PENGEMBANGAN / VALIDASI METODE YANG DILAKSANAKAN TAHUN 2012 : 2. VALIDASI METODE SIMPLE SEQUENCE REPEATS (SSR) DALAM UJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN / VALIDASI METODE YANG DILAKSANAKAN TAHUN 2012 : 2. VALIDASI METODE SIMPLE SEQUENCE REPEATS (SSR) DALAM UJI"

Transkripsi

1 Disusun oleh Amiyarsi Mustika Yukti dan Kelompok Fungsional, 2013

2 PENGEMBANGAN / VALIDASI METODE YANG DILAKSANAKAN TAHUN 2012 : 1. VALIDASI UJI DAYA HANTAR LISTRIK BENIH PADI 2. VALIDASI METODE SIMPLE SEQUENCE REPEATS (SSR) DALAM UJI KEASLIAN VARIETAS BENIH KEDELAI 3. VALIDASI NEMATODA TERBAWA BENIH PADI 4. VALIDASI MODIFIKASI UJI ELISA UNTUK DETEKSI VIRUS PADA KEDELAI 5. KAJIAN MASA BERLAKULABEL BENIH HIBRIDA 6. UJI VIGOR BENIH KEDELAI (Glycine max) DENGAN METOD PENGUKURAN PEMUNCULAN AKAR (RADICLE EMERGENCE) 7. DETEKSI BENIH PRODUK REKAYASA GENETIKA (PRG) 8. KAJIAN DAYA SIMPAN UBIJALAR BERUPA UMBI

3 1. VALIDASI UJI DAYA HANTAR LISTRIK BENIH PADI Amiyarsi Mustika Yukti, Sri Rahayu Puji Lestari, Nandy Mardiansyah dan Eros Rosita Tujuan dari validasi uji daya hantar listrik benih padi adalah Membandingkan dua metode uji DHL benih padi yaitu metode 1 yaitu tiga ulangan benih padi masing-masing 50 butir dan perlakuan perendaman selama 42 jam dalam 100 ml akuabides pada suhu 25 o C dengan metode 2 yaitu tiga ulangan benih padi, masing-masing 25 butir, yang direndam selama 24 jam dalam 75 ml akuabides pada suhu 20 o C, sehingga diperoleh metode uji DHL yang valid sebagai salah satu metode cepat pendugaan daya berkecambah benih padi.validasi dilakukan dalam dua tahap, untuk repeatabilitas dilaksanakan di Balai Besar PPMB-TPH dan untuk reproducibilitas dilaksanakan di Balai Besar PMB-TPH dan enam Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Pelaksanaan kegiatan dari bulan Januari sampai Desember tahun Pada tahap repeatabilitas, hasil uji DHL dikorelasikan dengan hasil hasil uji daya berkecambah metode standar dan daya tumbuh di lapang. Setelah data korelasi didapat, dilakukan analisis regresi linier untuk memperoleh persamaan matematis sebagai pendugaan nilai daya berkecambah dan daya tumbuh di lapang. Pada tahap reproducibilitas, hasil uji DHL dikorelasikan dengan hasil hasil uji daya berkecambah metode standar. Setelah data korelasi didapat, Setelah data korelasi didapat, dilakukan analisis regresi linier untuk memperoleh persamaan matematis sebagai pendugaan nilai daya berkecambah sebagai pendugaan nilai daya berkecambah. Perbandingan metode 1 dan metode 2 ditentukan dengan uji T dan menghitung koefisien korelasi uji DHL metode 1 dan metode 2, kemudian dilakukan analisis regresi linier untuk memperoleh persamaan matematis untuk mengetahui kemampuan metode 1 dan metode 2 dalam uji DHL benih padi.kesimpulan yang didapat dari validasi ini adalah 1) Uji DHL metode 1 dan metode 2 mempunyai korelasi yang bagus (r=1) dan tidak berbeda nyata satu sama lainnya, sehingga dapat dikategorikan kedua metode tersebut merupakan metode yang baik untuk uji DHL benih padi. 2) Pendugaan daya berkecambah dan daya tumbuh dengan uji daya hantar listrik belum dapat digunakan pada semua varietas benih padi. 3) Pendugaan daya berkecambah benih padi melalui Uji DHL metode 1 dan metode 2 belum valid. Kata kunci : uji daya hantar litrik, benih padi

4 2. VALIDASI METODE SIMPLE SEQUENCE REPEATS (SSR) DALAM UJI KEASLIAN VARIETAS BENIH KEDELAI Sri Budiarti, Tendy Wijiastuti, Umi Sri Rezeki, Alfin Widiastuti Pengembangan metode Simple Sequence Repeat (SSR) varietas kedelai dengan optimasi suhu annealing proses amplifkasi DNA dengan PCR dan modifikasi pada elektroforesis horizontal sehingga prosedur uji lebih sederhana telah dihasilkan TA 2011.Dalam rangka menunjukkan keakuratan metode SSR sebagai metode uji yang dapat memberikan reprodusibilitas hasil uji pada TA 2012 dilaksanakan validasi yang melibatkan laboratorium peserta. Persiapan pengujian dilaksanakan di laboratorium Elektroforesis Balai Besar PPMB-TPH Cimanggis Jawa Barat dan pelaksanaan validasi metode bersama laboratorium peserta yaitu BPSB Kalbar, BPSB Sulsel, Karantina Tumbuhan Jakarta, BB BIOGEN Bogor dan PKHT IPB. Sampel uji yang digunakan adalah varietas kedelai Grobogan, Argomulyo, Anjasmoro, Burangrang dan primer SSR adalah SATT 147 dan SATT 177 (SBS Gene Tech) serta bahan pereaksi PCR core (Promega), elektroforesis menggunakan agarose (Roche) dan pewarnaan DNA menggunakan Gel red (Biotium). Sebelum pelaksanaan validasi dilakukan uji stabilitas bahan uji yang menunjukkan adanya hasil stabil pada visualisasi pita DNA hasil PCR SSR pada empat sampel dengan menggunakan dua primer SSR. Analisa reprodusibilitas hasil uji dilakukan berdasarkan visualisasi pita DNA hasil PCR metode SSR yang dimodifikasi (marker DNA 50 bp Fermentes). Reprodusibilitas hasil uji dari enam peserta validasi metode SSR varietas benih kedelai dimodifikasi memberikan kesimpulan berikut: 1) Prosedur metode uji SSR dimodifikasi meliputi program PCR sebanyak 35 siklus dengan annealing 58ºC, konsentrasi agarose 3 %, running elektroforesis dengan daya yang kurang dari 2 watt, menunjukkan visual pita DNA yang dapat diinterpretasikan; 2) Pelaksana uji yang terlatih memberikan visualisasi pita DNA yang dapat diinterpretasikan; 3) Penggunaan penanda SATT 147 menunjukkan pita DNA yang sama berukuran 240 bp pada Grobogan, Argomulyo, Anjasmoro, Burangrang di dua peserta (BB BIOGEN dan Balai Besar PPMB-TPH); 4) Penggunaan penanda SATT 177 menunjukkan pita DNA yang sama berukuran 125 bp pada Grobogan, Argomulyo, Anjasmoro dan 110 bp pada Burangrang di dua peserta (BB BIOGEN dan Balai Besar PPMB-TPH) 5) Metode kebenaran varietas secara molekuler dengan penanda SSR dapat diaplikasikan sebagai pengujian setelah optimasi dan validasi metode uji Kata kunci : Validasi metode, SSR, keaslian varietas, kedelai

5 3. VALIDASI NEMATODA TERBAWA BENIH PADI Munawaroh Naimatun Dafikah, Chabrinel, Siti Nurhaeni Aphelenchoides besseyi adalah nematoda parasit daun yang terbawa benih padi. Tanaman padi yang terserang A. besseyi ujung-ujung daunnya kehilangan klorofil sehingga menjadi putih, karenanya disebut dengan penyakit pucuk putih (white tip disease). Prinsip pengujian nematoda terbawa benih padi adalah mendapatkan nematoda parasit Aphelenchoides besseyi dengan metode ekstraksi tertentu, misalnya dengan pembedahan jaringan (de Hulling method) menggunakan alat penghancur (Mill) dan pembedahan jaringan secara manual (pemotongan jaringan). ISTA Rules sebagai salah satu acuan internasional pada pengujian mutu benih telah mempublikasikan suatu metode deteksi nematoda parasit Aphelenchoides besseyi pada benih padi dengan menggunakan suatu alat Mill Husker TR 120 (metode Husker). Metode Husker akan diverifikasi dan divalidasi dengan metode pemotongan jaringan yang selama ini telah digunakan oleh Balai Besar PPMB-TPH. Validasi metode ekstraksi nematoda parasit pada benih padi dilaksanakan pada tahun anggaran Tahun 2012 di Balai Besar PPMB-TPH. Tujuan validasi adalah untuk mendapatkan metode yang paling efektif dan efisien untuk pengujian nematoda terbawa benih padi dalam hal jumlah Aphelenchoides besseyi yang dapat diekstraksi dan diidentifikasi. Bahan yang diperlukan terutama adalah benih padi yang diduga telah terinfeksi nematoda Aphelenchoides besseyi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa jumlah nematoda Aphelenchoides besseyi yang dapat diekstraksi dan diidentifikasi signifikan lebih banyak menggunakan metode Husker dibanding dengan metode pemotongan jaringan, sehingga metode pengujian yang efektif dan efisien untuk mendeteksi nematoda terbawa benih padi Aphelenchoides besseyi adalah metode Husker. Kata kunci : Padi, Aphelenchoides besseyi, ISTA Rules 2009

6 4. VALIDASI MODIFIKASI UJI ELISA UNTUK DETEKSI VIRUS PADA KEDELAI Nike Fitria Wibawa, Munawaroh Naimatun Dafikah, Siti Nurhaeni, dan Mekky Kusuma Dewi Produktivitas kedelai di Indonesia baru mencapai 1,3 t/ha, lebih rendah dibanding potensi hasil beberapa varietas unggul yang dapat mencapai 2-2,5 t/ha. Salah satu sebab rendahnya produktivitas kedelai nasional adalah rendahnya mutu benih. Berbagai protokol metode pengujian kesehatan benih yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga internasional maupun nasional memiliki beragam tingkat kesulitan, akurasi dan durasinya sehingga diperlukan sistem deteksi yang cepat dan mudah yang dapat diterima secara internasional dan terpercaya dalam sistem sertifikasi benih. Sebagai institusi pemerintah yang ditugasi untuk melakukan pengembangan metode, Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) turut mengembangkan metode uji virus sejak tahun 2006 dengan melakukan pengembangan metode uji Double Antibody Sandwich Enzyme Linkage Immunosorbent Assay (DAS ELISA/ELISA) yang biasa digunakan dilaboratorium. Dengan menggunakan uji ELISA yang dimodifikasi (Modified DAS ELISA) waktu yang diperlukan untuk pengujian ELISA menjadi lebih singkat dan bahan kimia yang digunakan pun lebih sedikit. Pada metode ini cara pengisian SAP + ekstrak buffer dan conjugate buffer + AB label dilakukan pada tahap yang bersamaan. Hasil validasi metode 2006 menunjukkan bahwa uji Modified Elisa tidak berbeda nyata dengan hasil uji reguler ELISA pada sampel/sumber inokulum CMV pada tanaman tembakau. Berdasarkan hal tersebut Balai Besar PPMB-TPH melaksanakan validasi metode uji virus yang dimodifikasi dengan menggunakan benih kedelai sebagai model uji. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah hasil validasi metode modifikasi uji ELISA virus memberikan hasil yang akurat, memuaskan dan dapat diterima, sehingga dapat menggantikan metode standar dan untuk memperoleh metode pengujian virus terbawa benih yang efektif (waktu lebih singkat) dan efisien (bahan kimia yang digunakan lebih sedikit). Kegiatan validasi melibatkan beberapa laboratorium sebagai peserta pengujian. Dari 6 (enam) peserta validasi metode pengujian CMV dengan metode Modified DAS ELISA terdapat 1 (satu) laboratorium yang menunjukan hasil yang berbeda yaitu hasil negatif seharusnya positif. Seluruh hasil pengujian tidak akan terlepas dari adanya error yang sulit untuk dihindari baik pada prosedur pengujian, penanganan contoh uji ataupun personil pelaksana penyiap contoh uji. Pada hasil validasi tersebut diatas terdapat false negatif yaitu error yang terjadi dimana contoh uji yang dinyatakan negatif/tidak terinfeksi padahal terinfeksi/positif. Hasil negatif palsu bisa terjadi karena beberapa kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat pengujian atau kesalahan dalam penyiapan, atau pengujian tidak mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, akibat terjadi kekeliruan dalam menginterpretasikan hasil yang sebenarnya. Kata Kunci : Uji ELISA, Deteksi Virus, Kedelai

7 5. KAJIAN MASA BERLAKULABEL BENIH HIBRIDA Sri Rahayu Puji Lestari, Rahayu Nurkartika, Dina Maryanti dan Arumasih Prijatin Handajani Padi hibrida merupakan hasil persilangan dari dua induk (genetically-fixed varieties) yang mampu menunjukkan sifat superior (efek heterosis), terutama potensi hasilnya. Akan tetapi efek heterosis ini akan hilang pada generasi berikutnya. Oleh sebab itu, benih yang dihasilkan padi hibrida tidak dapat digunakan sebagai benih untuk musim tanam berikutnya. Hal ini menyebabkan bisnis benih hibrida menjadi menarik, karena petani akan tergantung pada pasokan benih dari produsennya. Hasil pra pengembangan metode, ternyata dari tiga (3) varietas padi hibrida yang berasal dari produsen yang berbeda, mutu benih mengalami penurunan dibandingkan dengan data pada label, meskipun baru berumur sekitar dua bulan setelah panen. Berdasarkan hal tersebut, dilaksanakan pengembangan metode berupa kajian masa berlaku label benih hibrida dengan menggunakan beberapa varietas yang beredar dan berasal dari produsen yang berbeda.tujuan dari pengembangan metode ini mengkaji/mengevaluasi masa berlaku label benih padi hibrida dengan memantau mutu fisik, fisiologis dan patologis benih tersebut masa simpan sampai dengan 9 bulan. Kegiatan pengembangan metode ini dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) Tapos, Depok pada Tahun Anggaran Bahan yang digunakan benih padi hibrida varietas Hipa 14 dan Hipa 7 dari Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi dan SL 8 dari PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) Sukamandi, Jawa Barat. Alat yang digunakan termohygrometer digital, rak penyimpanan benih, peralatan untuk pengujian kadar air, daya berkecambah, dan cendawan terbawa benih. Metode dilaksanakan dengan mempersiapkan contoh benih padi hibrida dari beberapa varietas, mengemas contoh benih yang digunakan dengan plastik tebal yang seperti digunakan produsen benih, melakukan pengujian awal dengan parameter kemurnian, kadar air, daya berkecambah, dan cendawan terbawa benih, menyimpan contoh benih pada suhu ruang, melakukan pengujian setiap bulan simpan. Dari hasil pengembangan metode ini dapat disimpulkan bahwa untuk penyimpanan benih diperlukan daya berkecambah awal yang tinggi. Kemurnian benih padi hibrida sesuai dengan ketentuan yang berlaku menunjukkan mutu prosessing telah dilaksanakan cukup baik. Benih Hipa 14 tahan disimpan pada suhu ruang, benih SL 8 dan Hipa 7 tidak tahan disimpan pada suhu ruang. Penurunan daya berkecambah padi hibrida yang cepat disebabkan oleh kondisi morfologi benih padi hibrida yang sebagian paleanya terbuka dan tidak terisi penuh. Suhu yang disarankan untuk penyimpanan padi hibrida adalah 18 0 C dengan RH 45%. Cendawan terbawa benih yang terdeteksi selama 3 bulan penyimpanan yaitu Curvularia sp., Aspergillus sp., Rhizopus sp., Fusarium esculentum dan Penicillium sp. Kata kunci : masa berlaku label, padi hibrida

8 6. UJI VIGOR BENIH KEDELAI (Glycine max) DENGAN METODE PENGUKURAN PEMUNCULAN AKAR (RADICLE EMERGENCE) Dina, Aditya Kusumawardana, Vine Egistiani S dan Ismiatun Untuk dapat mencapai produksi nasional kedelai diperlukan benih kedelai dalam jumlah dan mutu yang memadai. Pengadaan benih kedelai sering menjadi kendala karena mutunya yang cenderung cepat turun. Apabila benih yang dihasilkan akan segera ditanam atau disalurkan, maka semakin cepat benih tersebut diketahui mutunya akan semakin baik. Tanpa meniadakan pengujian daya berkecambah (yang membutuhkan waktu hingga 8 hari), dapat dilakukan uji cepat vigor (dalam waktu kurang dari 8 hari) yang dapat mengetahui mutu perkecambahan lebih awal. Metode uji vigor yang dinilai sederhana dan cepat adalah uji Radicle Emergence (RE), yaitu dengan mengukur panjang radikula pada tahap awal perkecambahan. Tujuan kegiatan ini adalah (1) menentukan metode uji RE (suhu, waktu pengamatan dan panjang radikula) untuk benih kedelai dan (2) menentukan korelasi uji RE dengan uji Accelerated Ageing (AA) untuk lot benih yang memiliki nilai DB minimal 80%. Hipotesis yang diajukan adalah (1) hasil uji RE tidak berbeda nyata dengan hasil uji vigor AA pada benih kedelai, (2) hasil uji RE memiliki korelasi yang positif dengan uji vigor AA dan (3) hasil uji RE memiliki korelasi yang tinggi dengan nilai AA. Hasil percobaan pendahuluan pada benih kedelai menunjukkan panjang radikula yang dapat terlihat dengan mata tanpa perlu bantuan alat lain, tetapi di awal perkecambahan sebagai calon metode uji RE benih kedelai adalah dilakukan pada suhu 25 o C dan pengukuran radikula dilakukan setelah 30 jam. Panjang radikula yang diperhitungkan telah muncul (emerge) setidaknya 2 mm. Pengujian selanjutnya dilakukan terhadap 52 lot benih kedelai yang diambil dari provinsi Jawa Barat, Banten, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, sesuai dengan ketersediaan benih. Pengujian dilakukan terhadap parameter DB, AA dan RE. Hasil pengujian menunjukkan uji RE mampu membedakan tingkat mutu lotlot benih yang memiliki nilai DB relatif sama. Uji korelasi menunjukkan nilai korelasi yang positif dengan koefisien korelasi 0,700 yang menunjukkan hubungan yang kuat antara AA dan RE dan tidak ada perbedaan antara persentase AA dan RE menurut uji-t dengan t hitung 0,591 lebih kecil dibandingkan t table 1,997. Metode uji RE untuk benih kedelai direkomendasikan dilakukan pada suhu 25 o C (dapat bersamaan dengan uji daya berkecambah) menggunakan metode uji kertas filter digulung dan didirikan (between paper), dan pengukuran radikula dilakukan setelah 30 jam dengan panjang radikula yang diperhitungkan telah muncul (emerge) minimal 2 mm. Untuk melihat korelasinya dengan daya tumbuh di lapang maka disarankan di tahun 2013 dilakukan penanaman di lapang pada setidaknya 15 lot benih kedelai yang terdiri dari 3 varietas pada 3 level vigor yang berbeda. Selain itu, perlu dilakukan pula validasi metode dengan melibatkan sedikitnya enam laboratorium benih (baik BPSB maupun produsen benih) untuk menentukan reprodusibilitas metode RE ini. Kata kunci: Glycine max, uji vigor, radicle emergence

9 7. DETEKSI BENIH PRODUK REKAYASA GENETIKA (PRG) Sri Budiarti, Umi Sri Rezeki dan Alfin Widiastuti Tujuan pengembangan metode ini untuk memperoleh metode dan prosedur uji deteksi PRG yang aplikatif bagi laboratorium pengujian mutu benih. Pasar global benih PRG mulai bergerak ke Indonesia, memasuki tahap pengkajian keamanan hayati dan pangan. Untuk itu Indonesia harus mempersiapkan kapasitas pengujian mutu benih tanaman PRG, untuk penandaan PRG pada label benih sebagai informasi bagi konsumen benih dan pemilik sebagai bentuk jaminan mutu. Laboratorium biomolekuler (DNA), melaksanakan pengembangan metode (PM) deteksi PRG pada kedelai dan jagung, mengingat informasi metode uji deteksi PRG bermanfaat dalam sertifikasi benih. Metode uji deteksi PRG dengan PCR mempunyai kelebihan yaitu sensitif mendeteksi pada konsentrasi rendah; selektif; sampel uji (DNA) sangat sedikit; molekul DNA relative stabil dan pereaksi yang digunakan dalam volume sangat rendah. Diharapkan metode uji deteksi PRG dapat diaplikasikan oleh laboratorium penguji di daerah yang memiliki sumber daya dan fasilitas uji DNA sehingga dapat berperan aktif dalam pengawasan benih di pasaran. Pengembangan metode di lakukan di laboratorium Elektroforesis Balai Besar PPMB-TPH Cimanggis Jawa Barat pada TA Pengambilan sampel uji secara acak yang diduga PRG (bukan benih kedelai 11 sampel dan bukan benih jagung empat sampel) dari pasar tradisional dan swalayan di Jawa Barat. Sedangkan sampel uji diduga bukan PRG diambil secara acak pada dua varietas benih kedelai dan dua varietas benih jagung. Bahan pereaksi yang digunakan tahap isolasi DNA sesuai metode Sambrook (1987), tahap amplifikasi DNA (PCR) menggunakan Go Tag Green Master Mix (Promega), tahap elektroforesis menggunakan agarose SFR (Fermentes) dan Gel Red (Biotium) untuk pewarnaan DNA. Metode deteksi PRG yang dikembangkan adalah Polimerase Chain Reaction (PCR) menggunakan penanda PRG (produk FBCO) yaitu primer 35S; primer NOS dan primer PUbi terdapat pada jagung. Reference Materials (RM) GMO pada kedelai yang mengandung 2 % PRG (Fluka) digunakan sebagai acuan dalam uji deteksi metode PCR. Reaksi PCR menggunakan komposisi terdiri dari PCR mix, 6.3uL; primer penanda PRG (Forward + Reverse), 2 ul; DNA cetakan (sampel uji), 1 ul dan dd H 2 O, 15.7 ul (total 25 ul). Program PCR uji meliputi tahap berikut denaturasi awal (94ºC) selama 5 menit (1 siklus); tahap kedua terdiri denaturasi (94 ºC) annealing (60 ºC); sintesa (72 ºC) masing-masing 1 menit (35 siklus) dan tahap ketiga (72 ºC) selama 1 menit (1 siklus). Interpretasi hasil deteksi PRG yang positif terbaca dari pita DNA RM kedelai, dapat beramplifikasi dengan penanda 35S pada 195 base pair (bp) dan penanda NOS pada 180 bp. Berdasarkan hasil PM dapat disimpulkan bahwa. 1) Metode Polimerase Chain Reaction (PCR) dapat digunakan sebagai metode uji deteksi PRG (secara kualitatif) dengan menggunakan penanda PRG dan 2) Optimasi metode PCR deteksi PRG dalam PM memberikan prosedur deteksi uji yang aplikatif Kata kunci: Produk Rekayasa Genetik, Polimerase Chain Reaction, Primer 35S, NOS.

10 8. KAJIAN DAYA SIMPAN UBIJALAR BERUPA UMBI Chabrinel, Alfin Widiastuti, Aditya Kusumawardana dan Agha Margapranata Salah satu permasalahan dalam pengembangan produktivitas ubijalar adalah masalah penerapan teknologi benih unggul yang belum teradopsi dengan baik. Penyimpanan benih ubijalar dalam bentuk stek dan umbi menjadi salah satu aspek yang menarik untuk dikaji dalam rangka mendukung penerapan teknologi benih unggul ubijalar. Pengembangan metode ini bertujuan untuk mengobservasi daya simpan benih ubi jalar dalam bentuk umbi pada suhu ruang yang berbeda. Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa suhu penyimpanan berpengaruh terhadap mutu umbi dan lama penyimpanan berpengaruh terhadap daya tumbuh umbi ubijalar. Percobaan disusun menurut rancangan acak kelompok dengan 2 faktor yaitu suhu dan lama penyimpanan. Suhu penyimpanan terdiri dari dua taraf yaitu pada ruangan terkendali dan suhu ruang, sedangkan lama penyimpanan terdiri dari 5 taraf yaitu 15, 30, 45, 60 dan 75 hari. Varietas yang digunakan adalah Beta 2, diulang tiga kali. Seleksi umbi dilakukan terhadap bahan yang bebas penyakit, serta sehat dan normal. Setiap ulangan terdiri dari 5 umbi yang seragam dengan ukuran berat gram. Pengamatan dilakukan pada setiap taraf waktu penyimpanan dan dilihat jumlah umbi/stek yang bertunas selama pengujian. Pengujian terhadap muncul tidaknya tunas dilakukan selama rentang waktu satu bulan. Untuk melihat pertumbuhan di lapang maka pertanaman yang ada di polybag dilanjutkan dengan penanaman di lapang. Hasil penelitan menunjukkan bahwa penyimpanan benih ubijalar dalam bentuk umbi pada ruang AC sampai 75 hari dapat mempertahankan kemampuan umbi bertunas 100% di lapang dan tidak bertunas selama penyimpanan. Ruangan tidak ber-ac (suhu ruang) mempercepat tumbuhnya tunas pada ubi. Rata-rata jumlah ubi bertunas pada suhu ruang 4,73, lebih tinggi daripada suhu AC yaitu 4. Lama penyimpanan pada penelitian ini adalah 15 hari, 30 hari, 45 hari, 60 hari dan 75 hari. Tunas terpanjang terdapat pada awal penyimpanan 30 hari, baik itu pada suhu ruang maupun suhu AC. Pada suhu ruang, rata-rata panjang tunas mencapai 5,56 cm dan pada suhu AC sedikit lebih terhambat pertumbuhan tunasnya yaitu 3,93 cm. Terdapat korelasi antara suhu ruang dan suhu AC terhadap lama penyimpanan dengan nilai r = 0,945. Hal ini membuktikan bahwa suhu ruang dan suhu AC mempunyai hubungan dengan lama penyimpanan ubi dalam bentuk panjang tunas. Suhu ruang menghasilkan panjang tunas yang lebih tinggi dibandingkan suhu AC. Kata kunci: Ubijalar, penyimpanan, umbi, daya tumbuh dan tunas.

Disusun oleh Amiyarsi Mustika Yukti dan Kelompok Fungsional, 2013

Disusun oleh Amiyarsi Mustika Yukti dan Kelompok Fungsional, 2013 !!! Disusun oleh Amiyarsi Mustika Yukti dan Kelompok Fungsional, 2013 PENGEMBANGAN / VALIDASI METODE YANG DILAKSANAKAN TAHUN 2011 : 1 VERIFIKASI KEASLIAN VARIETAS DAN KEMURNIAN VARIETAS DALAM PRODUKSI

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN METODE TA 2017

EVALUASI KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN METODE TA 2017 EVALUASI KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN METODE TA 2017 Puncak evaluasi kegiatan pengembangan metode dilaksanakan melalui pemaparan seminar hasil pengembangan dan validasi metode TA 2017 yang diselenggarakan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA ANALIS LABORATORIUM MUTU BENIH DENGAN TREND ANALYST

EVALUASI KINERJA ANALIS LABORATORIUM MUTU BENIH DENGAN TREND ANALYST EVALUASI KINERJA ANALIS LABORATORIUM MUTU BENIH DENGAN TREND ANALYST Salah satu persyaratan akreditasi laboratorium pengujian benih oleh ISTA (International Seed Testing Association) adalah analis laboratorium

Lebih terperinci

VERIFIKASI PENGUJIAN NEMATODA APHELENCHOIDES BESSEYI TERBAWA BENIH PADI TAHUN 2016

VERIFIKASI PENGUJIAN NEMATODA APHELENCHOIDES BESSEYI TERBAWA BENIH PADI TAHUN 2016 VERIFIKASI PENGUJIAN NEMATODA APHELENCHOIDES BESSEYI TERBAWA BENIH PADI TAHUN 2016 Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, menggangu kehidupan atau menyebabkan kematian

Lebih terperinci

Daya berkecambah ISTA Rules chapter 5 tahun 2017

Daya berkecambah ISTA Rules chapter 5 tahun 2017 LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-162-IDN Nama Laboratorium : Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) Masa berlaku: Alamat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor dan di Balai

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN Siti Saniah dan Muharyono Balai Pengujian dan Sertifikasi Benih

Lebih terperinci

PELATIHAN ANALISA MUTU BENIH DENGAN UJI TETRAZOLIUM

PELATIHAN ANALISA MUTU BENIH DENGAN UJI TETRAZOLIUM PELATIHAN ANALISA MUTU BENIH DENGAN UJI TETRAZOLIUM Dalam rangka mendukung penyediaan benih kedelai bersertifikat tahun 2017 dan 2018 untuk mendukung swasembada kedelai tahun 2018, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga dan Balai Besar

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB. Pelaksanaan percobaan dimulai dari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih serta Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode 23 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2012. Perbanyakan benih dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di KP Leuwikopo. Pengujian benih dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA HASIL DAN PEMBAHASAN Gen sitokrom b digunakan sebagai pembawa kode genetik seperti halnya gen yang terdapat dalam nukleus. Primer tikus yang dikembangkan dari gen sitokrom b, terbukti dapat mengamplifikasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH Faktor Genetik/ Internal Faktor Lingkungan/ Eksternal FAKTOR GENETIK Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih. Mutu benih berbeda

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih, Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dramaga

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 13 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 hingga Januari 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! ABSTRACT... Error! KATA PENGANTAR... Error! DAFTAR ISI... i DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... Error! BAB I PENDAHULUAN... Error! 1.1 Latar Belakang... Error! 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

PENGGUNAAN UJI KONDUKTIVITAS SEBAGAI UJI VIGOR PADA BENIH GANDUM (Triticum aestivum L.) TESIS OLEH : ENDANG MURWANTINI

PENGGUNAAN UJI KONDUKTIVITAS SEBAGAI UJI VIGOR PADA BENIH GANDUM (Triticum aestivum L.) TESIS OLEH : ENDANG MURWANTINI PENGGUNAAN UJI KONDUKTIVITAS SEBAGAI UJI VIGOR PADA BENIH GANDUM (Triticum aestivum L.) TESIS OLEH : ENDANG MURWANTINI 11 212 01 011 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI KATA

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH

PENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH PENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 78/Permentan/OT.140/11/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengembangan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga-Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah 11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang dan mencukupi kebutuhan pangan Indonesia memerlukan peningkatan produksi padi

Lebih terperinci

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode pengusangan cepat benih kedelai menggunakan

Lebih terperinci

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN Oom Komalasari dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Mutu fisiologis jagung berpengaruh terhadap vigor awal tanaman dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Desember 2011 di Laboratorium Agromikrobiologi, Balai Pengkajian Bioteknologi, BPPT PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun masyarakat patut berhati-hati dengan bahan makanan dalam bentuk olahan atau mentah yang sangat mudah didapat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Penderaan fisik benih, penyimpanan benih, dan pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Oktober 2013 sampai bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyediaan Isolat dan Karakterisasi Bakteri Xanthomonas campestris

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyediaan Isolat dan Karakterisasi Bakteri Xanthomonas campestris 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai Nopember 2011 sampai dengan Maret 2012 di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga Departemen

Lebih terperinci

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH Oleh: NURUL FITRININGTYAS A10400019 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Desember 2011 sampai Agustus

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2016

PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2016 PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2016 Kelompok Fungsional yang melaksanakan tupoksi Balai Besar PPMB-TPH salah satunya adalah Fungsional Pengawas Benih Tanaman. Jabatan Fungsional Pengawasa Benih Tanaman merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Benih kedelai dipanen pada dua tingkat kemasakan yang berbeda yaitu tingkat kemasakan 2 dipanen berdasarkan standar masak panen pada deskripsi masing-masing varietas yang berkisar

Lebih terperinci

I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH

I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH Satriyas Ilyas 1.1. Program Sertifikasi Produksi benih memerrlukan jaminan dari pihak ketiga sehingga lahirlah program sertifikasi benih. Sertifikasi benih adalah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Darmaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014 PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014 Kentang merupakan unggulan kelima besar dari komoditas sayuran utama yang dikembangkan di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green House dan Laboratorium Genetika dan Molekuler jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas PRAKATA Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas segala nikmat dan karunia-nya, penulisan Tugas Akhir dengan judul Keragaman Genetik Abalon (Haliotis asinina) Selat Lombok

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Juni tahun 2009. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun Bogor dikenal sebagai salah satu daerah sentra pertanian khususnya tanaman hortikultura seperti buah-buahan, cabai, tomat, kacang panjang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Tanjung Priok Wilayah Kerja Bogor, mulai bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012. Bahan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih 4 TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Mutu benih merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip fisiologi, misalnya daya berkecambah, viabilitas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fitoplasma pada Tanaman Sumber Inokulum Sumber inokulum yang digunakan dalam uji penularan adalah tanaman kacang tanah yang menunjukkan gejala penyakit sapu yang berasal dari

Lebih terperinci

PENYIAPAN BENIH TANAMAN PADI

PENYIAPAN BENIH TANAMAN PADI PETUNJUK LAPANGAN Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENYIAPAN BENIH TANAMAN PADI 1 PENYIAPAN BENIH UNTUK PERBENIHAN PADI I. LATAR BELAKANG Benih padi bermutu tinggi sangat penting dalam suatu usahatani, karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3

Lebih terperinci

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) Standar Nasional Indonesia Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Laboratorium Hortikultura dan rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian ini

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015). IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas dan Vigor Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di PPKS Marihat, Pematang Siantar, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama 5 bulan, dimulai tanggal 1 Maret hingga 24 Juli 2010.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen STX1A. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Pengambilan Sampel Kutukebul dan Tanaman Tomat Sumber TICV

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Pengambilan Sampel Kutukebul dan Tanaman Tomat Sumber TICV BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Kegiatan survei dan pengambilan sampel kutukebul dilakukan di sentra produksi tomat di Kecamatan Cikajang (kabupaten Garut), Kecamatan Pacet (Kabupaten Cianjur), Kecamatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH (BA-2203) PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH PADI DAN PENETAPAN BOBOT 1000 BENIH PADI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH (BA-2203) PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH PADI DAN PENETAPAN BOBOT 1000 BENIH PADI LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH (BA-2203) PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH PADI DAN PENETAPAN BOBOT 1000 BENIH PADI Tanggal Praktikum : 29 Januari 2016 Tanggal Pengumpulan : 5 Februari 2016 Disusun oleh: Angela

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Policy Brief PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Pendahuluan 1. Produksi benih tanaman pangan saat ini, termasuk benih padi dan benih kedelai, merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari sampai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Virus Terbawa Benih Uji serologi menggunakan teknik deteksi I-ELISA terhadap delapan varietas benih kacang panjang yang telah berumur 4 MST menunjukkan bahwa tujuh varietas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan menggunakan 2 faktor, 12 kombinasi perlakuan dan 3 kali ulangan,

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan komoditas penting kedua dalam ekonomi tanaman pangan di Indonesia setelah padi/beras. Akan tetapi dengan berkembang pesatnya industri peternakan, dimana

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR PPMBTPH CIMANGGIS

KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR PPMBTPH CIMANGGIS PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN METODE PENGUJIAN MUTU BENIH DAN PENERAPAN SISTEM MUTU LABORATORIUM PENGUJIAN BENIH TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG

PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 1 Juni 2015 53 PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG Tita Kartika Dewi 1 1) Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Teknologi Benih

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Teknologi Benih III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Teknologi Benih Universitas Lampung pada bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Desember 2016 April 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Desember 2016 April 2017 di 15 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada Desember 2016 April 2017 di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman, Universitas Diponegoro, Semarang. Bahan

Lebih terperinci

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) Standar Nasional Indonesia Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL J. Agrotek Tropika. ISSN 27-4 24 Jurnal Agrotek Tropika 1():24-251, 21 Vol. 1, No. : 24 251, September 21 PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum

Lebih terperinci

Benih lada (Piper nigrum L)

Benih lada (Piper nigrum L) Standar Nasional Indonesia Benih lada (Piper nigrum L) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Syarat mutu...

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Lot Benih Pembuatan lot benih dilakukan untuk memperoleh beragam tingkat vigor yang berbeda. Lot benih didapat dengan perlakuan penderaan terhadap benih jagung melalui Metode

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Laboratorium Kromatografi dan Analisis Tumbuhan, Departemen

Lebih terperinci

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada :

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada : SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH Disampaikan Pada : PELATIHAN AGRIBISNIS KEDELAI BERBASIS KAWASAN Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan, 25-31 Maret 2008 PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENGUJIAN MUTU BENIH BUDSET TEBU G2 PADA MEDIA PASIR

KAJIAN PENGUJIAN MUTU BENIH BUDSET TEBU G2 PADA MEDIA PASIR KAJIAN PENGUJIAN MUTU BENIH BUDSET TEBU G2 PADA MEDIA PASIR Oleh :EkoPurdyaningsih, SP (PBT AhliMadya) BalaiBesarPerbenihan Dan ProteksiTanaman Perkebunan Surabaya I. PENDAHULUAN Berdasarkan Permentan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan tegalan Perumahaan Puri Sejahtera, Desa Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada Oktober 2013

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

I. PEMBAHASAN. Hasil Uji Kuantitatif dan Kualitatif DNA. menggunakan teknik elektroforesis gel agarosa konsentrasi 1% pada tangki berisi

I. PEMBAHASAN. Hasil Uji Kuantitatif dan Kualitatif DNA. menggunakan teknik elektroforesis gel agarosa konsentrasi 1% pada tangki berisi I. PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kuantitatif dan Kualitatif DNA Uji kualitatif dilakukan dengan dipilih secara acak sebanyak 14 sampel dari 27 sampel yang digunakan karena dianggap mewakili keseluruhan sampel

Lebih terperinci