KONSEP FIGUR PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN YANG TERUNGKAP DALAM SKRIPTORIUM NASKAH SUNDA BUHUN KABUYUTAN CIBURUY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP FIGUR PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN YANG TERUNGKAP DALAM SKRIPTORIUM NASKAH SUNDA BUHUN KABUYUTAN CIBURUY"

Transkripsi

1 KONSEP FIGUR PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN YANG TERUNGKAP DALAM SKRIPTORIUM NASKAH SUNDA BUHUN KABUYUTAN CIBURUY Makalah ini disajikan pada Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara, Oleh: Elis Suryani NS Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran MASYARAKAT PERNASKAHAN NUSANTARA YOGYAKARTA September,

2 KONSEP FIGUR PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN YANG TERUNGKAP DALAM SKRIPTORIUM NASKAH SUNDA BUHUN KABUYUTAN CIBURUY ABSTRAK Andai kita simak dengan saksama, kearifan lokal yang terungkap dalam naskah-naskah Sunda buhun kuno berbahan lontar, beraksara dan berbahasa Sunda buhun, yang terungkap dalam skriptorium naskah Sunda koleksi Kabuyutan Ciburuy Bayongbong Garut, sebenarnya sudah menyiratkan konsep serta hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seorang pemimpin. Menurut teks naskah Sanghyang Siksakandang Karesian, seseorang digelari pemimpin, jika dalam pribadinya sudah melekat karakter kepemimpinan yang disebut pangimbuhning twah atau pelengkap untuk mempunyai kharisma/pamor, yakni Emét tidak konsumtif. Imeut teliti, cermat. Rajeun rajin. Leukeun tekun. Paka Pradana beretika. Morogol-rogol beretos kerja tinggi. Purusa ning Sa berjiwa pahlawan, jujur, berani. Widagda bijaksana, rasional dan memiliki keseimbangan rasa. Gapitan berani berkorban, Karawaléya dermawan, Cangcingan terampil, serta Langsitan rapekan /cekatan. Selain pangimbuhning twah, seorang pemimpin dituntut memiliki sifat Dasa prasanta, yakni: Guna bijaksana, Ramah bijak, atau bestari, Hook kagum, Pésok memikat hati, Asih sayang, cinta kasih, Karunya iba/belas kasih, Mupreruk membujuk dan menentramkan hati, Ngulas memuji dan mengoreksi, Nyecep membesarkan hati dan memberikan kata-kata yang menyejukkan, Ngala angen mengambil hati. Di samping itu, seorang pemimpin harus mampu menjauhi empat karakter yang negatif, yang dikenal dengan sebutan opat paharaman atau empat hal yang diharamkan, yakni sifat babarian, pundungan, humandeuar, dan kukulutus serta menjauhi watak manusia yang membuat kerusakan di dunia, yang dikenal Catur Buta, yaitu Burangkak, Mariris, Maréndé, dan Wirang. Seorang pemimpin, menurut teks naskah Sanghyang Hayu, adalah pemimpin yang menjiwai konsep tiga rahasia, terdiri atas lima bagian, yakni lima belas karakter yang harus mendarah daging dalam diri seorang pemimpin, yaitu 1

3 Budi-Guna-Pradana (bijak-arif saleh), Kaya-Wak-Cita (sehat/kuat-bersabda-hati), Pratiwi-Akasa-Antara (bumi angkasa-antara), Mata-Tutuk-Talinga (penglihatanucapan-pendengaran), Bayu-Sabda-Hedap (energi ucapan/sabda-itikad/kalbu dan pikiran). Tiga rahasia itu harus berpegang teguh kepada prinsip astaguna delapan kearifan, terdiri atas: Animan (lemah lembut), Ahiman (tegas/panceg hate), Mahiman (berwawasan luas), Lagiman (gesit/cekatan/trampil), Prapti (tepat sasaran), Prakamya (ulet/tekun), Isitwa (jujur), Wasitwa (terbuka untuk dikritik). Konsep figur pemimpin dan kepemimpinan Sunda menurut Sanghyang Siksakandang Karesian, Fragmen Carita Parahiyangan, Carita Parahiyangan, juga Sanghyang Hayu, koleksi skriptorium Kabuyutan Ciburuy, setidaknya harus mampu berperan sebagai leader (adanya kesepahaman dalam satu pikiran, perkataan, dan perbuatan dengan benar), manajer (kemampuan dalam hal manajerial), entertainer (kaitannya dengan human relations/bernegosiasi), entrepreneur (memiliki jiwa kewirausahaan), commander (menjadi pendorong atau motivator), designer (sebagai perancang ideal), father (bertindak kebapakan), servicer (pelayan yang baik & bertanggung jawab), dan teacher (guru, pendidik, dan pengajar serta menjadi teladan bagi masyarakat/bawahannya). Kesembilan kriteria tersebut selayaknya harus mampu diejawantahkan dan dicerminkan dalam diri dan sikap seorang pemimpin dan kepemimpinannya, yang akhirnya menuju kepada pemimpin ideal yang mampu bertindak sebagai master/tokoh yang dicintai, dikagumi, dan disegani masyarakatnya, serta mampu memerdayakan dan menyejahterakan orang banyak. 2

4 KONSEP FIGUR PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN YANG TERUNGKAP DALAM SKRIPTORIUM NASKAH SUNDA BUHUN KABUYUTAN CIBURUY 1. Pendahuluan Gonjang ganjing berkenaan dengan pergantian pucuk pimpinan, baik di lingkungan pejabat maupun di institusi pemerintahan yang kini melanda masyarakat, tampaknya layak juga untuk dicermati. Mengapa demikian? Karena, masalah kepemimpinan berkelindan erat dengan sifat, sikap, karakter, dan kebijakan seorang pimpinan dalam menangani suatu masalah yang terjadi di masyarakat atau dalam sebuah komunitas tertentu. Sehubungan dengan itu, perlu ditelusuri dan dikaji secara mendalam apa dan bagaimana sikap dan perilaku seorang pimpinan agar kepemimpinannya sesuai dengan yang diharapkan oleh komunitasnya. Tulisan ini sekadar mengungkap sebagian kearifan lokal kepemimpinan yang dikenal dengan istilah parigeuing, sebagaimana tertuang dalam naskah Sunda buhun abad 16 Masehi yang terungkap dalam Skriptorium Naskah Sunda Buhun Kabuyutan Ciburuy, khususnya yang menyangkut masalah tuntunan moral atau pedoman bagi seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas dan kepemimpinannya agar berhasil dan dicintai, baik oleh rakyat maupun oleh bawahannya. Masalah kepemimpinan yang terungkap dalam naskah Sunda abad ke-16 Masehi koleksi Skriptorium Naskah Sunda Buhun Kabuyutan Ciburuy, dalam tulisan ini meliputi naskah Sanghyang Siksakandang Karesian, Fragment Carita Parahiyangan, Carita Parahiyangan, dan Sanghyang Hayu, yang kini sebagian sudah tercatat dalam Katalogus Naskah Sunda maupun Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Naskah-naskah tersebut berbahan lontar, beraksara serta berbahasa Sunda buhun kuno, yang mungkin saja sudah tidak dikenali dan dipahami lagi oleh sebagian masyarakat Sunda masa kini. Karena orang yang menguasai aksara dan bahasa Sunda kuno tersebut hanya segelintir orang. 3

5 Sehubungan dengan itu, data-data diambil dari teks naskah yang sudah ditrasliterasi dan diterjemahkan, untuk memudahkan pemahaman teks dimaksud. 2. Konsep Kepemimpinan 2.1 Pengantar Ada hal menarik dari teks naskah Lontar abad ke-16 Masehi, baik itu ajaran moral, sistem pemerintahan, kepemimpinan, kosmologis, maupun unsur budaya lainnya, dapat memberi gambaran kearifan lokal masa lampau yang masih sangat relevan untuk diketahui dan dimanfaatkan di masa kini. Tulisan ini mencoba mengulas Konsep Kepemimpinan yang Tersirat dalam Naskah, khususnya naskah Sunda Buhun abad XVI Masehi. Masalah kepemimpinan (Parigeuing), akan dicoba dikaji berdasarkan konsep, figur dan karakter raja sebagai pemimpin yang dianggap sebagai master/tokoh yang legendaris, yang mumpuni, dicintai serta dikagumi oleh rakyatnya. Seseorang disebut pemimpin, jika memiliki konsep ( idea, pemikiran), norma (aturan), dan tampak aktualisasinya (perilaku) kepemimpinannya. Intisari kepemimpinan adalah kualitas tingkah laku dan kemampuan individu dalam berinteraksi sosial untuk mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama. Gaya kepemimpinan dapat berorientasi kepada hubungan yang harus dibina dengan kelompoknya (concern for people) dan berorientasi kepada hasil yang ingin dicapainya (concern for production). Semua ini perlu dikaji secara menyeluruh, yang mencakup tataran IQ (Intelectual Quotient), EQ (Emotional Quotient), SQ (Spiritual Quotient), dan AQ (Actional Quotient) sebagai sinergi pragmatiknya (Suryalaga, 2009: ). Gaya atau style kepemimpinan sangat mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku para pengikut atau bawahannya. Istilah gaya secara mendasar sama dengan cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi para pengikut atau bawahannya. 4

6 Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang Ia lihat (Thoha, 2009: 49). 2.2 Konsep Parigeuing Ala Sunda Konsep Parigeuing dalam Naskah Sanghyang Hayu Naskah lontar abad ke-16 Masehi yang berjudul Sanghyang Siksakandang Karesian (SSK), Sanghyang Hayu, Carita Parahiyangan, Fragment Carita Parahiyangan, Carita Ratu Pakuan, Amanat Galunggung maupun naskah Sunda lainnya sebagai salah satu peninggalan karuhun orang Sunda, yang keberadaannya kini mungkin oleh sebagian orang sudah tidak dikenal lagi, masih sangat menarik kita gali, ungkap, bahkan dapat kita jadikan sekadar tuntunan moral dalam kehidupan kita saat ini. Penggalian teks naskah-naskah Sunda buhun tersebut dapat membantu kita mengungkap kearifan lokal budaya Sunda masa silam yang berkaitan dengan masalah konsep kepemimpinan, sesuai dengan kajian tulisan ini. Parigeuing atau kepemimpinan ala Sunda yang terungkap dalam naskah Sanghyang Hayu (SH), yang berasal dari Kabuyutan Ciburuy Bayongbong Garut, yang ditulis pada abad ke-16 Masehi, terbuat dari nipah. Secara umum isinya mengisahkan tuntunan atau tatacata dalam upaya mencapai kebaikan hidup. Kepemimpinan berdasarkan naskah Sanghyang Hayu harus menjiwai konsep tiga rahasia, seperti tri tangtu di buana dalam SSKK maupun Fragment Carita Parahiyangan yang teridiri atas lima bagian, yakni: 1. Budi (bijak) guna (arif) pradana (saleh) 2. Kaya (sehat/kuat) wak (bersabda) cita (hati) 3. Pratiwi (bumi) akasa (angkasa) antara (antara) 4. Mata (penglihatan) tutuk (ucapan) talinga (pendengaran) 5

7 5. Bayu (energi) sabda (ucapan/sabda) hedap (itikad/kalbu dan pikiran). Kelima belas karakter seperti tersurat dalam naskah Sanghyang Hayu harus mendarah daging dalam diri seorang pemimpin. Figur seorang pemimpin ideal harus berpegang teguh kepada prinsip astaguna delapan kearifan, sehingga kepemimpinannya berjalan selaras, baik, dan harmonis. Kedelapan kearifan tersebut sebagaimana dikemukakan Darsa (1998) adalah sebagai berikut: a. Animan (lemah lembut), seorang pemimpin harus memiliki sifat yang lemah lembut, dalam arti tidak berperilaku kasar, agar orang yang dipimpinnya merasa diperhatikan. b. Ahiman (tegas), seorang pemimpin harus bersikap tegas, dalam pengertian tidak plin plan (panceg hate) c. Mahiman (berwawasan luas), seorang pemimpin tentu saja harus memiliki berbagai macam pengetahuan dan berwawasan tinggi agar tidak kalah dari bawahannya. d. Lagiman (gesit/cekatan/trampil), seorang pemimpin pun dituntut agar Dia trampil dan gesit serta cekatan dalam bertindak atau melakukan suatu pekerjaan e. Prapti (tepat sasaran), seorang pemimpin harus memiliki ketajaman berpikir serta tepat sasaran, karena jika keliru atau berspekulasi hal itu akan menghambat suatu pekerjaan. f. Prakamya (ulet/tekun), seorang pemimpin juga tentu saja harus memiliki keuletan dan ketekunan yang sangat tinggi. Pemimpin tidak boleh putus asa agar semua pekerjaan bisa diselesaikan dengan baik dan berhasil guna. g. Isitwa (jujur), seorang pemimpin dituntut memiliki kejujuran, baik dalam perkataan, pemikiran, maupun perbuatan agar dipercaya oleh orang lain (rekan kerja/bisnis/perusahaan/negara lain) maupun bawahannya, sehingga terjalin kesepahaman yang harmonis. h. Wasitwa (terbuka untuk dikritik), seorang pemimpin harus memiliki sikap legowo dan bijaksana sehingga mau menerima saran dan terbuka untuk 6

8 dikritik jika pemimpin itu berbuat salah atau menyimpang dari aturan yang ditetapkan Konsep Parigeuing dalam Naskah Siksakandang Karesian Sanghyang Siksakandang Karesian (SSK) mengulas dan mengungkap parigeuing yang meliputi sepuluh pedoman atau tuntutan yang harus dimiliki serta dilaksanakan oleh seorang pemimpin dalam rangka membina serta memimpin bawahannya, yang dikenal dengan sebutan Dasa Prasanta. Sepuluh pedoman tersebut adalah sebagai berikut: a. Guna bijaksana/ kebajikan, perintah yang diberikan oleh seorang pemimpin dipahami manfaat dan kegunaannya oleh bawahannya, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. b. Ramah bertindak seperti orang tua yang bijak dan ramah/bestari, keramahan seorang pemimpin akan menumbuhkan rasa nyaman dalam bekerja dan beraktifitas. Iklim yang kondusif dan mengesankan adanya keramahtamahan akan menjadi habitat yang sangat baik dan menyenangkan. c. Hook sayang atau kagum, perintah seorang pemimpin dianggap sebagai representasi kekaguman atas prestasi dari orang yang diperintahnya. d. Pésok memikat hati atau reueus/bangga, seorang pemimpin harus mampu memikat hati bawahannya serta merupakan kareueus kebanggaan juga bagi bawahannya. Perintah yang disampaikan oleh seorang pemimpin disampaikan dengan cara yang menimbulkan kebanggaan bagi yang diperintah. Hal demikian akan mampu mendorong kepercayaan bawahan yang diperintah. e. Asih kasih, sayang, cinta kasih, iba, perintah pemimpin harus dilandasi dengan perasaan kemanusiaan yang penuh getaran kasih. 7

9 f. Karunya iba/sayang/belas kasih, sebenarnya hampir sama dengan asih, namun dalam karunya perintah pemimpin harus terasa sebagai suatu kepercayaan dari pemimpin kepada yang dipimpinnya g. Mupreruk membujuk dan menentramkan hati, seorang pemimpin seyogyanya mampu membujuk dan menentramkan hati yang dipimpinnya dengan cara menumbuhkan semangat kerjanya. h. Ngulas memuji di samping mengulas, mengoreksi. Seorang pemimpin tidak ada salahnya memuji pekerjaan atau keberhasilan yang dipimpinnya sebagai penghargaan dan pendorong ke arah yang lebih baik. i. Nyecep membesarkan hati dan memberikan kata-kata pendingin yang menyejukkan hati, bisa juga diartikan memberi perhatian merupa moril maupun materiil walau hanya berupa ucapa terima kasih atau pemberian ala kadarnya sebagai penyejuk hati juga di kala yang dipimpinnya mendapat musibah atau tidak berhasil dalam suatu pekerjaan. j. Ngala angen mengambil hati, mampu menarik hati dan simpati bawahannya atau yang dipimpinnya, sehingga tersambung ikatan silaturahim yang kental dan harmonis. Dasa Prasanta tersebut, apabila kita cermati secara seksama, kaidahnya berpijak kepada kuantitas dan kualitas hubungan antarmanusia, tetapi tidak dalam kondisi yang kaku dan otoriter. Dalam proses komunikasinya tetap menggunakan asas silih asih, silih asah, dan silih asuh. Konsep, figur dan gaya kepemimpinan berdasarkan naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian sesuai tugasnya, bahwa seorang Prabu sebagai pemimpin roda pemerintahan (eksekutif) harus ngagurat batu 'berwatak teguh' serta harus mampu ngretakeun bumi lamba, dalam arti bahwa seorang prabu atau pemimpin harus mampu mensejahterakan dan memberdayakan semesta dunia kehidupan. Kita paham benar bahwa dunia kehidupan tersebut meliputi semesta alam dan mencakup kesejahteraan lahir batin. Dengan demikian, tugas pemimpin adalah mewujudkan lingkungan hidup dan kehidupan yang sejahtera, bermatabat 8

10 dan penuh dengan rahmat dan ridha Sang Pencipta, Allah SWT yang Maha Pengasih serta Maha Penyayang. Fungsi Pemimpin dalam SSK berkaitan dengan beberapa kelompok pemimpin berdasarkan fungsi dan kedudukannya yang disebut Tri Tangtu di Buana, yakni tiga ketentuan (yang menentukan) di dunia (sama sebagaimana terungkap dalam naskah Fragment Carita Parahiyangan). Tiga fungsi yang menentukan kesejahteraan kehidupan di dunia yang masing-masing memiliki tanggung jawab, yang terdiri atas: a. Sang Prabu, sama dengan pemimpin formal, birokrat, pemerintah (presiden), para pengambil kebijakan serta seluruh unsur Trias Politica. Siapa pun pemimpinnya yang sedang berfungsi sebagai Prabu, harus berfilosofi Ngagurat Batu 'berwatak teguh', yakni taat dan patuh dalam menjalankan hokum serta apa adanya tanpa rekayasa. Jika dilaksanakan secara taat asas, maka komunitas yang dipimpinnya akan selalu berjalan dalam koridor yang benar dan terarah b. Sang Rama, termasuk ke dalamnya keluarga dan pemuka masyarakat. Keluarga sebagai unsur terkecil dalam struktur masyarakat sangat menentukan terwujudnya kesejahteraan bangsa. Daya tahan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kekuatan dan kesejahteraan di tataran masyarakat. Dalam naskah Fragment Carita Parahiyangan, Sang Rama harus berfilosofi Ngagurat Lemah 'berwatak menentukan hal yang mesti dipijak'. Fungsi Sang Rama adalah mewujudkan keluarga sakinah ma waddah warohmah. c. Sang Resi, diartikan sebagai orang yang berilmu, cerdik cendekiawan, ulama, para pendidik dan pengajar, serta orang-orang yang mampu mencerdaskan bangsa yang harus Ngagurat Cai 'berwatak menyejukkan dalam peradilan'. Mengandung pengertian bahwa para cerdik cendekiawanlah yang harus mampu mendorong daya hidup untuk tumbuhkembangnya kualitas Sumber Daya Manusia agar bermanfaat. Tugas Sang 9

11 Resi menuntut dan mengarahkan perjalanan masyarakat ke arah yang lebih baik dan sejahtera lahir batin. Dasa Prasanta, kaidahnya berpijak kepada kuantitas dan kualitas hubungan antarmanusia (human relationship) namun tidak dalam kondisi hubungan majikan-buruh yang kaku dan otoriter. Dalam proses komunikasinya menggunakan silih asih, silih asah, dan silih asuh. Berdasarkan SSK seseorang dapat dikatakan memiliki keahlian Dasa Prasanta apabila kualitas dirinya telah mumpuni. Dalam arti, seorang pemimpin harus kharismatik, pamor atau tuah yang terbersit dari kualitas batiniahnya, sehingga akan tampak ciri kepemimpinannya. Paparan dasa prasanta merupakan intisari ilmu memimpin/manajemen, meskipun secara tersirat dikatakan bahwa seseorang baru bisa menjadi pemimpin apabila dalam pribadinya melekat karakter kepemimpinan yang disebut pangimbuhning twah atau pelengkap untuk mempunyai tuah/kharisma/pamor). Ada dua belas unsur pangimbuhning twah yang harus menjadi penanda karakter seorang pemimpin. Kedua belas pelengkap ini menitikberatkan kepada aspek-aspek karakter yang harus dimiliki seorang pemimpin berupa karakter positif yang harus dipertahankan dan dikembangkan sebagaimana tertuang dalam naskah SSK (bandingkan Suryalaga 2009: 141), yang meliputi : a. Emét artinya tidak konsumtif. Seorang pemimpin yang terbiasa untuk tidak konsumtif, akan mampu mengendalikan keserakahannya. Pemimpin demikian akan terhindar dari perilaku korup yang tentu saja harus dihindari oleh seorang pemimpin. b. Imeut teliti, cermat. Jika seorang pemimpin ceroboh dan kurang teliti terhadap pekerjaannya, maka banyak waktu yang terbuang untuk memperbaiki kekeliruannya karena ketidakcermatan yang telah diperbuatnya. c. Rajeun rajin. Selama hidupnya tetap berkarya, pemimpin yang demikian mampu memanfaatkan durasi usianya dengan pekerjaan yang 10

12 ditekuninya, bagi pemimpin seperti ini tidak ada hari yang terbuang secara percuma. d. Leukeun tekun. Ketekunan dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan. Ketekunan selalu berkaitan erat dengan kesabaran. e. Paka Pradana berani tampil/berbusana sopan, beretika. Seorang pemimpin yang tanpa berbekal etika dalam pergaulan, perasaan simpati dan empati pun akan menghilang secara perlahan. f. Morogol-rogol bersemangat, beretos kerja tinggi. Keinginannya untuk berkarya dengan kualitas unggul dan terbaik, akan mendorong kemampuan ruhaniah yang memompa talenta positif seorang pemimpin untuk diwujudkan dalam kehidupan nyata. g. Purusa ning sa berjiwa pahlawan, jujur, berani. Kreasi dan inovasi serta pembaharuan yang berkualitas prima hanya terlahir dari pemimpin yang berjiwa pahlawan. Para pembaharu yang berani menantang kemandegan pemikiran manusia. Kejujuran diibaratkan jarum kompas penunjuk arah yang benar. h. Widagda bijaksana, rasional dan memiliki keseimbangan rasa. Kesombongan rasio yang kadang-kadang sangat mendominasi pemikiran manusia perlu diimbangi dengan rasa sejati kemanusiaan. i. Gapitan berani berkorban untuk keyakinan dirinya. Keyakinan merupakan satu-satunya cara untuk mencapai visi hidup seorang pemimpin. j. Karawaléya dermawan. Hidup adalah kebersamaan dengan orang lain. Kesalehan sosial sangat diperlukan dari seorang pemimpin. k. Cangcingan terampil, cekatan. Hanya pemimpin yang cekatan yang mampu memanfaatkan kesempatan yang ada karena kesempatan tidak datang dua kali. l. Langsitan rapekan, segala bisa, multi talenta dan pro aktif. Pemimpin yang pro aktif lah yang berkesempatan meraih sukses. 11

13 Selain karakter baik, ada juga empat karakter yang negatif yang tidak boleh dimiliki serta harus dijauhi oleh seorang pemimpin jika ingin berkharisma. Keempat karakter negatif tersebut dikenal dalam SSK sebagai opat paharaman atau empat hal yang diharamkan, yakni: 1. Babarian mudah tersinggung. Pemimpin yang demikian berpikiran sempit, arogan, cepat marah, dan selalu ingin menang sendiri serta mudah dipengaruhi orang lain. 2. Pundungan mudah merajuk, pemimpin yang demikian akan kehilangan kesempatan dalam segala hal. Karena tidak bisa bekerja sama. 3. Humandeuar berkeluh kesah, pemimpin yang berperangai demikian akan kehilangan etos kerja, tidak disenangi dan tidak bisa bekerja sama. 4. Kukulutus menggerutu, Pemimpin yang demikian menandakan berkarakter rendah, karena selalu berfikir negatif, tidak bertanggungjawab. Pemimpin seperti ini memiliki sifat munafik. Naskah SSK selain mengupas sifat baik dan buruk seorang pemimpin, juga tertuang watak manusia yang membuat kerusakan di dunia yang disebut Catur Buta, yaitu empat watak manusia yang berkarakter raksara perusak kehidupan, yakni: a. Burangkak, dikenal sebagai mahluk maha gila yang sangat mengerikan, tidak ramah, sering membentak. Burangkak berkelakuan kasar, berhati panas, tidak tahu tatakrama dan sering melanggar aturan. Merasa derajatnya lebih tinggi dari orang lain. b. Mariris, orang yang menjijikan lebih dari bangkai binatang yang membusuk; manusia yang suka mengambil hak orang lain, korup, menipu, berdusta. c. Maréndé, dalam SSK adalah sebangsa raksasa bermuka api. Pada awalnya rakyat menduga bahwa pemimpin tersebut berwatak dingin menyejukkan, mampu membawa masyarakat hidup damai dan tentram, 12

14 namun setelah menjadi pemimpin ternyata malah membawa panas dan menimbulkan bencana di masyarakat. d. Wirang, dalam SSK ditampilkan sebagai binatang yang menakutkan, yaitu orang yang tidak mau jujur, tidak mau mengakui kesalahan dirinya, tidak mau berterus terang, serta selalu menyalahkan orang lain Konsep Parigeuing dalam Naskah Fragment Carita Parahiyangan Masalah kepemimpinan juga terungkap dalam naskah Fragmént Carita Parahiyangan (FCP). Konsep kepemimpinan yang tersirat dalam FCP, adalah bahwa Trarusbawa sebagai prebu 'pemimpin roda pemerintahan pusat ' membawahi beberapa penguasa wilayah yang diangkat atas kesepakatan bersama dengan pihak rama 'tokoh masyarakat wakil rakyat' dan pihak resi 'penentu kebijakan hukum'. Sistem pembagian kekuasaan seperti itu dikenal dengan sebutan Tri Tangtu di buana 'tiga unsur penentu kehidupan di dunia', terdiri atas prebu, rama dan resi. Prebu adalah pemimpin roda pemerintahan (eksekutif yang saat ini dipegang oleh pemerintah) yang harus ngagurat batu 'berwatak teguh'. Rama adalah golongan yang dituakan sebagai wakil rakyat (legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat) yang harus ngagurat lemah 'berwatak menentukan hal yang mesti dipijak'. Resi adalah golongan yang bertugas memberdayakan hukum agama dan darigama 'negara' (yudikatif atau saat ini dipegang oleh Mahkamah Agung) yang harus ngagurat cai 'berwatak menyejukkan dalam peradilan'. 13

15 2.2.4 Konsep Parigeuing Masa Kini Konsep kepemimpinan yang tersirat dalam naskah Sanghyang Siksakandang Karesian, Fragmen Carita Parahiyangan, Carita Parahiyangan, juga Sanghyang Hayu, maupun naskah lainnya seperti Amanat Galunggung, dan Carita Ratu Pakuan, setidaknya harus mampu berperan sebagai leader (adanya kesepahaman dalam satu pikiran, satu perkataan, dan satu perbuatan dengan benar), manajer (memiliki kemampuan dalam hal manajerial), entertainer (ada kaitannya dengan masalah human relations. Seorang pemimpin harus dapat membina hubungan baik dengan sesama manusia secara horizontal dengan pimpinan manapun, di samping dapat membina hubungan baik dengan bawahannya serta dengan lingkungan sekitarnya), entrepreneur (memiliki jiwa kewirausahaan. Seorang pemimpin memerlukan jiwa marketing, kejuangan yang tinggi serta keuletan yang tahan banting agar kepemimpinannya bisa berjalan dengan baik tak tersisihkan), commander (mampu menjadi pendorong (maker) atau pemberi motivasi bagi bawahannya), designer (mampu berperan sebagai perancang di berbagai bidang bagi kemajuan yang dipimpinnya), father (bertindak kebapakan, layaknya seorang ayah terhadap anak-anaknya dengan penuh kasih), servicer (harus mampu menjadi pelayan yang baik, karena pada dasarnya seorang pemimpin adalah seorang pelayan yang bertanggung jawab kepada masyarakatnya), dan teacher (mampu menjadi guru, pendidik, dan pengajar yang baik serta menjadi tauladan bagi masyarakat/bawahannya). Kesembilan kriteria tersebut selayaknya harus mampu diejawantahkan dan dicerminkan dalam diri dan sikap seorang pemimpin, yang akhirnya menuju kepada pemimpin ideal yang mampu bertindak sebagai master, yakni seorang tokoh yang dicintai, dikagumi, dan disegani masyarakatnya, serta mampu mensejahterakan orang banyak (bandingkan, Charliyan, 2009). Pada zaman bihari sebagaimana terungkap dalam naskah-naskah buhun lewat fakta filologis, fakta arkeologis, fakta sosial, maupun fakta mental dan fakta sastra, adalah seorang figur pemimpin ideal yang sudah 14

16 ngarajaresi/legendaris (istilah penulis, diartikan sudah mumpuni & sudah marén/léngsér dari keprabuannya, dan digelari Siliwangi (Silih Wangi) raja yang harum namanya, karena raja sebagai master telah mampu memberdayakan serta menyejahterakan orang banyak). Masalah kepemimpinan, berkelindan erat dengan unsur silih asih, silih asah, dan silih asuh, yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Silih asih, silih asah, dan silih asuh, selayaknya diejawantahkan oleh seorang pemimpin sebagai master dalam kepemimpinannya sebagaimana yang dilakukan oleh raja Sunda yang bergelar Prabu Siliwangi, raja yang legendaris, dicintai serta dicintai masyarakatnya, karena mereka telah berhasil memberdayakan serta menyejahterakan rakyatnya. 3. Penutup Konsep kepemimpinan yang terungkap dalam Naskah Sunda Buhun abad XVI Masehi, berkelindan erat dengan Pemimpin sebagai master, yakni pemimpin yang sudah ngarajaresi/legendaris yang mampu berperan sebagai leader, manajer, entertainer, entrepreneur, commander, designer, servicer, teacher, serta father, yang menurut SSKK adalah pemimpin yang dalam kepemimpinannya memiliki sifat Dasa prasanta, yaitu sepuluh penenang atau cara memberi perintah yang baik agar yang diperintah atau bawahan merasa senang serta pemimpin yang dalam pribadinya sudah melekat karakter kepemimpinan yang disebut pangimbuhning twah atau pelengkap untuk mempunyai tuah/kharisma/pamor. Di samping itu, pemimpin sebagai tokoh/master yang melegenda, adalah pemimpin yang menjauhi empat karakter yang negatif agar kepemimpinannya berkharisma, yang dikenal dengan sebutan opat paharaman atau empat hal yang diharamkan. Pemimpin sebagai master pun, harus menjauhi watak manusia yang membuat kerusakan di dunia yang disebut Catur Buta. Sementara itu, berdasar naskah Sanghyang Hayu, seorang 15

17 pemimpin legendaris, adalah pemimpin yang menjiwai tiga rahasia yang terdiri dari lima bagian, yakni lima belas karakter yang harus mendarah daging dalam diri seorang pemimpin. Figur seorang pemimpin legendaris harus berpegang teguh kepada prinsip astaguna delapan kearifan, sehingga kepemimpinannya berjalan selaras, baik, dan harmonis. Pemimpin sebagai master sebagaimana terungkap dalam naskah-naskah Sunda buhun abad XVI Masehi, lewat fakta filologis, fakta arkeologis, fakta sosial, maupun fakta mental dan fakta sastra, adalah seorang figur pemimpin ideal yang sudah ngarajaresi/legendaris (istilah penulis, diartikan sudah mumpuni & sudah marén/léngsér dari keprabuannya, dan digelari Siliwangi (Silih Wangi) raja yang harum namanya, karena raja sebagai tokoh/master/melegenda telah mampu memberdayakan serta menyejahterakan orang banyak). ACUAN: Atja & Saleh Danasasmita Sanghyang Siksakanda ng Karesian (Naskah Sunda Kuno. Bandung: Proyek Pengembangan Permuseumam Jawa Barat. Charliyan, Anton Pemimpin Sebagai Master. Garut: Polwil Priangan. Danasasmita, Saleh, dkk Sewaka Darma, Sanghyang Siksakandang Karesian, Amanat Galunggung. Transkripsi dan Terjemahan. Bandung: Bagian Proyek Sundanologi Darsa, Undang A Sanghyang Hayu. Naskah Jawa Kuno di Sunda. Bandung: Program Pascasarjana Unpad (Tesis) Darsa, Undang A Apa dan Siapa. Bandung: Pikiran Rakyat. Darsa, Undang A Serpihan Warta Terpendam. Bandung: Pikiran Rakyat. Darsa, Undang A Prebu-Rama- Resi. Bandung: Pikiran Rakyat. Ekadjati, Edi Suhardi Nu Maranggung Dina Sajarah Sunda. Bandung: Pusat Studi Sunda. Purwadi Sejarah Raja-raja Jawa. Sejarah Kehidupan Kraton dan Perkembangannya di Jawa. Yogyakarta: Media Abadi. Rosidi, Ajip Prabu Siliwangi: Sejarah atau Mitos. Bandung:Pikiran Rakyat. 16

18 Sujamto Sabda Pandhita Ratu. Semarang: Dahara Prize. Suryalaga, Hidayat RH Kasundaan Rawayan Jati. Bandung: Yayasan Nur Hidayat Suryani NS, Elis Wawacan Panji Wulung: Sebuah Kajian Filologis. (Tesis). Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Suryani NS, Elis, dkk Kamus Bahasa dan Seni Budaya Sunda Buhun Abad 11 sd 20 Masehi. (Laporan Penelitian). Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran Suryani NS, Elis Filologi. (Diktat Penunjang Materi Perkuliahan Pengantar Filologi, Sejarah Perkembangan, Sejarah Naskah, Metode Penelitian, dan Seminar Filologi). Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Suryani NS, Elis Mengenal Aksara, Naskah, dan Prasasti. Tasikmalaya: Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya. Suryani NS, Elis Merumat Warisan Karuhun Orang Sunda yang Terpendam dalam Naskah dan Prasasti. Tasikmalaya: Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya. Suryani NS., Elis Kearifan Lokal Budaya Sunda yang Tercermin dalam Naskah dan Prasasti. Bandung. Suryani NS, Elis & Anton Charliyan Menguak Tabir Kampung Naga. Bandung: CV Dananjaya. Suryani NS, Elis Kearifan Budaya Sunda. Tasikmalaya: Dinas Pariwisata Budaya Kota Tasikmalaya & Kabupaten Ciamis Suryani NS, Elis Ragam Pesona Budaya Sunda. Bogor: Ghalia Indonesia. Suryani NS, Elis Calakan Aksara, Basa, Sastra, katut Budaya Sunda. Bogor: Ghalia Indonesia. Thoha, Miftah Kepemimpinan Dalam Manajemen.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepemimpinan dalam masyarakat terdiri dari kepemimpinan formal seperti pemerintah maupun organisasi dan lembaga politik.kepimpinan nonformal seperti keberadaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepemimpinan Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting diperusahaan dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan, dimana terdapat sekelompok orang dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Prinsip Prinsip Etika Sunda Etika Sunda adalah etika yang terbentuk dalam masyarakat Sunda sepanjang sejarahnya yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budayanya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG 77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami

Lebih terperinci

ETIKA AKADEMIK. Program Studi D3 Keperawatan

ETIKA AKADEMIK. Program Studi D3 Keperawatan ETIKA AKADEMIK Program Studi D3 Keperawatan AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKPER HKBP BALIGE NOMOR :60.d/akperhkbp/D/VI/2012 TENTANG KODE ETIK AKADEMIK AKPER HKBP BALIGE DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola voli di Indonesia merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal 117 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya,

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya, 599 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Makna kearifan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa karya sastra lama. Nilai-nilai budaya suatu bangsa yang dalam kurun waktu tertentu sangat dapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Setelah penulis memaparkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian, maka skripsi yang penulis beri judul Pewarisan Nilai Adat Pikukuh

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF

PENINGKATAN KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF PENINGKATAN KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF Suparni Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Sekolah sebagai suatu organisasi sosial harus mampu menyesuaikan diri dan mengantisipasi setiap perkembangan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat 181 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra menghasilkan beberapa temuan penting yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unsur penentu pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak sebagai generasi penerus. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan

Lebih terperinci

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

Pengertian Etika. Nur Hidayat  TIP FTP UB 2/18/2012 Nur Hidayat http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id TIP FTP UB Pengertian Etika Berasal dari Yunani -> ethos artinya karakter, watak kesusilaan atau adat. Fungsi etika: Sebagai subjek : Untuk menilai apakah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era globalisasi yaitu, era dimana pertukaran budaya, seni, dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SEPULUH HUKUM KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

IMPLEMENTASI SEPULUH HUKUM KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI IMPLEMENTASI SEPULUH HUKUM KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI Oleh Drs. Samsul Hidayat, M.Ed (Widyaiswara Madya BKD & Diklat Provinsi NTB) ABSTRAK Banyak pemimpin besar meraih keberhasilan dalam pekerjaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil merupakan abdi negara yang diberikan kewenangan dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi daerah. Secara hukum,

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN BITUNG DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN. OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd

KEPEMIMPINAN. OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd KEPEMIMPINAN OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd Apa itu Kepemimpinan? Suatu kemampuan untuk berproses dari seseorang untuk dapat membawakan tujuan dari kelompok yang dipimpinnya. Profil Pemimpin Tanggung

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA Mata Kuliah Nama Dosen : Landasan Pendidikan : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag.,M.Pd.H PENDIDIKAN DALAM KELUARGA OLEH PUTU YULIA SHARA DEWI NIM : 15.1.2.5.2.0861 PROGRAM MAGISTER (S2) DHARMA ACARYA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis. BAB V PEMBAHASAN Pada pembahasan ini peneliti akan menyajikan uraian sesuai dengan hasil penelitian, sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian dan memadukan dengan kajian pustaka.

Lebih terperinci

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa Disusun oleh Saifulloh el Faruq dan Rouhdy Rangga, untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kependudukan. Di era globalisasi saat ini, realita

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Penelitian tentang nilai-nilai moral sudah pernah dilakukan oleh Lia Venti, dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya

Lebih terperinci

KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA

KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 01 November 2014; disetujui: 01 Desember 2014 Terselenggaranya tata pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Fokus Penelitian, Penegasan Istilah. A. Latar Belakang Di era globalisasi

Lebih terperinci

PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung)

PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung) PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung) Annisa Fitriyani 1, Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si 2, Syaifullah Syam,

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2012, Jakarta, 29 Agustus 2012 Rabu, 29 Agustus 2012

Sambutan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2012, Jakarta, 29 Agustus 2012 Rabu, 29 Agustus 2012 Sambutan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2012, Jakarta, 29 Agustus 2012 Rabu, 29 Agustus 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PUNCAK PERINGATAN HARI ANAK NASIONAL

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH KODE ETIK DOSEN KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 Akademi Keperawatan (AKPER) HKBP Balige adalah perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH RIAU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHH RIAU 2011 VISI Menjadikan Universitas Muhammadiyah Riau sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bermarwah dan bermartabat dalam

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014

Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014 Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014 PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA HARI PRAMUKA KE-53 DI LAPANGAN BUMI PERKEMAHAN

Lebih terperinci

BUKU KODE ETIK DOSEN

BUKU KODE ETIK DOSEN Kode Dokumen Nama Dokumen Edisi Disahkan Tanggal Disimpan di- KED-AAYKPN Buku Kode Etik 01-Tanpa Revisi 31 Agustus 2010 UPM-AAYKPN Dosen BUKU KODE ETIK DOSEN AKADEMI AKUNTANSI YKPN YOGYAKARTA Disusun Oleh

Lebih terperinci

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA.

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA. BAB II PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA. 2.1 Pancasila Sebagai Pedoman Bangsa Pancasila adalah ideologi bangsa dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 169 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah diuraikan hasil penelitian pada bagian terdahulu tesis ini, dirumuskan simpulan sebagai berikut. 1) Struktur yang terkandung dalam cerita rakyat masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Citra merupakan image yang diberikan seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PELATIH OLAHRAGA Sukses tidaknya kegiatan ekstrakurikuler OR di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari segi pelatih, peserta didik,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

Lebih terperinci

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID KEPUTUSAN KETUA STT NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO NOMOR : NJ-T06/0204/A.1.1/08-2011 TENTANG PEDOMAN ETIKA DOSEN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL

Lebih terperinci

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas No.605, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. Pegawai Pemasyarakatan. Majelis Kehormatan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Disiplin Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerokhanian serta pengembangan tabiat. Disiplin

Lebih terperinci

"Belajarlah menunjukkan dirimu sendiri berkenan kepada Allah."

Belajarlah menunjukkan dirimu sendiri berkenan kepada Allah. "Belajarlah menunjukkan dirimu sendiri berkenan kepada Allah." TUGAS IBU dalam PENDIDIKAN : Guru pertama sang anak adalah ibu. Selama masa yang sangat rentan atau mudah terpengaruh dan perkembangan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tes merupakan sebuah instrumen yang berfungsi sebagai media evaluasi. Tes biasa digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa selama periode tertentu. Tes di

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG KODE ETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG KODE ETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG KODE ETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Menimbang Mengingat : a. Bahwa Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keberhasilan perlu diperhatikan dalam upaya mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keberhasilan perlu diperhatikan dalam upaya mengikuti perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini tantangan yang kita hadapi adalah teknologi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian dunia. Perekonomian ini tumbuh secara pesat karena dipengaruhi

Lebih terperinci

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Artikel MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Sunartiningsih, SE Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa keluarga sejahtera didefinisikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemimpin karismatik adalah pemimpin yang mewujudkan atmosfir motivasi atas dasar komitmen dan identitas emosional pada visi, filosofi, dan gaya mereka dalam diri bawahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

Kriteria Presiden Impian Bangsa Indonesia Dimasa Depan (362/S) Oleh : PEFINTA DIANA PUTRI Kamis, 12 Juli :37

Kriteria Presiden Impian Bangsa Indonesia Dimasa Depan (362/S) Oleh : PEFINTA DIANA PUTRI Kamis, 12 Juli :37 KOPI - Sebagai anak bangsa kita semua tentu menginginkan seorang pemimpin yang sesuai dengan angan-angan, kemauan, dan harapan bangsa. Demi masa depan bangsa kedepannya. Untuk itu kita harus memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

ASTA CITRA ANAK INDONESIA

ASTA CITRA ANAK INDONESIA Ide-ide atau konsep-konsep tentang kesejahteraan dan perlindungan anak yang ada pada saat ini tak bisa dilepaskan dari ide-ide atau konsep-konsep yang pernah muncul dan berkembang pada masa-masa sebelumnya,

Lebih terperinci

lease purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. BAB 4 KESIMPULAN

lease purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. BAB 4 KESIMPULAN 124 BAB 4 KESIMPULAN Masyarakat Jawa yang kaya akan nilai-nilai budaya memiliki banyak cara untuk mengapresiasi dan mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Melalui ungkapan, falsafah

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN INSTRUMEN PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESIAPAN BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII SMKN BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN OLEH: SITI NURBAYA NIM: 10702259042 PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin

Lebih terperinci

MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2. Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D

MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2. Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2 Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 1 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang terpenting dalam suatu perusahaan maupun instansi pemerintah, hal ini disebabkan semua aktivitas dari suatu instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Di pundaknya teremban amanat guna melangsungkan cita-cita luhur bangsa. Oleh karena itu, penyiapan kader bangsa yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 421 TAHUN 2001 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DEPARTEMEN AGAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 421 TAHUN 2001 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DEPARTEMEN AGAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 421 TAHUN 2001 TENTANG MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjabarkan semboyan Jkhlas Beramal serta meningkatkan keimanan,

Lebih terperinci

EKSPEKTASI DARI ETIKA DOSEN. Oleh Eva Imania Eliasa,M.Pd*

EKSPEKTASI DARI ETIKA DOSEN. Oleh Eva Imania Eliasa,M.Pd* EKSPEKTASI DARI ETIKA DOSEN Oleh Eva Imania Eliasa,M.Pd* Etika berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika berkaitan erat dengan perkataan

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN, TENAGA KEPENDIDIKAN & MAHASISWA UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

KODE ETIK DOSEN, TENAGA KEPENDIDIKAN & MAHASISWA UNIVERSITAS NGUDI WALUYO KODE ETIK DOSEN, TENAGA KEPENDIDIKAN & MAHASISWA UNIVERSITAS NGUDI WALUYO KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya Kode Etik Dosen, Tenaga Kependidikan dan Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karakter sebagian pemuda-pemudi saat ini sehubungan dengan pendidikan karakter atau kodratnya sebagai makhluk sosial, dapat dikatakan sangat memprihatinkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan organisasi, karena didalam sebuah organisasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan organisasi, karena didalam sebuah organisasi seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang pemimpin memegang peran penting dalam eksistensi dan perkembangan organisasi, karena didalam sebuah organisasi seorang pemimpin berperan menggerakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

yang berhubungan dengan aturan agama Islam. Hal yang wajib dilakukan secara tertib adalah melaksanakan shalat. Shalat merupakan tiang agama Islam

yang berhubungan dengan aturan agama Islam. Hal yang wajib dilakukan secara tertib adalah melaksanakan shalat. Shalat merupakan tiang agama Islam 1 NYAI AHMAD DAHLAN Bangsa Indonesia pada umumnya, khususnya keluarga besar Muhammadiyah dan Aisiyah di manapun berada, selayaknyalah menyambut gembira Surat Keputusan Republik Indonesia, Jenderal Soeharto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu anak bangsa yang telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

Keutuhan Peribadi. Zahari Daud Ketua Penolong Pendaftar Bahagian Pengurusan Akademik

Keutuhan Peribadi. Zahari Daud Ketua Penolong Pendaftar Bahagian Pengurusan Akademik Keutuhan Peribadi Zahari Daud Ketua Penolong Pendaftar Bahagian Pengurusan Akademik Penghayatan Nilai dan Etika Nilai dan Etika dalam perkhidmatan awam adalah dasar utama yang akan melahirkan kecemerlangan,

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 16890/UN4/KP.49/2012 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 16890/UN4/KP.49/2012 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN Keputusan Rektor Unhas Nomor : 16890/UN4/KP.49/2012 PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 16890/UN4/KP.49/2012 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN MENIMBANG : 1. bahwa untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas,

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Bidayat al-hidayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren yang dikenal berbasis Entrepreneur. Hal ini bisa dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren yang dikenal berbasis Entrepreneur. Hal ini bisa dibuktikan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan adalah salah satu Pondok Pesantren yang dikenal berbasis Entrepreneur. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyak unit usaha yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi penerus bangsa yang tumbuh dan berkembang untuk melanjutkan perjuangan cita-cita bangsa. Remaja merupakan aset bangsa yang harus dijaga

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018 TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Cerita Rakyat Cerita rakyat merupakan bagian folklore, yang dimaksud adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari kelompok

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan maka diperoleh simpulan sebagai berikut: Komitmen Afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa mayoritas tergolong

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dapat menunjang kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk

Lebih terperinci