutan) No Judul Penulis Tahun Lokasi Topik 4. Modal Sosial dalam Gerakan Lingkungan: Studi Kasus di Kampung Gambiran dan Gondolayu Lor, Kota Yogyakarta (bersambung) Pandhu Yuanjaya 2015 Yogyakarta Perbandingan gerakan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Gambiran dan masyarakat Kampung Gondolayu Lor Kota Yogyakarta. Perbedaan capaian dari kedua gerakan lingkungan dipengaruhi oleh modal sosial yang menjadi penentu capaian gerakan lingkungan di kedua kampung. Metode/Pendekatan Kualitatif Hasil Modal sosial menjadi penentu capaian gerakan lingkungan di kedua kampung, yakni 1) kepercayaan di Kampung Gambiran sangat tinggi baik secara internal maupun eksternal, sedangkan di Kampung Gondolayu Lor sangat rendah, 2) jaringan sosial di Kampung Gambiran kuat secara internal dan eksternal, sedangkan di Kampung Gondolayu Lor sangat lemah, 3) resiprositas, di Kampung Gambiran berupa perubahan kondisi, perilaku dan sosial ekonomi, sedangkan di Kampung Gondolayu Lor, masyarakat mengejar keuntungan ekonomi dari proyek, 4) konsistensi mematuhi norma dan nilai lingkungan di Kampung Gambiran menjadi pedoman dalam berperilaku, sedangkan di Kampung Gondolayu Lor tidak memiliki norma dan nilai lingkungan, 5) tindakan yang proaktif, di Kampung Gambiran partisipasi sangat tinggi diiringi inisiatif dan inovasi, baik berupa tenaga, dana, waktu, loyalitas dan lain-lain, sedangkan di Kampung Gondolayu Lor partisipasi telah jauh menurun dan tanpa inovasi 13

14 (lanjutan) No Judul Penulis Tahun Lokasi Topik 5. Arahan Penataan Kawasan Bantaran Kali yang Antisipatif terhadap Bencana Banjir: Studi Kasus Bantaran Kali Code, Kawasan Cokrodirjan, Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta Zahmi Afrizal 2010 Yogyakarta Mencari faktor pengaruh pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan banjir kawasan untuk pertimbangan dalam penataan dan pengembangan kawasan bantaran sungai di pusat Kota Yogyakarta Sumber : Penulis, 2014 Metode/Pendekatan Deduktif Kualitatif Hasil Arahan penataan dan rencana pengembangan kawasan bantaran sungai yang memunculkan karakter kawasan permukiman yang antisipatif terhadap bencana banjir sehingga menciptakan penataan lingkungan kawasan bantaran sungai yang aman dan menjadikan banjir sebagai potensi kawasan. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah pada kespesifikan lokasi yaitu di RW 11 Kampung Jogoyudan Kota Yogyakarta yang berbeda dengan lokasi-lokasi penelitian sebelumnya. Kemudian, topik penelitian ini yang meliputi proses terbentuknya ketahanan dan perumusan teori lokal di RW 11 Kampung Jogoyudan merupakan sudut penelitian yang belum dibahas pada penelitian di atas. Kemudian, jarak waktu antara kejadian bencana dan penelitian selama empat tahun dengan metode fenomenologi diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh dari proses dan teori lokal yang diteliti pada tesis ini. 14

15 1.8 Kerangka Berpikir lahar Hujan rumah bantaran kali perbaikan rumah, penempatan kembali Hubungan terbalik antara kerentanan dan keinginan bermukim Mengetahui hal-hal terkait ketahanan warga dalam hal bermukim di Kampung Jogoyudan Observasi Lapangan Wawancara Data Sekunder Induksi temuan-temuan di lapangan terkait ketahanan Tema-tema, konsep Teori lokal ketahanan warga Kampung Jogoyudan pasca bencana lahar hujan tahun 2010 Gambar 1.2 Kerangka Berpikir Sumber : Peneliti,

16 Pada diagram alir di atas, peneliti menggambarkan proses pembentukan tema, penentuan tema, pengambilan data dan analisis yang akan dilakukan hingga merumuskan teori lokal sebagai akhir penelitian. Ada tiga topik utama yang menjadi dasar dari penelitian ini yaitu mengenai rumah bantaran kali, lahar hujan, dan perbaikan rumah warga pasca bencana hingga waktunya penempatan kembali. Berdasarkan observasi awal, ketiga topik ini mengarah pada adanya hubungan terbalik antara kerentanan dan keinginan bermukim bagi warga di Kampung Jogoyudan khususnya di RW 11. Latar belakang tersebut mengarah pada tujuan untuk mengetahui hal-hal yang terkait dengan ketahanan warga dalam hal bermukim di Kampung Jogoyudan. Kemudian, peneliti melakukan observasi lapangan, wawancara, dan melengkapi data sekunder untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Observasi lapangan dilakukan dengan survey lokasi dan dokumentasi situasi Kampung Jogoyudan. Wawancara dilakukan dengan in-depth interview. Kemudian, data sekunder didapat dari Bappeda Kota Yogyakarta, Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta, BPBD Kota Yogyakarta, Kantor Kecamatan Jetis, dan Kelurahan Gowongan Kota Yogyakarta. Lalu, data yang didapat akan menjadi temuan-temuan lapangan dan diinduksi mengikuti alur penelitian fenomenologi. Selanjutnya, akan menjadi terbentuk tema-tema, konsep-konsep hasil penelitian. Kemudian, dari konsepkonsep yang ada akan terumuskan teori lokal ketahanan warga Kampung Jogoyudan khususnya setelah banjir lahar hujan tahun

17 1.9 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari enam bab, yaitu: 1. BAB I PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan, batasan masalah, manfaat, keaslian penelitian, kerangka berfikir, dan sistematika penulisan. 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Terdiri dari tinjauan pustaka dan definisi istilah khusus. Tinjauan pustaka berisikan teori-teori yang terkait dengan analisis 3. BAB III METODE PENELITIAN Berupa penjelasan tentang metode penelitian yang dipakai oleh peneliti 4. BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Terdiri dari deskripsi umum wilayah penelitian, yaitu Kampung Jogoyudan RW 11, Kelurahan Gowongan, Kecamatan Jetisharjo, Kota Yogyakarta 5. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai ketahanan bermukim warga di permukiman bantaran Kali Code, yaitu Kampung Jogoyudan RW BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Terdiri dari kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya. 17

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan dasar, salah satunya adalah kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal dalam permukiman.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Yogyakarta Urban Kampung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Yogyakarta Urban Kampung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Urban Kampung Kampung Kota menurut Antony Sihombing adalah simply a traditional, spontaneous and diverse settlement in urban area.ciri khas kampung adalah dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, sehingga memiliki potensi sumber daya air yang besar. Sebagai salah satu sumber daya air, sungai memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan salah satu bencana yang cukup sering melanda beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di wilayah perkotaan dengan kepadatan permukiman yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dituangkan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Agraria (UUPA). Pasal 2

BAB I PENDAHULUAN dituangkan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Agraria (UUPA). Pasal 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang mempunyai peran bagi keperluan pembangunan bangsa Indonesia dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan permukiman padat huni di tepian sungai perkotaan merupakan bagian dari struktur kota yang menjadi komponen penting kawasan. Menurunnya kualitas ruang sering

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika dalam sebuah kota tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan yang membawa kemajuan bagi sebuah kota, serta menjadi daya tarik bagi penduduk dari wilayah lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena dalam aktivitas perkotaan yang terjadi secara terus menerus. Urbanisasi akan membawa pembangunan perkotaan sebagai tanggapan dari bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah kampung berasal dari bahasa Melayu, digunakan sebagai terminologi yang dipakai untuk menjelaskan sistem permukiman pedesaan. Istilah kampung sering dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, pertumbuhan kota di Indonesia terjadi secara pesat. Pertumbuhan kota yang pesat ini dapat disebabkan oleh tingginya pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman perkotaan masa kini mengalami perkembangan yang pesat karena pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi yang tinggi sementara luas lahan tetap. Menurut Rahmi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan pertumbuhan yang kini sedang dirasakan sebagian besar kotakota di Indonesia salah satunya adalah pertumbuhan permukiman informal di kawasan pusat kota,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses 26 februari 2016, Pukul WIB.

BAB I PENDAHULUAN. 1  diakses 26 februari 2016, Pukul WIB. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG a. Umum- Kondisi Permukiman Kampung Kota Pembangunan wilayah di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi penduduk dan arus migrasi. Sejak dekade 1970-an

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di perkotaan yang sangat cepat seringkali tidak memperhatikan kebutuhan ruang terbuka publik untuk aktivitas bermain bagi anak. Kurangnya ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sampai dengan saat ini masalah kemiskinan masih menjadi persoalan yang belum tertuntaskan bagi negara berkembang seperti Indonesia. Masyarakat yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan permukiman kota memiliki risiko bencana. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada lingkungan permukiman tertentu, misalnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di Yogyakarta Kampung Ngampilan RW I secara geografis terletak di daerah strategis Kota Yogyakarta,

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS BAB 4 ANALISIS 4.1. Analisis Kondisi Fisik Tapak 4.1.1. Tinjauan Umum Kawasan Kawasan Kelurahan Lebak Siliwangi merupakan daerah yang diapit oleh dua buah jalan yaitu Jalan Cihampelas (di sebelah barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Cikapundung adalah salah satu sungai yang membelah Kota Bandung melewati 9 kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. Sungai Cikapundung memiliki fungsi dan peran

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Dewasa ini tantangan pembangunan, kebijaksanaan dan langkah

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Dewasa ini tantangan pembangunan, kebijaksanaan dan langkah 13 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Dewasa ini tantangan pembangunan, kebijaksanaan dan langkah pembangunan perlu ditingkatkan seiring dengan perkembangan jaman melalui peningkatan sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap manusia membutuhkan tanah sebagai tempat tinggal maupun tempat

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap manusia membutuhkan tanah sebagai tempat tinggal maupun tempat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia karena setiap manusia membutuhkan tanah sebagai tempat tinggal maupun tempat usaha. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan jumlah penduduk mungkin bukan sebuah fenomena yang asing di telinga untuk saat ini. Fenomena ledakan jumlah penduduk hampir terjadi di seluruh belahan dunia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Pertumbuhan Kawasan Kota dan Permasalahannya Kawasan perkotaan di Indonesia dewasa ini cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

lib.archiplan.ugm.ac.id

lib.archiplan.ugm.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keterbatasan lahan yang terjadi di perkotaan diiringi dengan tingginya kebutuhan penduduk akan hunian menjadikan kawasan kota berkembang menjadi kawasan yang padat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Kebencanaan Kota Yogyakarta dan Perencanaan Partisipatif Dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Tingkat Kampung A. Kondisi Kebencanaan Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan Kota Surakarta memiliki pengalaman banjir pada Tahun 2009 yang tersebar di wilayah Solo utara. Cakupan banjir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Kota Bandung membawa konsekuensi pada masalah lingkungan binaan yang makin memprihatinkan. Beberapa kawasan terutama kawasan pinggiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 merupakan bencana alam besar yang melanda Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 merupakan bencana alam besar yang melanda Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 merupakan bencana alam besar yang melanda Indonesia dan menimbulkan banyaknya kerugian baik secara materil maupun

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG TUGAS AKHIR DINITYA LAKSITHA PUTRI L2B

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG TUGAS AKHIR DINITYA LAKSITHA PUTRI L2B UNIVERSITAS DIPONEGORO PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA DENGAN PENEKANAN DESAIN EKO-ARSITEKTUR TUGAS AKHIR DINITYA LAKSITHA PUTRI L2B 009 044 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Penelitian Kesimpulan dari penelitian ini merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian berdasarkan hasil observasi, pemaparan, identifikasi, dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu topik yang menjadi konsentrasi pembicaraan di berbagai negara pada saat ini adalah mengenai nilai konsep pembangunan berkelanjutan dalam berbagai penyelesaian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR 137. Redesain Kampung Bustaman berbasis Kegiatan Kuliner Lokal (Olahan Daging Kambing)

TUGAS AKHIR 137. Redesain Kampung Bustaman berbasis Kegiatan Kuliner Lokal (Olahan Daging Kambing) TUGAS AKHIR 137 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Redesain Kampung Bustaman berbasis Kegiatan Kuliner Lokal (Olahan Daging Kambing) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut permukiman informal di Indonesia., diambil dari kata Melayu, awalnya merupakan terminologi yang dipakai untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota selalu menunjukkan suatu keadaan yang dinamis. Kotakota di Indonesia berkembang dengan cepat seiring perkembangan zaman dan teknologi. Namun, beberapa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia. Seiring dengan rutinitas dan padatnya aktivitas yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus: Kampung Kanalsari Semarang) Tugas Akhir Oleh : Sari Widyastuti L2D

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN A. Lokasi Kegiatan Program pengabdian pada masyarakat yang dilakukan di Kelurahan Sukapada merupakan program berkelanjutan yang dimulai sejak bulan Mei 2007. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penataan 1.1.1. Gambaran Umum Kota Semarang selaku ibukota dari Provinsi Jawa Tengah memiliki keterletakan astronomis di antara garis 6º 50-7º 10 LS dan garis 109º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL Ingerid Lidia Moniaga & Fela Warouw Laboratorium Bentang Alam, Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA Gambaran Umum Wilayah Luas wilayah Kota Yogyakarta: 3.250 Ha (32,5 Km 2 ) Kota Yogyakarta memiliki 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW), dan 2.524 Rukun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim yang mana terdapat banyak kota berada di wilayah pesisir, salah satunya adalah Kota Pekalongan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim yang mana terdapat banyak kota berada di wilayah pesisir, salah satunya adalah Kota Pekalongan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kawasan pesisir merupakan kawasan yang rawan akan bencana alam. Adanya isu perubahan iklim yang sedang marak diberitakan menjadikan masyarakat kawasan pesisir harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen dengan tingkat kepadatan penduduknya yang mencolok, di mana corak masyarakatnya yang heterogen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar dan terkenal gudegnya sebagai makanan khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana telah mengakibatkan suatu penderitaan yang mendalam bagi korban serta orang yang berada di sekitarnya. Kerugian tidak hanya dialami masyarakat yang terkena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Sungai merupakan salah satu sumberdaya alam yang bisa menopang fungsi kehidupan semua mahluk hidup. Salah satu hal penting adalah ketersediaan air yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada peningkatan ekonomi. Orientasi ekonomi membuat aspek sosial dan lingkungan seringkali diabaikan sehingga

Lebih terperinci

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan 1 A. Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN Sebuah evolusi alamiah dari perkembangan teknologi adalah makin fleksibelnya orang bergerak. Dunia menjadi datar, tanpa batasan fisik dan segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng tektonik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas dari peran dan upaya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan itu sendiri. Menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan Kota Jakarta dengan visi dan misi mewujudkan Ibu kota negara sejajar dengan kota-kota dinegara maju dan dihuni oleh masyarakat yang sejahtera. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman Kampung Aur merupakan salah satu permukiman padat penduduk yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika berbicara mengenai permukiman

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Berangkat dari permasalahan utama pada bab sebelumnya disimpulkan tiga kata kunci yang mendasari konsep desain yang akan diambil. Ketiga sifat tersebut yakni recycle, community

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sering terjadi bencana, seperti bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, gempa bumi, dan lain-lainnya. Bencana yang terjadi di kota-kota

Lebih terperinci

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT JUDUL PENGABDIAN : PENDAMPINGAN MASYARAKAT DAN PEMBANGUNAN JEMBATAN DAN KIRMIR SUNGAI CIHALARANG KEL.SUKAPADA KEC. CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG LOKASI KEGIATAN :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Indonesia Sehat 2010 yang dicanangkan Departemen Kesehatan pada tahun 1998 yang lalu memiliki tujuan-tujuan mulia, salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping empat daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Dan Batasan Judul Permukiman Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan perkampungan (document.tips,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. membuktikan bahwa proses ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat,

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. membuktikan bahwa proses ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat, 160 BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan beberapa perencanaan partisipatif yang telah dilakukan membuktikan bahwa proses ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat, mengingat bahwa

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yogyakarta dikenal dengan julukan sebagai kota pelajar, kota budaya serta kota pariwisata. Julukan tersebut tersemat bukan tanpa alasan. Salah satunya tentu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 Kondisi Administratif Gambar 3.1. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sekitarnya Sumber : www.jogjakota.go.id Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7 30' - 8 15' lintang

Lebih terperinci

PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha

PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 Dian Eva Solikha trynoerror@gmail.com Muh Aris Marfai arismarfai@gadjahmada.edu Abstract Lahar flow as a secondary

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dari penelitian ini didapati kesimpulan dan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Karakteristik fisik permukiman kampung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan mengenai tingkat ancaman dan kerentanan suatu daerah terhadap bencana banjir sudah banyak dilakukan. Dengan judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi pola ruang, kebiasaan bahkan aktifitas masyarakat setempat. Pengaruh ini tidak terlepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis BAB I PENDAHULUAN 1.4. Latar Belakang Permukiman kumuh merupakan permasalahan klasik yang sejak lama telah berkembang di kota-kota besar. Walaupun demikian, permasalahan permukiman kumuh tetap menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di Indonesia yang terdata dan memiliki koordinat berjumlah 13.466 pulau. Selain negara kepulauan, Indonesia

Lebih terperinci

Belakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat

Belakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakartaa memiliki empat kelompok kawasan permukiman yaitu lingkungan permukiman di kawasan cagar budaya, permukiman di kawasan kolonial, permukiman di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah menenggelamkan 19 kampung, memutus 11 jembatan, menghancurkan lima dam atau bendungan penahan banjir, serta lebih

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Halaman Pernyataan Halaman Persembahan Kata Pengantar. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Halaman Pernyataan Halaman Persembahan Kata Pengantar. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Halaman Pernyataan Halaman Persembahan Kata Pengantar Intisari Abstract Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii iii iv v vii viii ix xii xiii BAB I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK Kegiatan studi lapangan untuk kasus proyek ini dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan selama dalam pembuatan proyek dan juga untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode BAB 3 METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Pusat Olahraga Aeromodelling di Malang ini, metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode ini berisi tentang paparan atau

Lebih terperinci