ASESMEN PORTOFOLIO I GEDE SUDIRGAYASA
|
|
- Sucianty Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ASESMEN PORTOFOLIO I GEDE SUDIRGAYASA Pendahuluan Mulai kurikulum 2004, istilah asesmen (assessment) mulai diperkenalkan dalam konteks pembelajaran di sekolah, di mana sebelumnya untuk konteks ini digunakan istilah evaluasi (evaluation), penilaian (judgement), atau pengukuran (measurement). Rasional perubahan itu dikarenakan konotasi penilaian guru yang berkenaan dengan siswa adalah tes yang cenderung hanya berkaitan dengan kognitif siswa, padahal aspek afektif dan psikomotorik yang semestinya juga menjadi perhatian dan bahan penilaian. Dalam hal ini, penilaian adalah kegiatan guru setelah pelaksanaan pembelajaran, jadi orientasinya adalah hasil (product) belajar. Pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap pebelajar dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana proses belajar bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) tetapi mencerminkan empat pilar pendidikan yaitu: (1) learning to know, yakni pebelajar mempelajari pengetahuan, (2) learning to do, yakni pebelajar menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni pebelajar belajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to live together, yakni pebelajar belajar untuk menyadari bahwa adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara sesama manusia. Melalui keempat pilar itulah dapat terbentuk kompetensi. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang memfasilitasi pebelajar dalam berfikir dan bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapi (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004). Seseorang dikatakan kompeten apabila padanya terbentuk suatu kemampuan yang dapat diandalkannya dalam menghadapi tuntutan kehidupan. Dengan kata lain,
2 kompetensi dibangun agar setiap individu dapat survived dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan dalam era global ini. Pembentukan kompetensi mensyaratkan dilakukannya asesmen yang bersifat komprehensif, dalam arti, asesmen dilakukan terhadap proses dan produk belajar. Bila pada masa yang lalu fokus pembelajaran adalah pada produk belajar, pada masa sekarang proses dan produk mendapat porsi perhatian yang seimbang. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa suatu produk yang baik seyogyanya didahului oleh proses yang baik. Untuk meyakinkan hal tersebut, perlu dilakukan pemantauan terhadap proses. Disamping itu, dengan dilakukannya pemantauan selama proses, terbuka peluang bagi pebelajar untuk mendapatkan umpan balik yang dapat digunakannya untuk menghasilkan produk terbaik. Penilaian yang dilaksanakan dengan berbagai macam cara dan berbagai aspek yang dinilai, menyangkut penilaian proses dan produk pembelajaran, disebut dengan asesmen otentik. Kata otentik bisa bermakna seobjektifobjektifnya, senyata-nyatanya, atau sebenar-benarnya sehingga hasil penilaiannya menjadi sangat akurat. Cara penilaian dengan asesmen otentik ini, salah satunya adalah pendekatan asesmen portofolio. Asesmen/ penilaian portofolio merupakan pendekatan baru yang akhirakhir ini sering diperkenalkan para ahli pendidikan untuk dilaksanakan di sekolah. Di beberapa negara maju, portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan secara luas, baik untuk penilaian di kelas, daerah, maupun untuk penilaian secara nasional (Depdiknas, 2004). Oleh karena itu dipandang perlu untuk mengetahui lebih jauh mengenai asesmen portofolio kususnya dalam hal pembelajaran sains sehingga dengan informasi yang jelas diharapkan dapat dijadikan dasar yang benar dalam proses penerapannya menuju pembentukan pebelajar yang kompeten. Asesmen Portofolio Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara
3 guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa. Portofolio dapat digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan siswa. Karena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu. Fajar (2004:47) mengemukakan bahwa portofolio merupakan kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan yang telah ditentukan. Portofolio kelas banyak kegunaannya, diantaranya: dokumentasi perkembangan, catatan tampilan, alat untuk evaluasi diri dan refleksi, acuan profesi masa depan, dan pengalaman latihan. Kegunaan lain disebut sebagai passportfolio, yang mengindikasikan bahwa portofolio digunakan untuk sertifikasi kompetensi untuk naik ke tingkat lanjut (melanjut). Menurut Paulson (dalam Sudrajat, 2008), portofolio merupakan kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi diri. Sedangkan Menurut Gronlund (1998 dalam Sudrajat, 2008) portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada subjek dan tujuan penggunaan portofolio. Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua serta pihak lain yang berkepentingan. Menurut Eric Digest (2000), Portfolio are used in various professiontogether art students assemble a portfolio for art class. Portofolio merupakan kumpulan hasil belajarnya. Portofolio, selain sangat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa serta memberikan gambaran mengenai sikap dan minat siswa terhadap pelajaran yangdiberikan, juga menunjukkan pencapaian atau peningkatan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran (Mangoensaputro, 2004:1).
4 Sedangkan penilaian portofolio merupakan koleksi sistematis dari siswa dan guru untuk menguji proses dan prestasi belajar. Pada penilaian portofolio dapat dijadikan sebagai alat untuk memvalidasi informasi tentang pemahaman siswa mengenai suatu konsep dan dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi rasa tanggung jawab dalam belajar dan memonitor diri sendiri dalam kegiatan belajar. Sedangkan menurut Suherman (2011) Asesmen portofolio adalah penilaian terhadap kumpulan berkas sebagai bukti fisik setiap aktivitas siswa selama dan sesudah pembelajaran, bisa berupa dokumen hasil tes, tugas-tugas, hasil karya, catatan tentang sikapminat, ketrampilan, dan kompetensi siswa. Portofolio agar bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa yakni harus dapat memberikan gambaran autentik kepada guru tentang apa yang telah dipelajari siswa baik adanya kesulitan dan kendala yang dialami siswa dalam belajar dan jenis bantuan yang diharapkan siswa. Sebagai kumpulan karya siswa yang akan dinilai, penilaian portofolio mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Portofolio dapat menggambarkan perkembangan / kemajuan anak dalam satu bidang secara lebih komprehensif. 2. Portofolio memberikan kesempatan bagi anak untuk melakukan selfevaluation. 3. Merupakan bukti autentik yang menggambarkan kemampuan belajar anak. 4. Suatu bukti nyata yang berkesinambungan menggambarkan hubungan antara proses kreatif anak, kemampuannya dan refleksi untuk periode tertentu. 5. Alat dalam proses belajar-mengajar yang menjembatani dan memudahkan dialog antara guru dan siswa. Portofolio siswa untuk penilaian merupakan kumpulan produksi siswa, yang berisi berbagai jenis karya seorang siswa, misalnya: 1. Hasil proyek, penyelidikan, atau praktik siswa, yang disajikan secara tertulis atau dengan penjelasan tertulis. 2. Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa, dalam rangka melaksanakan tugas untuk mata pelajaran yang bersangkutan
5 3. Analisis situasi yang berkaitan atau relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan 4. Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah, dalam mata pelajaran yang bersangkutan 5. Laporan hasil penyelidikan tentang hubungan antara konsep-konsep dalam mata pelajaran atau antarmata-pelajaran 6. Penyelesaian soal-soal terbuka 7. Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas, misalnya dengan cara yang berbeda dengan cara yang diajarkan di sekolah, atau dengan cara yang berbeda dari cara pilihan teman-teman sekelasnya 8. Laporan kerja kelompok 9. Hasil kerja siswa yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam video, alat rekam audio, dan komputer. 10. Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh siswa yang bersangkutan. 11. Hasil karya dalam mata pelajaran yang bersangkutan, yang tidak ditugaskan oleh guru (atas pilihan siswa sendiri, tetapi relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan) 12. Cerita tentang kesenangan atau ketidaksenangan siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan 13. Cerita tentang usaha siswa sendiri dalam mengatasi hambatan psikologis, atau usaha peningkatan diri, dalam mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan. 14. Laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran (Depdiknas, 2004). Tujuan Portofolio Dalam penilaian di kelas, portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain: 1. Menghargai perkembangan yang dialami siswa 2. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung 3. Memberi perhatian pada prestasi kerja siswa yang terbaik 4. Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi
6 5. Meningkatkan efektifitas proses pengajaran 6. Bertukar informasi dengan orang tua, wali siswa, dan guru lain 7. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri posistif pada siswa 8. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri 9. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan (Depdiknas, 2003). Elemen Penting Asesmen Portofolio Asesmen portofolio mengandung tiga elemen penting yaitu: (1) sampel karya siswa, (2) evaluasi diri, dan (3) kriteria penilaian yang jelas dan terbuka. 1. Sampel Karya Siswa Sampel karya siswa menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu. Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem matematika, maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi guru, maupun preferensi siswa. Asesmen portoflolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena itu proses dan hasil sama pentingnya. Meskipun asesmen ini bersifat berkelanjutan, yang berarti proses mendapatkan porsi penilaian yang besar (bandingkan dengan asesmen konvensisonal yang hanyha menilai hasil belajar) tetapi kualitas hasil sangat penting. Dan memang, penilaian proses yang dilakukan tersebut sesungguhnya memberi kesempatan. Portofolio bersifat individual, dalam arti, dapat memenuhi tujuan kelas maupun tujuan siswa. Oleh karena itu tidak mungkin ada dua portofolio yang sama persis. Meski demikian perlu ditentukan cara menyusun sampel tersebut sehingga memudahkan proses asesmen dan pelaporannya (sharing) kepada orangtua maupun pihak-pihak yang berkepentingan. Wyaatt III dan Looper(dalam Marhaen, AA. Istri N. 2OO6) mengatakan ada tiga jenis portofolio berdasarkan teknik penyusunannya yaitu portofolio karya terbaik, portofolio perkembangan, dan portofolio berdasarkan topik. Portofolio karya terbaik adalah portofolio mengenai karya-karya terbaik yang dihasilkan oleh siswa. Mengingat portofolio bersifat
7 kolaboratif sekaligus individual, pemilihan karya terbaik dilakukan siswa bersama dengan temannya (peer evaluation) maupun guru (dalam studentteacher conferences). Dalam konferensi dengan siswa, guru biasanya menanyakan kenapa dia memilih karya tersebut sebagi karya terbaiknya. Refleksi ini dapat pula dilakukan secara tertulis. Isi folder adalah berbagai produk yang dihasilkan oleh siswa, baik yang berupa bahan/draf maupun karya (terbaik), dan disebut entri (entry). Sumber informasi dapat diperoleh dari tes maupun non-tes (dengan tes objektif diupayakan minimal). Bahan non-tes antara lain karya (artefak), rekaman, draf, kinerja, dan lain-lain yang dapat menunjukkan perkembangan siswa sebagai pebelajar. Catatan dan bahan evaluasi-diri juga merupakan bagian dalam folder. 2. Evaluasi Diri dalam Asesmen Portofolio Evaluasi diri merupakan analisis terhadap sikap dan proses belajar siswa, dimana informasi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan dan proses belajar yang berkelanjutan. Dalam asesmen portofolio, evaluasi diri merupakan komponen yang sangat penting. O Malley dan Valdez Pierce (dalam Marhaen, AA. Istri N. 2OO6) bahkan mengatakan bahwa self-assessment is the key to portfolio. Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri siswa dapat membangun pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri siswa dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian siswa lebih bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya. Refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership) siswa terhadap proses dan hasil belajarnya. Siswa akan mengerti bahwa apa yang dilakukannya dan dihasilkannya melalui proses belajar tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya.
8 Evaluasi diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar evaluasi dapat berjalan dengan efektif, Rolheiser dan Ross (dalam Marhaen, AA. Istri N. 2OO6) menyarankan agar siswa dilatih untuk melakukannya. Kedua peneliti mengajukan empat langkah dalam berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu: (1) libatkan semua siswa dalam menentukan kriteria penilaian, (2) pastikan semua siswa tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya sendiri, (3) berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan (4) arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerjanya. Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria penilaian. Siswa diajak untuk menetapkan kriteria penilaian. Curah pendapat (brainstorming) sangat tepat dilakukan. Guru sebaiknya menyiapkan terlebih dahulu rambu-rambu criteria penilaian tersebut agar diskusi bias berjalan lancer dan terarah. Kriteria ini dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah produknya, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja. Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan hakikat kegiatan/tugas yang dilakukan siswa tersebut dan bagaimana cara mencapainya. Langkahlangkah selanjutnya sudah jelas, dan guru sudah terbiasa melakukannya. 3. Kriteria Penilaian yang Jelas dan Terbuka Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi rahasia guru atau pun tester, dalam asesmen portofolio justru harus disosialisasikan kepada siswa secara jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan standar penilaian. Para ahli menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen tersebut ditetapkan bersama-sama dengan siswa, atau paling tidak diumumkan secara jelas. Adanya kriteria penilaian terkait dengan tujuan pembelajaran. Dalam asesmen portofolio, yang mungkin ada adalah tujuan kelas dan individual. Karena itu, Salvia dan Ysseldyke mengatakan bahwa harus jelas tujuan dan ranah belajar yang
9 hendak dicapai. McLaughin dan Voght (dalam Marhaen, AA. Istri N. 2OO6) mengatakan dengan asesmen portofolio dimungkinkan menetapkan lebih dari satu ranah secara bersama-sama dan multidimensi. yaitu asesmen pada proses maupun konstruk. Proses melibatkan siswa dan guru yang bekerja secara kolaboratif dalam membangun portofolio. Konstruk adalah folder, binder, atau pun kotak dimana bahan-bahan asesmen dikumpulkan. Seperti telah dikemukakan di atas, asesmen portofolio bersifat komprehensif dimana berbagai karya siswa yang mencerminkan kinerja belajarnya dapat ditelusuri disana. Berbagai strategi asesmen dapat masuk kedalam porofolio siswa, seperti asesmen kinerja, esai, projek, maupun hasii tes objektif (bila masih dilakukan). Dengan kata lain, asesmen portofolio dapat merupakan kumpulan (koleksi) kinerja siswa dari berbagai cara pengumpulan data tentang prestasi belajar siswa. Namun, cara-cara asesmen tersebut dapat pula dilakukan secara sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan. Perbedaan Tes dengan Portofolio Beberapa perbedaan pokok antara tes sebagai suatu teknik atau alat penilaian yang selama ini digunakan guru dengan penilaian portofolio sebagai salah satu inovasi dalam pelaksanaan penilaian, diantaranya yaitu: No Tes No Asesmen Portofolio 1 Tes biasanya dilakukan untuk menilai kemampuan intelektual siswa melalui penguasaan materi pembelajaran 1. Penilaian portofolio menilai seluruh aspek perkembangan siswa baik intelektual, minat sikap, dan keterampilan. 2. Guru berperan sangat dominan dalam proses penilaian sedangkan siswa berperan sebagai orang yang dinilai. 3. Kriteria penilaian ditentukan satu untuk semua. 4. Keputusan berdasarkan penilaian ditentukan sendiri oleh guru. 2. Peserta didik terlibat dalam proses penilaian dengan menilai dirinya sendiri mengenai kemampuan beserta dalam perkembangannya. 3. Kriteria penilaian ditentukan sesuai dengan kriteria siswa. 4. Proses penilaian beserta pengambilan keputusan dilakukan dengan cara
10 kolaboratif antara guru, siswa, dan orang tua. 5. Penilaian dilakukan dengan berorientasi pada pencapaian hasil belajar. 5. Penilaian berorientasi pada kemajuan, usaha yang dilakukan siswa termasuk pencapaian hasil belajar. 6. Penilaian merupakan kegiatan yang terpisah dari proses pembelajaran. 6. Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. 7. Penilaian melalui tes biasanya dilakukan pada akhir program pembelajaran. 7. Penilaian portofolio dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. (Sumber: Hendrianto, 2009:2) Keunggulan Menggunakan Penilaian Portofolio Pengetahuan tidak datang dan masuk ke dalam benak siswa seperti hujan turun dan meresap ke dalam tanah. Untuk memperoleh pengetahuan, siswa harus berjuang dengan mencerna informasi yang datang dari guru, informasi dari media cetak (bahan tertulis), informasi yang terkandung di dalam bendabenda yang dijumpainya, dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk memperoleh pengetahuan, siswa harus aktif, atau belajar secara aktif. Oleh karena itu, dalam kelas yang ideal, siswa harus melakukan penyelidikan memecahkan masalah, mengeksplorasi gagasan-gagasan dengan menggunakan bendabenda konkret, menggunakan media pembelajaran, mengerjakan hal-hal tersebut secara mandiri dan secara berkelompok, atau dengan bekerja sama dalam kelompok kecil, mengungkap-kan gagasan-gagasan baik secara tertulis maupun secara lisan. Agar siswa memahami materi pelajaran, siswa perlu: 1. Berusaha memecahkan masalah nyata yang sesuai dengan perkembangan dan pengalamannya; 2. Bekerja baik mandiri maupun dalam kelompok, 3. Melakukan berbagai kegiatan seperti: menganalisis masalah, menjelaskan masalah, membuat dugaan atau terkaan tentang pemecahan masalah, menilai kebenaran pemecahan masalah, melakukan eksplorasi yang relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan. 4. Menggunakan pengetahuannya dalam menghadapi masalahmasalah nyata
11 5. Menggunakan berbagai alat bantu yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman materi pelajaran 6. Mengomunikasikan materi pelajaran secara lisan dan tertulis. 7. Mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran tersebut. Salah satu prinsip pembelajaran adalah mulai dari konkret ke abstrak. Prinsip itu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi tentang suatu perkara yang dipilihkan oleh guru. Siswa akan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran dan penilaian, jika siswa juga ikut memilih hal yang harus dieksplorasi, sesuai dengan minatnya atau gaya belajarnya. Portofolio merupakan tempat bagi siswa untuk secara aktif memilih hal yang dieksplorasi, dan menunjukkan bukti tentang kompetensi siswa, di luar hasil tes. Dengan kata lain, di samping mengaktifkan siswa, portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut serta dalam penilaian atas dirinya. Tes yang lazim pada masa-masa lalu kebanyakan lebih menekankan pentingnya menilai pemahaman materi pelajaran daripada pengetahuan siswa tentang kaidah, algoritma, prosedur, dan cara berpikir. Dalam hal pembelajaran yang menuntut penguasaan materi serta pemilikan keterampilan dan sikap yang baik, akan lebih baik jika digunakan instrumen penilaian yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam memecahkan masalah, bernalar, berkomunikasi, melakukan penyelidikan, dan berkreasi. Untuk maksud tersebut, portofolio merupakan salah satu instrumen yang cocok. Siswa SLTP, SMU, dan SMK tentu berpendapat bahwa materi pelajaran yang penting adalah materi yang diujikan atau yang sering muncul dalam tes. Dengan portofolio, yang semua isinya akan dinilai, siswa dapat diharapkan akan memberikan perhatian yang tinggi pula kepada bagian-bagian yang tidak diujikan atau tidak masuk dalam tes. Jika guru ingin agar siswanya suka melakukan penyelidikan atau melakukan eksplorasi, tidak sekedar menghafal, dan siswanya tidak mudah melupakan materi tertentu, maka penggunaan portofolio penilaian merupakan jalan yang cocok untuk maksud itu.
12 Belajar merupakan proses yang panjang. Untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu, siswa memerlukan banyak pengalaman (banyak membaca, banyak merenungkan, banyak komunikasi, memecahkan banyak masalah, dan sebagainya.). Pembentukan gambar tentang kompetensi siswa juga memerlukan berbagai instrumen penilaian. Portofolio yang berisi koleksi produk siswa, dan laporan proses yang dilalui oleh siswa, yang meliputi rentang waktu yang panjang, dapat memberikan gambaran yang relatif lengkap tentang perkembangan dan kompetensi siswa yang bersangkutan. Penggunaan portofolio untuk penilaian juga bermanfaat, karena hal-hal berikut. 1. Portofolio menyajikan atau memberikan: bukti yang lebih jelas atau lebih lengkap tentang kinerja siswa daripada hasil tes di kelas 2. Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan program pembelajaran yang baik 3. Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa 4. Portofolio memberikan gambaran tentang kemampuan siswa 5. Penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas. 6. Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atas bervariasinya gaya belajar siswa. 7. Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam penilaian hasil belajar 8. Portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa 9. Portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran 10. Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi dengan orang tua siswa, tentang perkembangan siswa yang bersangkutan. 11. Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran yang bersangkutan
13 Kelemahan Menggunakan Penilaian Portofolio Penggunaan portofolio juga memiliki kelemahan atau menghadapi kesulitan. Kelemahan atau kesulitan itu, antara lain: 1. Penggunaan portofolio tergantung pada kemampuan siswa dalam menyampaikan uraian secara tertulis. Selama siswa belum lancar berbahasa tulis Indonesia, penggunaan portofolio akan merupakan beban tambahan yang memberatkan sebagian besar siswa. 2. Penggunaan portofolio untuk penilaian memerlukan banyak waktu dari guru untuk melakukan penskoran; apalagi kalau kelasnya besar. Oleh karena itu, portofolio yang ditugaskan untuk dibuat perlu disesuaikan dengan kemampuan siswa berbahasa tulis Indonesia dan waktu yang tersedia bagi guru untuk membacanya. Bentuk-Bentuk Penilaian Portofolio Adapun bentuk-bentuk penilaian portofolio di antaranya sebagai berikut : 1. Catatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya yang mencatat berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan dan lembar rekaman kejadiannya. 2. Ceklis atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa. 3. Skala penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa. 4. Respon-respon siswa terhadap pertanyaan. 5. Tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya: tes hasil belajar, PR, LKS, laporan kegiatan lapangan (Kintoko, 2005). Model Asesmen Portofolio Berikut ini adalah modifikasi dari model asesmen portofolio oleh Moya dan O Malley (dalam Marhaen, AA. Istri N. 2OO6). Model tersebut (Portfolio Assessment Model) disesuaikan dengan tiga komponen pembelajaran, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Analisis dan Pelaporan. 1. Perencanaan
14 a. Menentukan tujuan dan fokus (standar kompetensi, kompetensi dasar, kriteria keberhasilan) b. Merencanakan isi portofolio, yang meliputi pemilihan prosedur asesmen, menentukan isi/topik, dan menetapkan frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen. c. Mendesain cara menganalisis portofolio, yaitu dengan menetapkan standar atau kriteria penilaian, menetapkan cara memadukan hasil penilaian dari berbagai sumber, dan menetapkan waktu analisis. d. Merencanakan penggunaan portofolio dalam pembelajaran, yaitu berupa pemberian umpan balik. e. Menentukan prosedur pengujian keakuratan informasi, yaitu menetapkan cara mengetahui reliabilitas informasi dan validitas penilaian. 2. Implementasi model (terpadu dengan pembelajaran) a. Mengumumkan tujuan dan fokus pembelajaran kepada siswa. b. Menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta kriteria penilaiannya. c. Mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil maksimal. d. Melaksanakan asesmen portofolio (folder, evaluasi diri) e. Memberikan umpan balik terhadap karya dan evaluasi diri 3. Analisis dan pelaporan a. Mengumpulkan folder b. Menganalisis berbagai sumber dan bentuk informasi c. Memadukan berbagai informasi yang ada d. Menerapkan kriteria penilaian yang telah disepakati e. Melaporkan hasil asesmen Folder portofolio adalah sekumpulan bukti proses dan hasil belajar yang disimpan dalam suatu folder yang terbuat dari kantong plastik, amplop besar atau yang lain. Instrumen-instrumen portofolio di atas mengumpulkan informasi dari berbagai kegiatan kebahasaan yang telah dilakukan, dan disimpan dalam folder portofolio pebelajar. Informasi itu mencakup domain
15 kognitif (menjawab pertanyaan bacaan secara esai, membuat ringkasan dari apa yang dibaca, dan lain-lain), domain afektif (minat, kerjasama), dan psikomotor (karangan dan drama pendek). Pada akhir masa pembelajaran ini, pebelajar akan menyetorkan foldernya kepada pengajar. Isi folder portofolio tersusun berturut-turut dari atas kebawah adalah: 1. Kata pengantar (B.Inggris: Cover Letter), yang isinya penilaian pebelajar terhadap kelebihan dan kekurangan dari portofolionya, dan dirinya sebagai pebelajar bahasa. 2. Daftar isi Portofolio 3. Entri/karya (termasuk karya terbaik hasil pilihan pebelajar dengan temannya, dan atau dengan pengajar), baik berupa naskah, rekaman, foto, dll. 4. Draf-draf untuk mencapai karya-karya tersebut di atas 5. Lembar evaluasi diri (misalnya, ceklis minat membaca) 6. Catatan-catatan pengajar (termasuk penilaian pengajar terhadap portofolio tersebut). penilaian pengajar terhadap perkembangan dan prestasi pebelajar diberikan berupa skor (angka) maupun deskripsi. Tetapi pada dasarnya, semua penilaian tersebut bersifat deskriptif karena skor-skor yang diberikan merupakan refleksi dari komponen-komponen dengan deskripsi yang jelas (dalam instrumen di atas ditunjukkan hanya komponennya saja). Hal ini sangat berbeda dengan pemberian skor dalam tes objektif (misalnya, jawaban benar diberi skor 1, jawaban salah diskor 0). Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja seperti asesmen portofolio, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap
16 kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu performansi. Untuk menilai suatu portofolio, Tierney, Carter, dan Desai (dalam Marhaen, AA. Istri N. 2OO6) menyarankan agar portofolio dinilai secara kontinum (dari sangat baik hingga sangat kurang baik), dan dikomentari secara deskriptif. Komentar deskriptif tersebut berisi antara lain pujian atas hal-hal baik dari portofolio tersebut, dan saran-saran untuk perbaikan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan. Dengan demikian untuk nilai raport, pengajar akan memiliki nilai dari setiap entri, setiap folder, dan ulangan (bila tetap diadakan, baik ulangan formatif maupun sumatif). Dapat dibayangkan banyaknya informasi (nilai) yang dimiliki oleh pengajar. Oleh karena itu, perlu ditentukan bobot untuk portofolio, ulangan formatif, dan sumatif (folder portofolio dapat digunakan sebagai bahan penilaian formatif maupun sumatif). Di dalam portofolio itu sendiri, perlu ditetapkan porsi/bobot untuk domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Penentuan bobot tersebut harus disesuaikan dengan tujuan/kompetensi dasar yang telah ditetapkan. RUJUKAN Depdiknas, Pedoman Pengembangan Portofolio KBK SMA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Online diakses di didownload pada tanggal 10 oktober 2012 Depdiknas Sistem Penilaian Kelas. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. Fajar, arnie Portofolio: dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Roesdakarya. Hendrianto, Denni Andhita Penilaian Portofolio. STKIP Persada Khatulistiwa Sintang. Online diakses di upload/dokumen/ doc didownload pada tanggal 10 oktober 2012 Kintoko, Pengaruh Penerapan Penilaian Portofolio terhadap Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Teorema Pythagoras pada Siswa Kelas 2
17 Semester I SMP Negeri 1 Bojong Pekalongan Tahun Ajaran 2005/2006. Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Online di akses di 1.dir/doc.pdf didownload pada tanggal 10 oktober 2012 Marhaen, AA. Istri N. 2OO6. Asesmen Portofolio Dalam Pembelajaran Berbasis Kompetensi.( Bahan Pelatihan Bagi Guru-Guru Kabupaten Badung dan Kota Denpasar Pada Kegiatan Pengabdian Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Tanggal 19 Oktober 2006) didownload pada tanggal 10 oktober 2012 Sudjana, Nana Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Roesdakarya Sudrajat, Akhmad Portofolio. Online diakses di didownload pada tanggal 10 oktober 2012 Suherman, Erman Assesment Portofolio. Online diakses di didownload pada tanggal 10 oktober 2012 Wakhinuddin, s Pengertian portofolio (dalam konteks pendidikan). Online diakses di didownload pada tanggal 10 oktober 2012
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA ASESMEN OTENTIK DALAM RANGKA KTSP Suatu Upaya Pemberdayaan Guru dan Siswa DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL U NDIKS H A OLEH A.A. ISTRI N. MARHAENI Makalah Disampaikan pada
Lebih terperinciASESMEN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA ASESMEN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL U NDIKS H A OLEH A.A. ISTRI N. MARHAENI 1 Bahan Pelatihan Bagi Guru-Guru Kabupaten
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm. 33-40 PEMANFAATAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Hasil belajar dapat dikelompokkan
Lebih terperinciPenilaian Portofolio Sebagai Bentuk Penghargaan Guru Terhadap Hasil Belajar Dan Karya Siswa. Oleh Wahyudi
Penilaian Portofolio Sebagai Bentuk Penghargaan Guru Terhadap Hasil Belajar Dan Karya Siswa Oleh Wahyudi PENDAHULUAN Implementasi Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN ASESMEN PORTOFOLIO PADA KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNTUK PEMBELAJARAN TEKNOLOGI
PENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN ASESMEN PORTOFOLIO PADA KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNTUK PEMBELAJARAN TEKNOLOGI JANULIS P PURBA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA LATAR BELAKANG MASALAH KELEMAHAN PEMBELAJARAN
Lebih terperinci(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 1 Nomor 2, Mei 2005 SISTEM PENILAIAN PEMBELAJARAN EKONOMI BERBASIS KOMPETENSI Oleh: Barkah Lestari (Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta)
Lebih terperinciParsaoran Siahaan Fisika FPMIPA UPI-Bandung ASESMEN OTENTIK
ASESMEN OTENTIK ASESMEN OTENTIK Penilaian di mana siswa diminta untuk melakukan tugas-tugas dunia nyata yang menunjukkan aplikasi bermakna dari pengetahuan dan keterampilan esensial (Jon Mueller) Siswa
Lebih terperinciKETERAMPILAN MENILAI (MENGEVALUASI)
KETERAMPILAN MENILAI (MENGEVALUASI) Dra. Titik Harsiati, M.Pd 1. Pengertian dan Karakteristik Penilaian dalam Paradigma Konstruktivisme Seiring dengan perkembangan belajar yang berorientasi pada pendekatan
Lebih terperinciASESMEN AUTENTIK DALAM KAITAN DENGAN OPTIMALISASI KINERJA PROFESIONAL BERKELANJUTAN
ASESMEN AUTENTIK DALAM KAITAN DENGAN OPTIMALISASI KINERJA PROFESIONAL BERKELANJUTAN Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni Ngurah_marhaeni@yahoo.com Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja - Bali Globalisasi
Lebih terperinciPENILAIAN HASIL BELAJAR. YANI KUSMARNI Dan TARUNASENA
PENILAIAN HASIL BELAJAR YANI KUSMARNI Dan TARUNASENA KONSEP KONSEP POKOK DALAM PENILAIAN HASIL BELAJAR TES PENGUKURAN EVALUASI ASESMEN ALTERNATIF TES dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan atau tugas
Lebih terperinciPENILAIAN BERBASIS KELAS Nuryani Y.Rustaman*
PENILAIAN BERBASIS KELAS Nuryani Y.Rustaman* Pendahuluan Sebagai perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis
Lebih terperinciPENYUSUNAN ALAT PENILAIAN HASIL BELAJAR *) Oleh: Ali Muhson, M.Pd. **)
PENYUSUNAN ALAT PENILAIAN HASIL BELAJAR *) Oleh: Ali Muhson, M.Pd. **) A. Pengertian Penilaian Kelas Penilaian kelas adalah suatu bentuk kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan
Lebih terperinciEVALUASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ENCEP KUSUMAH
EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ENCEP KUSUMAH PENDAHULUAN Hal yang harus diperhatikan dalammenerapkan standar kompetensi dalam penilaian adalah mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan
Lebih terperinciPENGANTAR EVALUASI TAHAP II (LEARNING)
PENGANTAR EVALUASI TAHAP II (LEARNING) Dra. Hartri Sukesti, M.A. Pengertian Pengukuran: sebuah kegiatan mengumpulkan data berupa angka. Misal: mengukur panjang meja (meteran), berat badan (timbangan),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmen 1. Definisi asesmen Menurut Phelps dkk (1997), asesmen merupakan masalah penting bagi pendidik kimia. Dalam rangka untuk membuat perubahan nyata di ruang kelas kimia, yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang
Lebih terperinciKURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015
KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Pasal 37 ditegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA
Kode Makalah PM-1 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA Abstrak Dalam KBK telah dimasukkan tujuan-tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan, sehingga menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses pengembangan pendidikan pada saat ini. Kegiatan evaluasi pendidikan menempati posisi penting
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB VIII PENILAIAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Eksperimen Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam terbuka. Metode ini mempunyai
Lebih terperinciArnasari Medekawati Hadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Bima
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING BERBANTU LKS PADA MATERI GEOMETRI DI KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KOTA BIMA Arnasari Medekawati Hadi Fakultas Keguruan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia lebih banyak menekankan kepada hasil belajar berupa kognitifnya saja. Hal ini terlihat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maya Siti Rohmah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini sangatlah pesat. Segala aspek kehidupan menjadi mudah dengan adanya teknologi. Arus informasi antar negara di dunia pun berkembang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Performance assesment merupakan cara penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa saat melakukan sesuatu (Uno, 2012). Performance assesment merupakan penilaian
Lebih terperinciTUJUAN ASESMEN ALTERNATIF
1 TUJUAN ASESMEN ALTERNATIF Merupakan upaya memperbaiki dan melengkapi tes baku sehingga penilaian hasil belajar tidak hanya berhubungan dengan hasil akhir tetapi merupakan bagian penting dlm proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang sangat cepat ini mengakibatkan masyarakat sudah terbiasa dengan penggunaan komputer sebagai
Lebih terperinciEVALUASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMP
EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMP 1. PENDAHULUAN Penerapan standar kompetensi menuntut proses penilaian yang dilakukan oleh guru harus menggunakan acuan kriteria, baik pada
Lebih terperinciPENILAIAN BERBASIS KELAS
PENILAIAN BERBASIS KELAS Oleh: Kana Hidayati, M.Pd. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY A. Pendahuluan Sebagai konsekwensi desentralisasi pendidikan, saat ini sejumlah pembaharuan pendidikan terus
Lebih terperinciJURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University
PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SEJARAH KELAS VII SMP NEGERI 1 MALANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 JURNAL OLEH YENI
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Perancangan kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran untuk menambah wawasan di suatu bidang. Kompetensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mencakup kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap secara terpadu. Penilaian pada kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut dapat dirasakan melalui inovasi-inovasi
Lebih terperinciBAB VI ASESMEN ATAS PEMAHAMAN DAN INQUIRY
BAB VI ASESMEN ATAS PEMAHAMAN DAN INQUIRY A. Penilaian formatif dan sumatif Sebagai guru yang baik, cerdas dan terkemuka seharusnya guru memikirkan bagaimana dia mengajarkan materi pada muridnya, dan bagaimana
Lebih terperinciBAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN
BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah
Lebih terperinciJURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS
JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS Education and Science Physics Journal E- ISSN : 2503-3425 JRFES Vol 2, No 1 (2015) 9-14 ISSN : 2407-3563 http://ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/jrfes PENGARUH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya
Lebih terperinciIMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS
Lebih terperinciSUATU CONTOH IMPLEMENTASI PORTOFOLIO SEBAGAI ASESMEN AUTENTIK PADA MATA PELAJARAN SAINS DI SEKOLAH DASAR
SUATU CONTOH IMPLEMENTASI PORTOFOLIO SEBAGAI ASESMEN AUTENTIK PADA MATA PELAJARAN SAINS DI SEKOLAH DASAR Susriyati Mahanal Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang ABSTRAK Pembelajaran sains di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan setiap manusia, pendidikan juga merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan dalam rangka membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada semua jenjang pendidikan sejak tahun ajaran 2007/2008 menuntut berbagai perubahan pada praktik pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia merupakan aspek yang dominan terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia dituntut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu metode yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang studi yang diajarkan pada sekolah dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pengajaran IPA di sekolah dasar ditujukan untuk memajukan teknologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemerintah menetapkan tiga arah pengembangan pendidikan dalam rangka
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah menetapkan tiga arah pengembangan pendidikan dalam rangka untuk memajukan pendidikan di tingkat SMA, yaitu perluasan dan pemerataan pendidikan, peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PEMANFAATAN PORTOFOLIO SISWA KELAS V SDN KARUMBU KABUPATEN BIMA
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PEMANFAATAN PORTOFOLIO SISWA KELAS V SDN KARUMBU KABUPATEN BIMA Nurrahmah Dosen Tetap Pendidikan Matematika STKIP Taman Siswa Bima E-mail: nurrahmah_mecyuny@yahoo.co.id
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)
7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan
Lebih terperinciAssesmen Portofolio dalam Pembelajaran Matematika
Assesmen Portofolio dalam Pembelajaran Matematika Nia Kania Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Majalengka Email: kaniasoehenda@gmail.com Abstrak Artikel ini bertujuan untuk melakukan kajian
Lebih terperinciPENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MATEMATIKA
PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MATEMATIKA Budi Santoso ) Abstrak Penilaian merupakan salah satu tahapan yang penting dalam proses pembelajaran matematika karena melalui penilaian guru dapat mengetahui sejauh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru profesional merupakan guru yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan dan mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. curriculum) ke kurikulum berbasis kompetensi (competency based. menuntut siswa untuk menerapkan langsung konsep yang di dapat dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan kurikulum dari kurikulum berbasis isi (content based curriculum) ke kurikulum berbasis kompetensi (competency based curriculum) berdampak pada perubahan orientasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Menurut Hamdani (2011: 326) Penelitian Tindakan Kelas pada
25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan istilah PTK. Menurut Hamdani (2011: 326) Penelitian Tindakan Kelas pada hakikatnya merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
Lebih terperinciOleh: Katriani SD Negeri 3 Margomulyo Trenggalek
50 Katriani, Peningkatan Hasil Belajar Menyelesaikan Soal Cerita... PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA
Lebih terperinciPENILAIAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN PEMBELAJARAN PENILAIAN APA PENILAIAN? APA PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI? BAGAIMANA CARANYA? PENILAIAN: PROSES SISTIMATIS MELIPUTI PENGUMPULAN INFORMASI (ANGKA, DESKRIPSI VERBAL), ANALISIS, INTERPRETASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut
Lebih terperinciPENYUSUNAN MODUL EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS AUTHENTIC ASSESSMENT PORTOFOLIO
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017 PENYUSUNAN MODUL EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS AUTHENTIC ASSESSMENT PORTOFOLIO Eva Dina Chairunisa, M.Pd eva_dinach@yahoo.com
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 92 B. TUJUAN 92 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 92 D. UNSUR YANG TERLIBAT 93 E. REFERENSI 93 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 93
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 92 B. TUJUAN 92 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 92 D. UNSUR YANG TERLIBAT 93 E. REFERENSI 93 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 93 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 96 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA
Lebih terperinciPERBANDINGAN HASIL BELAJAR SAINS MENGGUNAKAN PA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH DENGAN PA KONVENSIONAL
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SAINS MENGGUNAKAN PA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH DENGAN PA KONVENSIONAL Malinda Riwi Anugrah Putri*, Undang Rosidin, Ismu Wahyudi Pendidikan Fisika, FKIP Unila, Jl. Prof. Dr.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu diajarkan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan UNESCO telah menetapkan empat pilar pendidikan sebagai landasan pendidikan era global, yaitu: (1) learning to know, yakni peserta didik mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemampuan berpikir kritis siswa yang rendah adalah salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah. Permasalahan ini dapat teridentifikasi, setelah peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sejalan dengan terus dikembangkannya kurikulum pendidikan di Indonesia. Menurut
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa
Lebih terperinciBandung, 23 Oktober 2009
Bandung, 23 Oktober 2009 PENILAIAN KELAS Konsep dasar Teknik Penilaian Konsep Dasar Penilaian Kelas Pengertian Penilaian Kelas Manfaat Penilaian Kelas Fungsi Penilaian Kelas Prinsip-prinsip Penilaian Kelas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan penilaian hasil pembelajaran siswa sejalan dengan perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan penilaian merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. peningkatan hasil belajar matematika dan ketrampilan berpikir kritis siswa di MI
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Hasil analisis data dan uji hipotesis menunjukkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah dan inkuiri mempunyai pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar
Lebih terperinciSTANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN A. Rasional Standar proses proses pembelajaran merupakan acuan penyelenggaraan serta bentuk akuntabilitas perguruan tinggi
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI
Lebih terperinciPenilaian Berbasis Kinerja untuk Penjasorkes. Oleh : Tomoliyus
Penilaian Berbasis Kinerja untuk Penjasorkes Oleh : Tomoliyus FIK UNY Abstrak Diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) penjasorkes di sekolah hendaknya dipahami tidak hanya sekedar penyesuaian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan
BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar (Prawiradilaga, 2008). Menurut
Lebih terperinciSementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang. Sejalan dengan itu, R. Gagne dalam Susanto (2013:1)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi
7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran
Lebih terperinciPENGARUH STRATEGI ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA. Oleh: Muh.
1 PENGARUH STRATEGI ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA Oleh: Muh. Tawil * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Untuk lebih jelasnya pembahasan tiap sub bab akan diuraikan sebagai berikut.
I. PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
Lebih terperinciPemanfaatan Penilaian Portofolio pada Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Sejarah dalam Upaya Membangun Karakter Belajar Mandiri dan Berkelanjutan
Pemanfaatan Penilaian Portofolio pada Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Sejarah dalam Upaya Membangun Karakter Belajar Mandiri dan Berkelanjutan Eva Dina Chairunisa FKIP Universitas PGRI Palembang eva_dinach@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut
Lebih terperinciPENILAIAN PEMBELAJARAN oleh Jarnawi Afgani D.
PENILAIAN PEMBELAJARAN oleh Jarnawi Afgani D. P E N I L A I A N Apa yang dimaksud dengan PENILAIAN? Apa yang dimaksud dengan PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI? Bagaimana cara melakukan PENILAIAN? PENILAIAN:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RJPN) Periode 2005-2025 ditegaskan bahwa visi pembangunan nasional adalah mewujudkan manusia dan masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari
` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.
Lebih terperinciTHE IMPLEMENTATION OF PERFORMANCE ASSESSMENT TO IMPROVE THE WRITING SKILL OF THE STUDENTS IN CLASS XI 2 SMA ( SLUA ) SARASWATI 1 DENPASAR
THE IMPLEMENTATION OF PERFORMANCE ASSESSMENT TO IMPROVE THE WRITING SKILL OF THE STUDENTS IN CLASS XI 2 SMA ( SLUA ) SARASWATI 1 DENPASAR Ni Made Wersi Murtini and Ida Ayu Made Wedasuwari Mahasaraswati
Lebih terperinci