BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Dewi Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Performance assesment merupakan cara penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa saat melakukan sesuatu (Uno, 2012). Performance assesment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi melalui demostrasi pemahaman dan aplikasi pengetahuan secara mendalam dan mendemonstrasikan keterampilan dalam berbagai konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan (Majid, 2008). Psychomotor Performance assesment merupakan salah satu bentuk penilaian yang sesuai apabila digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa untuk menunjukkan unjuk kerja. Unjuk kerja yang dimaksud yaitu menagih siswa menyelesaikan tugas yang mewakili keseluruhan kinerja yang dinilai misalnya menyiapkan alat, menggunakan alat/merangkai alat, menuliskan data, menganalisis data, menyimpulkan, dan menyusun laporan (Haryati, 2013). Pentingnya psychomotor performance assessment dalam pembelajaran dapat dijadikan dasar evaluasi terhadap kemampuan yang ditampilkan oleh siswa baik berupa proses maupun berupa hasil. Psychomotor performance assessment juga dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran karena psychomotor performance assessment membantu guru untuk membuat keputusan selama proses pembelajaran masih berjalan (Zainul, 2007). Penggunaan psychomotor performance assessment mempunyai manfaat yang signifikan yaitu berguna untuk membantu memudahkan guru dalam mengukur nilai psikomotorik kinerja siswa karena terdapat rubrik yang digunakan sebagai panduan penilaian psikomotorik sehingga tidak hanya nilai kognitif yang dapat terukur. Psychomotor performance assesment dilaksanakan dengan menggunakan instrumen tugas (task) dan rubrik. Tugas dapat berupa tugas perorangan maupun kelompok. Tugas dirancang sedemikian rupa sesuai tujuan pembelajaran, sehingga siswa melakukan unjuk kemampuan atau keterampilan yang menjadi target penilaian dalam pembelajaran. Rubrik (scoring rubrics) 1
2 2 merupakan kriteria penilaian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penilaian kinerja atau hasil kerja peserta didik (Haryati, 2008). Penggunaan rubrik bertujuan untuk mengurangi subjektivitas asesor dalam melakukan penilaian. Psychomotor performance assesment tidak menggunakan kunci jawaban dalam menentukan skor, melainkan menggunakan pedoman penskoran berupa rubrik. Psychomotor performance assesment mengembangkan unsur reliabilitas, keadilan dan kebenaran penilaian dengan kriteria atau rubrik untuk pedoman menilai hasil kerja. Penilaian psychomotor performance assesment tersebut tidak hanya bergantung pada jawaban benar atau salah sebagaimana halnya dengan asesmen bentuk essay, tetapi juga dilakukan observasi langsung oleh guru dalam rangka melakukan pertimbangan-pertimbangan subyektif berkenaan dengan level prestasi yang dicapai siswa (Sudria, 2014). Perkembangan Kurikulum 2013 tingkat sekolah menuntut guru untuk kreatif dalam pemilihan jenis strategi, metode, media maupun sistem penilaian. Sistem penilaian sangat terkait dengan strategi pembelajaran yang digunakan. Penilaian dilakukan saat siswa menunjukkan kompetensinya dengan berbagai sikap, perilaku, dan keterampilan yang mereka miliki sebagai sumber informasi yang sangat berharga untuk menentukan pencapaian kemajuan siswa. Sistem penilaian memiliki peran penting untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, salah satunya bentuk asesmen yang dimaksud yaitu asesmen alternatif yang berfungsi sebagai alat ukur untuk menilai hasil dan proses yang dilakukan siswa apakah sudah sesuai dengan tujuan yang akan diukur. Jenis asesmen yang dapat digunakan untuk menilai hasil karya siswa bermacam-macam, misalnya asesmen alternatif, asesmen tradisional, asesmen kinerja, maupun asesmen lainnya (Karim, 2004). Asesmen alternatif memiliki karakter yaitu: 1) meminta siswa untuk melakukan unjuk kerja, menciptakan, menghasilkan, atau mengerjakan sesuatu; 2) menuntut penerapan dalam kehidupan sehari-hari; 3) dalam penyekoran dilakukan oleh guru; 4) menuntut peranan pembelajaran yang baru bagi guru; 5) menuntut peranan asesmen yang baru bagi guru; 6) menekankan pentingnya pengujian proses dan hasil belajar; 7) mendorong guru untuk pindah dari tugas yang hanya membutuhkan satu jawaban benar ke tugas-tugas yang memiliki lebih dari satu jawaban benar; 8) menantang
3 3 siswa untuk menyediakan beberapa kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah; dan 9) menantang siswa untuk menarik kesimpulan sendiri terhadap suatu tugas atau problem yang dihadapi. Pelaksanaan asesmen alternatif biasanya identik dengan authentic assesment berdasarkan tuntutan penilaian pada kurikulum Authentic assesment merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Majid, 2008). Suatu assesment dikatakan authentic apabila melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung perilaku siswa saat mengerjakan tugas intelektual. Sistem penilaian dapat dikatakan baik apabila dalam melakukan penilaian tidak hanya mengukur sesuatu yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas sesuatu yang mereka pelajari, sehingga penilaian menjadi bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan melekatkan aktivitas nyata yang dilakukan oleh siswa yang dikenali oleh kemampuan siswa untuk menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di ranah yang lebih luas. Authentic assesment diharapkan menjadi penilaian yang objektif karena tidak hanya faktor kognitifnya saja yang diukur, melainkan sudah menitikberatkan dalam 3 ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Orientasi pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap keterampilan dan pengetahuan (Hidayat, 2013). Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi dan kemampuan siswa, sehingga nilai yang diperoleh siswa dapat ditunjukkan secara authentic. Berdasarkan analisis kebutuhan disekolah diperoleh data pemenuhan tingkat SNP MAN 2 Ponorogo nilai yang menunjukkan GAP paling tinggi adalah pada standar 8 yaitu standar penilaian. Hasil penilaian pada standar 8 yang memiliki nilai kurang antara lain; 1) indikator tentang kesesuaian instrumen dan pedoman penilaian dengan bentuk dan teknik penilaian, guru kurang sesuai dalam menggunakan instrumen dan pedoman penilaian dengan bentuk dan teknik
4 4 penilaian; 2) indikator teknik penilaian yang digunakan, guru mata pelajaran menggunakan < 2 teknik penilaian. Hasil lain menginformasikan bahwa pelaksanaan kegiatan praktikum yang dilakukan siswa di sekolah hanya berpedoman pada penggunaan buku petunjuk pelaksanaan praktikum yang sudah tersedia, siswa hanya sekedar membuktikan eksperimen yang sudah tersedia yakni dengan mengikuti langkah-langkah kerja yang ada pada petunjuk praktikum tersebut tanpa harus menggali kemampuan siswa untuk melakukan keterampilan proses. Guru di sekolah memiliki suatu penilaian atau asesmen sendiri yang digunakan untuk mengukur keterampilan kerja siswa, namun bentuk asesmen penilaian yang digunakan belum mengarah pada pemberdayaan dan pemenuhan authentic assesment. Asesmen yang digunakan guru hanya sekedar mengukur kemampuan psikomotorik secara umum karena guru merasa kesulitan untuk melakukan penilaian unjuk kinerja secara menyeluruh terutama dalam hal pedoman penskoran dengan instrumen yang kurang jelas maupun kompenenkompenen yang dinilai sulit untuk diterapkan sehingga penilaian kinerja sering diabaikan. Data hasil wawancara di MAN 2 Ponorogo, menyatakan bahwa pembelajaran lebih mengutamakan hasil kognitif, dibuktikan dengan persentase keterlaksanaan pembelajaran yang mengarah pada penilaian kognitif 50%, psikomotor 30%, dan afektif 20%. Penilaian yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran kurang melihat aspek keterampilan proses siswa sehingga pembelajaran biologi yang seharusnya juga melatihkan keterampilan proses dan sikap sering kali terabaikan, seperti siswa kurang terampil dalam merancang suatu percobaan serta menggunakan alat saat kegiatan praktikum. Keterampilan psikomotorik dan sikap kurang diberdayakan dapat dilihat dari nilai psikomotorik yang diperoleh siswa untuk kegiatan praktikum yang jauh lebih rendah daripada nilai kognitif, hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai psikomotorik yang diperoleh siswa hanya 73 lebih rendah daripada nilai kognitif yang diperoleh siswa dengan rata-ratanya sebesar 78. Kegiatan praktikum pada pembelajaran biologi jarang dilakukan, hanya dilakukan pada materi-materi tertentu tanpa adanya penilaian khusus terhadap hasil kinerja siswa saat melaksanakan kegiatan praktikum seperti tuntutan authentic assesment pada Kurikulum 2013.
5 5 Menurut Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang guru menegaskan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani rohani serta kualifikasi lain yang dipersyaratkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Upaya yang dapat dilakukan seorang guru untuk memenuhi tuntutan kompetensi pedagogik dalam kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki yaitu dengan melaksanankan kewajiban dan tugas sebagai guru dengan merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Bentuk upaya yang tidak bisa dipisahkan dari tugas dan kewajiban guru adalah dalam hal penilaian. Permendikbud (2014) nomor 104 yang menjelaskan tentang penilaian menyatakan bahwa penilaian dalam Kurikulum 2013 menuntut guru untuk melakukan penilaian secara menyeluruh, tidak hanya pada kemampuan kognitif saja tetapi juga kemampuan psikomotor dan afektif. Kemampuan kognitif siswa dilihat dari hasil nilai kognitif, sedangkan psikomotorik dan afektif siswa dapat dilihat dari hasil keterampilan proses. Upaya untuk memberdayakan keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan kegiatan praktikum. Praktikum merupakan bagian dari proses pembelajaran yang bertujuan agar siswa mendapatkan kesempatan untuk menguji dan melaksanakan teori-teori yang sudah diperoleh kedalam keadaan nyata. Kegiatan praktikum merupakan latihan aktivitas ilmiah baik berupa eksperimen, observasi maupun demonstrasi yang menunjukan adanya ketertarikan antara teori dengan fenomena yang dilaksanakan baik di laboratorium maupun di luar laboratorium (Rustaman, 2003). Kegiatan praktikum pada pembelajaran biologi sangat berperan dalam pengembangan keterampilan siswa. Kemampuan siswa dalam membangun serta mengaplikasikan konsep-konsep biologi dapat dikembangkan melalui kegiatan praktikum. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu siswa mengalami perubahan positif maka perlu diadakannya suatu penilaian. Kegiatan praktikum akan lebih bermakna apabila siswa telah menguasai keterampilan kinerja yang
6 6 diukur menggunakan alat ukur yang tepat, seperti penggunaan psychomotor performance assesment yang digunakan untuk menilai kinerja siswa secara menyeluruh kegiatan praktikum tersebut. Penerapan psychomotor performance assesment dilakukan dalam upaya pemenuhan penilaian psikomotorik pada pembelajaran berbasis Kurikulum Psychomotor performance assesment merupakan salah satu dari bagian asesmen alternatif yang memadukan sifat-sifat yang ada pada asesmen alternatif dan authentic assesment. Asesmen alternatif menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga dapat mengembangkan instrumen untuk mengukur kemampuan siswa dengan cara yang lebih baik. Penggunaan asesmen penting dalam pembelajaran, agar siswa dapat mengetahui apa saja yang sudah dan belum dicapai secara optimal. Siswa perlu mendapatkan penilaian hasil belajar untuk menentukan posisi relatif siswa terhadap standar yang telah ditentukan serta menilai kemampuan yang telah dikuasai siswa setelah menerima pengalaman belajar (Zulfatin, 2014). Berdasarkan hasil analisis kebutuhan MAN 2 Ponorogo materi biologi kelas X semester ganjil yang dianggap sulit oleh siswa yaitu virus, bakteri, dan protista. Nilai rata-rata UN tahun 2014 di MAN 2 Ponorogo untuk materi Archaebacteria dan Eubacteria memiliki nilai rata-rata 70,91 lebih rendah dibanding dengan nilai virus dan protista. Sistem penilaian yang dilakukan untuk materi bakteri terdiri dari 3 ranah yaitu penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembelajaran pada materi Archaebacteria dan Eubacteria menuntut siswa untuk menguasai kompetensi dasar (KD) materi kognitif yaitu menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan Archaebacteria dan Eubacteria berdasarkan ciri-ciri dan bentuk melalui pengamatan secara teliti dan sistematis, sedangkan kompetensi dasar (KD) untuk proses yaitu menjelaskan data tentang ciri-ciri dan peran Archaebacteria dan Eubacteria dalam kehidupan berdasarkan hasil pengamatan dalam bentuk laporan tertulis. Penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa pada materi bakteri tidak hanya dilihat dari segi kognitif tetapi juga dari psikomotor siswa yang dapat dinilai dengan menguji kemampuan siswa melakukan unjuk kinerja. Pilihan materi yang dapat digunakan untuk mengetahui kinerja siswa adalah dengan kegiatan praktikum penanaman
7 7 bakteri, pengamatan sel, serta pengecatan gram bakteri. Kegiatan praktikum pada penanaman bakteri, pengamatan sel, serta pengecatan gram bakteri membutuhkan keterampilan dengan beberapa teknik khusus yang menuntut siswa untuk melakukan keterampilan proses. Pemilihan materi bakteri untuk penelitian dikarenakan walaupun rata-rata nilai kognitif siswa disekolah sudah cukup baik namun untuk nilai psikomotor yang mengukur keterampilan proses siswa masih dibawah nilai kognitif yang disebabkan karena pelaksanaan penilaian unjuk kinerja siswa kurang diberdayakan dalam upaya mengaplikasikan teori yang sudah diterima siswa pada kegiatan praktikum, serta untuk meningkatkan kualitas penilaian yang digunakan guru untuk mengukur kemampuan kinerja siswa pada materi bakteri dalam upaya pemenuhan authentic assesment dalam pembelajaran Kurikulum Mengingat pentingnya penerapan performance assesment dalam pelaksanaan kegiatan praktikum yang sangat sesuai untuk menilai keterampilan proses siswa dalam upaya pemenuhan authentic assesment Kurikulum 2013, maka diperlukan penelitian pengembangan asesmen dengan judul Pengembangan Psychomotor Performance Assesment Berbasis Pendekatan Saintifik dalam Kerangka Authentic Assesment pada Praktikum Bakteri Kelas X SMA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakter psychomotor performance assesment berbasis pendekatan sintifik dalam kerangka authentic assesment pada praktikum bakteri kelas X yang dikembangkan? 2. Bagaimana kelayakan psychomotor performance assesment berbasis pendekatan sintifik dalam kerangka authentic assesment pada praktikum bakteri kelas X yang dikembangkan? 3. Bagaimana keefektifan psychomotor performance assesment berbasis pendekatan sintifik dalam kerangka authentic assesment pada praktikum bakteri kelas X yang dikembangkan?
8 8 C. Tujuan Pengembangan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui karakter psychomotor performance assesment berbasis pendekatan sintifik dalam kerangka authentic assesment pada praktikum bakteri kelas X yang dikembangkan. 2. Untuk mengetahui kelayakan psychomotor performance assesment berbasis pendekatan sintifik dalam kerangka authentic assesment pada praktikum bakteri kelas X yang dikembangkan. 3. Untuk mengetahui keefektifan psychomotor performance assesment berbasis pendekatan sintifik dalam kerangka authentic assesment pada praktikum bakteri kelas X yang dikembangkan. D. Spesifikasi Produk Produk yang dikembangkan berupa lembar psychomotor performance assesment dalam bentuk suatu format penilaian yang berisi mata pelajaran, kelas/semester, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, judul tugas, petunjuk siswa, kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi. Terdapat pula rubrik penilaian yang digunakan sebagai pedoman untuk menilai berdasarkan kriteria yang ditentukan. Rubrik menggunakan skala rentang 4 dengan beberapa penjelasan kriteria untuk masing-masing skala. Lembar tersebut memuat semua ranah yang akan dinilai serta kolom penilaian untuk setiap siswa. Kinerja siswa akan dinilai untuk setiap individu dalam kelompok untuk masing-masing kriteria yang dilakukan. Penilaian dilengkapi pula dengan petunjuk penskoran yang bertujuan untuk mengetahui hasil akhir penskoran dengan interpretasi nilai yang didapatkan berdasarkan pada perhitungan atas penilaian unjuk kerja yang diamati. E. Manfaat Penelitian Hasil pengembangan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak berupa: 1. Manfaat Teoritis
9 9 Penelitian ini diharapkan mampu memberikan alternatif penggunaan penilaian yang tepat, inovatif sesuai dengan hakikat pendekatan saintifik sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah, serta mampu mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran biologi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. 2) Melatih siswa untuk memberdayakan potensi kemampuan literasi sains. 3) Memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat membangun dan membentuk keterampilan siswa. 4) Terlibat aktif serta dapat berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga siswa mampu menggali segala potensi yang dimilikinya dalam pemenuhan penilaian psikomotor dan authentic assesment. b. Bagi Guru 1) Menambah pengetahuan guru mengenai cara penilaian psikomotor. 2) Memberikan informasi dan refrensi terkait dengan penilaian yang sesuai dengan tuntutan pemenuhan authentic assesment kurikulum c. Bagi peneliti Sebagai kajian dalam pengembangan suatu bentuk psychomotor performance assesment pada mata pelajaran biologi kelas X SMA. d. Bagi pihak lain Memberikan pengetahuan baru untuk penelitian pengembangan lebih lanjut sehingga dapat dihasilkan produk yang lebih baik, khususnya dalam bentuk penilaian yang diterapkan dalam mata pelajaran yang lainnya. F. Asumsi dan Batasan Pengembangan Asumsi yang membantu landasan pengembangan kerangka berpikir sebagai berikut: Siswa sebelumnya telah mendapatkan materi pada Kompetensi Dasar (KD) materi untuk kognitif yaitu menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan archaebacteria dan eubacteria berdasarkan ciri-ciri dan bentuk melalui pengamatan secara teliti dan sistematis, sedangkan kompetensi dasar
10 10 (KD) untuk proses yaitu menjelaskan data tentang ciri-ciri dan peran archaebacteria dan eubacteria dalam kehidupan berdasarkan hasil pengamatan dalam bentuk laporan tertulis. Rubrik psychomotor performance assesment berbasis pendekatan saintifik dapat digunakan dalam pemenuhan penilaian autentik kurikulum Batasan pengembangan rubrik psychomotor performance assesment berbasis pendekatan saintifik sebagai berikut: 1) Produk pengembangan rubrik psychomotor performance assesment hanya menggunakan materi bakteri. 2) Produk pengembangan hanya dapat digunakan siswa yang telah mendapatkan materi dan asistensi pada praktikum bakteri. 3) Bentuk penilaian utama digunakan untuk pemenuhan penilaian keterampilan siswa (penilaian psikomotor). 4) Sekolah yang digunakan sebagai tempat uji coba lapangan adalah MAN 2 Ponorogo. G. Definisi Operasional Definisi operasional yang berkaitan dengan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut. 1. Psychomotor Performance assesment merupakan cara penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi di mana siswa diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria-kriteria yang sudah diinginkan. (Majid, 2008). 2. Praktikum dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang memungkinkan siswa menerapkan keterampilan atau mempraktekkan sesuatu. 3. Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi, eksperimen maupun cara yang lainnya, sehingga realitas yang akan berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid juga dapat dipertanggungjawabkan (Sujarwanta, 2012).
11 11 4. Authentic assesment merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Majid, 2008).
BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang diperoleh dalam teori.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktikum merupakan bagian dari proses pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik mendapatkan kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan. (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian atau asesmen adalah suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk menentukan seberapa
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PENUNTUN TUGAS KINERJA PRAKTIKUM MAHASISWA DI LABORATORIUM BIOLOGI
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGEMBANGAN PENUNTUN TUGAS KINERJA PRAKTIKUM MAHASISWA DI LABORATORIUM BIOLOGI Fitriyah Karmila 1, Khaerati 2 Universitas Cokroaminoto Palopo
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemberlakuan kurikulum 2013 menuntut sejumlah perubahan mendasar pada proses
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan kurikulum 2013 menuntut sejumlah perubahan mendasar pada proses pembelajaran. Pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013 diorientasikan untuk menghasilkan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan latar belakang yang mendasari penelitian pengembangan instrumen penilaian otentik yang dapat mengukur keterampilan proses sains terutama pada pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan penilaian hasil pembelajaran siswa sejalan dengan perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan penilaian merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinci2014 PENERAPAN ASESMEN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN RESPIRASI SERANGGA DI SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang diberlakukan di Indonesia mulai tahun ajaran 2013/2014 (Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT) SISWA SMA PADA PRAKTIKUM HIDROLISIS GARAM
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hakikat ilmu kimia mencakup dua hal yang saling berhubungan satu sama lain yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep dan prinsip
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Biologi merupakan salah satu cabang dari ilmu sains. Sains banyak dipandang orang sebagai kumpulan pengetahuan. Sains mengandung proses dan produk. Sebagai
Lebih terperinci2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang dirancang untuk mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahliannya dan mengembangkan
Lebih terperinciEVALUASI HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PENILAIAN AUTENTIK PADA MATA PELAJARAN KELISTRIKAN SISTEM REFRIGERASI
274 EVALUASI HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PENILAIAN AUTENTIK PADA MATA PELAJARAN KELISTRIKAN SISTEM REFRIGERASI Herman Rusdiana 1, Kamin Sumardi 2, Enang S. Arifiyanto 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum yang berlaku di Indonesia mulai tahun ajaran 2013/2014 adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama yaitu perencanaan atau
Lebih terperinciOleh : Muhammad Abdul Wahid A
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA DENGAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) SISWA KELAS XI MAN 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Penilaian sering dianggap sebagai salah satu dari tiga pilar utama yang menentukan kegiatan
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI
ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI OLEH ALANISA LOLA PASARIBU NIM RSA1C112010 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya pencerdasan, pendewasaan, kemahiran seseorang yang dilakukan perorangan, kelompok dan lembaga (Yamin, 2008). Menurut Syah (2007),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmen 1. Definisi asesmen Menurut Phelps dkk (1997), asesmen merupakan masalah penting bagi pendidik kimia. Dalam rangka untuk membuat perubahan nyata di ruang kelas kimia, yang
Lebih terperinciTEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari sekolah umum yaitu terdapat mata pelajaran produktif.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan abad 21 menuntut siswa untuk memiliki kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan yaitu: (1) belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembelajaran di sekolah dasar hanya menekankan pada penguasaan konsep (kognitif) yang di uji dengan tes tulis obyektif dan subyektif sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia, dengan kata lain, kebutuhan manusia
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/ Semester : XI / 2 Pertemuan : 1-3 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Pertemuan : 1 Standar Kompetensi :Memahami sifat-sifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah pondasi penting dalam pengembangan sains dan teknologi. Tanpa adanya pondasi fisika yang kuat, keruntuhan akan perkembangan sains dan teknologi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Lind dan Gronlund (1995) asesmen merupakan sebuah proses yang ditempuh
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asesmen dan Asesmen Kinerja Menurut Lind dan Gronlund (1995) asesmen merupakan sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi tentang belajar siswa (observasi,
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengkaji kemampuan mahasiswa biologi FKIP Unila dalam
39 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini mengkaji kemampuan mahasiswa biologi FKIP Unila dalam mengembangkan perangkat penilaian pada jenjang SMA selama melaksanakan Praktek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Asesmen atau penilaian merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asesmen atau penilaian merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai apa saja yang telah dipelajari oleh siswa dan bagaimana tingkat keberhasilan siswa mempelajarinya
Lebih terperinci2014 IDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH YANG MUNCUL MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATERI NUTRISI KELAS XI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (2006), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) termasuk biologi berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis.
Lebih terperinciKESESUAIAN ASESMEN BUATAN GURU DENGAN SILABUS KURIKULUM Suitability of Assessment made by Teacher with the Syllabus Kurikulum 2013
15-130 KESESUAIAN ASESMEN BUATAN GURU DENGAN SILABUS KURIKULUM 2013 Suitability of Assessment made by Teacher with the Syllabus Kurikulum 2013 Nofika Kartika Dewi, Johanes Djoko Budiono, dan Muji Sri Prastiwi
Lebih terperinci1. PERSOALAN PENILAIAN BELAJAR
Substansi 1. Identifikasi persoalan penilaian pembelajaran 2. Tujuan penilaian pembelajaran 3. Ranah tujuan penilaian pembelajaran 4. Strategi penilaian pembelajaran 5. Beberapa contoh aplikasi pd aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau penurunan rumus dan teori saja, melainkan merupkan produk dari sekumpulan fakta yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penilaian merupakan bagian yang tidak terpisah dari program pembelajaran. Penilaian kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan pendidik yang terkait
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembelajaran proses sains dalam konteks kurikulum 2013 dilakukan dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran proses sains dalam konteks kurikulum 2013 dilakukan dengan berdasar pada pendekatan ilmiah yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran fisika merupakan aktivitas untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran mata pelajaran fisika yang tidak hanya menekankan pada ranah kognitif tetapi juga ranah
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI PADA PRAKTIKUM PEMROGRAMAN WEB DI SMK
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI PADA PRAKTIKUM PEMROGRAMAN WEB DI SMK Haryati 1, Syahrul 2 Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Program PascasarjanaUniversitas Negeri Makassar
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN SISWA KELAS VII SMP AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sarana yang paling penting dan efektif untuk membekali siswa dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang bermakna sangat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laboratorium IPA merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sains dianggap menduduki posisi penting dalam pembangunan karakter masyarakat dan bangsa karena kemajuan pengeta huannya yang sangat pesat, keampuhan prosesnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keaktifan siswa. Bahan uji publik Kurikulum 2013 menjelaskan standar penilaian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan kurikulum memiliki tujuan meningkatkan rasa ingin tahu dan keaktifan siswa. Bahan uji publik Kurikulum 2013 menjelaskan standar penilaian kurikulum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Annisa Setya Rini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya biologi memiliki kegiatan khusus untuk menunjang pembelajaran yaitu kegiatan praktikum di dalam laboratorium.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan peserta didik melalui suatu pengajaran maupun suatu latihan, guna menyiapkan mereka di masa depan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.I.
BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah Dalam berlangsungnya kegiatan pembelajaran, siswa dituntut untuk memadukan aktivitas fisik dan mental mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Proses Pembelajaran Evaluasi. Gambar 1.1 Hubungan ketiga komponen dalam pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan dua aspek utama demi tercapainya keberhasilan tujuan pembelajaran; dimana keduanya secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asesmen merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asesmen merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran dan tidak dapat lepas dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Sejatinya asesmen ditujukan
Lebih terperinciLAPORAN PELAKSANAAN PERKULIAHAN SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2015/2016
LAPORAN PELAKSANAAN PERKULIAHAN SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2015/2016 Nomor Dokumen :... LAPORAN PELAKSANAAN PERKULIAHAN Mata Kuliah : Antropologi Indonesia Kode Mata Kuliah : MKK II 3530 sks/semester
Lebih terperinciPengembangan Instrumen Penilaian Autentik untuk Mengukur Sikap Sosial Peserta Didik SMA Kelas X pada Pembelajaran Fisika
Pengembangan Instrumen Penilaian Autentik untuk Mengukur Sikap Sosial Peserta Didik SMA Kelas X pada Pembelajaran Fisika Nadya Nur Anggraheni, Sriyono, Nur Ngazizah Universitas Muhammadiyah Purworejo Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang struktur fisik dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap alat-alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang senantiasa berusaha untuk mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum dengan jelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains (BSNP, 2006:451). Proses pembelajaran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Belajar Siswa Menurut pengertian bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemerintah menetapkan tiga arah pengembangan pendidikan dalam rangka
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah menetapkan tiga arah pengembangan pendidikan dalam rangka untuk memajukan pendidikan di tingkat SMA, yaitu perluasan dan pemerataan pendidikan, peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penilaian merupakan kegiatan yang sangat penting di dalam proses pembelajaran. Penilaian juga merupakan ujung tombak dari suatu kegiatan pencapaian taraf berhasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu media atau sumber belajar yang dapat membantu siswa ataupun guru saat proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Bangsa akan menjadi maju jika pendidikan diperhatikan dengan serius oleh para pemegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peradapan manusia yang terus berkembang menyebabkan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga terus mengalami kemajuan yang pesat. Dalam
Lebih terperinciC. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian yang dilakukan, penulis menyusun alur penelitian seperti pada Gambar 3.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010). Metode yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciInisiasi IV ASESMEN PEMBELJARAN SD
Inisiasi IV ASESMEN PEMBELJARAN SD Saudara-saudara mahasiswa PGSD S-1 PJJ, selamat bertemu kembali dalam kegiatan tutorial bersama saya Yuni Pantiwati sebagai tutor mata kuliah Asesmen Pembelajaran SD.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi perubahan dan permasalahan. Salah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kata asesmen berasal dari serapan bahasa Inggris yaitu assessment. Asesmen atau
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asesmen Kinerja Kata asesmen berasal dari serapan bahasa Inggris yaitu assessment. Asesmen atau penilaian merupakan bagian dari kegiatan evaluasi dalam pembelajaran yang
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan khususnya sains (IPA) dan teknologi, di satu sisi memang memberikan banyak manfaat bagi penyediaan beragam kebutuhan manusia.
Lebih terperinci2016 DAMPAK ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran dan penilaian adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, maka penting bagi guru untuk dapat menentukan strategi yang tepat dalam menyampaikan
Lebih terperinciSkripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K
PENAMBAHAN MEDIA BELAJAR PADA KOMPETENSI DASAR KEDUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA N 7 SURAKARTA Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K4303038 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (Skills development), sikap
Lebih terperinciBAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan
BAB.I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis maupun filosofis telah ikut mewarnai dan menjadi landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan
Lebih terperinciAUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR BERBASIS KARAKTER KEPEDULIAN DAN KERJA KERAS
AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR BERBASIS KARAKTER KEPEDULIAN DAN KERJA KERAS Oleh Supartinah, M.Hum. supartinah@uny.ac.id Pendahuluan Berdasarkan Permendikbud Nomor 66 Tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,
Lebih terperinciProfesionalisme Guru/ Dosen Sains KEMAMPUAN GURU IPA DALAM PENYUSUNAN PENILAIAN AUTENTIK DI SMP NEGERI 1 PECANGAAN JEPARA TAHUN AJARAN 2014/2015
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah suatu lembaga formal yang merupakan tolok ukur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah suatu lembaga formal yang merupakan tolok ukur keberhasilan suatu pendidikan. Pendidikan adalah suatu pembimbingan yang dilakukan orang dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada.
BAB I PENDAHULUAN Bab satu ini membahas tentang latar belakang permasalahan mengenai assesment afektif yang merupakan penilaian pada jenjang pendidikan selain penilaian kognitif dan psikomotor. Pada sub
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya. Jadi bukan ditentukan oleh canggihnya peralatan atau megahnya gedung, juga tidak tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan zaman yang berorientasi pada pembangunan manusia menjadi suatu perubahan yang diharapkan mampu menjawab tantangan masa kini. Manusia dituntut
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini, maka penjelasan dari masing-masing definisi
28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, maka penjelasan dari masing-masing definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizma Yuansih, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian atau asesmen memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembelajaran karena asesmen memiliki fungsi yang strategis dalam pembelajaran. Fungsi asesmen sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu Negara terbesar didunia yang termasuk kategori Negara berkembang yang saat ini menempatkan pendidikan sebagai fondasi dan atau penunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari Bandung yang terletak di jalan Palasari No. 46 Bandung, Jawa Barat. Sekolah yang berdiri di bawah naungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat penting. Dikatakan demikian karena penilaian dalam pembelajaran memilki fungsi yang strategis.
Lebih terperinciIMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
IMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh: ULPIYA SUHAILAH K4306040 FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciPROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA
PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA Sri Jumini )1 1) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sains AlQuran Wonosobo umyfadhil@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (Sains) merupakan salah satu konsep yang ditawarkan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA (Sains) merupakan salah satu konsep yang ditawarkan di Sekolah Dasar yang memiliki peran penting dalam pembentukan kepribadian intelektual anak. Umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak untuk meningkatkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak untuk meningkatkan sumber daya manusia, oleh karena itu pembangunan bidang pendidikan sangat penting. Menurut UU No.20 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tahap pengembangan dan validasi produk awal dilakukan di Universitas Sebelas Maret. Tahap uji coba terbatas dan lapangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari berbagai penafsiran yang keliru terhadap definisi yang
23 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari berbagai penafsiran yang keliru terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka operasional dari masing-masing variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 31 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di beberapa lokasi di Kota Bandung. Pemilihan lokasi berdasarkan pada tempat pelaksanaan pendampingan pengembangan
Lebih terperinciKeterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan
Lebih terperinci