Kata Kunci :Berpikir Kreatif, Kreatif, Kemampuan Berpikir Kreatf

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Kunci :Berpikir Kreatif, Kreatif, Kemampuan Berpikir Kreatf"

Transkripsi

1 DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA KELAS XI PADA MATERI PELUANG DI SMA NEGERI I SUWAWA Salim Huludu, Franky A. Oroh, Nursiya Bito ABSTRAK Salim Huludu, 2013: Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas XI IPA pada Materi Peluang di SMA Negeri I Suwawa. Dengan bentuk rumusan masalah Bagaimana Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas XI IPA pada Materi Peluang di SMA Negeri I Suwawa? dengan populasi sebanyak 22 orang. Adapun tujuan dalam penelitian ini, untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI IPA pada Materi Peluang di SMA Negeri I Suwawa. Untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif, terdapat empat indikator yaitu: (a) kemampuan berpikir lancar (fluency), (b) kemampuan berpikir luwes (flexibility), (c) kemampuan berpikir kebaruan (originality), dan (d) kemampuan menarik kesimpulan (elaborasi), dengan menggunakan dua instrumen penelitian yatu: (a) tes yang disusun oleh peneliti sendiri, yang sudah divalidasi isi (diujicobakan) dan sudah divalidasi konstruksi melalui dosen ahli dan (b) wawancara siswa dengan tingkat kemampuan berpikir kreatif yang tinggi, sedang, dan rendah dilihat dari jawaban mereka melalui tes yang diberikan.dari hasil penelitian ini, menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Suwawa masih sedang. Kata Kunci :Berpikir Kreatif, Kreatif, Kemampuan Berpikir Kreatf PENDAHULUAN Kreatifitas dapat dipandang sebagai produk dari berpikir kreatif, sedangkan aktivitas kreatif merupakan kegiatan dalam pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong atau memunculkan kreativitas siswa. Aktivitas kreatif adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk mendorong atau memunculkan kretivitas siswa. Melalu belajar matematika, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir logis, kritis, analitis, kreatif, dan produktif. Akan tetapi, berbagai fakta yang ditemukan dalam pembelajaran matematika, yang menjadikan siswa tersebut kurang berpikir kreatif. Pertama perasaan takut gagal, karena biasanya siswa yang mengalami kegagalan dalam menyelesaikan soal matematika yang diberikan oleh guru hukumannya lebih berat dibandingkan dengan hadiah untuk keberhasilannya dalam menyelesaikan soal tersebut. 1

2 Berdasarkan uraian dan pemikiran tersebut maka, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan formasi judul Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas XI pada Materi Peluang di SMA Negeri I Suwawa. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, masalah yang teridentifikasi adalah: 1. Siswa belum terbiasa dalam memecahkan soal matematika yang bersifat terbuka. 2. Guru cenderung prosedural dan lebih menekankan pada hasil belajar. 3. Siswa belajar sesuai dengan contoh yang diberikan oleh guru. 4. Soal yang diberiakan kepada siswa hanya soal-soal langsung pada pemakain rumus yang sudah ada. Berdasarkan masalah dan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas XI pada Materi Peluang di SMA Negeri I Suwawa. Mengingat keterbatasan waktu maka penelitian ini dibatasi pada kemampuan berpikir kretif siswa di kelas XI ditinjau dari guru dan siswa pada materi Peluang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap guru mata pelajaran untuk dapat mengetahui tingkat kreatifitas siswa, khususnya pada pelajaran matematika. 2. Bagi Siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk belajar dan lebih proaktif dalam proses pembelajaran sehingga mampu mengatur waktu belajar dengan baik. 3. Bagi Peneliti 2

3 Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang berpikir kreatif matematika siswa. Kreatifitas adalah potensi alamiah dalam diri anak yang harus dikembangkan secara optimal. Kreativitas itu sendiri ditumbuhkan oleh otak kanan, yaitu bagian otak yang memiliki spesifikasi berfikir, mengolah data seputar perasaan, emosi, seni dan musik. Semua anak yang lahir di dunia ini mempunyai sisi kreativitas, tapi dalam kadar yang berbeda. Tinggi rendahnya kreativitas anak dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor genetika bawaan dan faktor lingkungan. 1. Pengertian Kreativitas Menurut pandangan Campbell (dalam Ambarjaya: 35) kreativitas adalah suatu ide atau pemikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna, dan dapat dimengerti. Definisi senada juga dikemukakan oleh Drevdahll (dalam Ambarjaya: 35) kreativitas adalah kemampuan seseorang menghasilkan gagasan baru berupa kegiatan atau sintesis pemikiran yang mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata. 2. Kreativitas pada Anak Ada tiga ciri dominan pada anak yang kreatif; (1) spontan, (2) rasa ingin tahu, dan (3) tertarik pada hal-hal baru. Ternyata ketiga ciri tersebut terdapat pada diri anak. Berarti semua anak pada dasarnya adalah kreatif, faktor lingkunganlah yang menjadikan anak tidak kreatif. Usia dini atau disebut juga usia prasekolah merupakan suatu masa ketika anak-anak belum memasuki pendidikan formal. Oleh karena itu pada rentang usia dini adalah saat yang tepat untuk mengembangkan kreativitas anak. Ada beberapa faktor yang menghambat perkembangan kreativitas anak, antara lain: 1. Perasaan takut gagal, 2. Terlalu terpaku pada tata tertib dan tradisi, 3. Enggan bermain dan terlalu mengharapkan hadiah jika dihadapkan pada tugas tertentu, 4. Orang tua yang terlalu melindungi anak dan ini biasanya banyak terjadi pada anak pertama sehingga kesempatan bagi dirinya untuk belajar justru 3

4 berkurang. Orang tua tanpa sadar, sering memaksakan anak menyesuaikan diri dengan imajinasi dan fantasi sebagai orang tua. 3. Berpikir Kreatif Berpikir kreatif merupakan kegiatan mental yang dialami sesorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang dipecahkan. Berpikir merupakan proses dinamis yang dpat di lukiskan menurut proses atau jalannya. Proses berpikir pada pokoknya terdiri atas 3 langkah, yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan. Evens (dalam Tatag 2010 : 29) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga ditemukan kondisi yang benar atau sampai seseorang itu menyerah. Berpikir kreatif mengabaikan hubungan-hubungan yang sudah mapan, dan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Dari pengertian ini menunjukan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya. 4. Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK) Tingkat 1 merupakan tingkat berpikir kreatif rendah, karena hanya mengekspresikan terutama kesadaran siswa terhadap keperluan menyelesaikan tugasnya saja. Tingkat 2 menunjukan berpikir kreatif yang lebih tinggi karena siswa harus menunjukan bagaimana mereka mengamati sebuah implikasi pilihannya, seperti penggunaan komponen-komponen khusus atau algoritma-algoritma pemrograman. Tingkat 3 merupakan tingkat yang lebih tinggi berikutnya karena siswa harus memilih suatu strategi dan mengkoordinasikan antara bermacam-macam penjelasan dalam tugasnya. Mereka harus memutuskan bagaimana tingkat detil yang diinginkan dan bagaimana menyajikan urutan tindakan atau kondisi-kondisi logis dari sistem tindakan. Tingkat 4 merupakan tingkat tertinggi karena siswa harus menguji sifatsifat produk final membandingkan dengan sekumpulan tujuan. 4

5 5. Berpikir Kreatif dalam Matematika Haylock (dalam Tatag, 2010 :42) mengatakan bahwa dalam konteks matematika, kriteria kelancaran tampak kurang berguna disbanding dengan keluwasan. Dalam menilai kemampuan berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan The Torrance Test of Creative Thingking (TTCT) yang disusun oleh Paul Torrence. Tiga komponen kunci yang di nilai dalam kreativitas menggunakan TTCT adalah kelancaran, keluwesan, dan kebaruan. Kelancaran mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespons sebuah perintah. Keluwesan terlihat pada perubahanperubahan pendekatan ketika merespons perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam meresepon perintah (Murniati, 2012: 58). Untuk lebih jelasnya ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif matematis sebagaimana di ungkapkan oleh munandar (dalam Tatag, 2010:36) yaitu: 1. Keterampilan Berpikir Lancar (Fluency) Ciri-ciri keterampilan berpikir lancar adalah mencetuskan banyak ide, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2. Keterampilan Berpikir Luwes (Flexibility) Ciri berpikir luwes adalah menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternative atau arah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 3. Keterampilan Berpikir Orisinil Kebaruan (Originality) Ciri-ciri berpikir orisinil adalah mampu melahirkan ungkapan yang berbeda dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. 4. Keterampilan Memperinci (Elaboration) Ciri-ciri keterampilan memperinci adalah mmpu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci secara detil subjek, gagasan atau situasisehingga menjadi lebih menarik. Mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum dan indikator kemampuan berpikir kreatif matematika di atas, maka berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru secara lancar dan luwes. Ide dalam pengertian disini adalah ide dalam memecahkan masalah matematika dengan tepat. 5

6 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri I Suwawa kelas XI Jl. trans Suwawa, Kabupaten Bonebolango, Kecamatan Suwawa, Desa Tingkohubu.Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap, tahun pelajaran 2012/2013 selama ± 2 bulan mulai dari April - Mei Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tentang kemampuan berpikir kreatif matematika siswa terhadap pembelajaran matematika. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Sukmadinata, 2009: 72). Data dalam penelitian berupa data primer tentang kemampuan berpikir kreatif matematika siswa terhadap pembelajaran matematika. Adapun yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri I Suwawa Tahun Pelajaran 2012/2013. Variabel dalam penelitian ini hanya satu yaitu kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap pembelajaran matematika. Pengumpulan data akan dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Pemberian Tes Tes yang akan diberikan untuk menjaring informasi yang berkaitan dengan berpikir kreatif matematika siswa. Pemberian tes sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data dengan memberikan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang sudah memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik, yaitu validasi dan reliabilitas. Pertanyaan-pertanyaan yang termuat dalam satu tes uraian yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan, bentuk tes uraian ini menuntut kemampuan siswa berpikir secara kreatif. Sebelum tes diedarkan pada anggota 6

7 sampel, terlebih dahulu dilakukan verifikasi terhadap tes tersebut yaitu terdiri dari validasi dan reliabitas. Validasi adalah keadaan yang menggambarkan bahwa tingakt instrument yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Reliabilitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi apakah instrumen yang digunakan apakah instrument yang digunakan untuk menjaring data benarbenar meyakinkan sebagai instrument pengumpul data. Pengujian validasi tes lebih dititik beratkan pada uji kesejajaran skor antar item dengan skor total dari item, dimana dalam penyusunannya tolak ukur yang digunakan berasal dari indikatorindikator yang ada. Perhitungan koefisien validasi dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment, yaitu: [ ][ ] Dengan : validasi tes n : jumlah responden X : skor setiap item Y : skor total responden Sedangkan untuk uji reliabilitas menggunakan rumus α: [ ] [ ] Dimana: = reliabilitas instrument k = banyaknya butir soal = jumlah varians butir soal = varians total Klasifikasi besarnya koefisisen reliabilitas berdasarkan patokan menurut J.P Guilford sebagaimana yang dikutip sulistyowati (2009:70) adalah sebagai berikut: Koefisien Korelasi (r) Interpretasi 0,80 < r 1,00 Sangat tinggi 7

8 0,60 < r 0,80 0,40 < r 0,60 0,20 < r 0,40 r 0,20 Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah 2. Wawancara Wawancara yang akan digunakan untuk menjaring data langsung dari siswa tentang kreatifitas siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pembelajaran matematika. Materi wawancara akan disusun berdasarkan hasil yang diperoleh siswa dalam menjawab tes. Hasil wawancara akan diklasifikasikan jenis kreativitas yang dilakukan siswa. Wawancara yang akan digunakan untuk menjaring data langsung dari siswa tentang kreatifitas siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pembelajaran matematika. Materi wawancara akan disusun berdasarkan hasil yang diperoleh siswa dalam menjawab tes. Hasil wawancara akan diklasifikasikan jenis kreativitas. Penelitian ini akan menggambarkan jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soalsoal panjang garis singgung lingkaran, maka data yang akan dikumpulkan akan dianalisis sebagai berikut: 1. Data display (penyajian data) Dalam penyajian ini, maka dapat yang ditampilkan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, bagan alur ataupun sejenisnya. 2. Conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan/ verifikasi) Langkah terakhir adalah melakukan penarikan kesimpulan dari berbagai data yang telah diperoleh. Kesimpulan akan menjadi kredibel apabila didukung dengan temuan-temuan di lapangan. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, peneliti menyusun insturumen penelitian dalam bentuk tes uraian yang berjumlah lima butir soal yang dilengkapi dengan rubrik penilaian. 8

9 Dengan skor yang tertinggi yang di capai siswa adalah 21. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu dilakukan validasi konstruksi dan validasi isi, untuk memperoleh tes yang valid. Dalam penelitian ini, penguian validasi tes dilakukan dalam bentuk validasi isi. Dimana dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut; [ ][ ] (Arikunto,2006:170) Interpretasi besarnya koefisien korelasi dilakukan berdasarkan patokan sebagai berikut : Koefisien Korelasi (r) Interpretasi 0,80 < r 1,00 0,60 < r 0,80 0,40 < r 0,60 0,20 < r 0,40 r 0,20 Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah dengan melihat harga dan membandingkannya dengan masingmasing item soal dan semua soal valid dan cukup baik untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Koefisien dan status validasi tersebut dapat di lihat pada table berikut ini. Tabel koefisien dan status validasi: No Soal Koefisien Validasi Status Valid 1 0,648 Valid 2 0,516 Valid 3 0,874 Valid 4 0,610 Valid 5 0,971 Valid 9

10 1. Uji Reliabilitas Tes Untuk pengjian reliabilitas tes dilakukan dengan menggunakan rumus: [ ] [ ] Adapun dalam menentukan varians setiap item soal dengan rumus: Dengan kriteria: 0,80< r 11 1,00 : korelasi sangat tinggi 0,60< r 11 0,80 : korelasi tinggi 0,40< r 11 0,60 : korelasi cukup 0,20< r 11 0,40 : korelasi rendah 0,00< r 11 0,20 : korelasi sangat rendah Hasil perhitungan varians setiap soal adalah sebagai berikut: No. Soal Varians 1 0,17 2 0,20 3 1,11 4 0,13 5 0,31 2. Menghitung varians total dan reliabilitas tes Dari hasil perhitungan di peroleh varians total 4,81, dan reliabilitas tes Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes reliable yang berarti dapat di gunakan sebagai alat pengumpul data pada penelitian ini. Pembahasan Data dalam penelitian ini adalah penyelesaian soal-soal yang mencakup pokok bahasan Peluang. Persentase siswa yang dapat menyelesaikan soal nomor 3,4,5 lebih tinggi yakni sebesar 54,5 %. Sedangkan untuk persentase yang rendah terdapat pada soal nomor 1 yaitu sebesar 9,09 %. Dari hasil tes yang diberikan nampak bahwa 10

11 penguasaan matematika siswa pada materi peluang masih banyak yang rendah. Hal ini terbukti dari hasil tes siswa yang terkumpul, dimana siswa banyak mengalami kesulitan pada hasil tes yang diberikan ditinjau dari berpikir kreatif. Oleh karena itu untuk mengungkapkan penguasaan matematika siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan maka akan dilakukan wawancara untuk kelima soal tersebut. Untuk menentukan subjek penelitian yang akan diwawancarai, peneliti akan mengamati hasil tes siswa yang didasarkan pada indikator penelitian. Dengan demikian, melihat hasil tes akan ditetapkan siswa yang akan dijadikan sumber informasi untuk diwawancarai berjumlah 6 orang. Keenam subjek yang dipilih ini merupakan perwakilah dari tiga kategori yakni tinggi, sedang, dan rendah. Dari masing-masing kategori tersebut dipilih dua orang untuk mewakili setiap kategori. Sedangkan materi yang akan diwawancarai berdasarkan hasil pekerjaan siswa terhadap tes yang diberikan. Adapun nama-nama yang terpilih menjadi sumber wawancara dapat dilihat pada tabel berikut ini: Nama-nama Siswa Sebagai Subjek Penelitian No Nama Siswa Kategori Jumlah Skor Kode 1. Nurkhaliq Tinggi 76 SP 1 2. Septy Octaviany Muhsidi Tinggi 72 SP 2 3. Yusnita Nu u Sedang 65 SP 3 4. Salmawati Sinu Sedang 65 SP 4 5. Ratna Giasi Rendah 19 SP 5 6. Rusmiyati Adam Rendah 10 SP 6 Subjek dengan kategori tinggi dapat diperoleh dari hasil tes bahwa subjek 1 dan subjek 2 memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal dengan baik. Sehingga bisa dikatakan untuk kemampuan berpikir kreatif matematika, kemampuannya diatas rata-rata. 11

12 a. Subjek dengan kategori sedang Subjek dengan kategori sedang dapat dilihat pula pada hasil tesnya bahwa untuk subjek 3 menjawab dengan baik setiap pertanyaan yang diberika, hanya saja untuk soal kemampuan berpikir luwes subjek belum mampu memberikan gagasan dan jawaban yang bervariasi. Begitu juga dengan subjek 4. Mereka memiliki kesulitan yang sama yaitu memberikan gagasan yang baru. b. Subjek dengan kategori rendah Subjek dengan kategori rendah dilihat dari hasil tes bahwa subjek 5 dan subjek 6 tidak mampu memahami soal. Hal ini disebabkan subjek yang kurang paham dengan berpikir kreatif matematika matematika pada materi peluang. Hal ini megakibatkan kedua subjek tersebut tidak dapat menyelesaikan soal dengan benar. Disamping itu juga penguasaan matematika subjek tersebut masih sangat rendah. Dengan demikian dapat diketahui secara jelas bahwa sebagian siswa belum mempunyai kemampuan berpikir kreatif matematika dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan dengan ketidakmampuan untuk menguraikan atau menyelesaikan tes yang diberikan khususnya pada materi peluang. Berpikir kreatif matematika sangatlah penting bagi siswa, karena dengan berpikir kreatif matematika akan memudahkan siswa ketika dihadapkan dalam berbagai masalah. Untuk melihat berpikir kreatif matematika siswa maka digunakan tes sebagai teknik utama dalam pengumpulan data.kepada siswa dengan tujuan untuk memperoleh gambaran berpikir kreatif matematika siswa khususnya pada materi peluang di kelas XI IPA SMA Negeri I Suwawa. Dari data hasil penelitian diperoleh capaian penguasaan matematika siswa. Jika ditinjau dari setiap indikator maka diperoleh bahwa untuk kemampuan berpikir lancar siswa sebesar 9,09 %, untuk kemampuan berpikir luwes siswa sebesar 27,27 %, untuk kemampuan berpikir orisinal siswa sebasar 54,54 %, sedangkan untuk kemampuan memperinci siswa sebesar 54,54 %. Berdasarkan persentase diatas bahwa siswa yang mampu berpikir kreatif matematika belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes 12

13 siswa bahwa belum sepenuhnya siswa menguasai kemampuan berpikir lancar, kemapuan berpikir luwes, kemampuan berpikir orisinil dan kemampuan memperinci. Sehingga siswa mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada soal tersebut. PENUTUP Kesimpulan Secara umum tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas XI SMA Negeri I suwawa masih sedang. Hal ini didasarkan pada temuan-temuan peneliti dalam masing-masing indikator sebagai berikut: 1. Kemampuan berpikir lancar Kemampuan mereka dalam memecahkan soal dengan berpikir lancar masih sangat lemah. Berdasarkan jawaban yang diberikan siswa, siswa banyak menjawab soal hanya satu jawaban saja sedangkan yang ditutut dalam berpikir lancar adalah lebih dari satu jawaban. 2. Kemampuan berpikir luwes Pada kemampuan berpikir luwes, berdasarkan hasil yang di diberikan oleh siswa, peneliti menemukan bahwa banyaknya siswa yang mampu menjawab soal berpikir luwes yaitu 12 siswa. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir luwes siswa kelas XI SMA Negeri I Suwawa sudah cukup baik. 3. Kemampuan berpikir Orisinil Pada kemampuan berpikir orisinil, berdasarkan hasil yang di diberikan oleh siswa, peneliti menemukan bahwa banyaknya siswa yang mampu menjawab soal berpikir orisinil yaitu 12 siswa. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir orisinil siswa kelas XI SMA Negeri I Suwawa sudah cukup baik. 4. Kemampuan memperinci Pada kemampuan memperinci, berdasarkan hasil yang di diberikan oleh siswa, peneliti menemukan bahwa banyaknya siswa yang mampu menjawab soal memperinci yaitu 12 siswa. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir orisinil siswa kelas XI SMA Negeri I Suwawa sudah cukup baik. 13

14 Sedangakan yang lainya menjawab soal tanpa disertai kesimpulan yang jelas dari jawaban yang mereka kerjakan. Saran Diharapkan kepada guru-guru matematika, dalam hal pembelajaran saatnya menggunakan paradigm pengoptimalan potensi siswa, baik potensi intelektual maupun fisik, mereka harus menjadi pelajar yang aktif, berani ditantang untuk menerapkan pengetahuan umum dan pengalaman baru mereka, dalam kondisi yang sulit sekalipun. Berbagai pendekatan pembelajaran harus mendorong siswa dalam roses pembelajaran, bukan hanya sekedar mentransfer informasi kepada siswa. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam meneliti kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di tinjau dari tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis. DAFTAR PUSTAKA Sugiyono Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Walgito, Bimo Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Ambarjaya, Beni Psikologi Pendidikan & Pengajaran (Teori & Praktik). Jakarta: P.T Buku Arikunto, Suharsimi Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Umar, Masri. Aspek Kreatif dalam Proses Kognitif (hakikat, Kawasan, Dan Pemgukuran). Roestiya, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineka Cipta. Mutniaty, Endyah Pendidikan dan Bimbingan Anak Kreatif. Yogyakarta: Pedagogia Dimyati, 2006, Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Tatag. Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika. Skripsi Universitas Negeri Surabaya. Munandar, Utami Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta 14

15 15

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Belajar Siswa, Pembelajaran Matematika

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Belajar Siswa, Pembelajaran Matematika DESKRIPSI AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS X DI SMA NEGERI I TIBAWA Nurain R. Ahmad, Ali Kaku, Perry Zakaria Jurusan Pendidikan Matematika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo 0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri Gorontalo 3.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan yaitu di SMA Negeri 1 Mandastana Kabupaten Barito Kuala. Jenis penelitian ini ditinjau

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA 1 DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA Ingko Humonggio, Nurhayati Abbas, Yamin Ismail Jurusan Matematika, Program Studi S1. Pend.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pengertian Berpikir Kreatif Kreatif merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Umumnya orang menghubungkan kreatif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang diambil yaitu ex post facto, dimana penelitian ini hanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang diambil yaitu ex post facto, dimana penelitian ini hanya 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, bertujuan membuat gambaran secara sistematis, faktual mengenai fakta dari suatu populasi. Desain penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mind map dalam penelitian ini merupakan teknik mencatat yang dikembangkan

BAB III METODE PENELITIAN. Mind map dalam penelitian ini merupakan teknik mencatat yang dikembangkan BAB III METODE PENELITIAN Definisi Operasional Mind Map Mind map dalam penelitian ini merupakan teknik mencatat yang dikembangkan oleh Tony Buzan yang merupakan pendekatan keseluruhan otak yang mampu membuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi

Lebih terperinci

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41 TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VIII DI SMP NEGERI 6 JEMBER, SMP AL FURQAN 1, SMP NEGERI 1 RAMBIPUJI, DAN SMP PGRI 1 RAMBIPUJI Nurul Hidayati Arifani 40, Sunardi 41, Susi

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI Nuril Maghfiroh 1, Herawati Susilo 2, Abdul Gofur 3 Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia modern seperti saat ini, diperlukan sikap dan kemampuan yang adaptif terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PROSES BELAJAR BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI.

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PROSES BELAJAR BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI. ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PROSES BELAJAR BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI Ani SATUN FADILAH 1), GARDJITO 1), Jodion SIBURIAN 1) 1) Program Studi Pendidikan Biologi,

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Kesalahan Siswa, Menyelesaikan Soal

ABSTRAK. Kata Kunci: Kesalahan Siswa, Menyelesaikan Soal ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN Meylan Ingriani Otay, Abd. Djabar Mohidin, Sumarno Ismail Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau lukisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan Data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan Data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 54 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode Penelitian menurut Sugiyono (2011) merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan Data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasi yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara kepercayaan diri dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Proses berpikir kreatif berhubungan erat dengan kreativitas. Setiap manusia pada dasarnya memiliki kreativitas, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Mengacu pada rumusan masalah dalam penelitian ini, maka penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi penelitian bertempat di SMK Pertanian di Lembang. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Pertanian di

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang 9 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA KELAS XI MA NEGERI TLOGO-BLITAR.

HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA KELAS XI MA NEGERI TLOGO-BLITAR. HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA KELAS XI MA NEGERI TLOGO-BLITAR Titis Indah Muharwati 1, Dr. Iin Tri Rahayu, M. Si, Psi 2, 2014 1 Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Malang, NIM 10410056,

Lebih terperinci

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel Siti Gia Syauqiyah Fitri, Vina Septifiana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat

Lebih terperinci

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar Amidi Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang diterapkan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pemecahan Masalah Matematis Setiap individu selalu dihadapkan pada sebuah masalah dalam kehidupan sehari harinya. Mereka dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM (MASALAH TERBUKA) Fatimah 1*) 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena- fenomena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena- fenomena BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Sukmadinata (008: 7) pengertian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar, ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu setiap manusia memiliki tingkat kemampuan berpikir yang berbeda-beda dan tidak ada yang sama persis baik dari tingkat berpikir kreatif secara keseluruhan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA POKOK BAHASAN PELUANG

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA POKOK BAHASAN PELUANG Jurnal Edumath, Volume 3 No. 2, (2017) Hlm. 155-163 ISSN Cetak : 2356-2064 ISSN Online : 2356-2056 IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA POKOK BAHASAN PELUANG Rahma Faelasofi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN [ BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian harus menggunakan metode penelitian yang tepat untuk menghasilkan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kesalahan dalam pemilihan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Negeri 7 Bandung karena sekolah tersebut termasuk ke dalam sekolah kluster 2 yang sudah menggunakan Kurikulum 2013

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Krakatau Kecamatan Hulanthalangi Kota Gorontalo.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Krakatau Kecamatan Hulanthalangi Kota Gorontalo. 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 15 Kota Gorontalo jln Gunung Krakatau Kecamatan Hulanthalangi Kota Gorontalo.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMP Negeri 3

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMP Negeri 3 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMP Negeri 3 Pringsewu. B. Populasi dan Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang. dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

BAB I PENDAHULUAN. tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang. dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum sekolah yang memuat pengetahuan dasar dan teknologi. Matematika adalah ilmu tentang logika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. memiliki ide atau opini mengenai sesuatu (Sudarma, 2013). Selain itu,

BAB II KAJIAN TEORETIK. memiliki ide atau opini mengenai sesuatu (Sudarma, 2013). Selain itu, 6 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan suatu pegalaman memproses persoalan untuk mendapatkan dan menentukan suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang mencerminkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang mencerminkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang mencerminkan berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir asli (originality),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research), dengan teknik studi kasus dan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kreativitas a. Pengertian Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan hal yang baru. Hal ini senada dengan James J. Gallagher dalam Rachmawati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pengembangan kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu fokus pembelajaran matematika. Melalui pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban

Lebih terperinci

Perbedaan Kreativitas Pada Fotografer Ditinjau Dari Jenis Kelamin

Perbedaan Kreativitas Pada Fotografer Ditinjau Dari Jenis Kelamin Perbedaan Kreativitas Pada Fotografer Ditinjau Dari Jenis Kelamin DISUSUN OLEH: AYU RITYA.SIREGAR 12509678 LATAR BELAKANG MASALAH Dunia seni fotografi semakin berkembang, maka semakin banyak orang yang

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA PADA KONSEP TURUNAN FUNGSI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 BONGOMEME

ANALISIS KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA PADA KONSEP TURUNAN FUNGSI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 BONGOMEME ANALISIS KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA PADA KONSEP TURUNAN FUNGSI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 BONGOMEME Vinny Purwandari Goma Nurhayati Abbas Yus Iryanto Abas Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Profil merupakan suatu gambaran secara umum atau secara terperinci tentang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Profil merupakan suatu gambaran secara umum atau secara terperinci tentang 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Profil merupakan suatu gambaran secara umum atau secara terperinci tentang keadaan siswa berkaitan dengan potensi yang terdapat di dalam setiap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi operasional Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran istilah dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu: 1. Kreativitas

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED Dian Nopitasari Universitas Muhammadiyah Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan 1/33, d_novietasari@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian terletak di salah satu SMP Negeri di kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman, ketua pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind map atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan taraf kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan nasional. Menghadapi proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2012: 6) metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat

Lebih terperinci

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dapat diwujudkan melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dan metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir semua kecakapan, pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan sikap manusia dibentuk, dimodifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar dikelas merupakan sesuatu yang perlu menjadi perhatian guru. Proses ini perlu untuk dievaluasi dan diberikan tindakan untuk memperbaiki kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Reciprocal Teaching, kemampuan berpikir kreatif, hasil belajar

ABSTRAK. Kata kunci: Reciprocal Teaching, kemampuan berpikir kreatif, hasil belajar PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING PADA SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 1 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Kistya Rindika, Puji Nugraheni,

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING. Artikel

PERSETUJUAN PEMBIMBING. Artikel PERSETUJUAN PEMBIMBING Artikel DESKRIPSI BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA (Suatu Penelitian pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Widyakrama) Oleh NUR WAHYUNI ABBAS (NIM. 411410085,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Cooperative Script, Pembelajaran Ekspositori, Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis, dan Sikap 1. Model Pembelajaran Cooperative Script Penggunaan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi berbagai tantangan serta mampu bersaing.

Lebih terperinci

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP Fransiskus Gatot Iman Santoso Universitas Katolik Widya Mandala Madiun ABSTRAK.Tujuan matematika diajarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PEELITIA A. Jenis Penelitian Penelitian tentang Persepsi siswa tentang kreativitas guru dalam pembelajaran pengaruhnya terhadap prestasi belajar PAI di SD Pabeyan Tambakboyo Tuban adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan Data. Produk. Massal. Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode R & D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan Data. Produk. Massal. Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode R & D BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (research and development). Metode ini digunakan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Berpikir kreatif siswa adalah kemampuan siswa untuk menghasilkan gagasan atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Berpikir kreatif siswa adalah kemampuan siswa untuk menghasilkan gagasan atau BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Berpikir kreatif siswa adalah kemampuan siswa untuk menghasilkan gagasan atau produk baru dan juga melihat suatu pola baru antara satu hal dan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitaif dengan metode penelitian eksperimen. Menurut Hatimah, dkk. (2010:120) eksperimen merupakan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang data penelitiannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui ada dan tidaknya hambatan guru fisika dalam mengimplementasikan KTSP,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan bersaing dengan sangat ketat untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan dan saran terkait hasil yang diperoleh.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan dan saran terkait hasil yang diperoleh. 106 106 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disajikan pembahasan tentang hasil penelitian berupa kesimpulan dan saran terkait hasil yang diperoleh. A. KESIMPULAN Sesuai dengan pertanyaan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016:

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu proses dan tujuan yang penting dalam pembelajaran di sekolah adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016: 1), kompetensi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL Suci Nurwati Program Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan penelitian, metode penelitian, desain penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian, instrumen penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang melibatkan guru, siswa, media, bahan ajar dan komponen lainnya sehingga tercipta proses interaksi belajar

Lebih terperinci

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Attin Warmi, Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Singaperbangsa Karawang email attin.warmi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011). 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Kemampuan berpikir adalah kecakapan menggunakan akal menjalankan proses pemikiran/kemahiran berfikir.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan 2 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan untuk maksud tertentu. Maksud yang dapat dicapai dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009: 8), pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual BAB V PEMBAHASAN A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual Seorang yang bertipe visual, akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik, gambar.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa 19 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

Lebih terperinci

E.ISSN P.ISSN Vol.3 No.1 Edisi Januari 2018

E.ISSN P.ISSN Vol.3 No.1 Edisi Januari 2018 UPAYA MENINGKATKAN KREATIFITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL POLYA DI SEKOLAH DASAR Oleh : Sukriadi Hasibuan Fakultas IPS dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 231-4678 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING Suparman 1), Dwi Nastuti Husen 2) 2) 1) Dosen Prodi Pendidikan Biologi FKIP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara dua atau beberapa variabel.

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara dua atau beberapa variabel. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian korelasional. Arikunto (2010) menyebutkan bahwa penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui

Lebih terperinci