BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 T u g a s A k h i r BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Metode NDT (Non Destructive Testing) Pengujian NDT (Non Destructive Testing) digunakan Untuk meningkatkan kualitas produksi dan kehandalan produk, komponen dan struktur inspeksi secara berkala, dapat mengurangi kejadian cacat atau kesalahan integritas struktural yang dapat menyebabkan kegagalan, diantara metode pengujian bahan yang dikembangkan untuk tujuan inspeksi, pengujian non-destructive testing (NDT) teknik mempunyai keuntungan tidak menyebabkan kerusakan pada komponen setelah inspeksi. Pengujian NDT dapat digunakan untuk: 1. Mendeteksi cacat raw material / komponen untuk berbagai jenis material logam yang digunakan. 2. Mendeteksi cacat yang mungkin terjadi selama proses manufaktur untuk mereduksi waktu dan biaya akibat cacat pada proses lebih lanjut. 3. Meningkatkan teknik manufaktur dengan memeriksa produk selama operasi pemrosesan untuk mempertahankan kualitas yang seragam dan standar. 4. Mendeteksi discontinuitas pada tahap akhir manufaktur untuk meningkatkan kehandalan dan keamanan produk selama operasi. 5. Inspeksi untuk mendeteksi cacat produk sejak dini. 6. Pastikan pencegahan kecelakaan dan mempromosikan keselamatan bagi pekerja dan peralatan selama lebih pengangkutan dan pemeliharaan. 7

2 7. Meningkatkan reputasi produsen sebagai penghasil produk-produk yang berkualitas. Adapun cara kerja, kelebihan dan kekurangan dari ke-5 metode NDT tersebut adalah sebagai berikut: 1. Eddy Current Testing (ET) Eddy Current Testing, inspeksi menggunakan arus bolak-balik yang mengalir melalui coil probe. Arus ini memiliki/menghasilkan medan magnet disekitarnya yang menginduksi medan magnet didekat potongan uji konduktif. Medan magnet dalam potongan uji menciptakan arus kecil ("pusaran"). Sifat dari arus eddy akan dipengaruhi oleh konduktivitas bagian dan struktur, dan kehadiran mereka terdeteksi oleh probe dalam feedback loop. Variasi dalam interaksi listrik dimonitor pada perangkat uji. Metode ini dapat digunakan untuk mendeteksi cacat kecil permukaan, dan mungkin kadang-kadang digunakan untuk mengukur ketebalan sampel uji atau dari lapisan nonconductive pada specimen. Eddy current testing saat ini juga digunakan untuk memilah bahan berdasarkan sifat konduktivitas listriknya. Gambar 2.1. Schematic Eddy Current Testing [2].. Keuntungan : Sensitif terhadap crack kecil dan cacat lain pada permukaan Memberikan hasil inspeksi yang cepat Peralatan sangat portabel Dapat digunakan lebih dari pendeteksi cacat

3 Persiapan part minimum Keterbatasan : Hanya bahan konduktif saja yang dapat diperiksa Bahan Ferromagnetik memerlukan perlakuan khusus untuk mengatasi efek permeabilitas. Keterampilan dan pelatihan yang dibutuhkan lebih luas daripada teknik yang lain. Permukaan finish dan kekasaran (roughness) bermasalah Memerlukan referensi standar untuk setup Kedalaman penetrasi terbatas 2. Radiographic Testing (RT) Radiograpi testing menggunakan radiasi tembus yang diarahkan langsung ke sampel yang melemahkan radiasi melalui perubahan density atau ketebalannya. Radiasi tembus digunakan dalam radiografi adalah energi yang lebih tinggi (panjang gelombang lebih pendek) versi dari gelombang elektromagnetik yang membentuk cahaya normal. Cahaya tampak (visible light) dalam keluarga yang sama dengan x-ray dan sinar gamma, namun, berbeda dengan cahaya tampak, sinar ini energi yang lebih tinggi secara signifikan dapat menembus ke dalam bahan. Radiografi dapat menggunakan sinar-x atau sinar gamma. Sinar-X diproduksi dengan tabung listrik yang dapat dimatikan, sementara sinar gamma yang dihasilkan oleh bahan radioaktif harus dilindungi untuk keamanan jika tidak digunakan. Seperti radiasi menembus spesimen, bahan sampel menghentikan sejumlah persentase kejadian dari pencapaian detektor. Energi dari radiasi mempengaruhi daya tembus, sementara density dan ketebalan material mengatur pemberhentian tenaga.

4 Gambar 2.2. Cara Kerja Radiography Testing [2]. Detektor yang digunakan dalam radiography inspection bisa berupa film atau media digital, gambar pada detektor ini akan negatif satu sama lain. Sementara kedua jenis memiliki pro dan kontra, sebuah kemampuan yang signifikan dengan penggunaan detektor digital adalah bahwa sampel dapat dipindahkan di sekitarnya dan tampak secara real time. Keuntungan : Teknis tidak terbatas pada type material Dapat digunakan untuk inspeksi rakitan komponen lengkap Persiapan permukaan yang diperlukan minimum Dapat digunakan untuk ketebalan penuh dengan sekali pengujian Peka terhadap perubahan ketebalan dan density. Hasil record permanen dapat dicapai Kelemahan : Banyak menggunakan perlindungan keselamatan kerja untuk intensitas radiasi tinggi. Orientasi antara kejadian sinar-x dan cacat secara kritis. Dibutuhkan waktu yang lama untuk pelatihan. Diperlukan akses kedua sisi dari specimen. Tidak mungkin untuk menentukan kedalaman cacat tanpa penambahan eksposur sudut.

5 Biaya peralatan awal yang mahal, khususnya untuk specimen yang tebal. 3. Ultrasonic Testing (UT). Pemeriksaan Ultrasonic Testing (UT) menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi dalam komponen dan monitor bagaimana mereka berjalan dalam material. Sebuah transduser mengubah energi listrik menjadi energi mekanik untuk mengirim sinyal ke dalam potongan uji, bekerja secara terbalik untuk sinyal kembali. Sebuah transduser kontak ini dapat digunakan dengan gel coupling pada bagian permukaan, atau transduser perendaman jika sampel berada dalam bak air. Selama tes ultrasonik, gelombang suara berjalan melalui material dan dipantulkan kembali dari permukaan atau cacat. Energi suara pantul ditampilkan terhadap waktu, dan inspektur dapat memvisualisasikan lintas div dari spesimen mengungkapkan kedalaman berbagai fitur. Gambar 2.3. Schematic Ultrasonic Testing [2]. Kelebihan : Digunakan untuk mendeteksi beragam cacat Portable peralatan untuk hasil yang langsung Dapat digunakan untuk inspeksi bentuk kompleks, ukuran besar dan banyak bahan Hanya akses sisi tunggal diperlukan

6 Inspeksi dapat otomatis persiapan bagian minimum. mempunyai daya tembus yang tinggi Kekurangan : Kontak dengan couplant atau perendaman dalam air biasanya diperlukan keterampilan dan pelatihan yang luas dibutuhkan. Permukaan finish dan kekasaran dapat mengganggu pemeriksaan. Bagian Tipis mungkin sulit untuk diinspeksi. Standar Referensi biasanya diperlukan Sedangkan untuk metode Magnetic Particle Testing (MT) dan Liquid Penetrant Testing (PT) akan dibahas lebih lanjut. 2.2 Magnetic Particle Testing (MT) Magnetic Particle Testing (MT) atau Magnetic crack detection adalah metode untuk mendeteksi retak dan discontinuitas lainnya pada permukaan dan bawah permukaan material ferro-magnetik. Magnetic Particle Inspection (MPI) adalah salah satu metode yang paling efektif untuk menemukan cacat di atas permukaan atau di bawah permukaan pada material besi pada berbagai tahap manufaktur. Sensitivitas deteksi maksimum pada permukaan akan berkurang dengan cepat dengan peningkatan kedalaman sub-surface cacat. Deteksi cacat bergantung pada kenyataan bahwa ketika suatu material magnet, discontinuitas yang terletak melintang terhadap arah magnetisasi distorsi penyebab garis magnetik fluks dan medan kebocoran terbentuk pada atau di atas permukaan, beberapa partikel ini dipegang oleh fluks kebocoran. Gambar 2.4. Proses Pengujian Magnetic Particle Testing

7 Pengujian partikel magnetic adalah metode untuk mendeteksi retak dan discontinuitas lainnya pada permukaan dan bawah permukaan material ferromagnetic. Sensitivitas deteksi maksimum pada permukaan dan berkurang dengan cepat dengan peningkatan kedalaman sub-surface cacat. Deteksi cacat bergantung pada kenyataan bahwa ketika suatu material magnet, discontinuitas yang terletak melintang terhadap arah magnetisasi distorsi penyebab garis magnetik fluks dan medan kebocoran terbentuk pada atau di atas permukaan, beberapa partikel ini dipegang oleh fluks kebocoran. koleksi magnetis ini membuat partikel membentuk efek garis besar dan menunjukkan lokasi, bentuk dan luasnya diskontinuitas. Sejumlah faktor seperti arah dan kekuatan medan magnet, karakter magnetic dari lokasi, bagian dan orientasi diskontinuitas magnet powder yang terbentuk, mempengaruhi pembentukan pola powder, dan karena itu lokasi yang tepat dari cacat diindikasikan dengan metode ini. Dalam Magnetic Particle Inspection (MPI), sebuah medan magnet diinduksikan pada bagian yang diuji. Medan magnet yang terdiri dari garis fluks yang mengalir melalui spesimen magnet, mereka dapat membelok dan bocor di sekitar cacat. Kebocoran fluks magnetik menarik partikel, yang mengelompokkan untuk membentuk indikasi. Orientasi medan magnet mempunyai peran yang lebih besar dalam mendeteksi cacat. Sensitivitas tes dipengaruhi oleh sudut antara medan magnet induksi dan orientasi cacat. Kebocoran fluks maksimum terjadi ketika medan magnet terletak tegak lurus terhadap discontinuitas (keretakan) tersebut. Cacat yang tampak sejajar dengan fluks magnetik tidak akan membentuk indikasi. Tergantung pada aplikasi, metode ini dapat dilakukan baik menggunakan bubuk kering atau bubuk tersuspensi dalam cairan. Partikel warna yang berbeda dipilih untuk memberikan visibilitas yang baik terhadap permukaan spesimen. Partikel bubuk kering bisa berwarna abu-abu, merah, atau hitam, apabila dilihat dengan cahaya putih. Partikel neon basah memerlukan sinar ultraviolet (UVA) untuk melihat indikasi.

8 Gambar 2.5. Skema garis fluks yang mengalir melewati kedua tegak lurus dan cacat paralel, dan kebocoran fluks terjadi di sekitar cacat tegak lurus [2] Magnetic Particle Inspection (MPI) dilakukan dalam empat langkah: 1. Menginduksi medan magnet dalam spesimen. 2. Terapkan partikel magnet ke permukaan spesimen. 3. Menunjukkan permukaan, mencari pengelompokan partikel yang disebabkan oleh cacat. 4. Demagnetize dan membersihkan spesimen. Keuntungan dari Inspeksi Partikel Magnetik: 1. Dapat menemukan cacat pada kedua permukaan dan dekat sub-surface. 2. Beberapa format inspeksi biayanya sangat portabel dan rendah. 3. Cepat pemeriksaan dengan hasil yang langsung bisa diketahui. 4. Indikasi cocok untuk pemeriksaan secara langsung pada permukaan spesimen. 5. Dapat mendeteksi cacat yang tertutup banyak kotoran (kerak). 6. Dapat memeriksa bagian-bagian dengan bentuk tidak teratur (splines eksternal, crankshafts, connecting, dll). Keterbatasan Inspeksi Partikel Magnetik : 1. Spesimen harus ferromagnetik (misalnya baja, besi tuang). 2. Ketebalan cat lebih dari 0,005 inchi harus dibersihkan sebelum inspeksi. 3. Post Cleaning dan post demagnitization lebih seringkali diperlukan. 4. Sensitivitas kedalaman maksimum biasanya 0,100 inchi (jika lebih dalam hasilnya akan kurang sempurna). 5. Alignment antara fluks magnetik dan cacat (defect) cukup penting.

9 Dalam beberapa kasus, partikel-partikel besi yang dilapisi dengan bahan fluoresent memungkinkan mereka untuk dilihat di bawah lampu UV dalam kondisi gelap. partikel magnetik biasanya digunakan sebagai suspensi dalam air atau parafin. Hal ini memungkinkan partikel untuk mengalir di atas permukaan dan untuk bermigrasi ke setiap kekurangan. Pada permukaan yang panas, atau dimana kontaminasi adalah kekhawatiran, serbuk kering dapat digunakan sebagai alternatif untuk tinta basah. Pada permukaan gelap, lapisan tipis cat putih biasanya diterapkan, untuk meningkatkan kontras antara latar belakang dan partikel-partikel magnetic hitam. Teknik yang paling sensitive bagaimanapun adalah menggunakan partikel fluoresent dilihat dalam UV (hitam) cahaya. Gambar 2.6. (a). Magnetic Particle Inspection menggunakan serbuk, (b). fluorescent magnetic particle inspection menggunakan UV light [3] MPI sangat sensitif terhadap permukaan melonggar atau retak dekat permukaan, bahkan jika permukaan retak sangat sempit. Namun, jika retak berjalan sejajar dengan medan magnet, ada sedikit gangguan medan magnet dan tidak mungkin bahwa retak akan terdeteksi. Untuk alasan ini disarankan bahwa permukaan pemeriksaan magnetisasi dalam dua arah pada 90 satu sama lain dan dengan dilakukan pergeseran-pergeseran daerah yang akan di magnetisasi.

10 Metode Pengujian Magnetic Particle Ada beberapa metode dalam magnetisasi suatu benda kerja yang akan diuji, yaitu : 1. Magnetisasi Longitudinal Magnetisasi Longitudinal dihasilkan dari arus listrik yang dialirkan 2. Magnetisasi Yoke Magnetisasi dengan menggunakan yoke. Dengan cara ditempelkan pada material yang akan demagnetisasi. 3. Magnetisasi Sirkular Magnetisasi Sirkular terdiri dari : a) Magnetic Tak Langsung Arus listrik dialirkan ke konduktor sentral. Medan magnet mengenai bahan dan benda yang dilingkupinya. b) Magnetisasi Langsung Arus listrik dialirkan pada bahan yang akan di magnetisasi. c) Prod Magnetisasi dengan cara material ferro-magnetic dililiti dengan logam tembaga kemudian dialiri listrik. Demagnetisasi adalah proses penghilangan sisa magnet pada benda uji setelah dilakukan pengujian. Tujuan dilakukannya proses demagnetisasi adalah agar setelah pengujian benda yang diuji tidak mengganggu atau mempengaruhi proses yang berikutnya dilakukan. Demagnetisasi dapat dilakukan menggunakan arus AC atau DC. Jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan ke dalam koil yang dialiri arus AC kemudian diturunkan dengan perlahan-lahan. Jika menggunakan arus DC maka dengan step down bolak-balik berulang Magnetic Particle Testing Powder Sebuah partikel yang umum digunakan untuk mendeteksi retak adalah oksida besi. untuk kedua sistem kering dan basah. Basah sistem partikel berbagai ukuran dari <0,5 sampai 10 micrometer untuk digunakan dengan operator air atau minyak. Partikel yang digunakan dalam sistem basah memiliki pigmen yang digunakan yaitu

11 fluorescent di 365 nm (ultraviolet A) membutuhkan 1000 μw/cm 2 (10 W/m 2 ) pada permukaan bagian untuk pemeriksaan yang tepat. Jika partikel tidak memiliki lampu yang benar diterapkan dalam Ruang Gelap partikel tidak dapat dideteksi / terlihat. praktek industri Its untuk menggunakan kacamata UV / kacamata untuk menyaring sinar UV dan memperkuat spektrum cahaya tampak normal Hijau dan Kuning diciptakan oleh partikel flouresent. Hijau dan Kuning fluoresent dipilih karena mata manusia bereaksi terbaik untuk warna-warna ini. Dry partikel bubuk berbagai ukuran mikrometer, yang dirancang untuk dilihat dalam kondisi cahaya putih. Partikel tidak dirancang untuk digunakan di lingkungan basah. bubuk kering biasanya diterapkan menggunakan aplikator tangan bubuk udara yang dioperasikan aerosol diterapkan partikel mirip dengan sistem basah, dijual dalam kaleng aerosol premixed mirip dengan hair spray Klasifikasi Metode MPI Pada magnetic particle inspection ini digunakan beberapa metode seperti MPI dry visible, MPI wet visible dan MPI wet fluorescent. Pada pengujian tidak merusak dengan metode magnetic particle inspection pada dasarnya yaitu dengan memagnetisasi bahan yang akan diuji. Adanya cacat yang tegak lurus arah medan magnet akan menyebabkan kebocoran medan magnet. Kebocoran medan magnet ini mengindikasikan adanya cacat pada material. Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran medan magnet adalah dengan menaburkan partikel magnetic di permukaan. Partikel partikel tersebut akan berkumpul pada daerah kebocoran medan magnet. Kelemahan metode ini hanya bisa diterapkan untuk material ferromagnetic. Selain itu, medan magnet yang dibangkitkan harus tegak lurus atau memotong daerah retak serta diperlukan demagnetisasi di akhir inspeksi. Pada metode Magnetic Particle Inspection ( MPI ) terdapat tiga metode pengujian, yaitu : 1. MPI Dry Visible Dalam proses Dry Visible ini, digunakan serbuk yang kering. Serbuk tersebut ditaburkan pada saat magnetisasi benda uji. Tujuan pemberian serbuk ini

12 adalah untuk mendeteksi adanya cacat pada benda uji, karena jika terjadi cacat, serbuk ini akan menunjukan dimana letak cacat tersebut. 2. MPI Wet Visible Metode Wet Visible ini dalam prosenya sama dengan metode dry visible. Yang membedakan adalah serbuk yang digunakan. Jika dry vible menggunakan serbuk magnet basah tetapi wet visible menggunakan serbuk magnet bertipe basah. Serbuk tersebut ditaburkan pada saat magnetisasi benda uji. Tujuan pemberian serbuk ini adalah untuk mendeteksi adanya cacat pada benda uji, karena jika terjadi cacat, serbuk ini akan menunjukan dimana cacat tersebut. 3. MPI Wet Fluorescent Dalam metode Wet Fluorescent ini, menggunakan serbuk yang basah. Serbuk tersebut ditaburkan pada saat magnetisasi benda uji. Tujuan pemberian serbuk ini adalah untuk mendeteksi adanya cacat pada benda uji, karena jika terjadi cacat, serbuk ini akan menunjukkan dimana letak cacat tersebut.ketiga metode tersebut pada prinsipnya sama, namun serbuk magnet yang digunakan pasa setiap pengujian berbeda.

13 Standardisasi Magnetic Particle Inspection Tabel 2.1 Standarisasi Magnetic Particel Inspection Number ASTM STANDARDS ASTM A275/A275 M-96 ASTM A456/A456 M Rev. A. ASTM D96 ASTM E (1993) ASTM E C Tittle Standard Test Methode for Magnetic Particle Examination of Steel Forgings.1995 Standard Specification for Magnetic Particle Examination of Large Crankshaft Forgings Standard Test Methods for Water and Sediment in Crude Oils by Centrifuge Method (Field Procedure) Standard Reference Photographs for Magnetic Particle Indications on Ferrous Castings. (Revised 1993) 1963 Standard Terminology for Nondestructive Examination (Replaces ASTM E269). U.S. GOVERNMENT SPECIFICATIONS DOD-F Mil-Std-271F Mil-Std-410E MIL-HDBK-728/1 MIL-HDBK-728/4A OTHER PUBLICATIONS SNT-TC-1A ATA No. 105 ASM Handbook, Volume 17 Fluid, Magnetic Particle Inspection, Suspension Requirements for Nondestructive Testing Methods Nondestructive Testing Personnel Qualifications and Certifications Nondestructive Testing Magnetic Particle Testing American Society for Nondestructive Testing. Recommended Practice (Personnel Qualification and Certification in Nondestructive Testing and Recommended Training Courses) Note: Updated every 4 years edition due in early Air Transport Association of America. Guidelines for Training and Qualifying Personnel in Nondestructive Testing Methods, (Revision ) Nondestructive Evaluation and Quality Control.1989

14 2.3 Liquid Penetrant Testing (PT) Liquid Penetrant Testing juga dikenal sebagai pengujian penetrant Dye, inspeksi Liquid Penetrant Testing adalah metode yang paling dapat diandalkan untuk menemukan cacat dan discontinuitas terbuka di permukaan terutama dalam semua bahan non-pori. Metode ini banyak digunakan untuk pengujian non-magnetik bahan. Dalam metode Liquid Penetrant Testing (PT), sebuah penetrant cair / pewarna diterapkan pada permukaan produk untuk waktu yang telah ditentukan tertentu yang ditentukan dengan menggunakan code, standar atau spesifikasi, setelah itu penetran berlebih akan dihapus dari permukaan. Permukaan tersebut kemudian dikeringkan dan pengembang diterapkan untuk keperluan itu. Para penetrant yang tetap dalam keretakan diserap oleh pengembang untuk menunjukkan adanya lokasi keretakan, ukuran dan sifat diskontinuitas (keretakan) tersebut. Penetrant yang baik digunakan akan terlihat dye penetrant atau dye penetrant flouresent. Pemeriksaan terhadap adanya indikasi pewarna terlihat dibuat dibawah cahaya putih sementara pemeriksaan adanya indikasi oleh dye penetrant flouresent dibuat dibawah ultraviolet intensitas tinggi (atau hitam) dalam kondisi cahaya gelap. Gambar 2.7. Proses Pengujian Liquid Penetrant Testing [3]. Dalam Liquid Penetrant Inspeksi (LPI), cairan dengan potensi kapiler tinggi diaplikasikan untuk sample dan ditarik ke permukaan specimen yang mengalami cacat. Selisih tersebut dihapus setelah jangka waktu dan jenis pengembang yang sesuai diterapkan untuk menarik kembali penetran keluar. Seperti berdarah yang keluar secara lateral pada bagian permukaan, secara visual terlihat keduanya sangat kontras. Sebuah penetrasi yang berfluoresent dibawah sinar UV juga dapat digunakan untuk menghasilkan visualisasi dramatis dari cacat yang terjadi.

15 Ini dapat digunakan pada bahan non-porositas dan digunakan untuk menemukan cacat permukaan, kadang-kadang untuk mendeteksi kebocoran. Ada beberapa pilihan penetrant, remover, dan Developer. Pemilihan didasarkan pada kepekaan yang diperlukan, persyaratan mudah dibawa, dan sifat bahan yang akan diuji sehubungan dengan masalah kompatibilitas. Langkah-langkah dalam penerapan Liquid Penetrant Inspection (LPI) : 1. Permukaan bagian tersebut dibersihkan secara menyeluruh dengan cleaner / remover. 2. Penetrant cair diterapkan pada luas permukaan bawah specimen yang akan dilakukan pemeriksaan. 3. Sebuah kain bersih direndam dalam pelarut yang akan digunakan untuk menghapus penetran cair dari permukaan. 4. Pengembang diterapkan. 5. Pemeriksaan ini dilakukan pada permukaan specimen yang cacat, akan terlihat penetran yang kembali ke permukaan. Gambar 2.8. Tahapan Liquid Penetrant Inspection [2] Keuntungan dari Liquid penetrant Inspection (LPI): 1. Material/bagian yang luas dengan volume yang besar dapat diperiksa dengan cepat dan dengan biaya rendah. 2. Bagian dengan geometri yang kompleks dapat diperiksa secara rutin. 3. Indikasi diproduksi langsung pada bagian permukaan, memberikan gambaran visual dari ke retakan specimen. 4. Peralatan investasi bisa sangat rendah 5. Berbentuk kaleng semprot sehingga pengujian sangat portable.

16 Keterbatasan Liquid Penetrant Inspection (LPI) : 1. Hanya mendeteksi cacat permukaan. 2. Pengujian pada material nonporous (tidak keropos). 3. Precleaning sangat penting karena kontaminan dapat menutupi cacat. 4. Posting cleaning kadang-kadang diperlukan untuk menghilangkan bahan kimia. 5. Membutuhkan beberapa operasi dalam kondisi yang terkendali. 6. Pencegahan terhadap dampak kimia mungkin diperlukan. 7. Pelapisan dengan logam, grinding dan operasi lainnya menghambat proses deteksi. 8. Beberapa bahan mungkin perlu digores sebelum dilakukan inspeksi. Syarat pemeriksaan dengan metode penetrant Testing adalah : a. Permukaan benda yang akan diperiksa harus bebas dari kotoran, minyak, oli, cat, dan lain-lain. Dimana kotoran tersebut akan menutupi benda yang akan diperiksa sehingga tidak dapat mendeteksi cacat. b. Benda yang akan diperiksa harus dalam keadaan kering dan tidak keropos. c. Bila permukaan benda tertutup cat, maka usahakan cat tersebut dihilangkan Ada dua type dalam metode Penetrant Testing ini yaitu : a. Type I. Menggunakan Fluorescent Dye Penetrant. b. Type II. Menggunakan Visible Dye Penetrant. Pada pemerikaaan dengan type I, tanda-tanda keretakan hanya dapat terlihat apabila menggunakan lampu sinar ultraviolet (black light) dikamar gelap, sedangkan pemeriksaan dengan type II tanda-tanda keretakan dapat langsung terlihat oleh mata biasa. Pada dasarnya metode penetrant type I mempunyai kepekaan lebih tinggi dari pada type II. Oleh sebab itu type I (fluorescent) diutamakan untuk pemeriksaan keretakan-keretakan pada komponen-komponen pesawat terbang, sedangkan type II (visible) digunakan pada obyek yang kurang memerlukan kepekaan tinggi.

17 Pada setiap tipe pemeriksaan masing-masing terbagi dalam tiga bagian yaitu : 1. Type I method A (Water Washable Fluorescent) 2. Type I method B (Post Emulsifiable Fluorescent) 3. Type I method C (Solvent Removable Fluorescent) 4. Type II method A (Water Washable Visible) 5. Type II method B (Post Emulsifier Visible) 6. Type II method C (Solvent Removable Visible) Dari keterangan diatas perlu diketahui bahwa masing-masing metode menggunakan bahan-bahan penetrant khusus.

18 2.3.1 Tahapan metode Penetrant Testing (PT) Gambar. 2.9 Tahapan Penetrant Testing [4]

19 Standardisasi Penetrant Inspection Tabel 2.2 Standarisasi Penetrant Inspection Number ASTM STANDARDS ASTM-E-165 ASTM -E-270 ASTM -E-1135 ASTM -E-1208 ASTM -E-1209 ASTM -E-1210 ASTM -E-1219 ASTM -E-1220 ASTM -E-2512 SAE-AMS SPECIFICATIONS AMS-2647 US GOVERNMENT SPECIFICATIONS MIL-STD-271 MIL-STD-410 MIL-STD-1907 MIL-STD-6866 MIL-STD-728/1 MIL-STD-728/3 MIL-STD-25135E QPL T.O. 33B-1-1 Tittle Standard Practice for Liquid Penetrant Inspection Method Standard Definitions of Terms Relating to Liquid Penetrant Inspection Standard Method for Comparing the Brightness of Fluorescent Penetrants Standard Method for Fluorescent Liquid Penetrant Examination Using the Lipophilic Post-Emulsification Process. Standard Method for Fluorescent Penetrant Examination Using the Water Washable Process Standard Method for Fluorescent Penetrant Examination Using the HydrophilicPost- Emulsification Process. Standard Method for Fluorescent Penetrant Examination Using the Solvent Removable Process Standard Method for Visible Penetrant Examination Using the Solvent Removable Method Compatibility of Materials with Liquid Oxygen (Impact-Sensitivity Threshold Technique) Fluorescent Penetrant Inspection - Aircraft and Engine Component Maintenance Requirements for Nondestructive Testing Nondestructive Testing Personnel Qualifications and Certifications Inspection, Liquid Penetrant and Magnetic Particle, Soundness Requirements for Materials, Parts and Welds Inspection, Liquid Penetrant Nondestructive Testing Liquid Penetrant Testing Inspection Materials, Penetrants Qualified Products List of Materials Qualified Under MIL-I U.S. Air Force/Navy Technical Manual, Nondestructive Testing Methods.

20 Number OTHER PUBLICATIONS SNT-TC-1A ATA No. 105 Metals Handbook, Ninth Edition, Vol 17 Tittle Personnel Qualification and Certification in Nondestructive Testing and Recommended Training Courses. Guidelines for Training and Qualifying Personnel in Nondestructive Methods, Nondestructive Evaluation, and Quality Control. 2.4 Bagian Rotor Blade Turbine Uap Rotor Blade Turbine merupakan bagian komponen utama dari sebuah Turbine uap, Rotor Blade adalah bagian Turbine yang berputar yang terdiri dari poros, sudut Turbine atau deretan sudut yaitu Stasionary Blade dan Moving Blade. Untuk Turbine bertekanan tinggi atau ukuran besar, khususnya untuk Turbine jenis reaksi maka motor ini perlu di Balance untuk mengimbangi gaya reaksi yang timbul secara aksial terhadap poros. Gambar Bagian Cross Section Rotor Turbin Uap [4] Rotor blade terpasang dengan system insert pada Turbine disk, sedangkan turbin disk dipasang pada shaft yang ditumpu oleh dua bearing pedestal dengan system hub dan keyway seperti pada gambar di bawah.

21 Gambar Turbine Disk dan Lokasi Inspeksi [4] Blade Turbine terbuat dari material logam dengan komposisi kimia C 0,23 %, Si 0,83 %, Mn 0,46 %, Cr 12 %, Mo 0,25 %, S % dan P 0,03 %. Tegangan stress yang pada blade pada kondisi state diakibatkan oleh ada Centrifugal stress dan Bending Stress yang dialami oleh blade. Tegangan stess (σ c ) akibat beban centrifugal dapat dihitung dengan rumusan : σ c = M.V2 A.r (2-1) [8] = 4.π 2.M.r.N s 2 A Di mana : M : Massa root blade (kg) V : Kecepatan pada permukaan (m/s) A : Luasan Cross Section (m 2 ) N s : Kecepatan putar Turbin (RPS) r : Radius total blade (m)

22 2.5 Kerusakan Rotor Blade Turbine Kerusakan (crack) pada blade Turbine dapat dilihat pada bagian gambar yang ditunjukkan oleh tanda panah. Crack Initiation atau gejala retak rambut pada blade diakibatkan oleh tegangan yang terjadi pada saat pengoperasian Turbin. Crack Initiation yang terjadi pada blade dapat ditunjukkan oleh gambar di bawah ini. Gambar Crack Initiation pada Blade Turbine [5] Gambar Kerusakan Blade Turbine (Fractured) [5].

23 Defect Pada Rotor Blade Turbine Defect pada Rotor Blade Turbine terdiri dari beberapa jenis, yaitu : Crack Welding Beberapa jenis keretakan (Crack) yang biasanya terjadi pada rotor blade ditunjukkan pada gambar berikut : Gambar Jenis Crack pada Rotor Blade [4] Keterangan gambar : 1. Crater Crack Sesuai namanya, retak kawah terjadi di kawah las yang terbentuk pada akhir pengelasan. Umumnya, jenis retak disebabkan oleh kegagalan untuk mengisi kawah sebelum electrode meleleh. Ketika ini terjadi pada bagian tepi luar kawah terjadi pendinginan yang cepat, sehingga bagian dalam kawah menjadi retak. Jenis retak ini biasanya berbentuk longitudinal atau melintang, atau mungkin sejumlah retakan saling berpotongan dan membentuk suatu bentuk bintang. 2. Under bead Crack Keretakan ini mirip dengan retakan melintang dalam karena terbentuk dalam zona yang terpengaruh panas karena kekerasan yang tinggi, pengekangan

24 yang berlebihan, dan adanya hidrogen. Orientasi keretakan ini mengikuti kontur zona yang terpengaruh panas. 3. Longitudinal Crack Retak ini mungkin ada dalam tiga bentuk, tergantung pada posisi mereka di las. Retak akar adalah bentuk paling umum dari retakan logam lasan longitudinal karena ketebalan dan ukuran celah akar yang relatif kecil. Jika retakan tersebut tidak dihapus mereka dapat merambat melalui lasan melewati pengelasan berikutnya. 4. Hat cracks Retak Hat terjadi akibat dari penggunaan tegangan yang berlebihan atau terlalu rendah kecepatan pengelasan. Celah retak terletak di tengah-tengah sambungan las dan memanjang hingga gabungan garis yang membentuk sambungan. 5. Toe and root cracks Retak ini terjadi di daerah akar lasan atau dekat batas antara lasan logam dan logam induk. 6. Transverse cracks Retak melintang di logam dasar terjadi pada permukaan dalam atau di dekat zona yang terkena panas. Transverse Crack merupakan hasil dari tegangan tinggi sisa yang disebabkan oleh siklus termal selama pengelasan. Kekerasan yang tinggi, tekanan yang berlebihan, dan adanya hidrogen memicu pembentukan tersebut. Seperti retak yang merambat ke dalam logam atau di luar zona terpengaruh panas hingga ke dalam logam dasar Casting Defects Pada umumnya ada tiga kategori cacat pengecoran. Pertama adalah cacat paling parah yang mengakibatkan Scraping atau tidak sesuai cetakan. Kategori kedua adalah cacat menengah yang memungkinkan perbaikan cetakan (mould), yang ketiga cacat adalah kategori yang kecil yang dapat dengan mudah diperbaiki.

25 Menghilangkan dan pengendalian cacat pengecoran adalah masalah ahli pengecoran yang dapat dilakukan dalam beberapa cara. Gambar Schematic diagram proses continuous casting [4] Shrinkage Defect Shrinkage adalah cacat pengecoran yang terjadi selama tahap tengah dan tahap akhir proses pengecoran hingga tahap pemadatan logam. Memiliki bentuk percabangan, berbeda dari yang sponginess, dan seperti pada gambar 2.4 Cacat dapat dihindari dengan memberikan perhatian khusus pada arah solidifikasi dan memastikan anak tangga yang cukup, atau alat bantu pemakanan lainnya, pada bagian lebih berat dari casting. Modifikasi desain pengecoran, yaitu untuk membuat bagian cor yang lebih seragam untuk aliran dan solidifikasi logam sangat membantu dalam menghindari penyusutan (shrinkage). Cetakan dan cor kadang-kadang dibuat terlalu kuat dan sangat tahan kontraksi.

26 Gambar Formasi dari shrinkage defects [4] Hot Tears Hot Tears adalah discontinuitas (keretakan) yang dihasilkan dari tekanan mengembang dekat dengan temperatur pemadatan pada saat suhu logam masih rendah. Hal ini dikaitkan dengan resistensi dari cetakan dan cor, yang menghambat kontraksi casting, menyebabkan stres termal. Hot Tears menyerupai retak yang tidak beraturan. Mereka dapat dihindari dengan membuat cor dan cetakan berlipat, menghindari perubahan yang tiba-tiba pada bagian dalam dan mencegah pembentukan hot spot intens dengan merancang bagian yang lebih seragam. Gambar Hot Tears [4]

27 Forging And Rolling Defects Discontinuitas (keretakan) dalam tempa dapat berasal dari slab atau billet akibat modifikasi roller dan material tempa (forging), atau mungkin hasil dari proses penempaan itu sendiri. Beberapa cacat yang dapat terjadi di tempa sama dengan cacat yang terjadi pada proses tuang (casting) karena material tempa yang digunakan berasal dari beberapa bentuk ingot cor. Di bawah ini adalah gambar beberapa cacat yang lebih spesifik. Gambar Forging And Rolling Defect [4] Laminasi Porositas besar, pipa dan non-logam inklusi lempeng (slab)atau billet diratakan dan menyebar keluar selama proses rolling dan penempaan (forging). Diskontinuitas (keretakan) yang diratakan ini dikenal sebagai laminasi. Gambar Laminasi [4]

28 Forging Lap Forging Lap adalah diskontinuitas (keretakan) yang disebabkan oleh lipatan logam pada bagian plat yang tipis di permukaan bagian yang mengalami penempaan. Gambar Forging Lap [4] Centre bursts Pecah yang terjadi di wilayah pusat dari penempaan disebut centre bursts. Mereka dapat muncul karena prosedur penempaan yang salah (misalnya suhu terlalu rendah atau terlalu drastis pengurangan) atau akibat dari adanya pemisahan fase atau terjadi rapuh dalam logam yang ditempa. Gambar Centre bursts [4]

29 Tugas Akhir 29

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. PENGERTIAN METODE NDT (NON DESTRUCTIVE TESTING)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. PENGERTIAN METODE NDT (NON DESTRUCTIVE TESTING) 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. PENGERTIAN METODE NDT (NON DESTRUCTIVE TESTING) Pengujian NDT (Non Destructive Testing) digunakan untuk meningkatkan kualitas produksi dan kehandalan produk, komponen dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1.Diagram Alir Penelitian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 35 Tugas Akhir 2 1.2 Bahan dan Alat Berikut ini adalah bahan dan alat yang digunakan dalam proses pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. T u g a s A k h i r

BAB I PENDAHULUAN. T u g a s A k h i r T u g a s A k h i r BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengujian NDT (Non destructive Testing) adalah pengujian yang sering dilakukan untuk pengujian kualitas suatu produk. Kualitas produk merupakan

Lebih terperinci

08/01/2012. Pengujian Visual Las. Pengujian Dye Penetrant. Pengujian Serbuk Magnet PENGUJIAN TIDAK MERUSAK. Pengujian Ultrasonik. Pengujian Arus Eddy

08/01/2012. Pengujian Visual Las. Pengujian Dye Penetrant. Pengujian Serbuk Magnet PENGUJIAN TIDAK MERUSAK. Pengujian Ultrasonik. Pengujian Arus Eddy MATERI KE - III Pengujian tidak merusak (NDT) Pengujian Visual Las Pengujian Dye Penetrant penyusun: Heri Wibowo, MT Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2011 1 PENGUJIAN TIDAK MERUSAK Fakultas

Lebih terperinci

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL Kekerasan Sifat kekerasan sulit untuk didefinisikan kecuali dalam hubungan dengan uji tertentu yang digunakan untuk menentukan harganya. Harap diperhatikan bahwa

Lebih terperinci

KELOMPOK 3 ABEDNEGO DESTIO DOLI DORES SIHOMBING ERICK FERNANDEZ

KELOMPOK 3 ABEDNEGO DESTIO DOLI DORES SIHOMBING ERICK FERNANDEZ KELOMPOK 3 ABEDNEGO DESTIO DOLI DORES SIHOMBING ERICK FERNANDEZ LAPORAN NON DESTRUCTIF TEST DAFTAR ISI Halaman COVER JUDUL... 1 ABSTRAK... 2 DAFTAR ISI... 3 BAB I DASAR TEORI... 4 1.1 Pengertian NDT...

Lebih terperinci

PROSES PENGUJIAN TIDAK MERUSAK

PROSES PENGUJIAN TIDAK MERUSAK PROSES PENGUJIAN TIDAK MERUSAK Sarjito Jokosisworo, Hartono Yudo Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRAK Pengujian tidak merusak merupakan bagian dari pengujian

Lebih terperinci

Pemeriksaan secara visual dengan mata, kadang kadang memakai kaca pembesar. 2.

Pemeriksaan secara visual dengan mata, kadang kadang memakai kaca pembesar. 2. III. PENGUJIAN TANPA MERUSAK (N D T) 1. Pengertian NDT NDT adalah singkatan non destruktif test, yang artinya adalah pengujian tak merusak. Maksud dari pengujian ini adalah bahwa bendanya tidak akan dirusak,

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive test dengan beberapa metoda pengujian.

Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive test dengan beberapa metoda pengujian. Penetrant Test NAMA : Mulyadi Rahayu NIM : 101211086 KET : link download( http://arekteknik.com/penetrant-test.html) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN 1.1.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive

Lebih terperinci

Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing

Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing Disusun oleh : Ariseno Adhi Saputra (3331121968) Kelas A JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2014 Latar belakang

Lebih terperinci

Ferdy Ramdani 1, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan

Ferdy Ramdani 1, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan ANALISA PENGARUH NONCONDUCTIVE COATING TERHADAP PANJANG PENDETEKSIAN CACAT PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMERIKSAAN MAGNETIK PARTIKEL (MPI) PADA SAMBUNGAN LAS CRANE DI KAPAL Ferdy Ramdani, Wing

Lebih terperinci

penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant.

penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant. penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant. Metode yang lain adalah menggunakan penetrant bercahaya/fluoresens. Langkah-langkah inspeksinya

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU (UMRI) PEKANBARU TA 2013/2014

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU (UMRI) PEKANBARU TA 2013/2014 METALURGY FISIK LIQUID PENETRANT TEST NAME :WANDA SAPUTRA NIM :120102033 PRODI :TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU (UMRI) PEKANBARU TA 2013/2014 1 P a g e KATA PENGANTAR Dengan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. * RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail

Lebih terperinci

Ultrasonic Testing. Prinsip Ultrasonic. Prinsip Pemeriksaan Ultrasonic. Pembangkit ultrasonic 08/01/2012

Ultrasonic Testing. Prinsip Ultrasonic. Prinsip Pemeriksaan Ultrasonic. Pembangkit ultrasonic 08/01/2012 LANJUTAN MATERI KE III Ultrasonic Testing Prinsip Ultrasonic Gelombang suara frekuensi tinggi dimasukkan ke dalam material dipantulkan kembali dari permukaan atau cacat. Energi suara yang dipantulkan ditampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Non-destructive Testing (NDT) adalah teknik non-invasif untuk menentukan integritas bahan, komponen, struktur atau kuantitatif karakteristik dari sebuah objek tanpa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN. Pengujian magnetik inspeksi yang dilakukan meliputi metode Dry Visible,

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN. Pengujian magnetik inspeksi yang dilakukan meliputi metode Dry Visible, Tugas Akhir 1 BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN 4.1. Hasil Pengujian 4.1.1 Pengujian Magnetic Testing Pengujian magnetik inspeksi yang dilakukan meliputi metode Dry Visible, Wet visible dan wet fluorescent

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Dan Ruang Lingkup Pengelasan Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri pembuatan peralatan dengan material benda padat baik secara otomatis menggunakan mesin maupun yang masih menggunakan tenaga manusia, tidak bisa

Lebih terperinci

ANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B

ANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B ANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B Naryono, Indra Suharyadi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Arus Searah Sebuah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanik dikenal sebagai motor arus searah. Cara kerjanya berdasarkan prinsip, sebuah konduktor

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

MAKALAH TENTANG PENGUJIAN NON-DESTRUKTIF

MAKALAH TENTANG PENGUJIAN NON-DESTRUKTIF MAKALAH TENTANG PENGUJIAN NON-DESTRUKTIF Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengujian Bahan Dosen Pengampu : Heri Yudiono Disusun oleh : Yoga Dwi Wijanarko (5201413080) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh : Winda Afrilia Rachmadani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA

TUGAS AKHIR. Oleh : Winda Afrilia Rachmadani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA TUGAS AKHIR METODE PERBAIKAN PADA SILENCING SKIN DARI EXHAUST CONE PESAWAT AIR BUS 320 DENGAN PENAMBAHAN DOUBLER BERBENTUK PERFORATED DAN SOLID MENGGUNAKAN TEKNIK PENGELASAN GTAW Oleh : Winda Afrilia Rachmadani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pembangkit Listrik Tenaga Uap merupakan pembangkit yang memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik. Pembangkit

Lebih terperinci

Analisa Hasil Pengelasan SMAW 3G Butt Joint Menggunakan Non Destructive Test Penetrant Testing (NDT-PT) Berdasarkan Standar ASME

Analisa Hasil Pengelasan SMAW 3G Butt Joint Menggunakan Non Destructive Test Penetrant Testing (NDT-PT) Berdasarkan Standar ASME Analisa Hasil Pengelasan SMAW 3G Butt Joint Menggunakan Non Destructive Test Penetrant Testing (NDT-PT) Berdasarkan Standar ASME Tito Endramawan 1, Emin Haris 2, Felix Dionisius 3, Yuliana Prika 4 1,2,3,4

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR Oleh: Muhamad Nur Harfianto 2111 105 025 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Soeharto,

Lebih terperinci

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS A. Gambaran Umum Deformasi. Deformasi adalah perubahan bentuk akibat adanya tegangan dalam logam yaitu tegangan memanjang dan tegangan melintang, yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PENGELASAN

DASAR-DASAR PENGELASAN DASAR-DASAR PENGELASAN Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan energi panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan dapat dilakukan dengan : - pemanasan tanpa

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Peralatan Las Busur Nyala Listrik

Peralatan Las Busur Nyala Listrik Peralatan Las Busur Nyala Listrik Peralatan Las Busur Nyala Listrik 1. Mesin Las 2. Kabel Las 3. Pemegang Elektroda 4. Elektroda (Electrode) 5. Bahan Tambah (Fluks) Mesin Las Mesin las busur nyala listrik

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE

PERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE PERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE Oleh Nama : Roby Pratomo NPM : 26409806 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi literature dan pengumpulan bahan Pengolahan dan analisa Mempersiapkan Alat dan Bahan Prosedur pengujian Non Destructive Test Pengujian

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK

PEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK PEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK Namad Sianta, Djoli Soembogo dan R. Hardjawidjaja Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BATAN E-mail : djoli@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Didalam suatu konstruksi terutama pada konstruksi yang dilakukan proses pengelasan (welding), sering sekali terjadi ketidaksempurnaan dalam proses penyambungan,

Lebih terperinci

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan II - 1 BAB II PENGELASAN SECARA UMUM 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Pengelasan Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama las cair (fussion welding) yaitu pengelasan

Lebih terperinci

NONDESTRUCTIVE TESTING. Pengujian Tanpa Merusak

NONDESTRUCTIVE TESTING. Pengujian Tanpa Merusak NONDESTRUCTIVE TESTING Pengujian Tanpa Merusak DEFINISI NDT NDT atau Non Destructive Testing (Uji Tak Rusak) adalah salah satu metode pengujian yang dapat dilakukan pada suatu material, komponen, struktur,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi yang berkembang pesat saat ini merupakan efek dari kebutuhan manusia yang semakin meningkat, salah satunya yakni teknologi inspeksi. Teknologi inspeksi ini

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-73 Analisis Perbandingan Pelat ASTM A36 antara di Udara Terbuka dan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat Yanek Fathur Rahman,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan, karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.

Lebih terperinci

RSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN..

RSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN.. DAFTAR ISI 01. LINGKUP PEKERJAAN.. 127 02. BAHAN - BAHAN.. 127 03. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN...... 127 PT. Jasa Ferrie Pratama 126 01. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Konstruksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Proses karakterisasi material Bantalan Luncur dengan menggunakan metode pengujian merusak. Proses penelitian ini dapat dilihat dari diagram alir berikut

Lebih terperinci

LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan. Dosen Pembimbing :

LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan. Dosen Pembimbing : LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan Dosen Pembimbing : Bintang Ihwan Moehady, Ir, MSc. Disusun oleh : Via Siti Masluhah 101411030 Yuniar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai suatu kasus yang akan menjadi alasan dilakukan penelitian ini, yang akan diuraikan pada Latar Belakang. Atas dasar masalah yang telah dikemukakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak dari konsumsi bahan bakar minyak yang menjadi topik utama di berbagai media massa. Salah satu dampaknya

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI NDT ULTRASONIC TEST DENGAN METODE MICROCONTROLLER

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI NDT ULTRASONIC TEST DENGAN METODE MICROCONTROLLER INFOMATEK Volume 19 Nomor 2 Desember 2017 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI NDT ULTRASONIC TEST DENGAN METODE MICROCONTROLLER Jojo Sumarjo *), Aa Santosa, Riko Purbowo Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

APLIKASI NON DESTRUCTIVE TEST PENETRANT TESTING (NDT-PT) UNTUK ANALISIS HASIL PENGELASAN SMAW 3G BUTT JOINT

APLIKASI NON DESTRUCTIVE TEST PENETRANT TESTING (NDT-PT) UNTUK ANALISIS HASIL PENGELASAN SMAW 3G BUTT JOINT APLIKASI NON DESTRUCTIVE TEST PENETRANT TESTING (NDT-PT) UNTUK ANALISIS HASIL PENGELASAN SMAW 3G BUTT JOINT Tito Endramawan 1, Emin Haris 2, Felix Dionisius 3, Yuliana Prika 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

IX. KEGIATAN BELAJAR 9 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN CORAN. Pemeriksaan dan pengujian coran dapat dijelaskan dengan benar

IX. KEGIATAN BELAJAR 9 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN CORAN. Pemeriksaan dan pengujian coran dapat dijelaskan dengan benar IX. KEGIATAN BELAJAR 9 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN CORAN A. Sub Kompetensi Pemeriksaan dan pengujian coran dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam industri, teknologi konstruksi merupakan salah satu teknologi yang memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan manusia. Perkembangannya

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron BAB V HASIL PENELITIAN Berikut ini hasil eksperimen disusun dan ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar mikroskop dan grafik. Eksperimen yang dilakukan menggunakan peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA 301) Cahaya

Fisika Umum (MA 301) Cahaya Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini (minggu 11) Cahaya Cahaya adalah Gelombang Elektromagnetik Apa itu Gelombang Elektromagnetik!!! Pendahuluan: Persamaan Maxwell Listrik dan magnet awalnya dianggap sebagai

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Kategori Sifat Material

Kategori Sifat Material 1 TIN107 Material Teknik Kategori Sifat Material 2 Fisik Mekanik Teknologi Kimia 6623 - Taufiqur Rachman 1 Sifat Fisik 3 Kemampuan suatu bahan/material ditinjau dari sifat-sifat fisikanya. Sifat yang dapat

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN Mukhtar Ali 1*, Nurdin 2, Mohd. Arskadius Abdullah 3, dan Indra Mawardi 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Abstrak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Abstrak Pada akhir abad ke-19 teknik pengelasan mulai berkembang dengan pesat. Hal ini disebabkan karena diketemukannya cara penggunaan tenaga listrik sebagai sumber panas dalam pengelasan.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Alat Dan Material Penelitian 1. Material penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 3. Komposisi kimia baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur

Lebih terperinci

Presented by Nugroho Suparmadi PRESENTASI FIELD PROJECT

Presented by Nugroho Suparmadi PRESENTASI FIELD PROJECT Presented by Nugroho Suparmadi 6107 030 061 PRESENTASI FIELD PROJECT Perkembangan kebutuhan industri offshore. Kebutuhan kompresor kapasitas besar. Sertifikasi Kelayakan Pakai. Bagaimana Kelayakan Frame

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Baja Baja adalah paduan antara unsur besi (Fe) dan Carbon (C) serta beberapa unsur tambahan lain, seperti Mangan (Mn), Aluminium (Al), Silikon (Si) dll. Seperti diketahui bahwa,

Lebih terperinci

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A Agus Salim Peneliti pada Bidang Peralatan Transportasi Puslit Telimek LIPI ABSTRAK Telah dilakukan pengecoran

Lebih terperinci

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM Materi ini membahas tentang pembuatan besi tuang dan besi tempa. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan peranan teknik pengecoran dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB III TURBIN UAP PADA PLTU

BAB III TURBIN UAP PADA PLTU BAB III TURBIN UAP PADA PLTU 3.1 Turbin Uap Siklus Renkine setelah diciptakan langsung diterima sebagai standar untuk pembangkit daya yang menggunakan uap (steam ). Siklus Renkine nyata yang digunakan

Lebih terperinci

DASAR TEORI ULTRASONIC TEST

DASAR TEORI ULTRASONIC TEST DASAR TEORI ULTRASONIC TEST (materi kuliah UTR ) Tegas Sutondo Tujuan Memberikan dasar teori teknik inspeksi menggunakan peralatan UT Problem Testing menggunakan UT Karakteristik gelombang suara Pembangkitan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI. Langkah-langkah Penelitian

METODOLOGI. Langkah-langkah Penelitian METODOLOGI Langkah-langkah Penelitian 7. Centrifugal Casting Proses centrifugal casting yang dilakukan adalah pengecoran sentrifugal horisontal dengan spesifikasi sebagai berikut : Tabung Cetakan Diameter

Lebih terperinci

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang * ANALISA PENGARUH KUAT ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, KEKUATAN TARIK PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN LAS SMAW MENGGUNAKAN JENIS ELEKTRODA E7016 Anjis Ahmad Soleh 1*, Helmy Purwanto 1, Imam Syafa

Lebih terperinci

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk. IV - 1 BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN SMAW adalah proses las busur manual dimana panas pengelasan dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda terumpan berpelindung flux dengan benda kerja.

Lebih terperinci

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) Page : 1 LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) 1. PENDAHULUAN. Las busur listrik elektrode terbungkus ialah salah satu jenis prose las busur listrik elektrode terumpan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN IV-1 BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Prosedur pengujian kualifikasi reparasi pengelasan pada proses pembuatan pipa dilakukan berdasarkan kriteria penerimaan dalam API 5L edisi ke 43 tahun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN PUTARAN SHELLTERHADAP KETEBALAN DAN CACAT PENGECORAN RADIAL SLIDING BEARING BABBITT - BAJA KARBON DENGAN METODE HORIZONTAL CENTRIFUGAL CASTING Alaya Fadllu Hadi Mukhammad 1 dan Bambang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN III-1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Proses pengambilan data pada proses pembuatan WPS Repair dijelaskan dalam diagram proses dibawah ini : Studi Literatur Menyusun draft prosedur

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. suatu beton. Standar atau prosedur dalam menggunakan metode pengujian ini

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. suatu beton. Standar atau prosedur dalam menggunakan metode pengujian ini PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Tinjauan khusus Ultrasonic pulse velocity adalah metode yang digunakan untuk mengukur kecepatan hantaran dari gelombang (pulse velocity) ultrasonik yang melewati suatu beton. Standar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

MENGUJI KEHANDALAN ROTARY LIME KILN DENGAN MELAKUKAN VISUAL INSPECTION DAN EDDY CURRENT TEST PADA GIRTH GEAR

MENGUJI KEHANDALAN ROTARY LIME KILN DENGAN MELAKUKAN VISUAL INSPECTION DAN EDDY CURRENT TEST PADA GIRTH GEAR MENGUJI KEHANDALAN ROTARY LIME KILN DENGAN MELAKUKAN VISUAL INSPECTION DAN EDDY CURRENT TEST PADA GIRTH GEAR Sutan Lazrisyah Program Studi Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Riau E-mail: lazrisyah@eng.uir.ac.id

Lebih terperinci

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron) Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron) *Yusuf Umardani a, Yurianto a, Rezka

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI AMPERE PENGELASAN PLAT BAJA ST 36 TERHADAP BEBAN TEKAN BENGKOK DAN KERUSAKAN PERMUKAAN

PENGARUH VARIASI AMPERE PENGELASAN PLAT BAJA ST 36 TERHADAP BEBAN TEKAN BENGKOK DAN KERUSAKAN PERMUKAAN Widya PENGARUH Teknika Vol.22 VARIASI No.1; Maret AMPERE 2014 PENGELASAN.. DAN KERUSAKAN PERMUKAAN [AGUS SUYATNO] ISSN 1411 0660: 47-51 PENGARUH VARIASI AMPERE PENGELASAN PLAT BAJA ST 36 TERHADAP BEBAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan pemeliharaan dari semua alat-alat yang terbuat dari logam, baik sebagai proses penambalan retak-retak,

Lebih terperinci

KONSTRUKSI GENERATOR DC

KONSTRUKSI GENERATOR DC KONSTRUKSI GENERATOR DC Disusun oleh : HENDRIL SATRIYAN PURNAMA 1300022054 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2015 I. DEFINISI GENERATOR DC Generator

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA Bab IV. Hasil dan Analisa 59 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian 4.1.1.Hasil Pengujian Dengan Metoda Penetrant Retakan 1 Retakan 2 Gambar 4.1. Hasil Pemeriksaan dengan Metoda Penetrant pada Pengunci

Lebih terperinci

Proses Fabrication & Welding Pipa di PT. DOK Perkapalan Kodja Bahari Galangan I (PERSERO) Jakarta Utara

Proses Fabrication & Welding Pipa di PT. DOK Perkapalan Kodja Bahari Galangan I (PERSERO) Jakarta Utara Proses Fabrication & Welding Pipa di PT. DOK Perkapalan Kodja Bahari Galangan I (PERSERO) Jakarta Utara Nama : Bayu Arista Kelas : 3IC04 NPM : 21412385 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Dr. Ir. Tri Mulyanto,

Lebih terperinci

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN Pengelasan adalah suatu proses dimana bahan dengan jenis sama digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian

Lebih terperinci

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A PREDIKSI 7 1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A B C D E 2. Pak Pos mengendarai sepeda motor ke utara dengan jarak 8 km, kemudian

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah Pengaruh Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah Yusril Irwan Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Jl. PKH. Mustafa No. 23. Bandung 4124 Yusril@itenas.ac.id,

Lebih terperinci

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

BAB I LAS BUSUR LISTRIK BAB I LAS BUSUR LISTRIK A. Prinsip Kerja Las Busur Listrik Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan menggunakan panas, tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk memanaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Poros merupakan salah satu komponen yang lazim terpasang dalam suatu mekanisme mesin, seperti mesin giling, mesin perontok, mesin pengaduk, mesin crusher, dan jenis

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK Syaripuddin Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : syaripuddin_andre@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

UJI TANPA RUSAK PADA SAMBUNGAN LASAN LINER KOLAM IRADIATOR GAMMA

UJI TANPA RUSAK PADA SAMBUNGAN LASAN LINER KOLAM IRADIATOR GAMMA UJI TANPA RUSAK PADA SAMBUNGAN LASAN LINER KOLAM IRADIATOR GAMMA Petrus Zacharias, Harno Garnito, Tri Wahono Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir- BATAN Gedung 71, Kawasan PUSPIPTEK Serpong,Tangerang Selatan,

Lebih terperinci

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L GIVING EFFECT TO HEAT THE BEGINNING OF THE NATURE OF WELDING TIG PHYSICAL AND MECHANICAL

Lebih terperinci

TUGAS PERTANYAAN SOAL

TUGAS PERTANYAAN SOAL Nama: Soni Kurniawan Kelas : LT-2B No : 19 TUGAS PERTANYAAN SOAL 1. Jangkar sebuah motor DC tegangan 230 volt dengan tahanan 0.312 ohm dan mengambil arus 48 A ketika dioperasikan pada beban normal. a.

Lebih terperinci

KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS

KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS Ikhsan Kholis *) ABSTRAK Untuk peningkatan kompetensi seorang Inspektur Migas atau

Lebih terperinci

PENGARUH DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN TERHADAP KEKERASAM DAN KERETAKAN PADA LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018

PENGARUH DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN TERHADAP KEKERASAM DAN KERETAKAN PADA LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 PENGARUH DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN TERHADAP KEKERASAM DAN KERETAKAN PADA LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 Djoko Sasono 1, Indra Kusuma 2 Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus

Lebih terperinci