BAB 2 DATA DAN ANALISA
|
|
- Sudirman Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 5 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Literatur Buku 1. Tionghoa di Batavia dan Huru Hara 1740 karangan Johannes Theodorus Vermeulen 2. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina karangan Ong Hok Ham 3. Tionghoa Indonesia dalam Krisis karangan Charles A. Coppel 4. Tionghoa dalam Pusaran Politik karangan Benny G. Setiono 5. Hoakiau di Indonesia karangan Pramoedya Ananta Toer 6. "Motion Graphic Design" karangan Jon Krasner 7. "Successful Scriptwriting" karangan Jurgen Wolff dan Kerry Cox 8. "Universal Principles of Design" karangan William Lidwell, Kritina Holden, dan Jill Butler Literatur Internet FPS Magazine issue March 2005
2 6 2.2 Data Historis Gambaran Kehidupan Awal Masyarakat Tionghoa di Batavia Pada masa-masa awal penjelajahan samudera dan perdagangan internasional melalui samudera, perlu diketahui bahwa para pelaut dan saudagar bangsa Tiongkok telah memiliki hubungan dagang dengan saudagar-saudagar lain dari berbagai belahan dunia, baik Timur maupun Barat. Di jalur perdagangan Hindia Belanda Tiongkok sendiri, sudah ada populasi Tionghoa yang menetap di Banten dan menjadi makelar serta pedagang, yang memperoleh pasokan secara reguler dari kapal-kapal dagang Tiongkok. Jatuhnya dinasti Ming ( ) dan berdirinya dinasti Ch ing ( ) dan dibukakannya kembali perdagangan dengan Asia Tenggara mendorong arus imigrasi ini. Di Banten sendiri, keberadaan orang-orang Tionghoa mendatangkan keuntungan bagi Sultan Banten karena pengetahuan pertanian yang dibagikan kepada penduduk setempat dan memajukan perdagangan di kesultanan. Sebelum kedatangan kaum VOC, hubungan antara orang-orang Tionghoa dengan pribumi di Indonesia cukup harmonis. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila didapati populasi orang Tionghoa di pesisir Jawa yang merupakan jalur dagang yang ramai dikunjungi oleh pedagang. Sebelum kedatangan orang Belanda, orang Tionghoa di Indonesia hidup damai dengan penduduk setempat. Mereka hidup berdagang, bertani, dan menjadi tukang. Pada umumnya mereka tidak membawa istri, dan menikah dengan perempuan pribumi. Dari begitu lahirlah keturunan peranakan. Mereka menyukai hidup damai dan menghindari keributan.
3 7 Awal mula keberadaan orang-orang Tionghoa di Batavia tidak bisa lepas dari pengaruh Souw Beng Kong yang terkenal sebagai pedagang yang dihormati di Banten. Ketika Jan Pieterszoon Coen menjadi gubernur jenderal VOC pada tahun 1619, ia mendekati Souw Beng Kong untuk memimpin eksodus orangorang Tionghoa dari Banten Ke Batavia. Ketika terjadi pembongkaran paksa rumah-rumah Tionghoa di Banten karena mengganggu pemandangan sultan, Souw Beng Kong memimmpin eksodus banyak orang Tionghoa ke Batavia, yang secara berangsur-angsur membuat Banten menjadi ditinggalkan para pedagang mancanegara. Banyaknya jumlah orang Tionghoa secara berangsur-angsur membutuhkan kepengurusan sendiri, dan Souw Beng Kong ditunjuk sebagai kapten Tionghoa pertama pada 11 Oktober Di bawah kepemimpinannya, jumlah penduduk di Batavia meningkat pesat. Pada tahun 1622 bertambah menjadi 1000 orang, dan pada tahun 1740, populasi orang Tionghoa di Batavia telah bertumbuh mencapai tidak kurang dari 15,000 jiwa. Di Batavia, orang-orang Tionghoa mengisi pekerjaan sebagai distributor perdagangan dan makelar, juga mengisi pekerjaan-pekerjaan lainnya seperti penyuling arak, bertukang, dan lain-lain. Warga Tionghoa tidak saja memenuhi kebutuhan sehari-hari Batavia, namun juga memiliki andil dalam membangun benteng dan bangunan di kota, yang membuat keberadaan mereka krusial dalam perluasan dan pembangunan Batavia. Untuk membujuk kedatangan orang Tionghoa, tentu saja VOC memberikan iming-iming dan menciptakan iklim yang kondusif bagi mereka, bahkan menempatkan mereka sebagai masyarakat golongan kedua, dengan
4 8 masyarakat pribumi di golongan ketiga (akan dibahas di sub-bab berikutnya). Tindakan ini terbukti merupakan salah satu faktor yang menimbulkan kesenjangan sosial antara kaum Tionghoa dan pribumi. Kelenteng Tionghoa di Batavia Gambar 2.1 Sebuah toko Tionghoa di sudut kota Batavia Gambar 2.2
5 Sejarah Awal Kedatangan VOC Pada 23 November 1596, armada Belanda dibawah komando Cornelis de Houtman berlabuh di pelabuhan Banten, dan merupakan tonggak sejarah munculnya orang Belanda di Nusantara. Pada tahun 1602, dibentuklah Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang merupakan kongsi dagang Belanda, yang memiliki wewenang penuh untuk merekrut pasukan, mencetak mata uang sendiri, membangun artileri, mengangkat pejabat, dan membuat perjanjian serta menyatakan perang maupun gencatan senjata. Namun izin terpenting yang dimiliki VOC adalah izin memonopoli perdagangan dengan seluruh Asia. Pada tahun 1611, VOC membuat sebuah perjanjian dengan Banten untuk mendirikan sebuah kantor dagang sekaligus rumah tinggal dan gudang. Ketika Jan Pieterzoon Coen dilantik pada tahun 1618, kantor dagang yang sebelumnya berada di Banten dipindahkan ke Jayakarta dan diperkuat dengan benteng pertahanan dan meriam. Pada tahun 1619, Coen yang sangat berambisi menaklukkan Jayakarta, melancarkan serangan dan menaklukkannya pada tanggal 30 Mei. Kota yang baru didirikannya dan pada tahun 1621 dinamakan Batavia, sebagai kenangan akan suku Batavier yang merupakan nenek moyang bangsa Belanda. Sejak saat itu, Coen melancarkan pembangunan terhadap Batavia, dan kota ini dijadikan sebagai pusat militer dan administrasi yang lokasinya strategis dan mudah mencapai jalur-jalur perdagangan ke Indonesia Timur, Timur Jauh, dan Eropa. Pentingnya peranan Batavia sebagai markas VOC di Hindia Belanda,
6 10 serta hubungan dagang yang menguntungkan dengan Tiongkok, menjadi alasan didatangkannya banyak orang Tionghoa ke Batavia. Dalam salah satu suratnya, Coen berkata: Perdagangan ini harus dilanjutkan, bahkan bila diperlukan waktu sepuluh tahun atau satu abad sekalipun. Hal ini secara otomatis menempatkan peranan orang Tionghoa menjadi besar di Batavia. Kebutuhan akan adanya hubungan perdagangan dengan Tiongkok membuat perlunya keberadaan orang Tionghoa di Batavia, yang merupakan penghubung antara kompeni dengan para pedagang dari Tiongkok. Coen memberi perintah untuk mendorong sebanyak mungkin migrasi orang Tionghoa ke Batavia, bahkan bila perlu menggunakan kapal angkut kompeni. Untuk mendorong hal itu, ia bahkan memblokir jalur perdagangan ke Malaka, Manila, Makau, dan Pescadores. Pada 9 Juli 1622, dikeluarkan perintah kepada Commandeur Cornelis Reyersz untuk pergi ke Tiongkok dan meningkatkan hubungan dagang dengan mereka, selain itu juga diperintahkan untuk menculik orang-orang Tionghoa dari kapal-kapal yang ditemui dan dibawa ke Batavia! Dengan kedatangan VOC, hubungan orang Tionghoa dengan penduduk setempat yang harmonis berangsur-angsur menjadi renggang. VOC memandang hubungan antara etnis Tionghoa dengan penduduk setempat dapat menghalangi kekuasaan mereka, sehingga dimulailah tindakan memberikan eksklusifitas terhadap orang Tionghoa. Mereka diberikan posisi yang lebih tinggi dalam strata sosial di Batavia, yaitu sebagai vreemde-oosterlingan (timur asing) dan menjadi kaum yang lebih tinggi dibanding pribumi, sementara kaum VOC dan orangorang Eropa menduduki posisi paling tinggi dalam strata sosial masyarakat.
7 11 Orang-orang Tionghoa diberi hak untuk memungut pajak, menjual candu, dan membuka rumah judi. Peta Batavia dibawah kekuasaan J.P. Coen Gambar 2.3 Galangan kapal VOC di Batavia Gambar 2.4
8 Degradasi Keuangan dan Insiden Sebelum Pembantaian VOC sendiri mendapatkan sebagian besar pemasukannya dari perdagangan di sekitar Asia, bukan dari hubungannya dengan Kerajaan Belanda sendiri. Dan sudah barang tentu kaum Tionghoa di Batavia memiliki hubungan dengan Tiongkok. Simbiosis yang mutual ini seharusnya mempererat hubungan orang Tionghoa dan VOC di Batavia, namun kenyataannya tidak sesederhana itu. Kenyataan bahwa orang Tionghoa menjadi kekuatan bisnis yang besar di Batavia dan menjadi saingan dari kaum Eropa menimbulkan rasa tidak senang dari sebagian pihak dari kaum koloni. Keberadaan orang-orang Tionghoa berkemampuan ekonomi rendah yang didatangkan sebagi kuli di bidang pertanian dan perkebunan (sektor gula dikuasai oleh mayoritas penduduk Tionghoa pada masa itu, yang termasuk sektor ekonomi yang besar di Batavia) menambah beban kepadatan populasi penduduk. Kondisi perekonomian Batavia setelah 1725 cenderung memburuk. VOC mengalami kekalahan dalam mempertahankan hegemoni perdagangan Eropa di Hindia Timur dengan kongsi dagang Inggris, yaitu East India Company (EIC). Hasil pembukuan menunjukkan kerugian berturut-turut. Selama satu abad, hanya ada satu tahun keuntungan saja. Pada tahun 1720, industri gula dan pasar gula internasional mengalami guncangan parah, karena munculnya kompetitor gula Brazil yang murah. Pada tahun 1738, surat pemerintah pada dewan VOC mengeluhkan penurunan kondisi yang sangat parah dan angka kematian yang begitu tinggi. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya problema beruntun yang menimpa kota itu. Kegagalan panen, pembayaran kredit yang terlambat,
9 13 penurunan nilai properti, sontak melumpuhkan perekonomian dan membuat saudagar-saudagar merugi. Wabah penyakit, ekspor kecil dan perhitungan pasar yang keliru menambah besar kerugian Kondisi yang tidak stabil menimbulkan pemerasan dimana-mana oleh oknum pejabat yang mengejar keuntungan, sehingga banyak pedagang Tionghoa yang merugi. Pada akhirnya, banyak pedagang Tionghoa yang jatuh miskin dan kehilangan properti akibat peraturan yang semena-mena. Perlakuan baik yang mereka terima ketika mereka masih dibutuhkan tidak lagi ditemukan. Selain itu, orang-orang Tionghoa yang tinggal di luar tembok kota Batavia tidak bisa dikontrol karena berada di luar sistem institusi. Mereka tidak diatur dalam organisasi Tionghoa dan berada diluar jangkauan. Dengan begitu, tidak pernah terjadi perundingan dengan mereka karena tidak diwakili oleh organisasi yang ada. Banyak yang luntang-lantung dan menganggur. Di samping itu, adanya akumulasi dan konsentrasi etnis Tionghoa menimbulkan problem baru. Dikhawatirkan keberadaan mereka menimbulkan gangguan ketertiban dan ketenangan orang Belanda di Batavia. Akhirnya diputuskan untuk membatasi kedatangan orang Tionghoa. Para penduduk Tionghoa yang tidak memiliki izin tinggal dipulangkan secara paksa, dan mereka yang melakukan permohonan surat izin tinggal dipersulit dan mengalami pemerasan. Atas landasan surat izin ini banyak warga Tionghoa yang ditangkap dan hanya dibebaskan setelah membayar sejumlah uang. Tujuan dari kebijakan ini adalah agar memaksa warga-warga Tionghoa yang miskin
10 14 meninggalkan kota dan mempertahankan keberadaan warga kaya yang lebih mendatangkan keuntungan. Sejak akhir 1739 dan awal 1740 telah beredar keributan dan perlawanan yang dimulai dan diikuti oleh ketidakpuasam dan kecemasan di kalangan Tionghoa sekitar Batavia. Pada 25 Juli 1740 dikeluarkan resolusi yang memerintahkan bahwa semua orang Tionghoa yang mencurigakan harus ditangkap dan diperiksa tanpa kecuali. Mereka yang tidak memiliki penghasilan atau menganggur, harus dipulangkan ke Tiongkok atau dibuang ke Sri Lanka. Resolusi ini terbukti memberikan dampak buruk bagi Batavia. Selama beberapa hari berbagai jenis bahan makanan sukar didapat, kebingungan terjadi dimanamana. Yang menjadi permasalahan adalah pelaksanaan yang buruk dari resolusi itu sendiri, karena tidak ada ketentuan pasti mengenai "orang Tionghoa yang mencurigakan" sehingga banyak terjadi salah tangkap. Sejak saat itu banyak orang Tionghoa yang bersembunyi, dan perekonomian sontak terhambat. Kapalkapal tidak ada yang membawa beras. Ketegangan semakin memuncak, terutama beredar rumor bahwa orang Belanda yang mengirim orang-orang Tionghoa yang ditawan ke Sri Lanka untuk dipekerjakan, ternyata membuang orang-orang Tionghoa itu di tengah laut. Namun ketegangan dan keributan yang terjadi tidak segera ditindak oleh kaum VOC, malah mereka cenderung meremehkan ancaman yang ada. Di pihak kolonial sendiri, situasi di Heeren XVII (dewan VOC) cenderung memanas akibat perselisihan antara gubernur jenderal Adriaan Valckenier dan wakil gubernur Baron Willem von Imhoff.
11 15 Pada akhir September 1740, keadaan semakin gawat. Tanggal 26 September 1740, gubernur jenderal Adriaan Valckenier memanggil dewan Hindia untuk mengadakan sidang darurat. Ia memberi perintah pada anggota dewan, wakil gubernur van Imhoff dan van Aarden untuk bertindak. Pada tanggal 7 Oktober, ketika sekelompok orang Tionghoa yang terdiri dari ratusan orang melawan dan merebut posisi kompeni Belanda di Meester Cornelis dan Tanah Abang berhasil membunuh 50 serdadu kompeni, von Imhoff melakukan serangan. Jam malam diberlakukan secara ketat. Peratura mengharuskan setiap penerangan dimatikan pada malam hari, dan tidak ada yang boleh keluar rumah setelah gelap. Hal ini mengakibatkan putusnya komunikasi dan koordinasi antara orang-orang Tionghoa, sehingga mencegah penyebaran informasi Pembantaian Massal Pada tanggal 9 Oktober, terjadi kebakaran beberapa warung Tionghoa di kompleks pemukiman Tionghoa di Kali Besar Oost. Hal ini oleh orang-orang Belanda diartikan sebagai tanda dimulainya pemberontakan orang Tionghoa. Kerusuhan pun terjadi. Dengan dibantu orang-orang Eropa lainnya serta kerumunan yang tadi, mereka menyerbu rumah-rumah orang Tionghoa serta membunuh isinya tanpa peduli laki-laki, perempuan, tua atau muda, serta menjarah segala isinya. Banjir darah terjadi dimana-mana yang kemudian menimbulkan nama-nama seperti Angke di Batavia yang berarti kali merah karena warna sungai itu berubah menjadi merah karena darah orang-orang Tionghoa yang terbunuh.
12 16 Mereka yang berusaha kabur melalui jalan belakang dihadang dengan serangan senapan dan meriam yang ditempatkan di tepi kanal. Tembakan yang bertubi-tubi menyebabkan terbakarnya perumahan Tionghoa. Seperti telah diantisipasi sebelumnya, beberapa orang Tionghoa yang terjebak mencoba melarikan diri namun disambut tembakan. Mereka yang putus asa, memilih gantung diri ataupun melompat ke dalam kobaran api. Lainnya dibunuh saat berusaha berenang menyeberangi kanal kota sebelah timur. Hari berikutnya, pembantaian ini tidak mereda. Setelah dikeluarkan keputusan untuk memindahkan para tahanan Tionghoa dan orang-orang yang perlu perawatan dari penjara VOC ke rumah sakit Tionghoa. Saksi mata menyatakan bahwa orang-orang Tionghoa di rumah sakit diseret keluar dan dibunuh, banyak yang digantung di alun-alun stadhuis yang kini menjadi Museum Fatahillah. Pembantaian ini berlanjut terus, bahkan mereka yang berhasil lolos terus diburu. Mereka yang ditemukan sedang bersembunyi, dibunuh dengan kejam. Pembantian tidak dihentikan sampai tanggal 22 Oktober 1740, dua minggu setelah pembantaian dimulai. Selanjutnya di dalam laporan utusan VOC yang dikirim ke Tiongkok, dinyatakan bahwa setelah kejadian itu, seluruh orang Tionghoa yang tinggal di dalam tembok kota telah disapu bersih. Menurut laporan, jumlah yang meninggal dunia mencapai 10,000 orang, termasuk 500 tahanan dan pasien. Sebanyak 500 orang mengalami luka parah, dan 700 rumah dirusak dan dijarah. Laporan tersebut menyatakan bahwa orangorang Belanda maupun Eropa lainnya baik militer maupun sipil, bersama-sama dengan pasukan-pasukan pribumi, melakukan pembantaian dengan kejam.
13 17 Meskipun didesas-desuskan bahwa orang-orang Tionghoa telah menimbun senjata dan mesiu di pinggiran kota dan menggalang persatuan dengan kaum pemberontak, tetapi kenyataannya mereka sama sekali tidak bisa menghadapi pasukan Belanda. Suasana pembantaian Tionghoa di Batavia Gambar Aftermath Setelah pembantaian tersebut, terjadi kegemparan di kalangan orang Belanda, terutama dewan Hindia. Gubernur Adriaan Valckenier dituduh sebagai pihak yang bertanggung jawab. Tuduh menuduh menjadi membingungkan dan banyak dokumen yang menyangkut peristiwa ini yang sengaja dimusnahkan dan sebagian hilang di laut.
14 18 Peristiwa ini menimbulkan kerugian besar bukan hanya bagi orang-orang Tionghoa yang menjadi korban, namun juga menghancurkan perekonomian Batavia. Sebuah kondisi yang mutual yang telah susah payah dibangun oleh J.P. Coen hilang begitu saja. Setelah kejadian itu, mereka yang selamat berdiam di rumah dan tidak mau melakukan apa-apa, dan dengan sendirinya membuat perekonomian merosot. Pada tanggal 16 Desember 1740, sidang mengajukan mosi tidak percaya kepada Adrian Valckenier dan ia mengajukan pengunduran diri. Pada 1744, Valckenier berangkat kembali ke Belanda namun ia sakit sehingga diturunkan di Capetown. Kasusnya sendiri ditangguhkan karena proses yang berbelit-belit, dan ia meninggal tahun 1751 sebelum sempat ada yang mempelajari pembelaannya. Sekalipun orang-orang Belanda memiliki politik pecah belah dan manipulasi yang licin, anjuran untuk membasmi sebuah kelompok etnis tetaplah merupakan perbuatan biadab. Tuduhan ini adalah tuduhan pokok yang ditujukan pada Valckenier. Setelah Valckenier dipanggil pulang tahun 1741, jabatan Gubernur Jendral untuk sementara dipegang oleh Johannes Thedens, sebelum diganti oleh Gustaf Wilhelm Baron van Imhoff ( ), yang adalah orang Jerman. Masalah pembantaian etnis Tionghoa yang sangat mencoreng wajah Belanda, berhasil ditutup-tutupi dan kemudian hilang begitu saja. Setelah kejadian tersebut terjadi kegemparan di kalangan orang-orang Belanda terutama para anggota Dewan Hindia yang sangat terkejut dengan apa yang terjadi. Mereka juga merasa kuatir akan pembalasan yang datang bukan saja dari etnis Tionghoa yang ada di Batavia, tetapi juga dari pemerintah
15 19 Tiongkok. Untuk mengantisipasinya mereka menulis surat kepada Kaisar Tiongkok, meminta pengertiannya atas tindakan mereka terhadap banditbandit Tionghoa yang telah mengganggu ketentraman penduduk Batavia, walaupun diakuinya bahwa banyak orang Tionghoa yang tidak bersalah telah menjadi korban. Jika ada titik terang yang bisa dilihat dari peristiwa memilukan ini, itu adalah persatuan para korban pembantaian dengan penduduk Nusantara untuk bahu membahu melawan penjajahan. Banyak korban selamat yang berhasil melarikan diri bergabung dengan kaum perlawanan di daerah lain. Tercatat orang-orang Tionghoa dan pribumi Jawa menyatukan kekuatan untuk menghadapi VOC di berbagai daerah di Jawa. Mengenai korban pembantaian sendiri, di pihak VOC mulai memberlakukan pengawasan dan tekanan terhadap orang-orang Tionghoa. Setelah pambantian tahun 1740, para warga Tionghoa dikumpulkan dan ditempatkan di luar tembok kota, yang sekarang bernama Glodok, agar pemerintah dapat mengawasi mereka. Setelah pengampunan umum itu masih tersisa 3,431 orang Tionghoa di Batavia, termasuk 1,442 pedagang, 935 tukang kebun dan pengolah tanah, 728 pekerja di perkebunan tebu dan perkayuan, serta 236 orang tukang kayu dan batu. Yang patut diperhatikan adalah pemberlakuan passenstelsel dan wijnkelstelsel yang sangat mengekang gerak-gerik warga Tionghoa, dan mengkotakkan penduduk Tionghoa. Sistem ini merupakan sistem pengawasan gerak-gerik anak negeri dan bangsa-bangsa asing Timur yang dipersamakan
16 20 dengan anak negeri, adalah sistem yang sangat rasis dan sama seperti yang diberlakukan di Afrika Selatan, yakni apartheid, mengingat Afrika Selatan juga sempat merupakan koloni Belanda. Inilah yang menjadi cikal bakal diskriminasi ras antara Tionghoa dan pribumi yang berlangsung hingga kini, seperti yang akan dijelaskan di sub-bab berikut Politik Kolonial Belanda: Devide et Impera, Wijkenstelsel, Passenstelsel Kedudukan VOC sebagai kantor dagang Belanda yang memonopoli perdagangan di wilayah Asia memiliki tanggung jawab dan ancaman besar. Supremasi diatas setiap koloni dan wilayah kekuasaannya harus ditegakkan. Visi dan misi dari VOC sebagai pemilik hak dagang dan monopoli tunggal di daerah Hindia Belanda harus memiliki sebuah taktik yang ampuh untuk menjaga kekuasaan mereka. Sekalipun VOC adalah sebuah kongsi dagang, mereka diberi hak penuh oleh pemerintah kerajaan Belanda untuk memiliki armada sendiri dan menyatakan perang. Sulitnya hubungan komunikasi pada jaman itu memungkinkan pemberian hak demikian. Untuk itu, VOC melakukan metode adu domba yang licik untuk memecah belah persatuan di wilayah koloninya dan mempermudah manipulasi politik di daerah itu. Untuk menghadapi ancaman pemberontakan yang potensial, maupun menghambat perlawanan dari rakyat setempat, VOC memiliki taktik ampuh. Devide et Impera. Pecah belah dan taklukkan. Untuk menghadapi koloni yang terdiri dari masyarakat dari berbagai latar belakang, diciptakanlah sistem masyarakat rasial dan pembagian kasta menurut ras. Ini adalah tipikal
17 21 masyarakat kolonial Barat, dalam hal ini Hindia Belanda. Sistem ini membagi masyarakat menjadi tiga golongan: Eropa (kulit putih) sebagai elit politik, sosial dan ekonomi dalam masyarakat kolonial. Sementara itu golongan kedua berada di tangan orang-orang Timur Asing (Tionghoa, Arab, India, dan sebagainya) sebagai golongan menengah. Terakhir adalah golongan bawah sebagai produsen hasil bumi atau elit tradisional (feodal). Pembagian masyarakat sedemikian rupa, tidak hanya melalui segi peran sosial budaya dan ras, namun juga melalui pertimbangan sisi agama. Privilege diberikan kepada kaum tertentu, yang tentu saja pada jangka panjang menimbulkan kecemburuan sosial. Tindakan seperti ini bukannya tanpa sebab. Pembagian masyarakat dan sistem pengkotakan ini akan mempermudah dalam meniupkan perpecahan dan menghindarkan persatuan dalam tubuh setiap golongan yang ada. Dengan demikian, akan lebih mudah dalam memanipulasi dan menekan perlawanan yang ada. Hal ini harus dilakukan untuk menjamin tetap berkuasanya pihak kolonial di daerah koloninya, sebuah taktik ampuh yang berlangsung berabad-abad. Kebijakan-kebijakan yang muncul pun memiliki sifat pragmatis yang kejam. Sejak peristiwa pembantaian itu, Belanda melakukan dua macam tekanan pada golongan Tionghoa di Indonesia dan golongan pribumi. Pramoedya Ananta Toer (1998) menulis: Dan bagaimana tekanan pemerintah Hindia Belanda ini atas Hoakiau dapat diterakan dalam beberapa peristiwa penting:
18 22 1. Pembunuhan besar-besaran Hoakiau di Batavia tahun 1740 di bawah gubernur Valckenier, dimana hampir seluruh Hoakiau di Batavia sebanyak 10,000 ditumpas. 2. Penunjukan sebuah tempat tinggal tetap di seberang barat kali Citarum oleh pemerintah Hindia Belanda setelah pembunuhan Hoakiau tahun 1740 itu, atas dasar kenyataan bahwa tempat tersebut berada onder het berijk van ons geschut atau berada dalam jarak tembak meriam kita. 3. Pada tahun 1764 di bawah gubernur van der Parra, Hoakiau dilarang tinggal dan berusaha di Priangan 4. Setelah jatuhnya VOC pada 31 Desember 1779, banyak diantara hak milik dan perdagangan Hoakiau disita oleh Bataafsche Republik. Mereka yang menderita aniaya ini ialah yang dianggap memperlihatkan sikap politik yang tidak disetujui VOC. Dan apakah sikap itu riil atau tidak, sebenarnya hanya terletak pada tafsiran para penguasa belaka. 5. Khusus di lapangan perdagangan, pada tahun 1804 dikeluarkan larangan bagi Hoakiau-Hoakiau dan orang-orang non Kristen membeli langsung barang-barang yang didatangkan ke Batavia dari Eropa, Amerika, atau Afrika. 6. Dikeluarkannya passenstelsel yang mewajibkan setiap orang yang bepergian mempunyai pas (passenstelsel ini ditimbulkan lagi di masa kemerdekaan sejak tahun 1958), sungguh-sungguh
19 23 menyulitkan usaha perdagangan dan lebih menyulitkan lagi bagi Hoakiau daripada penduduk pribumi Indonesia, karena bukan saja passenstelsel itu melumpuhkan perdagangan disebabkan mengurangi mobilita, tetapi dalam praktek ternyata stelsel ini memang ditujukan pada Hoakiau untuk dapat memeras duit dari kantongnya, baik oleh para penguasa setempat maupun oleh para pejabat. 7. Pada tahun 1835 Hindia Belanda menjalankan wijkenstelsel dimana orang-orang Hoakiau dipusatkan dan dikumpulkan di satu tempat, menurut model ghetto di Eropa Barat. Benar sekali pada tahun 1866 wijkenstelsel ini diperlemah, yaitu bahwa Hoakiau boleh tinggal di tempat-tempat yang dikehendakinya dimana tidak ada ghetto yang disediakan, tetapi mereka tidak boleh berdagang! Dan dengan demikian kedudukan sosial mereka sebagai golongan menengah menjadi pasti setelah pada tahun 1879 Hindia Belanda dalam UU Agraria yang menentukan bahwa Hoakiau tidak diperkenankan menjadi petani." Akibat buruk dari wijkenstelsel itu sendiri sangat fatal, karena memisahkan orang-orang Tionghoa dari orang-orang Indonesia, menghalangi adanya persatuan dan asimilasi serta integrasi dengan rakyat Indonesia, membatalkan mereka yang telah menjadi rakyat Indonesia. Jelaslah bahwa kebijakan itu dibuat untuk memecah belah dan membedakan, karena waktu itu belum mengenal
20 24 nasionalisme. Rencana jangka panjang untuk menciptakan kontradiksikontradiksi sosial di kemudian hari, yang menjaga agar kekuatan-kekuatan dalam masyarakat dapat pukul memukul satu dengan yang lain. Wijkenstelsel memudahkan pengawasan dan opresi secara langsung maupun secara provokasi. Hal ini bisa dibenarkan dengan perkembangan sikap anti Tionghoa yang tanpa sadar disuburkan secara berencana, dan menjadi akut pada tahun-tahun berikutnya hingga kini. Akibat yang ditimbulkan terhadap warga Tionghoa adalah perasaan terkungkung dan waswas terhadap dunia luar dan masyarakat di luar stelsel itu, yang menjadi pemicu sikap berkelompok dan hidup dalam seklusi sosial, dan pada akhirnya sampai pada hari ini masih menciptakan mentalitas dan kepribadian menutup diri. Mereka yang telah membaur akhirnya kehilangan faktor asimilasi itu dan akhirnya menjadi Di sisi lain, sikap ini juga menimbulkan gap, jarak, dan perpecahan dengan elemen masyarakat Indonesia lainnya yang menilai sifat warga Tionghoa ini sebagai eksklusifitas belaka. Bisa dilihat bahwa kebijakan pragmatis Belanda yang diterapkan pada jaman kolonial memiliki hasil yang terlalu efektif. 2.3 Hasil Angket Penulis melakukan sejumlah angket terhadap 100 responden dengan ragam usia tahun untuk mengetahui pengetahuan masyarakat terhadap diskriminasi rasial dan peristiwa pembantaian Tionghoa di Batavia tahun Hasilnya adalah: orang (54%) berusia sekitar tahun, sebanyak 41 orang (41%) berusia sekitar tahun, dan sisanya berusia tahun.
21 25 2. Dari 100 responden, sebanyak 94 orang (94%) sadar akan adanya diskriminasi rasial di Indonesia sedangkan 3 orang (3%) tidak menyadarinya. 3. Dari 100 responden, hanya 5 orang saja (5%) yang mengetahui mengenai peristiwa pembantaian di Batavia tahun Dari 100 responden, sebanyak 94 orang (94%) tidak menyetujui diskriminasi rasial di Indonesia. 5. Dari 100 responden, sebanyak 88 orang (88%) menyukai tontonan animasi, dengan genre yang sering ditonton berupa komedi (80%), adventure (72%), drama (49%), dan dokumenter (20%) 2.4 Target Audiens Target Primer Berusia sekitar tahun, unisex, tinggal di Jakarta dan sekitarnya, dan memiliki pengetahuan dan pendidikan minimal perguruan tinggi, serta memiliki mata pencaharian di dunia desain, seni, budaya, dan film. Tingkat kemampuan ekonomi B hingga A Target Sekunder Berusia sekitar tahun, unisex, bermata pencaharian seputar dunia pendidikan, sejarah, budaya, atau jurnalistik. Warga negara Indonesia atau asing yang bertempat tinggal di Indonesia dan memiliki keterkaitan dengan dunia pendidikan, kebudayaan atau pun jurnalistik di Indonesia. Tingkat kemampuan ekonomi B hingga A.
22 Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor Pendukung 1. Isu ras dan sosial memiliki kekuatan kontroversi yang menggelitik, dan sangat menimbulkan ketertarikan bagi hampir semua kalangan 2. Sampai saat tulisan ini dibuat, film animasi dokumenter sendiri masih belum ada - atau jumlahnya sangat terbatas - di Indonesia. 3. Animasi dokumenter memiliki kelebihan dalam kreativitas penyampaian informasi dibandingkan dengan dokumenter konvensional 4. Perkembangan teknologi internet memungkinkan penyebaran informasi dan promosi yang luas untuk media audio visual Faktor Penghambat 1. Tema yang sangat sensitif bisa memicu kontroversi yang lebih besar dan berujung pada pelarangan 2. Dari sisi komersil, film dokumenter tidak memiliki nilai jual setinggi genre lainnya 3. Banyak alternatif tontonan dan hiburan lain yang lebih dikenal dapat merebut perhatian target market 4. Adanya stereotype yang telah melekat di masyarakat bahwa karya animasi dalam negeri memiliki kualitas yang buruk dapat mengurangi minat terhadap film dokumenter animasi ini
DAFTAR ISTILAH. dengan tolok ukur tertentu, seperti usia, jenis kelamin, suku, dan agama. Legitim : Diterima secara luas oleh khalayak.
73 DAFTAR ISTILAH Devide et impera : Pecah belah dan taklukkan, yaitu sebuah taktik menghancurkan persatuan dari sekelompok orang dengan tujuan meraih keuntungan dari kondisi tersebut. Diskriminatif :
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. 1. Jakarta sejarah 400 tahun karangan Susan blackburn. 2. Tionghoa di Batavia dan Huru Hara 1740 karangan Johannes Theodorus
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data 2.1.1 Literatur Buku 1. Jakarta sejarah 400 tahun karangan Susan blackburn 2. Tionghoa di Batavia dan Huru Hara 1740 karangan Johannes Theodorus Vermeulen 3. "Motion
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Kedudukan Opsir Cina dalam Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia antara Tahun 1910-1942. Bab ini berisi
Lebih terperinciKOLONIALISME DAN IMPERIALISME
KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam
Lebih terperinci2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe.
1 1.3.3 Treatment 1. Opening Film ini diawali dengan munculnya peta Negara Indonesia, kemudian muncul sebuah bulatan yang akan memfokuskan peta tersebut pada bagian peta Pulau Jawa. Selanjutnya, bulatan
Lebih terperinciPROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT
PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DAFTAR ISI LATAR BELAKANG KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA What: (latar belakang) Indonesia negara dengan SDA yang melimpah Why: (Alasan) Orang-orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk
Lebih terperinciPembukaan. Semoga berkenan, terima kasih.
Pembukaan Sebagaimana kita semua tahu bahwa jaman dahulu bangsa kita ini dijajah oleh bangsa Belanda selama 3,5 abad. Banyak orang yang tidak begitu mengetahui apa saja tujuan Belanda jauh-jauh datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang sebelumnya dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun berhasil mendapatkan kemerdekaannya setelah di bacakannya
Lebih terperinciPERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN
PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,
Lebih terperinciMASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA
MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia
Lebih terperinciBAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA
BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini dapat digunakan sebagai pengawet
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan lalu lintas pelayaran antara Tionghoa dari Tiongkok dengan Nusantara telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA
BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Informasi yang terkumpul dan digunakan sebagai acuan untuk dalam tugas akhir ini didapat dari berbagai sumber, antara lain: Literatur Wawancara Dokumen Dan catatan
Lebih terperinciPada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto:
Yusuf Budianto 0906636075 BAB 7-BAB 12 Adanya rencana pembuangan para tahanan Indonesia ke Tanah Merah membuat reputasi Belanda memburuk. Hal ini juga menimbulkan protes keras dari orang Indonesia, apalagi
Lebih terperinciBab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara
Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Pasal 104 Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana
Lebih terperinciBAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA
BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku bangsa, beranekaragam Agama, latar belakang sejarah dan kebudayaan daerah.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Film Senyap mengungkapkan bahwa komunis merupakan korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi saat peristiwa pemberantasan komunis 1965 yang dampaknya masih terasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari masyarakat yang beraneka ragam, dengan keinginan bersama menyatukan diri dalam satu bangsa Indonesia yang Bhineka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan
BAB V PENUTUP Pemerintah Kolonial Hindia Belanda banyak membangun fasilitas pertahanan di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan fasilitas pertahanan di Cilacap dilakukan
Lebih terperinciBAB 5 RINGKASAN. jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri. menyebabkan jatuhnya kekuasaan politik Tokugawa.
BAB 5 RINGKASAN Bakufu Tokugawa yang berhasil menguasai negeri selama 267 tahun akhirnya jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri untuk mempertahankan pemerintahannya.
Lebih terperinciBAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA
BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan sebab dan tujuan kedatangan bangsa barat ke Indonesia;
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Istilah Pengaruh menurut Purwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa
13 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengaruh Sosial Ekonomi Istilah Pengaruh menurut Purwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada abad ke 14, bangsa Tionghoa mulai bermigrasi ke Pulau Jawa, terutama di sepanjang pantai utara Jawa. Perpindahan ini merupakan akibat dari aktivitas perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu. Letaknya yang di kelilingi oleh pegunungan selalu memberikan suasana yang sejuk. Secara astronomis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia saat ini telah dijumpai beberapa warga etnis seperti Arab, India, Melayu apalagi warga etnis Tionghoa, mereka sebagian besar telah menjadi warga Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama
Lebih terperinciKEUNGGULAN LOKASI TERHADAP KOLONIALISME DI INDONESIA
KEUNGGULAN LOKASI TERHADAP KOLONIALISME DI INDONESIA ALASAN BANGSA EROPA MELAKUKAN PERJALANAN SAMUDRA KARENA JATUHNYA KOTA KONSTANTINOPEL KE TANGAN BANGSA TURKI. UNTUK MENCARI REMPAH-REMPAH. INGIN MENJELAJAHI
Lebih terperinciMASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA
MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA Latar Belakang Kedatangan Herman William Daendels Herman William Daendels di utus ke Indonesia pada tahun 1808 dengan tujuan yakni mempertahankan
Lebih terperinciJakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55
Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan
Lebih terperinciWestget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.
Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM
BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.
BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )
58 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka, dapat disimpulkan bahwa Proses Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Panggungrejo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperincidari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang
PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk
Lebih terperinciNama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1
Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi
Lebih terperinciBAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN. hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik, hal
BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN A. Dampak Negatif Dampak negatif antara kedua suku yang bertikai tentu membuat hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik,
Lebih terperinciPasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun
Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun 1934-1949 UNIVERSITAS SEBELAS MARET OLEH : Ana Rochayani K 4404012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cina adalah sebuah
Lebih terperinciKonvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid
Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 3068 (XXVIII) 30 November 1973 Negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu
Lebih terperinciRute Penjelajahan Samudera Bangsa Eropa
Rute Penjelajahan Samudera Bangsa Eropa PETA PENJELAJAHAN SAMUDRA 1. Penjelajahan samudra bangsa Spanyol Mulai tahun 1451 masehi atas perintah Ratu Isabella bangsa Spanyol mengadakan penjelajahan samudra.
Lebih terperinciPantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011
Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang
Lebih terperinciMelacak Perburuan Mutiara dari Timur
Melacak Perburuan Mutiara dari Timur A. Latar Belakang Masuknya Bangsa Barat Peta diatas merupakan gambaran dari proses kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Nusantara. Garis menggambarkan proses perjalanan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan
Lebih terperinciBUKU KEDUA TINDAK PIDANA BAB I TINDAK PIDANA TERHADAP KEAMANAN NEGARA Bagian Kesatu Tindak Pidana terhadap Ideologi Negara Paragraf 1 Penyebaran Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme Pasal 212 (1) Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman Edo (1603-1867) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan Tokugawa pada waktu itu
Lebih terperinciDisusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5
Disusun Oleh : Kelompok 5 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5 LATAR BELAKANG TOKOH PEMIMPIN KRONOLOGIS PETA KONSEP PERLAWANAN
Lebih terperinci: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia
MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang
Lebih terperinciSEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia
SEJARAH KOTA BANDUNG AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia A. Asal Nama Bandung Banding/Ngabanding -------- berdampingan/berdekatan Bandeng/Ngabandeng --- sebutan untuk genangan air yang luas dan
Lebih terperinciRiwayat Hubungan Kerja Oleh: Agusmidah
Riwayat Hubungan Kerja Oleh: Agusmidah Hubungan kerja dalam arti hubungan antara orang yang melakukan pekerjaan pada/dibawah pimpinan orang lain/badan telah melewati berbagai fase. Di awali dengan hubungan
Lebih terperinciMakalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI
Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI Oleh: Zulkarnain JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 SISTEM TANAM PAKSA Oleh: Zulkarnain Masa penjajahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaiaan peristiwa panjang yang
Lebih terperinciBAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP
40 BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP 1. Pengertian Penganiayaan yang berakibat luka berat Dalam Undang-Undang tidak memberikan perumusan apa yang dinamakan penganiayaan. Namun menurut
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciKISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN
KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Nama Sekolah : SMK AL-ISHLAH CILEGON Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Sejarah Jumlah : 30 PG, 5 uraian Kelas/ Program
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode 1945-1949 merupakan tahun-tahun ujian bagi kehidupan masyarakat Indonesia, karena selalu diwarnai dengan gejolak dan konflik sebagai usaha untuk merebut dan
Lebih terperinciLAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA
LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA
Lebih terperinciBAB 4 METODE PERANCANGAN
BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi Komunikasi Dengan tema Perdagangan candu di jawa ini dimana akan dipaparkan kisah dan kejadian yang terjadi di masa itu. Maka penyampaian kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Obyek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Komik menurut definisinya adalah seni sekuensial yang menceritakan sesuatu melalui kombinasi gambar dan teks, yang tersusun dalam bentuk panel-panel
Lebih terperinciBAB 2 DATA & ANALISA
BAB 2 DATA & ANALISA 2.1. Data Sejarah 2.1.1. Sejarah Singkat VOC VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) adalah sebuah kongsi dagang dari Belanda yang beridiri pada 1602 dari perseroan dagang yang tadinya
Lebih terperincinegara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk
BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah
Lebih terperinciBahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional
Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis
Lebih terperinciSAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014
SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014 HARI/TANGGAL : KAMIS, 25 SEPTEMBER 2014 WAKTU : PUKUL 08.00 WIB TEMPAT : SE-KOTA BANDUNG BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciSiapa bilang orang Tionghua numpang di Indonesia, Sejarah Cina Peranakan membela Ibu Pertiwi
Siapa bilang orang Tionghua numpang di Indonesia, Sejarah Cina Peranakan membela Ibu Pertiwi http://www.karnadilim.com/siapa-bilang-orang-tionghua-numpang-di-indonesia-sejarah-cina-peranakan-membela-ibu-pertiwi/
Lebih terperincipenjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.
BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara
BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber data Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Literatur: artikel dari media elektronik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai kedatangan Etnis Tionghoa ke Indonesia baik sebagai pedagang maupun imigran serta terjalinnya hubungan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blokade ekonomi adalah perang ekonomi yang pernah diterapkan oleh Napoleon Bonaparte di Eropa pada saat memerintah Prancis tahun 1806-. Penulis ingin mengetahui
Lebih terperinciPERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )
PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 KELOMPOK 1 A ZIZATUL MAR ATI (14144600200) DEVIANA SETYANINGSIH ( 1 4144600212) NURUL FITRIA ( 1 4144600175) A JI SARASWANTO ( 14144600 ) Kembalinya Belanda
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciNaskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai
Naskah Drama Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kemunculan kerajaan ini diperkirakan berdiri mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M[1]
Lebih terperinciPEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA
PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 24 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam
122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam kesimpulan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang
Lebih terperincisenopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja
Masa Pra Penjajahan Pulau Kundur memiliki jejak sejarah sendiri sebelum masa penjajahan. Dikisahkan bahwa Kerajaan Singasari di Pulau Jawa yang berada di bawah kepemimpinan Kertanegara hendak melakukan
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,
Lebih terperinci