BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbil'Alamin serta mengucapkan puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi atas rahmat dan hidayah-nya, kami dapat menyelesaikan Buku Laporan Evaluasi Penyelenggaraan Perizinan Tahun Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini, mulai dari tahap pengumpulan data sampai pengolahan data dan sampai penerbitan buku ini. Tahun 2012 merupakan tahun ke-4 (empat) Penerbitan Buku Laporan Evaluasi Penyelenggaraan Perizinan, yang telah dimulai sejak tahun Besar harapan kami apa yang tertuang dalam buku Laporan Evaluasi Penyelenggaraan Perizinan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, semoga Allah SWT menyertai kita semua. Bandung, Februari 2013 Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat Drs. H. A. Sofyan Sastrawiria, M.Si Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv vii viii BAB 1. PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. MAKSUD 1 C. TUJUAN 2 D. RUANG LINGKUP 2 BAB 2. SEKILAS TENTANG BPPT 3 A. LATAR BELAKANG 3 B. DASAR HUKUM 4 C. STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA 6 D. PRODUK UNGGULAN BPPT 9 BAB 3. PENYELENGGARAAN PERIZINAN 11 A. KEWENANGAN 11 B. PELAKSANAAN 12 C. TATA CARA PELAYANAN PERIZINAN 18 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 A. GAMBARAN UMUM PENYELENGGARAAN 20 B. PENYELENGARAAN PERIZINAN MENURUT BIDANG Perhubungan Ketenagakerjaan ESDM Kesehatan Penataan Ruang (Kimrum) Binamarga Penanaman Modal 40 Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

3 8. Peternakan Perikanan PSDA Komunikasi dan Informasi Kehutanan Perindustrian dan Perdagangan Perkebunan Pendidikan Lingkungan Hidup Sosial 56 C. INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT 57 D. TINGKAT PENGADUAN MASYARAKAT 61 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 63 A. KESIMPULAN 63 B. SARAN 66 Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

4 DAFTAR TABEL 3.1. Jenis Izin/Non Izin yang dikelola oleh BPPT Tahun 2012 dan Jumlah Perizinan Sesuai Pergub No. 49 Tahun Jenis Izin yang Dikelola BPPT Tahun Jenis Non Izin yang Dikelola di BPPT Tahun Perkembangan Jumlah dan Jenis Perizinan Tahun 2009, 2010, 2011 dan Durasi Rata-Rata Tertimbang Tahun 2009, 2010, 2011 dan Jumlah Permohonan Perizinan Tahun Persentase Sebaran Wilayah Usaha Pemohon Perizinan Rekapitulasi Perizinan Bidang Perhubungan Tahun Persentase Sebaran Wilayah Aktivitas Usaha Bidang Perhubungan Tahun Rekapitulasi Perizinan Bidang Nakertrans Tahun Persentase Negara Asal Tenaga Kerja Asing Kewenangan Provinsi Jawa Barat Persentase Jabatan Tenaga Kerja Asing Kewenangan Provinsi Jawa Barat Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Ketenagakerjaan Rekapitulasi Perizinan Bidang ESDM Tahun Persentase Jenis Sumur Untuk Usaha Pada Bidang ESDM Persentase Jenis Pemanfaatan Sumur Untuk Usaha Pada Bidang ESDM Persentase Zona Konservasi Untuk Usaha Pada Bidang ESDM Rekapitulasi Perizinan Bidang Kesehatan Tahun Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

5 4.16. Persentase Jenis Alat kesehatan yang Didistribusikan di Jawa Barat Tahun Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Kesehatan Tahun Rekapitulasi Perizinan Bidang Penataan Ruang Tahun Persentase Sebaran Wilayah Bidang Penataan Ruang Tahun Rekapitulasi Perizinan Bidang Binamarga Tahun Persentase Sebaran Wilayah Bidang Binamarga Tahun Persentase Jenis Penggunaan Tanah Bidang Binamarga Tahun Rekapitulasi Perizinan Bidang Penanaman Modal Tahun Perbandingan Nilai Investasi Tahun 2011 dan Rekapitulasi Perizinan Bidang Penanaman Modal Tahun Rekapitulasi Perizinan Bidang Peternakan Tahun Persentase Produk Pangan dan Non Pangan Bidang Peternakan yang di Impor Selama Tahun Persentase Produk Pangan Bidang Peternakan yang di Impor Selama Tahun Persentase Negara Pengimpor Produk Bidang Peternakan Selama Tahun Persentase Daerah/Provinsi Tujuan Pengiriman Produk Peternakan Dari Jawa Barat Selama Tahun Rekapitulasi Perizinan Bidang Perikanan Tahun Rekapitulasi Perizinan Bidang Perikanan Tahun Persentase Jenis Alat Tangkap Yang Digunakan Pada Usaha Penangkapan Ikan Rekapitulasi Perizinan Bidang PSDA Tahun Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

6 4.35. Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang PSDA Tahun Persentase Jenis Penggunaan Tanah Pada Izin Serah Pakai Tanah Bidang PSDA Tahun Rekapitulasi Perizinan Bidang Komunikasi & Informasi Tahun Persentase Sebaran Wilayah Bidang Komunikasi & Informasi Tahun Rekapitulasi Perizinan Bidang Kehutanan Tahun Rekapitulasi Perizinan Bidang Perindustrian & Perdagangan Tahun Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Perindustrian & Perdagangan Tahun Rekapitulasi Perizinan Bidang Perkebunan Tahun Rekapitulasi Perizinan Bidang Pendidikan Tahun Rekapitulasi Perizinan Bidang Lingkungan Hidup Tahun Rekapitulasi Perizinan Bidang Sosial Tahun Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat Tahun Nilai IKM Tahun 2009, 2010, 2011 dan Persentase Jenis Pengaduan Tahun Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

7 DAFTAR GAMBAR 2.1. Struktur Organisasi BPPT Provinsi Jawa Barat Persentase Jenis Izin dan Non Izin Tahun Jumlah Perizinan Tahun Perkembangan Pelayanan Perizinan Selama Tahun Perkembangan Nilai Investasi Selama Tahun Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Rekapitulasi Jumlah Berkas Permohonan dan Penyelesaian Perizinan Strategis Selama Tahun Lampiran 2. Rekapitulasi Jumlah Berkas Permohonan dan Penyelesaian Ijin Selama Tahun Lampiran 3. Rekapitulasi Jumlah Berkas Permohonan dan Penyelesaian Non Ijin Selama Tahun Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

9 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perizinan merupakan pelayanan publik yang sangat menonjol dalam tata pemerintahan. Kenyataan yang terjadi saat ini hubungan antara pemerintahan dan masyarakat dalam hal perizinan masih kurang baik, karena pelayanan perizinan yang dilakukan pemerintah oleh masyarakat seringkali dinilai berbelit-belit, tidak memiliki prosedur yang jelas, tidak transparan, waktu penyelesaian tidak jelas dan ketidakjelasan biaya yang harus dikeluarkan. Laporan Tahunan ini disusun agar dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur penyempurnaan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Provinsi Jawa Barat dalam rangka meningkatkan kinerja sebagai sebuah Badan yang khusus menangani pelayanan administratif perizinan. Sehingga pada akhirnya dapat mengubah pola pandang masyarakat tentang pelayanan perizinan yang dilakukan oleh pemerintah. B. MAKSUD Penyusunan buku laporan tahunan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi penyelenggaraan perizinan selama kurun waktu satu tahun, yaitu sejak Januari Desember Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

10 C. TUJUAN Penyusunan buku laporan tahunan ini bertujuan untuk : a. Merumuskan kebijakan perizinan guna meningkatkan kualitas pelayanan perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat; b. Mengevaluasi sejauhmana peningkatan kinerja dari penyelenggaraan pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012; c. Mengevaluasi kekurangan dan kelemahan dari penyelenggaraan pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012; d. Mengetahui hambatan dan kendala dari penyelenggaraan pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012; D. RUANG LINGKUP Ruang lingkup di dalam laporan tahunan ini meliputi sekilas BPPT Provinsi Jawa Barat disertai landasan peraturan kelembagaan dan operasional, dengan menunjukkan jenis dan jumlah produk perizinan yang dihasilkan serta kinerja perizinan yang meliputi durasi waktu, ratio pengaduan serta hasil survey kepuasan masyarakat. Dalam penyusunan laporan tahunan ini sumber data diperoleh dari jumlah berkas permohonan Ijin/Non Ijin yang masuk ke BPPT sejak Januari sampai Desember Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

11 BAB 1 PENDAHULUAN E. LATAR BELAKANG Perizinan merupakan pelayanan publik yang sangat menonjol dalam tata pemerintahan. Kenyataan yang terjadi saat ini hubungan antara pemerintahan dan masyarakat dalam hal perizinan masih kurang baik, karena pelayanan perizinan yang dilakukan pemerintah oleh masyarakat seringkali dinilai berbelit-belit, tidak memiliki prosedur yang jelas, tidak transparan, waktu penyelesaian tidak jelas dan ketidakjelasan biaya yang harus dikeluarkan. Laporan Tahunan ini disusun agar dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur penyempurnaan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Provinsi Jawa Barat dalam rangka meningkatkan kinerja sebagai sebuah Badan yang khusus menangani pelayanan administratif perizinan. Sehingga pada akhirnya dapat mengubah pola pandang masyarakat tentang pelayanan perizinan yang dilakukan oleh pemerintah. F. MAKSUD Penyusunan buku laporan tahunan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi penyelenggaraan perizinan selama kurun waktu satu tahun, yaitu sejak Januari Desember Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

12 G. TUJUAN Penyusunan buku laporan tahunan ini bertujuan untuk : e. Merumuskan kebijakan perizinan guna meningkatkan kualitas pelayanan perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat; f. Mengevaluasi sejauhmana peningkatan kinerja dari penyelenggaraan pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012; g. Mengevaluasi kekurangan dan kelemahan dari penyelenggaraan pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012; h. Mengetahui hambatan dan kendala dari penyelenggaraan pelayanan perizinan di Provinsi Jawa barat pada tahun 2012; H. RUANG LINGKUP Ruang lingkup di dalam laporan tahunan ini meliputi sekilas BPPT Provinsi Jawa Barat disertai landasan peraturan kelembagaan dan operasional, dengan menunjukkan jenis dan jumlah produk perizinan yang dihasilkan serta kinerja perizinan yang meliputi durasi waktu, ratio pengaduan serta hasil survey kepuasan masyarakat. Dalam penyusunan laporan tahunan ini sumber data diperoleh dari jumlah berkas permohonan Ijin/Non Ijin yang masuk ke BPPT sejak Januari sampai Desember Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

13 BAB 3 A. KEWENANGAN PENYELENGGARAAN PERIZINAN Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 dan Peraturan Gubernur Nomor 49 Tahun 2011, semua jenis perizinan yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dintegrasikan pelayanannya ke BPPT Provinsi Jawa Barat yang meliputi : Izin dan Non Izin. Setiap perizinan yang meliputi Izin dan non Izin tersebut kewenangan penandatanganannya dilaksanakan oleh Kepala Badan kecuali untuk beberapa perizinan yang bersifat strategis penandatanganannya dilaksanakan oleh Gubernur. Meskipun demikian perizinan yang bersifat strategis rangkaian proses administrasinya tetap dilakukan melalui Badan Pelayanan Perizinan Terpadu. Menurut Perda No. 7 Tahun 2010, ruang lingkup perizinan yang diselenggarakan oleh Badan berdasarkan urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah, meliputi sektor : 1. Perkebunan; 12. Pengairan; 2. Perikanan; 13. Energi dan sumber daya mineral; 3. Kehutanan; 14. Komunikasi dan informasi; 4. Kesehatan; 15. Penanaman modal; 5. Perhubungan; 16. Penataan ruang; 6. Ketenagakerjaan; 17. Lingkungan hidup; 7. Perindustrian; 18. Pertanahan; 8. Perdagangan; 19. Sosial; 9. Pendidikan; 20. Koperasi; 10. Peternakan; 21. Pertanian; dan 11. Kebinamargaan; 22. Ketahanan pangan. Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

14 Dari 22 sektor perizinan yang dintegrasikan di BPPT Provinsi Jawa Barat tersebut, terdiri atas 205 jenis perizinan meliputi 118 Izin dan 87 Non Izin (Rekomendasi) (Tabel 3.1). B. PELAKSANAAN Jenis perizinan yang telah dilakukan di BPPT selama tahun 2012 meliputi 17 sektor, yang terdiri dari : 1. Perkebunan; 2. Perikanan; 3. Kehutanan; 4. Kesehatan; 5. Perhubungan; 6. Ketenagakerjaan; 7. Perindustrian & Perdagangan; 8. Pendidikan; 9. Peternakan; 10. Kebinamargaan; 11. Energi Sumber Daya Mineral; 12. Komunikasi dan Informasi; 13. Penanaman Modal; 14. Penataan Ruang; 15. Lingkungan Hidup; 16. Sosial; 17. Pengairan (PSDA). Dari 17 sektor tersebut, terbagi menjadi 46 jenis Izin dan 24 jenis Non Izin (Rekomendasi). Jumlah Izin dan non Izin pada masing-masing sektor adalah sebagaimana Tabel 3.1. Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

15 NO Tabel 3.1 : Jenis Izin/Non Izin yang dikelola oleh BPPT Tahun 2012 dan Jumlah Perizinan Sesuai Pergub No. 49 Tahun 2011 SEKTOR JUMLAH JENIS PERIZINAN YANG DIKELOLAH BPPT TAHUN 2012 JUMLAH IZIN JUMLAH NON IZIN JUMLAH PERIZINAN SESUAI PERGUB No. 49 TAHUN 2011 JUMLAH IZIN JUMLAH NON IZIN 1 KEBINAMARGAAN ESDM KEHUTANAN KESEHATAN* PENATAAN RUANG KOMINFO KETENAGAKERJAAN PENANAMAN MODAL PENDIDIKAN PERHUBUNGAN PERIKANAN PERINDUSTRIAN & PERDAGANGAN 13 PERKEBUNAN PETERNAKAN* PENGAIRAN SOSIAL KOPERASI LINGKUNGAN HIDUP PERTANAHAN TANAMAN PANGAN KETAHANAN PANGAN KEPARIWISATAAN & KEBUDAYAAN TOTAL Terdapat jenis perizinan yang dilayani di BPPT tahun 2012, namun masih belum tercantum di Pergub No. 49 tahun Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

16 Dari 46 jenis Izin yang secara riil terintegrasi, jumlah Izin terbanyak adalah sektor perhubungan yaitu 12 jenis Izin kemudian disusul oleh sektor kesehatan sebanyak 7 jenis Izin. Nama masing-masing Izin yang secara riil terintegrasi dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut. NO Tabel 3.2 : Jenis Izin yang Dikelola BPPT Tahun 2011 JENIS IZIN 1. a. Pendaftaran Penanaman Modal dan Pendaftaran Perluasan Penanaman Modal 2. b. Izin Prinsip Penanaman Modal ( IP2M ) [baru&perluasan] 3. c. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal ( IPRPM ), meliputi : c.1. Perubahan Investasi; c.2. Perubahan Kapasitas Produksi; c.3. Perubahan Perpanjangan Waktu dan 4. e. Izin Usaha ( IU ) 5. f. Izin Usaha Perluasan ( IUL ) 6. i. Pencatatan Perubahan Penanaman Modal ( P3M ) 7. Penilaian Amdal Bagi Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Mempunyai Dampak Penting Terhadap Lingkungan Hidup di Provinsi, sesuai dengan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah, 60 hari kerja; 8. Izin Serah Pakai Tanah (ISPT), 9. Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum (IUKU) yang Sarana Maupun Energi Listriknya Lintas Kabupaten/Kota, 10. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) dengan Kapasitas Produksi s.d m3 per tahun, 11. Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional (PP IKOT), 12. Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional (IU IKOT), 14 hari kerja; 13. Pemberian Izin Rumah Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan, 14 hari kerja, meliputi : a. Penetapan Izin Mendirikan; dan b. Penetapan Izin Penyelenggaraan; 14. Izin Pendirian Rumah Sakit Khusus Kelas B, 15. Izin Pelayanan Medis sub Spesialis Khusus Unit Hemodialisa, 16. Cabang Penyalur Alat Kesehatan 17. Cabang Pedagang Besar Farmasi 18. Izin Usaha Jasa Titipan untuk Kantor Cabang, 19. Izin Serah Pakai Tanah Pemerintah Provinsi (ISPTPP) Bantaran Sungai, 20. Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air (SIPPA) Permukaan, Izin Penyelenggaraan Operasional Sekolah Luar Biasa (SLB), 22. Surat (Keputusan) Izin Trayek Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

17 NO JENIS IZIN a. Perpanjangan AKDP b. Perubahan AKDP c. Baru AKDP 23. Surat (Keputusan) Izin Operasi Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), 14 hari kerja; a. Perpanjangan TAXI b. Perubahan Taxi c. Baru Taxi 24. Izin Insidentil, 25. Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (SIUJPT), 26. Surat Izin Usaha Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (SIUPEMKL) dan Herregistrasi, 27. Surat Izin Usaha Perusahaan Bongkar Muat (SIUPBM) dan Herregistrasi, 28. Surat Izin Usaha Perusahaan Pelayaran Rakyat (SIUPPER) dan Herregistrasi, 29. Izin Usaha Tally di Pelabuhan dan Herregistrasi, 30. Izin Usaha Penyewaan Alat Angkutan Laut/Penunjang Angkutan Laut (PPAL), 31. Surat Izin Usaha Ekspedisi Muatan Pesawat Udara (SIUEMPU) dan Herregistrasi, 32. Surat Izin Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara dan Herregistrasi, 33. Surat Izin Pembukaan Kantor Cabang Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi dan Herregistrasi, 34. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), 35. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), 36. Surat Pembudidayaan Ikan (SPbI) di Laut, 37. Surat Izin Usaha Perdagangan B2 (Bahan Berbahaya) Pengecer Terdaftar, 38. Izin Penebangan Pohon pada Perkebunan Besar di Jawa Barat, 4 hari 39. Izin Membawa Hewan Kesayangan dan Bibit Ternak Antar Provinsi/Pulau, 2 hari kerja; 40. Izin Usaha Distributor Obat Hewan, 41. Pemberian Izin Pengumpulan Uang atau Barang Skala Provinsi; 42. Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) Perpanjangan, 43. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA), 3 hari kerja, meliputi : a. Perpanjangan IMTA; b. Pencabutan IMTA c. Alih/Mutasi jabatan Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

18 NO JENIS IZIN 44. Izin Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta Antar Kerja Lokal (LPTKS-AKL), 12 hari kerja; 45. Izin Pembentukan Kantor Cabang Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), 46. Izin Tempat Penampungan TKI ke Luar Negeri Skala Provinsi, Untuk non Izin, dari 24 jenis non Izin yang secara riil dilaksanakan, jumlah non Izin pada sektor peternakan adalah yang terbanyak yaitu 7 non Izin kemudian disusul oleh sektor kesehatan sebanyak 5 non Izin. Nama masing-masing non Izin yang secara riil terintegrasi dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 : Jenis Non Izin yang Dikelola di BPPT Tahun 2011 NO. JENIS NON IZIN 1. Rekomendasi Teknis atas Penyediaan, Peruntukan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah pada Cekungan Air Tanah Lintas Kabupaten/Kota, 2. Rekomendasi Perubahan Status dan Fungsi Hutan, Perubahan Status dari Lahan Milik Menjadi Kawasan Hutan, dan Penggunaan Serta Tukar Menukar Kawasan Hutan, 3. Rekomendasi Penyalur Alat Kesehatan (Alkes), 4. Rekomendasi Pedagang Besar Farmasi (PBF), 5. Rekomendasi Izin Mendirikan dan Penyelenggaraan Sarana Kesehatan Tertentu, meliputi : a. Rumah Sakit Kelas A/Utama atau yang Setara, b. Rumah Sakit Kelas B Pendidikan, c. Rumah Sakit Khusus Kelas A, d. Laboratorium Kesehatan Kelas Utama/Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit Kelas A dan Rumah Sakit Kelas B Pendidikan, e. Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan Kelas A, f. Rumah Sakit Lapangan, g. Rumah Sakit PMA/PMDN, h. Pelayanan Radioterapi, i. Kedokteran Nuklir, j. Klinik Kedokteran Spesialis/Kedokteran Gigi Spesialis (PAM), dan k. Pelayanan Medis Sub Spesialis Khusus, 6. Rekomendasi Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Kelas II, Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

19 NO. JENIS NON IZIN 7. Rekomendasi Izin Industri Komoditi Kesehatan Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan Pedagang Besar Alat Kesehatan (PBAK), meliputi : a. Rekomendasi Izin Prinsip Industri Farmasi, b. Rekomendasi Izin Usaha Industri Farmasi, c. Rekomendasi Izin Prinsip Industri Obat Tradisional, d. Rekomendasi Izin Industri Obat Tradisional, e. Rekomendasi Izin Produksi Kosmetika, f. Rekomendasi Sertifikasi Produksi Alat Kesehatan dan PKRT Kelas B dan C, g. Rekomendasi Izin Industri Bahan Baku Farmasi, h. Rekomendasi Izin Pedagang Besar Farmasi dan Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi, i. Rekomendasi Izin Penyalur Alat Kesehatan, j. Rekomendasi dalam rangka Pemberian Izin Importir Produsen, k. Rekomendasi dalam rangka Pemberian Izin Importir Terdaftar, dan l. Rekomendasi dalam rangka Pemberian Izin Importir/Eksportir Obat Narkotika dan Psikotropika serta Prekursor Farmasi, 8. Rekomendasi Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara, 9. Kartu Pengawasan, 10. Rekomendasi Ketinggian Bangunan di Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan ( RKB ) 11. Rekomendasi Pendirian Kantor Cabang Usaha Penunjang Angkutan Udara (Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara dan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara) (RPKC - UPAU) 12. Rekomendasi Penetapan Lokasi Pelabuhan Khusus, 13. Surat Keterangan Andon, 10 hari kerja; 14. Rekomendasi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) B2 (Bahan Berbahaya) Distributor Terdaftar, 15. Rekomendasi Sub-Distributor Minuman Beralkohol, 16. Rekomendasi Perpanjangan/Pembaharuan Hak Guna Usaha (HGU) Perkebunan, 17. Rekomendasi Pemasukan/Pengeluaran Hewan/Ternak/Produk Hewan antar Provinsi/Pulau, 18. Rekomendasi Importasi/Ekportasi Obat Hewan, 19. Rekomendasi Pemasukan/Pengeluaran Hewan/Ternak dari dan ke Luar Negeri, 20. Rekomendasi Importasi/Eksportasi Produk Hewan, 21. Sertifikasi Mutu Pakan Ternak 72 hari kerja; 22. Rekomendasi Labelisasi Mutu Pakan Ternak 72 hari kerja; 23. Rekomendasi Izin Karantina Hewan Sementara ( IKHS ) Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

20 NO. JENIS NON IZIN 24. Rekomendasi Pendirian Lembaga Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Swasta Antar Kerja Antar Daerah (LPTKS-AKAD), C. TATA CARA PELAYANAN PERIZINAN Secara keseluruhan proses pelaksanaan pelayanan perizinan yang dilakukan oleh BPPT Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut : 1. Pemohon Mengambil Formulir dan Mendapatkan Informasi Persyaratan, 2. Pemohon Mengisi Formulir dan Melengkapi Persyaratan, 3. Formulir dan perlengkapan Persyaratan disampaikan ke Loket pendaftaran, 4. Petugas Pendaftaran memeriksa kelengkapan persyaratan dengan ketentuan apabila sesuai dengan persyaratan, petugas memberikan resi penerimaan berkas dan melakukan registrasi permohonan, 5. Petugas Pendaftaran mengembalikan berkas permohonan dan persyaratan dengan ketentuan apabila tidak lengkap/tidak sesuai dengan persyaratan maka segera diperbaiki oleh pemohon, 6. Berkas yang telah diregistrasi oleh petugas pendaftaran kemudian diteruskan kepada petugas verifikasi dan validasi, 7. Apabila hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas tidak memenuhi persyaratan untuk dilakukan pemprosesan, berkas dikembalikan kepada pemohon, 8. Apabila hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas memenuhi persyaratan tanpa pemerikasaan lapangan dan/pengkajian oleh tim teknis, naskah Izin dan / non Izin proses untuk ditandatangani oleh kepada badan, 9. Apabila hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas memenuhi persyaratan administrasi tetapi memerlukan pemerikasaan lapangan dan/pengkajian oleh tim teknis melakukan pemerikasaan Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

21 lapangan dan/atau pengkajian yang di koordinasikan oleh bidang pelayanan, 10. Tim Teknis membuat laporan hasil pemeriksaan lapangan dan/atau pengkajian dilengkapi dengan berita acara kepada kepala badan dengan tembusan kepada kepala OPD yang bersangkutan, 11. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan dan/atau pengkajian dinyatakan bahwa berkas tidak memenuhi pernyaratan, Kepala Badan membuat surat penolakan atas permohonan tersebut, 12. Apabila berdasarkan pemeriksaan lapangan dan/atau pengkajian dinyatakan bahwa berkas memenuhi pernyaratan, Kepala Badan menandatangani Izin dan/atau non Izin, 13. Perizinan yang sudah ditandatangani oleh kepala badan disampaikan kepada bidang administrasi, selanjutnya diterbitkan surat ketetapan retribusi daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan dan di informasikan kepada pemohon bahwa proses perizinan telah selesai, 14. Pemohon mengambil surat ketetapan retribusi daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan dan membayar retribusi di loket pembayaran yang telah disediakan, 15. Berdasarkan bukti pembayaran dan/atau resi penerimaan berkas yang telah diregistrasi, pemohon mengambil perizinan ke loket pengambilan pada bidang administrasi, 16. Naskah/Penolakan Izin dan/atau Non Izin yang sudah ditandatangani diserahkan oleh bidang administrasi kepada pemohon. Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

22 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM PENYELENGGARAAN Sepanjang tahun 2012 terdapat permohonan perizinan yang masuk ke Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat % diantaranya merupakan permohonan Izin dan % merupakan permohonan Non Izin/Rekomendasi (Gambar 4.1). Izin yang dimaksud disini adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Daerah atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorangan, badan hukum dan/atau bukan badan hukum, Pemerintah, Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Sedangkan pengertian dari Non Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Daerah atau ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai syarat/bukti untuk mendukung dikeluarkannya izin kepada seseorang, badan hukum dan/atau bukan badan hukum, Pemerintah, Pemerintah Kabupaten/Kota dalam bentuk tanda daftar rekomendasi, atau dalam bentuk lain. Gambar 4.1. Persentase Jenis Izin dan Non Izin Tahun 2012 PERSENTASE IZIN & NON IZIN Non Izin 55.94% Izin 43.52% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% Persentase Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

23 Dari jumlah permohonan perizinan yang masuk, % dapat diselesaikan pada tahun 2012 dan sisanya sebanyak 3.22 % masih dalam proses penyelesaian (Gambar 4.2). Selama tahun 2012 juga terdapat permohonan izin yang dikembalikan atau ditolak. Banyak hal yang mendasari penolakan berkas tersebut, diantaranya adalah : (1) berkas permohonan tidak lengkap sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, (2) setelah dilakukan telaahan permohonan perizinan yang diajukan bukan kewenangan provinsi melainkan kewenangan Pusat Ataupun kewenangan Kabupaten/Kota sesuai dengan PP 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, (3) terdapat ketidaksesuaian antara persyaratan yang dilampirkan dengan kondisi sebenarnya di lapangan, dan (4) berdasarkan hasil kajian teknis/lapangan, lokasi yang diajukan sudah tidak dapat dimanfaatkan sehubungan dengan kondisi lingkungan. Gambar 4.2. Jumlah Perizinan Tahun 2012 Data Perizinan Tahun ,000 37,221 35,488 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, Permohonan Diterbitkan Ditolak Pada Gambar 4.2 di atas dapat dilihat jumlah perizinan yang dapat diselesaikan selama tahun 2012 sejumlah Dari jumlah tersebut 208 merupakan perizinan Strategis, diterbitkan dalam bentuk Izin dan Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

24 merupakan Rekomendasi yang diterbitkan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat. Jumah permohonan perizinan dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, seperti yang terlihat pada Tabel 4.1 berikut. Begitu pula halnya dengan jumlah perizinan yang diterbitkan terjadi peningkatan di setiap tahunnya. Pada Tabel 4.1 terdapat jumlah jenis perizinan, yaitu jumlah jenis perizinan yang aktif dilakukan di setiap tahunnya. Terjadi peningkatan jumlah jenis perizinan yang aktif dilaksanakan sejak tahun 2009 sampai tahun Peningkatan ini berkorelasi terhadap peningkatan jumlah permohonan yang masuk ditiap tahunnya. Hal demikian harus diiringi dengan peningkatan sarana dan prasarana serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni. Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah dan Jenis Perizinan Tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 No. Tahun Jumlah Permohonan Masuk Jumlah Permohonan Selesai Jumlah Jenis Perizinan Aktif Durasi rata-rata tertimbang penyelesaian proses perizinan selama tahun 2012 adalah 11 hari kerja. Durasi ini lebih lama jika dibandingkan dengan durasi rata-rata tertimbang pada tahun 2011 yang hanya 10 hari kerja (Tabel 4.2). Durasi rata-rata tertimbang ini merupakan rata-rata durasi penyelesaian proses perizinan dari setiap jenis perizinan yang ditangani oleh BPPT Provinsi Jawa Barat. Durasi rata-rata penyelesaian proses perizinan di tahun 2012 melebihi target durasi yang telah direncanakan yaitu 10 hari kerja. Beberapa hal yang menjadi kendala tidak tercapainya target durasi tersebut adalah keterbatasan sarana dan prasarana di lingkungan BPPT Provinsi Jawa Barat. Dengan jumlah permohonan yang meningkat, seharusnya didukung oleh penggunaan teknologi yang memadai. Selain itu jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) di BPPT Provinsi Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

25 Jawa Barat masih sangat kurang mencukupi. Sehingga beban kerja tiap pegawai di BPPT cukup berat, hal ini sangat berkorelasi dengan lamanya proses penyelesaian perizinan yang ditangani oleh BPPT Provinsi Jawa Barat. No. Tabel 4.2. Durasi Rata-Rata Tertimbang Tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 Tahun Durasi Rata-Rata Tertimbang (hari kerja) Target Durasi (hari kerja) Berdasarkan Perda 7 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu terdapat 22 sektor perizinan yang ditangani oleh BPPT. Sampai tahun 2012 terdapat 17 sektor pelayanan perizinan yang aktif dilayani oleh BPPT Provinsi Jawa Barat. Dari ke 17 sektor perizinan tersebut, jumlah permohonan terbesar adalah sektor Perhubungan yaitu sebesar % kemudian diikuti oleh sektor Ketenagakerjaan. Untuk lebih lengkap mengenai persentase permohonan yang masuk ke BPPT dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. NO. Tabel 4.3. Jumlah Permohonan Perizinan Tahun 2012 SEKTOR JUMLAH PERMOHONAN PERSENTASE 1. Perhubungan 30, % 2. Ketenagakerjaan 3, % 3. ESDM % 4. Kesehatan % 5. Kimrum % 6. Binamarga % 7. Penanaman Modal % 8. Peternakan % 9. Perikanan % 10. PSDA % 11. Kominfo % 12. Kehutanan % 13. Perindag % Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

26 NO. SEKTOR JUMLAH PERMOHONAN PERSENTASE 14. Perkebunan % 15. Pendidikan % 16. Lingkungan Hidup % 17. Sosial % Perkembangan pelayanan perizinan selama tahun 2012 di BPPT Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 4.3. pada Gambar tersebut dapat diketahui jumlah permohonan perizinan tertinggi terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar permohonan dan terendah terjadi pada bulan September yaitu sebesar permohonan. Gambar 4.3. Perkembangan Pelayanan Perizinan Selama Tahun 2012 Perkembangan Layanan Perizinan Tahun ,000 3,000 2,000 1,000 - JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT OKT NOV DES MASUK SELESAI Secara umum, Kabupaten Bandung (16.90 %), Kabupaten Bogor (13.40 %), Kota Depok (9.97 %), Kabupaten Bekasi (7.32 %) dan Kota Bandung (7.10 %) merupakan lokasi usaha terbesar para pemohon perizinan. Hal ini menunjukkan bahwa potensi kegiatan usaha di Provinsi Jawa Barat terpusat di ke lima wilayah tersebut. Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

27 Tabel Persentase Sebaran Wilayah Usaha Pemohon Perizinan NO. KABUPATEN/KOTA PERSENTASE 1. Kab. Bandung 16.90% 2. Kab. Bogor 13.40% 3. Kota Depok 9.97% 4. Kab. Bekasi 7.32% 5. Kota Bandung 7.10% 6. Kota Bekasi 7.10% 7. Kota Bogor 6.05% 8. Kab. Cirebon 4.92% 9. Kota Cimahi 3.84% 10. Kab. Bandung Barat 3.13% 11. Kab. Sumedang 2.27% 12. Kab. Majalengka 2.13% 13. Kota Cirebon 2.00% 14. Kab. Indramayu 1.87% 15. Kab. Ciamis 1.85% 16. Kab. Karawang 1.82% 17. Kab. Subang 1.59% 18. Kab. Purwakarta 1.52% 19. Kab. Sukabumi 1.27% 20. Kab. Garut 1.17% 21. Kota Sukabumi 0.76% 22. Kab. Kuningan 0.67% 23. Kab. Cianjur 0.55% 24. Kab. Tasikmalaya 0.41% 25. Kota Tasikmalaya 0.37% 26. Kota Banjar 0.05% B. PENYELENGGARAAN PERIZINAN MENURUT BIDANG 1. Perhubungan Selama tahun 2012 terdapat permohonan perizinan bidang Perhubungan yang masuk ke BPPT Provinsi Jawa Barat dan diantaranya dapat diterbitkan Izin maupun Rekomendasinya. Perizinan terbesar pada bidang Perhubungan adalah pengurusan Rekomendasi Kartu Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

28 Pengawasan (KP) sebanyak kemudian diikuti pengurusan Izin Surat (Keputusan) Izin Trayek Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) sebanyak Durasi rata-rata tertimbang bidang Perhubungan adalah 9 hari kerja. Kartu Pengawasan ini digunakan sebagai alat kontrol untuk setiap kendaraan Angkutan Kota Dalam Provinsi yang beroperasi di Jawa Barat, apakah kendaraan tersebut beroperasi sesuai dengan izin lintasan trayek yang telah ditetapkan oleh Dinas yang berwenang, dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan. Jumlah retribusi yang diperoleh dari pengurusan perizinan bidang Perhubungan selama tahun 2012 sebesar Rp ,00. Retribusi ini dibayarkan oleh pemohon untuk pengurusan izin Trayek AKDP dan Kartu Pengawasan. Tabel 4.5. Rekapitulasi Perizinan Bidang Perhubungan Tahun 2012 No Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target Durasi 1 Surat (Keputusan) Izin Trayek Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) 9,941 9,250 - a. Perpanjangan AKDP 8,132 7, b. Perubahan AKDP 1,804 1, c. Baru AKDP Surat (Keputusan) Izin Operasi Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) 1,100 1,099 - a. Perpanjangan Taxi b. Perubahan Taxi c. Baru Taxi Izin Insidentil Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (SIUJPT) 5 Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (SIUPEMKL) dan Heregristasi 6 Surat Izin Usaha Perusahaan Bongkar Muat (SIUPBM) 7 Surat Izin Usaha Perusahaan Pelayaran Rakyat (SIUPPER) Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

29 No Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target Durasi 8 Izin Usaha Tally di Pelabuhan dan Herregistrasi 9 Izin Usaha Penyewaan Alat Engkutan Laut/Penunjang Angkutan Laut (PPAL) 10 Surat Izin Usaha Ekspedisi Muatan Pesawat Udara (SIUEMPU) dan Herregistrasi 11 Surat Izin Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara dan Herregistrasi 12 Surat Izin Pembukaan Kantor Cabang Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi dan Herregistrasi 13 Kartu Pengawasan ( KP ) 19,409 18, Rekomendasi Ketinggian Bangunan di Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan ( RKB ) 15 Rekomendasi Pendirian Kantor Cabang Usaha Penunjang Angkutan Udara (Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara dan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara) (RPKC - UPAU) 16 Rekomendasi penetapan lokasi pelabuhan khusus Berdasarkan jumlah permohonan perizinan untuk bidang Perhubungan yang masuk ke BPPT Provinsi Jawa Barat dapat diketahui bahwa aktivitas usaha di bidang Perhubungan tertinggi berada di 4 wilayah, yaitu Kabupaten Bandung (18.6 %), Kabupaten Bogor (14.9 %), Kota Depok (11.9 %), Kota Bekasi (7.8 %), dan sisanya tersebar di 22 Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat (Tabel 4.5). Sejak Tahun 2011 bulan November sampai Desember Tahun 2012 diketahui bahwa jumlah kendaraan umum yang aktif beroperasi di Jawa Barat adalah unit (sumber : Data Base Bidang Perhubungan). Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

30 Tabel 4.6. Persentase Sebaran Wilayah Aktivitas Usaha Bidang Perhubungan Tahun 2012 No. Wilayah Persentase 1. Kab. Bandung 18.6 % 2. Kab. Bogor 14.9 % 3. Kota Depok 11.9 % 4. Kota Bekasi 7.8 % 5. Wilayah Lainnya Ketenagakerjaan Sampai saat ini BPPT Provinsi Jawa Barat masih menangani perizinan bidang Ketenagakerjaan yang merupakan kewenangan Kabupaten/Kota, hal ini dilakukan karena masih terdapat Kabupaten yang belum menangani proses perizinan untuk bidang Ketenagakerjaan. Selama tahun 2012 terdapat 6 jenis perizinan yang aktif dilayani oleh BPPT untuk Bidang Ketenagakerjaan (Tabel 4.7). permohonan terbesar adalah Izin Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) Perpanjangan yaitu sebanyak permohonan dan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing sebanyak permohonan. Secara keseluruhan permohonan tersebut dapat diselesaikan di tahun yang sama. Durasi ratarata tertimbang penyelesaian perizinan bidang Ketenagakerjaan adalah 4 hari kerja. Total pendapatan daerah yang diperoleh dari Dana Pengembangan Keterampilan dan Keahlian (DPKK) Tenaga Kerja Asing selama tahun 2012 adalah sebesar $ ,00 atau setara dengan Rp ,00. Tabel 4.7. Rekapitulasi Perizinan Bidang Nakertrans Tahun 2012 No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi 1. Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing ( RPTKA ) Perpanjangan 2. Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing ( IMTA ), meliputi : Target Durasi 1,958 1, ,557 1,531 Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

31 No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target Durasi a. Perpanjangan IMTA 1,445 1, b. Pencabutan IMTA c. Mutasi/Alih Jabatan Izin Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta Antar Kerja Lokal (LPTKS - AKL) 4. Izin Pembentukan Kantor Cabang Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta ( PPTKIS ) 5. Izin Tempat Penampungan TKI ke Luar Negeri Skala Provinsi ( TPTKI - LN ) 6. Rekomendasi Pendirian Lembaga Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Swasta Antar Kerja Antar Daerah (LPTKS-AKAD), Dari hasil rekapitulasi data bidang Ketenagakerjaan dapat diketahui jumlah Tenaga Kerja terbanyak berasal dari Negara Korea Selatan yaitu sebesar %, kemudian Jepang (13.70 %) dan Taiwan (10.92 %). Tenaga Kerja Asing ini sebagian besar berprofesi sebagai Manajer yaitu sebesar 28.1 % (Tabel 4.9). Tabel 4.8. Persentase Negara Asal Tenaga Kerja Asing Kewenangan Provinsi Jawa Barat No Negara Persentase (%) 1 Korea Selatan Jepang Taiwan Republik Rakyat China India Philipina Amerika Serikat Malaysia Inggris Lainnya Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

32 Tenaga Kerja Asing (TKA) yang beraktivitas di wilayah kewenangan Provinsi Jawa Barat dapat dikelompokkan dalam 15 kelompok Jabatan seperti yang terlihat pada Tabel 4.9 di bawah. Tabel Persentase Jabatan Tenaga Kerja Asing Kewenangan Provinsi Jawa Barat No Jabatan Persentase (%) 1 Manager Direktur Pengajar Direktur Utama Tenaga Ahli Supervisor Quality Control Marketing Chief Komisaris Desainer Wakil Presdir.9 13 Pekerja Sosial.8 14 Pembina Rohani.6 15 Teknisi.4 Penyerapan jumlah Tenaga Kerja Asing (TKA) yang kewenangan perijinannya berada di dalam kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah orang, sedangkan penyerapan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebanyak orang selama tahun Sebaran wilayah usaha untuk bidang Ketenagakerjaan dapat dilihat pada Tabel Lokasi usaha yang menyerap Tenaga Asing terbesar adalah Kabupaten Bandung kemudian Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bekasi. Besarnya persentase ini berkorelasi positif dengan aktivitas usaha di wilayah tersebut. Umumnya perindustrian tersebut bergerak di bidang Tekstil dan pabrik pembuatan onderdil kendaraan bermotor. Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

33 Tabel Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Ketenagakerjaan No. Wilayah Persentase (%) 1. Kab. Bandung Kab. Bandung Barat Kab. Bekasi Kab. Bogor Kab. Ciamis Kab. Cianjur Kab. Cirebon Kab. Garut Kab. Indramayu Wilayah Lainnya ESDM Bidang ESDM terdiri dari 6 jenis izin dan 3 jenis rekomendasi. Selama tahun 2012 hanya ada 2 jenis perizinan yang aktif yaitu Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum (IUKU) yang sarana maupun engergi listriknya Lintas Kabupaten/Kota dan Rekomendasi Teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah Lintas Kabupaten/Kota (ABT). Terdapat 691 permohonan bidang Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) yang masuk ke BPPT Provinsi Jawa Barat selama tahun 2012, dengan durasi rata-rata tertimbang 67 hari kerja. Tabel Rekapitulasi Perizinan Bidang ESDM Tahun 2012 No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi 1 Izin Usaha Pertambangan Umum Lintas Kabupaten/Kota 2 Izin Badan Usaha Jasa Pertambangan Mineral, Batubara dan Panas Bumi Lintas Kabupaten/Kota 3 Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum (IUKU) yang sarana maupun engergi listriknya Lintas Target Durasi Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

34 No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Kabupaten/Kota Target Durasi 4 Pemberian Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri ( IUK ) yang Sarana Instalasinya Mencakup Lintas Kabupaten/Kota 5 Izin Usaha Pertambangan Mineral, Batubara dan Panas Bumi pada Wilayah Lintas Kabupaten/Kota dan Paling Jauh 12 (duabelas) Mil Laut Diukur dari Garis Pantai ke Arah Laut Lepas dan/atau ke Arah Perairan Kepulauan 6 Izin Usaha Pertambangan Moneral dan Batubara untuk Operasi Produksi yang Berdampak Lingkungan Langsung Lintas Kabupaten/Kota dan Paling Jauh 12 (duabelas) Mil Laut Diukur dari Garis Pantai ke Arah Laut Lepas dan/atau ke Arah Perairan Kepulauan 7 Rekomendasi Teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah Lintas Kabupaten/Kota (ABT) 8 Rekomendasi penggunaan wilayah kerja kontrak kerja sama untuk kegiatan lain di luar kegiatan migas pada lintas kabupaten/kota 9 Rekomendasi pendirian gudang bahan peledak dalam rangka kegiatan usaha migas di daerah operasi daratan dan di daerah operasi paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan Sesuai dengan Perda Jabar no. 8 tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Air Tanah, pemberian Rekomendasi Teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah Lintas Kabupaten/Kota (ABT) ini diberikan dalam rangka kegiatan : a) pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi sumberdaya manusia; b) penelitian dan pengembangan; dan Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

35 c) kegiatan lain sesuai kesepakatan, dengan prinsip saling menguntungkan. Dalam prakteknya, pengambilan air tanah dalam pengusahaan bidang ESDM kurang lebih 88 % telah menggunakan alat bor, meskipun pada beberapa perusahaan masih ada yang menggunakan tenaga manusia. Adapun jenis sumur yang dibuat sekitar 75 % berupa sumur bor dan selebihnya berupa sumur gali, dimana sumur gali ini terdiri dari sumur gali, pantek, dan turap mata air. Sumur bor ini memiliki kedalaman lebih dari meter sedangkan untuk sumur gali memiliki kedalaman kurang dari meter. Tabel Persentase Jenis Sumur Untuk Usaha Pada Bidang ESDM No. Jenis Sumur Persentase (%) 1. Bor Pantek Gali Turap 1.1 Kurang lebih 77 % dari pengambilan air tanah ini digunakan untuk penunjang produksi di Perusahaan yang bersangkutan, selain itu umumnya digunakan untuk bahan baku produksi, mandi cuci kakus (MCK) dan untuk pemeliharaan fasilitas tempat usaha sebagaimana terlihat pada Tabel 4.13 di bawah. Tabel Persentase Jenis Pemanfaatan Sumur Untuk Usaha Pada Bidang ESDM No Jenis Pemanfaatan Persentase (%) 1. Penunjang Produksi Bahan Baku Produksi MCK Pemeliharaan Fasilitas.6 Berdasarkan permohonan perizinan bidang ESDM yang masuk ke BPPT Provinsi Jawa Barat, wilayah pengambilan air untuk pengurusan Rekomendasi Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

36 Teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah Lintas Kabupaten/Kota (ABT) terbagi dalam 5 zona seperti yang tampak pada Tabel 4.14 di bawah. Sesuai dengan Perda Jabar no. 8 tahun 2012, zona pemanfaatan air tanah meliputi zona aman, rawan, kritis dan rusak berdasarkan kriteria penurunan muka air tanah dan/atau penurunan kualitas air tanah dan/atau terjadinya amblesan tanah. Berdasarkan pertimbangan penurunan muka air tanahnya, tingkat kerusakan kondisi air tanah dapat dibagi menjadi 4 (empat) tingkatan, yaitu : 1) Aman : penurunan muka air tanah < 40%, 2) Rawan : penurunan muka air tanah 40% - 60%, 3) Kritis : penurunan muka air tanah 60% - 80% dan 4) Rusak : penurunan muka air tanah > 80%. Tabel Persentase Zona Konservasi Untuk Usaha Pada Bidang ESDM No. Zona Konservasi Persentase (%) 1. Rawan Aman Kritis Resapan Rusak Kesehatan Dari 18 jenis perizinan bidang Kesehatan yang telah dilimpahkan ke BPPT Provinsi Jawa Barat, hanya ada 11 perizinan yang aktif di tahun 2012 (Tabel 4.15). jumlah total permohonan yang masuk sebanyak 480 dan 370 diantaranya telah diterbitkan di tahun 2012 sedangkan sisanya masih dalam proses penyelesaian. Durasi rata-rata tertimbang penyelesaian perizinan bidang Kesehatan adalah 50 hari kerja. Durasi ini melebihi durasi waktu yang telah ditetapkan dalam Pergub No. 49 Tahun 2011 yaitu 14 hari kerja. Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

37 Dibutuhkan koordinasi lebih lanjut dengan OPD terkait untuk mengatasi masalah durasi pada bidang Kesehatan ini. Tabel Rekapitulasi Perizinan Bidang Kesehatan Tahun 2012 No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Target Durasi 1 Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional (PP - IKOT) Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional (IU-IKOT) 3 Pemberian Izin Rumah Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan b. Penetapan Izin Penyelenggaraan (IPRSU-B) 4 Izin Pendirian Rumah Sakit Khusus Kelas B 5 Izin Pelayanan Medis Sub Spesialis Khusus Unit Hemodialisa 6 Cabang Penyalur Alat Kesehatan Cabang Pedagang Besar Farmasi Rekomendasi Pedagang Besar Farmasi (R-PBF) Rekomendasi Izin Mendirikan dan Penyelenggaraan Sarana Kesehatan tertentu, meliputi : b. Rumah Sakit Kelas B Pendidikan (IMRS-B) c. Rumah Sakit Khusus Kelas A (IMRSK-A) d. Laboratorium Kesehatan Kelas Utama/Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit Kelas A dan Rumah Sakit Kelas B Pendidikan (LRS) 10 Rekomendasi Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan Perbekalan Kesehatan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Kelas II Rekomendasi Rekomendasi Izin Industri Komoditi Kesehatan Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan Pedagang Besar Alat Kesehatan (PBAK), meliputi : a. Rekomendasi Izin Prinsip Industri Farmasi (RIPIF) b. Rekomendasi Izin Usaha Industri Farmasi (RIUIF) c. Rekomendasi Izin Prinsip Industri Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

38 No. Jenis Layanan Izin Dan Non Izin Masuk Selesai Durasi Obat Tradisional (RIP-IOT) Target Durasi d. Rekomendasi Izin Industri Obat Tradisional (RI - IOT) e. Rekomendasi Izin Produksi Kosmetik (RIPK) f. Rekomendasi Sertifikasi Produksi Alat Kesehatan dan PKRT Kelas B dan C (RSPAK) h. Rekomendasi Izin Pedagang Besar Farmasi dan Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi (PB3F) i. Rekomendasi Izin Penyalur Alat Kesehatan (R - PAK) Permohonan terbesar selama tahun 2012 adalah Rekomendasi Izin Penyalur Alat Keseharan (R-PAK) yaitu sebanyak 121 permohonan dan 92 permohonan dapat diterbitkan di tahun 2012 dan sisanya masih dalam proses penyelesaian. Umumnya alat kesehatan yang banyak didistribusikan adalah Alat Kesehatan Elektromedik Non Radiasi seperti yang tampak pada Tabel 4.16 berikut. Tabel Persentase Jenis Alat kesehatan yang Didistribusikan di Jawa Barat Tahun 2012 NO JENIS ALAT KESEHATAN PERSENTASE (%) 1. Elektromedik Non Radiasi Non Elektromedik Non Steril Non Elektromedik Steril Diagnostik In Vitro Diagnostik Reagensia Elektromedik Non Steril Elektromedik Steril 4.8 Persentase wilayah terbesar untuk permohonan perizinan bidang Kesehatan terletak pada Kota Bandung yaitu sebesar %, untuk lebih lengkap mengenai sebaran wilayah bidang Kesehatan dapat dilihat pada Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

39 Tabel Tabel tersebut menunjukkan sebaran wilayah permohonan bidang Kesehatan dalam 9 wilayah terbesar. Tabel Persentase Sebaran Wilayah Usaha Bidang Kesehatan Tahun 2012 NO. WILAYAH PERSENTASE 1. Kota Bandung 30.24% 2. Kab. Bekasi 15.66% 3. Kota Bekasi 11.48% 4. Kab. Bogor 8.38% 5. Kota Bogor 5.65% 6. Kota Depok 5.28% 7. Kota Cirebon 4.19% 8. Kab. Bandung Barat 3.46% 9. Kab. Bandung 3.10% 10. Willayah Lainnya 12.57% 5. Penataan Ruang (Kimrum) Perizinan bidang Penataan Ruang ini termasuk dalam kelompok Perizinan Strategis yang pengesahannya sebagian dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat. Perizinan Strategis ini merupakan perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Daerah atau ketentuan peraturan perundang-undangan, yang memiliki karakteristik tertentu, dengan kriteria meliputi perizinan yang membutuhkan kajian komprehensif dari pihak terkait, jangka waktu tertentu, berdampak luas terhadap lingkungan hidup, konservasi, pemanfaatan penataan ruang Provinsi dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Tidak semua permohonan perizinan bidang Penataan Ruang yang ditandatangani oleh Gubernur, hanya permohonan yang memiliki luas di atas m 2 yang ditandatangai oleh Gubernur, sedangkan luas di bawah m 2 disahkan oleh Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat. Laporan Tahunan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Tahun

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 Tahun 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 Tahun 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 Tahun 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik di

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU GUBERNUR JAWA BARAT, Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK DINAS PENANAMAN MODAL DAN PTSP PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

DAFTAR INFORMASI PUBLIK DINAS PENANAMAN MODAL DAN PTSP PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DAFTAR INFORMASI PUBLIK DINAS PENANAMAN MODAL DAN PTSP PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIDANG PELAYANAN PERIZIANAN TERPADU NO 1 DIUMUMKAN SECARA BERKALA DIUMUMKAN SECARA SERTA MERTA DOKUMENTASI DAN

Lebih terperinci

SEKILAS BPPT PROVINSI JAWA BARAT BANDUNG, 2013

SEKILAS BPPT PROVINSI JAWA BARAT BANDUNG, 2013 SEKILAS BPPT PROVINSI JAWA BARAT BANDUNG, 2013 Bogor, 9-11 Juli 2012 Dasar Hukum Dasar Hukum Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat UU No. 32 Th. 2004 ttg Pemerintah Daerah ;

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN YANG TERKAIT DENGAN PROSES PENYAMPAIAN PELAYANAN (SERVICE DELIVERY)

STANDAR PELAYANAN YANG TERKAIT DENGAN PROSES PENYAMPAIAN PELAYANAN (SERVICE DELIVERY) 1 STANDAR PELAYANAN YANG TERKAIT DENGAN PROSES PENYAMPAIAN PELAYANAN (SERVICE DELIVERY) A. Persyaratan Persyaratan perizinan baik administrasi maupun teknis mengacu kepada peraturan perundangan yang dikeluarkan

Lebih terperinci

SEKILAS BPPT PROVINSI JAWA BARAT BANDUNG, 2013

SEKILAS BPPT PROVINSI JAWA BARAT BANDUNG, 2013 SEKILAS BPPT PROVINSI JAWA BARAT BANDUNG, 2013 Bogor, 9-11 Juli 2012 PROFILE BPPT PROV JABAR Dasar Hukum Dasar Hukum Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat UU No. 32 Th. 2004

Lebih terperinci

LAMPIRAN I: PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2015

LAMPIRAN I: PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2015 LAMPIRAN I: PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2015 PROVINSI : NUSA TENGGARA TIMUR SKPD : KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU (KPPTSP ) PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

SEKTOR LAYANAN PERIZINAN BPMPT PROVINSI JAWA BARAT

SEKTOR LAYANAN PERIZINAN BPMPT PROVINSI JAWA BARAT SEKTOR LAYANAN PERIZINAN BPMPT PROVINSI JAWA BARAT Bidang dan Jenis Bidang Perkebunan 01 Jenis Izin 011 1. Izin Usaha Perkebunan (IUP); 011010 4 7 3 Tidak Ada Izin 2. Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG DARI GUBERNUR KEPADA KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATUNAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU Menimbang

Lebih terperinci

NO. BIDANG JENIS IZIN / NON IZIN

NO. BIDANG JENIS IZIN / NON IZIN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI

Lebih terperinci

G U B E R N U R L A M P U N G

G U B E R N U R L A M P U N G G U B E R N U R L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR G / 611 / IV.03 / HK / 2008 TENTANG PEMBENTUKAN TIM TEKNIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN SEKRETARIAT UNIT PELAYANAN TERPADU PERIZINAN PROVINSI

Lebih terperinci

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2014 TENTANG KEWENANGAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN PADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN

GUBERNUR SULAWESI SELATAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 2076/X/TAHUN 2016 TENTANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN PENANDATANGANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN KEPADA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG TAHUN PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA/PROSEDUR PENERBITAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI BALI GUBERNUR

Lebih terperinci

REKAPITULASI PERIZINAN & NON PERIZINAN (Bulan Januari s/d Desember 2016)

REKAPITULASI PERIZINAN & NON PERIZINAN (Bulan Januari s/d Desember 2016) REKAPITULASI PERIZINAN & NON PERIZINAN (Bulan Januari s/d Desember 2016) Sesuai Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2013 NO SEKTOR JENIS PERIZINAN / NON PERIZINAN RENCANA 1 Penanaman Modal 1. Izin Prinsip

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 570-8 - 2013 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PENANDATANGANAN PERIZINAN DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA UTARA

GUBERNUR SUMATERA UTARA GUBERNUR SUMATERA UTARA PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN PELAYANAN PERIJINAN KEPADA BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBENUR NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

LAPORAN PELAYANAN PERIZINAN DI GERAI TRIWULAN PERTAMA 2013 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROV. JABAR. April 2013

LAPORAN PELAYANAN PERIZINAN DI GERAI TRIWULAN PERTAMA 2013 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROV. JABAR. April 2013 LAPORAN PELAYANAN PERIZINAN DI GERAI TRIWULAN PERTAMA 2013 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROV. JABAR April 2013 LAPORAN PELAYANAN PERIZINAN DI GERAI TRIWULAN PERTAMA 2013 (Januari Maret) 1. Pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 25 TAHUN 2012

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 25 TAHUN 2012 PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU BIDANG PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

RAPAT TINDAK LANJUT PENYUSUNAN PERSYARATAN, TIM TEKNIS DAN STANDAR PELAYANAN

RAPAT TINDAK LANJUT PENYUSUNAN PERSYARATAN, TIM TEKNIS DAN STANDAR PELAYANAN RAPAT TINDAK LANJUT PENYUSUNAN PERSYARATAN, TIM TEKNIS DAN STANDAR PELAYANAN Maksud dan Tujuan. Menyamakan persepsi dan membuat kesepakatan dalam rangka percepatan penyusunan : a. Keputusan Kepala Badan

Lebih terperinci

JENIS PERIJINAN DAN NON PERIJINAN YANG DI LAYANI PTSP. Sesuai dengan Perda No.7 /2011 dan Peraturan Gubernur No.25 /2012

JENIS PERIJINAN DAN NON PERIJINAN YANG DI LAYANI PTSP. Sesuai dengan Perda No.7 /2011 dan Peraturan Gubernur No.25 /2012 JENIS PERIJINAN DAN NON PERIJINAN YANG DI LAYANI PTSP Sesuai dengan Perda No.7 /2011 dan Peraturan Gubernur No.25 /2012 No Bidang Jenis Pelayanan Perizinan 1 2 3 Penanaman Modal Izin Prinsip Penanaman

Lebih terperinci

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017 DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017 I. REALISASI INVESTASI PMA & PMDN 1. Total Realisasi Investasi PMA dan PMDN berdasarkan Laporan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN KEPADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN ACEH TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

(Jalan Ahmad Marzuki Pontianak)

(Jalan Ahmad Marzuki Pontianak) LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR NO. 13 TAHUN 2017 BIDANG DAN JENIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN YANG DILIMPAHKAN KEWENANGAN PENANDATANGANAN PENERBITAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN KEPADA DINAS PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 317 TAHUN

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 317 TAHUN BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 317 TAHUN 2013 2012 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG BUPATI KEPADA KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU DALAM PENYELENGGARAAN PERIZINAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

JENIS PERIZINAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL

JENIS PERIZINAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL LAMPIRAN I KEPUTUSAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR : 503-484 TAHUN 2015 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN GUBERNUR KEPADA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU PROVINSI

Lebih terperinci

By : DR. Ir. H. DADANG MOHAMMAD, MSCE PLT. KEPALA BPPT JABAR

By : DR. Ir. H. DADANG MOHAMMAD, MSCE PLT. KEPALA BPPT JABAR By : DR. Ir. H. DADANG MOHAMMAD, MSCE PLT. KEPALA BPPT JABAR Meningkatkan Koordinasi perizinan yang saling keterkaitan antara perizinan di tingkat Pusat dengan Provinsi atau perizinan di tingkat Provinsi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DI JAWA BARAT

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DI JAWA BARAT LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 92 TANGGAL : 30 DESEMBER 2014 TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT Jl. PHH MUSTOPA NO. 22 BANDUNG

BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT Jl. PHH MUSTOPA NO. 22 BANDUNG BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT Jl. PHH MUSTOPA NO. 22 BANDUNG 1 Latar Belakang Pembentukan BPPT WUJUD KOMITMEN PEMPROV JABAR DALAM REFORMASI BIROKRASI DIBIDANG PERIZINAN WUJUD DARI

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN DIBIDANG PERIZINAN DAN NON PERIZINAN KEPADA KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional. - 583 - BB. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 64 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PADA BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 64 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PADA BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PADA BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DARI BUPATI KEPADA KEPALA DINAS PENANAMAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERIZINAN USAHA DI BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KETENAGALISTRIKAN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 30/05/Th. XIX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

Lebih terperinci

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RANCANGAN REVISI PP 38/2007 DAN NSPK DI LINGKUNGAN DITJEN BINFAR DAN ALKES Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan DISAMPAIKAN PADA SEMILOKA REVISI PP38/2007 DAN NSPK : IMPLIKASINYA TERHADAP

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENDELEGASIAN PENYELENGGARAAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN KEPADA KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2010 TANGGAL : 30 NOVEMBER 2010 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT ARAHAN PEMBAGIAN WILAYAH PENGEMBANGAN I. KAWASAN

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH - 763 - BB. PEMBAGIAN URUSAN AN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SUB 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

Lebih terperinci

CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia PEMERINTAH PROVINSI BANTEN CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia PEMERINTAH PROVINSI BANTEN Penyusunan Tata Ruang Wilayah Laut Penataan Izin Pelaksanaaan Kewajiban

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN KEPADA KANTOR

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN KEPADA CAMAT

BUPATI BINTAN PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN KEPADA CAMAT BUPATI BINTAN PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN KEPADA CAMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang : a. bahwa tugas umum

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh : GUBERNUR LAMPUNG

Disampaikan Oleh : GUBERNUR LAMPUNG Disampaikan Oleh : GUBERNUR LAMPUNG Disampaikan pada Acara Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi yang diinisiasi oleh KKP dan KPK Jakarta, 20 21 April 2015 1. Penyusunan Tata Ruang Wilayah Laut REKOMENDASI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU Menimbang GUBERNUR JAWA TIMUR, : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 20 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN DARI BUPATI TANGGAMUS KEPADA KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG. Nomor 17 Tahun 2011 TENTANG

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG. Nomor 17 Tahun 2011 TENTANG BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG Nomor 17 Tahun 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PERIZINAN BIDANG PERHUBUNGAN DARAT PADA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 9 TAHUN 2016

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 9 TAHUN 2016 BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PENGELOLAAN DAN PENANDATANGANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI ROTE NDAO PERATURAN BUPATI ROTE NDAO NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ROTE NDAO PERATURAN BUPATI ROTE NDAO NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ROTE NDAO PERATURAN BUPATI ROTE NDAO NOMOR TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERIZINAN PADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN ROTE NDAO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Nomor : P. 14/VII-PKH/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PINJAM PAKAI KAWASAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 36/07/32/Th XIX, 3 Juli PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI JUNI SEBESAR 104,46 (2012=100) Nilai Tukar Petani

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 06 TAHUN 2005 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 06 TAHUN 2005 T E N T A N G PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 06 TAHUN 2005 T E N T A N G PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT

EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT Disampaikan oleh : Prof. DR. Ir. Deny Juanda Puradimaja, DEA Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat Disampaikan pada : Rapat Koordinasi Pemantauan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA 1 GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENAMBAHAN RINCIAN URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB DAN PILIHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 19 TAHUN 2015

BUPATI PULANG PISAU PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 19 TAHUN 2015 1 BUPATI PULANG PISAU PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PENERBITAN DAN PENANDATANGANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PENERBITAN DAN PENANDATANGANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN KEPADA KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMOHON FRONT OFFICE BACK OFFICE KEPALA BKPM & PT

PEMOHON FRONT OFFICE BACK OFFICE KEPALA BKPM & PT SOP PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) BKPMPT PROVINSI NTB BKPM PEMOHON FRONT OFFICE BACK OFFICE KEPALA BKPM & PT PERYARATAN PERMOHONAN VERIFIKASI/ VALIDASI SPIPISE : Input Data Perizinan Penyusunan Output

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR A. PENDAHULUAN Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi

STANDAR PELAYANAN PUBLIK DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR A. PENDAHULUAN Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi STANDAR PELAYANAN PUBLIK DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR A. PENDAHULUAN Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Timur dibentuk dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 333 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 333 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 333 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. NOMOR l& TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. NOMOR l& TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN p GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR l& TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan jumlah,

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU KEPADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

Draft 18/02/2014 GUBERNUR JAWA BARAT,

Draft 18/02/2014 GUBERNUR JAWA BARAT, Draft 18/02/2014 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN UNTUK KEGIATAN FASILITASI DAN IMPLEMENTASI GREEN PROVINCE

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Untuk meningkatkan efektivitas dan penguatan pengawasan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2016 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DAN PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI, KEPALA DINAS, SEKRETARIS, SUB BAGIAN, BIDANG DAN SEKSI PADA DINAS ENERGI DAN SUMBER

Lebih terperinci

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DI LINGKUNGAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

B A B III AKUNTABILITAS KINERJA

B A B III AKUNTABILITAS KINERJA B A B III AKUNTABILITAS KINERJA Pendekatan manajemen pembangunan berbasis kinerja, yang utama adalah bahwa pembangunan diorientasikan pada pencapaian menuju perubahan yang lebih baik. Hal ini mengandaikan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT, PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT, PROVINSI JAWA BARAT ^ BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG BUPATI KEPADA KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU DALAM PENYELENGGARAAN PERIZINAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN KEPADA KANTOR PELAYANAN

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DOKUMEN PROSEDUR PENERBITAN IZIN PERIKANAN

DOKUMEN PROSEDUR PENERBITAN IZIN PERIKANAN 1 2 DOKUMEN PROSEDUR PENERBITAN IZIN PERIKANAN 1. Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk memastikan bahwa Izin-izin Perikanan yang diterbitkan dapat dijamin keabsahan dan keakurasiannya. 2. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 14/03/32/Th.XIX, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2017 SEBESAR 102,53 (2012=100)

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI Draf tanggal 7-8 Juli 2014 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci