UJI KARAKTERISTIK DIMENSI SENSOR ( JARI-JARI ) DARI CUP COUNTER ANEMOMETER DIAN PALUPI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI KARAKTERISTIK DIMENSI SENSOR ( JARI-JARI ) DARI CUP COUNTER ANEMOMETER DIAN PALUPI"

Transkripsi

1 UJI KARAKTERISTIK DIMENSI SENSOR ( JARI-JARI ) DARI CUP COUNTER ANEMOMETER DIAN PALUPI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 26

2 RINGKASAN DIAN PALUPI. Uji Karakteristik Dimensi Sensor (jari-jari) dari Cup Counter Anemometer. Dibimbing oleh Ir. Bregas Budianto, Ass.Dpl dan Ir. Heny Suharsono, MS. Dalam memprediksi kondisi cuaca dan iklim disuatu tempat diperlukan data kecepatan dan arah angin dari tempat tersebut. Data pengukuran kecepatan angin yang akurat didapat bila ditunjang dengan alat ukurnya (anemometer) yang dapat mencatat kecepatan angin secara akurat pula. Untuk memenuhi kebutuhan stasiun pengamatan cuaca mengenai pengadaan alat-alat pengukur cuaca khususnya Cup counter anemometer, Indonesia masih mengimpor dari luar negeri. Hal ini berdampak pada sedikitnya stasiun-stasiun pengamatan cuaca di Indonesia. Sehingga diperlukan suatu penelitian untuk dapat mengembangkan alat ukur kecepatan angin yang dibuat dari bahan-bahan yang mudah didapat, terjangkau harganya akan tetapi dapat menghasilkan data hasil pengukuran yang akurat. Pada penelitian ini Cup counter anemometer dibuat dari lembaran fibreglass (jari-jari) dan belahan bola tenis meja sebagai Cup. Jari-jari yang dibuat dibedakan menjadi lima perlakuan masing-masing dua set (sebagai ulangan) dengan panjang jari-jari sebagai berikut : 5.5 cm, 5.7 cm, 5.9 cm, 6.2 cm dan 6.5 cm. Setiap Cup yang telah dibuat diuji untuk diketahui Cup yang memiliki performa paling baik diantara kelimanya. Dalam proses pengujian alat yang digunakan sebagai sumber angin adalah wind tunnel, sedangkan untuk mengetahui besarnya kecepatan angin yang dihasilkan oleh wind tunnel digunakan anemometer kontrol tipe AN 1 yang telah terkalibrasi. Nilai kalibrasi dari anemometer tersebut yaitu 1 pulsa per 1,25 x 1-3 km. Pengujian Cup anemometer dilakukan dalam tiga tahapan. Tahap pertama pengujian dilakukan secara serentak dan pengujian tahap kedua yaitu Cup anemometer yang memiliki panjang jari-jari yang sama panjang (5,9 cm) diuji secara bersamaan dengan posisi sejajar. Dari kedua tahap pengujian tersebut hasil data jumlah putaran menunjukan bahwa posisi Cup anemometer didalam wind tunnel berpengaruh terhadap hasil jumlah putaran yang dihasilkan. Maka perlu dilakukan pengujian tahap ketiga yaitu Cup counter anemometer diuji secara satu per satu pada posisi bagian ujung dekat luar dari wind tunnel. Hasil jumlah putaran pada pengujian tahap ketiga dibuat plot grafik antara kecepatan (sumbu x) dengan jumlah putaran (sumbu y). Dari grafik hasil penelitian ini terlihat bahwa kelima perlakuan yang diuji memiliki respon linier yang tidak jauh berbeda. Yang membedakan antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lainnya hanya slopenya saja. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini belum dapat menentukan Cup anemometer yang dapat bekerja paling optimal hanya saja Cup anemometer yang terbuat dari bahan fibreglass dan bola tenis meja masih dapat menghasilkan grafik yang linier sampai kecepatan 5 km jam -1.

3 UJI KARAKTERISTIK DIMENSI SENSOR ( JARI-JARI ) DARI CUP COUNTER ANEMOMETER DIAN PALUPI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Geofisika dan Meteorologi DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 26

4 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Desember 1983 dengan nama lengkap Dian Palupi dari ayah Solehan Suwito dan ibu Sukini. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Penulis menuntut ilmu di Sekolah Dasar Negeri Kereo IV (1996), Sekolah Menengah Pertama Negeri 153 Jakarta (1999), Sekolah Menengah Umum Negeri 47 Jakarta (22). Pada tahun 22 diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Departemen Geofisika dan Meteorologi melalui jalur USMI. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains IPB, pada akhir masa studi penulis menyusun skripsi dengan judul Uji Karakteristik Dimensi Sensor (jari-jari) dari Cup Counter Anemometer dibawah bimbingan Bapak Ir. Bregas Budianto, Ass Dpl dan Bapak Ir. Heny Suharsono, MS..

5 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Ridho-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul dari karya ilmiah ini adalah Uji Karakteristik Dimensi Sensor (jari-jari) dari Cup Counter Anemometer. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Bapak Ir. Bregas Budianto, Ass Dpl dan Bapak Ir. Heny Suharsono, MS selaku pembimbing pertama dan kedua yang telah banyak membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini. 2. Bapak Ir. Impron, M.Agr.Sc yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada sidang skripsi. 3. Ibu, Ayah, Diah dan Ical atas doa, kasih sayang dan dukungan yang telah diberikan selama penulis mengerjakan skripsi ini. 4. Kru Bengkel Instrumentasi Meteorologi yaitu Joko, Mian, Vee, Ntie, Ka Nandang, Pak Khairun dan Ka Rohmat atas bantuan dan kebersamaannya selama 7 bulan ini. 5. Arif yulistianto terimakasih atas segala yang berhubungan dengan momen inersia dan semangat yang diberikan selama satu bulan menjelang seminar hasil. 6. Lina, Nida, Aprian dan Away terimakasih buat pinjaman laptop dan komputer kalian selama penulis mengerjakan perbaikan skripsi ini. 7. Pak Pono, Pak Udin, Ka Azis dan Mba Wanti terimakasih atas bantuan yang diberikannya selama ini. 8. Seluruh Mahasiswa Departemen Geofisika dan Meteorologi angkatan 39 dan 38 yang tidak bisa disebutkan satu per satu terimakasih atas segala keceriaannya selama 4 tahun ini. Akhir kata penulis harapkan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi bagi yang memerlukannya. Penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun mengenai tulisan ini untuk lebih mengembangkan kemampuan dan keterampilan, terutama mengenai Cup counter anemometer. Bogor, September 26 Dian Palupi

6 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... ii DAFTAR LAMPIRAN... iii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA Angin Alat Pengukur Kecepatan Angin Cup Anemometer Momen Inersia... 2 III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian... 3 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembuatan Cup Anemometer Pengujian Alat dan Pengolahan Data Penentuan Cup yang memiliki respon linier yang paling lebar Momen Inersia Kalibrasi Alat V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 15

7 ii DAFTAR TABEL Halaman 1. Nilai R, C dan T Data pengamatan jumlah putaran yang diuji secara bersamaan Data Jumlah putaran pada posisi Cup di tengah wind tunnel Data jumlah putaran pada posisi Cup di ujung dekat luar wind tunnel Hasil uji t dari setiap set perlakuan Massa jari-jari dari masing-masing perlakuan Hasil perhitungan momen inersia Nilai kalibrasi dari masing-masing perlakuan DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Anemometer tipe AN Momen inersia sebuah titik partikel terhadap poros Momen inersia benda pejal Segitiga samasisi yang digunakan sebagai pattern Jari-jari anemometer dengan panjang yang berbeda-beda Belahan bola tenis meja yang digunakan sebagai Cup Proses penyatuan antara Cup dengan jari-jari Poros bermagnet Cup anemometer yang diuji secara bersamaan Cup anemometer (5,9 cm) diuji secara bersamaan Cup anemometer yang diuji secara satu per satu Batang uniform dengan sumbu putar melalui salah satu ujung Setengah bola dengan sumbu putar melalui salah satu ujung Poros bermagnet dengan sumbu putar melalui pusatnya Cup anemometer yang akan diuji Pengaruh antara posisi sensor dengan jumlah putaran Hubungan jumlah putaran dengan kecepatan angin dengan panjang jari-jari 5.5 cm Hubungan jumlah putaran dengan kecepatan angin dengan panjang jari-jari 5.7 cm Hubungan jumlah putaran dengan kecepatan angin dengan panjang jari-jari 5.9 cm Hubungan jumlah putaran dengan kecepatan angin dengan panjang jari-jari 6.2 cm Hubungan jumlah putaran dengan kecepatan angin dengan panjang jari-jari 6.5 cm Hubungan jumlah putaran dengan kecepatan angin pada kelima perlakuan Hubungan antara jumlah putaran per jam dengan kecepatan (5,5 cm) Hubungan antara jumlah putaran per jam dengan kecepatan (5,7 cm) Hubungan antara jumlah putaran per jam dengan kecepatan (5,9 cm) Hubungan antara jumlah putaran per jam dengan kecepatan (6,2 cm) Hubungan antara jumlah putaran per jam dengan kecepatan (6,5 cm)... 13

8 iii DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Sketsa Cup anemometer yang ideal dan perhitungan panjang jari-jarinya Tabel jumlah putaran yang diuji secara bersamaan Tabel jumlah putaran Cup anemometer (5,9 cm) yang diuji secara bersamaan Tabel data jumlah putaran pada 17 kecepatan yang berbeda Tabel data perhitungan putaran per detik Tabel data putaran per jam dari setiap perlakuan Salah satu contoh tabel jumlah putaran yang akan diolah dengan program Minitab Hasil uji t yang diolah dengan program Minitab... 31

9 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angin merupakan salah satu unsur meteorologi yang memiliki peranan penting dalam menentukan kondisi cuaca dan iklim disuatu tempat. Angin dapat dibatasi sebagai gerakan horizontal udara relatif terhadap permukaan bumi. Batasan ini berasumsi bahwa seluruh gerakan udara secara vertikal kecepatannya dapat diabaikan karena relatif rendah yaitu < 1 ms -1 (June, 1993). Untuk mendapatkan data pengukuran kecepatan angin yang akurat diperlukan suatu alat ukur yang dapat mencatat kecepatan maupun arah pergerakan angin secara akurat pula. Pengukuran kecepatan angin itu sendiri dapat dilakukan dengan beberapa metode, dimana setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk itu dalam membuat suatu alat ukur kecepatan angin perlu dipertimbangkan untuk keperluan apa alat tersebut dibuat. Alat pengukur kecepatan angin yang umum digunakan pada stasiun pengamatan cuaca adalah anemometer jenis Cup counter yang menerapkan metode mekanik dalam pengukurannya. Untuk mendapatkan alat ini, stasiun pengamatan cuaca di Indonesia perlu mengimpor dari luar negeri, sehingga diperlukan biaya yang cukup mahal untuk memiliki alat ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa prinsip kerja dari alat ini cukup sederhana yaitu Cup yang berjumlah tiga buah berputar pada suatu tiang yang dihubungkan dengan counter. Dengan mengetahui prinsip yang sederhana tersebut kita dapat mengembangkan alat ini, yaitu dengan cara membuat Cup counter anemometer dari bahanbahan yang mudah didapat dan terjangkau harganya akan tetapi dapat bekerja secara optimal Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mencari desain dalam hal ini panjang jari-jari yang optimal dari anemometer jenis Cup yang dibuat dari bahan fibreglass dan belahan bola tenis meja (celluloid). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angin Angin adalah gerak nisbi terhadap permukaan bumi. Gerak atmosfer terhadap permukaan bumi ini memiliki dua arah yaitu arah horizontal dan arah vertikal. Kedua gerak atmosfer ini disebabkan oleh ketidaksetimbangan radiasi bersih, kelembaban dan momentum di antara lintang rendah dan lintang tinggi di satu pihak dan di antara permukaan bumi dan atmosfer di pihak lain (Prawirowardoyo, 1996). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gerak atmosfer itu sendiri yaitu topografi, distribusi antara permukaan daratan dan lautan, serta arus laut. Gerak atmosfer yang umum adalah gerak horizontal, karena daerah yang diliputinya jauh lebih luas dan kecepatan horizontalnya jauh lebih besar daripada vertikalnya. Akan tetapi yang merupakan sumber pembentukan awan konvektif dan curahan yang berperan penting dalam menentukan cuaca dan iklim adalah gerak vertikal. Perubahan cuaca di atas permukaan bumi pada dasarnya adalah hasil dari gerak atmosfer atau gerak udara, yaitu gerak yang dihasilkan oleh berbagai gaya yang bekerja pada paket udara. Adapun gaya utama penggerak angin yaitu gaya gradien tekanan, yang timbul karena adanya perbedaan tekanan yang disebabkan oleh perbedaan suhu. Sedangkan gaya-gaya sekunder yang mempengaruhi angin yaitu gaya Coriolis (yang timbul karena adanya rotasi bumi), gaya sentrifugal dan gaya gesekan Alat Pengukur Kecepatan Angin Tipe-tipe anemometer dapat diklasifikasikan berdasarkan metode pengukurannya yaitu tekanan, termoelektrik gelombang suara dan mekanik. Berikut ini akan diuraikan secara singkat jenis-jenis anemometer berdasarkan metode pengukurannya. Pitot tube adalah salah satu contoh anemometer yang prinsip kerjanya berdasarkan tekanan. Perbedaan tekanan diantara dua tube yang diumpamakan seperti hembusan udara ke dalam satu tube dan ditransfer ke tube lainnya secara langsung berhubungan dengan kecepatan angin. Sistem pitot tube merupakan sistem yang paling akurat dan umumnya digunakan sebagai standar untuk mengkalibrasi sensor kecepatan angin lainnya. Anemometer termoelektrik diwakili oleh tipe hot-wire. Anemometer jenis ini dapat digunakan dalam pengukuran kecepatan angin yang sangat lemah, seperti pada kanopi tanaman. Metode ini memanfaatkan suatu elemen kecil yang dipanasi secara elektrik. Pendinginan konvektif yang diakibatkan oleh angin yang melalui elemen tersebut digunakan sebagai fungsi dari kecepatan angin. Sonic anemometer adalah salah satu teknologi terbaru dari pengukuran kecepatan

10 2 angin, yang memanfaatkan kecepatan rambat suara yang dikirim melalui emitter menuju penerima. Suara akan merambat lebih cepat apabila searah dengan angin dan merambat lebih lambat apabila berlawanan dengan arah angin. Metode pengukuran kecepatan angin selanjutnya adalah secara mekanik. Anemometer jenis Cup adalah salah satu contoh alat yang prinsip kerjanya secara mekanik. Alat ini memberi tanggapan atas gaya dinamik yang berasal dari angin yang bekerja pada alat tersebut. Alat lain yang menggunakan metode ini dalam pengukuran kecepatan angin yaitu wind vanes, bivanes dan trivanes. Metode pengukuran secara mekanik merupakan metode yang paling sering digunakan untuk mengukur kecepatan angin. Metode ini paling sederhana yaitu dengan memperhitungkan jelajah angin dari Cup yang berputar dan dapat mengukur kecepatan angin dari segala arah Cup Anemometer Pada tahun 145, arsitek seni dari Italia bernama Leon Battista Alberti menemukan anemometer mekanik yang pertama. Instrumen tersebut terdiri dari piringan yang ditempatkan tegak lurus dengan angin. Cup anemometer yang masih digunakan sampai sekarang diciptakan pada tahun 1846 oleh peneliti dari Irlandia yang bernama John Thomas Romney Robins ( wikipedia.org/wiki/anemo). Cup anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju angin dimana sensor laju anginnya terdiri atas tiga Cup yang dihubungkan oleh lengan yang ditempelkan pada as. Seluruh Cup menghadap ke satu arah melingkar sehingga bila angin bertiup maka rotor berputar pada arah tetap. Alat ini memberi tanggapan atas gaya dinamik yang berasal dari angin yang bekerja pada alat tersebut. Gaya dinamik angin pada permukaan cekung Cup lebih besar daripada permukaan cembung Cup. Perputaran sumbu sistem Cup dihubungkan secara mekanik atau elektronik dengan suatu alat yang dinamakan generator sinyal, untuk keperluan pencatatan. Generator sinyal ini berupa alat penghitung putaran. Anemometer yang akan digunakan sebagai kontrol pada penelitian ini adalah anemometer tipe AN 1 buatan Delta-T, Inggris. Mangkok rotornya terbuat dari plastik ABS yang kuat dan tahan cuaca (Delta-T devices). Konstruksi dari anemometer ini terbuat dari campuran alumunium, stainless steel dan plastik tahan cuaca untuk semua bagian yang terbuka. Bola-bola besi yang digunakan sebagai penopang kumparan rotor tangkainya terbuat dari bahan yang tahan karat dan terlindung dari masuknya embun dan debu. Sehingga anemometer ini dapat ditempatkan pada tempat yang terbuka dan tahan terhadap cuaca yang cukup ekstrim. Spesifikasi dari alat ini adalah sebagai berikut, kecepatan minimum yang dapat diukur alat ini yaitu,2 ms -1 dan kecepatan maksimum yang dapat diukur dari alat ini yaitu 75 ms -1. Kalibrasi alat ini yaitu 8 putaran per kilometer atau 1 pulsa per 1,25x1-3 kilometer. Dengan tinggi alat 2 mm dan diameter kotak 55 mm (Delta-T devices). Di bawah ini adalah gambar dari anemometer tipe AN 1 yang digunakan sebagai kontrol pada penelitian ini. Gambar 1. Anemometer tipe AN1 sumber : Delta-T devices 2.4. Momen Inersia Benda yang mula-mula diam akan mempertahankan keadaan diamnya (malas bergerak) dan benda yang mula-mula bergerak akan mempertahankan keadaan geraknya atau malas berhenti (Kanginan, 24). Sifat benda yang cenderung mempertahankan keadaan geraknya (diam atau bergerak) inilah yang disebut sebagai kelembaman atau inersia. Sehingga dapat didefinisikan bahwa momen inersia adalah ukuran resistansi atau kelembaman sebuah benda terhadap perubahan dalam gerak rotasi (Tippler, 1991). Momen inersia ini tergantung pada distribusi massa benda relatif terhadap sumbu rotasi benda. Momen inersia dari sebuah partikel bermassa m terhadap poros yang terletak sejauh r dari massa partikel didefinisikan sebagai hasil kali massa partikel terhadap kuadrat jarak dari titik poros, atau ditulis I = mr 2. r m poros Gambar 2. Momen inersia sebuah titik partikel terhadap poros

11 3 Akan tetapi jika terdapat banyak partikel dengan massa masing-masing m 1, m 2, m 3,...,m n dan mempunyai jarak r 1, r 2, r 3,...,r n terhadap poros, momen inersia total adalah penjumlahan momen inersia setiap partikel, yaitu I = m i r i 2. Apabila sebuah benda pejal terdiri dari distribusi materi yang kontinyu, benda terdiri dari sejumlah besar elemen massa dm yang tersebar merata di seluruh benda, maka momen inersia benda adalah jumlah dari momen inersia semua elemen massa tersebut yaitu r 2 dm. Untuk dm yang jumlahnya banyak, penjumlahan menjadi sebuah integral yaitu I = r 2 dm. Cup anemometer beserta perhitungan panjang jari-jarinya dapat dilihat pada lampiran 1. Selanjutnya persiapan dalam pembuatan jari-jari anemometer. Sebelum membuat jarijari anemometer dibuat segitiga samasisi pada lembaran fibreglass yang akan digunakan sebagai pattern dalam pembuatan jari-jari anemometer. Sehingga jari-jari yang dibuat memiliki bentuk yang uniform dan yang membedakan hanya panjangnya saja. r dm sumbu rotasi Gambar 3. Momen inersia benda pejal III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli 26 di Workshop Instrumentasi Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Interface pencacah putaran beserta perangkat lunak, variable transformer, seperangkat perkakas perbengkelan mekanik, timbangan digital dan wind tunnel. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bola tenis meja, lembaran fibreglass (tebal 1 mm), pipa alumunium, detektor pencacah putaran, dan perekat epoxy Metode Penelitian Metode yang diterapkan dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut : 1. Persiapan Perancangan dan Pembuatan Sensor Cup Anemometer Langkah awal dalam pembuatan Cup anemometer yaitu dengan membuat gambar sketsa Cup anemometer. Dalam penelitian ini sketsa yang dibuat yaitu Cup anemometer dengan menggunakan tiga Cup. Pembuatan sketsa Cup anemometer ini bertujuan untuk mempermudah dalam memperhitungkan panjang jari-jari yang dianggap ideal. Sketsa Gambar 4. Segitiga samasisi yang digunakan sebagai pattern Panjang jari-jari yang dibuat yaitu 5,5 cm; 5,7 cm; 5,9 cm; 6,2 cm dan 6,5 cm masing-masing dua set (sebagai ulangan). Gambar 5. Jari-jari anemometer dengan panjang yang berbeda-beda Cup yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari belahan bola tenis meja. Pemilihan bola tenis meja dikarenakan bentuknya yang bulat sempurna dan massanya yang ringan. Dalam pembelahan bola tenis meja yang perlu diperhatikan yaitu terlebih dahulu menentukan bagian yang akan dipergunakan sebagai Cup yaitu dengan cara menerawang bola dan dilihat perbedaan degradasi warnanya. Bagian yang dapat dijadikan Cup adalah bagian yang memiliki degradasi warna yang lebih terang (overlap sambungan). Selanjutnya bola tenis meja dibelah menjadi dua bagian yang tidak sama besar. Berikut ini gambar belahan bola tenis meja yang akan dipergunakan sebagai Cup.

12 4 Gambar 6. Belahan bola tenis meja yang digunakan sebagai Cup Jari-jari dan Cup yang telah dibuat di timbang dengan menggunakan timbangan digital untuk diperhitungkan besarnya momen inersia dari anemometer tersebut. Langkah selanjutnya adalah pembuatan sensor Cup anemometer yaitu proses penggabungan antara Cup dengan jari-jari. Dalam proses penggabungan digunakan alat bantu papan penjepit jari-jari, sehingga dalam proses penyatuan antara Cup dan jari-jari, jarijari benar-benar berada di tengah-tengah Cup. Gambar 7. Proses penyatuan antara Cup dengan jari-jari Cup anemometer yang telah dibuat ditempelkan pada poros bermagnet yang digunakan sebagai perantara antara Cup anemometer dengan tiang penyangga. Magnet yang terdapat pada ring digunakan untuk memberikan pulsa terhadap hall sensor yang ada dibawahnya. 2. Pembuatan Rangkaian Elektronik Dalam pengolahan sinyal digital diperlukan ketukan atau aba-aba agar proses dapat dilakukan secara sinkron. Secara elektronik untuk membangkitkan ketukan dengan irama yang konstan dikenal sebagai pembangkitan pulsa dengan periode atau frekuensi yang tetap. Sedangkan untuk pengendalian pulsa itu sendiri ditentukan oleh nilai komponen resistor dan kapasitor pada circuit. Perangkat multivibrator yang digunakan dalam membuat anemometer yaitu perangkat monostable (447). Perangkat ini dibuat untuk membangkitkan pulsa digital dari lintasan magnet terhadap hall sensor. Cup anemometer yang dibuat pada penelitian ini mampu mengukur kecepatan angin sampai 6 km jam -1. Perangkat monostable yang dibuat mampu membangkitkan pulsa dengan periode,54 sekon. Besarnya nilai resistor yang digunakan yaitu 22 kilo ohm dan nilai kapasitornya sebesar 1 nf. Nilai-nilai tersebut didasarkan pada perhitungan berikut ini : V angin : 6 km/jam ~ 1666,66 cm/s 1666,66 Banyaknya putaran/s : 21,98 : 75,82 putaran/s Agar alat dapat mengukur kecepatan angin sampai kecepatan 6 km jam -1 maka banyaknya putaran setiap sekon dikalikan dua sehingga menjadi 152 putaran/sekon. Maka periodenya : 1 Periode : 152 :,66 sekon Persamaan untuk periode dari rangkaian monostable yaitu T = 2,48 x RC, dengan persamaan tersebut dapat dihitung besarnya nilai R dan C. Berikut ini adalah tabel simulasi nilai R, C dan T. Tabel 1. Nilai R, C dan T R C (nf) (ohm) T (sekon) Gambar 8. Poros bermagnet

13 5 Berdasarkan tabel 1 di atas nilai resistor dan kapasitor yang memiliki nilai periode <,66 sekon yaitu pada saat besarnya nilai resistor 22 kilo ohm dan kapasitornya 1 nf. 3. Konstiguna Program Pencacah Putaran Program pencacah putaran atau simultan dibuat dengan bahasa pemrogaman Turbo Basic. Bahasa pemrogaman Turbo Basic memiliki kelebihan yaitu proses eksekusinya lebih cepat karena bentuk pemrogaman lebih terstruktur, tidak perlu menggunakan bahasa assembler untuk mengakses port, BIOS, DOS, memori maupun peranti pendukung komputer (joystick, mouse, printer), juga tidak adanya keharusan pemakaian nomor baris dalam listing programnya, selain itu program juga dapat langsung di compile dan dijalankan dari komputer (Razi, 23). Rangkaian elektronik yang telah dibuat dihubungkan ke komputer sehingga setiap 1 putaran dalam gerakan Cup anemometer dapat terbaca sebanyak 2 pulsa pada program tersebut. Dikarenakan hardware yang dibuat berhubungan dengan parallel interface maka program yang dibuat pun dapat membaca banyaknya putaran secara bersamaan, apabila Cup anemometer diuji secara serentak. Data jumlah putaran yang terbaca pada program tersimpan di dalam file-file Microsoft Excel setiap selang waktu ± 1 menit. 4. Pengujian Alat Pengujian Cup anemometer dilakukan dalam tiga tahapan. Tahap pertama Cup anemometer diletakan berbaris memanjang (6 Cup anemometer) di dalam wind tunnel. Pada pengujian tahap pertama ini dilakukan pengacakan posisi Cup sebanyak tiga kali pengacakan. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah posisi berpengaruh terhadap hasil jumlah putaran yang dihasilkan oleh Cup anemometer. Pengujian dilakukan dalam selang waktu yang sama yaitu 8 menit 7 detik. Pengujian tahap kedua yaitu kedua Cup anemometer yang memiliki perlakuan sama (panjang jari-jari 5,9 cm) diletakan secara sejajar. Pada tahap kedua ini untuk melihat berpengaruh atau tidaknya jumlah putaran dari Cup anemometer yaitu dengan menukar posisi Cup tersebut. Pengujian dilakukan dalam selang waktu 4 menit 28 detik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini. Gambar 1. Cup anemometer (5,9 cm) diuji bersamaan Berdasarkan kedua pengujian tersebut ternyata posisi Cup di dalam wind tunnel berpengaruh terhadap jumlah putaran yang dihasilkan oleh Cup anemometer. Pada pengujian tahap ketiga, pengujian dilakukan secara satu per satu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya ketidakseragaman perlakuan. Cup anemometer diletakan di dalam wind tunnel (ujung dekat luar) dan tinggi Cup diletakan sejajar dengan pusat putaran kipas. Gambar 11. Cup anemometer yang diuji secara satu per satu Gambar 9. Cup anemometer yang diuji secara bersamaan Untuk membangkitkan atau mengatur jalannya kipas pada wind tunnel digunakan variable transformer. Pengujian dilakukan dimulai dari nilai voltase 35 hal ini dikarenakan kipas yang terdapat di dalam wind tunnel mulai bergerak pada nilai voltase ini.

14 6 5. Pengolahan Data Setiap alat diuji dalam selang waktu ± 5 menit dan data jumlah putaran tersimpan di dalam file data Microsoft Excel. Data jumlah putaran yang tersimpan adalah data sejak Cup anemometer mulai bergerak hingga Cup anemometer berhenti bergerak. Data yang dipergunakan untuk menghitung jumlah putaran per detik yaitu data yang berada ditengah-tengah selang waktu pengukuran (putaran Cup mulai stabil). Untuk mengetahui besarnya kecepatan angin yang dijalankan dengan variable transformer, yaitu dengan cara mengalikan jumlah putaran setiap jam dari anemometer kontrol (yang telah terkalibrasi) dengan 1,25x1-3 kilometer setiap putaran. Besarnya kecepatan angin dari masing-masing voltase hasil dari perhitungan tersebut dalam bentuk km jam -1. Uji yang dilakukan pada penelitian ini yaitu uji t, dengan hipotesa nol (Ho = μ 1 = μ 2 ). Hal ini berarti bahwa data jumlah putaran pada panjang jari-jari i yang pertama sama dengan data jumlah putaran pada panjang jari-jari i yang kedua. Dengan hipotesa tandingan (H1 = μ 1 μ 2 ), yang berarti sebaliknya. 6. Penentuan Cup yang optimal dan Kalibrasi Alat. Langkah selanjutnya yaitu penentuan Cup anemometer yang dapat bekerja secara optimal. Pemilihan Cup yang optimal didasarkan pada grafik hubungan antara kecepatan angin (sumbu x) dengan jumlah putaran (sumbu y) yang memiliki respon usable range yang paling lebar. Secara umum kalibrasi alat adalah memberikan perlakuan angin terhadap sensor dan alat lain yang sudah terkalibrasi, mencatat keluaran dari alat tersebut dan membuat pola hubungan yang dihasilkan antara alat yang telah dibuat dan alat standar yang telah terkalibrasi. 7. Perhitungan Momen Inersia Perhitungan momen inersia dalam setiap perlakuan dihitung secara terpisah, sehingga dalam setiap Cup anemometer hasil perhitungannya dikalikan 3 (jari-jari dan cup). Tujuan dari perhitungan ini untuk melihat apakah dengan semakin besarnya momen inersia dari Cup anemometer maka alat tersebut semakin malas untuk bergerak dan semakin malas untuk berhenti. Adapun rumus dari masing-masing bentuk benda dari anemometer ini berbeda-beda yaitu sebagai berikut : Momen inersia untuk benda yang berbentuk batang dengan sumbu putar tegak lurus dengan batang yang melalui salah satu ujungnya didapat dengan rumus sebagai berikut, massa total dari batang (M) didistribusikan secara uniform sepanjang L, sehingga kerapatan massa linier adalah ρ = M/L, jadi dm = ρ.dx = (M/L) dx, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 12 di bawah ini : Gambar 12. Batang uniform dengan sumbu putar melalui salah satu ujung sehingga momen inersia terhadap sumbu yang tegak lurus batang yaitu : I = L L = x x 2 2 L dm M L dx M 2 = x dx L M 1 3 = x L = ML 3 L Dan momen inersia dari belahan bola tenis meja yaitu sebagai berikut : Massa setengah bola berongga, dm = 2πr 2 dr (w/g). Yang dimaksud massa di sini adalah massa suatu shell yang tipis. Bentuk setengah bola merupakan gabungan dari shell-shell yang tipis berjari-jari (r) dan tebalnya (dr), sedangkan w/g adalah massa material per volume satuan.

15 7 Momen inersia untuk setiap elemen adalah r 2 dm dan luas tiap elemen adalah da = 2πr dr, maka massa setiap elemen adalah : dm = M da A Gambar 13. Setengah bola dengan sumbu putar melalui salah satu ujung Maka perhitungan momen inersianya adalah sebagai berikut : 2a 2 I = 2 2 w r 2π r dr 3 g a w 2 4 = π 4 r dr 3 g 4 w 1 5 = π r 3 g 5 = 4 w π 32a 15 g 5 2a = π a w a g Dimana W = I = I = ma w 32a g 2 2 π a 3 w, maka Sedangkan momen inersia untuk benda berbentuk poros bermagnet yang melewati pusatnya yaitu dengan mengambil elemen massa dm (gambar 14). Dimana setiap elemen massa adalah sebuah cincin berjari-jari r yang tebalnya dr. Gambar 14. Poros bermagnet dengan sumbu putar melalui pusatnya M = 2πr dr A Dengan A = πr 2 adalah luas lingkaran, jadi didapat : I = r 2 dm R = r π 2 M 2π r dr A R 2 M 3 = r dr 2 πr 4 2M R = 2 R = MR 2 Sehingga rumus momen inersia untuk benda berbentuk Cup anemometer yaitu : I = 3 ML + ma + MR IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran kecepatan angin yang akurat adalah salah satu faktor penting dalam penelitian bidang meteorologi, pertanian, transportasi, perkapalan, industri dan dalam bidang lainnya. Untuk mengukur besarnya kecepatan angin itu sendiri dapat dilakukan dengan empat metode, akan tetapi metode yang umum digunakan pada stasiun pengamatan cuaca yaitu metode pengukuran kecepatan angin secara mekanik. Alat ukur kecepatan angin yang prinsip kerjanya secara mekanik yaitu Cup counter anemometer. Alat tipe ini yang dikembangkan oleh pabrik terbuat dari bahan logam yang tidak mudah berkarat. Pada penelitian ini Cup anemometer terbuat dari bahan fibreglass (jarijari) dan belahan bola tenis meja yang akan digunakan sebagai Cup Hasil Pembuatan Cup Anemometer Berdasarkan sketsa Cup counter anemometer yang telah dibuat dan di perhitungkan panjang jari-jarinya, didapat

16 8 panjang jari-jari yang ideal sepanjang 5,9 cm. Panjang ini yang digunakan sebagai titik tengah untuk menentukan panjang yang lainnya yang akan diuji. Sketsa Cup anemometer tersebut dianggap ideal, karena antara Cup yang satu dengan yang lainnya tidak saling terhalang satu sama lain, sehingga apabila ada angin yang mengenai salah satu Cup, respon Cup tersebut untuk bergerak lebih tanggap karena tidak terhalang oleh bagian Cup yang lain. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Cup anemometer dalam penelitian ini dipilih bahan yang mudah didapat dan terjangkau harganya. Bahan bola tenis meja dipilih sebagai Cup hal ini dikarenakan bola tenis meja memiliki bentuk yang bulat sempurna dan massanya yang ringan akan tetapi kuat karena terbuat dari bahan celluloid. Sedangkan bola tenis meja yang dipakai yaitu bola tenis meja yang memiliki standar Internasional dalam permainan bola tenis meja, sehingga bola tersebut memiliki keseragaman antara satu dengan yang lainnya. Untuk jarijarinya bahan yang dipilih yaitu fibreglass (1 mm) dengan alasan bahan ini kaku, kuat akan tetapi ringan. Berikut ini adalah Cup counter anemometer yang siap untuk diuji dan telah dilengkapi hall sensor yang akan dihubungkan pada rangkaian elektronik. tabel 2 di bawah ini dan untuk lebih jelasya dapat dilihat pada gambar 16. Tabel 2. Data pengamatan jumlah putaran yang diuji secara bersamaan Sensor Jari-jari (cm) putaran Kontrol 57 Jumlah putaran Kontrol Kontrol Posisi sensor Uji I Uji II Uji III Gambar 16. Pengaruh antara posisi sensor dengan jumlah putaran Gambar 15.Cup anemometer yang akan diuji 4.2. Pengujian Alat dan Pengolahan data Pada awal pengujian alat, Cup anemometer diuji secara bersamaan, yaitu dengan cara kelima anemometer dengan panjang jari-jari yang berbeda-beda dan anemometer kontrol diletakan secara berurutan di dalam wind tunnel. Pengujian ini dilakukan dengan tiga kali pengacakan hal ini bertujuan untuk melihat apakah posisi sensor berpengaruh terhadap jumlah putaran yang dihasilkan oleh masing-masing perlakuan. Hasil pengolahan datanya dapat dilihat pada Sensor nomor satu diletakan di dalam wind tunnel yang paling ujung dalam dekat kipas dan sensor nomor 6 diletakan di dalam wind tunnel yang paling ujung dekat luar, sedangkan sensor nomor 2,3,4 dan 5 di letakan secara berurutan di depan sensor nomor 1. Berdasarkan gambar 16 terlihat bahwa posisi atau letak dari anemometer di dalam wind tunnel berpengaruh terhadap jumlah putaran dari masing-masing Cup dalam selang waktu yang sama. Cup anemometer yang diletakan paling ujung dekat luar dari wind tunnel memiliki jumlah putaran yang paling banyak dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini diduga terjadi karena prinsip kerja dari wind tunnel itu sendiri adalah menyerap udara yang berasal dari luar, sehingga anemometer yang

17 9 diletakan pada posisi paling ujung dekat luar dapat menangkap angin lebih besar dan anemometer yang ada di belakangnya sudah terhalang oleh anemometer yang ada di depannya. Pengujian yang kedua yaitu dengan cara meletakan kedua Cup anemometer secara sejajar. Pada pengujian ini dengan menggunakan Cup anemometer yang memiliki panjang jari-jari yang sama panjang yaitu 5,9 cm. Pada pengujian tahap ini pun dilakukan dengan dua perlakuan yaitu yang pertama kedua Cup diletakan pada bagian tengah wind tunnel dan yang kedua yaitu dengan cara kedua Cup diletakan pada bagian ujung dekat luar dari wind tunnel. Untuk melihat bahwa posisi berpengaruh terhadap jumlah putaran pada pengujian tahap ini alat yang sebelumnya diletakan di sebelah kanan (jika dilihat dari luar wind tunnel) ditukar menjadi pada posisi sebelah kiri. Berikut ini adalah tabel jumlah putaran dari hasil pengamatan pengujian yang kedua. Tabel 3. Data jumlah putaran pada posisi Cup di tengah wind tunnel 5.9 (1) kiri Panjang jari-jari (cm) 5.9 (2) kanan 5.9 (2) kiri 5.9 (1) kanan putaran Selisih putaran Tabel 4. Data jumlah putaran pada posisi Cup di ujung dekat luar wind tunnel 5.9 (1) kiri Panjang jari-jari (cm) 5.9 (2) 5.9 (2) kanan kiri 5.9 (1) kanan putaran Selisih putaran Dari tabel 3 dan tabel 4 di atas terlihat adanya perbedaan jumlah putaran dari masingmasing Cup meskipun Cup tersebut memiliki panjang jari-jari dan bentuk yang sama. Dari kedua perlakuan tersebut Cup anemometer yang diletakan disebelah kiri menghasilkan jumlah putaran yang lebih banyak dibandingkan dengan Cup anemometer yang diletakan disebelah kanan dalam selang waktu yang sama (4 menit 28 detik). Hal ini diduga terjadi karena pada bagian kiri dari wind tunnel terdapat beberapa lubang yang menyebabkan adanya angin yang berasal dari luar masuk kedalam wind tunnel sehingga menyebabkan besarnya angin yang diterima lebih besar pada bagian sebelah kiri dan berpengaruh terhadap hasil pengukurannya. Dan dari tabel tersebut juga terlihat bahwa Cup anemometer yang diletakan dibagian ujung dekat luar dari wind tunnel memiliki jumlah putaran yang lebih benyak dibandingkan dengan Cup anemometer yang diletakan dibagian tengah wind tunnel. Dari kedua pengujian di atas terlihat bahwa posisi sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja dari Cup anemometer. Sehingga Cup anemometer tidak dapat diuji secara bersamaan. Untuk mengurangi terjadinya perbedaan tersebut maka Cup anemometer diuji secara satu persatu dengan posisi bagian ujung dekat luar dari wind tunnel dengan tinggi Cup berada sejajar dengan bagian tengah kipas. Dengan alasan yaitu pada posisi ini Cup anemometer dapat merespon angin secara optimal, hal ini dapat terlihat dari dua pengujian sebelumnya bahwa jumlah putaran Cup anemometer yang diletakan pada posisi ini menghasilkan jumlah putaran yang paling banyak dibandingkan dengan yang lainnya. Untuk menggerakan kipas pada wind tunnel digunakan variable transformer dan untuk mengetahui besarnya kecepatan angin yang dihasilkan oleh wind tunnel diperlukan anemometer kontrol yang sudah terkalibrasi. Pada penelitian ini anemometer kontrol yang digunakan yaitu anemometer tipe AN1 buatan Inggris. Kalibrasi dari alat ini yaitu 8 putaran per kilometer atau 1 pulsa per 1,25x1-3 kilometer. Kipas yang terdapat pada wind tunnel baru dapat mulai bergerak pada tegangan 35 Volt dan pengujian dilakukan pada 17 titik kecepatan yaitu 35, 5, 55, 6, 65, 7, 75, 8, 85, 9, 95, 1, 15, 11, 125, 15 dan 175 volt. Untuk menyeragamkan besarya voltase pada saat pengujian maka variable transformer dihubungkan dengan voltmeter sehingga angka voltase dapat terbaca pada voltmeter. Selanjutnya adalah proses pengolahan data. Data jumlah putaran yang tercatat sebelum dilakukan pengolahan selanjutnya terlebih dahulu dibagi dua, karena program mencatat setiap 1 putaran yang dihasilkan oleh Cup anemometer tercatat 2 pulsa. Data yang tercatat adalah pada saat Cup anemometer mulai bergerak sampai dengan Cup anemometer sudah mulai berhenti. Untuk mengetahui banyaknya putaran setiap detik yaitu dengan cara membagi jumlah putaran dengan waktu dalam sekon. Data jumlah putaran setiap sekon yang dihasilkan oleh anemometer kontrol dikonversi dalam bentuk jumlah putaran setiap jam dan dikalikan dengan 1,25x1-3 kilometer per pulsa, sehingga didapatkan besarnya kecepatan angin dari 17 titik voltase tersebut yaitu 1,2; 9,; 9,5; 11,4;

18 1 12,2; 14,8; 19,6; 2,2; 22,; 25,4; 28,7; 31,1; 36,6; 39,4; 42,5; 44,7; dan 45,8 (km jam -1 ). Pada penelitian ini masing-masing perlakuan dibuat sebanyak dua set (sebagai ulangan). Untuk memastikan bahwa setiap set perlakuan menghasilkan jumlah putaran yang tidak jauh berbeda, maka diperlukan suatu pengujian statistik. Uji yang digunakan yaitu uji t. Berikut ini tabel hasil perhitungan uji t yaitu nilai t dan nilai P. Nilai t tabel didapat dari tabel t pada taraf nyata,5 dengan derajat bebas 84. Tabel 5. Hasil uji t dari setiap set perlakuan Cup Anemometer t hitung P hitung 5,5 cm ,7 cm ,9 cm ,2 cm ,5 cm.3.98 Dengan menggunakan uji t diperoleh nilai t dan nilai P seperti yang ditunjukan pada tabel 5 dan besarnya nilai t tabel 19,89. Seluruh nilai t yang diperoleh memiliki nilai t hitung < t tabel dan nilai P yang jauh lebih besar dari taraf nyata (α),5. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa data jumlah putaran mendukung untuk menerima hipotesis nol dengan kata lain data jumlah putaran pada panjang jari-jari i yang pertama sama dengan data jumlah putaran pada panjang jari-jari i yang kedua, dengan tingkat kepercayaan 95 % Penentuan Cup yang memiliki respon linier yang paling lebar Penentuan Cup anemometer yang dapat mengukur kecepatan angin secara optimal didasarkan pada grafik hubungan antara kecepatan (sumbu x) dengan jumlah putaran (sumbu y) dan grafik tersebut memiliki respon usable range yang paling lebar. Data hasil pengujian yang telah tercatat dibuat grafik hubungan tersebut dan hasilnya dapat dilihat pada gambar 17, 18, 19, 2, 21dan 22 berikut ini. Jumlah putaran y = x R 2 = Kecepatan (km jam -1 ) Gambar 17. Hubungan jumlah putaran dengan kecepatan angin pada panjang jarijari 5,5 cm Jumlah putaran y = x R 2 = Kecepatan (km jam -1 ) Gambar 18. Hubungan jumlah putaran dengan kecepatan angin pada panjang jarijari 5,7 cm Jumlah putaran y = x R 2 = Kecepatan (km jam -1 ) Gambar 19. Hubungan jumlah putaran dengan kecepatan angin pada panjang jarijari 5,9 cm Jumlah putaran y = 1.582x R 2 = Kecepatan (km jam -1 ) Gambar 2. Hubungan jumlah putaran dengan kecepatan angin pada panjang jarijari 6,2 cm

19 11 Jumlah putaran y = x R 2 = Kecepatan (km jam -1 ) Gambar 21. Hubungan jumlah putaran dengan kecepatan angin pada panjang jarijari 6,5 cm Jumlah putaran Kecepatan (km jam -1 ) 5,5 cm 5,7 cm 5,9 cm 6,2 cm 6,5 cm Gambar 22. Hubungan jumlah putaran dengan kecepatan angin pada kelima perlakuan Berdasarkan gambar 17, 18, 19, 2 dan 21 terlihat bahwa Cup anemometer yang terbuat dari bahan lembaran fibreglass (jari-jari) dengan belahan tenis meja (Cup) mampu mengukur kecepatan angin dari kecepatan yang paling rendah dan masih memberikan respon yang linier sampai kecepatan tertinggi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan anemometer kontrol, kecepatan terendah yang mampu dihasilkan oleh wind tunnel yaitu sebesar 1,2 km jam -1 dan kecepatan tertingginya sebesar 45,8 km jam -1. Dari gambar tersebut juga terlihat bahwa kelima perlakuan yang diuji pada penelitian ini memiliki respon linier yang sama, hanya saja yang membedakannya adalah slope atau kemiringannya dari setiap perlakuan. Akan tetapi perbedaan slope tidak dapat dijadikan sebagai penentu dalam memilih Cup anemometer yang mampu bekerja secara optimal. Cup anemometer dengan panjang jari-jari 5,5 cm mampu berputar lebih banyak dengan bertambahnya kecepatan angin jika dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini diduga karena panjang jari-jarinya yang pendek maka Cup mampu menangkap jumlah angin (lebih banyak) yang dihasilkan oleh putaran kipas. Selain itu alat ini memiliki kelembaman yang paling kecil sehingga lebih mudah untuk digerakan. Cup anemometer dengan panjang jari-jari 6,5 cm menghasilkan jumlah putaran yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan keempat perlakuan yang lainnya. Hal ini dapat terlihat dari nilai slope yang paling rendah (gambar 19). Faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini dimungkinkan karena pengaruh dari panjang jari-jarinya yang lebih panjang sehingga lebih sukar untuk digerakan. Sedangkan untuk jari-jari 5,7; 5,9; dan 6,2 cm besarnya nilai slope mengikuti variasi dari jarijari tersebut atau dengan kata lain semakin panjang jari-jarinya maka nilai slopenya semakin rendah. Penelitian ini belum mampu menentukan Cup anemometer yang mampu mengukur kecepatan angin secara optimal. Hal ini dikarenakan wind tunnel yang digunakan sebagai sumber angin tidak dapat menghasilkan kecepatan angin yang lebih besar lagi sehingga tidak dapat melihat batas maksimum alat ini tidak menghasilkan grafik yang linier Momen Inersia Anemometer tipe Cup counter memiliki massa yang berputar, hal ini menyebabkan tanggapan yang lambat pada saat permulaan berputar dan lambat untuk berhenti pada saat angin sudah mulai berhenti. Perhitungan momen inersia pada penelitian ini hanya sebagai penunjang untuk mengetahui berapa besarnya momen inersia dari alat yang berbentuk Cup anemometer. Hasil dari perhitungan momen inersia tidak dapat dijadikan sebagai pilihan dalam menentukan Cup anemometer yang dapat bekerja secara optimal. Dalam perhitungan besarnya momen inersia dari Cup counter anemometer ini yang perlu diketahui yaitu massa dari alat tersebut dan jarak antar Cup dengan sumbu putarnya. Massa Cup dari anemometer pada penelitian ini berkisar antara 1,4911 gr- 1,4938 gr. Massa dari masing-masing Cup tidak dapat dibuat seragam perbedaan berat dari masing-masing Cup terjadi dari proses pengamplasan. Akan tetapi untuk mempermudah dalam proses perhitungan besarnya momen inersia, massa dari Cup diperhitungkan seberat 1,49 gr (pembulatan). Massa dari poros bermagnet yaitu 4,298 gr dan berat dari jari-jari disajikan pada tabel 6 di bawah ini.

20 12 Tabel 6. Massa Jari-jari dari masing-masing perlakuan Jari-jari (cm) m batang I (gr) m batang II (gr) Setelah dilakukan perhitungan didapat hasil dari besarnya momen inersia dari masingmasing perlakuan yaitu sebagai berikut : Tabel 7. Hasil perhitungan momen inersia Perlakuan MI MI gr cm 2 (1) gr cm 2 (2) Dari tabel 7 terlihat bahwa semakin panjang jari-jarinya (semakin berat massanya) maka semakin besar kelembaman benda, begitu pula sebaliknya. Cup anemometer dengan panjang jari-jari 5,5 cm memiliki momen inersia sebesar 41 gr cm 2. Dengan momen inersia yang rendah maka alat ini mampu berputar dan menghasilkan jumlah putaran yang paling banyak dibandingkan dengan keempat perlakuan yang lainnya. Dengan panjang jari-jari yang pendek alat ini diduga kurang sensitif pada kecepatan angin lemah karena beratnya yang ringan sehingga dapat dikalahkan oleh gaya gesekan. Pada Cup anemometer dengan panjang jari-jari 6,5 cm memiliki momen inersia sebesar 412 gr cm 2. Dengan jari-jari yang paling panjang alat ini diduga lebih sensitif pada kecepatan angin lemah karena adanya momentum yang lebih berat yang mampu mengalahkan gaya gesekan. Akan tetapi jumlah putaran yang dihasilkan pada kecepatan rendah dari anemometer ini paling sedikit. Hal ini dimungkinkan jari-jarinya yang terlalu panjang sehingga semakin menjauhi pusat putaran kipas dan angin yang dapat ditangkap Cup lebih sedikit Kalibrasi Alat Dalam proses kalibrasi alat yang digunakan sama saja dengan proses pengujian yaitu sebuah sumber kecepatan angin (wind tunnel) yang kecepatan putaran balingbalingnya dapat diatur dengan variable transformer dan sebuah anemometer kontrol. Kecepatan maksimum yang dapat dihasilkan oleh wind tunnel ini adalah 45,8 km jam -1. Kecepatan ini dapat diketahui melalui pengukuran dengan alat yang telah dikalibrasi (Cup anemometer kontrol) pada saat kecepatan putaran baling-balingnya maksimum. Dalam proses kalibrasi, data jumlah putaran yang didapat dikonversi dalam bentuk jumlah putaran per jam. Data yang di konversi yaitu nilai jumlah putaran Cup pada saat Cup anemometer berputar secara stabil dan dibagi dengan waktu putarnya. Berdasarkan hasil uji t, besarnya jumlah putaran dari setiap set perlakuan memberikan hasil yang tidak berbeda jauh. Maka nilai kalibrasi alat pada penelitian ini diperoleh dari hasil rerata jumlah putaran per waktu dari setiap set tersebut. Performa dari Cup anemometer ditunjukan dengan persamaan y = bx, dimana y adalah kecepatan dalam km jam -1, b adalah koefisien (km per putaran) dan x adalah jumlah putaran (putaran per jam). Hasil kalibrasi dapat dilihat pada gambar 23, 24, 25, 26, dan 27 berikut ini : Kecepatan (km jam -1 ) y =.7x Putaran per jam Gambar 23. Hubungan antara jumlah putaran per jam dengan kecepatan (5,5 cm) Kecepatan (km jam -1 ) y =.7x Putaran per jam Gambar 24. Hubungan antara jumlah putaran per jam dengan kecepatan (5,7 cm)

21 13 Kecepatan (km jam -1 ) y =.8x Putaran per jam Gambar 25. Hubungan antara jumlah putaran per jam dengan kecepatan (5,9 cm) Kecepatan (km jam -1 ) y =.9x Putaran per jam Gambar 26. Hubungan antara jumlah putaran per jam dengan kecepatan (6,2 cm) Kecepatan (km jam -1 ) y =.1x Putaran per jam Gambar 27. Hubungan antara jumlah putaran per jam dengan kecepatan (6,5 cm) Untuk mempermudah melihat hasil nilai kalibrasi tersebut dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini, dimana hasil kalibrasi dalam bentuk km jam -1. Tabel 8. Nilai kalibrasi dari masing-masing perlakuan Cup anemometer Kalibrasi 5.5 cm V =.7x cm V =.7x cm V =.8x cm V =.9x cm V =.1x Variable x pada nilai kalibrasi tersebut adalah jumlah putaran setiap jam yang dihasilkan alat. Nilai kalibrasi tersebut dipergunakan untuk mengetahui besarnya kecepatan angin dari masing-masing perlakuan. Hal ini tentunya apabila Cup anemometer yang dibuat sesuai dengan penelitian ini (bahan dan kontruksi yang sama). Cup anemometer dengan panjang jari-jari 5,5 cm memiliki nilai kalibrasi V =.7x -.29, artinya untuk mengetahui besarnya kecepatan angin yaitu dengan cara mengalikan jumlah putaran setiap jam dengan 7 x 1-4 dan dikurangi,29 maka didapat besarnya kecepatan dalam satuan km jam -1. Selanjutnya untuk jari-jari 5,7 cm; 5,9 cm; 6,2 cm dan 6,5 cm dengan cara yang sama dapat dihitung kecepatannya. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Cup anemometer yang terbuat dari bahan bola tenis meja dan fibreglass berdasarkan hasil pengujian pada penelitian ini mampu bekerja dengan baik dan menghasilkan grafik yang linier hingga kecepatan 5 km jam -1. Besarnya kecepatan angin yang dihasilkan oleh wind tunnel didasarkan pada anemometer kontrol (delta-t) yang telah terkalibrasi. Wind tunnel yang digunakan pada penelitian ini diduga masih memiliki beberapa kelemahan antara lain kecepatan maksimum yang dapat dihasilkan oleh wind tunnel sebesar 46 km jam -1, aliran udara di dalam wind tunnel masih terganggu turbulensi. Oleh karena itu pengujian alat hanya dapat dilakukan secara satu per satu pada posisi yang sama. Dari kelima perlakuan yang diuji belum dapat ditentukan Cup anemometer yang memiliki performa paling baik. Hal ini disebabkan keterbatasan alat pembangkit angin (wind tunnel) untuk menghasilkan kecepatan angin yang lebih besar sehingga titik belok respon liniernya belum diketahui Saran Dalam penelitian ini belum dapat ditentukan Cup anemometer yang memiliki performa paling baik. Hal ini dikarenakan wind tunnel yang dipergunakan hanya dapat menghitung kecepatan angin sampai kecepatan 46 km jam -1. Sehingga diperlukan wind tunnel yang memiliki ukuran tabung yang lebih besar untuk dapat menghasilkan kecepatan angin yang lebih tinggi serta area laminer yang lebih luas.

UJI KARAKTERISTIK DIMENSI SENSOR ( JARI-JARI ) DARI CUP COUNTER ANEMOMETER DIAN PALUPI

UJI KARAKTERISTIK DIMENSI SENSOR ( JARI-JARI ) DARI CUP COUNTER ANEMOMETER DIAN PALUPI UJI KARAKTERISTIK DIMENSI SENSOR ( JARI-JARI ) DARI CUP COUNTER ANEMOMETER DIAN PALUPI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. sumbu rotasi. Gambar 3. Momen inersia benda pejal. Gambar 4. Segitiga samasisi yang digunakan sebagai pattern

III. METODOLOGI. sumbu rotasi. Gambar 3. Momen inersia benda pejal. Gambar 4. Segitiga samasisi yang digunakan sebagai pattern kan tetapi jika terdapat banyak partikel dengan massa masing-masing m 1, m, m,...,m n dan mempunyai jarak r 1, r, r,...,r n terhadap poros, momen inersia total adalah penjumlahan momen inersia setiap partikel,

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O 1 1. Empat buah partikel dihubungkan dengan batang kaku yang ringan dan massanya dapat diabaikan seperti pada gambar berikut: Jika jarak antar partikel sama yaitu 40 cm, hitunglah momen inersia sistem

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 5 MOMEN INERSIA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 5 MOMEN INERSIA LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 5 MOMEN INERSIA Nama : Lukman Santoso NPM : 240110090123 Tanggal / Jam Asisten : 17 November 2009/ 15.00-16.00 WIB : Dini Kurniati TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI Momen gaya : Simbol : τ Momen gaya atau torsi merupakan penyebab benda berputar pada porosnya. Momen gaya terhadap suatu poros tertentu

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto Dosen Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal E-mail : soebyakto@gmail.com ABSTRAK Tenaga angin sering disebut sebagai

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi 1. Sistem Diskrit Tinjaulah sistem yang terdiri atas 2 benda. Benda A dan benda B dihubungkan dengan batang ringan yang tegar dengan sebuah batang tegak yang

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi titik berat, dan momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari.benda tegar (statis dan Indikator Pencapaian Kompetensi: 3.1.1

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

D. 15 cm E. 10 cm. D. +5 dioptri E. +2 dioptri

D. 15 cm E. 10 cm. D. +5 dioptri E. +2 dioptri 1. Jika bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dengan jari-jari lengkungan 20 cm adalah nyata dan diperbesar dua kali, maka bendanya terletak di muka cermin sejauh : A. 60 cm B. 30 cm C. 20 cm Kunci

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari jari r lintasannya Gambar 1

a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari jari r lintasannya Gambar 1 . Pengantar a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Gerak melingkar adalah gerak benda yang lintasannya berbentuk lingkaran dengan jari jari r Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari

Lebih terperinci

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR BAB DNAMKA OTAS DAN KESEMBANGAN BENDA TEGA. SOA PHAN GANDA. Dengan menetapkan arah keluar bidang kertas, sebagai arah Z positif dengan vektor satuan k, maka torsi total yang bekerja pada batang terhadap

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

4. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan konstan 72 km/jam. Jarak yang ditempuh selama selang waktu 20 sekon adalah...

4. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan konstan 72 km/jam. Jarak yang ditempuh selama selang waktu 20 sekon adalah... Kelas X 1. Tiga buah vektor yakni V1, V2, dan V3 seperti gambar di samping ini. Jika dua kotak mewakili satu satuan vektor, maka resultan dari tiga vektor di atas adalah. 2. Dua buah vektor A dan, B masing-masing

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

4 I :0 1 a :4 9 1 isik F I S A T O R A IK M A IN D

4 I :0 1 a :4 9 1 isik F I S A T O R A IK M A IN D 9:4:04 Posisi, Kecepatan dan Percepatan Angular 9:4:04 Partikel di titik P bergerak melingkar sejauh θ. Besarnya lintasan partikelp (panjang busur) sebanding sebanding dengan: s = rθ Satu keliling lingkaran

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR

SILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR LAMPIRAN TUGAS Mata Kuliah Progran Studi Dosen Pengasuh : Fisika Dasar : Teknik Komputer (TK) : Fandi Susanto, S. Si Tugas ke Pertemuan Kompetensi Dasar / Indikator Soal Tugas 1 1-6 1. Menggunakan konsep

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014 Jawaban Soal OSK FISIKA 4. Sebuah benda bergerak sepanjang sumbu x dimana posisinya sebagai fungsi dari waktu dapat dinyatakan dengan kurva seperti terlihat pada gambar samping (x dalam meter dan t dalam

Lebih terperinci

Saat mempelajari gerak melingkar, kita telah membahas hubungan antara kecepatan sudut (ω) dan kecepatan linear (v) suatu benda

Saat mempelajari gerak melingkar, kita telah membahas hubungan antara kecepatan sudut (ω) dan kecepatan linear (v) suatu benda 1 Benda tegar Pada pembahasan mengenai kinematika, dinamika, usaha dan energi, hingga momentum linear, benda-benda yang bergerak selalu kita pandang sebagai benda titik. Benda yang berbentuk kotak misalnya,

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika Prediksi UN SMA IPA Fisika Kode Soal Doc. Version : 0-06 halaman 0. Dari hasil pengukuran luas sebuah lempeng baja tipis, diperoleh, panjang = 5,65 cm dan lebar 0,5 cm. Berdasarkan pada angka penting maka

Lebih terperinci

TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018 DINAS PENDIDIKAN DKI JAKARTA

TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018 DINAS PENDIDIKAN DKI JAKARTA TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018 DINAS PENDIDIKAN DKI JAKARTA MATA PELAJARAN : FISIKA PROGRAM STUDI : MIPA HARI,TANGGAL :... WAKTU :... (120 menit) PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomor ujian,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 204/205 Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII / IPA Paket : 0 Hari / Tanggal

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

drimbajoe.wordpress.com

drimbajoe.wordpress.com 1. Suatu bidang berbentuk segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat ukur yang berbeda, diperoleh panjang 5,45 cm, lebar 6,2 cm, maka luas pelat tersebut menurut aturan penulisan angka penting adalah...

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS 4.1 Pengujian Turbin Angin Turbin angin yang telah dirancang, dibuat, dan dirakit perlu diuji untuk mengetahui kinerja turbin angin tersebut. Pengujian yang dilakukan

Lebih terperinci

3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Pemasangan Sistem Telemetri dan Rangkaian Sensor

3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Pemasangan Sistem Telemetri dan Rangkaian Sensor 3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Rangkaian mekanik berfungsi untuk menunjang mekanisme gerak vertikal. Pada platform yang akan dibuat pembuatan rangkaian ini menggunakan komponen mekanik

Lebih terperinci

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L)

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L) Dinamika Rotasi adalah kajian fisika yang mempelajari tentang gerak rotasi sekaligus mempelajari penyebabnya. Momen gaya adalah besaran yang menyebabkan benda berotasi DINAMIKA ROTASI momen inersia adalah

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2006

Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2006 Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2006 EBTA-SMK-06-01 Sebatang kawat baja mempunyai luas penampang 2,20 mm 2, dan panjangnya 37,55 mm. Besarnya volume kawat baja tersebut A. 80,875 mm 3 B.

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal sebesar 6 m/s. Setelah 1 menit, kecepatan mobil tersebut menjadi 9 m/s. Berapakah percepatan mobil tersebut?

1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal sebesar 6 m/s. Setelah 1 menit, kecepatan mobil tersebut menjadi 9 m/s. Berapakah percepatan mobil tersebut? 1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal sebesar 6 m/s. Setelah 1 menit, kecepatan mobil tersebut menjadi 9 m/s. Berapakah percepatan mobil tersebut? a. 0,4 m/s 2 c. 3 m/s 2 b. 0,05 m/s 2 d. 15 m/s 2 2.

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sensor Resistance wire Sifat fisik sensor Resistance wire yaitu memiliki resistansi tinggi dan sukar teroksidasi. Sensor resistance wire tersebut dimaksudkan dapat memberikan

Lebih terperinci

Lely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi

Lely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI MASSA BANDUL TERHADAP POLA GERAK BANDUL DAN VOLTASE BANGKITAN GENERATOR PADA SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBAN LAUT SISTEM BANDUL KONIS Lely Etika Sari (2107100088)

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci

BIDANG STUDI : FISIKA

BIDANG STUDI : FISIKA BERKAS SOAL BIDANG STUDI : MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 013 Petunjuk Umum 1. Silakan berdoa sebelum mengerjakan soal, semua alat komunikasi dimatikan.. Tuliskan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

bermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e.

bermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e. SOAL : 1. Empat buah gaya masing-masing : F 1 = 100 N F 2 = 50 N F 3 = 25 N F 4 = 10 N bekerja pada benda yang memiliki poros putar di titik P. Jika ABCD adalah persegi dengan sisi 4 meter, dan tan 53

Lebih terperinci

K13 Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Antiremed Kelas 11 Fisika Persiapan UTS Semester Genap Halaman 1 01. Balok bermassa 5 kg diletakkan di atas papan, 3 m dari titik A, seperti terlihat pada gambar. Jika massa papan adalah satu kilogram

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan pernyataan BENAR atau SALAH. Jika jawaban anda BENAR, pilihlah alasannya yang cocok dengan jawaban anda. Begitu pula jika

Lebih terperinci

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII - 014 1. Dari besaran fisika di bawah ini, yang merupakan besaran pokok adalah A. Massa, berat, jarak, gaya B. Panjang, daya, momentum, kecepatan

Lebih terperinci

PAPER FISIKA DASAR MODUL 7 MOMEN INERSIA

PAPER FISIKA DASAR MODUL 7 MOMEN INERSIA PAPER FISIKA DASAR MODUL 7 MOMEN INERSIA Nama : Nova Nurfauziawati NPM : 240210100003 Tanggal / jam : 18 November 2010 / 13.00-15.00 WIB Asisten : Dicky Maulana JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Tingkat Waktu : SMP/SEDERAJAT : 100 menit 1. Jika cepat rambat gelombang longitudinal dalam zat padat adalah = y/ dengan y modulus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN BAB III METODOLOGI PENGUKURAN Kincir angin merupakan salah satu mesin konversi energi yang dapat merubah energi kinetic dari gerakan angin menjadi energi listrik. Energi ini dibangkitkan oleh generator

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 1. Perumusan Masalah Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengidentifikasian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Prinsip Kerja Turbin Angin Prinsip kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir. Lalu putaran kincir digunakan untuk memutar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan bumi sekitar 9, 8 m/s².

dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan bumi sekitar 9, 8 m/s². Hukum newton hanya memberikan perumusan tentang bagaimana gaya mempengaruhi keadaan gerak suatu benda, yaitu melalui perubahan momentumnya. Sedangkan bagaimana perumusan gaya dinyatakan dalam variabelvariabel

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 16 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap, tahap pertama yaitu pembuatan alat yang dilaksanakan pada bulan Juli - Oktober 2011 di Workshop Bagian

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional F i s i k a

Olimpiade Sains Nasional F i s i k a Olimpiade Sains Nasional 2012 Tingkat Kabupaten/Kotamadya Bidang F i s i k a Ketentuan Umum: 1- Periksa lebih dulu bahwa jumlah soal Saudara terdiri dari 8 (delapan) buah soal. 2- Waktu total untuk mengerjakan

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) Alat ukur dalam dunia teknik sangat banyak. Ada alat ukur pneumatik, mekanik, hidrolik maupun yang elektrik. Termasuk dalam dunia otomotif, banyak juga alat ukur

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Medan Magnet - Latihan Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0301 Version: 2016-10 halaman 1 01. Medan magnet dapat ditimbulkan oleh: (1) muatan listrik yang bergerak (2) konduktor

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar!

Pilihlah jawaban yang paling benar! Pilihlah jawaban yang paling benar! 1. Besarnya momentum yang dimiliki oleh suatu benda dipengaruhi oleh... A. Bentuk benda B. Massa benda C. Luas penampang benda D. Tinggi benda E. Volume benda. Sebuah

Lebih terperinci

2. Seorang siswa berlari di sebuah lapangan seperti pada gambar berikut ini.

2. Seorang siswa berlari di sebuah lapangan seperti pada gambar berikut ini. 1. Pada pengukuran benda dengan neraca ohauss, kedudukan skala diperlihatkan gambar berikut Hasil pengukuran benda tersebut adalah. A. 330 garm B. 334 gram C. 343 gram D. 430 gram E. 433 gram 2. Seorang

Lebih terperinci

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 1 BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya terhadap benda sama dengan nol apabila arah gaya dengan perpindahan benda membentuk sudut sebesar. A. 0 B. 5 C. 60

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A PREDIKSI 7 1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A B C D E 2. Pak Pos mengendarai sepeda motor ke utara dengan jarak 8 km, kemudian

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT PROVINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT PROVINSI HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT PROVINSI BIDANG FISIKA Waktu : 210 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA DASAR PENGUKURAN MEKANIKA 1. Jelaskan pengertian beberapa istilah alat ukur berikut dan berikan contoh! a. Kemampuan bacaan b. Cacah terkecil 2. Jelaskan tentang proses kalibrasi alat ukur! 3. Tunjukkan

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG MEKANIK

BAB GELOMBANG MEKANIK BAB GELOMBANG MEKANK Contoh-contoh Soal Contoh 3. Definisi Cepat Rambat Bunyi Pada suatu saat terlihat kilat, dan sekon kemudian terdengar guntur. Bila cepat rambat bunyi di udara 34 m/s, berapakah jarak

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PROFIL DAN JUMLAH SUDU PADA VARIASI KECEPATAN ANGIN TERHADAP DAYA DAN PUTARAN TURBIN ANGIN SAVONIUS MENGGUNAKAN SUDU PENGARAH DENGAN LUAS SAPUAN ROTOR 0,90 M 2 SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 5.1 Pendahuluan Gerak d Arsonval akan memberi respons terhadap nilai rata-rata atau searah (dc) melalui kumparan putar. Jika kumparan tersebut

Lebih terperinci

PERSIAPAN UN FISIKA 2015 SMA NO SOAL JAWABAN 01 Perhatikan gambar berikut!

PERSIAPAN UN FISIKA 2015 SMA NO SOAL JAWABAN 01 Perhatikan gambar berikut! NO SOAL JAWABAN 01 Perhatikan gambar berikut! Jono menempuh lintasan ABC dan Jinni menempuh lintasan BDC. Jarak dan perpindahan Jono dan Jinni adalah. A. Jono; 12 m dan 4 m, Jinni; 16 m dan 4 m B. Jono;

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN PRA UJIAN NASIONAL KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN PRA UJIAN NASIONAL KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN PRA UJIAN NASIONAL KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA Kelas / Program : XII / IPA Paket : 04 Hari / Tanggal :

Lebih terperinci

Mengukur Kebenaran Konsep Momen Inersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring

Mengukur Kebenaran Konsep Momen Inersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring POSDNG SKF 16 Mengukur Kebenaran Konsep Momen nersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring aja Muda 1,a), Triati Dewi Kencana Wungu,b) Lilik Hendrajaya 3,c) 1 Magister Pengajaran Fisika Fakultas

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam) Kumpulan Soal Fisika Dasar II Universitas Pertamina (16-04-2017, 2 jam) Materi Hukum Biot-Savart Hukum Ampere GGL imbas Rangkaian AC 16-04-2017 Tutorial FiDas II [Agus Suroso] 2 Hukum Biot-Savart Hukum

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/2014 A. PILIHAN GANDA 1. Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume d. Panjang, lebar, tinggi, tebal b. Kecepatan,waktu,jarak,energi

Lebih terperinci

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.

Lebih terperinci

drimbajoe.wordpress.com 1

drimbajoe.wordpress.com 1 1. Hasil pengukuran panjang dan lebar sebidang tanah berbentuk empat persegi panjang adalah 15,35 m dan 12,5 m. Luas tanah menurut aturan angka penting adalah... m 2 A. 191,875 B. 191,9 C. 191,88 D. 192

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SMA Hari :... Tanggal :.../.../2008. Mulai :... Selesai :...

UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SMA Hari :... Tanggal :.../.../2008. Mulai :... Selesai :... UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) SMA 2008 Mata Pelajaran : F I S I K A Hari :... Tanggal :.../.../2008 Mulai :... Selesai :... Lamanya Jumlah soal : 120 menit : 45 butir PETUNJUK UMUM: 1. Berdoalah sebelum mengerjakan

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

Latihan Soal Uas Fisika SMK Teknologi

Latihan Soal Uas Fisika SMK Teknologi Latihan Soal Uas Fisika SMK Teknologi Oleh Tenes Widoyo M.Pd. Paket 01 1. Besaran yang dimensinya ML 2 L -2 adalah. A. Tekanan B. Usaha C. Impuls D. Momentum E. Kecepatan 2. Dua buah vektor A dan B besarnya

Lebih terperinci

Latihan I IMPULS MOMENTUM DAN ROTASI

Latihan I IMPULS MOMENTUM DAN ROTASI Latihan I IMPULS MOMENTUM DAN ROTASI 1. Bola bergerak jatuh bebas dari ketinggian 1 m lantai. Jika koefisien restitusi = ½ maka tinggi bola setelah tumbukan pertama A. 50 cm B. 25 cm C. 2,5 cm D. 12,5

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K3 Revisi Antiremed Kelas Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil Doc. Name: RK3ARFIS0PAS Version: 206- halaman 0. Perhatikan gambar! 5kg F Berapakah besar gaya F agar papan tersebut setimbang?

Lebih terperinci