2 BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 2 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TEORI UMUM Pasar Modal Menurut definisi oleh Bursa Efek Indonesia ( pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Sementara itu, Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan definisi pasar atau bursa modal oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kegiatan memperjualbelikan surat berharga yang berjangka waktu lebih dari satu tahun. Dengan demikian, secara umum pasar modal dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penawaran dan perdagangan efek atau surat berharga, yang mencakup surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif maupun instrumen lain, dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. 7

2 8 Menurut Bursa Efek Indonesia, pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian, dimana pasar modal menjadi sarana pendanaan usaha dan sarana bagi perusahan untuk memperoleh dana tambahan, untuk pengembangan usaha atau modal kerja, dari investasi masyarakat. Di sisi masyarakat sendiri, pasar modal menjadi sarana untuk berinvestasi pada berbagai instrumen keuangan. Masyarakat dapat mengalokasikan dana yang dimilikinya berdasarkan karakteristik keuntungan dan risiko dari masing-masing instrumen Saham Menurut Bursa Efek Indonesia ( saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Sementara itu, berdasarkan definisi oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagi dalam pemilikan dan pengawasan. Menurut BEI, saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik bagi para investor. Dalam perdagangan saham sehari-hari, harga saham terus berfluktuasi. Harga saham dibentuk oleh permintaan dan penawaran terhadap saham yang bersangkutan, baik yang sifatnya spesifik terhadap saham tersebut, seperti kinerja perusahaan atau industri dimana perusahaan bergerak, maupun faktor makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, kondisi sosial politik, dan sebagainya.

3 Indeks Harga Saham Berdasarkan definisi oleh BEI, indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham yang menjadi salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Hingga saat ini, Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yaitu sebagai berikut: 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks ini menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan indeksnya. Agar IHSG dapat memberi gambaran kondisi pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG dengan pertimbangan bahwa apabila jumlah pemilikan saham oleh publik (free float) terhadap perusahaan yang bersangkutan relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. 2. Indeks Sektoral Indeks sektoral menggunakan semua Perusahaan Tercatat yang termasuk dalam masing-masing sektor. Saat ini terdapat 10 sektor di BEI, yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdangangan dan Jasa, dan Manufatur.

4 10 3. Indeks LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 4. Jakarta Islamic Index (JII) Indeks ini menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas. 5. Indeks Kompas100 Indeks ini terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 6. Indeks BISNIS-27 Indeks yang diluncurkan oleh kerja sama antara BEI dan harian Bisnis Indonesia ini terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan Akuntabilitas dan tata kelola perusahaan. 7. Indeks PEFINDO25 Indeks PEFINDO25 diluncurkan oleh kerja sama antara BEI dan lembaga rating PEFINDO untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil menengah.

5 11 Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti: Total Aset, tingkat pengembalian modal dan opini akuntan public, serta faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik. 8. Indeks SRI-KEHATI Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara BEI dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) dengan harapan mampu memberi tambahan informasi kepada investor. SRI merupakan singkatan dari Sustainable Responsible Investment. Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri-kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float. 9. Indeks Papan Utama Indeks ini menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Utama. 10. Indeks Papan Pengembangan Indeks ini menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Pengembangan. 11. Indeks Individual Indeks individual merupakan indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat.

6 TEORI KHUSUS Prediksi Saham Prediksi saham merupakan salah satu akvititas predictive modeling yang mencakup proses pengumpulan data, formulasi model prediksi, dan kemudian pelaksanaan prediksi serta validasi model. Predictive modeling dasarnya melibatkan sejumlah teknik data mining dan statistik untuk menganalisa fakta-fakta masa kini dan historikal untuk memprediksi kejadian di masa depan (Mishra, Das, Mausumi, & Mishra, 2010) Data yang Digunakan Dalam aktivitas prediksi saham, data yang digunakan pada dasarnya terbagi dalam dua kategori, yaitu data teknikal dan data fundamental (Hellström & Holmström, 1998). Data teknikal adalah data harga saham itu sendiri, yang terdiri dari harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi, dan harga terendah dari saham yang bersangkutan. Sementara itu, data fundamental adalah data yang memiliki pengaruh terhadap harga saham yang diperdagangkan. Data fundamental dapat berupa: Ekonomi makro, seperti inflasi, nilai suku bunga, dan sebagainya. Kondisi industri dimana perusahaan bergerak, misalnya harga saham lain dalam sektor industri yang sama, harga komoditas yang terkait, seperti minyak, logam, atau nilai tukar mata uang.

7 13 Kondisi dari perusahaan yang menerbitkan saham, yaitu dalam kaitan dengan data finansial perusahaan, seperti net profit margin, debt ratio, dan lain-lain Teknik Prediksi Saham Secara umum, teknik-teknik prediksi saham dibagi dalam empat jenis: 1) pendekatan teknikal, 2) pendekatan fundamental, 3) prediksi deret waktu, dan 4) metode berbasis machine learning. Pendekatan teknikal merupakan pendekatan grafikal dimana prediksi dilakukan berdasarkan harga historikal dari saham yang bersangkutan. Sementara itu, pendekatan fundamental dilakukan dengan mencari harga saham yang sesungguhnya, membandingkannya dengan tingkat perdagangan yang sedang terjadi, dan merekomendasikan pembelian saham yang diperdagangkan dengan harga yang lebih rendah dari harga sesungguhnya. Pada pendekatan deret waktu, suatu model prediksi linear dibangun berdasarkan pola harga historikal saham, bisa dengan melibatkan hanya satu variabel saja (univariate) atau beberapa variabel (multivariate). Salah satu teknik prediksi deret waktu yang terkenal adalah ARIMA yang bersifat univariate. Terakhir, metode prediksi dengan memanfaatkan teknik machine learning dilakukan dengan mempelajari sejumlah sampel data untuk menghasilkan suatu ekspresi atau fungsi yang dapat menghasilkan data prediksi. Beberapa contoh algoritma machine learning yang telah dikembangkan, antara lain K-nearest neighbor classification, Naïve

8 14 Bayes, neural network, Support Vector Machines (SVM) dan Least Squares Support Vector Machines (LSSVM). Untuk membangun model prediksi dengan metode machine learning, perlu disediakan suatu data set yang berisi variabel atau deret waktu yang menjadi objek prediksi serta variabel-variabel lain yang relevan jika ada. Data set tersebut kemudian dibagi menjadi dua, yaitu training dan testing set (Huang, Lai, Nakamori, & Wang, 2004). Training set digunakan untuk membangun model dan prosesnya disebut proses training. Ketika proses training, model akan mempelajari pola dari data di dalam training set, yakni bagaimana data-data yang relevan (variabel input) dapat menghasilkan data yang akan diprediksi (variabel output). Dalam hal ini, variabel output dalam training set telah diketahui nilainya. Proses training biasanya juga mencakup penentuan parameter yang tepat bagi model. Setelah model dihasilkan, model akan digunakan pada proses testing, dimana berdasarkan data dari variabel input di dalam testing set, model akan benar-benar memprediksi variabel output. Dalam hal ini, variabel output dalam testing set seolah-olah belum diketahui nilainya. Kinerja prediksi dari model kemudian akan diukur dengan membandingkan data hasil prediksi dengan data aktual di dalam testing set. Pada kebanyakan kasus, akan jauh lebih baik apabila dilakukan estimasi awal terhadap kinerja model sebelum digunakan dalam proses testing dilakukan dengan tujuan untuk mencegah overfitting, yaitu situasi

9 15 dimana model yang dihasilkan memiliki kompleksitas yang terlalu tinggi akibat terlalu memperhitungkan bias atau varian di dalam data (Hellström & Holmström, 1998). Proses estimasi awal terhadap kinerja model ini disebut sebagai proses validation dan data set yang digunakan disebut validation set (Huang, Lai, Nakamori, & Wang, 2004). Mekanisme di dalam proses validation pada dasarnya sama dengan pada proses testing Support Vector Machines (SVM) Pada dasarnya, pendekatan SVM bertujuan untuk menghasilkan suatu optimal separating hyperplane untuk pattern recognition. Rumusan asli SVM oleh Vapnik & Lerner pada tahun 1963 dan Vapnik & Chervonenkis pada tahun 1964 ditujukan bagi data yang sifatnya linear atau separable (Suykens, Gestel, Brabanter, Moor, & Vandewalle, 2002). Pengembangan untuk kasus nonlinear kemudian diperkenalkan oleh Vapnik pada tahun 1995 (Vapnik, 2000). Selanjutnya, pada tahun 1997, versi SVM untuk regresi diperkenalkan oleh Vapnik, Steven Golowich, dan Alex Smola (Basak, Pal, & Patranabis, 2007). SVM regresi merupakan versi SVM yang paling banyak digunakan terutama untuk prediksi deret waktu, termasuk prediksi finansial seperti harga saham SVM Linear Misalkan data training yang direpresentasikan dengan,,,,,, 1,1 (2.1) dapat dipisahkan oleh suatu hyperplane

10 16. 0 (2.2) Untuk suatu training set, bisa diperoleh lebih dari satu hyperplane seperti contoh pada Gambar 2.1 di bawah. Gambar 2.1 Contoh Banyaknya Alternatif Hyperplane untuk Suatu Masalah Klasifikasi (Suykens et al., 2002) Gambar 2.2 Pendefinisian Hyperplane yang Unik Berdasarkan Konsep Optimal Hyperplane (Suykens et al., 2002) Model SVM bertujuan untuk membangun suatu fungsi yang menghasilkan hyperplane yang optimal, yaitu hyperplane dengan margin terbesar (Gambar 2.2), yang dirumuskan sebagai berikut: 1 1 jika 1, jika 1, atau dalam bentuk singkat:

11 17 1, 1,2,, (2.3) Dengan tetap memenuhi kondisi (2.2), suatu hyperplane yang optimal harus memecahkan masalah pemrograman kuadratik, yaitu mencapai nilai minimum untuk fungsi berikut: 1, 1,2,, (2.4) Φ 1 2 (2.5) Lagrange: Solusi untuk masalah di atas dapat diperoleh dengan fungsi,, (2.6) dimana adalah Lagrange multipliers. Fungsi Lagrange di atas harus diminimalkan untuk w dan b dan dimaksimalkan untuk 0. max min,, (2.7), Dengan demikian,,, dan harus memenuhi kondisi berikut:,,,, 0 0 Dari persamaan-persamaan di atas, diperoleh karakteristik dari hyperplane optimal, yaitu koefisien harus memenuhi Persamaan (2.8) dan hyperplane optimal merupakan kombinasi linear dari vektor-vektor dalam training set (Persamaan (2.9)). 0, 0, 1,, (2.8)

12 18, 0, 1,, (2.9) Karena hanya support vectors yang bisa memberikan nilai bukan nol untuk koefisien bagi, maka Persamaan (2.9) dapat dirumuskan secara lebih spesifik sebagai berikut:, 0, 1,, (2.10) Berdasarkan teori Kühn-Tucker, hyperplane optimal juga harus memenuhi kondisi 1 0, 1,, (2.11) Dengan mensubstitusikan persamaan ke dalam fungsi Lagrange dan mengikuti kondisi Kühn-Tucker, diperoleh fungsi 1 2, (2.12) dimana persyaratan pada Persamaan (2.8) harus tetap dipenuhi. Dengan demikian, untuk memperoleh hyperplane optimal, harus diselesaikan suatu masalah pemrograman kuadratik, yakni memaksimalkan bentuk kuadratik (2.12) dalam batasan Persamaan (2.8). Aturan separasi berdasarkan hyperplane optimal yang diperoleh selanjutnya dapat dihasilkan dari fungsi berikut: (2.13)

13 19 dimana adalah support vectors, adalah koefisien Lagrange yang bersangkutan, dan adalah konstanta (threshold) yang dapat diperoleh dari rumus (2.14) dimana 1 merepresentasikan support vector yang masuk dalam kelas pertama dan 1 merepresentasikan support vector yang masuk ke dalam kelas kedua SVM Nonlinear Untuk memperoleh hyperplane yang optimal untuk kasus dimana data tidak dapat dipisahkan secara linear, Vapnik menambahkan suatu variabel nonnegative 0 serta fungsi dengan parameter 0. Fungsi kemudian diminimalkan dengan menuruti ketentuan 1, 1,2,, (2.15) Generalized optimal hyperplane ditentukan oleh vektor dengan meminimalkan fungsi Φ, 1 2 (2.16) dengan memenuhi syarat (2.15).

14 20 Teknik untuk memecahkan masalah kuadratik di sini hampir sama dengan yang digunakan dalam kasus separable, dimana untuk menemukan koefisien dari generalized optimal hyperplane, harus dicari parameter, 1,,, yang memaksimalkan bentuk kuadratik yang sama dengan kasus separable, yaitu 1 2, namun dengan syarat yang sedikit berbeda, yakni 0, 1,, 0 Sama seperti pada kasus separable, hanya beberapa koefisien, 1,, yang tidak sama dengan nol, yaitu yang menghasilkan support vectors. Vapnik kemudian mengembangkan teori SVM lebih jauh dengan memperkenalkan teknik nonlinear yang dilakukan dengan memetakan data input ke dalam ruang fitur dengan dimensi yang lebih tinggi, dan tanpa batas (Gambar 2.3). Hyperplane pemisah kemudian akan dibangun pada ruang fitur high dimensional tersebut.

15 21 Gambar 2.3 Pemetaan Input Space pada High Dimensional Feature Space Dengann teknik kernel tersebut, dibangun decision function yang nonlinear di dalam ruang input, yaitu (2.17) namun ekuivalen dengan fitur high-dimensional. decision function yang linear di dalam ruang Koefisien untuk fungsi dapat diperoleh dengan mencari nilai maksimum (2.18) dengan memenuhi syarat (2.19)

16 22 Fungsi ini sama dengan fungsi untuk memperoleh hyperplane optimal kecuali pada bagian inner products, dimana inner products digantikan dengan,. Terdapat beberapa pilihan fungsi Kernel,, antara lain (Suykens, Gestel, Brabanter, Moor, & Vandewalle, 2002): SVM linear, SVM polynomial dengan derajat., Kernel RBF, exp Kernel MLP, tanh SVM untuk Estimasi Fungsi (SVM Regresi) Pada dasarnya SVM dibagi menjadi dua kategori, yakni SVM klasifikasi, yang telah diuraikan pada subbab dan , dan SVM regresi (Basak, Pal, & Patranabis, 2007). SVM regresi intinya bertujuan untuk mengestimasi fungsi dependensi dari variabel dependen berdasarkan sekumpulan variabel independen (StatSoft, Inc., 2013). Pada ε-svm regresi, fungsi f(x) yang diperoleh harus menghasilkan deviasi maksimal ε dari target yang diobservasi, y i, untuk keseluruhan data pada training set, namun dengan flatness yang sebesar mungkin. Rumusan ε-svm regresi untuk kasus linear, yaitu:

17 23, 1,2,, (2.20) Flatness pada rumusan di atas dapat diperoleh dengan meminimalkan panjang dari vektor, yakni dengan meminimalkan dan memenuhi kriteria: (2.21) Pada kasus dimana tidak dapat dihasilkan fungsi f yang mampu memprediksi seluruh pasangan (x i, y i ) dengan presisi ε, maka dengan mengadaptasi loss function dengan soft margin, diperkenalkan slack variables dan. Dengan demikian optimasi kemudian dapat diperoleh dengan meminimalkan: 1 2 (2.22) dan memenuhi kriteria:, 0 (2.23) Konstanta C berfungsi sebagai trade-off antara flatness dari fungsi f dengan batas toleransi dari deviasi yang lebih besar daripada ε. Untuk memecahkan permasalahan optimasi di atas, digunakan fungsi Langrange sehingga diperoleh rumusan sebagai berikut: 1 2 (2.24)

18 24 dimana,,, > 0. Untuk memperoleh nilai optimal, berlaku kondisi berikut: 0 (2.25) 0 (2.26) 0 (2.27) Dengan mensubstitusikan Persamaan (2.25), (2.26), dan (2.27) ke dalam Persamaan (2.24), diperoleh rumusan optimasi dengan memaksimalkan: 1 2, (2.28) dan memenuhi: 0, 0, (2.29) Dengan tereliminasinya variabel,, Persamaan (2.26) dapat dituliskan kembali menjadi: (2.30) dan dengan demikian, diperoleh:

19 25 (2.31) Konstanta dapat dihitung menggunakan rumus: untuk 0, untuk 0, (2.32) Pada kasus nonlinear, dapat diaplikasikan trik kernel, sehingga Persamaan (2.30) dan (2.31) dituliskan kembali menjadi: (2.33), (2.34) Teknik kernel yang dapat digunakan sama seperti yang telah disebutkan pada subbab , yakni linear, polinomial, RBF, dan MLP. Namun, teknik yang paling banyak digunakan adalah RBF karena cenderung memberikan hasil yang lebih baik Least Squares Support Vector Machines (LSSVM) LSSVM merupakan versi modifikasi dari SVM oleh Suykens et al. (2002) yang bertujuan untuk memecahkan persamaan-persamaan linear dengan cara yang lebih sederhana dibandingkan masalah pemrograman kuadratik yang dihadapi dalam SVM Vapnik (Suykens, Gestel, Brabanter, Moor, & Vandewalle, 2002). Selain kompleksitas kalkulasi yang lebih rendah, proses training LSSVM dalam permalasahan berskala besar juga lebih cepat dan menggunakan resource komputasi yang lebih sedikit dibandingkan SVM (Mustaffa & Yusof, 2011). Selain itu, untuk penggunaan kernel RBF, jumlah

20 26 parameter yang harus dioptimalkan pada LSSVM juga lebih sedikit dibandingkan SVM, dimana pada LSSVM hanya dua variabel yang perlu ditentukan, yaitu (, ), sedangkan pada SVM terdapat tiga parameter, yaitu (,, ) (Ou & Wang, 2009; Suykens, Gestel, Brabanter, Moor, & Vandewalle, 2002). Sama seperti pada SVM, LSSVM dapat digunakan untuk permasalahan klasifikasi dan regresi baik pada kasus linear maupun nonlinear. Pada kasus nonlinear, teknik kernel juga dapat diaplikasikan di dalam LSSVM. Pilihan kernel yang dapat digunakan sama seperti pada SVM, yakni linear, polinomial, RBF, dan MLP LSSVM untuk Klasifikasi Pada permasalahan klasifikasi, decision function dari model dalam primal space dirumuskan sebagai berikut: sign φxb (2.35) dimana adalah pemetaan ke ruang fitur high dimensional seperti pada SVM standar. Berikut adalah rumusan problema optimasi dalam LSSVM yang diperkenalkan oleh Suykens et al. (2002): min, 1,, (2.36) sedemikian sehingga 1, 1,, (2.37) Terlihat dua hal yang membedakan hasil modifikasi ini terhadap formulasi asli oleh Vapnik. Yang pertama adalah pada penggunaan

21 27 fungsi persamaan yang menggantikan pertidaksamaan dimana nilai 1 di bagian kanan lebih merupakan suatu nilai target alih-alih nilai threshold. Untuk mentolerir kesalahan, persamaan dilengkapi dengan suatu variabel kesalahan yang memiliki peran yang sama seperti variabel dalam rumus SVM. Perbedaan kedua yaitu pada penggunaan fungsi kuadrat untuk variabel kesalahan tersebut. Untuk kasus nonlinear, diturunkan rumus Lagrangian berikut:,, ;, 1 (2.38) dimana nilai adalah Lagrange multipliers, yang bisa bernilai positif maupun negatif. Untuk mencapai nilai optimal, kondisi berikut harus terpenuhi: , 1,, 0 1 0, 1,, (2.39) Dengan mengeliminasi dan, diperoleh sistem linear: dimana: 0 Ω 0 (2.40) 1 ; ; ; ; 1 1; ;1

22 28 ; ; ; ; dan Ω. Trik kernel dapat diaplikasikan di dalam matriks Ω: Ω, untuk, 1,,. Dengan demikian, model LSSVM yang dihasilkan dalam dual space adalah sebagai berikut: sign, (2.41) LSSVM untuk Estimasi Fungsi Penurunan rumus pada LSSVM untuk estimasi fungsi pada dasarnya sama seperti pada LSSVM untuk klasifikasi karena LSSVM klasifikasi sebenarnya dapat dipahami sebagai kasus regresi dengan target +1 dan -1. Misalkan decision function dari model LSSVM dalam primal space dirumuskan sebagai berikut (Suykens, Gestel, Brabanter, Moor, & Vandewalle, 2002): φx (2.42) dimana adalah pemetaan ke ruang fitur high dimensional seperti pada SVM standar. Maka, dapat dirumuskan problema optimasi dalam LSSVM regresi, yaitu:

23 29 min, 1,, (2.43) sedemikian sehingga, 1,, (2.44) Rumus Lagrangian yang dibangun untuk kasus nonlinear sebagai berikut:,, ;, (2.45) dimana nilai adalah Lagrange multipliers. Kondisi optimal yang harus dipenuhi antara lain: , 1,, 0 0, 1,, (2.46) Setelah mengeliminasi dan, diperoleh: dimana: 0 1 Ω 0 (2.47) ; ; 1 1; ;1 ; ; Trik kernel dapat diaplikasikan sebagai berikut: Ω,

24 30 untuk, 1,,. Dengan demikian, fungsi estimasi yang dihasilkan adalah:, (2.48) Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) ARIMA adalah suatu model prediksi deret waktu univariate, dimana ARIMA hanya menggunakan satu variabel atau deret waktu dan model dihasilkan dengan membangun suatu fungsi linear berdasarkan nilai-nilai historikal dan/atau loncatan-loncatan acak di dalam deret waktu (Tsitsika, Maravelias, & Haralabous, 2007). ARIMA merupakan salah satu model prediksi deret waktu yang paling banyak digunakan karena fleksibilitasnya dalam merepresentasikan berbagai bentuk deret waktu, antara lain autoregressive murni (AR), moving average murni (MA), dan kombinasi antara AR dan MA (ARMA) (Abdullah, 2012). Pembangunan model ARIMA melibatkan tiga tahap utama (Abdullah, 2012; Tsitsika, Maravelias, & Haralabous, 2007). Tahap pertama adalah identifikasi model, yaitu menentukan apakah deret waktu bersifat stasioner dan tranformasi yang diperlukan, dalam hal ini berupa derajat diferensiasi (d), apabila deret waktu belum stasioner. Tahap selanjutnya adalah estimasi parameter, yakni menentukan apakah deret waktu merupakan deret autoregresif (AR), moving average (MA), atau keduanya, yang dinotasikan dalam orde p dan q. Pada kasus seasonal ARIMA, serangkaian parameter serupa juga perlu ditentukan untuk komponen seasonal, yang dinotasikan sebagai P, D, dan Q. Representasi

25 31 umum untuk seasonal ARIMA dalah ARIMA (p, d, q) x (P, D, Q) s dimana s adalah periode (Ayinde & Abdulwahab, 2013). Langkah terakhir adalah pengecekan diagnostik untuk melakukan verifikasi terhadap model. Model yang baik diharapkan memiliki residual yang mengandung white noise. Statistik Q oleh Ljung-Box biasanya digunakan untuk menguji normalitas residual yang dihasilkan model ARIMA (Abdullah, 2012), yakni dengan menguji hipotesis berikut: H o : Kesalahan bersifat acak (white noise) H 1 : Kesalahan tidak bersifat acak (bukan white noise) Agar suatu model ARIMA dianggap baik, nilai statistik Q yang dihasilkan harus lebih kecil dibandingkan nilai kritikal dari distribusi chisquare dengan derajat kebebasan s, dimana s adalah jumlah koefisien dalam pengujian (Clement, 2013). Dengan kata lain, model ARIMA dikatakan baik apabila hipotesa nol (H 0 ) diterima. Selain statistik Q Ljung-Box, indikator lain yakni Bayesian information criterion (BIC) juga digunakan umum dalam pemilihan model ARIMA. Sama seperti statistik Q Ljung-Box, indikator BIC juga bertujuan untuk mengukur kecocokan model dengan deret waktunya (Clement, 2013). Semakin kecil nilai BIC berarti model semakin dekat dengan deret waktunya. 2.3 PENELITIAN SEBELUMNYA Banyak peneliti mencoba untuk melakukan prediksi tren harga saham dengan menerapkan pendekatan statistik dan grafikal (Abdullah, 2012; Moghaddasi & Badr, 2008; Jakaša, Andročec, & Sprčić, 2011). Namun

26 32 pendekatan tersebut kurang efektif dibandingkan prediksi dengan pendekatan yang berbasis kecerdasan komputasi. Besarnya data yang dihasilkan oleh pasar modal secara tidak langsung menuntut peneliti untuk memanfaatkan teknik data mining (Prasanna & Ezhilmaran, 2013). Cukup banyak penelitian yang telah dilakukan terkait prediksi harga saham dengan pendekatan data mining. Salah satunya adalah penelitian oleh (Olaniyi, Adewole, & Jimoh, 2011) yang mengkombinasikan metode regression analysis dan moving average untuk memprediksi tren harga saham dari tiga bank di Nigeria dengan menggunakan data harga seluruh saham yang diperdagangkan di Nigerian Stock Exchange. Selain oleh (Olaniyi, Adewole, & Jimoh, 2011), penelitian tentang prediksi saham pada Nigerian Stock Exchange juga dilakukan oleh (Akinwale, Arogundade, & Adekoya, 2009) dengan menggunakan algoritma error back propagation dan regression analysis. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh (Magaji, Waziri, Isah, & R., 2012) dengan metode Naïve Bayes. Penelitian lain oleh (Kannan, Sekar, Sathik, & Arumugam, 2010) mengusulkan algoritma yang dapat memprediksi apakah harga penutupan saham di hari yang bersangkutan akan mengalami peningkatan atau penurunan dari hari sebelumnya. Algoritma tersebut dibangun dengan mengkombinasikan lima metode analisis saham, yaitu Typical Price (TP), Bollinger Bands, Relative Strength Index (RSI), CMI dan Moving Average (MA). Selain itu, pada tahun 2011, Kara, Boyacioglu, & Baykan melakukan penelitian yang membandingkan kinerja ANN dan SVM dalam memprediksi pergerakan indeks harga saham di Istanbul Stock exchange, sementara Kumar &

27 33 Thenmozhi (2005) yang membandingkan teknik SVM dan Random Forest dalam memprediksi pergerakan indeks saham S&P CNX NIFTY Market Index. Beberapa penelitian lain yang secara spesifik relevan terhadap penelitian ini, antara lain penelitian oleh (Deng & Yeh, 2011) yang memanfaatkan LSSVM untuk mengestimasi biaya produksi, (Gestel, et al., 2001) yang melakukan prediksi terhadapat beberapa macam data finansial dan memperoleh hasil prediksi yang lebih akurat menggunakan LSSVM dibandingkan dengan model AR dan model nonparametrik lain, serta (Yu, Chen, Wang, & Lai, 2009) yang memprediksi pergerakan harga saham dan menyimpulkan bahwa model LSSVM memiliki kinerja prediksi yang lebih baik dibandingkan model ARIMA, LDA, BPNN, dan SVM. Sementara itu, penelitian yang lebih komprehensif dilakukan oleh Ou & Wang (2009) yang membandingkan kinerja sepuluh teknik data mining dalam memprediksi arah pergerakan indeks Hang Seng berdasarkan lima faktor, yaitu harga pembukaan, harga penutupan, indeks S&P 500, dan harga kurs antara dolar HK dan dolar AS. Sepuluh teknik yang dibandingkan adalah Linear discriminant analysis (LDA), Quadratic discriminant analysis (QDA), K-nearest neighbor classification, Naïve Bayes berbasis kernel, Logit model, Tree based classification, neural network, Bayesian classification dengan Gaussian process, Support vector machines (SVM) dan Least squares support vector machines (LSSVM). Hasil perbandingan menunjukkan bahwa model SVM dan LSSVM menghasilkan akurasi prediksi yang jauh lebih baik dibandingkan model lainnya, dan di antara kedua model tersebut, SVM menghasilkan prediksi yang lebih baik

28 34 daripada LSSVM untuk prediksi in-sample, sedangkan untuk prediksi out-ofsample, LSSVM memberikan prediksi yang lebih baik daripada SVM.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan saham secara maksimal (Wang et al, 2009). semakin berkembang. Dengan memanfaatkan model model peramalan dari

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan saham secara maksimal (Wang et al, 2009). semakin berkembang. Dengan memanfaatkan model model peramalan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan indeks harga saham merupakan sebuah peramalan deret waktu yang cukup sulit dilakukan (Kara et al, 2011). Banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan harga

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Definisi Peramalan adalah memperkiraan atau memproyeksikan sesuatu

BAB III LANDASAN TEORI. Definisi Peramalan adalah memperkiraan atau memproyeksikan sesuatu BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Peramalan Definisi Peramalan adalah memperkiraan atau memproyeksikan sesuatu yang akan terjadi dimasa sekarang maupun yang akan datang. dikarena masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pasar modal juga diatur dalam undang undang dan diartikan. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pasar modal juga diatur dalam undang undang dan diartikan. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pasar modal adalah pasar untuk segala macam instrument keuangan yang dapat diperjual belikan dengan jangka panjang, baik itu obligasi atau surat utang, saham (ekuiti), instrument

Lebih terperinci

SVM untuk Regresi. Machine Learning

SVM untuk Regresi. Machine Learning MMA10991 Topik Khusus - Machine Learning Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439, Fax. +62-21-7863439,

Lebih terperinci

SVM untuk Regresi Ordinal

SVM untuk Regresi Ordinal MMA10991 Topik Khusus - Machine Learning Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439, Fax. +62-21-7863439,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.

BAB II DESKRIPSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. BAB II DESKRIPSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN 2.1. Bursa Efek Indonesia (BEI) Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman

Lebih terperinci

Support Vector Machine

Support Vector Machine MMA10991 Topik Khusus Machine Learning Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439, Fax. +62-21-7863439,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI IHSG

BAB II DESKRIPSI IHSG BAB II DESKRIPSI IHSG 2.1 Sejarah Singkat IHSG Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis, terlebih lagi bagi perusahaan besar, tidak lepas dari adanya proses jual beli saham. Saham secara umum merupakan surat berharga yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sering terdapat tenggang waktu (time lag) antara kesadaran akan peristiwa atau kebutuhan mendatang dengan peristiwa itu sendiri. Adanya waktu tenggang ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, dan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, dan instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instrumen keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar modal diantaranya surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, dan instrumen lainnya. Saham merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI PERUSAHAAN SYARIAH DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) MENGGUNAKAN METODE DISCRIMINANT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)

ANALISIS PERFORMANSI PERUSAHAAN SYARIAH DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) MENGGUNAKAN METODE DISCRIMINANT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) ANALISIS PERFORMANSI PERUSAHAAN SYARIAH DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) MENGGUNAKAN METODE DISCRIMINANT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) NUR SYAFRIDA - 1308 100 065 Pembimbing : Muhammad Mashuri,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia Visi Bursa Efek Indonesia yaitu Menjadi bursa Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Misi Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

Metode Kernel. Machine Learning

Metode Kernel. Machine Learning MMA10991 Topik Khusus Machine Learning Metode Kernel Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan tiga fungsi, yaitu pertama sebagai tempat berinteraksi pembeli

Lebih terperinci

PREDIKSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) DENGAN ALGORITMA GRID SEARCH

PREDIKSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) DENGAN ALGORITMA GRID SEARCH ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 315-321 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PREDIKSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) PADA DATA AKREDITASI SEKOLAH DASAR (SD) DI KABUPATEN MAGELANG

PENERAPAN METODE KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) PADA DATA AKREDITASI SEKOLAH DASAR (SD) DI KABUPATEN MAGELANG ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 811-820 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENERAPAN METODE KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) PADA

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),

Lebih terperinci

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari BAB III MODEL STATE-SPACE 3.1 Representasi Model State-Space Representasi state space dari suatu sistem merupakan suatu konsep dasar dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan

I. PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan alternatif kepada masyarakat untuk berinvestasi. Investasi sendiri sebenarnya terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian di bidang metode peramalan terhadap data runtun waktu keuangan (financial time series forecasting) selalu menjadi bahasan yang menarik. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 29 BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Bursa Efek Indonesia (BEI) Bursa Efek merupakan sebuah pasar yang terorganisasi dimana para pialang melakukan transaksi jual beli surat berharga dengan berbagai

Lebih terperinci

2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk

2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Dan Surat Berharga Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI WILAYAH DESA-PERDESAAN DAN DESA-PERKOTAAN WILAYAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)

KLASIFIKASI WILAYAH DESA-PERDESAAN DAN DESA-PERKOTAAN WILAYAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) KLASIFIKASI WILAYAH DESA-PERDESAAN DAN DESA-PERKOTAAN WILAYAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) SKRIPSI Disusun Oleh : MEKAR SEKAR SARI NIM. 24010210120008 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER 21 BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER 3.1 Model Variasi Kalender Liu (Kamil 2010: 10) menjelaskan bahwa untuk data runtun waktu yang mengandung efek variasi kalender, dituliskan pada persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun pemerintah jangka panjang dalam berbagai instrumen keuangan yang diperjualbelikan, salah satunya

Lebih terperinci

SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)

SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) MAKALAH DATA MINING SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) Di Susun Oleh : Nama : RA. Toyyibatul Faihah NRP : 07.04.111.00132 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO 2010 1 PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

Pengantar Support Vector Machine

Pengantar Support Vector Machine Pengantar Support Vector Machine Anto Satriyo Nugroho February 8, 2007 1 Pengantar Pattern Recognition (PR) didefinisikan sebagai proses pemetaan suatu data ke dalam konsep tertentu yang telah didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan suatu negara, diperlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi kegiatan berinvestasi, yang efektif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indeks harga saham merupakan suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham dalam suatu periode, dengan adanya indeks maka dapat diketahui tren yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk membiayai pembangunan tersebut. Lembaga keuangan memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

2. Adanya resiko pemumpukan barang pada gudang.

2. Adanya resiko pemumpukan barang pada gudang. BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1. Analisis Masalah 3.1.1. Deskripsi Masalah Pemenuhan keinginan atau permintaan pasar merupakan hal yang krusial bagi setiap perusahaan. Perusahaan yang siap berkompetisi

Lebih terperinci

Prediksi Pergerakan Indeks Harga Saham Menggunakan Artificial Neural Network dan Support Vector Machine

Prediksi Pergerakan Indeks Harga Saham Menggunakan Artificial Neural Network dan Support Vector Machine Prediksi Pergerakan Indeks Harga Saham Menggunakan Artificial Neural Network dan Support Vector Machine Prediction of Stock Price Index Movement Using Artificial Neural Network and Support Vector Machine

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Jakarta Islamic Index (JII) diluncurkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. hindia belanda untuk kepentingan pemerintah colonial atau VOC.

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. hindia belanda untuk kepentingan pemerintah colonial atau VOC. BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PT. Bursa Efek Indonesia Secara historis pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial belanda

Lebih terperinci

ANALISIS SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) DALAM MEMPREDIKSI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT

ANALISIS SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) DALAM MEMPREDIKSI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 849-857 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) DALAM MEMPREDIKSI KURS

Lebih terperinci

KLASIFIKASI LAMA STUDI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)

KLASIFIKASI LAMA STUDI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 123-132 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian KLASIFIKASI LAMA STUDI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma.

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma. 2.1. Microsoft Visual Studio Microsoft Visual Studio adalah sebuah software yang

Lebih terperinci

Bagaimana Menjadi Investor Saham

Bagaimana Menjadi Investor Saham Bagaimana Menjadi Investor Saham Saham Sebagai pilihan Investasi Saham merupakan salah satu surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal Saham merupakan bukti kepemilikan atau penyertaan modal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membeli Dolar. Situasi tersebut menimbulkan lebih banyak tekanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. membeli Dolar. Situasi tersebut menimbulkan lebih banyak tekanan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan Asia pada tahun 1997 berdampak pada stabilitas keuangan yang menyebabkan perusahaan-perusahaan di Indonesia berlomba-lomba membeli Dolar. Situasi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini pasar modal merupakan instrumen penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai pasar modal yang berhubungan dengan pengertian pasar modal,

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai pasar modal yang berhubungan dengan pengertian pasar modal, BAB II LANDASAN TEORI Pembahasan yang akan dipaparkan pada bab ini adalah teori mengenai pasar modal yang berhubungan dengan pengertian pasar modal, para pelaku pasar modal, indeks harga saham. Penjabaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi pasar modal yang dikenal saat ini cukup beragam diantaranya saham,

BAB I PENDAHULUAN. investasi pasar modal yang dikenal saat ini cukup beragam diantaranya saham, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia pasar modal di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini didukung oleh infrastruktur yang memudahkan investor dalam bertransaksi seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Menurut Fahmi dan Hadi (2009) investasi merupakan suatu bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (2007:2) menyatakan bahwa An Investment is the current commitment of money

BAB 1 PENDAHULUAN. (2007:2) menyatakan bahwa An Investment is the current commitment of money 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi berkaitan dengan Penanaman dana yang dilakukan suatu perusahaan kedalam suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan (entities) yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan (entities) yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) merupakan tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Deskripsi Berbagai Indeks Saham Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka pada bagian ini penulis mencoba untuk menarik beberapa kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

Analisis Akurasi Support Vector Machine...

Analisis Akurasi Support Vector Machine... ANALISIS AKURASI SUPPORT VECTOR MACHINE DENGAN FUNGSI KERNEL GAUSSIAN RBF UNTUK PRAKIRAAN BEBAN LISTRIK HARIAN SEKTOR INDUSTRI Luqman Assaffat 1 * 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) Bagus Ananto Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Abstrak Penelitian ini menganalisa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Mining Data Mining adalah proses yang mempekerjakan satu atau lebih teknik pembelajaran komputer (machine learning) untuk menganalisis dan mengekstraksi pengetahuan (knowledge)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan kerangka teoritik yang telah dijelaskan pada Bab II maka tujuan penelitian yang hendak dicapai antara lain : 1. Memberikan bukti empiris baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Pemegang saham merupakan pemlik sebenarnya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya maka dari itu diperlukan penambahan sumber dana yang dapat. dilakukan dengan cara berinvestasi di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya maka dari itu diperlukan penambahan sumber dana yang dapat. dilakukan dengan cara berinvestasi di pasar modal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang terjadi, perilaku masyarakat Indonesia semakin konsumtif sehingga perusahaan perlu mengembangkan bisnisnya agar dapat tetap bersaing dengan kompetitor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal tersebut disebut sebagai investasi (Yuliati dkk, 1996:35). sebagai jaminan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. modal tersebut disebut sebagai investasi (Yuliati dkk, 1996:35). sebagai jaminan di masa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan perekonomian di Indonesia yang semakin berkembang merambat pada tingginya penanaman modal pada sektor industri. Cara penanaman modal baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan konsumsi sekarang atau konsumsi mendatang. Penundaan konsumsi sekarang untuk konsumsi mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada semua pemegang

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada semua pemegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekspektasi atau motivasi setiap investor adalah mendapatkan keuntungan dari transaksi investasi yang dilakukan. Para investor yang bertransaksi di pasar modal, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin besar juga seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin besar juga seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mengembangkan kegiatan bisnis, perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Kebutuhan dana akan semakin besar juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Investasi merupakan kegiatan menyalurkan dana demi mengharapkan keuntungan dimasa mendatang. Investasi dapat diartikan sebagai kegiatan menanamkan modal baik

Lebih terperinci

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi),

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin memudahkan para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya terlebih bagi perusahaan yang telah go public. Dalam upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan utama, yaitu investasi dalam bentuk real assets dan investasi dalam bentuk financial assets (Bodie, 2005).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Saham 2.1.1 Pengenalan Saham Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan usaha terhadap suatu perusahaan (Athanasius, 2012). 2.1.2 Pengenalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan berkaitan dengan topik yang serupa antara lain: 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Bursa Efek Indonesia atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu wadah yang memfasilitasi kegiatan investasi tersebut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu wadah yang memfasilitasi kegiatan investasi tersebut adalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penanaman modal yang dilakukan saat ini dengan harapan keuntungan dimasa yang akan datang. Kegiatan investasi menjadi semakin berkembang

Lebih terperinci

Model Linear untuk Klasifikasi

Model Linear untuk Klasifikasi MMA10991 Topik Khusus - Machine Learning Model Linear untuk Klasifikasi Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439,

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan oleh pihak lain selain dari penelitian itu sendiri. Jenis data yang dipakai

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan oleh pihak lain selain dari penelitian itu sendiri. Jenis data yang dipakai 24 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis dan Sumber Data Menurut Sekaran (2003), data sekunder merupakan informasi yang dikumpulkan oleh pihak lain selain dari penelitian itu sendiri. Jenis data yang dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam menjaga stabilitasnya. Dengan pembangunan ekonomi yang tinggi, maka masyarakat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pengertian pasar modal sendiri menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, pasar modal sebagai Kegiatan yang bersangkutan

Lebih terperinci

Prediksi Financial Time Series Menggunakan Independent Component Analysis dan Support Vector Regression Studi Kasus : IHSG dan JII

Prediksi Financial Time Series Menggunakan Independent Component Analysis dan Support Vector Regression Studi Kasus : IHSG dan JII ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol., No. Agustus 015 Page 3608 Prediksi Financial Time Series Menggunakan Independent Component Analysis dan Support Vector Regression Studi Kasus : IHSG

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting terutama terkait dengan arus permodalan dan pertumbuhan ekonomi. Pasar modal merupakan indikator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Persaingan perusahaan bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Persaingan perusahaan bisa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemunculan berbagai dunia usaha baik skala kecil maupun besar sudah merupakan fenomena yang biasa. Fenomena ini mengakibatkan tingkat persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia akan berdampak semakin meningkatnya perkembangan dunia usaha di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya

Lebih terperinci

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010 Statistika, Vol., No., Mei PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI Reksa Nila Anityaloka, Atika Nurani Ambarwati Program Studi S Statistika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling diminati oleh investor adalah return asset yaitu pengembalian atas

BAB I PENDAHULUAN. paling diminati oleh investor adalah return asset yaitu pengembalian atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam memilih instrumen investasi apapun, hal yang paling diminati oleh investor adalah return asset yaitu pengembalian atas investasi. Menghitung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan modal adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan modal adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan. Salah satu cara bagi

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI METODE KLASIFIKASI DUA KELAS

STUDI KOMPARASI METODE KLASIFIKASI DUA KELAS Program Studi MMT-ITS, Surabaya Pebruari 007 STUDI KOMPARASI METODE KLASIFIKASI DUA KELAS Budi Santosa dan Devi Rosita Hanum Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: budi_s@ie.its.ac.id,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran penting dalam perekonomian dan menjadi faktor pembiayaan dan alternatif sumber dana operasional bagi perusahaan-perusahaan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada saat ini sangat berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada saat ini sangat berpengaruh pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi global yang terjadi pada saat ini sangat berpengaruh pada perekonomian dalam negeri. Penurunan kondisi ekonomi ini ditandai oleh kebangkrutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu: (1) sebagai sarana bagi pendanaan usaha

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu: (1) sebagai sarana bagi pendanaan usaha BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara, karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu: (1) sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai

Lebih terperinci

PREDIKSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION DENGAN ALGORITMA GRID SEARCH

PREDIKSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION DENGAN ALGORITMA GRID SEARCH PREDIKSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION DENGAN ALGORITMA GRID SEARCH SKRIPSI Disusun Oleh : LUTFIA SEPTININGRUM 240 102 111 400 73 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Di beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut go public. Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2012:1) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. disebut go public. Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2012:1) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan tempat bagi perusahaan untuk menghimpun dana yang berfungsi untuk membiayai secara langsung kegiatan perusahaan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) SKRIPSI Oleh : PRISKA RIALITA HARDANI 24010211120020 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia (BEI) Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia (BEI) Ledi Lasni Jurusan Akuntansi Falkultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saham merupakan bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

PERAMALAN DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN SUPPORT VECTOR REGRESSION

PERAMALAN DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN SUPPORT VECTOR REGRESSION PERAMALAN DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN SUPPORT VECTOR REGRESSION Budi Santosa, Riza Nugraha Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian yang akan dicapai, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian. 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL EKONOMETRIKA UNTUK MEMPREDIKSI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA

PENDEKATAN MODEL EKONOMETRIKA UNTUK MEMPREDIKSI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA PENDEKATAN MODEL EKONOMETRIKA UNTUK MEMPREDIKSI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA Nuri Wahyuningsih 1), Daryono Budi U. 2), R.A. Diva Zatadini 3) 1)2))3) Departemen Matematika FMIPA ITS Kampus ITS Keputih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya teknologi informasi, kebutuhan akan informasi yang digunakan untuk mendukung business intelligent suatu perusahaan juga meningkat. Informasi penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bersambung)

BAB I PENDAHULUAN. (Bersambung) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan sebuah wadah untuk para pelaku pasar modal di Indonesia untuk dapat bertransaksi di dalam pasar modal, dimana BEI

Lebih terperinci