I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
|
|
- Suhendra Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama. Pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2 2 Pasal 4 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, menegaskan bahwa Keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah Keuangan daerah digunakan untuk mendanai kegiatan pemerintahan dan pembangunan daerah serta memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pembangunan diperlukan sumber daya manusia yang memadai, sumber pembiayaan yang memadai, dan dilengkapi dalam kehidupan bernegara yang semakin terbuka. Pemerintah selaku perumus dan pelaksana kebijakan APBN / APBD berkewajiban untuk terbuka dan bertanggung jawab terhadap seluruh hasil pelaksanaan pembangunan. Salah satu bentuk tanggung jawab itu diwujudkan dengan menyediakan informasi keuangan yang komprehensif kepada masyarakat luas, termasuk informasi keuangan daerah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat guna mendorong terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan, serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif. Sistem pengelolaan keuangan yang cepat, tepat dan akurat sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaran pemerintahan di
3 3 daerah seperti hal tersebut diatas. Untuk melaksanakan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban daerah (Peraturan Pemerintah RI Nomor 56 Tahun 2005 : Pasal 1 ayat 15). Dalam penyelenggaraan SIKD yang meliputi penyajian informasi anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan keuangan daerah dihasilkan oleh Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) melalui situs resmi pemerintah daerah dalam rangka mendukung SIKD secara Nasional (PP RI Nomor 56 Tahun 2005 : Pasal 13) SIPKD mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Permendagri Nomor 59 Tahun Sistem ini berbasis pada jaringan komputer, yang mampu menghubungkan dan mampu menangani konsolidasi data antara SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dengan SKPKD (Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah), sehingga data di Pemerintah Daerah dapat terintegrasi dengan baik. Pengembangan SIPKD untuk menyediakan informasi
4 4 anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap penyebarluasan informasi sehingga memudahkan pelaporan dan pengendalian, serta mempermudah mendapatkan informasi. SIPKD merupakan sistem informasi yang didalamnya memuat proses penyusunan APBD sampai ke tahap realisasinya lengkap dengan laporan keuangan beserta pencatatan kode rekeningnya. Proses penyusunan dimulai dari pencatatan satuan kerja yang ada di daerah beserta program dan kegiatannya, program dan kegiatan tersebut nantinya akan dijadikan data awal dalam penyusunan pra rencana kerja dan anggaran bagi setiap SKPD. Data pra rencana kerja ini nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar dalam proses penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) hingga rancangan tersebut disusun menjadi data APBD. Dalam salah satu tugas dan perannya sebagai penyedia informasi keuangan, pemerintah bertugas menyelenggarakan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) guna menjawab kebutuhan informasi keuangan oleh masyarakat publik, sedangkan pemerintah daerah wajib menyampaikan data/informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah kepada Pemerintah yang disebut dengan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). SIPKD yang dikembangkan dengan basis teknologi informasi, didesain sedemikian rupa agar bisa menjadi sarana untuk pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan referensi, serta proses komunikasi data/informasi keuangan daerah antara Departemen Keuangan
5 5 dan Departemen Dalam Negeri dengan pemerintah daerah dan para pemilik atau pengguna informasi keuangan daerah lainnya (PP Nomor 56 Tahun 2005 : penjelasan pasal 4 ayat 2). Dari uraian di atas menunjukkan dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengelolaan data administrasi dan keuangan menjadi informasi, mulai mengalami perubahan. Dari pengelolaan yang rumit menjadi lebih mudah. Kehadiran Teknologi Informasi (TI) dalam dalam beberapa dasawarsa terakhir telah membuktikan bahwa Teknologi Informasi mampu memberikan sesuatu yang awalnya sulit menjadi mudah dikerjakan atau dikelola oleh administrasi, yakni dalam kecepatan dan keakuratannya. Dengan demikian Teknologi Informasi telah diyakini menjadi faktor untuk lebih diperhatikan guna mewujudkan administrasi yang professional (Sedarmayanti, 2012 : 159) Kabupaten Lampung Utara sebagai salah satu pemerintah daerah kabupaten yang ada di Indonesia telah melaksanakan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan pemerintah. Sebelum Tahun 2011, Pengelolaan dan Penatausahaan Keuangan di Kabupaten Lampung Utara masih menggunakan sistem manual konvensional, dimana penginputan data dan prosesnya dilakukan secara manual tanpa menggunakan sistem, yang dipusatkan di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset (BPKA) Kabupaten Lampung Utara (sebelum April 2012, bernama Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Lampung Utara).
6 6 Sejak Tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Lampung Utara mulai melaksanakan pengelolaan dan penatasahaan keuangan di Kabupaten Lampung Utara dengan menggunakan sistem komputerisasi berteknologi, yaitu Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). Hal ini sesuai dengan program pemerintah dalam penerapan e-government, yang mana untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan agar lebih efisien, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan auditabel. Dan mulai Tahun 2012 ini penyelenggaran SIPKD ini online langsung dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dimana BPK dapat langsung mengakses data pengelolaan dan penatausahaan keuangan daerah Kabupaten Lampung Utara secara online (Nota Kesepahaman Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dengan Pemerintah Kabupaten Lampung Utara, 2012). Ini sesuai dengan upaya pemerintah dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yang mana dalam good governance menghendaki adanya akuntabilitas, transparansi, keterbukaan dan rule of law. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data yaitu : data sebelum menggunakan aplikasi SIPKD adalah data Tahun 2006 dan Tahun 2007, dan untuk data setelah menggunakan aplikasi SIPKD adalah data Tahun 2012 dan Tahun 2013 dengan jenis Informasi Keuangan Daerah (IKD) antara lain APBD, APBD Perubahan, Laporan Realisasi APBD Semester, Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas.
7 7 Indikator yang digunakan sebagai tolok ukur perubahan apa yang terjadi sebelum dan sesudah menggunakan aplikasi SIPKD ini adalah Waktu Penyelesaian IKD, Waktu Penyampaian IKD, dan Tingkat Akurasi Data data IKD. Fenomena yang terjadi sebelum dan sesudah menggunakan aplikasi SIPKD adalah dibandingkan Tahun 2006 dan Tahun 2007, pada Tahun 2012 dan Tahun 2013, Waktu Penyelesaian dan Waktu Penyampaian IKD relatif lebih cepat sekitar 1 (satu) - 2 (dua) bulan (lihat Tabel 1.1. sampai dengan Tabel 1.4.). Kemudian untuk Tingkat Akurasi (yang meliputi APBD, APBD Perubahan, Laporan Realisasi APBD Semester, Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas) pada tahun sesudah penggunaan aplikasi SIPKD meningkat 2 (dua) - 10 (sepuluh) persen dibanding sebelum penggunaan aplikasi SIPKD. Penghitungan Tingkat Akurasi data Laporan Realisasi APBD Semester, Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas ini dilihat dari tingkat kesalahan, kesesuaian dan ketepatan data laporan yang disusun. Untuk penghitungan Tingkat Akurasi data APBD dan APBD Perubahan dilihat dari proses penyusunan, perumusan dan pencatatan program kerja, kegiatan satuan kerja dan proses pencatatan kode rekeningnya menjadi Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang merupakan dokumen yang berisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang telah disahkan oleh DPR/DPRD (dalam hal ini DPRD Kabupaten Lampung Utara), dimana
8 8 tingkat kesalahan itu dilihat dari kesesuaian antara data program kerja dan kegiatan serta kode rekening yang disusun dalam APBD dan APBD Perubahan dengan usulan yang diajukan oleh masing - masing SKPD. Kemudian untuk Tingkat Akurasi Laporan Realisasi APBD Semester dan Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas dilihat dari selisih antara nilai anggaran dan nilai realisasi. Dimana pada Tahun 2006 dan 2007 tingkat akurasi Laporan Realisasi APBD Semester dan Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas berkisar 90%, dan mengalami kenaikan pada Tahun 2012 dan Tahun 2013 dengan persentase % setelah menggunakan aplikasi SIPKD. Tingkat Akurasi Laporan Realisasi APBD Semester dan Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas pada Tahun 2006 dan 2007 dinilai cukup rendah karena hanya sekitar 90%, ini berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Namun Laporan Realisasi APBD Semester dan Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Utara berupa Dokumen Laporan Keuangan Daerah sudah dalam posisi nol atau tidak ada selisih lagi (dinolkan/clear) karena telah dilakukan perbaikan setelah melalui proses audit dari BPK. Dan untuk Tahun 2012 dan 2013 Tingkat Akurasi Laporan Realisasi APBD Semester dan Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas cukup tinggi yaitu mencapai nilai % karena dari hasil audit BPK memang kecil sekali nilai selisih antara nilai
9 9 anggaran dengan nilai realisasi, bahkan pada tahun 2013 tidak ditemukan selisih dalam Laporan Realisasi APBD Tahunan dan Laporan Arus Kas. Semua data data IKD tersebut dinyatakan valid atau sah bila telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Lampung Utara yang ditandatangani oleh Bupati Lampung Utara. Dan data data IKD ini bias diakses melalui internet, tetapi masih kalangan terbatas (pihak pihak yang berkompeten saja) karena dalam pengaksesan masih menggunakan password dan menggunakan system jaringan. Berikut dibawah ini data data mengenai proses waktu penyampaian dan tingkat akurasi data Informasi Keuangan Daerah (IKD) sebelum dan sesudah menggunakan SIPKD.
10 10 Tabel 1.1. Tabel Waktu Penyampaian dan Tingkat Akurasi Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) Kabupaten Lampung Utara Tahun 2006 (Sebelum menggunakan aplikasi SIPKD) Tahun Anggaran 2006 Jenis IKD Batas Waktu Penyampaian IKD Waktu Penyelesaian Waktu Penyampaian Tingkat Akurasi APBD APBD Perubahan Laporan Realisasi APBD Semester Laporan Realisasi APBD (Tahunan) Paling lambat 31 Januari Tahun Anggaran bersangkutan(31 Jan 2006) Paling lambat 30 hari setelah ditetapkannya perubahan APBD tahun berjalan (21 Nov 2 06) (Penetapan Tgl 20 Okt 2006) Paling lambat 30 hari setelah berakhirnya semester yang bersangkutan (30 Juli 2006) Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2007) 07 Nov Jan % 15 Nov Nov % 03 Agt Agt % 27 Mei Agt % Laporan Arus Kas Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2007) 27 Mei Agt % Sumber : Bidang Akuntansi dan Bidang Anggaran BPKA Kab. Lampung Utara Tabel 1.2. Jenis IKD Tabel Waktu Penyampaian dan Tingkat Akurasi Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) Kabupaten Lampung Utara Tahun 2007 (Sebelum menggunakan aplikasi SIPKD) Batas Waktu Penyampaian IKD Tahun Anggaran 2007 Waktu Penyelesaian Waktu Penyampaian Tingkat Akurasi APBD APBD Perubahan Laporan Realisasi APBD Semester Laporan Realisasi APBD (Tahunan) Paling lambat 31 Januari Tahun Anggaran bersangkutan (31 Jan 2007) Paling lambat 30 hari setelah ditetapkannya perubahan APBD tahun berjalan (11 Nov 2007) (Penetapan Tgl 12 Okt 2007) Paling lambat 30 hari setelah berakhirnya semester yang bersangkutan (30 Juli 2007) Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2008) 31 Okt Jan % 28 Sept Okt % 29 Juli Agt % 20 Mei Agt % Laporan Arus Kas Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2008) 20 Mei Agt % Sumber : Bidang Akuntansi dan Bidang Anggaran BPKA Kab. Lampung Utara
11 11 Tabel 1.3. Jenis IKD Tabel Waktu Penyampaian dan Tingkat Akurasi Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012 (Setelah menggunakan aplikasi SIPKD) Batas Waktu Penyampaian IKD Tahun Anggaran 2012 Waktu Penyelesaian Waktu Penyampaian Tingkat Akurasi APBD APBD Perubahan Laporan Realisasi APBD Semester Laporan Realisasi APBD (Tahunan) Paling lambat 31 Januari Tahun Anggaran bersangkutan (31 Jan 2012) Paling lambat 30 hari setelah ditetapkannya perubahan APBD tahun berjalan (01 Des 2012) (Penetapan Tgl 01 Nov 2012) Paling lambat 30 hari setelah berakhirnya semester yang bersangkutan (30 Juli 2012) Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2013) 25 Okt Des % 15 Nov Nov % 23 Juli Agt % 20 Apr Juli % Laporan Arus Kas Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2013) 20 Apr Juli % Sumber : Bidang Akuntansi dan Bidang Anggaran BPKA Kab. Lampung Utara Tabel 1.4. Tabel Waktu Penyampaian dan Tingkat Akurasi Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) Kabupaten Lampung Utara Tahun 2013 (Setelah menggunakan aplikasi SIPKD) Tahun Anggaran 2013 Jenis IKD Batas Waktu Penyampaian IKD Waktu Penyelesaian Waktu Penyampaian Tingkat Akurasi APBD APBD Perubahan Laporan Realisasi APBD Semester Paling lambat 31 Januari Tahun Anggaran bersangkutan (31 Jan 2013) Paling lambat 30 hari setelah ditetapkannya perubahan APBD tahun berjalan (05 Okt 2013) (Penetapan Tgl 05 Sept 2013) Paling lambat 30 hari setelah berakhirnya semester yang bersangkutan(30 Juli2013) 24 Agt Des % 18 Agt Sept % 15 Juli Juli % Laporan Realisasi APBD (Tahunan) Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2014) 27 Mar 2013 sedang dalam proses audit BPK 100% Laporan Arus Kas Paling Lambat 31 Agustus Tahun Berikutnya (31 Agt 2014) 27 Mar 2013 sedang dalam proses audit BPK Sumber : Bidang Akuntansi dan Bidang Anggaran BPKA Kab. Lampung Utara 100%
12 12 Dari data data yang tercantum dalam Tabel 1.1., Tabel 1.2. Tabel 1.3. dan Tabel 1.4. dapat dilihat bahwa Data Informasi Keuangan Daerah yang telah menggunakan aplikasi SIPKD memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) yang diolah dengan menggunakan cara cara manual (belum menggunakan aplikasi SIPKD). Begitu juga dengan efisiensi waktu penyelesaian dan waktu penyampaiannya, Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) yang diolah dengan menggunakan aplikasi SIPKD memerlukan waktu yang relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) yang diolah dengan cara cara manual. Data data ini menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi SIPKD pada pengelolaan Data Informasi Keuangan Daerah (IKD) lebih efektif dan efisien dibandingkan cara pengelolaan manual baik dari efisiensi waktu dan tingkat akurasinya. Selama beberapa tahun penggunaan aplikasi SIPKD di BPKA Kabupaten Lampung Utara, belum pernah ada masalah dalam keamanan data ataupun terjadi manipulasi data yang dilakukan oleh pihak pihak yang tidak berkepentingan (hack), hanya gangguan jaringan biasa (error). Dan sejauh ini efek yang muncul dengan penggunaan aplikasi SIPKD hanya pembiayaan yang cukup tinggi. Dan hal ini umum dalam upaya pembukaan jaringan dan persiapannya untuk pertama kali. Dengan perhitungan bahwa untuk kedepan biaya yang dikeluarkan akan lebih kecil karena efektivitas aplikasi SIKPD ini. Mulai dari penghematan Alat Tulis Kantor (ATK) dan jumlah SDM akan lebih sedikit sehingga biaya untuk ATK dan SDM bisa lebih ditekan (dalam proses manual diperlukan lebih
13 13 banyak SDM, karena system penghitungan yang manual lebih memakan banyak waktu, sehingga untuk mengejar waktu penyampaian laporan maka digunakan SDM yang lebih banyak agar lebih cepat selesai). Masalah atau kendala yang dihadapi adalah Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Lampung Utara adalah belum semua Informasi Keuangan Daerah tersebut menggunakan aplikasi SIPKD, ada beberapa jenis Informasi Keuangan Daerah yang dalam pengolahan data nya masih menggunakan cara cara manual, diantaranya : Neraca Daerah, Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan, dan data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal Daerah. Dan kondisi ini menyebabkan waktu penyelesaian dan penyampaian Informasi Keuangan Daerah menjadi lebih lama. Demikian juga dengan tingkat akurasinya menjadi lebih rendah dibandingkan dengan Informasi Keuangan Daerah yang sudah menggunakan Aplikasi SIPKD. Berikut dibawah ini Tabel penjelasan jenis jenis Informasi Keuangan Daerah yang sudah menggunakan Aplikasi SIPKD dan yang belum menggunakan Aplikasi SIPKD (Manual)
14 14 Tabel 1.5. Tabel Jenis Informasi Keuangan Daerah yang sudah Menggunakan Aplikasi SIPKD dan Manual No. Jenis Informasi Keuangan Daerah Keterangan 1 APBD Aplikasi SIPKD 2 APBD Perubahan Aplikasi SIPKD 3 Realisasi APBD Semester Aplikasi SIPKD 4 Realisasi APBD Tahunan Aplikasi SIPKD 5 Neraca Daerah Manual 6 Laporan Arus Kas Aplikasi SIPKD 7 Catatan Atas Laporan Keuangan Manual 8 Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Manual Pembantuan 9 Laporan Keuangan Perusahaan Daerah Manual 10 Data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah Manual Sumber : Bidang Akuntansi dan Bidang Anggaran BPKA Kab. Lampung Utara Dari uraian permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan kajian dan penelitian mengenai hal tersebut diatas. Peneliti ingin mengetahui dan mengkaji / mengevaluasi penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dalam penyusunan Informasi Keuangan Daerah (IKD) di Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Lampung Utara yang sudah mulai disosialisasikan pada tahun 2008 hingga berjalan sampai tahun 2014 sekarang ini, mengapa sampai saat ini belum semua Informasi Keuangan Daerah menggunakan Aplikasi SIPKD. Karena mengingat tuntutan dari berbagai pihak untuk dapat lebih cepat, tepat dan akurat dalam penyelenggaraan pemerintahan, khususnya masalah keuangan. Dan faktor faktor penghambat apa saja yang mempengaruhi
15 15 hal tersebut / faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Dengan adanya Penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dalam penyusunan Informasi Keuangan Daerah (IKD) di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Lampung Utara, beberapa jenis IKD dapat disusun dengan lebih cepat, tepat dan akurat, tetapi ternyata belum semua IKD itu disusun dengan aplikasi SIPKD. Oleh karena peneliti ingin mengevaluasi penerapan SIPKD (dalam kurun waktu 6 (enam) tahun penerapan aplikasi) dilaksanakan yang dirumuskan dengan pertanyaan penelitian : 1. Bagaimana Penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dalam penyusunan Informasi Keuangan Daerah (IKD) di Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Lampung Utara? 2. Faktor faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dalam penyusunan Informasi Keuangan Daerah (IKD) di Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Lampung Utara? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah Mengevaluasi Penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah
16 16 (SIPKD) dalam penyusunan Informasi Keuangan Daerah (IKD) di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Lampung Utara Kegunaan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi kegunaan secara teoritis maupun kegunaan secara praktis, yaitu sebagai berikut : 1. Kegunaan secara teoritis, diharapkan dapat berguna unt uk pengembangan kajian Ilmu Pemerintahan mengenai Manajemen Keuangan Daerah, khususnya kajian mengenai Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dalam penyusunan Informasi Keuangan Daerah (IKD). 2. Kegunaan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Pemerintah Daerah khususnya Pemerintah Kabupaten Lampung Utara untuk pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan keuangan yang komprehensif dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat guna mendorong terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan, serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif.
BAB I PENDAHULUAN. Terbitnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan telah disempurnakan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan telah disempurnakan melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah atau lebih dikenal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pusat untuk mengatur pemerintahannnya sendiri. Kewenangan pemerintah daerah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, pemerintah daerah merupakan organisasi sektor publik yang diberi kewenangan oleh pemerintah pusat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Magang merupakan kegiatan mahasiswa dalam dunia kerja dimana mahasiswa tersebut dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama duduk dibangku perkuliahan. Magang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa dan bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya yang dimiliki
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi
17 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi seluruh lapisan masyarakat, dan tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam akuntansi keuangan daerah, salah satu tujuan akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan informasi keuangan yang lengkap, cermat dan akurat sehingga dapat menyajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah merupakan organisasi sektor publik yang diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan bagian intergral dari sistem penyelenggaraan pemerintahan,
1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerintahan daerah merupakan sub sistem dari pemerintahan nasional dan secara implisit masalah pembinaan serta pengawasan terhadap pemerintah daerah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menyelenggarakan pemerintahan sesuai dengan makna otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab, pelaksanaan desentralisasi sebagai asas penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) baik tuntutan demokrasi dan transparansi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Good governance adalah tata kelola organisasi secara baik dengan prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 104 Undang- Undang Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan Pemerintah Daerah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan daerah yang dimulai dengan penyusunan anggaran,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Pengelolaan keuangan daerah yang dimulai dengan penyusunan anggaran, kemudian pelaksanaan dan penatausahaan, perubahan anggaran, pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk
BAB I PENDAHULUAN Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian dan kontribusi penelitian.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keluar beberapa peraturan pemerintah yaitu undang undang 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah, Undang Undang 33 tahun 2004 tentang
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di era globalisasi dan transparansi merupakan suatu keharusan bagi entitas organisasi untuk mempertanggungjawabkan setiap pekerjaan yang dilakukan, baik pada lingkup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain proses reformasi sektor publik, khususnya reformasi pengelolaan keuangan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tuntutan masyarakat semakin meningkat atas pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance diartikan sebagai kepemerintahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhirakhir ini, membawa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk memberikan pedoman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Awal mula dibuatnya Undang-Undang tentang pemerintah daerah karena pada saat diberlakukannya sistem pemerintah terpusat dimana sentralisasi pemerintah berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semangat reformasi telah mendorong para pemimpin bangsa Indonesia untuk melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru. Keinginan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pemerintahan, baik oleh Pusat maupun Daerah mempunyai fungsi untuk mendorong dan memfasilitasi pembangunan guna mencapai pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1404 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja badan pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: UU No. 17 Tahun 2003 juga mengamanatkan setiap instansi pemerintah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara merupakan awal dalam perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam pasal 32
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan
A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan akuntansi di instansi-instansi pemerintahan di Indonesia sudah mulai menjadi keharusan dan tuntutan jaman seiring dengan tuntutan reformasi yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah merupakan salah satu agenda reformasi, bahkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan otonomi daerah merupakan salah satu agenda reformasi, bahkan kebijakan tersebut menjadi agenda prioritas. Guna mewujudkan agenda tersebut, pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diberlakukannya otonomi daerah pemerintah diberikan kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintah. Perubahan pada sistem pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami perubahan mendasar dengan ditetapkannya UU No. 32 tahun 2004 yang sekarang direvisi menjadi UU
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam era otonomi daerah ini, masyarakat semakin menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga Negara dan lebih dapat menyampaikan aspirasi yang berkembang yang salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi politik di tanah air. Walaupun masih dalam batas-batas tertentu, perubahan ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi 1998 telah membawa perubahan yang signifikan dalam kehidupan ekonomi politik di tanah air. Walaupun masih dalam batas-batas tertentu, perubahan ini sedikit
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan pedoman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah mengarahkan Pemerintah Indonesia menuju gerbang kemandirian dalam mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik atau sering disebut dengan Good
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan pedoman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang besar dalam kehidupan manusia, terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan teknologi informasi komunikasi dimasa sekarang ini, membawa dampak yang besar dalam kehidupan manusia, terutama pemanfaatan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu perubahan perubahan penting di dalam pemerintahan, termasuk pemerintahan daerah.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan pedoman
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN NOMOR 40/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang Dasar 1945 antara lain menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
Lebih terperinciManual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah (pemda), salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan melalui penyampaian laporan
Lebih terperinciSKRIPSI PELAKSANAAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH KEPADA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBD KOTA PADANG
SKRIPSI PELAKSANAAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH KEPADA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBD KOTA PADANG Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Disusun Oleh : CHANDRA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2004, terjadi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi adalah salah satu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah dan desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi mengenai posisi keuangan dan apa saja hasil-hasil yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting guna untuk memperoleh informasi mengenai posisi keuangan dan apa saja hasil-hasil yang telah dicapai selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban pemerintah atas penggunaan keuangan daerah dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah dan penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintahan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah diamanatkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Keuangan Pemerintah Daerah Indonesia mengalami perubahan yang signifikan dalam hubungan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dielakkan lagi. Dengan semakin tinggi tuntutan tersebut berdampak terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan masyarakat kepada pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah baik pusat maupun daerah tidak dapat dielakkan lagi. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus
i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan setiap masyarakat agar terciptanya tata pemerintahan yang baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus berusaha memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Akuntansi yang lemah menyebabkan pengendalian internal lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Penyelenggaraan pemerintahan yang baik merupakan suatu tuntutan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN
Lebih terperinciRegulasi Tahapan dalam Siklus Akuntansi. Contoh Hasil Regulasi Publik Sektor Publik. Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
BOOK RESUME AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK - INDRA BASTIAN BAB 2 REGULASI KEUANGAN PUBLIK 2.1 DEFINISI REGULASI PUBLIK Regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2008
91 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG POKOK - POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH UMUM Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana telah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI SEKRETARIAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan pemerintah yang baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah Kabupaten Magelang
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun 2015 Keuangan Daerah Kabupaten Magelang dikelola sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah Indonesia telah melakukan reformasi manajemen keuangan negara baik pada pemerintah pusat maupun pada pemerintah daerah dengan ditetapkannya Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan untuk dewan komisaris, manajemen, dan personel lain dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengendalian internal (internal control) merupakan bagian integral dari sistem informasi akuntansi. Pengendalian internal itu sendiri adalah suatu proses
Lebih terperinciKEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Disampaikan oleh : Inspektorat Provinsi Jawa Timur Dinas Peternakan DASAR HUKUM UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, PP No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan pemerintahan daerah, termasuk didalamnya pengelolaan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek
Lebih terperincikapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:
Rincian kebutuhan pendanaan berdasarkan prioritas dan kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.27. Kerangka Pendaaan Kapasitas Riil kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Temanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan politik kini mengantarkan Indonesia menjadi salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Perkembangan bukan hanya terjadi di bidang politik saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbaikan dalam pengelolaan keuangan negara masih terus berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No.17
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance and clean government), maka penyelenggara pemerintahan wajib melaksanakan tugas dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki hak,wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara mandiriurusan pemerintahannya sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menyelenggarakan pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsep tentang mekanisme penyusunan program kerja pemerintah daerah,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep tentang mekanisme penyusunan program kerja pemerintah daerah, termasuk dalam ranah konsep kebijakan keuangan negara. Fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH TAHUN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH TAHUN 2017 1 1 Pengelolaan Keuangan Daerah keseluruhan kegiatan yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu di Indonesia saat ini yang semakin mendapat perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir ini adalah akuntabilitas keuangan publik. Hal tersebut disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas publik. Tujuan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan Anggaran
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang menjadi landasan utama dalam mendukung penyelenggaraan
Lebih terperinciBUPATI MALUKU TENGGARA
BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 1.a TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU TENGGARA, Menimbang
Lebih terperinci2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.764, 2017 BNPP. Pelimpahan sebagian Urusan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN
Lebih terperinci- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
- 1 - SALINAN DRAF MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia yang masih berlangsung hingga sekarang telah menghasilkan berbagai perubahan khususnya dalam hal tata kelola pemerintahan. Salah satu
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 40 PERATURAN WALIKOTA CILEGON TENTANG
BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 40 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mewajibkan Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
Lebih terperinci