ANALISIS HUBUNGAN BIAYA KUALITAS DENGAN PERSENTASE PRODUK CACAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS HUBUNGAN BIAYA KUALITAS DENGAN PERSENTASE PRODUK CACAT"

Transkripsi

1 ANALISIS HUBUNGAN BIAYA KUALITAS DENGAN PERSENTASE PRODUK CACAT Studi Kasus di PT Kusumahadi Santosa Karanganyar, Surakarta SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: Monika Ruti Nugrahita NIM: PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016

2 ANALISIS HUBUNGAN BIAYA KUALITAS DENGAN PERSENTASE PRODUK CACAT Studi Kasus di PT Kusumahadi Santosa Karanganyar, Surakarta SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi OLEH: Monika Ruti Nugrahita NIM: PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

3 ii

4 iii

5 PERSEMBAHAN Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-nya, sebab Ia yang memelihara kamu. (1 Petrus 5:7) Hidup itu sederhana, tapi kita yang membuat hidup menjadi rumit. (Confucius) Hargailah usahamu, hargailah dirimu. Harga diri memunculkan disiplin diri. Ketika anda memiliki keduanya, itulah kekuatan sesungguhnya. (Clint Eastwood) Kerja keras dan ketekunan akan mengalahkan bakat yang tanpa kerja keras. Kupersembahkan untuk: Bunda Maria & Tuhan Yesus Kristus Orang tuaku Daddy dan Iru Adikku Dipo dan koko Andre Semua yang senantiasa menyertai, mendoakan, dan menyemangatiku. iv

6 v

7 vi

8 KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Johanes Eka Priyatama, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar mengembangkan kepribadian kepada penulis. 2. Lisia Apriani, S.E, M.Si., Ak., QIA., C.A. selaku pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko, M.Sc. selaku pembimbing statistika yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Edi Siswanto selaku Kepala Seksi Personalia PT Kusumahadi Santosa yang memberikan ijin untuk melakukan penelitian. Dan segenap karyawan departmen Printing dan Dyeing PT Kusumahadi Santosa yang telah banyak membantu dengan mencarikan data yang dibutuhkan. 5. Daddy Yakobus Sukiran dan Iru Maria Eni Ningsih selaku orang tua yang selalu memberi motivasi, dana, dan semangat selama penyusunan skripsi ini. vii

9 viii

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... ABSTRACT... Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 3 E. Sistematika Penulisan... 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 6 A. Biaya Pengertian Biaya Klasifikasi Biaya... 6 B. Biaya Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas Alasan Kualitas Menjadi Penting Pengertian Biaya Kualitas Jenis-jenis Biaya Kualitas Pengukuran Biaya Kualitas Perspektif Kualitas Laporan Biaya Kualitas Kegunaan Biaya Kualitas C. Produk Cacat Pengertian Produk Cacat Perlakuan Biaya Produk Cacat i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii xiv ix

11 D. Penjualan E. Hubungan Biaya Kualitas dengan Persentase Produk Cacat F. Penelitian Terdahulu G. Kerangka Pemikiran BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian D. Objek Penelitian E. Data yang Diperlukan F. Teknik Pengumpulan Data G. Teknik Analisis Data BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan Misi dan Visi Lokasi Perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan Ketenagakerjaan PT Kusumahadi Santosa B. Produksi PT Kusumahadi Santosa Jenis Produksi Kapasitas Produksi Proses Produksi Proses Produksi di Departemen Printing BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data B. Analisis Data Pengujian Statistik Deskriptif a. Statistik deskriptif persentase biaya kualitas b. Statistik deskriptif persentase produk cacat Analisis Tabulasi Silang (Crasstabs) C. Pembahasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan B. Keterbatasan Penelitian C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Kriteria Pengujian Kekuatan Hubungan antara Variabel Tabel 2. Jumlah Karyawan PT Kusumahadi Santosa Tabel 3. Data Mesin Produksi pada Departemen Printing Dyeing Tabel 4. Jumlah Produksi Printing & Dyeing PT Kusumahadi Santosa Tahun Tabel 5. Jumlah Penjualan Printing & Dyeing PT Kusumahadi Santosa Tahun (Rp) Tabel 6. Jumlah Penjualan Printing & Dyeing PT Kusumahadi Santosa Tahun (yard) Tabel 7. Jumlah Produk Cacat Printing & Dyeing PT Kusumahadi Santosa Tahun Tabel 8. Biaya Perawatan Mesin Departemen Printing & Dyeing PT Kusumahadi Santosa Tahun Tabel 9. Biaya Pemeriksaan Bahan Baku dan Chemical Departemen Printing & Dyeing PT Kusumahadi Santosa Tahun Tabel 10. Biaya Inspekting Kain Printing & Dyeing di PT Kusumahadi Santosa Tahun Tabel 11. Biaya Reproduksi Kain Printing & Dyeing di PT Kusumahadi Santosa Tahun Tabel 12. Total Biaya Kualitas PT Kusumahadi Santosa Tahun Tabel 13. Persentase Biaya Kualitas PT Kusumahadi Santosa Tahun Tabel 14. Persentase Produk Cacat di PT Kusumahadi Santosa tahun Tabel 15. Statistik Deskriptif Persentase Biaya Kualitas Tabel 16. Statistik Deskriptif Persentase Produk Cacat Tabel 17. Tabulasi Silang Persentase Biaya Kualitas dengan Persentase Produk Cacat Tabel 18. Exact Signifiance Persentase Biaya Kualitas dengan Persentase Produk Cacat xi

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1: Laporan Biaya Kualitas Gambar 2: Laporan Laba Rugi Gambar 3: Gambar Grafik Biaya Kualitas AQ Gambar 4: Grafik Biaya Kualitas Kontemporer Gambar 5: Gambar Kerangka Pemikiran Gambar 6: Peta Lokasi PT Kusumahadi Santosa Gambar 7: Struktur Organisasi PT Kusumahadi Santosa Gambar 8: Diagram Alir Pengerjaan dan Pesanan Barang di PT Kusumahadi Santosa Gambar 9: Histogram Persentase Biaya Kualitas Gambar 10: Grafik Persentase Biaya Kualitas Gambar 11: Histogram Persentase Produk Cacat Gambar 12: Grafik Persentase Produk Cacat Gambar 13: Histogram Persentase Biaya Kualitas dengan Persentase Produk Cacat Gambar 14: Grafik Persentase Biaya Kualitas dengan Persentase Produk Cacat xii

14 ABSTRAK ANALISIS HUBUNGAN BIAYA KUALITAS DENGAN PERSENTASE PRODUK CACAT Studi Kasus Pada PT Kusumahadi Santosa Karanganyar, Surakarta Monika Ruti Nugrahita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah biaya kualitas memiliki hubungan dengan persentase produk cacat. Penelitian ini dilakukan di PT Kusumahadi Santosa Karanganyar, Surakarta. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan cara melakukan perhitungan komponen biaya kualitas antara lain biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan, dan persentase produk cacat. Kemudian menghitung perbandingan antara total biaya kualitas dengan penjualan, kemudian dibandingkan dengan prinsip biaya kualitas yang berlaku, dimana standar total biaya kualitas yang dianggarkan tidak melebihi dari 2,5% dari penjualan. Langkah berikutnya adalah menghitung persentase produk cacat dengan membandingkan jumlah produk yang cacat dengan jumlah produk yang terjual. Langkah terakhir dari teknik analisis data dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara biaya kualitas dengan persentase produk cacat menggunakan Chi-square Fisher exact test. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara biaya kualitas dengan persentase produk cacat. Kata kunci: Biaya Kualitas, Penjualan, Persentase Produk Cacat, Total Biaya Kualitas, Fisher Exact Test. xiii

15 ABSTRACT AN ANALYSIS OF CORRELATION BETWEEN QUALITY COST AND PERCENTAGE OF DEFECTIVE PRODUCT A Case studi at PT Kusumahadi Santosa Karanganyar, Surakarta Monika Ruti Nugrahita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016 This study aimed to determine whether the cost of quality correlated with the percentage of defective products. This research was conducted at PT Kusumahadi Santosa Karanganyar, Surakarta. Data was collected by survey and documentation. Data analysis technology was prossesed by calculating the components of quality costs and the cost of prevention, testing fees, the cost of failure, and the percentage of defective products. Then, the ratio between the total cost of quality versus turnover was compared to the cost principles for quality, in which the quality of the estimated total costs did not exceed 2,5% of the turnover. The next step was to calculate the percentage of defects, which were compared by the number of defective products with the number of products sold. The last step of techniques of data analysis used to that determined the correlation between the cost of quality with the percentage of defective products using Chi-square Fisher Exact Test. Based on the results of research conducted showed there was no correlation between the cost of quality with the percentage of defective products. Keywords: Cost of Quality, Sales, Percentage of Defective Products, Total Cost of Quality, Fisher Exact Test. xiv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa-masa sekarang ini era globalisasi telah mengubah wajah dunia, dengan tuntutan konsumen atas peningkatan kualitas produk dan jasa. Perkembangan dunia usaha ini dapat memberikan peluang bisnis yang sangat besar tetapi juga memberikan tantangan dan ancaman yang patut diperhitungkan atau diwaspadai, yaitu berupa persaingan. Salah satu usaha yang dilakukan perusahaan agar dapat bersaing adalah meningkatkan kualitas hasil produksinya. Perusahaan yang bersaing di pasar global adalah perusahaan yang mampu menghasilkan produk baik barang maupun jasa yang berkualitas tinggi dengan harga yang bersaing serta pelayanan yang baik yang dapat diberikan kepada konsumen. Dalam meningkatkan kualitas produk dan jasa yang akan dihasilkan membutuhkan kerja keras serta keseriusan dalam menjalankannya. Jika perusahaan tidak melakukan perbaikan atas kualitas produk dan jasa yang dihasilkan maka perusahaan tersebut akan ketinggalan sehingga perusahaan tersebut akan kalah saing dengan perusahaanperusahaan yang telah melakukan perbaikan serta pembaharuan atas produk dan jasa yang dihasilkan. Jika suatu produk dapat memenuhi dan memuaskan konsumen maka produk tersebut dapat dikatakan sebagai produk yang berkualitas. Jika suatu produk mengalami kerusakan atau kecacatan maka perusahaan perlu 1

17 2 memperhatikan biaya untuk memperbaikinya, biaya yang dimaksud adalah biaya kualitas. Hansen dan Mowen (2009: 272) mendefinisikan biaya kualitas sebagai aktivitas yang berkaitan dengan kualitas, yang dilakukan karena ada kemungkinan produk yang buruk atau terdapat produk yang buruk. Biaya kualitas berkaitan erat dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan. Oleh karena itu, penerapan biaya kualitas harus dilaksanakan sejak awal proses produksi sampai akhir proses produksi. Penerapan biaya kualitas khususnya dalam pemilihan standar kualitas dilakukan dengan dua metode, yaitu metode tradisional dan metode standar kerusakan nol (zero defect). Pandangan yang lebih modern mengarah pada penghilangan produk cacat yaitu dengan zero defect. Zero defect merupakan standar kinerja yang mengharuskan tidak ada produk yang rusak. Pandangan tradisonal mengenai kesesuaian mengasumsikan bahwa terdapat rentang nilai yang bisa diterima setiap karakteristik spesifikasi atau kualitas. Nilai target ditetapkan, serta batas atas dan batas bawah ditentukan agar diperoleh penyimpangan produk yang bisa diterima untuk suatu karakteristik kualitas yang ditentukan. Setiap produk yang ada di dalam batasbatas yang telah ditentukan dianggap sebagai produk tanpa cacat (nondefective) (Hansen dan Mowen, 2009: 271). Menjaga dan meningkatkan kualitas tidak bisa dianggap mudah atau enteng dalam sebuah perusahaan, karena hal tersebut mencakup produk maupun biaya-biaya yang dikeluarkan perusahan yang berhubungan dengan kualitas produk yang dihasilkan. Dengan perusahan menghasilkan suatu

18 3 produk yang berkualitas tinggi maka kepuasan pelanggan akan meningkat. Kualitas produk yang baik secara tidak langsung dapat meningkatkan pangsa pasar dan nilai jual, sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis merumuskan permasalahan yaitu apakah ada hubungan biaya kualitas dengan persentase produk cacat. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan biaya kualitas dengan dengan persentase produk cacat pada PT Kusumahadi Santosa. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi PT Kusumahadi Santoso Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan dan pengembangan penerapan biaya kualitas pada PT Kusumahadi Santoso. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wawasan serta pemahaman bagi mahasiswa khususnya yang berkaitan dengan penelitian

19 4 ini dan menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. Serta sebagai tambahan koleksi bahan bacaan ilmiah bagi Universitas Sanata Dharma. 3. Bagi Penulis Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis serta dapat dipakai sebagai sarana untuk penerapan ilmu yang didapat dibangku kuliah dengan keadaan sesungguhnya. E. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan BAB II Kajian Pustaka Bab ini berisi tentang teori-teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini. BAB III Metode Peelitian Bab ini membahas tentang objek dan subjek penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV Gambaran Umum Perusahaan Bab ini menguraikan gambaran umum perusahaan, sejarah perusahaan, struktur organisasi, kegiatan usaha dan proses produksi.

20 5 BAB V Analisis Data dan Pembahasan Bab ini mengevaluasi data hasil penelitian di perusahaan dan dibahas menggunakan dasar teori yang digunakan. BAB VI Penutup Bab ini menguraikan kesimpulan, keternatasan dan saran dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan.

21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan disebut biaya. Menurut Hansen dan Mowen (2009: 47) mendefinisikan biaya sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang dan jasa yang diharapkan memberikan manfaat untuk saat ini maupun masa mendatang bagi organisasi. Horngren dkk (2006: 189) mendefinisikan biaya sebagai sebuah sumber daya yang yang dikorbankan untuk mencapai sebuah objek yang spesifik. Carter dan Usry (2006: 177) menyatakan bahwa biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. 2. Klasifikasi Biaya Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang ada. Horngren dkk (2006: 191) mengklasifikasikan biaya menjadi dua yaitu: biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung merupakan biaya yang berhubungan secara langsung terhadap objek dan 6

22 7 dapat dihitung sebagai nilai ekonomis. Sedangkan biaya tidak langsung merupakan biaya yang berhubungan dengan biaya produk namun tidak dapat dihitung sebagai nilai ekonomis produk. Hansen dan Mowen (2009: 50) mengklasifikasikan biaya kedalam dua kategori fungsional utama, yaitu: a. Biaya produksi, merupakan biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang atau penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai: 1) Biaya bahan langsung, adalah bahan yang dapat di telusuri ke barang atau jasa yang diproduksi. Biaya bahan langsung ini dapat dibebankan ke produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. 2) Tenaga kerja langsung, adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Seperi halnya bahan langsung, pengamatan fisik dapat digunakan dalam mengukur kuantitas karyawan yang digunakan dalam memproduksi suatu produk dan jasa. Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau menyediakan jasa pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. 3) Overhead, merupakan semua biaya yang tidak termasuk kedalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Kategori biaya overhead memuat berbagai item yang luas. Banyak input yang diperlukan dalam membuat sebuah produk ataupun jasa. Bahan

23 8 langsung yang merupakan bagian yang tidak signifikan dalam proses produksi biasanya dimasukkan kedalam kategori biaya overhead. Hal ini dibenarkan atas dasar biaya dan kepraktisan. Biaya lembur tenaga kerja langsung biasanya dibebankan ke overhead, dengan asumsi bahwa tidak semua operasi produksi tertentu secara khusus dapat diidentifikasikan sebagai penyebab lembur. b. Biaya non produksi, merupakan biaya yang berkaitan dengan fungsi perencanaan, pengembangam pemasaran, distribusi, pelayanan pelanggan dan administrasi umum. Terdapat dua jenis biaya non produksi yang lazim digunakan, diantaranya: 1) Biaya penjualan atau pemasaran, adalah biaya yang diperlukan dalam memasarkan, mendistribusikan dan melayani produk atau jasa. 2) Biaya administrasi, merupakan seluruh biaya yang berkaitan dengan penelitian, pengembangan dan administrasi umum pada organisasi yang tidak dapat dibebankan ke pemasaran ataupun produksi. Administrasi umum bertanggung jawab dalam memastikan bahwa berbagai aktivitas organisasi terintegrasi secara tepat sehingga misi perusahaan secara keseluruhan dapat terealisasi.

24 9 B. Biaya Kualitas 1. Pengertian Kualitas Secara umum, kamus mendefinisikan kualitas sebagai untuk kualitas adalah derajat atau tingkat kesempurnaan ; dalam hal ini kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan (goodness). Hansen dan Mowen (2009: 269) mendefinisikan kualitas sebagai kebaikan merupakan makna sangat umum yang tidak memiliki makna operasional. Secara operasional, produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Menurut Siregar dkk (2013: 285) kualitas dapat diartikan berbeda antara satu orang dengan orang lain. Biasanya kualitas dapat dilihat dari dua faktor utama, yaitu: a. Memuaskan harapan konsumen yang berkaitan dengan atribut-atribut harapan konsumen. b. Memastikan seberapa baik produk dapat memenuhi aspek-aspek teknis dari desain produk tersebut, kesesuaian kinerja dengan standar yang diharapkan, dan kesesuaian dengan standar pembuatnya. Ada dua jenis kualitas yang diakui menurut Hansen dan Mowen (2009: 269) yaitu: a. Kualitas Rancangan (Quality of Design) Kualitas rancangan (Quality of Design) adalah berbagai spesifikasi produk. Kualitas rancangan yang tinggi biasanya ditunjukan oleh dua hal yaitu tingginya biaya pemanufakturan dan tingginya harga jual.

25 10 b. Kualitas Kesesuaian (Quality of Conformance) Kualitas kesesuaian (Quality of Conformance) adalah suatu ukuran mengenai bagaimana suatu produk memenuhi berbagai persyaratan atau spesifikasi. Bila kualitas tidak sesuai atau tidak memenuhi persyaratan maka akan menimbulkan masalah bagi perusahaan. 2. Dimensi Kualitas Harapan konsumen atas produk atau jasa tentu saja berbeda antara satu konsumen dan konsumen lainnya. Harapan konsumsen ini dapat dilihat dari beberapa dimensi yang mewakili kualitas, yaitu: a. Kinerja (performance), merujuk ke bagaimana konsisten dan baiknya fungsi suatu produk. b. Estetika (esthetic), berkaitan dengan penampilan produk-produk yang berwujud sekaligus juga dengan penampilan fasilitas, peralatan, personel, dan perlengkapan komunikasi yang berkaitan dengan jasa. c. Kemampuan memberikan jasa (serviceability), berkaitan dengan kemudahan pemeliharaan dan atau perbaikan suatu produk. d. Bentuk (features), merujuk ke karakteristik suatu produk yang membedakannya dengan produk lain yang sejenis secara fungsional. e. Kemampuan untuk diandalkan (reliability), probabilitas suatu produk atau jasa dalam menjalankan fungsinya untuk jangka waktu tertentu. f. Daya tahan (durability), jangka waktu berfungsinya suatu produk. g. Kesesuaian (conformance), suatu tolak ukur mengenai bagaimana suatu produk memenuhi spesifikasinya.

26 11 h. Kecocokan dengan kegunaan (fitness for use), kesesuaian suatu produk dengan fungsi-fungsinya sesuai dengan yang diiklankan. 3. Alasan Kualitas Menjadi Penting Beberapa alasan mengapa kualitas sangat diperlukan, yaitu: a. Konsumen menjadi lebih canggih dalam selera dan pilihan. b. Kompetisi persaingan menjadi lebih ketat dan canggih. c. Kenaikan biaya yang hanya dapat diatasi lewat perbaikan kualitas proses dan peningkatan produktivitas tanpa henti. d. Krisis. Peningkatan kualitas dapat meningkatkan profitabilitas melalui dua cara, yaitu: a. Dengan meningkatkan permintaan pelanggan b. Dengan mengurangi biaya Dalam pasar persaingan yang ketat, peningkatan permintaan dan penghematan biaya dapat menjadi penentu apakah suatu usaha dapat berkembang atau sekedar bertahap hidup. 4. Pengertian Biaya Kualitas Kegiatan yang berhubungan dengan kualitas adalah kegiatan yang dilakukan karena kualitas yang buruk mungkin atau telah terjadi. Biayabiaya untuk melakukan kegiatan-kegiatan itu disebut biaya kualitas. Menurut Hansen dan Mowen (2009: 272) biaya kualitas (cost of quality)

27 12 adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang kualitasnya buruk. Menurut Carter dan Usry (2006: 198) biaya kualitas adalah biaya yang tidak hanya untuk mencapai kualitas, tetapi juga biaya yang terjadi karena kualitas yang buruk. Menurut Supriyono (2002: 379) biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dam pencegahan kerusakan. 5. Jenis-jenis Biaya Kualitas Menurut Blocher (2012: 486), biaya kualitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu: a. Biaya pencegahan (prevention cost) Biaya pencegahan (prevention cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya kecacatan kualitas produk. Biaya pencegahan mencakup: 1) Biaya pelatihan kualitas, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk program-program pelatihan internal dan eksternal, yang meliputi upah dan gaji yang dibayarkan dalam pelatihan, biaya instruksi, biaya staf klerikal, bahan habis pakai untuk menyiapkan buku pegangan dan manual instruksi. 2) Biaya desain ulang produk dan peningkatan proses, biaya ini ditujukan untuk mengevaluasi dan meningkatkan desain produk dan proses operasional untuk menyederhanakan proses manufaktur

28 13 atau untuk mengeliminasi atau mengurangi masalah terkait kualitas produk. 3) Biaya perawatan peralatan, biaya ini termasuk biaya untuk pemasangan, penyesuaian, perawatan perbaikan dan pengecekan alat-alat produksi. 4) Biaya sistem informasi, biaya ini diperlukan untuk pengembangan data yang yang dibutuhkan, serta pengukuran, audit, dan pelaporan data terkait kualitas. b. Biaya penilaian (appraisal cost) Biaya penilaian (appraisal cost) adalah biaya yang terkonsentrasi pada pengukuran dan analisis data untuk menentukan keselarasan antara hasil produksi dengan spesifikasi yang ditentukan. Biaya penilaian mencakup: 1) Biaya pengujian dan inspeksi; biaya yang dikeluarkan untuk menguji dan menginspeksi bahan yang datang, produk dalam proses, dan produk yang selesai. 2) Instrumen dan peralatan pengujian; biaya ini ini digunakan untuk menemukan, mengoperasikan atau menjaga fasilitas, peranti lunak mesin dan instrumen untuk menilai atau menaksir kualitas dari barang atau jasa.

29 14 c. Biaya kegagalan internal (internal failure cost) Biaya kegagalan internal (internal failure cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan karena rendahnya kualitas yang ditemukan sejak penilaian awal sebelum produk dikirimkan kepada pelanggan. Biaya ini mencakup: 1) Biaya kegiatan koreksi; biaya yang dikeluarkan untuk mencari penyebab kegagalan dan mencari solusinya. 2) Biaya pengerjaan ulang (rework); biaya Biaya ini meliputi biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proses pengerjaan ulang agar dapat memenuhi standar kualitas yang ditentukan. 3) Biaya sisa bahan baku (scrap); biaya ini adalah kerugian yang terjadi karena adanya sisa bahan baku yang tidak terpakai dalam upaya memenuhi tingkat kualitas yang dikehendaki. 4) Biaya proses; biaya yang dikeluarkan untuk mendesain ulang produk atau proses, penghentian mesin yang tidak terencana untuk penyesuaian, dan kehilangan produksi yang bertujuan untuk perbaikan dan pengerjaan kembali. d. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost) Biaya kegagalan eksternal (external failure cost) adalah biaya terkait cacatnya kualitas yang terdeteksi setelah produk sampai ke tangan pelanggan.

30 15 Biaya kegagalan eksternal mencakup: 1) Biaya perbaikan atau pergantian; perbaikan atau pergantian dari barang-barang yang dikembalikan. 2) Biaya untuk menangani keluhan dari konsumen dan pengembalian produk; gaji dan pengeluaran tambahan untuk administrasi departemen layanan konsumen, diskon untuk kualitas yang rendah, dan ongkos angkut untuk barang yang dikembalikan. 3) Penjualan yang hilang dari konsumen; pemesanan yang dibatalkan dan penurunan pangsa pasar. 6. Pengukuran Biaya Kualitas Menurut Gaspersz (2005: 168), perusahaan mengukur dan menganalisis biaya kualitas sebagai indikator keberhasilan program perbaikan kualitas yang dapat dihubungkan dengan ukuran-ukuran biaya lain, yaitu: a. Biaya kualitas dibandingkan dengan nilai penjualan, semakin rendah nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas semakin sukses. b. Biaya kualitas dibandingkan dengan keuntungan, semakin rendah nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas semakin sukses. c. Biaya kualitas dibandingkan dengan harga pokok penjualan, diukur berdasarkan persentase biaya kualitas total terhadap nilai harga pokok penjualan, dimana semakin rendahnya nilai ini menunjukkan semakin baik program perbaikan kualitas.

31 16 Biaya kualitas juga dapat diklasifikasikan sebagai biaya yang dapat diamati atau tersembunyi. Biaya kualitas yang dapat diamati adalah biayabiaya yang tersedia dari pencatatan akuntansi organisasi. Biaya kualitas yang tersembunyi adalah biaya kesempatan yang dihasilkan dari kualitas buruk. Ada tiga metode yang diusulkan oleh Hansen dan Mowen (2009: 273) untuk menaksir biaya kualitas tersembunyi, yaitu: a. Metode pengali (multiplier method) Mengasumsikan bahwa total biaya gagal hanya merupakan multiplikasi biaya-biaya gagal yang diukur. Total biaya gagal eksternal = k (biaya gagal eksternal yang diukur) Dimana k adalah efek multiplikasi berdasarkan pada pengalaman. Memasukkan biaya tersembunyi dalm penilaian jumlah biaya gagal eksternal membuat manajemen dapat lebih akurat dalam menentukan tingkat pengeluaran sumber daya untuk aktivitas-aktivitas pencegahan dan penilaian. Dengan kenaikan biaya gagal, diharapkan pihak manajemen akan meningkatkan investasinya dalam biaya kontrol. b. Metode riset pemasaran Metode riset pasar formal adalah metode-metode yang digunakan untuk menilai efek dari kualitas buruk pada penjualan dan pangsa pasar. Hasil riset pemasaran dapat digunakan untuk memproyeksikan laba rugi akan datang yang disebabkan oleh kualitas buruk.

32 17 c. Fungsi kerugian kualitas Taguchi Fungsi ini mengasumsikan bahwa setiap variasi dari nilai sasaran karakteristik kualitas menyebabkan biaya kualitas tersembunyi. Biaya tersembunyi meningkat secara kuadratikal ketika nilai aktual menyimpang dari nilai sasaran. Rumus: L(y) = k (y - T)² Dimana: k = konstanta proporsional yang tergantung pada struktur biaya gagal eksternal organisasi y = karakteristik nilai kualitas aktual T = karakteristik nilai kualitas sasaran Untuk menerapkan fungsi taguchi, k harus diestimasi. Nilai untuk k dihitung dengan membagi estimasi biaya pada satu batas spesifik dengan deviasi kuadrat batas tersebut dari nilai sasaran: k = c d² Dimana: c = kerugian pada batas spesifikasi atas atau bawah d = jarak antara batas dengan nilai sasaran Kelebihan metode ini adalah: 1) Memudahkan perusahaan untuk melakuakan analisis terhadap produk yang dihasilkan, karena produk tersebut dapat dideteksi tingkat penyimpangannya.

33 18 2) Memotivasi perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk, karena metode ini selalu berpandangan bahwa produk yang dihasilkan harus mencapai target, jika tidak akan selalu memuncullkan kerugian. 3) Perusahaan dapat mengidentifikasi dan melakukan estimasi terhadap besarnya biaya kualiatas tersembunyi. Kelemahan metode ini adalah: 1) Apabila metode ini tidak diterapkan dengan teknik-teknik yang dikembangkan oleh Deming, Juran dan Crosby, maka tidak akan memberikan hasil yang optimal. 2) Metode ini hanya cocok untuk diterapkan perusahaan industri manufaktur yang menghasilkan barang dengan tingkat ketelitian tinggi. 3) Implementasi dari metode ini membutuhkan perhitungan statistik yang sedikit rumit, sehingga diperlukan sumber daya dengan keahlian khusus untuk menerapkannya. Dari segi akuntansi, menurut Hansen dan Mowen (2009: 282) terdapat dua tipe pengukuran biaya kualitas yaitu: 1) Biaya kualitas yang dapat diamati (Observable Quality Cost) Biaya kualitas yang dapat diamati (Observable Quality Cost) adalah biaya-biaya yang tersedia atau apat diperoleh dari cacatan akuntansi perusahaan.

34 19 2) Biaya kualitas yang tersembunyi (Hidden Quality Cost) Biaya kualitas yang tersembunyi (Hidden Quality Cost) adalah biaya kesempatan atau oportunitas yang terjadi karena kualitas yang buruk. Biaya oportunitas biasanya tidak disajikan dalam catatan akuntansi. Contohnya biaya-biaya yang tersembunyi berada dalam katagori kegagalan, kehilangan penjualan, biaya ketidakpuasan pelanggan, kehilangan pangsa pasar. 7. Perspektif Kualitas Setelah diketahui dimensi kualitas, harus diketahui bagaimana perspektif kualitas, yaitu pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan kualitas suatu produk. Garvin dalam Nasution (2015: 5) mengidentifikasi adanya lima alternatif perspektif kualitas yang biasa digunakan, yaitu: a. Transcendental Approach Menurut pendekatan ini kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam seni musik, drama, seni tari dan seni rupa. Fungsi perencanaan, produksi, dan pelayanan suatu perusahaan sulit sekali menggunakan definisi seperti ini sebagai dasar manajemen kualitas karena sulitnya mendisain produk secara tepat yang mengakibatkan implementasinya sulit. b. Product-based Approach Pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. Karena pandangan ini

35 20 sangat objektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan preferensi individual. c. User-based Approach Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang menggunakannya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. d. Manufacturing-based Approach Perspektif ini bersifat dan terutama memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan serta mendefinisikan kualitas sebagai sama dengan persyaratan. Pendekatan ini berfokus pada penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secara internal. e. Value-based Approach Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan mempertimbangkan trade-off antara kinerja produk dan harga, kualitas didefinisikan sebagai affordable excellence. Kualitas dalam perspektif ini bersifat relative, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi, yang paling bernilai adalah produk atau jasa yang paling tepat dibeli. 8. Laporan Biaya Kualitas Laporan biaya kualitas berisi biaya kualitas dalam setiap kategori biaya kualitas (biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan

36 21 internal, dan eksternal) yang dihubungkan dalam bentuk persentase dari pendapatan penjualan (Hansen dan Mowen, 2009: 276). Berikut ini merupakan contoh dari laporan biaya kualitas yaitu sebagai berikut: PT XXX Laporan Biaya Kualitas Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 200X Biaya kualitas Persentase (%) dari penjualan Biaya pencegahan: Pelatihan kualitas XXX Rekayasa keandalan XXX Jumlah XXX XXX % Biaya penilaian: Pemeriksaan bahan baku XXX Penerimaan produk XXX Penerimaan proses XXX Jumlah XXX XXX % Biaya kegagalan internal: Sisa bahan XXX Pengerjaan ulang XXX Jumlah XXX XXX % Biaya kegagalan eksternal: Keluhan pelanggan XXX Garansi XXX Perbaikan XXX Jumlah XXX XXX % Total biaya kualitas XXX XXX % Gambar 1: Laporan Biaya Kualitas Sumber: Hansen dan Mowen, 2009 Dari laporan biaya kualitas di atas, biaya kualitas dapat di susun kedalam laporan laba rugi. Dalam laporan laba rugi, biaya kualitas termasuk dalam unsur biaya overhead pabrik.

37 22 Di bawah ini merupakan contoh dari laporan laba rugi yang di dalamnya terdapat biaya kualitas, yaitu sebagai berikut: PT XXX Laporan Laba Rugi Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 200X Penjualan Harga pokok penjualan: Persediaan barang dagang awal Harga pokok produksi: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik: Biaya bahan pembantu Biaya depresiasi gedung Biaya depresiasi mesin Biaya listrik Biaya kualitas Total biaya overhead pabrik Total harga pokok produksi Persediaan barang jadi tersedia dijual Persediaan barang dagang akhir Total harga pokok penjualan Laba kotor Beban operasi: Beban penjualan Beban administrasi dan umum Total beban operasi Laba bersih XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX 9. Kegunaan Biaya Kualitas Gambar 2: Laporan laba rugi Sumber: Hansen dan Mowen, 2009 Informasi biaya kualitas dapat memberikan manfaat bagi perusahaan, sebagai berikut: a. Mengidentifikasi peluang laba. b. Menentukan apakah biaya-biaya kualitas telah didistribusikan dengan tepat.

38 23 c. Penentuan dalam anggaran dan perencanaan laba. d. Menjadi alat ukur tentang hubungan masukan dan keluaran. e. Sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif. Biaya kualitas juga mempunyai kegunaan dalam manajeman. Beberapa kegunaan tersebut dikelompokan dalam empat kategori: a. Biaya kualitas dapat digunakan untuk mempromosikan produk dan kualitas jasa sebagai parameter bisnis. b. Memberikan peningkatan pada pengukuran pelaksanaan. c. Menyediakan cara untuk perencanaan dan pengendalian biaya kualitas. d. Bertindak sebagai motivator. Dari poin-poin yang telah disebutkan diatas dapat diketahui tujuan utama biaya kualitas adalah untuk memperbaiki dan mempermudah perencanaan pengendalian, dan pengambilan keputusan manajerial. Selain itu dengan perbaikan kualitas, diharapkan akan mengurangi biayabiaya yang lain sehingga dapat meningkatkan laba. C. Produk Cacat 1. Pengertian Produk Cacat Produk cacat merupakan unit-unit produk yang karena keadaan fisiknya tidak dapat dilakukan sebagai produk akhir, tetapi dapat diperbaiki untuk kemudian dijual dalam bentuk produk akhir. Sedangkan

39 24 menurut Supriyono (2002: 194) produk cacat adalah: Produk yang dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran standar kualitas yang sudah ditentukan akan tetapi produk tersebut masih dapat secara ekonomi menjadi produk yang baik dalam arti biaya perbaikan produk cacat lebih rendah dibandingkan kenaikan nilai yang diperoleh dengan adanya perbaikan. Produk cacat merupakan produk yang tidak diinginkan oleh produsen. Tetapi kadang kala adanya produk cacat itu sendiri tidak bisa dihindari dan bahkan selalu ada dalam proses produksi. Adanya produk cacat dalam perusahaan bisa tidak digunakan oleh perusahaan, tetapi bisa juga produk cacat itu diperbaiki oleh perusahaan supaya dapat dijual oleh perusahaan. 2. Perlakuan Biaya Produk Cacat Biaya perbaikan produk cacat merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki produk cacat menjadi produk yang baik. Metode perlakuan biaya perbaikan produk cacat yang dapat digunakan tergantung penyebab terjadinya produk cacat tersebut. Jenis produk cacat dapat dikelompokan menjadi: a. Produk cacat bersifat normal Produk cacat bersifat normal yaitu produk cacat yang besarnya masih di bawah atau sama dengan toleransi yang telah ditentukan sebelumnya oleh perusahan dan produk tersebut terjadinya pada kondisi operasi yang efisien. b. Produk cacat terjadi karena kesalahan Perlakuan biaya perbaikan produk cacat tidak boleh dikapitalisasikan ke dalam harga pokok produk tetapi harus diperlakukan sebagai

40 25 elemen rugi produk cacat. Produk cacat merupakan produk yang tidak diinginkan oleh produsen. Tetapi kadangkala adanya produk cacat itu sendiri tidak bisa dihindari dan bahkan selalu ada dalam proses produksi. Adanya produk cacat dalam perusahaan bisa tidak digunakan oleh perusahaan tetapi bisa juga produk cacat itu diperbaiki oleh perusahaan supaya dapat dijual oleh perusahaan. Tetapi saat ini banyak perusahaan berusaha untuk mencapai kesalahan mendekati nol (zero defect). Perusahaan berusaha untuk mencapai produk yang berkualitas dengan biaya kualitas yang rendah. D. Penjualan Penjualan merupakan usaha-usaha perusahaan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen dengan jalan menyediakan atau menjual barang/jasa yang paling baik dengan harga yang layak. Pendapat lain bahwa penjualan adalah seni mempengaruhi atau merangsang orang-orang untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh para bidang wakil penjualan. Tingkatan penjualan merupakan jumlah (Rp) penjualan dari hasil produksi perusahaan dalam periode tertentu. Tingkat penjulan hasil produksi dari waktu ke waktu biasanya mengalami pasang-surut, kadang naik kadang turun. Seorang pengusaha yang baik tidak hanya memikirkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi naik turunnya penjulan di masa lalu, melainkan

41 26 juga memikirkan faktor-faktor yang akan diperkirakan dalam mempengaruhi kelancaran di masa yang datang. E. Hubungan Biaya Kualitas dengan Persentase Produk Cacat 1. Pandangan tradisional (pandangan kualitas yang dapat diterima) Menurut Hansen dan Mowen (2009: 279) pandangan kualitas yang dapat diterima mengasumsikan terdapat perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya pengendalian meningkat, biaya kegagalan seharusnya menurun. Gambar 3: Gambar Grafik Biaya Kualitas AQ Sumber: Hansen dan Mowen, 2009 AQL adalah acceptable quality level atau tingkat kualitas yang dapat diterima. Menurut pandangan ini produk cacat diperbolehkan dalam jumlah tertentu. AQL dapat diterima dimana terdapat keseimbangan optimal antara biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Biaya pencegahan dan biaya

42 27 penilaian naik, maka biaya kegagalan turun. Untuk mendapatkan produk yang benar-benar berkualitas maka harus terjadi keseimbangan antara biaya pencegahan dan penilaian dengan biaya kegagalan. Pendukung pandangan ini juga berpendapat bahwa biaya untuk mengatasi kesalahan dengan semakin banyaknya kesalahan yang terdeteksi dan berkurang apabila ada sedikit kesaahan yang dibiarkan (Hansen dan Mowen, 2009: 280). 2. Pandangan kontemporer Menurut pandangan ini menganggap bahwa produk cacat harus ditekan hingga nol. Karena jika produk cacat terjadi akan menimbulkan kerugian pada perusahaan. Dengan cacat nol maka perusahaan diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi perusahaan maupun konsumen. Gambar 4: Grafik Biaya Kualitas Kontemporer Sumber: Hansen dan Mowen, 2009 Tingkat optimal biaya kualitas terjadi jika ada produk yang rusak atau cacat (level zero defect). Dalam grafik terlihat bahwa biaya pengendalian

43 28 tidak naik tanpa batas ketika mendekati cacat nol dan biaya kegagalan dapat ditekan sehingga menjadi nol (Hansen dan Mowen, 2009: 281). F. Penelitian Terdahulu Penelitian ini berfokus pada hubungan biaya kualitas dengan persentase produk cacat. Pratama (2011) melakukan penelitian tentang analisis hubungan biaya kualitas dengan persentase produk cacat pada PT Mondrian. Hasil penelitian menjelaskan bahwa antara biaya kualitas dengan persentase produk cacat tidak memiliki hubungan. Penelitian ini menggunakan analisis koefisien korelasi untuik menganalisis hubungan korelasi pada penelitian ini. Krisnamurti (2010) melakukan penelitian tentang analisis hubungan antara persentase total biaya kualitas dari penjualan dan produktivitas berkait laba pada PG Madukismo. Hasil penelitian menjelaskan bahwa antara persentase total biaya kualitas dari penjualan dengan produktivitas berkait laba memiliki hubungan yang sangat kuat dengan besarnya koefisien korelasi sebesar 78,7% dan tingkat signifikan sebesar 0,043. Penelitian ini menggunakan analisis koefisien korelasi untuk menganalisis hubungan korelasi pada penelitian ini. Prihatyasari (2007) melakukan penelitian tentang analisis hubungan antara hubungan biaya kualitas dengan kuantitas produk cacat pada PT Sari Husada Tbk D.I.Yogyakarta. Hasil penelitian menjelaskan bahwa biaya kualitas memiliki hubungan positif yang signifikan secara statistik dengan kuantitas produk cacat yang berarti jika biaya kualitas meningkat maka akan

44 29 disertai peningkatan kuantitas produk cacat. Penelitian ini menggunakan analisis statistik korelasi nonparametric dengan menggunakan Kendall s tau-b untuk menganalisis hubungan korelasi pada penelitian ini. G. Kerangka Pemikiran Biaya kualitas akan timbul jika mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya. Produk yang dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran standar kualitas yang sudah ditentukan dikatakan sebagai produk cacat. Persentase biaya kualitas didapat dengan membandingkan total biaya kualitas dengan penjualan. Persentase produk cacat didapat dengan membandingkan jumlah produk yang cacat selama produksi dengan jumlah produk yang terjual. Pada gambar 3 (tiga) AQL (Acceptable Quality Level) dapat diterima dimana terdapat keseimbangan optimal antara biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Biaya pencegahan dan biaya penilaian naik, maka biaya kegagalan turun. Penelitian ini ingin meneliti hubungan antara biaya kualitas dengan persentase produk cacat. Total biaya kualitas akan dibandingkan dengan penjualan untuk mengetahui besarnya persentase biaya kualitas. Penelitian ini melihat hubungan antara biaya kualitas (proksi persentase biaya kualitas) dengan persentase produk cacat.

45 30 Kerangka konseptual dalam penelitian ini seperti digambarkan sebagai berikut: Persentase Biaya Kualitas Persentase Produk Cacat Gambar 5: Gambar Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka di atas hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H0 : Tidak ada hubungan antara biaya kualitas dengan persentase produk cacat. HA : Ada hubungan antara biaya kualitas dengan persentase produk cacat.

46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakuakan penulis berupa studi kasus, yang hanya memusatkan pada suatu objek penelitian tertentu, dengan mempelajari sebagai suatu kasus sehingga kesimpulan yang dapat diambil hanya akan berlaku terbatas bagi objek yang diteliti. B. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian: Penelitian dilakukan pada PT Kusumahadi Santoso. b. Waktu Penelitian: Penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai dengan bulan April C. Subjek Penelitian Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah unit-unit yang terkait dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kualitas, yaitu: a. Kepala bagian produksi b. Kepala bagian keuangan c. Kepala PPC d. Staf yang mendukung 31

47 32 D. Objek Penelitian Objek penelitian adalah produk kain batik printing dan kain dyeing pada PT Kusumahadi Santoso. E. Data yang Diperlukan Dalam melakukan dan menyelesaikan penelitian ini, penulis memerlukan data-data yang menunjang penyelesaian. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: a. Gambaran umum perusahaan, yang meliputi sejarah berdirinya perusahan, produksi, pemasaran, personalia, struktur organisasi perusahaan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perusahaan. b. Laporan Biaya Kualitas di PT Kusumahadi Santoso c. Data penjualan di PT Kusumahadi Santoso d. Total biaya kualitas dan persentase total biaya kualitas di PT Kusumahadi Santoso e. Kuantitas dan persentase produk cacat pada PT Kusumahadi Santoso F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang berkepentingan

48 33 menyangkut proses produksi dan cara-cara yang dilakukan perusahaan dalam perbaikan serta peningkatan kualitas produk. Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara tidak terstruktur dalam penelitiannya. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2009: 197). b. Dokumentasi Dari dokumentasi diperoleh data tentang sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, tujuan perusahaan, data laporan biaya kualitas, data yang berkaitan dengan elemen-elemen biaya kualitas, dan data kuantitas serta persentase produk yang cacat selama produksi. G. Teknik Analisis Data Untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka perlu diambil langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung biaya kualitas, persentase biaya kualitas, dan persentase produk cacat a. Menghitung total biaya kualitas Menurut Gasperz dalam Nasution (2015: 168) menghitung total biaya kualitas, dengan rumus: TQC = QCC + QAC

49 34 Dimana: TQC QCC = Total Quality Cost atau biaya kualitas total = Quality Cost Control atau biaya pencegahan dan penilaian QAC = Quality Assurance Cost atau biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal b. Menghitung persentase biaya kualitas Persentase biaya kualitas dapat diukur dengan: Persentase Biaya Kualitas = Total Biaya Kualitas Penjualan 100% c. Menghitung persentase produk cacat Persentase produk cacat dapat diukur dengan: Persentase Produk Cacat = Jumlah Produk Cacat Jumlah Produksi 100% 2. Melakukan Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data. Menurut Boedijoewono (2012: 11) statistik desktiptif adalah metode yang menggambarkan sifat-sifat data. Kegiatan statistik di sini berupa kegiatan pengumpulan data, penyusunan data dan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik-grafik maupun diagram-diagram.

50 35 3. Mengklasifikasi Data Penulis menggunakan analisis statistik non-parametrik dalam penelitian ini. Statistik non-parametrik (Boedijoewono, 2012: 30) adalah statistik bebas sebaran (tidak mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi, baik normal atau tidak). Selain itu, statistik nonparametrik biasanya menggunakan skala pengukuran sosial, yakni nominal dan ordinal yang umumnya tidak berdistribusi normal. Menggunakan metode seriaton secara berkelompok untuk mengklasifikasikan data. Metode ini digunakan untuk menyusun data dalam kelompok-kelompok berdasarkan kelas interval tertentu sehingga dapat diperoleh secara tepat data yang terkecil dan yang terbesar dan mengelompokkan data menjadi beberapa bagian apakah menjadi 2 bagian atau lebih (Boedijoewono, 2012: 30). a. Mengklasifikasikan data biaya kualitas Ukuran data biaya kualitas berskala rasio, pada pengklasifikasian ini ukuran data laba akuntansi diubah menjadi skala ordinal. Semakin tinggi biaya kualitas berarti semakin besar biaya kualitas yang terjadi dalam perusahaan, sebaliknya semakin rendah biaya kualitas berarti semakin kecil biaya kualitas yang terjadi dalam perusahaan. Dalam mengklasifikasikan data biaya kualitas peneliti membuat 2 kategori tingkatan biaya kualitas menjadi rendah dan tinggi. Klasifikasi data dilakukan dengan membagi angka yang

51 36 dihasilkan dari histogram, kemudian mengkategorikannya sebagai berikut: 1 : rendah 2 : tinggi b. Mengklasifikasikan data persentase produk cacat Ukuran data persentase produk cacat berskala rasio, pada pengklasifikasian ini ukuran data laba akuntansi diubah menjadi skala ordinal. Semakin tinggi persentase produk cacat berarti semakin banyak produk cacat yang terjadi dalam perusahaan, sebaliknya semakin rendah persentase produk cacat berarti semakin sedikit produk cacat yang terjadi dalam perusahaan. Dalam mengklasifikasikan data persentase produk cacat peneliti membuat 2 kategori tingkatan persentase produk cacat menjadi rendah dan tinggi. Klasifikasi data dilakukan dengan membagi angka yang dihasilkan dari histogram, kemudian mengkategorikannya sebagai berikut: 1 : rendah 2 : tinggi 4. Melakukan Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs) Analisis tabulasi silang (crosstabs) menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang meliputi baris dan kolom. Data untuk penyajian crosstabs (Ghozali, 2011: 96) adalah data berskala nominal, ordinal atau kategori. Ciri penggunaan crosstab adalah data input yang

52 37 berskala nominal atau ordinal. Crosstab dapat juga disertai dengan penghitungan tingkat rentan hubungan (Santosa, 2015: 77). 5. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H0 : Tidak ada hubungan antara biaya kualitas dengan persentase produk cacat. HA : Ada hubungan antara biaya kualitas dengan persentase produk cacat. 6. Menarik Kesimpulan Kesimpulan hasil pada tabel tabulasi silang (crosstabs) antara variabel dengan melihat kekuatan hubungan dan arah hubungan berdasarkan nilai Spearman s rho. Menurut Santosa (2015: 82) penggunaan exact test menghubungkan ranking antara dua variabel yang sudah diurutkan. Pengujian ini memiliki dua sampel kecil independen dan datanya berbentuk nominal, maka data hasil pengamatan disusun dalam bentuk tabel kontingensi 2x2. Adapun langkah-langkah untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut: a. Menguji tingkat signifikan Penelitian ini akan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5% dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Menguji tingkat signifikan dengan melihat nilai exact significance, jika nilai exact significance > 0,05, maka tidak terdapat hubungan antara kedua

53 38 variabel. Begitupula sebaliknya, jika nilai exact significance < 0,05, maka terdapat hubungan antara kedua variabel. Berdasarkan hal tersebut, jika terdapat hubungan antara kedua variabel maka analisis data dilanjutkan dengan menguji kekuatan arah hubungan. b. Menguji kekuatan hubungan dan arah hubungan Menurut Sugiyono (2009: 163) kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: Tabel 1. Kriteria Pengujian Kekuatan Hubungan antara Variabel Nilai Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 0,199 Sangat Lemah 0,20 0,399 Lemah 0,40 0,599 Sedang 0,60 0,799 Kuat 0,80 1,00 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono, 2009 Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan positif atau searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan negatif atau terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan berlaku sebaliknya.

54 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan PT Kusumahadi Santosa adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertekstilan yang terletak di Jalan Raya Solo Tawangmangu Km 9,4 Jaten, Kabupaten Karanganyar, Karesidenan Surakarta. PT Kusumahadi Santosa merupakan anak perusahaan dari PT. Danar Hadi ini berdiri pada tanggal 14 Mei Perusahaan ini didirikan oleh Bapak H. Santosa dengan Akta Notaris No. 39 dari Maria Theresia Budisantosa, SH dengan SK No. A/287/4 dan diresmikan pada tanggal 21 September 1983 oleh Menteri Tenaga Kerja Soedomo yang didampingi oleh Gubernur Jawa Tengah H. Ismail. Perusahaan ini berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) dan modal perusahaan bersifat Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sesuai UU No. 6 tahun 1986 tentang PMDN. PT Kusumahadi Santosa memulai pembangunan Fisik secara resmi pada bulan Mei 1981 dengan Surat Ijin Pembangunan No. 6471/30/PU Karanganyar pada tanggal 23 Mei 1981, selanjutnya diperbaharui dengan surat ijin pendirian bangunan No. 6471/54/PU Karanganyar tanggal 2 November Pembangunan fisik, pemasangan mesin dan sarana penunjang lainnya baru selesai pada bulan Februari 1982 dan proses produksi mulai berjalan pada bulan Maret PT Kusumahadi Santosa 39

55 40 dilengkapi dengan izin lokasi dengan nomor 530/340/1981 oleh Pemerintah Daerah (PEMDA). PT Kusumahadi Santosa didirikan bukan hanya semata-mata demi mendapatkan keuntungan akan tetapi terdapat beberapa tujuan didirikannya PT Kusumahadi Santosa. Tujuan tersebut adalah: a. Membantu pemerintah dalam menunjang kebutuhan sandang masyarakat dalam peningkatan pembangunan. b. Memperoleh keuntungan dari hasil kegiatan/operasi yang dilakuakan perusahaan. c. Membantu menambah hasil pendapatan daerah setempat. d. Mendukung program pemerintah dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan, agar dapat meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarakat. Pada tahun 1989 didirikan sebuah anak perusahaan yaitu PT Kusumaputra Santosa yang letaknya tepat di sebelah utara PT Kusumahadi Santosa yang bergerak di bidang pemintalan, hasil produksinya dipakai untuk memenuhi kebutuhan proses produksi di PT Kusumahadi Santosa sebanyak 60% dan sisanya sebanyak 40% dipasarkan ke beberapa daerah seperti Bandung, Pekalongan, dan daerah sekitar Solo. Pada tahun 1990 dilakukan perluasan pada Departemen Weaving dengan penambahan mesin air jetloom serta perluasan pada Departemen Printing dengan penambahan mesin pencapan kasa datar (flat print) buatan Jepang, mesin pencapan kasa putar (rotary print) buatan Belanda, dan mesin stenter buatan Jepang. Dan pada tahun 2014 Departemen Printing menambah

56 41 mesin pencelupan (Fong). Setelah dilakukan perluasan perusahaan, hasil produksi PT Kusumahadi San tosa tidak hanya untuk Danarhadi tetapi juga dipasarkan ke industri garmen dan pedagang pedagang kain di dalam dan luar negeri yang berupa kain putih, kain berwarna hasil pencelupan, dan kain bermotif hasil pencapan. PT Kusumahadi Santosa mengalami perkembangan yang sangat pesat. Fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan hingga saat ini yaitu: a. Bangunan pabrik, bangunan perumahan karyawan serta fasilitasnya, dan juga bangunan kantor beserta peralatannya. b. Mesin-mesin yang berada di Departemen Weaving, Departemen Printing, Departemen Dyeing, dan Departemen Finishing. c. Beberapa sarana yang lainnya antaralain: tempat ibadah berupa Masjid, poliklinik, sarana olahraga berupa lapangan tenis dan lapangan bulutangkis, sarana transportasi berupa bus karyawan, serta bangunan lain sebagai pelengkap perusahaan. d. Adanya koperasi karyawan. 2. Misi dan Visi Untuk dapat bersaing dengan para kompetitornya yang semakin ketat, PT Kusumahadi Santosa selalu hadir dengan mengutamakan kebutuhan serta kepuasan pelanggan. Untuk itu PT Kusumahadi Santosa siap menghadapi tantangan dengan seluruh memperhatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan meningkatkan mutu hasil produksi, pelayanan, dan daya saing.

57 42 Adapun visi, misi, dan sasaran mutu perusahaan adalah: a. Visi Perusahaan 1) Meningkatkan suber daya manusia, disiplin yang tinggi, mampu bekerja keras menghadapi ketatnya persaingan pada usaha-usaha tekstil. 2) Meningkatkan mutu pelayanan dan menjamin pemenuhan pesanan pelanggan sebaik mungkin. 3) Karena hasil produksinya diminati masyarakat local dan internasional maka perusahaan berinvestasi pada laba. b. Misi Perusahaan 1) Melestarikan batik dan menghandalkan bahan baku yang dibutuhkan dalam pembuatan kain batik halus. 2) Menjaga kualitas produksi agar dapat memenuhi selera dan permintaan konsumen. 3) Membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja dan menjunjung pembangunan khususnya standar untu kenutuhan hidup masyarakat. c. Sasaran Mutu Perusahaan 1) Meningkatkan produktivitas. 2) Mengurangi junlah keluhan/ complain dari pelanggan. 3) Mengurangi jumlah tuntutan ganti rugi. 4) Mencari pelanggan sebanyak mungkin.

58 43 3. Lokasi Perusahaan PT Kusumahadi Santosa berada di daerah kawasan industri Jaten, tepatnya di tepi Jalan Raya Solo Tawangmangu Km 9,4 Jaten, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah. Lokasi perusahaan ini dapat dilihat pada gambar berikut ini. S Keterangan : Tanpa Skala Gambar 6: Peta Lokasi PT Kusumahadi Santosa Sumber : Bagian Personalia PT Kusumahadi Santosa, Surakarta 2015 Keterangan Gambar 6: a. Arah ke Surakarta (Solo) b. Arah Tawangmangu c. Jalan ke Kabupaten Sragen dan Surabaya

59 44 d. Perumahan PT Kusumahadi Santosa e. Lahan Kosong f. PT Gunung Subur g. Jalan Desa Sawahan h. PT Kusumahadi Santosa i. PT Kusumaputra Santosa j. PT SKI Tekstil k. Mesjid Al Hadi l. Jalan Kereta api m. Batas Kecamatan n. PT Pamor Dalam pemilihan lokasi perusahaan tersebut, ada beberapa pertimbangan yang dijadikan alasan dalam pemilihan lokasi tersebut yaitu: a. Banyak tenaga kerja yang tersedia dikarenakan lokasi perusahaan terletak diantara Kecamatan Jaten, Mojolaban dan Tasikmadu. Kecamatan tersebut terletak di wilayah Kabupaten Karanganyar. Sehingga tenaga kerja relatif mudah didapat. b. Akses transportasi lebih mudah, karena terletak di jalan raya antara kota Solo Tawangmangu dengan jalur jalan raya Solo Surabaya yang merupakan jalur utama bagi lalu lintas darat Pulau Jawa. Hal ini sangat membantu penyediaan bahan baku maupun pemasaran hasil produksi batik lokal atau ekspor. c. Perijinan pembangunan perusahaan lebih mudah, karena daerah Jaten dan sekitarnya merupakan area industri. d. Terletak dekat dengan lahan kosong, sehingga mudah untuk melakukan perluasan pabrik dengan harga tanah realtif murah.

60 45 e. Tersedia sumber air tanah sehingga mudah untuk melakukan kegiatan produksi dan keperluan lain. f. Tersedianya fasilitas transportasi di daerah kawasan pabrik, sehingga proses pengiriman dan penerimaan informasi dapat dilakukan dengan cepat, mudah dan lancar. g. Dukungan dan sikap masyarakat sekitar perusahaan dinilai cukup positif. PT Kusumahadi Santosa memiliki tanah seluas m 2 yang meliputi lokasi perusahaan, perumahan karyawan, dan tanah persawahan untuk pengembangan. Luas lokasi perusahaan adalah m 2, perumahan karyawan seluas m 2, dan tanah persawahan untuk pengembangan seluas m Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapkan dan di inginkan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa. Struktur organisasi yang digunakan oleh PT Kusumahadi Santosa adalah sistem organisasi garis. Organisasi garis

61 46 adalah suatu bentuk organisasi yang di dalamnya ada batasan yang jelas antara pimpinan dan bawahan. Pimpinan bertanggung jawab atas segala kegiatan organisasi dan mempunyai hak untuk mengambil keputusan dan wewenang, lalu bawahan harus mematuhinya.

62 47 Direktur Utama Wakil Direktur Direktur Pemasar an Ka Div Pemasar an I Ka Div Pemasar an II Ka Div Produksi Ka Div Rendal Manager Pengirim an Manager Penjualan I Manager Penjualan II Manager Weaving Manager Persiapan Printing Manager Printing Manager Design Manager Finishing Manager Utility Manager PPC Manager Logistik Manager Keuangan Manager Umum& Personalia Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Sub Sie Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Urusan Ka Regu Ka Regu Ka Regu Ka Regu Ka Regu Ka Regu Ka Regu Ka Regu Ka Regu Ka Regu Ka Regu Ka Regu Ka Regu Ka Regu Ka Regu Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Gambar 7: Struktur Organisasi PT Kusumahadi Santosa Sumber : Bagian Personalia PT Kusumahadi Santosa, Surakarta 2015

63 48 Tugas dan tanggungjawab pada setiap jabatan disesuaikan dengan tingkatan dalam struktur organisasi perusahaan. Adapun pembagian tugasnya adalah sebagai berikut: a. Direktur Utama Adapun tugas dari seorang direktur utama adalah: 1) Memimpin perusahaan 2) Mengawasi perusahaan, menilai hasil dari tujuan perusahaan yang dibantu oleh staff ahli operasional keuangan, pemasaran dan produksi. 3) Membawahi langsung: a) Manager Logistik, yang bertugas untuk pengadaan kelancaran barang dan perbekalan untuk kebutuhan perusahaan. b) Manager Keuangan, bertugas mengurus sirkulasi keuangan di dalam perusahaan. c) Manager Umum dan Personalia, bertugas memperlancar perkembangan perusahaan dan kesejahteraan pegawai serta menentukan urusan kepegawaian. b. Wakil Direktur Utama Wakil Direktur Utama bertugas untuk membantu Direktur Utama dalam menjalankan tugasnya dengan membawahi langsung Kepala Divisi Produksi, Kepala Divisi Rendal dan Direktur Pemasaran.

64 49 c. Kepala Divisi Produksi Kepala Divisi Produksi bertanggung jawab mengawasi dan mengontrol: 1) Manager Weaving yang bertanggung jawab untuk memproduksi kain tenun (grey). 2) Manager Pre-Treatment yang bertanggung jawab terhadap proses persiapan penyempurnaan, yaitu memproses kain grey menjadi kain putih. 3) Manager Persiapan yang bertugas mempersiapkan segala persiapan di Departement Printing Dyeing. 4) Manager Produksi yang bertanggung jawab terhadap segala proses produksi di Departement Printing Dyeing. 5) Manager Desain yang bertanggung jawab pada pembuatan motif yang akan di produksi sesuai dengan permintaan buyer. 6) Manager Utility yang bertanggung jawab atas pengadaan air, listrik, dan pemeliharaan sarana sarana penunjang produksi seperti diesel, AC, dan lain lain. 7) Manager PPC yang bertanggung jawab terhadap proses perencanaan dan pengendalian produksi sebelum terlaksana hingga sampai di tangan buyer.

65 50 d. Kepala Divisi Pemasaran Kepala Divisi Pemasaran ada dua yaitu kepala divisi pemasaran 1 dan kepala divisi pemasaran 2. 1) Kepala Divisi Pemasaran 1 membawahi dua bidang yaitu: a) Manager Pengiriman yang bertanggung jawab terhadap pengiriman barang hasil produksi b) Manager Penjualan 1 yang bertanggung jawab terhadap penjualan yang di produksi di PT Kusumahadi Santosa. 2) Kepala Divisi Pemasaran 2 membawahi Manager Penjualan yang tugasnya sama dengan Manager Penjualan 1 yang bertanggung jawab terhadap penjualan yang diproduksi di PT Kusumahadi Santosa. e. Kepala Seksi Tugas kepala seksi adalah: 1) Mengadakan koordinasi dan pengawasan terhadap departemen yang dibawahi. 2) Menerima pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari manager. 3) Bertanggung jawab atas kelancaran produksi. f. Kepala Sub Seksi Kepala Sub Seksi bertugas membantu kepala seksi dalam bidang bidang tertentu, sesuai dengan tugas yang diberikan.

66 51 g. Kepala Shift / Kepala Urusan Kepala Shift/ Kepala Urusan bertanggung jawab terhadap kelancaran proses produksi di lapangan dan langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pengawasan serta mengatasi masalah yang terjadi di dalam satu shift kerja yang dipimpinnya h. Kepala Regu Kepala Regu bertugas memimpin dan mengamati hasil kerja operator secara langsung dan bertanggung jawab langsung kepada kepala urusan.

67 52 5. Ketenagakerjaan PT Kusumahadi Santosa PT kusumahadi Santosa memiliki tenaga kerja berjumlah dengan jumlah tenaga kerja pria sebanyakn 967 orang dan tenaga kerja wanita sebanyak 406 orang. Daftar karyawan PT Kusumahadi Santosa yang dikelompokan masing-masing departemen adalah sebagai berikut: Tabel 2. Jumlah Karyawan PT Kusumahadi Santosa No Departemen Pria Wanita Jumlah 1 Weaving I Weaving II PPC Finishing Utility Pemasaran Staff Pimpinan Keuangan & Akuntansi Logistik Umum & Personalia Printing Total Sumber: Administrasi PT Kusumahadi Santosa, Surakarta 2015 a. Kompensasi Tenaga Kerja Besarnya upah atau gaji yang diterima karyawan berbeda-beda tergantung pada golongan yang dimiliki serta kasus karyawan yang bersangkutan. Upah akan diberikan setiap sebulan sekali, yaitu pada akhir bulan. Apabila ada karyawan yang tidak masuk kerja, gajinya akan dipotong sesuai status dan kondisi yang menjadi alasan tidak

68 53 masuk kerja. Untuk karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit dan membawa surat keterangan dari dokter gaji tidak akan dipotong, jika tidak masuk kerja karena sakit tetapi tidak membawa surat keterangan dari dokter maka gaji tidak akan dipotong sesuai dengan kebijakan perusahaan, dan jika karyawan tidak masuk kerjadan izin maka gaji akan dipotong sesuai dengan kebijakan perusahaan. Sedangkan untuk kenaikan gaji, kenaikan gaji dilakuakan secara berkala berdasarkan: 1) Prestasi kerja dengan berdasarkan jumlah absensi dan peringatanperingatan kerja yang dilakuakan setiap tahun sekali. 2) Jenjang pendidikan. 3) Lamanya kerja atau pengabdian. 4) Berdasarkan kenaikan pemerintah mengenai upah minimum regional (UMR) setempat. b. Sistem Kerja PT Kusumahadi Santosa Sistem kerja yang dilakukan PT Kusumahadi Santosa berbedabeda sesuai dengan bentuk tenaga kerja. Di PT Kusumahadi Santosa dikenal 2 bentuk tenaga kerja yaitu tenaga kerja administratif dan tenaga kerja produktif yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Tenaga kerja administratif Tenaga kerja administratif merupakan tenaga kerja yang menangani administrasi produksi dan administrasi gudang. Tenaga administratif tidak turun langsung pada proses produksi

69 54 dilapangan. Pembagian jam kerja tenaga kerja administratif adalah: Senin - Jumat Sabtu : WIB : WIB 2) Tenaga kerja produktif Tenaga kerja produktif merupakan tenaga kerja yang langsung menangani proses produksi. Tenaga kerja produktif dibedakan menurut jam kerjanya sebagai berikut: a) Normal Senin Jumat Sabtu b) Shift : WIB : WIB Shift I : WIB Shift II : WIB Shift III : WIB PT Kusumahadi Santosa dalam pemutusan hubungan tenaga kerja (PHK) pada dasarnya ada 3 macam, yaitu: a) PHK dikarenakan mengundurkan diri b) PHK dikarenakan usia mencapai 55 tahun (pensiun). c) PHK dikarenakan melakukan kesalahan berat Perekrutan tenaga kerja dilakukan dengan selektif, setelah perusahaan berhasil mendapatkan tenaga kerja yang baik, selanjutnya mereka akan dibina dan ditraining serta diusahakan dalam kondisi yang nyaman serta harmonis (kekeluargaan) sehingga mereka dapat bekerja dengan baik dan optimal. Langkah ini merupakan strategi

70 55 untuk menningkatkan tenaga kerja yang produktif sehingga dapat menaikan produktivitas dari perusahaan. c. Kesejahteraan Karyawan Kesejahteraan karyawan sangant diperhatikan oleh perusahaan, sebab sangat berpengaruh terhadap kelancaraan proses produksi yang dapat meningkst apabila mendapatkan timbale balik dari karyawan yang mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan. Usaha-usaha perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan adalah sebagai berikut: 1) Penggajian karyawan yang berupa upah bulanan dan bonus yang diterima di akhir bulan. 2) Pakaian atau seragam yang diberikan oleh perusahaan terhadap karyawan dalam setiap tahun. 3) Kesehatan Jaminan kesehatan diberikan kepada karyawan yang memerlukan sebagai biaya pengobatan, rumah sakit, dan obat-obatan ditanggung oleh perusahaan. 4) Rekreasi dan Olahraga Perusahaan memberikan fasilitas bagi seluruh karyawan dan anggota keluarganya yang dilakukan pada hari libur atau hari besar secara bergiliran. 5) Upah lembur diberikan untuk karyawan melakukan kerja lembur.

71 56 6) Gratifikasi Pembagian keuntungan perusahaan terhadap karyawan yang diberikan satu kali dalam setahun. 7) Transportasi Perusahaan menyediakan sarana transportasi berupa bus karyawan untuk keperluan berangkat dan pulang kerja karyawan. 8) Tunjangan Hari Besar (THR) Bonus tahunan berupa tunjangan hari raya kepada setiap karyawan, yang besarnya sama seperti upah bulanan. 9) Asuransi Tenaga Kerja Asuransi diberikan kepada seluruh karyawan, asuransi ini diberikan kepada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja, baik didalam perusahaan maupun diluar perusahaan, selama karyawan tidak melanggar peraturan perusahaan maupun peraturan pemerintah. 10) Tunjangan meninggal dunia Tunjangan ini diberikan terhadap karyawan atau keluarganya yang meninggal dunia, baik santunan maupun biaya pemakaman. 11) Sarana ibadah Perusahaan memberikan fasilitas tempat ibadah kepada karyawan, yang berupa Masjid yang berlokasika di depan PT Kusumahadi Santosa serta musolah di beberapa departemen.

72 57 12) Makan Perusahaan memberikan makan pada saaat jam istirahat kepada seluruh karyawan yang telah disediakan dikantin karyawan maupun kantin staf. 13) Cuti Cuti diberikan kepada semua karyawan selama masa kerja 12 bulan dan selama cuti karyawan tetap mendapatkan upah secara penuh, dan perusahaan juga memberikan fasilitas khusus bagi karyawan perempuan yang sedang cuti hamil. 14) Tunjangan perkawinan Tunjangan yang diberikan perusahaan terhadap karyawan yang akan melakukan perkawinan untuk satu kali kesempatan dan diberikan fasilitas cuti. B. Produksi PT Kusumahadi Santosa 1. Jenis Produksi PT Kusumahadi Santosa yang merupakan pabrik tekstil yang memeproduksi dua jenis kain yaitu kain rayon dan kain katun. Kain tersebut dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan lebar kain dan konstruksi kain atas jenis benang yang digunakan.

73 58 2. Kapasitas Produksi Kapasitas yang dimiliki oleh PT Kusumahadi Santosa dibatasi oleh jumlah mesin-mesin yang ada. Dalam masing-masing departemen memiliki kapasitas produksi yang berbeda-beda. 3. Proses Produksi Proses produksi yang dijalankan oleh PT Kusumahadi Santosa memiliki beberapa alur produksi. Alur produksi terdiri dari kegiatan spanning (pemintalan), weaving (tenun), dan finishing (penyelesaian). Kain yang dihasilkan PT Kusumahadi Santosa adalah kain mentah (grey), kain putih (cambric), kain celup (dyeing) dan kain printing. Kain mentah dihasilkan oleh departemen weaving, kain putih dihasilkan oleh departemen finishing, sedangkan kain printing dan kain celup dihasilkan oleh departemen printing. Berikut uraian penjelasan dari masing-masing departemen: a. Spanning (pemintalan) Bagian pemintalan adalah bagian yang memproses bahan baku menjadi benang. Dalam pembuatan benang itu sendiri menggunakan 2 bahan baku, yaitu: 1) Bahan alami Bahan alami ini berupa bunga kapas. Benang yang dihasilkan dari pemintalan bunga kapas merupakan jenis benang yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan kain katun.

74 59 2) Bahan sintesis Bahan sintesis berasal dari serat rayon yaitu serat yang terbuat dari bahan sintetik. Benang yang dihasilkan dari pemintalan serat rayon merupakan jenis benang yang biasa digunakan sebagai pembuat kain rayon. Saat ini PT Kusunahadi Santosa melakuakn perluasan usaha dengan mendirikan PT Kusumaputra Santosa yang merupakan pabrik yang memproduksi benang, baik benang jenis katun maupun benang jenis rayon. b. Weaving (Tenun) Weaving merupakan departemen yang memproduksi benang menjadi kain. Departemen ini memiliki area kerja yang paling luas di PT Kusumahadi Santosa dibandingkan dengan departemen yang lainnya. Departemen ini dibagi menjadi dua yaitu departemen weaving I dan departemen weaving II. Kedua departemen tersebut menghasilkan kain mentah, yang membedakan adalah jenis mesin yang digunakan dan kapasitas produksi yang dihasilkan. Weaving I menggunakan mesin suthle loom yang digerakan oleh tenaga manusia, sedangkan weaving II menggunakan mesin airjet yang digerakan oleh tenaga kompresor. Kedua mesin yang digunakan merupakan buatan Jerman dan Jepang dengan kontrol kualitas produksi yang tinggi.

75 60 c. Printing (cetak) dan Dyeing printing (celup) Printing merupakan departemen yang mengubah kain mentah menjadi kain yang bermotif dan berwarna. Untuk memproses kain mentah menjadi kain bermotif disebut juga printing sedangkan untuk memproses kain berwarna polos tanpa motif disebut dyeing printing. d. Finishing (penyelesaian) Finishing merupakan kegiatan penyelesaian yang memproses kain mentah menjadi kain jadi. Kegiatan pada departemen ini adalah mengubah kain mentah (grey) menjadi kain putih dengan bahan kimia. Departemen ini merupakan departemen yang berada dibawah naungan PT Kusumahadi Santosa, namun kegiatan di dalamnya tak sebatas memproses kain jadi yang berasal dari produksi PT Kusumahadi Santosa tetapi juga kain dari perusahaan lain dengan pembiayaan yang telah disepakati dalam kontrak dengan perusahaan luar tersebut. 4. Proses Produksi di Departemen Printing Pada departemen printing & dyeing proses produksi yang dilakukan adalah pencelupan, pencapan, penyempurnaan mekanik (sueding, kalendering, dan sanforisasi, dan untuk penyempurnaan kimia yang dilakukan adalah pelemasan), pemeriksaan akhir, penggulungan, dan pengepakan.

76 Phase PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 Konsumen PEMESAN Konfirmasi kesesuaian dengan pemesan Sesuai Tidak Ya Bagian Pemasaran Terima sampel Terima sampel, memberika n.menawar kan sample Menerima rekomenda si perbaikan sampel dari pemesan Menerima sampel yang telah disetujui Diagram Alir Pengerjaan dan Pesanan Barang di PT Kusumahadi Santosa PPC Menerima sampel pemesan dari bagian pemasaran Membuat rencana produksi Memberika n sampel ke bagian pemasaran Melakukan perencana an perbaikan Melakukan perencana an produksi Bagian Sudio&Desain Pembuatan motif, pengeceka n motif, pemisahan motif sesuai warna, pembuatan film Bagian Laboratorium Analisa warna membuat resep dan membuat sampel yang ditawarkan oleh pemesan Memberika n sampel ke bagian PPC Membuat sampel baru Bagian Produksi Pemeriksaan Pengepakkan Melakukan proses produksi sesuai dengan perencana an produksi Melakukan proses pemeriksa an cacat kain dan kesesuaian dengan permintaan Melakukan pengepakan Siap kirim Gambar 8: Diagram Alir Pengerjaan dan Pesanan Barang di PT Kusumahadi Santosa Sumber : Departemen Printing Dyeing PT Kusumahadi Santosa, Surakarta 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian. Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian. Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Biaya Kualitas Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya kualitas adalah sebagai berikut : Biaya

Lebih terperinci

BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Definisi Kualitas Kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan. Mendefinisikan kualitas

Lebih terperinci

Quality Cost And Productivity : Measurement, Reporting, and Control (Biaya Kualitas dan Produktivitas)

Quality Cost And Productivity : Measurement, Reporting, and Control (Biaya Kualitas dan Produktivitas) Quality Cost And Productivity : Measurement, Reporting, and Control (Biaya Kualitas dan Produktivitas) Kualitas yang rendah dapat menjadikan produk sangat mahal bagi produsen dan konsumennya. Konsekuensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan BAB II LANDASAN TEORI A. Biaya Kualitas 1. Pengertian Biaya Kualitas Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan tentang kualitas produk, manajemen perlu

Lebih terperinci

BAB II BIAYA MUTU. kemampuan suatu produk untuk memenuhi atau melebihi harapan. konsumen ( Hansen and Mowen, 2000, hal: 30 )

BAB II BIAYA MUTU. kemampuan suatu produk untuk memenuhi atau melebihi harapan. konsumen ( Hansen and Mowen, 2000, hal: 30 ) 12 BAB II BIAYA MUTU A. MUTU 1. Definisi Mutu Mutu bila diterjemahkan ke dalam bahasa bisnis adalah kemampuan suatu produk untuk memenuhi atau melebihi harapan konsumen ( Hansen and Mowen, 2000, hal: 30

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS BIAYA MUTU. meningkatkan permintaan pelanggan dan mengurangi biaya. Mutu merupakan

BAB II ANALISIS BIAYA MUTU. meningkatkan permintaan pelanggan dan mengurangi biaya. Mutu merupakan BAB II ANALISIS BIAYA MUTU 2. 1. Mutu Memberikan perhatian yang lebih pada mutu suatu produk atau jasa, dapat meningkatkan profitabilitas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan permintaan pelanggan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BIAYA KUALITAS DAN PRODUK CACAT Studi Kasus di PT. Kanisius Yogyakarta SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA BIAYA KUALITAS DAN PRODUK CACAT Studi Kasus di PT. Kanisius Yogyakarta SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BIAYA KUALITAS DAN PRODUK CACAT Studi Kasus di PT. Kanisius Yogyakarta SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lain : Haryono Jusuf (1997:24), biaya adalah harga pokok barang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lain : Haryono Jusuf (1997:24), biaya adalah harga pokok barang yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya Definisi mengenai biaya dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain : Haryono Jusuf (1997:24), biaya adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia menunjukkan persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia menunjukkan persaingan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis di Indonesia menunjukkan persaingan yang semakin ketat, oleh sebab itu perusahaan harus mampu bersaing dengan menawarkan produk

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini telah secara praktis mengubah wajah dunia kearah

Bab I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini telah secara praktis mengubah wajah dunia kearah Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi saat ini telah secara praktis mengubah wajah dunia kearah kehidupan yang lebih dinamis, efisien dan efektif. Keadaan ini memaksa manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat tercapai. Untuk itu pencapaian tujuan ini perlu ditunjang oleh

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat tercapai. Untuk itu pencapaian tujuan ini perlu ditunjang oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan usahanya, setiap perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba. Tujuan ini dilakukan agar perusahaan dapat bertahan hidup dan terus berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring kondisi perekonomian Indonesia yang saat ini sudah mulai pulih

BAB I PENDAHULUAN. Seiring kondisi perekonomian Indonesia yang saat ini sudah mulai pulih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring kondisi perekonomian Indonesia yang saat ini sudah mulai pulih dari krisis dan mulai masuknya era globalisasi, perusahaan dituntut untuk mampu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II TARGET COSTING

BAB II TARGET COSTING 9 BAB II TARGET COSTING 2.1 Konsep Biaya Hansen dan Mowen (2006) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

QUALITY COST OF PRODUCT

QUALITY COST OF PRODUCT QUALITY COST OF PRODUCT Kualitas telah menjasi dimensi kompetitif yang penting bagi perusahaan manufaktur maupun jasa, juga bagi usaha kecil dan usaha besar. Penekanan pada kualitas ini telah cukup lama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan 81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan dalam Bab IV dan dikaitkan dengan rumusan masalah pada Bab I, maka dapat dihasilkan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di bidang industri akhir-akhir ini menuntut perusahaan untuk berpikir bagaimana caranya agar dapat bertahan di tengah pesatnya persaingan.

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA KUALITAS SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT PADA DIVISI TEMPA & COR PT. X (PERSERO) BANDUNG

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA KUALITAS SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT PADA DIVISI TEMPA & COR PT. X (PERSERO) BANDUNG ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA KUALITAS SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT PADA DIVISI TEMPA & COR PT. X (PERSERO) BANDUNG STIE STAN Indonesia Mandiri ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

Penerapan Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi Pada Catering ABC

Penerapan Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi Pada Catering ABC Penerapan Kualitas Dalam Meningkatkan Efisiensi Produksi Pada Catering ABC Mustika Rahmi Eka Rosalina Irda Rosita Politeknik Negeri Padang Abstrak Persaingan dalam dunia usaha menuntut perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB II BIAYA KUALITAS

BAB II BIAYA KUALITAS BAB II BIAYA KUALITAS 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas Ada berbagai macam pengertian dari kualitas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), kualitas adalah ukuran baik buruknya sesuatu. Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan untuk mempertahankan keadaan going concern atau suatu

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan untuk mempertahankan keadaan going concern atau suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan pada dasarnya merupakan entitas yang dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu yang telah ditetapkan oleh para pendirinya. Salah satu tujuan perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Konsep Biaya Biaya merupakan unsur utama yang secara fisik harus dikorbankan oleh perusahaan dalam rangka memperoleh pendapatan yang pada akhirnya untuk mendapatkan laba yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk tetap eksis dalam dunia bisnis yang kompetitif ini. Suatu produk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk tetap eksis dalam dunia bisnis yang kompetitif ini. Suatu produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas merupakan suatu hal yang paling esensial bagi suatu perusahaan untuk tetap eksis dalam dunia bisnis yang kompetitif ini. Suatu produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang ketat, peningkatan permintaan dan penghematan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang ketat, peningkatan permintaan dan penghematan biaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam persaingan yang ketat, peningkatan permintaan dan penghematan biaya dapat menjadi penentu apakah suatu usaha dapat berkembang atau sekedar bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Fernando Pasaribu dalam tulisannya Pengukuran dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Fernando Pasaribu dalam tulisannya Pengukuran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Fernando Pasaribu dalam tulisannya Pengukuran dan Pengendalian Biaya Mutu dan Produktivitas (rowlandpasaribu.wordpress.com, 2013:2), dikatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada PT. X, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia sekarang telah masuk era pasar bebas. Perekonomian tidak lagi dibatasi oleh jarak dan waktu. Persaingan pada saat ini lebih kompetitif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia bisnis menuju era pasar bebas, membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan-kebijakan terutama dalam memasarkan produknya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 11 BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 2.1. Pengertian dan Manfaat Analisis Profitabilitas Pelanggan Kondisi lingkungan yang baru menyebabkan perusahaan harus berfokus kepada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1. Biaya Kualitas 2.1.1.1. Pengertian Biaya Kualitas Biaya kualitas merupakan kegiatan penting dalam produksi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II BIAYA MUTU. kebendaan sangat umum sehingga tidak menawarkan makna oprasional. Secara oprasional

BAB II BIAYA MUTU. kebendaan sangat umum sehingga tidak menawarkan makna oprasional. Secara oprasional 10 BAB II BIAYA MUTU 2.1. Mutu 2.1.1. Pengertian Mutu Mutu adalah ukuran relatif dari kebendaan. Mendefinisikan mutu dalam rangka kebendaan sangat umum sehingga tidak menawarkan makna oprasional. Secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Kuncoro (2003:75) penelitian deskriptif meliputi

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Kuncoro (2003:75) penelitian deskriptif meliputi 54 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. PLN APJ Malang yang teletak di Jalan Jendral Basuki Rahmat no.100 Malang. 3.2. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era saat ini, perekonomian adalah salah satu sektor pembangunan yang penting dan harus benar-benar diperhatikan dalam suatu negara. Apalagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 2003, bagi Indonesia, adalah memasuki fase baru yang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 2003, bagi Indonesia, adalah memasuki fase baru yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki tahun 2003, bagi Indonesia, adalah memasuki fase baru yang membuat seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara ini semakin mengglobal. Semenjak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi globalisasi yang semakin cepat kemajuannya memicu persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi globalisasi yang semakin cepat kemajuannya memicu persaingan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi globalisasi yang semakin cepat kemajuannya memicu persaingan yang ketat di antara perusahaan-perusahaan. Mutu penting artinya dan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia industrial saat ini, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia industrial saat ini, perusahaan-perusahaan BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia industrial saat ini, perusahaan-perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan kompetitif. Baik yang bergerak di bidang manufaktur,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. kualitas yang kurang baik. Untuk melakukan segala aktivitas-aktivitas yang telah

BAB II LANDASAN TEORITIS. kualitas yang kurang baik. Untuk melakukan segala aktivitas-aktivitas yang telah BAB II LANDASAN TEORITIS A. Definisi Biaya Kualitas Semua kegiatan yang berhubungan dengan kualitas adalah kegiatan yang dilakukan karena mungkin atau telah dihasilkan suatu barang yang memiliki kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan adalah untuk menghasilkan keuntungan, menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk meningkatkan profitabilitas

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan di PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk dan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. penting. Menurut Mulyadi (2012: 8): Biaya adalah pengorbanan sumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. penting. Menurut Mulyadi (2012: 8): Biaya adalah pengorbanan sumber 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Biaya 1.1 Pengertian Biaya Pengertian biaya dalam akuntansi biaya mengandung makna yang sangat penting. Menurut Mulyadi (2012: 8): Biaya

Lebih terperinci

BAB II. dan memberikan profit yang lebih bagi perusahaan. kesopanan), karakteristik sensori (bau, rasa) (Suardi, 2003).

BAB II. dan memberikan profit yang lebih bagi perusahaan. kesopanan), karakteristik sensori (bau, rasa) (Suardi, 2003). 21 BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI 2.1 Tinjauan Teoretis Beberapa pandangan teoretis mengenai kualitas, biaya kualitas, efisiensi, biaya kualitas dan pengendalian kualitas. Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi seperti saat ini, persaingan semakin ketat di semua bidang, salah satunya adalah bidang industri. Di bidang industri, perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

Biaya Kualitas dan Produktivitas : Pengukuran, Pelaporan dan Pengendalian Source: Hansen & Mowen, 2007 (Chapter 15)

Biaya Kualitas dan Produktivitas : Pengukuran, Pelaporan dan Pengendalian Source: Hansen & Mowen, 2007 (Chapter 15) Biaya Kualitas dan Produktivitas : Pengukuran, Pelaporan dan Pengendalian Source: Hansen & Mowen, 2007 (Chapter 15) Present By: Ayub WS Pradana 06 April 2016 Kualitas Kualitas adalah ukuran relatif dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Pengertian Biaya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

PENGARUH BIAYA DESAIN PRODUK DAN BIAYA KUALITAS PRODUK TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Kasus Pada Perusahaan Sandal Sepvia Tasikmalaya)

PENGARUH BIAYA DESAIN PRODUK DAN BIAYA KUALITAS PRODUK TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Kasus Pada Perusahaan Sandal Sepvia Tasikmalaya) PENGARUH BIAYA DESAIN PRODUK DAN BIAYA KUALITAS PRODUK TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Kasus Pada Perusahaan Sandal Sepvia Tasikmalaya) Syara Permata Mutmainnah Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fokus utama dalam pelaporan keuangan adalah informasi mengenai biaya. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang

Lebih terperinci

Quality Management. D Rizal Riadi

Quality Management. D Rizal Riadi Quality Management D Rizal Riadi Pengertian Quality is Compormance to Requirement (pemenuhan tingkat standar yang ditentukan oleh para konsumen terhadap suatu barang) Philip Crosby Quality is fitness for

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan mempunyai perencanaan dan tujuan akhir yang ingin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan mempunyai perencanaan dan tujuan akhir yang ingin BAB II TINJAUAN PUSTAKA Setiap perusahaan mempunyai perencanaan dan tujuan akhir yang ingin dicapai, tentunya hasil akhir yang diharapkan sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dalam persaingan pasar yang semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dalam persaingan pasar yang semakin ketat. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Seiring dengan berkembangnya perekonomian Indonesia dan dimulainya era pasar bebas saat ini, perusahaan dituntut untuk selalu mengembangkan strategi untuk

Lebih terperinci

10/6/ Pengantar

10/6/ Pengantar Lecturer Content: Pengantar Konsep Pengendalian Kualitas / QC Quality of Conformance (Kualitas Kesesuaian/Kesamaan} Konsep Biaya dalam QC Tools / Penerapan Teknik Statistika dalam QC Proses Evolusi QC

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan di PT Liza Christina Garment Industry dan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tuntutan konsumen yaitu produk dengan harga yang murah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tuntutan konsumen yaitu produk dengan harga yang murah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan faktor paling penting dalam menentukan keunggulan perusahaan dalam persaingan pasar. Biaya menjadi penentu keberhasilan perusahaan dalam menciptakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN BIAYA KUALITAS DENGAN HARGA POKOK PRODUK

HUBUNGAN BIAYA KUALITAS DENGAN HARGA POKOK PRODUK HUBUNGAN BIAYA KUALITAS DENGAN HARGA POKOK PRODUK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: Elizabeth Febriani NIM : 012114214 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki perusahaan dalam

Lebih terperinci

UKURAN KINERJA. Apa yang penting, diukur STRATEGI. Apa yang diselesaikan, diberi imbalan

UKURAN KINERJA. Apa yang penting, diukur STRATEGI. Apa yang diselesaikan, diberi imbalan 1 UKURAN KINERJA Laporan kinerja keuangan meskipun penting tetapi hanya merupakan salah satu aspek dari kinerja suatu organisasi. Ada aspek-aspek lain yang juga merupakan ukuran kinerja suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan bisnis semakin ketat. Setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan bisnis semakin ketat. Setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini persaingan bisnis semakin ketat. Setiap perusahaan dituntut untuk mampu bersaing baik dalam hal berbisnis, penguasaan pasar, yang tentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Bastian (2006:137) Biaya adalah suatu bentuk pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan entitas.

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA 1 RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA PENDAHULUAN Manajemen biaya Manajemen strategik Perencanaan dan pembuatan keputusan Pengendalian manajemen dan pengendalian operasional Penyajian laporan keuangan Organisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Process Quality Management Manajemen Kualitas Proses merupakan salah satu fungsi dari Total Quality Management (TQM). Manajemen Kualitas Proses merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, bagi negara-negara di dunia memasuki fase baru yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, bagi negara-negara di dunia memasuki fase baru yang membuat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, bagi negara-negara di dunia memasuki fase baru yang membuat kehidupan di negara-negara tersebut semakin mengglobal. Hal ini terlihat di sektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management 13 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management Accounting Practices (MAP) Comittee adalah: proses identifikasi, pengukuran,

Lebih terperinci

BAB II BIAYA STANDAR DAN PENGUKURAN KINERJA. Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan. dengan jumlah biaya yang dikorbankannya.

BAB II BIAYA STANDAR DAN PENGUKURAN KINERJA. Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan. dengan jumlah biaya yang dikorbankannya. 10 BAB II BIAYA STANDAR DAN PENGUKURAN KINERJA 2.1. Biaya Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Setiap perusahaan tidak akan dapat menghindari berbagai biaya yang harus

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS MELALUI PENGUKURAN DAN PELAPORAN BIAYA KUALITAS (STUDI KASUS PADA UD GUYUB SANTOSO BLITAR BLITAR) Dewi Lestianingrum

PENGENDALIAN KUALITAS MELALUI PENGUKURAN DAN PELAPORAN BIAYA KUALITAS (STUDI KASUS PADA UD GUYUB SANTOSO BLITAR BLITAR) Dewi Lestianingrum PENGENDALIAN KUALITAS MELALUI PENGUKURAN DAN PELAPORAN BIAYA KUALITAS (STUDI KASUS PADA UD GUYUB SANTOSO BLITAR BLITAR) Dewi Lestianingrum STIE Kesuma Negara Blitar Abstrak : Biaya kualitas (cost of quality)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kualitas telah menjadi dimensi kompetitif yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kualitas telah menjadi dimensi kompetitif yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini kualitas telah menjadi dimensi kompetitif yang penting bagi perusahaan manufaktur maupun jasa. Ukuran yang esensial untuk suatu produk yang dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan profitabilitas dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sumber daya ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sumber daya ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (1997:8-10) biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber daya ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP OMZET PENJUALAN PADA PT.SAMPURNA KUNINGAN JUWANA

ANALISIS PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP OMZET PENJUALAN PADA PT.SAMPURNA KUNINGAN JUWANA ANALISIS PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP OMZET PENJUALAN PADA PT.SAMPURNA KUNINGAN JUWANA SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh Susanti NIM. 3352402088 Manajemen

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Penentuan tarif merupakan salah satu bagian dari tujuan akuntansi biaya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu sebelum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia pada dasarnya telah memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut setiap perusahaan untuk dapat bersaing dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut setiap perusahaan untuk dapat bersaing dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menuntut setiap perusahaan untuk dapat bersaing dalam dunia perdagangan. Bahkan krisis ekonomi di Indonesia yang berkepanjangan membuat persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar tidak lagi hanya dimasuki oleh pesaing domestik saja tetapi juga didatangi oleh

Lebih terperinci

PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN CAHAYA BARU PUTRA

PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN CAHAYA BARU PUTRA hal. 70-88 PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN CAHAYA BARU PUTRA Eva Faridah Fakultas Ekonomi Universitas Galuh Ciamis vae_everal@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, teknologi, industri, kesehatan, dan bidang lainnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Dyck dan Neubert, dalam buku Principles of Management (2011:7-9) management adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin,

Lebih terperinci

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016 Biaya per unit: arti penting dan cara menghitung (contd.) UNIT COST: Definition

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan penulis pada PT.BINTANG ALAM SEMESTA, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Akuntansi Diferensial 2.1.1 Pengertian Informasi Akuntansi Diferensial Informasi diperlukan manusia untuk mengurangi ketidakpastian yang selalu menyangkut masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor penentu kelangsungan hidup perusahaan adalah kualitas, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor penentu kelangsungan hidup perusahaan adalah kualitas, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan semakin pesatnya laju perkembangan dunia usaha, setiap perusahaan akan berusaha untuk dapat bertahan di dunia usaha yang semakin kompetitif

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP PRODUK RUSAK PADA PT. INDUSTRI SANDANG NUSANTARA UNIT PATAL SECANG TAHUN 2004-2006 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen 2.2 Kepuasan Konsumen

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen 2.2 Kepuasan Konsumen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKAN 2.1. Prosedur 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi dalam buku yang berjudul "Sistem Akuntansi" menyatakan bahwa : "Prosedur adalah suatu urutan kegiatan krelikal, biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Cost Volume Profit a. Pengertian Analisis Cost Volume Profit Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit analysis)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu

BAB II LANDASAN TEORI. produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Target Costing Target costing digunakan selama tahap perencanaan dan menuntun dalam pemilihan produk dan proses desain yang akan menghasilkan suatu produk yang dapat

Lebih terperinci

ERYANA PURNAWAN Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

ERYANA PURNAWAN Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ANALISIS BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada CV. Deden Batik Tasikmalaya) ERYANA PURNAWAN Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci