IMPLIKASI HUKUM BAGI PEJABAT PUBLIK YANG MELAKUKAN MALADMINISTRASI*
|
|
- Harjanti Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IMPLIKASI HUKUM BAGI PEJABAT PUBLIK YANG MELAKUKAN MALADMINISTRASI* Anna Erliyana** ABSTRACT "Bureaucratic" has become a synonym for inflexible, unresponsive and interfering: the "bureaucrat" is portrayed as a person whose dull working life is spent pushing paper which results only in confusion, circum location and unnecessary red-tape. Bureaucracy, as it rolls off the tongue, is redolent with negative connotations. It is a term of opprobrium. But today in Australia bureaucracy has for many become a synonym for public service ineptitude. ( DPMC. GOV.A U/DOCS/ SHERGOLD1306.CFM-JUNE ). Indonesia has not got PUBLIC SERVICE Act but Bill (Rancangan UU) of Public Service is now discussed Indonesian public service Bill is designed to make bureaucracy more transparent. Public servants work in a condition in which their decisions are subject to judicial review, and in which there is increased access to official information. It is made to transform the way in which bureaucracy works and significantly increase its productivity. This paper is an input to the Bill. Keywords: Bureaucracy; Bureaucrat; Red-Tape; Public Service; Public Servants; Bill of Public Service; Transparent; Productivity. Pendahuluan tuntutan-tuntuntan masyarakat Dewasa ini sistem Hukum terhadap perubahan peran dan Administrasi Negara menghadapi fungsinya. Oleh karena itu kebutuhan yang makin rumit dan administrasi negara di samping makin berkembang dibanding dua- tetap mempertahankan peran dan tiga dasawarsa yang lalu. Antara fungsinya, mautidakmau institusi lain karena begitu pesatnya ini harus mengembangkan * Makalah disampaikan pada Seminar RUU Pelayanan Publik, Jakarta 3 Juni 2003, diselenggarakan oleh Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara RI. *" Pengajar Tetap Fakultas Hukum UI, dan Pengajar Luar Biasa pada Fakultas Hukum Universitas Pancasila, Pelita Harapan, Tarumanegara dan Nasional. Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. Ill, No. I, Juli
2 akuntabilitas dan meningkatkan kualitasnya.' Sistem Hukum Administrasi Negara harus menciptakan Administrasi Negara yang kuat dengan meningkatkan kualitas pembuatan keputusan. Hal ini dapat dilakukan bila pejabatnya peduli dengan hukum dan memperhatikan akuntabilitas dalam proses pembuatan keputusan. 2 Hukum Administrasi Negara mengatur hubungan hukum antara warga negara dengan pemerintah Konsumennya amat beragam, oleh karena itu sistem Hukum Administrasi Negara harus bisa diterima, baik oleh kalangan pemerintah sendiri maupun non pemerintah dengan fair, open, effective 3 Nilai-nilai yang mendasardari Hukum Administrasi Negara meliputi: lawfulness, fairness, rationality, openess, efficiency. Sejumlah nilai tsb harus tercermin 1 http-,//l aw.gov.au/aghome/other/arc/ arcnew/robertson.html page 2 of 21, diakses 12/8/00) 2 Ibid., page 12 of Ibid., page 13 of 21. manakala pemerintah memilih program yang hendak mereka sampaikan kepada warganya dalam bentuk pembuatan keputusan atau pelayanan publik. 4 Hukum Administrasi Negara Hukum Administrasi Negara memusatkan perhatiannya terutama pada keputusan-keputusan yang dibuat oleh aparatur dan lembaga pemerintah dengan maksud antara lain untuk: 5 1. Memastikan bahwa pemerintah dalam membuat keputusan berdasarkan kejujuran/keadilan (fair), transparan dan hukum. 2. Memastikan bahwa para pembuat keputusan adalah pejabat yang "accountable". 3. Memastikan bahwa para pembuat keputusan tidak bertindak sewenang-wenang (arbitrary). 4. Melindungi hak dan kepentingan warga masyarakat yang 4 Ibid., page 18 of Jane Mathews. Key aspects of the Australian System of Administrative Review, paper in Australia - Indonesia Administrative Review seminar, Jakarta 4 th-6 th April 1995, organized by the Law Faculty of The ANU, The UI, The University of Melbourne, page 1. 2 Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. Ill, No.l, Juli 200
3 terkena akibat dari terbitnya keputusan pemerintah Beberapa Pengertian Accountable, accountability Definisi di dalam kamus, mengartikan accountable sebagai subjek yang hams bertanggung jawab; dapat menjelaskan. Dan accountability diartikan dengan kualitas negara dalam hal akuntabilitas, kewajiban, atau tanggungjawab. Berbagai definisi formal tsb tidak pernah menyebut tentang penghukuman. 6 Dalam kerangka penghukuman maka hendaknya pemahaman terhadap accountability di dalamnya juga termasuk pertanggunggugatan. Pemerintah memiliki tanggung jawab yang jelas, dan warga masyarakat mengharapkan lembaga tersebut melaksanakannya dengan baik. Kita peduli pada berbagai tanggung jawab, kewajiban dan tugas lembaga publik dan aparatur pemerintah. Kita peduli bagaimana lembaga dan aparatur tersebut melaksanakan seluruh tanggung 6 Robert D Behn, Rethinking Democratic Accountability, (Washington: The brooking Institution, 2001), page 4. jawab, kewajiban dan tugastugasnya. Demikian rumitnya lingkungan akuntabilitas. Ketika kita membicarakan seseorang yang menyandangnya, kita selalu akan menghubungkannya dengan pengertian-pengertian: accountability for finances, accountability for fairness, accountability for performance. 1 Accountability for Finance The words "accountability", 'account', and "accounting" all have the same root They go back through Old English and Old French to Latin - to computare, which also the root of the verb "to compute", which meant to count, reckon, consider. 8 Jadi tidak mengherankan kalau akuntabilitas difokuskan pada masalah pertanggungjawaban keuangan - bagaimana pembukuannya dilakukan, dan bagaimana uang dimanfaatkan. Karena kontrol segi keuangan merupakan salah satu alat kontrol lembaga legislatif terhadap administrasi. 7 Ibid., page 6. 8 Ibid., page 7. Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. Ill, No.l, Juli
4 Anna : ImpUkasi Hukum Bagi Pejabat Yang Melakukan Maladministrasi Accountability for fairness 9 Kita tidak hanya menginginkan organisasi pemerintahan dapat menangani akuntabilitas keuangan dengan layak. Kita juga ingin mereka memiliki akuntabilitas di bidang lain sesuai dengan normanoma pemerintahan yang demokratis - khususnya fairness. Kita ingin bahwa pemerintah bisa /a/> terhadap pegawainya dan juga terhadap kontraktor. Kita ingin pemerintah bertindak /a/r terhadap seluruh pelanggannya dalam berbagai program. Kita ingin pemerintah fair menyediakan pelayanan kepada masyarakat, misalnya dalam hal pemungutan pajak; dalam hal memberikan perlindungan hukum terhadap wargayang menjadi korban. Agar pemerintah dan aparaturnya peduli pada standar etik yang bersandar pada normanorma demokratis, maka dibuat aturan hukum untuk dapat mengoperasionalisasi normanorma tsb, yaitu dalam bentuk fairness dan equity dalam setiap proses dan prosedur. Proses pembentukan accountability for fairness dan accountability for finance sama saja tahapannya: 1. Memutuskan nilai-nilai apa saja yang hendak dicapai oleh pemerintah. 2. Merancang peraturan, prosedur dan standar yang harus dilakukan dan harus dilarang. 3. Pimpinan organisasi menyimpan seluruh catatan tentang apa saja yang telah dilakukan. 4. Audit terhadap catatan-catatan tersebut apakah organisasi beserta pimpinannya mengikuti peraturan, prosedur dan standar yang telah ditetapkan. Kalau tidak mengikuti, maka mereka dihukum. Accountability for Performance 10 Kita peduli pada tindakan pemerintah. Apakah kebijakan, program dan kegiatan yang dihasilkannya sesuai dengan perencanaan? Berapa banyak anak usia sekolah yang dapat menikmati pendidikan dasar? Berapa banyak sungai yang telah dibersihkan dibanding 10 tahun yang lalu? Berapa banyak jumlah anak-anak yang sehat tahun ini dibanding tahun lalu. Bagaimana keamanan pejalan kaki di jalan yang memang l> Ibid., page Ibid., page Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. Ill, No. I, Juli 200
5 Anna : Implikasi Hukum Bagi Pejabat Yang Melakiikan Maladministrasi diperuntukkan baginya. Jawabanjawabannya akan mencerminkan akuntabilitas tampilan pemerintah. Mengapa kita selalu khawatir tentang akuntabilitas pemerintah? Karena kita takut bahwa aparatur pemerintah (baik yang dipilih dalam jabatannya maupun yang ditunjuk)kelak menyalahgunakan wewenangnya. Mereka memiliki kewenangan yang besar. Mereka dapat saja mengadakan kontrak dalam jumlah besar dengan seseorang bukan dengan banyak orang sebagaimana seharusnya seperti yang diatur dalam peraturan. Memutuskan sejumlah bantuan/pinjaman bagi seseorang, bukan kepada banyak orang. Mereka melaksanakan banyak kewenangan diskresi." Pelaksanaan kewenangan diskresi perlu dicermati agar jangan sampai meluncur pada penyalahgunaan wewenang. Accountability adalah kewajiban yang berkaitan dengan investasi kewenangan atau tugastugas publik oleh aparatur pemerintah. Terutama kewajiban untuk menjelaskan dan memberi alasan tentang keputusan atau 11 Ibid., page 9. kegiatan yang dilakukan. Kita dapat menarik garis hubungan antara akuntabilitas dan demokrasi. Akuntabilitas di dalam negara yang demokratis bersandar pada prinsip rule of law, tugas-tugas yang dilaksanakan pemerintah dapat di kontrol oleh lembaga di luar pemerintahan. Lembaga tsb antara lain adalah lembaga legislative (Dewan Perwakilan Rakyat), yudikatif (badan-badan peradilan), atau lembaga independen lainnya. 12 Accountability cenderung memastikan bahwa tindakan pemerintah berdasarkan pada hukum yang mengandung pertimbangan rasional, ekonomis, efisien dan adil. Pada saat tindakan aparatur pemerintah menimbulkan akibat terhadap hak dan kepentingan individu, akuntabilitas juga mensyaratkan bahwa pemerintah harus melakukan pemulihan yang tepat terhadap korban tindakan illegal atau maladministrasi Maladministration Hukum tidak memberikan definisi tentang terminology ini. Secara 12 Collin Turpin, British Government and the Constitution, 3 ed. (London: Butterworths, 1995) page 69 Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. Ill, No.l, Juli
6 umum dipahami sebagai kegagalan aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas-tugasnya, atau sesuatu pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan tetapi tidak dilakukan. 13 Maladministrasi meliputi perilaku aparatur pemerintah yang mencerminkan: bias, lalai/alpa, tidak memperhatikan, lambat/ menunda, tidak berwenang, tindakan yang bodoh/tidak layak, sesat, keji, sewenang-wenang dalam melaksanakan tugasnya melayani masyarakat (publicservice) l4 Beberapa penyebab terjadinya maladministrasi: 1. Kegagalan: a. mengikuti policy/ prosedur; b. menyediakan informasi; c. membuat kompilasi dan memelihara catatan/arsip; d. memutus dengan cara yang benar; 13 Caring Matters - Whats is meant by inaladmi]iisu'ation'?,hup: pipex.com/malad.shtml diakses 13/11/ O. Hood Phillips and Jackson, Constitutional and Adm Law, 8 ed.(london: Sweet and Maxwell ltd, 2001) page 757, e. investigasi mempertimbangkan tindakan yang mungkin dapat dilakukan. 2. Kekeliruan a. Bertindak; b. Informasi; c. pernyataan 3. Lambat bertindak 4. Ingkarjanji 5. Memperlakukan warga dengan tidak jujur/ tidak adil 6. Antar Departemen/Korporasi terjadi kendala dalam menentukan penghubung yang layak. Remedies against public authorities Akuntabilitas hukum bagi keputusan yang terbit berdasarkan kewenangan publik tergantung pada tersedia/ tidaknya hak untuk menggugat ke peradilan administrasi atau mengajukan judicial review. Banyak keputusan administrasi bukan merupakan objekgugatan yang dapat diajukan ke peradilan administrasi dan judicial review, karena penyelesaiannya memerlukan peradilan khusus seperti masalah di bidang imigrasi dan pajak.' 5 15 Loc.cit., page Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. Ill, No.l, Juli 2003
7 Pertanggungjawaban pemerintah dalam hukum, tidak hanya dapat dimintakan oleh lembaga perwakilan, kelompok, tetapi juga dapat dilakukan oleh individu. Inilah mekanisme dan proses pemulihan hak-hak individu yang menjadi korban maladministrasi atau ketidak adilan.' 6 7. Judicial Review Dasar-dasar untuk mengajukan review n Illegality, irrationality, procedural impropriety Illegality: Apa saja tindakan pemerintah yang dapat masuk dalam kategori illegality! Secara umum, yang dapat dimasukkan dalam kategori ini adalah tindakan aparatur pemerintah yang merupakan konsekwensi dari kesalahan menafsirkan atau memahami peraturan hukum sebagaimana yang dikehendaki oleh legislatif selaku pembuat peraturan. Konsekwensi tsb dapat berupa tindakan atau pengambilan keputusan yang buruk dan melebihi wewenang yang diberikan kepadanya berdasarkan peraturan 16 loc.cit., page loc.cit. page 479. perundang-undangan. Di samping itu, dapat juga dimasukkan dalam klasifikasi illegality adalah pertimbangan hukum yang tidak masuk akal, penggunaan kewenangan diskresi dengan maksud-maksud yang tidak layak. 1S Irrationality; Tindakan yang dapat dimasukan dalam pengertian irrationality adalah aparatur pemerintah melaksanakan keputusan di luar jangkauan akal sehatatau standar moral yang dikuti masyarakat umum, sehingga masyarakat memepertanyakan mengapa ia sampai pada keputusan tsb. Iy Pocedural impropriety: Memberikan kesempatan pada perwakilan masyarakat yang akan terkena akibat keputusan pemerintah untuk didengar pendapatnya dalam proses pembuatan keputusan Redress of grievances a. Ombudsman Lembaga ini dapat melakukan investigasi terhadap keluhan/tuntutan 18 Loc.cit page Loc.cit. page Loc.cit., page 491. Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. Ill, No. J, Juli
8 yang disampaikan oleh masyarakat yang mendapat perlakuan tidak adil sebagai konsekwensi dari tindakan aparatur pemerintah yang m e l a k u k a n maladministrasi dalam tugasnya melayani masyarakat. 21 b. Convention of Human Rights. Di Indonesia melalui lembaga Komnas HAM, masyarakat dapat mengajukan keluhan/ tuntutan karena mereka telah menjadi korban kejahatan wewenang aparatur yang berkuasa. Semua prosedur harus mudah diakses, mudah untuk dipahami dan dapat digunakan, cepat, investigasi dilakukan dengan jujur dan penuh tanggunganjawab. Kesimpulan Informasi adalah kunci akuntabilitas penyelengaraan pemerintahan. Akuntabilitas harus 21 Loc.cit., page 528. diberdayakan dengan meningkatkan akses informasi atau open government Prinsip-prinsip untuk meningkatkan efektivitas organisasi pemerintahan Tingkatkan persaingan penyedia jasa Pelayanan 2. Berdayakan warga masyarakat dengan mengikutsertakan mereka untuk mengawasi birokrasi 3. Pengukuran tampilan berfokus pada output, bukan pada input 4. Definisikan kembali klien sebagai pelanggan dengan memperhatikan pilihanpilihan mereka 5. Cegah permasalahan sebelum menjadi darurat, karena pemulihannya memakan biaya lebih mahal 6. Kembangkan dana semaksimal mungkin daripada hanya menyimpannya saja 7. Kembangkan kewenangan desentralisasi dengan manajemen partisipatif 8. Biarkan mekanisme pasar berkembang 22 (Rod Hague & Martin Harrop, Comparative Government and Politics an Introduction, 5 ed. (England: MacMillan, 2001), page Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. Ill, No. I, Juli 2003
9 9. Satukan semua sektor - publik, privat dan swadaya masyarakat dalam memecahkan persoalan komunitas. Untuk mempromosikan "the effective and accountable management of government" setidaknya ada 4 axioma yang bisa dijadikan pola untuk melaksanakan Hukum Administrasi Negara: n 1. Rencana Pemerintah yang akan dilaksanakan harus melalui lembaga legislatif 2. Pimpinan organisasi pemerintah tidak boleh tersangkut perkara hukum dengan demikian dia dapat menjaga hukum. Dia harus berlaku adil terhadap warga maupun anak buahnya sesuai standar acuan yang digariskan oleh lembaga legislatif 3. Akuntabilitas politik untuk penerapan kebijaksanaan dan hukum harus jelas garis kewenangan dari Presiden kepada pimpinan departemen dan dari pimpinan departemen kepada bawahannya. 4. Akuntabilitas publik mensyaratkan bahwa fungsifungsi pemerintahan dilakukan 23 Robert D Behn, Loc. Cit page 35. oleh aparatur pemerintah dengan garis subordinat. DAFTAR PUSTAKA Behn, Robert D. Rethinking Democratic Accountability. Washington: The Brooking Institutions, Hague, Rod and Martin Harrop. Comparative Government and Politics an Introduction. 5 ed. England: MacMillan, 2001 h t t p : / / malad.shtml. Diakses 13/11/02. other/are/aernew/ Robertson.html.Diakses 12/8/00. Mathews, Jane. Key Aspects of the Australian System of Administrative Review. Paper in Australian - Indonesia Administrative Review Seminar. Jakarta, 4 lh -6 lh April Organized by The Law Faculty of the ANU, The UI, The University of Melbourne. Phillips, O.Hood and Jackson. Constitutional and Administrative Law.S ed. London: Sweet and Maxwell Ltd.: Turpin, Collin. British Government and The Constitutions. 3ed. London: Butterworths: Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. Ill, No.l, Juli
Ombudsman dalam Perspektif Hukum Tata Negara: Beberapa Catatan 1. Satya Arinanto 2
Ombudsman dalam Perspektif Hukum Tata Negara: Beberapa Catatan 1 Satya Arinanto 2 Good governance telah menjadi salah satu isu penting di dunia dewasa ini. 3 Menurut Transparency International, suatu lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwarnai dengan praktek maladministrasi, antara lain terjadinya korupsi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum era reformasi, penyelenggaraan negara dan pemerintahan diwarnai dengan praktek maladministrasi, antara lain terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia. Hal ini membuat masyarakat sebagai pengakses maupun pengguna layanan publik semakin
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG UNDANG RANCANGAN UNDANG UNDANG
RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT RANCANGAN UNDANG UNDANG NOMOR TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan
Lebih terperinciORGANISASI BISNIS & ORGANISASI PUBLIK IKA RUHANA
ORGANISASI BISNIS & ORGANISASI PUBLIK IKA RUHANA ORGANISASI PUBLIK DAN BISNIS mengapa harus dibedakan? Gunanya untuk menghindari kekeliruan dalam mengkonstruksi pemikiran / analisis. Pencampuran antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional dalam manajemen publik, (Pollitt dalam Speklé dan Verbeeten,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari dua dekade, pengukuran kinerja menjadi sorotan secara internasional dalam manajemen publik, (Pollitt dalam Speklé dan Verbeeten, 2014). Manajemen
Lebih terperinciDemokrasi: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Antara Teori dan Pelaksanaanya di Indonesia. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI
Modul ke: 05 Fakultas PSIKOLOGI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Demokrasi: Antara Teori dan Pelaksanaanya di Indonesia Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengantar: Arti, Makna,
Lebih terperinciAKUNTANSI PEMERINTAHAN. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, M.AB
AKUNTANSI PEMERINTAHAN Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, M.AB Penjelasan Akuntansi pemerintah memiliki kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain pemerintah yang memiliki wilayah lebih
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
LAMPIRAN II: Draft VIII Tgl.17-02-2005 Tgl.25-1-2005 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM DAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK 1
--------- MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PENEGAKAN HUKUM DAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK 1 Oleh: Moh. Mahfud MD 2 Hukum dan Pemerintahan dalam Kehidupan Bernegara Di era modern, negara sebagai
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KONSEP GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA
IMPLEMENTASI KONSEP GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA Oleh: Henry Arianto Dosen FH - UIEU henry_arianto_77@yahoo.com ABSTRAK Good governance dapat dikatakan bermula dari adanya rasa ketakutan sebagian masyarakat
Lebih terperinciPERANAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PENYELENGGARAANPELAYANAN TERPADU SATU PINTU
PERANAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PENYELENGGARAANPELAYANAN TERPADU SATU PINTU Oleh : Putu Ayu Mitha Ananda Putri I Gede Yusa Dosen Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciUniversitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua profesi yang ada agar tidak melakukan tindakan yang menyimpang hukum. Etika merupakan nilai-nilai hidup dan normanorma serta hukum yang mengatur perilaku
Lebih terperinciMAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL. Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si
INTERMEDIATE HUMAN RIGHTS TRAINING BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Hotel Novotel Balikpapan, 6-8 November 2012 MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si
Lebih terperinciKompetensi. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. hukum dengan HTSdP.
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Andhika Danesjvara & Nur Widyastanti Kompetensi 1. Mampu menjelaskan pengertian tentang Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. 2. Mampu
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014
ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT
Lebih terperinciKEBIJAKAN FORMULASI FUNGSI KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA MENURUT UNDANG UNDANG NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK
KEBIJAKAN FORMULASI FUNGSI KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA MENURUT UNDANG UNDANG NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Ni Luh Khrisna Shanti Kusuma Devi I Ketut Rai Setiabudi I Made Tjatrayasa
Lebih terperinciKEDUDUKAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA SEBAGAI LEMBAGA NEGARA INDEPENDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
KEDUDUKAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA SEBAGAI LEMBAGA NEGARA INDEPENDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA Oleh: Luh Gede Mega Karisma I Gde Putra Ariana Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam
Lebih terperinciTATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto
TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Hendra Wijayanto PERTANYAAN Apa yang dimaksud government? Apa yang dimaksud governance? SEJARAH IDE GOVERNANCE Tahap 1 Transformasi government sepanjang
Lebih terperinciKEDUDUKAN UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DALAM MENDORONG PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI
KEDUDUKAN UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DALAM MENDORONG PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI POKOK-POKOK BAHASAN 2 1 REFORMASI BIROKRASI 2 KEDUDUKAN UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN 3 GAGASAN PENTING UU ADMINISTRASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
Lebih terperinciSISTEM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK YANG OPTIMAL DALAM BIROKRASI PERIZINAN
SISTEM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK YANG OPTIMAL DALAM BIROKRASI PERIZINAN Oleh: Nyoman Putri Purnama Santhi Ni Made Ari Yuliartini Griadhi Bagian Hukum Pemerintahan,
Lebih terperinciAPA ITU DAERAH OTONOM?
APA OTONOMI DAERAH? OTONOMI DAERAH ADALAH HAK DAN KEWAJIBAN DAERAH OTONOM UNTUK MENGATUR DAN MENGURUS SENDIRI URUSAN PEMERINTAHAN DAN KEPENTINGAN MASYARAKATNYA SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SUMENEP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI SUMENEP
Lebih terperinciBAB II HAK KONSTITUSIONAL WARGA NEGARA. konstitusi negara adalah pengaturan terkait Hak Asasi Manusia (human right). Negara
BAB II HAK KONSTITUSIONAL WARGA NEGARA D. Hak Konstitusional Warga Negara Dalam mencapai cita-cita bernegara salah satu substansi yang dimuat dalam konstitusi negara adalah pengaturan terkait Hak Asasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan informasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatkan peranan publik ataupun pembangunan, dapat dikembangkan melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita yang kompleks namun
Lebih terperinciPARTISIPASI PUBLIK DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK
PARTISIPASI PUBLIK DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK Oleh Dr. H. Mahi M. Hikmat,M.Si. mmhikmat@yahoo.co.id Perpektif Kebijakan Kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai
Lebih terperinciPengujian Peraturan Perundang-undangan. Herlambang P. Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 30 Oktober 2017
Pengujian Peraturan Perundang-undangan Herlambang P. Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 30 Oktober 2017 Materi Dasar Hukum Pengujian PUU Pengujian UU di Mahkamah Konstitusi Pengujian PUU di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja instansi pemerintah kini menjadi sorotan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Masyarakat sering
Lebih terperinciPADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI TANGGAL, 9 SEPTEMBER 2008
LAPORAN KOMISI III DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/ PENGAMBILAN KEPUTUSAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI TANGGAL,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat terpisahkan dari dunia bisnis di Indonesia. Terkait dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini sudah harus dapat diterima bahwa globalisasi telah masuk dalam dunia bisnis di Indonesia. Globalisasi sudah tidak dapat ditolak lagi namun saat ini harus dapat
Lebih terperinciGOOD GOVERNANCE & TRANSPARANSI
GOOD GOVERNANCE & TRANSPARANSI Ari Wibowo, M.Pd LATAR BELAKANG Reformasi 1998 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Perkembangan teknologi Informasi dan Komunikasi PRINSIP GOOD GOVERNANCE Partisipasi Masyarakat
Lebih terperinciKEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI PADA SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH
KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI PADA SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH ABSTRACT: Oleh : Putu Tantry Octaviani I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciMAKALAH KEKUASAAN KEHAKIMAN & PEMBERANTASAN KORUPSI
TRAINING PENGARUSUTAMAAN PENDEKATAN HAK ASASI MANUSIA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA BAGI HAKIM SELURUH INDONESIA Santika Premiere Jogja, 18 21 November 2013 MAKALAH KEKUASAAN KEHAKIMAN & PEMBERANTASAN
Lebih terperinciLina Miftahul Jannah.
Lina Miftahul Jannah miftahul@ui.ac.id http://linamjannah.wordpress.com Sub Pokok Bahasan Administrasi Kepegawaian Negara Kegiatan penyelenggaraan negara Pegawai dalam kegiatan penyelenggaraan negara Administrasi
Lebih terperinciMAKALAH PEMBICARA. The Rule of Law dan Hak Asasi Manusia. Oleh: Ifdhal Kasim
TRAINING TINGKAT LANJUT RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Jakarta, 3-6 Juni 2015 MAKALAH PEMBICARA The Rule of Law dan Hak Asasi Manusia Oleh: Ifdhal Kasim Ifdhal Kasim HAM menjadi
Lebih terperinciEKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF
EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA - B Adriana Grahani Firdausy, S.H., M.H. BADAN EKSEKUTIF PENGERTIAN Badan pelaksana UU yang dibuat oleh badan legislatif bersama dengan Pemerintah
Lebih terperinciModul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK
Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF Demokrasi: Antara Teori dan Pelaksanaannya Di Indonesia Modul ini akan mempelajari pengertian, manfaat dan jenis-jenis demokrasi. selanjutnya diharapkan diperoleh
Lebih terperinciPendidikan Kewarganegaraan
Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Arti, Makna, Manfaat Demokrasi Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat Arti, Makna dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Pastinya kemajuan teknologi dan informasi menuntut birokrasi untuk beradaptasi dalam menghadapi dunia global
Lebih terperinciFREIES ERMESSEN DALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN. Oleh :
41 FREIES ERMESSEN DALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN Oleh : Gusti Ayu Ratih Damayanti, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Al-Azhar Mataram Abstract In principle, there were two forms of
Lebih terperinciBABl PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001
BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001 menuntut sebuah birokrasi yang kompeten dan profesional. Birokrasi yang kompeten dan profesional
Lebih terperinciPENGATURAN HAK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM
PENGATURAN HAK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM Oleh : Komang Agung Cri Brahmanda Ida Bagus Putra Atmadja, Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN
PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN Oleh : I Gusti Ngurah Ketut Triadi Yuliardana I Made Walesa Putra Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi. Seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan melakukan
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK
Bagian Organisasi - 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan pelayanan pemerintahan yang baik kepada masyarakat atau publik sebagai bagian dari hak masyarakat
Lebih terperinciJURNAL PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP KEWAJIBAN PERUSAHAAN UNTUK MENGIKUTSERTAKAN PEKERJA DALAM PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA
JURNAL PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP KEWAJIBAN PERUSAHAAN UNTUK MENGIKUTSERTAKAN PEKERJA DALAM PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA (Studi di Dinas Tenaga Kerja Kota Probolinggo) ARTIKEL ILMIAH Untuk Memenuhi
Lebih terperinciMODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE
MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE 2014-2019 Tesis Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan fungsinya. Menurut World Bank, Good Governance adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Good Governance muncul sebagai kritikan atas dominasi lembaga pemerintah dalam menjalankan fungsinya. Menurut World Bank, Good Governance adalah suatu penyelenggaraan
Lebih terperinciISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur PEMERINTAH ADALAH PELAYAN MASYARAKAT SETUJUKAH ANDA?? Kantor Pemerintah Kantor Pemerintah
Lebih terperinciPROBLEMATIKA CALON INDEPENDEN DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH Oleh : Ni Putu Eka Martini AR Ibrahim R. Program Kekhususan : Hukum Pemerintahan,
1 PROBLEMATIKA CALON INDEPENDEN DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH Oleh : Ni Putu Eka Martini AR Ibrahim R. Program Kekhususan : Hukum Pemerintahan, Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak : Dalam makalah
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada
Lebih terperinciPanduan diskusi kelompok
Panduan diskusi kelompok Mahasiswa duduk perkelompok (5 orang perkelompok) Mahasiswa mengambil dan membaca (DUA KASUS) yang akan di angkat sebagai bahan diskusi. Mahasiswa mendiskusikan dan menganalisis
Lebih terperinciRe R f e ormasi s Ad A m d inistras a i s Publ b i l k Dwi Harsono
Reformasi Administrasi Publik Dwi Harsono Pengertian Terminologi - reformasi: perubahan, perbaikan penyempurnaan - administrasi: organisasi dan manajemen pemerintahan negara Usaha sadar dan terencana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi membawa konsekuensi terhadap makin besarnya
Lebih terperinciMAKALAH. Pelayanan Publik Kepolisian yang Diharapkan Masyarakat dan Konstitusi. Oleh: Nur Ismanto
SEMINAR DAN WORKSHOP HASIL RISET Perlindungan Polisi Terhadap Kaum Minoritas dan Pelayanan Publik Di Wilayah Polda DIY Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 23-24 Juli 2013 MAKALAH Pelayanan Publik Kepolisian
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 24 TAHUN 2014
SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciKEWENANGAN DISKRESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENENTUKAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA
JURNAL SKRIPSI KEWENANGAN DISKRESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENENTUKAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA Diajukan oleh : FX YOGA NUGRAHANTO N P M : 090510113 Program Studi : Ilmu Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum untuk selanjutnya disebut Pemilu yang diselenggarakan secara langsung merupakan perwujudan kedaulatan rakyat. Pengakuan tentang kedaulatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Organisasi sektor publik merupakan bagian dari sistem perekonomian negara
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi sektor publik merupakan bagian dari sistem perekonomian negara yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Institusi pemerintahan, rumah
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2009 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciJurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengantar Ilmu Politik
Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik Kode Mata Kuliah : FSP-616101 Jumlah Satuan Kredit Semester : 3 sks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah penelitian yang menjelaskan fenomena, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peneliti harapkan dengan dilakukannya penelitian ini. Bab ini juga menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas permasalahan yang melatarbelakangi penelitian, pertanyaan penelitian yang diajukan, motivasi peneliti dan kontribusi yang peneliti harapkan dengan dilakukannya penelitian
Lebih terperinci: BRIGGIE PETRONELLA ANGRAINIE
NAMA NIM FAKULTAS PRODI/BAGIAN E-MAIL : BRIGGIE PETRONELLA ANGRAINIE : A31104018 : EKONOMI DAN BISNIS : AKUNTANSI : g.4bjad@gmail.com ABSTRAKSI BRIGGIE PETRONELLA ANGRAINIE. A31104018. PENGARUH PERFORMANCE
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi
Lebih terperinciADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN PENGUJIAN DALAM PENGUNAAN... KEWENANGAN PEMERINTAHAN
RINGKASAN PENGUJIAN DALAM PENGGUNAAN KEWENANGAN PEMERINTAHAN Dalam disertasi ini isu hukum yang dikaji (1) filosofi pengujian dalam penggunaan kewenangan pemerintahan, (2) prinsip -prinsip hukum sebagai
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan
Lebih terperinciBERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59,2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN
Lebih terperinciRINGKASAN UU 25/2009 tentang PELAYANAN PUBLIK
BAB 1: KETENTUAN UMUM 1 RINGKASAN UU 25/2009 tentang PELAYANAN PUBLIK Pasal 1 : Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS. penyelenggaran negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan
A. Pengertian Ombudsman BAB III TINJAUAN TEORITIS Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggaran negara dan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PEMANDANGAN UMUM PEMERINTAH TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEBEBASAN MEMPEROLEH INFORMASI PUBLIK
DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PEMANDANGAN UMUM PEMERINTAH TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEBEBASAN MEMPEROLEH INFORMASI PUBLIK Hadirin yang kami hormati. Assalammualaikum Warrahmatullahi
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan,
Lebih terperinciproses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak
Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-Undang (UU) maupun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam reformasi yang terjadi di Indonesia menghasilkan sebuah kebijakan otonomi daerah yang dikeluarkan melalui ketetapan MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan
Lebih terperinciBEBERAPA MODEL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI
BEBERAPA MODEL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI Supriyadi Widodo Eddyono 1 1 Tulisan ini digunakan untuk bahan pengantar diskusi FGD III perlindungan saksi dan Korban yang diinisiasi oleh ICW-KOMMNAS PEREMPUAN-ELSAM
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara berkewajiban melayani setiap warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, dengan adanya perubahan yang begitu cepat, suatu organisasi atau lembaga institusi dituntut untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENGAWASAN FUNGSIONAL MENUJU OPTIMALISASI KINERJA INSPEKTORAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
PELAKSANAAN PENGAWASAN FUNGSIONAL MENUJU OPTIMALISASI KINERJA INSPEKTORAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Matius Ngadi Oli Mahasiswa Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Hukum Universitas Nusa Cendana,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelayanan kepada masyarakat
Lebih terperinciHubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: Urgensi Akuntabilitas Laporan Keuangan
Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: Urgensi Akuntabilitas Laporan Keuangan Oleh: Marratu Fahri Abstract Mariana and Paskarina (2008), mention that democratic accountability assumes that
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SUMBER PAJAK-PAJAK DAERAH
Pengembangan Sumber Pajak-Pajak Daerah 173 PENGEMBANGAN SUMBER PAJAK-PAJAK DAERAH Anna Erliyana The birth of Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah (Local Autonomy) and Undang-Undang No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan bangsa berpendapatan menengah dan memiliki tingkat pendidikan semakin tinggi, mempunyai kehidupan politik yang semakin demokratis, serta rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peraturan baru di bidang pengelolaan keuangan Negara dan searah, diantaranya
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Reformasi pengelolaan keuangan daerah ditandai dengan terbitnya berbagai peraturan baru di bidang pengelolaan keuangan Negara dan searah, diantaranya adalah; Peraturan
Lebih terperinciGood Governance dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol.5, Desember 2012, 12-16 12 Good Governance dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Desi Handayani Program Studi Akuntansi - Politeknik Caltex Riau desi@pcr.ac.id
Lebih terperinciOtoritas Jasa Keuangan
1. Secara historis, ide untuk membentuk lembaga khusus untuk melakukan pengawasan perbankan telah dimunculkan semenjak diundangkannya UU No.23/1999 tentang Bank Indonesia. Dalam UU tersebut dijelaskan
Lebih terperinciPengujian Peraturan. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Pengujian Peraturan R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Pokok Bahasan Dasar Hukum Pengujian Peraturan Memahami pengujian peraturan di Mahkamah
Lebih terperinciPasal 4. (1) Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan ketentuan Undang Undang ini.
CAPAIAN POSITIP DALAM UU KIP PELEMBAGAAN /PENGAKUAN Pasal 4 Kecuali ayat (3) yang masih mensyaratkan permintaan HAK PUBLIK ATAS INFORMASI (1) Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan
Lebih terperinciMenggagas Constitutional Question Di Indonesia Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)
Menggagas Constitutional Question Di Indonesia Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Pengertian Constitutional Question Constitutional Question adalah mekanisme review
Lebih terperinciBAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN
BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Hak asasi merupakan hak yang bersifat dasar dan pokok. Pemenuhan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara
Lebih terperinciKEDUDUKAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS PERSAINGAN USAHA YANG INDEPENDEN
KEDUDUKAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS PERSAINGAN USAHA YANG INDEPENDEN Oleh: Dewa Ayu Reninda Suryanitya Ni Ketut Sri Utari Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai good governance
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Good governance merupakan paradigma baru dalam tatanan pengelolaan pemerintahan. Banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai good governance tidak menyurut kemungkinan
Lebih terperinciPengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik
Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik Keuangan desa adalah barang publik (public goods) yang sangat langka dan terbatas, tetapi uang sangat dibutuhkan untuk membiayai banyak
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA
Lebih terperinci