BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sumber Data Literatur Buku 1. The Illusion of Life Disney Animation karya Frank Thomas dan Ollie Johnston. 2. Chiken Soup for the Dog Lover s Soul 3. Dog Stories karya James Herriot s Literatur Artikel 1. kepahiang

2 2 2.2 Animasi Definisi Animasi Animasi atau lebih akrab disebut dengan film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Film animasi berasal dari dua disiplin, yaitu film yang berakar dari dunia fotografi dan animasi yang berakar pada dunia gambar. Kata film berasal dari bahasa Inggris yang telah diserap menjadi bahasa Indonesia yang bermakna : 1. Sebuah barang tipis seperti selaput yang dibuat dari seluloid empat gambar potret negative. 2. Lakon (cerita) gambar hidup. Secara mendasar, pengertian film secara menyeluruh sulit untuk dijelaskan.baru dapat diartikan kalau dilihat dari konteksnya, misalnya dipakai untuk portret negative atau plat cetak, film mengandung pengertian suatu lembaran pita seluloid yang diproses secara kimia sebelum dapat dilihat hasilnya. Atau yang berhubungan dengan cerita atau lakon, film mengandung pengertian sebagai gambar hidup atau rangkaian gambar gambar yang bergerak menjadi suatu alur cerita yang ditonton orang, bentuk film yang mengandung unsur cahaya, suara dan waktu. Sedangkan pengertian animasi secara khusus dapat kita simak pada ensiklopedi Americana : Animated, a motion picture consisting of series of individual handdrawn sketches, in which the positions or gestures of the figures are varied slightly

3 3 from one sketch to another. Generally, the series is film and, when projected on screen, suggest that figures are moving. (Ensiklopedi Americana vol.5) Animasi seperti halnya film hidup dimungkinkan adanya perhitungan kecepatan film yang berjalan berurutan antara 18 sampai 24 gambar tiap detiknya. Gambar yang diproyeksikan ke layar sebetulnya tidak bergerak, yang terlihat adalah gerakan semu, terjadi pada indra kita akibat perubahan kecil dari satu gambar ke gambar yang lain. Adanya suatu fenomena yang terjadi pada waktu kita melihat disebut persistence of vision sehingga menghasilkan suatu ilusi gerak dari pandangan kita. Berbeda dengan film hidup, gambar diambil dari pemotretan obyek yang bergerak, lalu dianalisi satu persatu menjadi beberapa gambar diam pada tiap bingkai pita seluloid. Sedangkan film animasi, gerak gambar diciptakan dengan menganalisis gambar per gambar atau kerangka demi kerangka oleh animator, lalu direkam gambar demi gambar atau gerak demi gerak dengan menggunakan kamera stop-frame, kamera yang memakai alat mesin penggerak frame by frame, yaitu alat penggerak pita seluloid bingkai per bingkai, dengan perhitungan waktu untuk tiap satu detik dibutuhkan 24 bukaan bingkai kamera untuk merekam gambar dan gerak ke pita seluloid Sejarah Animasi Dewasa ini animasi merupakan suatu teknik yang banyak sekali dipakai di dalam dunia film, baik sebagai suatu kesatuan yang utuh, bagian dari suatu film, maupun bersatu dengan film live.

4 4 Dalam dunia film sebenarnya berakar dari fotografi, sedangkan animasi berakar dari dunia gambar, yaitu ilustrasi desain grafis (desain komunikasi visual). Melalui sejarahnya masing- masing, baik fotografi maupun ilustrasi mendapat dimensi dan wujud baru di dalam film live dan animasi. Dapat dikatakan bahwa animasi merupakan suatu media yang lahir dari dua disiplin, yaitu film dan gambar. Untuk dapat mengerti dan menggunakan teknik animasi, kedua konvensi tersebut harus dipahami dan dimengerti. Film biasa dipakai untuk merekam suatu keadaan, atau mengemukakan sesuatu. Film dipakai untuk memenuhi suatu kebutuhan umum, yaitu mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan atau kenyataan. Karena keunikan dimensinya dan karena sifat hiburannya, film telah diterima sebagai salah satu media audio visual yang paling populer dan digemari. Karena itu juga dianggap sebagai media yang paling efektif. Untuk dapat mempergunakan media film ada dua masalah pokok yang harus dihadapi, yaitu masalah teknis film dan masalah teknik mengemukakan sesuatu dengan film atau biasa disebut dengan teknik presentasi, Demikian juga dengan hal yang harus diketahui di dalam film animasi, yaitu masalah teknik animasi dan masalah teknik mengkomunikasikan sesuatu dengan teknik animasi. Sering perkataan teknik berkomunikasi lebih akrab dikatakan seni berkomunikasi. Di dalam kenyataannya memang hal ini sangat erat hubungannya dengan berbagai bidang kegiatan seni, baik visual maupun herbal. Bagi seorang perencana

5 5 komunikasi, kegiatan ini sangat penting dimengerti.seorang pembuat film akan menghadapi masalah teknik membuat film dan seni membuat film Asal Mula Teknik Film Animasi Keinginan manusia untuk membuat gambar atau image yang hidup dan bergerak sebagai perantara dari pengungkapan ekspresi mereka merupakan perwujudan dari bentuk dasar animasi yang hidup berkembang. Kata animasi itu sendiri sebenarnya merupakan pernyesuaian dari kata animation, yang berasal dari kata dasar to animate, dalam kamus umum bahasa Inggris Indonesia berarti menghidupkan. Secara umum animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan, mengerakkan benda mati. Suatu benda mati diberikan dorongan kekuatan, semangat dan emosi untuk menjadi hidup dan bergerak, atau hanya berkesan hidup. Sebenarnya sejak jaman dulu manusia telah mencoba menganimasi gerak gambar binatang seperti yang dikemukakan oleh para ahli purbakala di Gua Lascaux, Spanyol Utara yang sudah berumur dua ratus ribu lebih. Mereka mencoba untuk menangkap gerak cepat lari binatang seperti celeng, bison atau kuda dan digambarkan dengan delapan kaki dengan posisi berbeda dan bertumpuk. Orang Mesir kuno menghidupkan gambar mereka dengan urutan gambar gambar para pegulat yang sedang bergumul sebagai dekorasi dinding. Karya ini dibuat sekitar tahun 2000 sebelum Masehi. Lukisan Jepang kuno memperlihatkan suatu alur cerita yang hidup, dengan menggelarkan gulungan lukisan, dibuat pada masa Heian ( ). Kemudian muncul permainan yang disebut Thaumatrope sekitar abad ke

6 6 19 di Eropa, berupa lembaran cakram karton tebal bergambar burung dalam sangkar yang kedua sisi kiri kanannya diikat seutas tali dan bila dipilin dengan tangan akan memberikan gambar burung itu bergerak. Hingga pada tahun sekitar 1880, Jean Marey menggunakan alat potret yang beruntun merekam secara terus menerus gerak terbang burung, berbagai kegiatan manusia dan binatang lainnya. Sebuah alat yang menjadi cikal bakal kamera film hidup yang berkembang sampai saat ini. Sedangkan ditahun 1892, Emile Reynauld mengembangkan mainan gambar animasi yang disebut Praxinoscope, berupa rangkaian ratusan gambar animasi yang diputar dan diproyeksikan pada sebuah cermin menjadi suatu gerak film, sebuah alat cikal bakal proyektor pada bioskop. Kedua pemula pembuat film bioskop yang berasal dari Prancis ini dianggap sebagai pembuka awal dari perkembangan teknik film animasi. Sepuluh tahun kemudian setelah film hidup maju dengan pesatnya di akhir abad ke-19, pada tahun 1908, Emile Cohl, pemula dari Prancis membuat film animasi sederhana berupa figure batang korek api. Rangkaian gambar gambar garis hitam (black-line) dibuat di atas lembaran putih, dipotret dengan film negatif sehingga yang terlihat figure menjadi putih dan latar belakang menjadi hitam. Sedangkan di Amerika Serikat Winsor McCay membuat film animasi Gertie the Dinosaur pada tahun Figur digambar blok hitam dengan latar berlakang putih. Di tahun tahun berikutnya para animator Amerika mulai

7 7 mengembangkan teknik film animasi pada tahun sekitar 1913 sampai pada awal tahun 1920an. Max Fleischer mengembangkan Ko Ko the Clown dan Pat Sullivan membuat Felix the Cat. Rangkaian gambar - gambar dibuat sesederhana mungkin, di mana figur atau karakter digambar berupa blok hitam atau bayangan hitam bersatu dengan latar belakang blok dasar putih atau dibuat sebaliknya. McCay membuat rumusan film dengan perhitungan waktu, 16 kali gambar dalam tiap detik gerakan. Fleischer dan Sullivan telah memanfaatkan teknik animasi sel, yaitu lembaran tembus pandang dari bahan seluloid (celluloid) yang disebut cell. Pemula lainnya di Jerman, Lotte Reineger, pada tahun 1919 mengembangkan film animasi bayangan dan Bertosch dari Perancis, di tahun 1930 membuat percobaan film animasi potongan dengan figur yang berasal dari potongan potongan kayu. George Pal memulai menggunakan boneka sebagai figure dalam film animasi pendeknya pada tahun 1934 di Belanda. Sedangkan Alexander Ptushko dari Russia membuat film animasi boneka panjang The New Gulliver pada tahun Di tahun 1935 Len Lye dari Canada memulai menggambar langsung pada film setelah memasuki pembaharuan dalm film berwarna melalui film Colour of Box. Perkembangan teknik animasi yang terpenting adalah pada sekitar tahun 1930-an, dimana muncul film animasi bersuara yang dirintis oleh Walt Disney dari Amerika Serikat melalui film Mickey Mouse, Donald Duck, Silly Symphony yang dibuat mulai dari tahun 1928 sampai Pada tahun 1931, Disney membuat film animasi warna pertama dalam filmnya Flower and Trees. Dan film animasi kartun panjang pertama yang dibuat

8 8 Disney adalah film Snow White and Seven Dwarfs yang dibuat pada tahun Demikian asal mula perkembangan teknik film animasi yang terus berkembang dengan gaya dan ciri khas masing masing pembuat di berbagai negara di Eropa, Amerika, dan meluas sampai negara negara di Asia terutama di Jepang. Film kartun berkembang cukup pesat di Jepang, hingga pada dekade tahun ini menguasai pasaran film animasi kartun dengan ciri dan gaya yang khas Jenis Teknik Film Animasi Berdasarkan materi atau bahan dasar obyek animasi yang dipakai, secara umum jenis teknik film animasi digolongkan menjadi dua bagian besar, yaitu : film animasi dwi-matra (flat animation) dan film animasi trimatra (object animation) Film Animasi Dwi-matra (Flat Animation) Jenis film animasi ini seluruhnya menggunakan bahan papar yang dapat digambar di atas permukaannya. Disebut juga jenis film animasi gambar, sebab hampir semua obyek animasinya melalui runtun kerja gambar. Semua runtun kerja jenis film animasi ini dikerjakan di atas bidang datar atau papar. Beberapa jenis film animasi dwi-matra adalah: a. Film Animasi Sel (Cel Technique) Jenis film animasi ini merupakan teknik dasar dari film animasi kartun (cartoon animation). Teknik animasi ini memanfaatkan serangkaian gambar yang dibuat di atas lembaran plastic tembus padang, disebut sel.

9 9 Figur animasi digambar sendiri sendiri di atas sel untuk setiap perubahan gambar yang bergerak, selain itu ada bagian yang diam, yaitu latar belakang (background), dibuat untuk setiap adegan, digambar memanjang lebih besar daripada lembaran sel. Lembaran sel dan latar diberi lubang pada salah satu sisinya untuk dudukan standar page mace meja animator sewaktu di gambar, dan meja dudukan sewaktu dipotret. b. Penggambaran Langsung Pada Film Tidak seperti pada film animasi lainnya, jenis film animasi ini menggunakan teknik penggambaran obyek animasi dibuat langsung pada pita seluloid baik positif atau negatif, tanpa melalui runtun pemotretan kamera stop frame, untuk suatu kebutuhan karya seni yang bersifat pengungkapan, atau yang bersifat percobaan, mencari sesuatu yang baru Film Animasi Tri-matra (Object Animation) Secara keseluruhan, jenis film animasi tri-matra menggunakan teknik runtun kerja yang sama dengan jenis film animasi dwi-matra. Perbedaannya pada obyek animasi yang dipakai, yaitu dalam wujud tri-matra, dengan memperhitungkan karakter obyek animasi, sifat bahan yang dipakai, waktu, cahaya dan ruang. Untuk menggerakkan benda tri-matra, walaupun ini mungkin, tetapi cukup sulit untuk melaksanakannya, karena sifat bahan yang dipakai mempunyai ruang gerak yang terbatas. Tidak seperti jenis film animasi gambar, dimana bebas melakukan berbagai gerakan yang diinginkan.

10 10 Berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan, termasuk dalam jenis film animasi ini adalah : a. Film Animasi Boneka (Puppet Animation) Obyek film animasi yang dipakai dalam jenis film animasi ini adalah boneka dan figur lainnya, yang merupakan penyederhanaan dari bentuk alam benda yang ada. Terbuat dari bahan bahan yang mempunyai sifat lentur (plastik) dan mudah untuk digerakkan sewaktu melakukan pemotretan bingkai per bingkai, seperti bahan kayu yang mudah diukir, kain, kertas, lilin, tanah lempung dan lain-lain, untuk dapat menciptakan karakter yang tidak kaku dan terlalu sederhana. b. Film Animasi Model Obyek animasi tri-matra dalam jenis film ini berupa macam-macam bentuk animasi yang bukan boneka dan sejenisnya, seperti bentuk bentuk abstrak (balok, bola, prisma, piramida, silinder, kerucut dan lain lain). Atau bentuk model, percontohan bentuk dari ukuran sebenarnya, seperti bentuk molekul dalam senyawa kimia, bola bumi. Bentuk animasi sederhana, penggunaannya pun tidak terlalu rumit dan tidak banyak membutuhkan gerak. Bahan yang dipakai terdiri dari kayu, plastik, dan bahan keras lainnya yang sesuai dengan sifat karakter materi yang dimiliki, tetapi tidak berarti bahan lentur tidak dipakai. Disebut juga film animasi non-figur karena keseluruhan cerita tidak membutuhkan tokoh atau figur lainnya. Jenis film teknik yang memanfaatkan lembaran sel, merupakan suatu pertimbangan

11 11 penghematan gambar, dengan memisahkan bagian dari obyek animasi yang bergerak, dibuat beberapa gambar sesuai kebutuhan, dan bagian yang tidak bergerak cukup dibuat sekali saja. c. Film Animasi Potongan (Cut-out Animation) Jenis film animasi ini, termasuk penggunaan teknik yang sederhana dan mudah. Figur attau obyek aniamsi dirancang, digambar pada lembaran kertas lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang telah dibuat, dan diletakkan pada sebuah bidang datar sebagai latar belakangnya. Pemotretan dilakukan dengan menganalisis langsung tiap gerakan dengan tangan, sesuai dengan tuntutan cerita. Dengan teknik yang sederhana, gerak figur atau obyek animasi menjadi terbatas sehingga karakternya pun terbatas pula. Karakter figur dibuat terpisah, biasanya terdiri dari tujuh bagian yang berbeda : kepala, leher, badan, dua tangan dan dua kaki. Untuk menggerakkan dan menghidupkan karakter, pemisahan itu dapat disesuaikan dengan tutuntan cerita, bisa dibuat kurang dari bagian tadi atau lebih. d. Film Animasi Bayangan (Silhoutte Animation) Seperti halnya pertunjukkan wayang kulit, jenis film animasi ini menggunakan cara yang hampir sama. Figur atau obyek animasi berupa bayangan dengan latar belakang yang terang, karena pencahayaannya berada di belakang layar.

12 12 Teknik yang dipakai sama dengan film animasi potongan, yaitu figur digambar lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang digambar dan diletakkan pada latar di meja dudukan kamera untuk dipotret. Bedanya pada bagian ini, kertas yang dipakai tidak seperti animasi potongan, bahan kertas berwarna atau diberi warna sesuai dengan kebutuhan, sedangkan film animasi bayangan seluruhnya menggunakan bahan kertas berwarna gelap (hitam), baik itu figur atau obyek animasi lainnya. e. Film Animasi Kolase (Collage Animation) Yang selalu berhubungan dengan jenis film animasi ini adalah sebuah teknik yang bebas mengembangkan kegiatan kita untuk menggerakkan obyek animasi semaunya di meja dudukan kamera. Teknik cukup sederhana dan mudah, hanya dengan beberapa bahan yang bisa dipakai, seperti potongan Koran, potret, gambar gambar, huruf atau penggabungan dari semuanya. Gambar dan berbagai bahan yang dipakai, disusun sedemikian rupa lalu dirubah secara berangsur angsur menjadi bentuk susunan baru, dimana tiap perubahan penempelan dipotret dengan kamera menjadi suatu bentuk dilm animasi yang bebas Animasi 2D Animasi adalah menghidupkan gambar, sehingga anda perlu mengetahui dengan pasti setiap detail karakter, mulai tampak (depan, samping, ¾ dan belakang), detail muka karakter dalam berbagai ekspresi (normal, diam, marah, senyum, ketawa, kesal dan lainnya) lalu pose/gaya khas karakter tersebut ketika

13 13 sedang melakukan sesuatu. Animasi 2D merupakan animasi yang paling akrab dengan keseharian kita. Animasi 2D bisa disebut juga dengan kartun. Kartun sendiri berasal dari bahasa cartoon, yang artinya gambar yang lucu. Banyak sekali animasi 2D baik yang muncul di televisi ataupun di bioskop. Misalnya : Looney Tunes, Pink Panther, Tom and Jerry, Scooby Doo, Doraemon, Mulan, Lion King, Brother Bear, Spirit, Meskipun yang paling terkenal diantara itu semua adalah Disney, namun bukan Disney yang disebut sebagai bapak animasi. Dalam konteks tugas akhir ini, penulis menggunakan animasi 2D untuk menggambarkan hubungan yang terjadi antara manusia dengan hewan sebagai media untuk menyampaikan tema yang diangkat menjadi sebuah animasi short movie. 2.2 Data data Rakyat Pedesaan Menurut Bintarto desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, social, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain. Ciri-ciri masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut: 1. Di dalam masyarakat pedesaan memiliki hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya.

14 14 2. System kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gemeinschaft atau paguyuban) 3. Sebagian besar warga masyarakat hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part time) yag biasa mengisi waktu luang. 4. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adatistiadat dan sebagainya. Masyarakat pedesaan identic dengan istilah gotong-royong yang merupakan kerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Kerja bakti itu ada dua macam: 1. Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (biasanya di istilahkan dari bawah). 2. Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya tidak dari inisiatif warga itu sendiriberasal dari luar (biasanya berasal dari atas). 3. HAKIKAT DAN SIFAT MASYARAKAT PEDESAAN Beberapa gejala-gejala sosial yang sering diistilahkan dengan: 1. Konflik (pertengkaran) 2. Kontraversi (pertentangan) 3. Kompetisi (persiapan) 4. Kegiatan pada masyarakat pedesaan 5. SISTEM NILAI BUDAYA PETANI INDONESIA

15 15 Sistem nilai budaya petani Indonesia antara lain sebagai berikut: 1. Para petani di Indonesia terutama di pulau jawa pada dasarnya menganggap bahwa hidupnya itu sebagai sesuatu hal yang buruk, penuh dosa, kesengsaraan. Tetapi itu tidak berarti bahwa ia harus menghindari hidup yang nyata dan menghindarkan diri dengan bersembunnyi di dalam kebatinan atau dengan bertapa, bahkan sebaliknya wajib menyadari keburukan hidup itu dengan jelas berlaku prihatin dan kemudian sebaik-baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar. 2. Mereka beranggapan bahwa orang bekerja itu untuk hidup, dan kadang-kadnag untuk mencapai kedudukannya. 3. Mereka berorientasi pada masa ini (sekarang), kurang memperdulikan masa depan, mereka kurang mampu untuk itu. Bahkan kadang-kadang ia rindu masa lampau mengenang kekayaan masa lampau menanti datangnya kembali sang ratu adil yang membawa kekayaan bagi mereka). 4. Mereka menganggap alam tidak menakutkan bila ada bencana alam atau bencana lain itu hanya merupakan sesuatu yang harus wajib diterima kurang adanya agar peristiwa-peristiwa macam itu tidak berulang kembali. Mereka cukup saja menyesuaikan diri dengan alam, kurang adanya usaha untuk menguasainya. 5. Dan untuk menghadapi alam mereka cukup dengan hidup bergotong-royong, mereka sadar bahwa dalam hidup itu tergantung kepada sesamanya.

16 Harimau Sumatera Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) merupakan salah satu spesies harimau yang hanya ada di Kepulauan Sumatera. Harimau ini termasuk dalam daftar satwa langka yang harus dilindungi jika tidak, harimau ini akan punah. Perburuan liar dan perusakan habitat merupakan penyebab utama berkurangnya spesies harimau sumatera. Selain itu di habitat alaminya, harimau Sumatera sering mengalami konflik dengan warga setempat. Harimau Sumatera diketahui sering masuk ke pemukiman penduduk untuk berburu mangsa seperti hewan ternak, dan beberapa warga sudah menjadi korban dalam penyerangan harimau Sumatera. Kemunculan harimau di sekitar perkebunan petani seringkali dimanfaatkan pemburu untuk memasang jerat atau menembak sang raja hutan untuk diperjualbelikan karena kulit harimau Sumatera mempunyai nilai harga yang sangat tinggi dalam pasar gelap. Selain warga setempat, pemasangan jerat dan pemburuan harimau sumatera juga sering dilakukan para pemburu profesional yang datang. Padahal alasan berkeliarannya harimau di sekitar pemukiman warga adalah karena kesalahan manusia sendiri yang merusak habitat lingkungan hutan. Dengan adanya penebangan liar dan perusakan lingkungan, hal itu menyebabkan berkurangnya hewan hewan kecil seperti rusa dan babi hutan yang merupakan makanan pokok harimau Sumatera. Hal tersebut mengakibatkan harimau Sumatera tidak mempunyai pilihan lain selain memasuki pemukiman warga dan berburu mangsa untuk bertahan hidup.

17 Anjing Anjing merupakan hewan yang dikenal paling dekat dengan manusia. Anjing sudah mendampingi manusia selama ribuan tahun. Sifat dasar dari anjing yang disukai manusia adalah mereka sangat setia. Anjing sudah menjadi bagian dalam kehidupan manusia dan manusia pun menganggap anjing merupakan partner yang paling hebat. Anjing dikenal sangat membantu dalam kehidupan manusia, contohnya adalah anjing penuntun orang buta, anjing terapi, anjing yang bertugas di kepolisian untuk melacak bom dan narkoba serta menolong orang orang yang terkena bencana dan lainnya. Di seluruh belahan dunia, banyak sekali kisah anjing yang menyelamatkan hidup manusia, baik manusia tersebut yang merupakan majikan mereka ataupun manusia yang tidak dikenalnya sama sekali. Sayangnya di Indonesia, tidak ada hukum perlindungan khusus untuk hewan hewan. Di Indonesia, hewan peliharaan seperti anjing masih hanya dianggap sebagai barang kepunyaan pemilik serta nyawa dari anjing tersebut dianggap rendah. Contohnya yaitu di Malang, Jawa Timur, seekor anjing berjenis German Shepherd setia menunggui jenazah sang majikan selama sepekan. Saat jenazah akan dievakuasi, anjing itu berusaha menghalangi siapapun mendekati mayat tuannya. Anjing itu selalu menyalak dengan garang saat petugas akan mengambil jenazah tuannya. Anjing itu pun terpaksa ditembak karena khawatir melukai polisi. Dari kisah nyata tersebut kita bisa melihat bahwa kesetiaan tanpa batas seekor anjing selalu menjagai tuannya yang bahkan sudah tidak bernyawa. Keluarga dan orang sekitar tidak ada yang mempedulikan korban, hanya anjingnya yang

18 18 selalu setia berada di sebelahnya. Dan di Indonesia, kesetiaan anjing tersebut tidak dianggap, dengan matinya anjing tersebut karena ditembak petugas dengan alasan egois dikhawatirkan akan melukai petugas. Dari sini bisa diketahui bahwa nyawa hewan hewan di Indonesia, bahkan hewan yang dekat dengan manusia tidak dianggap, dengan cara petugas yang memilih menembak mati anjing tersebut tanpa memilih untuk membiusnya Anjing Berkaki Tiga Anjing yang berkaki tiga rata rata mengalami hal tersebut, kehilangan salah satu kakinya karena penyakit ataupun karena dilukai manusia. Anjing ditemukan dapat segera menyesuaikan diri walaupun kehilangan anggota tubuh, namun telah dibuktikan bahwa kehilangan anggota tubuh bagian lebih sulit daripada belakang. Hal ini dikarenakan hewan lahir dengan ditopang oleh tubuh bagian depan. Ketika pertama kali anjing kehilangan salah satu kakinya, pada awalnya hal tersebut membuat anjing tidak bisa berjalan dengan benar. Akan tetapi seiring waktu, ketika anjing sudah terbiasa, hilangnya salah satu kaki tersebut tidak menjadi hambatan untuk si anjing dalam melakukan aktivitasnya. Mereka bisa tetap sama melakukan aktivitas yang dilakukan oleh anjing normal seperti bermain, berlari dan lainnya. Perbedaannya hanyalah, ketika berjalan anjing yang berkaki tiga akan terlihat sedikit melompat lompat (pincang), untuk mengimbangi bagian tubuhnya

19 19 yang hilang dan ketika anjing berlari, kecacatan tersebut menjadi tidak kelihatan. Pada intinya, anjing berkaki tiga tetap dapat hidup normal dan melakukan aktivitas seperti layaknya anjing normal, bahkan terkadang orang suka mengatakan bahwa mereka tampak tidak terlihat seperti cacat karena melakukan aktivitas dengan senang seperti bermain dan berlari Perlakuan Masyarakat Terhadap Hewan di Indonesia Perlakuan masyarakat umum terhadap hewan hewan yang ada di Indonesia masih buruk. Hal utama yang menyebabkan masalah itu adalah tidak adanya kesadaran diri dari masyarakat untuk lebih memperlakukan hewan selayaknya makhluk hidup. Selain itu, tidak adanya hukum tegas yang melindungi kesejahteraan hewan di Indonesia menyebabkan masyarakat tidak memikirkan akibat dari perlakuan mereka terhadap hewan hewan tersebut dan malah berbuat semena- mena. Beberapa adalah contoh perlakuan buruk yang terjadi pada hewan hewan di Indonesia : 1. Beberapa acara tayangan televisi (tv) banyak dijumpai menggunakan hewan sebagai pemeran utama atau pemeran pedamping dari manusia sebagai pembawa acara. Hal tersebut ternyata bagi para pecinta hewan dapat dibilang pembodohan bahkan menjurus pada penyiksaan hewan. Menurut mereka, masyarakat disajikan tayangan yang mengedepankan penyiksaan terhadap hewan baik secara langsung maupun tidak

20 20 langsung,diantaranya ada beberapa tayangan yang mengambil tema berusaha bersahabat dengan hewan liar. Namun,pada kenyataannya si hewan diperlakukan tidak sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP) penangkapan hewan. Hewan yang berada di alam liar pun seolah-olah dipaksa untuk bersahabat dengan manusia. Padahal dengan tindakan ini akan sangat mengganggu kehidupan si hewan. Beberapa waktu lalu kami sudah menyurati Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan stasiun-stasiun tv terkait. Tapitanggapan mereka datar-datar saja, konsolidasi yang kerap kami lakukan juga tidak ditanggapi dengan baik, kata Kepala Divisi Advokasi dari Remotivi, Jefri, di sela-sela diskusimengenai kekejaman terhadap hewan di tv, di Jakarta, Jumat (3/2). Dikesempatan lain, salah seorang anggota JAAN, Benvika mengatakan, hewan yang mendapat kontak langsung dari manusia tentu akan mengalami perubahan. Terlebih bagi hewan liar yang seharusnya tidak tersentuh oleh tangan-tangan jahil manusia. Dengan perlakuan seperti banyak di tayangan tv dapat berujung pada rasa stresshewan yang sudah pasti sangat tidak baik bagi perkembangan psikologis hewan tersebut. Pria yang sudah lama berkecimpung dalam penyelamatan hewan tersebut pun menambahkan bahwa tidak adanya lembaga atau aturan yang kuat yang mengatur akan hal ini, sehingga tayangan seperti ini semakin marak. Ditambah lagi dengan KPI yang seyogyanya menjadi ujung tombak bagi pengawasan siaran tv malah seperti acuh tak acuh akan hal ini. Wewenang KPI

21 21 yang hanya sebatas menegur dan memberikan sanksi terhadap siaran TV yang bermasalah dianggap tidak terlalu kuat memberhentikan kasus ini. 2. Pemberitaan di televisi Australia mengenai perlakuan buruk yang terjadi di sebelas rumah potong di Indonesia yang berkembangan menjadi polemik internasional beberapa hari ini dan bahkan pemberitaan ini juga ditayangkan CNN dan diberitakan media secara internasional membuat gempar masyarakat Australia dan Internasional. Pemberitaan menegnai penghentian ekspor sapi hidup ke Indonesia karena Indonesia dinilai tidak memperlakukan hewan terutama sapi dengan sangat biadab. Australia, secara resmi menuntut agar praktek-praktek penganiayaan terhadap hewan terutama sapi potong segera dihentikan. Menurutnya, praktekpraktek tersebut dinilai keji dan tidak bermartabat. Sementara di Australia yang merupakan negara produsen sapi penting dunia telah lama mempraktekan pemotongan yang sangat maju, modern dan memperhatikan kesejahteraan hewan yang akan disembelih dengan sangat cermat. 3. Banyaknya anjing dan kucing terlantar yang berkeliaran di sekitar masyarakat. Banyak dari anjing dan kucing tersebut yang tadinya adalah peliharaan seseorang yang lalu membuang mereka. Perlakuan masyarakat terhadap hewan hewan tersebut juga buruk, dilihat dari orang- orang yang senang mengejarngejar, menakuti serta melukai anjing dan kucing tersebut.

22 Survei Shelter Pejaten Penulis melakukan survey mengenai contoh buruk perlakuan masyarakat terhadap hewan di Indonesia khususnya anjing melalui Shelter Pejaten. Shelter ini merupakan tempat milik Dr.Susana Somali yang bertujuan untuk menampung anjing anjing yang dibuang serta ditelantarkan oleh pemiliknya. Anjing anjing di tempat ini berjumlah kira kira 200 ekor. Banyak dari anjing anjing tersebut mempunyai luka dan beberapa dari mereka menderita cacat seperti kaki pincang. Banyak pula terdapat anjing anjing ras seperti Dachshund, Labrador Retriever, Doberman, Rottweiler, Boxer, Pit Bull, Bull Terrier dan German Pointer. Bahkan dulu di Shelter ada juga jenis Golden Retriever dan juga German Shepherd. Hal ini menjadi bukti bahwa anjing ras yang berharga mahal bisa juga menjadi terlantar dikarenakan oleh pemiliknya yang tidak bertanggung jawab. Berikut adalah foto foto hasil survey : Gambar 2.1. Suasana Shelter Gambar 2.2. Suasana Shelter 2

23 23 Gambar 2.3. Rottweiler yang dibuang Gambar 2.4. Anjing Melahirkan Gambar 2.5. Anjing Pincang Gambar 2.6. Suasana Shelter Gambar 2.7. Anjing Ras yang Dibuang

24 24 Gambar 2.8. Suasana Shelter Sinopsis Cerita Di sebuah desa di Sumatera, hiduplah seorang anak laki laki. Anak tersebut suka menyakiti hewan hewan yang ada di sekitarnya. Ia juga dikenal sebagai anak yang nakal dan suka berbuat semaunya sendiri. Di dekat desa tersebut ada seekor anjing kampung berukuran sedang yang hanya memiliki 3 kaki. Anjing ini memiliki tempat kesukaannya, sebuah batu besar yang terletak di sisi luar desa sebagai tempat untuk beristirahat. Anjing tersebut sering menjadi sasaran kekasaran anak laki laki tersebut dan ia sering mengatainya pincang. Pada suatu, anak laki laki tersebut sedang mengincar burung dengan ketapelnya. Burung tersebut terbang ke dalam hutan dan anak laki laki tersebut mengejarnya sendirian. Tak ada seorangpun yang melihat kepergian anak tersebut, karena anak tersebut pergi dengan sembunyi sembunyi. Yang melihat

25 25 kepergian anak tersebut hanyalah anjing berkaki tiga tersebut karena ia selalu berada di sisi luar desa. Anak laki laki tersebut merasa senang dengan petualangan kecilnya. Akan tetapi, karena tidak familiar dengan kondisi hutan yang rimbun, ia tersandung sebuah akar pohon dan terjatuh ke bawah lalu pingsan. Ketika sadar kembali, ia mendapati dirinya sendirian di tengah hutan yang rimbun. Dengan perasaan takut, ia mencoba untuk bangun akan tetapi kakinya tak bisa digerakkan karena patah ketika terjatuh tadi. Ketika sedang bingung dan panik, ia mendengar suara dari atas kepalanya. Ketika ia mendongak, ia melihat anjing berkaki tiga yang sering ia ganggu sedang menatapnya. Ia balas menatap anjing tersebut untuk meminta pertolongan, akan tetapi tanpa disangkanya, anjing tersebut berbalik lalu pergi meninggalkannya sendirian. Dengan perasaan yang sangat kecewa dan merasa dikhianati anak tersebut hanya bisa menatap tempat anjing tersebut muncul. Ia merasa kesal dan takut karena sendirian berada di dalam hutan yang rimbun. Karena tidak bisa bergerak, ia hanya bisa diam di tempat sambil menatap sekelilingnya. Tiba tiba ada sebuah suara dari semak semak rimbun yang ada di sekitarnya. Dari semak semak tersebut keluarlah seekor harimau Sumatera liar. Dengan ketakutan dan tidak bisa melakukan apa apa, anak tersebut hanya bisa menatap harimau tersebut yang berjalan mendekat ke arahnya. Harimau tersebut siap melompat ke arahnya dan si anak berpikir bahwa hidupnya sudah berakhir. Tiba tiba sesuatu melompat dari atas kepala si anak dan berdiri masuk di antara

26 26 anak tersebut dan harimau. Si anak yang melihat sangat terkejut bahwa yang berdiri di depannya adalah anjing berkaki 3 tersebut. Dengan suara yang keras, anjing tersebut menggonggong kearah harimau tersebut. Dan dari kejauhan, terdengar suara para penduduk desa yang datang. Mendengar suara ramai tersebut, harimau tersebut lari kembali ke semka- semak. Anjing berkaki 3 tersebut lalu datang menghampiri si anak lalu menjilat mukanya. Anak tersebut tidak bisa berkata apa-apa dan hanya menatap anjing tersebut. Ia merasa sangat terkejut dan sama sekali tidak menyangka bahwa ternyata anjing tersebut tadi pergi meninggalkannya untuk memanggil bantuan kepada orang desa. Lalu setelah menatapnya, anjing tersebut pergi. Anak tersebut yang sadar bahwa nyawanya telah ditolong oleh anjing yang selama ini selalu dia jahati dan remehkan hanya bisa diam menangis karena merasa kecewa dengan dirinya sendiri ketika para penduduk desa datang menolongnya. Keesokan harinya, anak tersebut berjalan kearah batu tempat anjing berkaki tiga tersebut selalu ada. Ia berjalan dengan pincang dengan bantuan tongkat karena kakinya patah dan butuh waktu lama untuk sembuh kembali. Ketika sampai di tempat tersebut, anjing berkaki tiga tersebut tidak ada. Anak tersebut hanya bisa menatap batu tempat anjing itu biasa merebahkan diri. Dengan perasaan berterima kasih ia menatap tempat itu. Jika selama ini anjing tersebut selalu berada di tempat itu, kali ini giliran anak itu yang menunggu anjing tersebut sampai ia datang kembali ke tempat tersebut.

27 27 Nilai moral yang berusaha penulis sampaikan melalui film ini adalah manusia terkadang meremehkan makhluk hidup yang dianggap lebih rendah dibanding mereka. Akan tetapi, jika suatu saat kita kesulitan, yang selama ini kita anggap teman ataupun keluarga malah tidak menolong kita. Dan seseorang ataupun sesuatu yang selama ini kita remehkan, tak disangka mereka yang akan ada untuk menolong kita di saat kesulitan dan membutuhkan bantuan tanpa mengharapkan balasan Perbandingan Data Visual Penulis menggunakan gaya gambar realis pada animasi short movie ini. Tujuan dari penggunaan gaya gambar tersebut adalah agar lebih bisa mempengaruhi audiens yang merupakan remaja dan dewasa Perbandingan Data Visual Karakter Penulis mengambil contoh perbandingan animasi short movie ini dengan menggunakan film film animasi Disney 2D sebagai referensi. Film yang penulis jadikan sebagai referensi gaya gambar adalah Brother Bear dan Pocahontas. Penulis memilih film ini sebagai referensi gaya gambar karena gaya gambar bersifat semi realis. Gambar 2.9. Brother Bear

28 28 Gambar Moose Gambar Beruang Gambar Pocahontas Perbandingan Data Visual Environment Dalam menggambar background environment, penulis juga menggunakan Disney sebagai referensi warna dan gaya gambar. Animasi yang dijadikan referensi yaitu Brother Bear dan Tarzan karena pada kedua film itu, banyak terdapat setting hutan.

29 29 Gambar Hutan Brother Bear Gambar Hutan Tarzan Gambar Hutan Tarzan ~siang~ Gambar Pohon Gambar Hutan Tarzan ~siang~ Gambar Hutan Tarzan ~sore~

30 Analisa Kasus Faktor Pendukung 1. Animasi 2D selalu dinikmati masyarakat sejak jaman dahulu sehingga pembuatan animasi ini diharapkan dapat diterima masyarakat. 2. Animasi ini bisa ditujukan sebagai hiburan bagi masyarakat sekaligus bisa digunakan sebagai faktor komunikasi penyampaian moral di masyarakat Faktor Penghambat 1. Animasi yang dibuat dalam format 2D masih sering dianggap oleh orang dewasa sebagai tontonan anak kecil. 2. Di Indonesia, hewan masih dianggap sebagai sesuatu yang tidak berharga (hewan peliharaan dianggap sebagai barang kepunyaan pemilik, tidak ada hukum yang melindungi hak asasi untuk hewan).

ANIMASI. Sedangkan pengertian animasi secara khusus dapat kita simak pada ensiklopedi Americana :

ANIMASI. Sedangkan pengertian animasi secara khusus dapat kita simak pada ensiklopedi Americana : ANIMASI Pengertian Animasi (bahasa latin) atau animate artinya menjadikan hidup, atau menjadikan karakter seolah-oleh hidup. Selain itu, Animasi adalah bagian dari perfilman, sehingga seluruh prinsip pembuatannya

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL FILM ANIMASI PENDEK PELAJARAN DARI SI KAKI TIGA

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL FILM ANIMASI PENDEK PELAJARAN DARI SI KAKI TIGA PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL FILM ANIMASI PENDEK PELAJARAN DARI SI KAKI TIGA JOSEPHINE KARINA SAPUTRA Desain Komunikasi Visual Animasi, Jalan Jendral Sudirman 15 Sokaraja,Jawa Tengah 085224233208, kazuki_j4@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III PAPARAN DATA TENTANG FILM ANIME

BAB III PAPARAN DATA TENTANG FILM ANIME BAB III PAPARAN DATA TENTANG FILM ANIME Anime terdiri dari tiga karakter katakana a, ni, me ( アニメ ) yang merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris "Animation" dan diucapkan sebagai "Animeshon". Anime

Lebih terperinci

TUGAS TV INTERNET. Oleh: Bagus Cahya Kurniawan NIM:

TUGAS TV INTERNET. Oleh: Bagus Cahya Kurniawan NIM: TUGAS TV INTERNET Oleh: Bagus Cahya Kurniawan NIM: 08148108 FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2011 Perjalanan Animasi Indonesia ARTIKEL Dalam hal animasi Indonesia juga sangat

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN landasan teori projek

BAB 4 KONSEP DESAIN landasan teori projek BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1. landasan teori projek 4.1.1. Sejarah animasi Kata Animasi itu sendiri merupakan penyesuaian dari kata animation yang berasal dari kata dasar to animate dalam kamus umum berarti

Lebih terperinci

PENGANTAR ANIMASI TRADISIONAL DEFINISI, SEJARAH, PRINSIP, DAN GAYA

PENGANTAR ANIMASI TRADISIONAL DEFINISI, SEJARAH, PRINSIP, DAN GAYA PENGANTAR ANIMASI TRADISIONAL DEFINISI, SEJARAH, PRINSIP, DAN GAYA ANIMASI DEFINISI Usaha manusia dalam menggambarkan pergerakan makhluk hidup maupun benda melalui sebuah media tersebut dapat dinamakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Animasi Kata animasi berasal dari kata animation yang berasal dari kata dasar to anime di dalam kamus Indonesia inggris berarti menghidupkan. Secara umum animasi merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DESAIN. gambar yaitu ilustrasi design grafis ( DKV = Design Komunikasi Visual ).

BAB IV KONSEP DESAIN. gambar yaitu ilustrasi design grafis ( DKV = Design Komunikasi Visual ). BAB IV KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Film Animasi Animasi merupakan suatu teknik yang banyak dipakai di dalam dunia film, baik sebagai suatu kesatuan utuh maupun bersatu dengan film live.

Lebih terperinci

Materi. Asal Kata 25/4/2011. Motion Capture Noveriza Yuliasari MT Sesi 02. Motion Capture Noveriza Yuliasari,MT. Asal Kata(2)

Materi. Asal Kata 25/4/2011. Motion Capture Noveriza Yuliasari MT Sesi 02. Motion Capture Noveriza Yuliasari,MT. Asal Kata(2) Materi o Asal Kata dan Definisi o Sejarah Animasi o Jenis Animasi o Bentuk Animasi o Gaya Animasi o Penggunaan Animasi o Perkembangan Animasi Indonesia o Proses pembuatan Animasi Noveriza Yuliasari MT

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan literature didapat dari berbagai media seperti buku, internet dan video. Semua sumber merupakan bahan bahan untuk memperkuat cerita dan visual pembuatan

Lebih terperinci

TEKNIK FILM ANIMASI DALAM DUNIA KOMPUTER

TEKNIK FILM ANIMASI DALAM DUNIA KOMPUTER TEKNIK FILM ANIMASI DALAM DUNIA KOMPUTER Yunita Syahfitri Program Studi Sistem Komputer, STMIK Triguna Dharma Guru TIK, SMPN 1 Sawit Seberang fee_lucky@yahoo.co.id ABSTRACT: The development of multimedia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Perancangan Perancangan adalah aktifitas kreatif menuju sesuatu yang baru dan berguna yang tidak ada sebelumnya. Menurut Al-Bahra (2005 : 51), Perancangan adalah suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Animasi Adapun pengertian dari animasi yang berasal dari bahasa latin Anima yaitu yang berarti jiwa, hidup, semangat. Selain itu kata animasi juga berasal dari kata animation

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data & Literatur 2.1.1 Animasi 2.1.1.1 Pengertian & Sejarah Animasi Karena pada akhirnya karya ini adalah sebuah film animasi durasi pendek, tidak ada salahnya mari kita bahas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Animasi II.1.1. Pengertian Animasi Kata animasi itu sendiri sebenarnya penyesuaian dari kata animation yang berasal dari kata dasar to animate dalam kamus umum Inggris Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Film Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Antrian Tiket Bioskop Antrian adalah suatu kejadian yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Menunggu di depan loket untuk mendapatkan tiket bioskop dan situasi-situasi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam pembuatan konsep animasi dan pembuatan konsep visual (environment) POPO KUNTI kerja praktik pada PT. Digital Global Maxinema didasari oleh beberapa kajian pustaka agar dalam

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH PENGGUNAAN METODE INTRUCTIONAL SYSTEM DESIGN PADA MEDIA PEMBELAJARAN SHOLAT TERHADAP PEMAHAMAN ANAK.

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH PENGGUNAAN METODE INTRUCTIONAL SYSTEM DESIGN PADA MEDIA PEMBELAJARAN SHOLAT TERHADAP PEMAHAMAN ANAK. LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH PENGGUNAAN METODE INTRUCTIONAL SYSTEM DESIGN PADA MEDIA PEMBELAJARAN SHOLAT TERHADAP PEMAHAMAN ANAK Nama NIM Program Studi Disusun Oleh : : Anggita Puspitasari : A11.2009.04861

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. animasi 3 dimensi tentang suasana desa Lomaer, Kecamatan Blega, Bangkalan

BAB I PENDAHULUAN. animasi 3 dimensi tentang suasana desa Lomaer, Kecamatan Blega, Bangkalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film animasi 3 dimensi tentang suasana desa Lomaer, Kecamatan Blega, Bangkalan Madura. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 2 DATA & ANALISA

BAB 2 DATA & ANALISA BAB 2 DATA & ANALISA 2.1. Data dan Literatur Metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi dan data yang diperlukan yaitu melalui tinjauan pustaka, referensi literature melalui media internet, wawanvara

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Penyesalan seorang anak atas apa yang telah dilakukannya terhadap ibunya.

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Penyesalan seorang anak atas apa yang telah dilakukannya terhadap ibunya. BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Fakta Kunci Banyak orang tua yang salah dalam cara mendidik anaknya, sehingga seringkali membuat anak menjadi sangat nakal dan tidak sesuai dengan apa yang

Lebih terperinci

TUGAS ARTIKEL TENTANG PERANCANGAN FILM KARTUN

TUGAS ARTIKEL TENTANG PERANCANGAN FILM KARTUN TUGAS ARTIKEL TENTANG PERANCANGAN FILM KARTUN SISTEM INFORMASI Oleh: GERARDUS PRIMA WELBY (09.12.3687) JURUSAN SISTEM INFORMASI STMIK AMIKOM JOGJAKARTA 2011 Animasi Tradisional Pada zaman dahulu kala,

Lebih terperinci

AKTING UNTUK ANIMASI. Sesi 2 ANIMASI TRADISIONAL. Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG.

AKTING UNTUK ANIMASI. Sesi 2 ANIMASI TRADISIONAL. Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG. AKTING UNTUK ANIMASI Sesi 2 ANIMASI TRADISIONAL Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG. 1 Animasi Tradisional Animasi adalah sebuah proses merekam dan memainkan kembali serangkaian gambar statis untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid 2.1 Definisi Film BAB II LANDASAN TEORI Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN. Pembagian strategi komunikasi menurut Penulis adalah sebagai berikut :

BAB 4 METODE PERANCANGAN. Pembagian strategi komunikasi menurut Penulis adalah sebagai berikut : BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi Komunikasi Pembagian strategi komunikasi menurut Penulis adalah sebagai berikut : a. Fakta Kunci 1. Cerita kisah dan pengorbanan seorang laki

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DAN PROSEDUR PENGEMBANGAN PRODUK

BAB 3 MODEL DAN PROSEDUR PENGEMBANGAN PRODUK BAB 3 MODEL DAN PROSEDUR PENGEMBANGAN PRODUK 3.1 Identifikasi Masalah 1. Masih banyak masyarakat yang tidak peduli dengan makhluk hidup di sekitar mereka dan masyarakat cenderung untuk melukai dan menyakiti

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. pemerintahan. Masyarakat kota terdiri dari beragam suku dan kebanyakan biasanya pendatang.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. pemerintahan. Masyarakat kota terdiri dari beragam suku dan kebanyakan biasanya pendatang. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Mengenai Pokok Permasalahan - Ciri Ciri Masyarakat Kota Masyarakat kota adalah masyarakat yang tinggal di daerah dekat dengan pusat pemerintahan. Masyarakat kota terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini membuat film animasi 3D ( tiga dimensi) action dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini membuat film animasi 3D ( tiga dimensi) action dengan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tugas Akhir ini membuat film animasi 3D ( tiga dimensi) action dengan menggunakan teknik compositing visual effect yang berjudul The Cambo dengan tujuan animasi

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : 2.1.1 Buku : Dibagi menjadi dua, yaitu buku referensi teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser

Lebih terperinci

AKTING UNTUK ANIMASI. Sesi 1 PENDAHULUAN. Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG.

AKTING UNTUK ANIMASI. Sesi 1 PENDAHULUAN. Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG. AKTING UNTUK ANIMASI Sesi 1 PENDAHULUAN Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG. 1 Sejarah Animasi Sudah ada semenjak 15.000 tahun yang lalu, dengan ditemukannya lukisan bergambar pada dinding gua zaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Perancangan (Harsokusoemo, 2000) Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan tersebut dibuat keputusan

Lebih terperinci

3 Kegiatan Belajar 3 :Prinsip prinsip Dasar Animasi

3 Kegiatan Belajar 3 :Prinsip prinsip Dasar Animasi 3 Kegiatan Belajar 3 :Prinsip prinsip Dasar Animasi a. Tujuan Pembelajaran. Setelah mengikuti kegiatan belajar 3 diharapkan siswa dapat: Mengetahui12 Jenis Prinsip prinsip Animasi Memahami Prinsip Squash

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya, sampah merupakan produk manusia, yang artinya sampah

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya, sampah merupakan produk manusia, yang artinya sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan jaman yang semakin pesat, kita sebagai umat manusia dihadapkan dengan permasalahan yang terus mengikutinya. Salah satunya yang tak luput dari

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi Komunikasi 1. Target Audiens : a. Demografi : Jenis Kelamin : Laki laki dan perempuan Umur : 8 tahun 12 tahun. Status Sosial : A dan B b. Geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1. Fakta Kunci 1) Cerita yang mengandung pesan moral merupakan cerita yang digemari oleh masyarakat Indonesia. 2) Robot merupakan salah satu karakter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton atau pemirsanya. Namun fungsi film tidak hanya itu. Film juga merupakan salah satu media untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. animasi 2,5 dimensi bergenre drama tentang tentang berkurangnya populasi

BAB I PENDAHULUAN. animasi 2,5 dimensi bergenre drama tentang tentang berkurangnya populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film animasi 2,5 dimensi bergenre drama tentang tentang berkurangnya populasi hewan akibat penebangan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini dibutuhkan beberapa data yang valid sebagai sumber penelitian untuk konsep pembuatan media CD interaktif dongeng fabel anak. 2.1 Sumber Umum Survey

Lebih terperinci

BAB 1: ASAL MULA KEJADIAN

BAB 1: ASAL MULA KEJADIAN BAB 1: ASAL MULA KEJADIAN KELAHIRANKU Ternyata proses kelahiranku itu dahsyat, saat pasangan suami istri melakukan hubungan intim, maka bisa jadi sang istri hamil. Kehamilan terjadi saat sperma masuk ke

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi baru dalam pola hidup masyarakat kita. televisi yang menghasilkan audio (suara) dan visualisasi (gambar

BAB I PENDAHULUAN. tradisi baru dalam pola hidup masyarakat kita. televisi yang menghasilkan audio (suara) dan visualisasi (gambar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Televisi menjadi media yang paling sering digunakan karena televisi adalah salah satu media massa yang paling mudah untuk diperoleh, selain itu setiap orang dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Multimedia Multi-banyak, Media-sarana berkomunikasi untuk melewatkan informasi. Suatu sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak dan alat alat lain seperti

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Walaupun Di dalam Cerita tersebut banyak dialognya penulis ingin membuat film animasi ini menjadi pantomin yang diiringi dengan lagu yang tepat, juga ceritanya diubah

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

MENGUNGKAPKAN PERASAANMU (Semuanya, Sekitar Naik, Turun), 15 Desember B. Apa yang dikatakan tentang Mengungkapkan Perasaanmu

MENGUNGKAPKAN PERASAANMU (Semuanya, Sekitar Naik, Turun), 15 Desember B. Apa yang dikatakan tentang Mengungkapkan Perasaanmu Pelajaran 11 MENGUNGKAPKAN PERASAANMU Semuanya Sekitar, Naik, Turun 15 Desember 2012 1. Persiapan A. Sumber Matius 7:12 Yohanes 15:11 2 Samuel 6:14 Efesus 4:26-32 Yohanes 2:13-15 Matius 26:38 Mazmur 6:6,7

Lebih terperinci

PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA

PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA Oleh : Sutandi, ST, M.Pd Animasi merupakan gambar hidup yang digerakkan dari sekumpulan gambar, yang memuat tentang objek dalam posisi gerak yang beraturan. Objek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknik CGI (Computer-generated imagery). Namun, jauh sebelum penggunaan CGI

BAB I PENDAHULUAN. teknik CGI (Computer-generated imagery). Namun, jauh sebelum penggunaan CGI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Perkembangan industri film pada era modern seperti sekarang ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang digunakan dalam proses produksi maupun pra-produksi.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 50 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1. Sinopsis Animasi Hutan Sahabat Kita ini dibuka dengan cerita hutan yang sedang ditebang oleh sekelompok manusia dan terdapat hewan pedalaman yaitu tupai yang kecewa

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2 1. Bacalah kutipan cepen berikut! Pagi hari ini adalah hari pertama di Kota Yogyakarta buat seorang Revanda. Dia dan keluarganya

Lebih terperinci

Animasi Komputer. Oleh : Rio Widyatmoko, A.Md.Kom

Animasi Komputer. Oleh : Rio Widyatmoko, A.Md.Kom Animasi Komputer Oleh : Rio Widyatmoko, A.Md.Kom Tujuan Pembelajaran Siswa SMK Multimedia kelas XI semester ganjil mampu memahami pengertian animasi komputer Siswa SMK Multimedia kelas XI semester ganjil

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 1. Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan

Lebih terperinci

Yudi Adha.

Yudi Adha. Yudi Adha yudiadha@yahoo.com Apa Itu Animasi? Animasi adalah susunan gambar diam (static graphics) yang dibuat efek sehingga seolah-olah tampak bergerak itulah yang disebut animasi ANIMASI Tulisan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informatika yang berkembang dikalangan masyarakat pada saat ini, dunia hiburan untuk masyarakat luas dan khususnya untuk anak-anak dapat dikatakan mengalami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. a. Pengertian Komunikasi Massa. film yang diperuntukkan digedung-gedung bioskop. yang luas, anonim, dan heterogen.

BAB II KAJIAN TEORITIS. a. Pengertian Komunikasi Massa. film yang diperuntukkan digedung-gedung bioskop. yang luas, anonim, dan heterogen. BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Komunikasi Massa a. Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi

Lebih terperinci

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak PROLOG S eorang anak laki-laki berjalan menuju rumahnya dengan lemas. Padahal ini adalah hari pertamanya masuk SD, seharusnya dia merasa senang. Dia juga termasuk anak lakilaki yang pemberani karena dia

Lebih terperinci

Perancangan Film Animasi Edukasi Rambu-Rambu Berlalu Lintas Untuk Anak Usia 5-7 Tahun. Elianda Mardi L

Perancangan Film Animasi Edukasi Rambu-Rambu Berlalu Lintas Untuk Anak Usia 5-7 Tahun. Elianda Mardi L Perancangan Film Animasi Edukasi Rambu-Rambu Berlalu Lintas Untuk Anak Usia 5-7 Tahun. Elianda Mardi L 3404100122 Penyebab kecelakaan lalu lintas di jalan antara lain 91% disebabkan oleh faktor manusia,

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1. Format Teknis Buku 5.1.1. Struktur Buku Spesifikasi dari buku yaitu: Ukuran : 21,5 cm x 21,5 cm Tebal Buku : 2,2 cm Jenis cover Material : Hardcover : Kertas Art

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Hewan peliharaan di Jakarta meningkat seiring dengan meningkatnya penduduk.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Hewan peliharaan di Jakarta meningkat seiring dengan meningkatnya penduduk. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hewan peliharaan di Jakarta meningkat seiring dengan meningkatnya penduduk. Hewan yang biasa dipelihara oleh masyarakat DKI Jakarta adalah anjing, kucing, kera, kelinci,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin berkembang pesat dengan adanya sarana media pendidikan dan hiburan yang lebih banyak menggunakan media

Lebih terperinci

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud) Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA Bab II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu yang berjudul Game Edukasi untuk Pembelajaran Sejarah Kemerdekaan Indonesia(Galih Hermawan, 2013). Memiliki desain game sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Multimedia Menurut Atmadji dkk (2010:59) Multi-banyak, Media-sarana berkomunikasi untuk melewatkan informasi. Suatu sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Penjelasan konsep dan pokok pikiran dalam game ini akan menjadi dasar

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Penjelasan konsep dan pokok pikiran dalam game ini akan menjadi dasar BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Pada bab III ini akan dijelaskan dengan metode yang digunakan dalam pembuatan dan pengolahan data serta perancangan dalam pembuatan game ini. Penjelasan konsep

Lebih terperinci

hidup damai pelajaran 6 suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai

hidup damai pelajaran 6 suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai pelajaran 6 hidup damai suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai apakah kamu suka hidup damai hidup damai 77 menulis melengkapi

Lebih terperinci

Oleh : Rio Widyatmoko, A.Md.Kom

Oleh : Rio Widyatmoko, A.Md.Kom Oleh : Rio Widyatmoko, A.Md.Kom Siswa SMK Multimedia kelas XI semester ganjil mampu memahami pengertian animasi tradisional Siswa SMK Multimedia kelas XI semester ganjil mampu memahami jenis animasi tradisional

Lebih terperinci

PRODUKSI BARANG MEWAH DIBALIK PEMBUNUHAN HEWAN Oleh : Yerrico Kasworo* Naskah Diterima: 10 Juli 2017; Disetujui: 13 Juli 2017

PRODUKSI BARANG MEWAH DIBALIK PEMBUNUHAN HEWAN Oleh : Yerrico Kasworo* Naskah Diterima: 10 Juli 2017; Disetujui: 13 Juli 2017 PRODUKSI BARANG MEWAH DIBALIK PEMBUNUHAN HEWAN Oleh : Yerrico Kasworo* Naskah Diterima: 10 Juli 2017; Disetujui: 13 Juli 2017 Manusia dan makhluk hidup lainnya diciptakan oleh tuhan untuk hidup beriringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra saja. Karena perkembangan teknologi bahkan sudah masuk ke dunia multimedia (diantaranya

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Fakta Kunci 1. Mengangkat tema tentang merawat buku secara sederhana. 2. Banyak orang yang suka buku, tapi tidak terlalu familiar dengan cara merawatnya.

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah 14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan

Lebih terperinci

MENULIS ITU BERCERITA!

MENULIS ITU BERCERITA! SERI JURNALISME DESA MENULIS ITU BERCERITA! Menulis itu (terasa) sulit. Demikian komentar banyak orang ketika mereka harus menulis. Benar kah demikian? Atau barangkali itu hanya pikiran kita saja? Sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat di Indonesia diimbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat di Indonesia diimbangi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat di Indonesia diimbangi dengan perkembangan industri perfilman. Sineas dalam negeri tertarik untuk bereksplorasi dan berkreasi lebih

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Untuk mendukung latar belakang pembuatan proyek, penulis melakukan riset melalui data dari internet. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih valid mengenai

Lebih terperinci

Bab III. Analisa Masalah

Bab III. Analisa Masalah Bab III Analisa Masalah 3.1 Analisa Permasalahan Secara Umum Penduduk Indonesia kurang memiliki pengetahuan mengenai bencana-bencana yang sering terjadi di Indonesia. Akibatnya, kerusakan harta, benda

Lebih terperinci

BAB V VISUALISASI KARYA. A. Visualisasi Media Utama

BAB V VISUALISASI KARYA. A. Visualisasi Media Utama BAB V VISUALISASI KARYA A. Visualisasi Media Utama Gambar 21. Logo Jungle Escorts Ilustrasi yang terdapat pada visual novel Jungle Escorts dibuat dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS5, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS

ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS Makalah Bahasa Indonesia Oleh: NAMA : KAHLIL GIBRAN ARDA YASSIN NIM : 004138322374193

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Animasi, atau film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada awal penemuannya, film animasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE/PROSES PERANCANGAN (METODOLOGI)

BAB 3 METODE/PROSES PERANCANGAN (METODOLOGI) BAB 3 METODE/PROSES PERANCANGAN (METODOLOGI) 3.1 METODE PERANCANGAN 3.1.1 Metode Pengumpulan Data a. Studi Literatur Merupakan jenis metode studi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Animasi

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Animasi BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Animasi Kata animasi berasal dari kata animate, yang berarti membuat obyek mati menjadi seperti hidup. Animasi adalah tampilan cepat dari urutan gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai fasilitator memiliki pengaruh yang besar dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satunya guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perancangan Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan tersebut dibuat keputusankeputusan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minat menonton animasi tradisional dalam bentuk 2 dimensi terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Minat menonton animasi tradisional dalam bentuk 2 dimensi terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Animasi sudah menjadi hiburan yang mendunia. Hampir setiap hari kita dapat menemukan tontonan animasi baik di televisi atau di bioskop. Setiap orang tentu membutuhkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI MY MOM MY HERO

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI MY MOM MY HERO PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI MY MOM MY HERO Annisa Erintansari Binus University, Jakarta, DKI Jakart, Indonesia Abstrak Tugas akhir berjudul My Mom My Hero ini adalah untuk memberitahukan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Strategi Kreatif Untuk strategi komunikasi, penulis memberikan pembagian sebagai berikut:

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Strategi Kreatif Untuk strategi komunikasi, penulis memberikan pembagian sebagai berikut: BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Strategi Kreatif Untuk strategi komunikasi, penulis memberikan pembagian sebagai berikut: 4.1.1 Fakta Kunci Warga Indonesia mulai berminat kepada animasi Kucing digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk mendapatkan pesan yang hendak disampaikan. Seseorang yang sedang membaca berarti berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hewan peliharaan anjing dan kucing merupakan hewan menggemaskan yang diminati banyak orang. Kebanyakan yang diminat adalah hewan ras. Hewan peliharaan juga kini mudah

Lebih terperinci

ULANGAN UMUM SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SMK NEGERI 19 JAKARTA

ULANGAN UMUM SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SMK NEGERI 19 JAKARTA ULANGAN UMUM SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SMK NEGERI 19 JAKARTA Mata Diklat : Menggambar Kunci Animasi Hari/tanggal : Juni 2011 Kelas : XI Multimedia Waktu : Ketentuan Soal : 1. Soal terdiri

Lebih terperinci

PEMBUATAN VIDEO MUSIK SATU CERITA SATU HARAPAN DENGAN TEKNIK STOP MOTION ANIMATION. Naskah Publikasi

PEMBUATAN VIDEO MUSIK SATU CERITA SATU HARAPAN DENGAN TEKNIK STOP MOTION ANIMATION. Naskah Publikasi PEMBUATAN VIDEO MUSIK SATU CERITA SATU HARAPAN DENGAN TEKNIK STOP MOTION ANIMATION Naskah Publikasi diajukan oleh Kholis Fathoni Avrianto 05.12.1114 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

Erni Suyanti, Kartini Alumni UNAIR Sang Penyelamat Harimau Sumatera

Erni Suyanti, Kartini Alumni UNAIR Sang Penyelamat Harimau Sumatera Erni Suyanti, Kartini Alumni UNAIR Sang Penyelamat Harimau Sumatera UNAIR NEWS Perempuan berkulit sawo matang dengan rambut dikuncir miring ini kembali menjejakkan kakinya di kampus almamater Universitas

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP VISUAL DAN KONSEP KOMUNIKASI. : Silu meminta Ayus menjaga kéncéng dan Ayus tidak boleh membuka kéncéngnya, Ayus menyanggupinya

BAB IV KONSEP VISUAL DAN KONSEP KOMUNIKASI. : Silu meminta Ayus menjaga kéncéng dan Ayus tidak boleh membuka kéncéngnya, Ayus menyanggupinya berikutnya, Silu menengok ke kiri dan daerah Selatan, maka daerah itupun panen. Sedangkan ketiga gunung tersebut hingga kini masih ada berada di sepanjang sungai dimana Silu menaiki perahunya menuju laut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Illegal logging dapat disebabkan olehtingginya permintaan kebutuhan kayu yang berbanding terbalik dengan persediaannya. Dalam konteks demikian dapat terjadi bahwa permintaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANIMASI FILM PENDEK 2D BAHUREKSO DENGAN PENGGABUNGAN OBYEK NYATA DAN ILUSTRASI GAMBAR MENGGUNAKAN TEKNIK STOP MOTION

PERANCANGAN ANIMASI FILM PENDEK 2D BAHUREKSO DENGAN PENGGABUNGAN OBYEK NYATA DAN ILUSTRASI GAMBAR MENGGUNAKAN TEKNIK STOP MOTION PERANCANGAN ANIMASI FILM PENDEK 2D BAHUREKSO DENGAN PENGGABUNGAN OBYEK NYATA DAN ILUSTRASI GAMBAR MENGGUNAKAN TEKNIK STOP MOTION Eka Muhamad Nur Rosid 1), Dhani Ariatmanto 2), 1) Sistem Informasi STMIK

Lebih terperinci

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis A. Pemilihan Ide Pengkaryaan BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Lingkungan Pribadi Ide Lingkungan Sekitar Kontemplasi Stimulasi Sketsa Karya Proses Berkarya Apresiasi karya Karya Seni Bagan 3.1 Proses

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 28 November 2012 SILABUS Kelas I Tema 2 : Kegemaranku Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 SILABUS KELAS: 1 TEMA: KEGEMARANKU KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

Lebih terperinci