PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DI JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DI JAWA BARAT"

Transkripsi

1 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 92 TANGGAL : 30 DESEMBER 2014 TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU. PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DI JAWA BARAT

2 2 I. PENDAHULUAN Penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu merupakan salah satu bentuk langkah nyata yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan pelayanan publik secara optimal pada masyarakat. Oleh karenanya Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki komitmen yang kuat untuk terus membangun Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan harapan agar pelayanan perizinan dapat lebih efektif dan efisien. Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi para pemangku kepentingan dalam hal perizinan. Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) merupakan sistem pelayanan perizinan (izin dan non izin) yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai terbitnya dokumen perizinan dengan transparan dan terpadu pada satu tempat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelayanan perizinan adalah terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggungjawab, kewajiban dan kewenangan seluruh pihak terkait dengan penyelenggaraan pelayanan perizinan; terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik; terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan perizinan dengan peraturan perundang-undangan; dan terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu merupakan panduan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mengaplikasikan seluruh proses perizinan di Jawa Barat dengan lebih mudah. Pedoman penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu ini berisikan mengenai jenis, kode dan durasi waktu penyelesaian perizinan, mekanisme dan prosedur pelayanan perizinan, penetapan persyaratan perizinan, Standar Pelayanan dan Standar Operasional Prosedur, mekanisme pengendalian, serta bentuk, jenis format dan tata naskah perizinan. II. JENIS, KODE DAN DURASI WAKTU PENYELESAIAN PERIZINAN A. Badan menyelenggarakan pelayanan perizinan yang menjadi urusan Pemerintah Provinsi. B. Bidang, jenis, kode dan durasi target penyelesaian perizinan yang diselenggarakan oleh Badan adalah sebagaimana Tabel berikut : Bidang dan Jenis Perizinan Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Bidang Perkebunan 01 Jenis Izin Izin Usaha Perkebunan (IUP); Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan (IUP-P); 3. Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B); 4. Izin Peremajaan Tanaman Ket.

3 3 Bidang dan Jenis Perizinan Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket. Jenis Non Izin Rekomendasi Hak Guna Usaha (HGU) Perkebunan Baru; Bersifat 6. Rekomendasi Perpanjangan/Pembaharuan Hak Guna Usaha (HGU) Perkebunan; 7. Rekomendasi Izin Usaha Perkebunan Bidang Perikanan dan Kelautan 02 Jenis Izin Izin Usaha Perikanan Tangkap (SIUP) untuk Kapal Perikanan Berukuran di atas 5 GT sampai dengan 30 GT Baru; Perubahan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) untuk Kapal Perikanan Berukuran di atas 5 GT sampai dengan 30 GT dan SIPI Andon. Baru; Perubahan; Perpanjangan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) di Laut dengan Ukuran Palka dan Bobot Kapal 5 sampai dengan 30 GT; 11. Surat Izin Pembudidayaan Ikan (SIPBI) Penerbitan izin dan pemanfaatan ruang laut di bawah 12 mil di luar minyak dan gas bumi; Penerbitan izin Pengadaan Kapal Penangkap Ikan dan Kapal Pengangkut Ikan dengan Ukutan di atas 5 GT sampai dengan 30 GT; 14. Pendaftaran Kapal Perikanan di atas GT sampai dengan 30 GT; 15. Penerbitan Izin Usaha Perikanan (IUP) di Bidang Pembudidayaan Ikan yang Usahanya Lintas Daerah Kabupaten/ Kota; 16. Penerbitan Izin Usaha Pemasaran dan Pengolahan Hasil Perikanan Lintas Daerah Kabupaten/Kota Jenis Non Izin Rekomendasi Izin Pembudidayaan Ikan Laut sampai dengan 12 Mil; Rekomendasi Ekspor/Import Ikan

4 4 Bidang dan Jenis Perizinan Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Hidup; 19. Rekomendasi Usaha Pembudidayaan/Penangkapan Ikan dengan Menggunakan Tenaga Asing; 20. Rekomendasi Produsen Obat Ikan Ket. Bidang Kehutanan 03 Jenis Izin Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) dengan Kapasitas Produksi < m 3 per tahun; 22. Izin Perluasan Industri Primer Hasil Hutan Kayu dengan Total Kapasitas Produksi < m 3 per tahun; 23. Izin Perubaham Komposisi Jenis Produksi dan/atau Kapasitas Produksi IPHHK dengan Kapasitas Produksi < m 3 per tahun; 24. Pendaftaran Ulang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu; Izin Penurunan Kapasitas Produksi pada IPHHK dengan Kapasitas Produksi < m 3 per tahun; 26. Izin Peremajaan Mesin (Reengineering) IPHHK dengan Kapasitas Produksi sampai dengan m 3 per tahun; Izin Perubahan (addendum) Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu dengan Kapasitas Produksi < m 3 per tahun; 28. Izin Pengusahaan Kebun Buru Skala Provinsi; 29. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Untuk Kegiatan Pemeliharaan Jenis Tumbuhan dan/atau satwa liar 30. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Perdagangan Karbon di Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda; 31. Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Biofarmaka di Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda; Izin Pengusahaan Wisata Alam di Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda; Izin Pemanfaatan Jasa Air di di Taman

5 5 Bidang dan Jenis Perizinan Hutan Raya Ir. H. Djuanda 34. Izin Pemanfaatan Jasa Aliran Air di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda 35. Perizinan Jasa Usaha di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda 36. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam pada Hutan Lindung Skala Provinsi Lintas Kabupaten/ Kota; 37. Persetujuan Prinsip Pinjam Pakai Kawasan Hutan dengan Luasan Paling Banyak 5 ha untuk Pembangunan Fasilitas Umum, dan Kegiatan yang Bersifat Non Komersil; 38. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dengan Luasan Paling Banyak 5 ha untuk Pembangunan Fasilitas Umum, dan Kegiatan yang Bersifat Non Komersil; Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket Bersifat Bersifat Jenis Non Izin Rekomendasi Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) untuk Kapasitas Produksi di atas m 3 per Tahun; 40. Rekomendasi Izin Pengusahaan Taman Buru Skala Provinsi; Rekomendasi Teknis Izin Kegiatan Lembaga Konservasi (antara lain Kebun Binatang, Taman Safari) Skala Provinsi; 42. Rekomendasi Teknis Izin Pemanfaatan Kawasan Skala Provinsi (Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Suaka Margasatwa dan Taman Wisata Alam) 43. Rekomendasi Penunjukan Kawasan Hutan Produksi, Hutan Lindung, Kawasan Pelestarian Alam, Kawasan Suaka Alam dan Taman Buru; 44. Rekomendasi pengelolaan Kawasan hutan dengan tujuan khusus untuk masyarakat adat, penelitian, pengembangan, pendidikan, dan pelatihan kehutanan, lembaga sosial dan keagamaan untuk skala provinsi; 45. Rekomendasi Perubahan Status dan Fungsi Kawasan Hutan; Bersifat Bersifat Bersifat

6 Bidang dan Jenis Perizinan 46. Rekomendasi Pinjam Pakai Kawasan Hutan; 47. Rekomendasi Tukar Menukar Kawasan Hutan; 48. Rekomendasi Calon Lahan Kompensasi yang Lokasinya Lintas Kabupaten/Kota; Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket Bersifat Bersifat Bersifat 49. Rekomendasi Calon Lahan Pengganti; Bersifat Bidang Kesehatan 04 Jenis Izin Izin Usaha Kecil Obat Tradisional (IUKOT); 51. Izin Mendirikan Rumah Sakit Umum dan Khusus Kelas B Pemerintah dan Swasta; 52. Izin Menyelenggarakan Rumah Sakit Umum dan Khusus Kelas B Pemerintah dan Swasta; 53. Izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan (PAK); Pengakuan Pedagang Besar Farmasi (PBF) Cabang; 55. Pengakuan Pedagang Besar Farmasi Bahan Obat (PBFBO) Cabang; 56. Izin Laboratorium Kesehatan Madya; Jenis Non Izin Rekomendasi Izin Laboratorium Patologi Anatomik; Rekomendasi Izin Laboratorium Parasitologi Klinik; 59. Rekomendasi Izin Laboratorium Mikrobiologi Klinik; 60. Rekomendasi Izin Sarana Pemeriksaan Kesehatan CTKI; Rekomendasi Izin Penyalur Alat Kesehatan (PAK); 62. Rekomendasi Izin Pedagang Besar Farmasi (PBF); 63. Rekomendasi Izin Pedagang Besar Farmasi Bahan Obat (PBFBO); 64. Rekomendasi Izin Mendirikan dan Menyelenggarakan Rumah Sakit Umum Kelas A/Utama atau yang setara; 65. Rekomendasi Izin Mendirikan dan

7 7 Bidang dan Jenis Perizinan Menyelenggarakan Rumah Sakit Khusus Kelas A; 66. Rekomendasi Izin Mendirikan dan Menyelenggarakan Laboratorium Kesehatan Kelas Utama; 67. Rekomendasi Izin Mendirikan dan Menyelenggarakan Institusi Penguji Kalibrasi Alat Kesehatan; 68. Rekomendasi Izin Mendirikan dan Menyelenggarakan Rumah Sakit Lapangan; 69. Rekomendasi Izin Mendirikan dan Menyelenggarakan Rumah Sakit PMA/PMDN; 70. Rekomendasi Izin Mendirikan dan Menyelenggarakan Pelayanan Radioterapi; 71. Rekomendasi Izin Mendirikan dan Penyelenggaraan Kedokteran Nuklir; 72. Rekomendasi Izin Mendirikan dan Menyelenggarakan Klinik Kedokteran Spesialis/Kedokteran Gigi Spesialis (PAM); 73. Rekomendasi Izin Mendirikan dan Menyelenggarakan Pelayanan Medis Sub Spesialis Khusus; 74. Rekomendasi Sertifikasi Sarana Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) 75. Rekomendasi Administrasi Izin Usaha Industri Farmasi; 76. Rekomendasi Administrasi Izin Industri Obat Tradisional; 77. Rekomendasi Administrasi Produksi Kosmetik; 78. Rekomendasi Administrasi Izin Usaha Industri Ekstrak Bahan Baku Alam (IU IEBA) Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket. Bidang Perhubungan 05 Jenis Izin Izin Trayek Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP); Baru; Perubahan; Perpanjangan;

8 8 Bidang dan Jenis Perizinan Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Registrasi Kartu Pengawasan; Izin Operasi Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP); Baru; Perubahan; Perpanjangan; Registrasi Kartu Pengawasan; Izin Insidentil; Izin Trayek dan Operasi Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) dibawah 20 m 3 /7 Gross Ton; Surat Keputusan; Registrasi Kartu Pengawasan; Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (SIUJPT); Surat Keputusan; Registrasi Kartu Pengawasan; Izin Usaha Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (SIUPEMKL) dan Herregistrasi; Surat Keputusan; Registrasi Kartu Pengawasan; Izin Usaha Perusahaan Bongkar Muat (SIUPBM) dan Herregistrasi; Surat Keputusan; Registrasi Kartu Pengawasan; Izin Usaha Perusahaan Depo Peti Kemas (SIUPDPK); Surat Keputusan; Registrasi Kartu Pengawasan; Izin Usaha Perusahaan Pelayaran Rakyat (SIUPPER); Surat Keputusan; Registrasi Kartu Pengawasan; Izin Pembukaan Kantor Cabang Perusahaan Pelayaran Rakyat; Surat Keputusan; Registrasi Kartu Pengawasan; Izin Usaha Tally di Pelabuhan; Surat Keputusan; Registrasi Kartu Pengawasan; Izin Usaha Penyewaan Alat Angkutan Laut/Penunjang Angkutan Laut (PPAL); Surat Keputusan; Registrasi Kartu Pengawasan; Izin Usaha Ekspedisi Muatan Pesawat Ket.

9 9 Bidang dan Jenis Perizinan Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Udara (SIUEMPU); Surat Keputusan; Registrasi Kartu Pengawasan; Izin Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara; Surat Keputusan; Registrasi Kartu Pengawasan; Izin Pembukaan Kantor Cabang Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi; Surat Keputusan; Registrasi Kartu Pengawasan; Izin Pembangunan Prasarana yang Melintasi Alur Sungai dan Danau; 95. Persetujuan Pengoperasian Kapal untuk Lintas Penyeberangan Antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi; 96. Persetujuan Angkutan Orang dengan Menggunakan Gerbong Kereta Api dalam Kondisi Tertentu yang Pengoperasian di dalam Wilayah Kabupaten/Kota dalam Satu Provinsi; 97. Izin Operasi Kegiatan Angkutan Orang dan/atau Barang dengan Kereta Api Umum untuk Pelayanan Angkutan Antar Kota dan Perkotaan yang Lintas Pelayanannya Melebihi Satu Kabupaten/Kota dalam Satu Provinsi; 98. Izin Pembangunandan Pengadaan Kapal Berukuran Tonase Kotor Kurang dari 7 (GT <7) dan Tonase lebih dari 7 sampai dengan GT 300 (Tugas Perbantuan) yang Berlayar Hanya di Perairan Daratan (Sungai dan Danau); 99. Izin Pembangunan dan Pengadaan Kapal (Kapal Berukuran Tonase Kotor Kurang Dari GT 7 (GT < 7) yang Berlayar di Laut; Izin Pembangunandan Pengadaan Kapal Berukuran Tonase Kotor Kurang dari 7 (GT <7) yang Berlayar Hanya di Perairan Daratan (Sungai dan Danau); 101. Izin Pengoperasian Pelabuhan Khusus Regional; Izin Kegiatan Pengerukan di dalam Dlkr/Dlkp Pelabuhan Laut Regional; Ket.

10 Bidang dan Jenis Perizinan Kode Perizinan Durasi (hari kerja) 103. Izin Reklamasi di dalam Dlkr/Dlkp Pelabuhan Laut Regional; 104. Izin Kegiatan Pengerukan di Wilayah Perairan Pelabuhan Khusus Regional; Izin Kegiatan Reklamasi di Wilayah Perairan Pelabuhan Khusus Regional; 106. Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut bagi Perusahaan yang Berdomisili dan Beroperasi pada Lintas Pelabuhan Antar Kabupaten/Kota dalam Wilayah Provinsi Setempat; Izin Usaha Pelayaran Rakyat Bagi Perusahaan yang Berdomisili dan Beroperasi pada Lintas Pelabuhan Antar Kabupaten/Kota dalam Wilayah Provinsi Setempat, Pelabuhan Antar/Provinsi dan Internasional (Lintas Batas); 108. Izin Usaha Ekspedisi/Freight Forwarder; Izin Usaha Angkutan Perairan Pelabuhan; 110. Izin Usaha Prasarana Perkeretaapian Umum; 111. Izin Pembangunan Prasarana Perkeretaapian Umum; 112. Izin Operasi Prasarana Perkeretaapian Umum; 113. Izin Usaha Sarana Perkeretaapian Umum; 114. Izin Operasi Sarana Perkeretaapian Umum; 115. Izin Prinsip Pembangunan Perkeretaapian Khusus 116. Izin Pembangunan Perkeretaapian Khusus; Ket Bersifat Bersifat Bersifat Bersifat Bersifat Bersifat 117. Izin Operasi Perkeretaapian Khusus; Bersifat 118. Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (Pembukaan Kantor Cabang); Surat Keputusan; Registrasi Kartu Pengawasan; Jenis Non Izin Informasi Pengusahaan Angkutan Izin Trayek Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP); 120. Surat Keterangan Perubahan Status

11 11 Bidang dan Jenis Perizinan Kendaraan; 121. Rekomendasi Izin Trayek Lintas Provinsi/AKAP (Antar Kota Antar Provinsi)/ Rekomendasi Izin Operasi; 122. Rekomendasi Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPL/PELNAS); 123. Rekomendasi Ketinggian Bangunan di Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan; 124. Rekomendasi Pendirian Kantor Cabang Usaha Penunjang Angkutan Udara (Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara dan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara); 125. Surat Penetapan Lokasi Terminal Penumpang Tipe B; 126. Pengesahaan Rancang Bangun Terminal Penumpang Tipe B; 127. Surat Persetujuan Pengoperasian Terminal Penumpang Tipe B; 128. Rekomendasi Lokasi Pelabuhan Penyeberangan Lintas Kabupaten/Kota; 129. Rekomendasi Rencana Induk Pelabuhan Penyeberangan, Dlkr/Dlkp yang Terletak pada Jaringan Jalan Nasional dan Antar Negara serta Jaringan Jalur Kereta Api; 130. Pelaksanaan Pengukuran Kapal sampai dengan GT 300 (Kapal Berukuran Tonase Kotor sama dengan atau lebih dari 7 (GT 7) yang Berlayar Hanya di Perairan Daratan (Sungai dan Danau) Ditugaspembantuankan kepada Provinsi; 131. Penerbitan Pas Perairan Daratan (Kapal Berukuran Tonase Kotor sama dengan atau lebih dari 7 (GT 7) yang Berlayar Hanya di Perairan Daratan (Sungai dan Danau); 132. Penerbitan Sertifikat Keselamatan Kapal (Kapal Berukuran Tonase Kotor sama dengan atau lebih dari 7 (GT 7) yang Berlayar Hanya di Perairan Daratan (Sungai dan Danau); 133. Penerbitan Dokumen Pengawakan Kapal (Kapal Berukuran Tonase Kotor sama dengan atau lebih dari 7 (GT 7) yang Berlayar Hanya di Perairan Daratan Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket.

12 Bidang dan Jenis Perizinan (Sungai dan Danau); 134. Rekomendasi Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Laut Internasional Hub, Internasional dan Nasional; 135. Rekomendasi Penetapan Lokasi Pelabuhan Umum; 136. Rekomendasi Penetapan Dlkr/Dlkp Pelabuhan Laut Internasional Hub; 137. Rekomendasi Penetapan Dlkr/Dlkp Pelabuhan Laut Internasional; 138. Rekomendasi Penetapan Dlkr/Dlkp Pelabuhan Laut Nasional; 139. Rekomendasi Penetapan Pelabuhan yang Terbuka Bagi Perdagangan Luar Negeri; 140. Rekomendasi Penetapan Lokasi Bandar Udara Umum; 141. Rekomendasi Penetapan/Izin Pembangunan Bandar Udara Umum yang Melayani Pesawat Udara 30 Tempat Duduk; 142. Rekomendasi Penerbitan Izin Pembangunan Bandar Udara Khusus yang Melayani Pesawat Udara dengan Kapasitas < 30 (tiga puluh) Tempat Duduk dan Ruang Udara Disekitarnya Tidak Dikendalikan dan Terletak dalam 2 (dua) Kabupaten/Kota dalam 1 (Satu) Provinsi, sesuai dengan Batas Kewenangan Wilayahnya.Pemberitahuan Pemberian Izin Pembangunan Bandar Udara Khusus; 143. Rekomendasi Kesesuaian Rencana Terminal Khusus Dengan RTRW Provinsi; 144. Rekomendasi Persetujuan Pembangunan Prasarana Perkeretaapian Umum yang Jaringan Jalurnya Dalam Wilayah Kabupaten/Kota; 145. Rekomendasi Persetujuan Operasi Prasarana Perkeretaapian Umum yang Jaringan Jalurnya Dalam Wilayah Kabupaten/Kota; 146. Rekomendasi Persetujuan Pembangunan Perkeretaapian Khusus yang Jaringan Jalurnya Dalam Wilayah Kabupaten/Kota; Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket Bersifat Bersifat Bersifat Bersifat 147. Rekomendasi Persetujuan Bersifat

13 13 Bidang dan Jenis Perizinan Pengoperasian Perkereteapian Khusus yang Jaringan Jalurnya Dalam Wilayah Kabupaten/Kota; Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket. Bidang Ketenagakerjaan 06 Jenis Izin Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) Perpanjangan; 149. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing; Perpanjangan (IMTA-P); Pencabutan (IMTA-C); Izin Pendirian Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta Antar Kerja Lokal (LPTKS-AKL); Baru Perpanjangan Izin Pendirian Lembaga Bursa Kerja Skala Provinsi; 152. Izin Pendirian Kantor Cabang Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Skala Provinsi; 153. Izin Pendirian Kantor Cabang Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (Cabang PPTKIS); 154. Izin Lembaga Penyuluhan dan Bimbingan Jabatan Skala Provinsi; 155. Izin Terhadap Obyek Pengawasan Ketenagakerjaan Skala Provinsi; 156. Izin Tempat Penampungan Calon TKI Skala Provinsi Jenis Non Izin Rekomendasi Pendirian Lembaga Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Swasta Antar Kerja Antar Daerah (LPTKS-AKAD); 158. Rekomendasi Pengerahan/Penempatan Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Daerah (AKAD); 159. Rekomendasi Kepada Swasta dalam Pengelenggaraan Pameran Bursa Kerja/Job Fair Skala Provinsi; 160. Rekomendasi Perpanjangan Surat Izin Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Swasta (SIPPTKIS/PPTKIS);

14 14 Bidang dan Jenis Perizinan 161. Rekomendasi Terhadap Perizinan Magang ke Luar Negeri; 162. Rekomendasi Perizinan Pendirian Lembaga Penyuluhan dan Bimbingan Jabatan,; 163. Rekomendasi Terhadap Izin Operasional Tenaga Kerja Sukarela (TKS) Luar Negeri, TKS Indonesia, Lembaga Sukarela Indonesia yang akan Beroperasi Lebih dari 1 (Satu) Kabupaten/Kota dalam Satu Provinsi; 164. Rekomendasi Terhadap Izin Obyek Pengawasan Ketenagakerjaan; 165. Rekomendasi Pencabutan Izin Operasional Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket. Bidang Perindustrian dan Perdagangan 07 Jenis Izin Surat Izin Usaha Perdagangan Bahan Berbahaya (SIUP B2) Pengecer Terdaftar; Jenis Non Izin Rekomendasi Surat Izin Usaha Perdagangan Bahan Berbahaya (SIUP B2) Distributor Terdaftar (DT); 168. Rekomendasi Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUP MB) Distributor; 169. Rekomendasi Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUP MB) Sub-Distributor; 170. Rekomendasi Surat Persetujuan Perdagangan Gula antar Pulau (SPPGAP); 171. Angka Pengenal Impor Produsen (API P) 172. Angka Pengenal Impor Umum (API-U) Rekomendasi Pengakuan Pedagang Gula Antar Pulau Bidang Pendidikan 08 Jenis Izin Izin Operasional Penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa (SLB); 175. Izin Operasional Pendidikan Menengah

15 15 Bidang dan Jenis Perizinan Yang Diselenggarakan Oleh Masyarakat; Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket. Jenis Non Izin Bidang Peternakan 09 Jenis Izin Izin Membawa Hewan Kesayangan Antar Provinsi/Pulau; 177. Izin Membawa Masuk Bibit Ternak Antar Provinsi/Pulau; 178. Izin Membawa Keluar Bibit Ternak Antar Provinsi/Pulau 179. Izin Distributor Obat Hewan; Penerbitan Izin Pembangunan Laboratorium Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner di Provinsi Jawa Barat; Jenis Non Izin Rekomendasi Izin Produsen Obat Hewan; 182. Rekomendasi Importasi/Eksportasi Obat Hewan; Rekomendasi Persetujuan Pemasukan Benih dan/atau Bibit Ternak ke dalam Wilayah Negara RI; 184. Rekomendasi Persetujuan Pengeluaran Benih dan/atau Bibit Ternak ke luar Wilayah Negara RI; 185. Rekomendasi Importasi/Eksportasi Produk Pangan Asal Hewan; 186. Rekomendasi Importasi/Eksportasi Produk Hewan Non Pangan; 187. Rekomendasi Persetujuan Pemasukan dan Pengeluaran Ternak Potong ke dalam Wilayah Negara RI; 188. Rekomendasi Pendaftaran Pakan Ternak; 189. Rekomendasi Pengeluaran/ Pemasukan Produk Hewan Antar Provinsi; 190. Rekomendasi Pengeluaran/ Pemasukan Ternak Potong Antar Provinsi; Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral 10 Jenis Izin 101

16 16 Bidang dan Jenis Perizinan 191. Izin Pengeboran, Penggalian, Pemakaian dan Izin Pengusahaan Air Tanah dalam Daerah Provinsi; 192. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Mineral dan Batubara dalam Rangka Penanaman Modal dalam Negeri pada Wilayah Izin Usaha Pertambangan Daerah yang berada dalam 1 (satu) Daerah Provinsi termasuk Wilayah Laut sampai debngan 12 mil Laut; Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi; Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi; Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Khusus Pengolahan dan Pemurnian; Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Khusus Pengangkutan dan Penjualan; 193. Penerbitan Izin Usaha Jasa Pertambangan dan Surat Keterangan terdaftar dalam rangka penanaman modal dalam negeri yang kegiatan usahanya dalam 1 (satu) daerah Provinsi; 194. Penetapanan Wilayah dan Izin Usaha Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Bantuan dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri pada Wilayah Izin Usaha Pertambangan Daerah yang berada dalam 1 (satu) Daerah Provinsi termasuk Wilayah Laut sampai dengan 12 mil Laut; 195. Izin Pertambangan Rakyat untuk Komoditas Mineral Logam, Batubara, Mineral Bukan Logam dan Batuan Dalam Wilayah Pertambangan Rakyat; 196. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Khusus untuk Pengolahan dan Pemurnian dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri yang komoditas Tambangnya Berasal dari 1 (satu) Daerah Provinsi yang Sama; 197. Izin Pemanfaatan Langsung Panas Bumi Lintas Daerah Kabupaten/ Kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi; Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket Bersifat Bersifat Bersifat Bersifat Bersifat Bersifat Bersifat

17 Bidang dan Jenis Perizinan 198. Penerbitan Surat Keterangan Terdaftar Usaha Jasa Penunjang yang Kegiatan Usahanya dalam 1 (satu) Daerah Provinsi; 199. Izin usaha niaga bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain; 200. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk Kepentingan Umum dalam Daerah Provinsi; 201. Izin Operasi (IO) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri yang Fasilitas Instalasinya Dalam Daerah Provinsi; 202. Izin Pemanfaatan Jaringan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Telekomunikasi, Multimedia, dan Informatika pada Jaringan Milik Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik atau Izin Operasi yang Ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi 203. Penerbitan izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik Bagi Badan Usaha Dalam Negeri (Saham Dimiliki oleh Penanam Modal dalam Negeri) Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket Bersifat Bersifat Bersifat Bersifat Jenis Non Izin Rekomendasi Penggunaan Wilayah Kerja Kontrak Kerja Sama untuk Kegiatan Lain di luar Kegiatan Migas pada Lintas Kabupaten/Kota; 205. Rekomendasi Pendirian Gudang Bahan Peledak dalam rangka Kegiatan Usaha Migas di Daerah Operasi Daratan dan di Daerah Operasi Paling Jauh 12 (Dua Belas) Mil Laut Diukur Dari Garis Pantai ke Arah Laut Lepas dan/atau ke Arah Perairan Kepulauan; 206. Rekomendasi Penetapan Wilayah Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Badan Usaha yang Wilayah Usahanya di Dalam Daerah Provinsi; 207. Rekomendasi Izin Prinsip Pembangunan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET); Bersifat Bersifat

18 18 Bidang dan Jenis Perizinan Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Bidang Binamarga 11 Jenis Izin Izin Serah Pakai Tanah (ISPT) Ruang Milik Jalan (Rumija); 209. Izin Serah Pakai Tanah (ISPT) Tanah Jalan Diluar Ruang Milik Jalan (Rumija) Ket. Jenis Non Izin - Bidang PSDA 12 Jenis Izin Surat Izin Pemanfaatan Tanah Pemerintah Provinsi (SIPTPP-Sempadan Sungai); Baru; Perpanjangan Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air (SIPPA) Permukaan; Jenis Non Izin Bidang Komunikasi dan Informatika Jenis Izin Izin Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus untuk Keperluan Pemerintah dan Badan Hukum yang Cakupan Areanya Provinsi Sepanjang Tidak Menggunakan Spektrum Frekuensi Radio; Izin Prinsip; Izin Penyelenggaraan Izin Kantor Cabang dan Loket Pelayanan Operator; 214. Izin Usaha Jasa Titipan untuk Kantor Cabang; Baru Perpanjangan Jenis Non Izin Rekomendasi Terhadap Permohonan Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal Wireline (End To End) Cakupan Provinsi; Rekomendasi Izin Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Swasta;

19 19 Bidang dan Jenis Perizinan Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket. Bidang Pertanahan 14 Jenis Izin Izin Lokasi; Bersifat 218. Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah Bersifat untuk Kepentingan Umum Provinsi; 219. Pertimbangan dan Usulan Pencabutan dan Pembatalan Surat Keputusan Izin Lokasi; Jenis Non Izin Bersifat Bidang Sosial 15 Jenis Izin Izin Pengumpulan Uang atau Barang Skala Provinsi; 221. Penerbitan Izin Orang Tua Angkat untuk Pengangkatan Anak oleh Orang Tua Tunggal Jenis Non Izin Rekomendasi Izin Pengumpulan Uang Atau Barang Skala Nasional; Rekomendasi Izin Undian Gratis Berhadiah Bidang Pertanian 16 Jenis Izin Izin Usaha Tanaman Pangan dan Holtikultura Wilayah Provinsi; 225. Penerbitan Izin Usaha Pertanian yang Kegiatan Usahanya Lintas Daerah Kabupaten/Kota; Jenis Non Izin Bidang Pemukiman dan Perumahan 17 Jenis Izin Izin Penyelenggara Pengelolaan Bersifat Persampahan Lintas Kabupaten/Kota; 227. Izin Lokasi Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) Lintas Kabupaten/Kota; Bersifat

20 20 Bidang dan Jenis Perizinan 228. Izin Mendirikan Bangunan Berfungsi Khusus; Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket Bersifat Jenis Non Izin Rekomendasi Pengembangan Sistem Air Limbah Lintas Kabupaten/Kota, 230. Rekomendasi Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara; Bersifat Bidang Kebudayaan dan Pariwisata 18 Jenis Izin Izin Usaha Terhadap Pembuatan Film Oleh Tim Asing Skala Provinsi; 232. Izin Membawa Benda Cagar Budaya Ke Luar Provinsi Dan Antar Kabupaten / Kota; 233. Izin Survei Dan Pengangkatan Benda Cagar Budaya/Situs Di Atas 4 (Empat) Sampai Dengan 12 (Dua Belas) Mil Laut Dari Garis Pantai Atas Rekomendasi Pemerintah, 14 Hari Kerja; Registrasi Museum Dan Koleksi Di Provinsi; 235. Izin Lokasi Syuting Terhadap Pembuatan Film Oleh Tim Asing 236. Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) Jenis Non Izin Rekomendasi Pengiriman Misi Kesenian dalam rangka Kerjasama Luar Negeri Skala Provinsi; 238. Rekomendasi Pembebasan Fiskal untuk Kegiatan Misi Kesenian Indonesia ke Luar Negeri dari Provinsi Rekomendasi peningkatan bintang hotel pariwisata skala provinsi Rekomendasi izin penelitian cagar budaya 241. Rekomendasi dan/atau izin mengubah fungsi cagar budaya 242. Rekomendasi dan/atau izin pencairan cagar budaya atau yang diduga cagar budaya

21 Bidang dan Jenis Perizinan Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket. Bidang Lingkungan Hidup 19 Jenis Izin Izin Pengumpulan Limbah B3 Skala Bersifat Provinsi (Sumber Limbah Lintas Kabupaten/Kota) Kecuali Minyak Pelumas/Oli Bekas); 244. Izin Lingkungan Bagi Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki AMDAL; 245. Izin Lingkungan Bagi Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki UKL-UPL Bersifat Bersifat 246. Izin Pemanfaatan Kawasan Lindung Bersifat Jenis Non Izin Rekomendasi Izin Pengumpulan Limbah B3 Skala Nasional; 248. Rekomendasi Pemanfaatan Kawasan Lindung Bersifat Bidang Koperasi dan UMKM 20 Jenis Izin Izin Usaha Simpan Pinjam Izin Pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Kas Koperasi Simpan Pinjam Jenis Non Izin 202 Bidang Penanaman Modal 21 Jenis Izin Izin Prinsip Penanaman Modal Izin Prinsip Perluasan Izin Prinsip Perubahan Izin Prinsip Penggabungan Izin Usaha Penanaman Modal Izin Usaha Perluasan Izin Usaha Perubahan Izin Usaha Penggabungan Izin Pencabutan Izin Pembatalan Izin Pembukaan Kantor Cabang Jenis Non Izin 212 -

22 22 Bidang dan Jenis Perizinan Kode Perizinan Durasi (hari kerja) Ket. Catatan : - Digit ke-1 dan ke-2 kode perizinan adalah kode bidang perijinan. - Digit ke-3 kode perzinan adalah kode jenis perijinan : izin (1) dan non izin (2). - Digit ke-4 dan ke-5 kode perizinan adalah kode urutan perizinan dalam bidangnya. - Digit ke-6 kode perizinan adalah sifat perizinan : baru (0), perubahan (1), perpanjangan (2), registrasi/ kartu pengawasan (3), pencabutan (4). C. Jenis pelayanan perizinan dapat bertambah atau berkurang sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. D. Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada huruf c meliputi wewenang penandatanganan, durasi, mekanisme dan persyaratan.

23 23 III. MEKANISME DAN PROSEDUR PELAYANAN PERIZINAN A. BAGAN ALUR 1. Bagan Alur Pelayanan Perizinan Terpadu PERANGKAT DAERAH

24 2. Bagan Alur Pelayanan Perizinan Terpadu Bersifat 24

25 25 3. Bagan Alur Pengaduan Pelayanan Perizinan Terpadu BPMPT PERANGKAT DAERAH / APIP

26 26 B. PROSEDUR 1. Pemohon a. Melalui Kantor Badan, Gerai dan Unit Layanan Keliling Badan. 1) Pemohon mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penjelasan persyaratan, formulir perizinan, biaya dan waktu yang dibutuhkan melalui loket informasi, telepon atau diunduh (download) pada web site Badan; 2) Pemohon mengajukan permohonan perizinan ditujukan kepada Kepala Badan, kecuali untuk perizinan bersifat strategis permohonan ditujukan ke Gubernur; 3) Pemohon yang berhalangan atau tidak memungkinkan untuk mengurus perizinan, dapat diwakili oleh Kuasanya, yang dinyatakan dengan Surat Kuasa dan/atau surat tugas bermaterai cukup serta menunjukan identitas; 4) Pemohon menyampaikan formulir dan kelengkapan persyaratan ke loket pendaftaran atau media elektronik; 5) Pemohon mendapatkan tanda terima berkas pendaftaran apabila persyaratan dinyatakan lengkap; 6) Pemohon menerima Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) dari petugas Front Office untuk perizinan yang telah selesai dan dikenakan retribusi; 7) Pemohon melakukan pembayaran retribusi ke loket pembayaran yang telah disediakan atau Bank yang ditunjuk untuk perjinan yang telah selesai dan dikenakan retribusi; 8) Pemohon menerima bukti pembayaran retribusi (untuk perizinan yang dikenakan retribusi); 9) Pemohon menerima surat dokumen dan/atau naskah perizinan atau keputusan penolakan/ penangguhan permohonan yang telah ditandatangani; 10) Pemohon mengambil surat dokumen dan/atau naskah perizinan atau keputusan penolakan/ penangguhan permohonan yang telah ditandatangani ke petugas front office dengan menyertakan bukti pembayaran retribusi (untuk perizinan yang selesai dan dikenakan retribusi), resi penerimaan berkas dan syarat lainnya yang telah ditetapkan. b. Melalui Media Elektronik 1) Pemohon mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pelayanan perizinan serta penjelasan persyaratan, formulir perizinan, biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk proses penerbitan perizinan melalui telepon atau diunduh (download) pada website Badan, brosur dan media resmi lainnya yang ditetapkan Badan;

27 2) Pemohon mengajukan permohonan melalui aplikasi perizinan yang disediakan Badan; 3) Kelengkapan persyaratan diperiksa, diverifikasi dan divalidasi pada saat pelaksanaan peninjauan lapangan; 4) Pemohon menerima surat dokumen dan/atau naskah perizinan atau keputusan penolakan/ penangguhan permohonan yang telah ditandatangani melalui pos dengan biaya ditanggung pemohon atau dengan datang ke Kantor/ Gerai Badan. 5) SOP dan Jenis perizinan yang dapat dilayani melalui media elektronik ditetapkan oleh Keputusan Kepala Badan. 2. Front Office; a. Petugas Front Office memeriksa kelengkapan persyaratan sesuai dengan daftar persyaratan; b. Petugas Front Office mengembalikan berkas permohonan dan menginformasikan untuk diperbaiki/dilengkapi oleh Pemohon apabila persyaratan tidak lengkap dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku; c. Petugas Front Office memberikan tanda terima berkas pendaftaran kepada Pemohon apabila berkas telah memenuhi persyaratan dan lengkap; d. Petugas Front Office menyerahkan berkas permohonan ke petugas Back Office; e. Petugas Front Office menyerahkan surat dokumen dan/atau naskah perizinan atau keputusan penolakan/ penangguhan permohonan yang telah ditandatangani kepada pemohon; dan f. Petugas Front Office menyerahkan SKRD ke Pemohon Back Office; a. Badan dan Perangkat Daerah menetapkan jenis perizinan yang memerlukan dan tidak memerlukan pertimbangan teknis dan/atau peninjauan lapangan dengan memperhatikan prinsip akuntabilitas, penyederhanaan prosedur dan kecepatan pelayanan, yang ditetapkan dalam Keputusan Kepala Badan; b. Untuk perizinan yang tidak memerlukan Pertimbangan Teknis dari Tim Teknis, ditempuh langkah-langkah sebagai berikut : 1) Petugas Back Office melakukan verifikasi dan validasi administratif terhadap berkas permohonan; 2) Petugas Back Office membuat naskah Izin dan/atau Non Izin untuk ditandatangani oleh Kepala Badan apabila hasil verifikasi dan validasi dinyatakan lengkap dan sesuai dengan ketentuan; 3) Petugas Back Office membuat naskah penolakan atau penangguhan untuk ditandatangani oleh Kepala Badan apabila hasil verifikasi dan validasi dinyatakan tidak lengkap dan tidak sesuai dengan ketentuan;

28 4) Kepala Badan menandatangani dokumen dan/atau naskah perizinan atau keputusan penolakan/penangguhan permohonan; 5) Petugas Back Office melaksanakan penomoran dan pengarsipan surat perizinan dokumen dan atau naskah perizinan atau keputusan penolakan/penangguhan; dan 6) Petugas Back Office menyerahkan surat dokumen dan/atau naskah perizinan atau keputusan penolakan/penangguhan permohonan yang telah ditandatangani kepada petugas front office. c. Perizinan yang memerlukan Pertimbangan Teknis dari Tim Teknis, ditempuh langkah-langkah sebagai berikut : 1) Badan menyampaikan permintaan tertulis kepada Tim Teknis untuk menyusun pertimbangan teknis; 2) Petugas Back Office melakukan verifikasi dan validasi administratif terhadap berkas permohonan, yang dapat dilaksanakan di lapangan bersamaan kajian lapangan oleh Tim Teknis; 3) Untuk perizinan yang tidak bersifat strategis ditempuh langkahlangkah sebagai berikut : a) Petugas Back Office membuat rancangan dokumen dan atau naskah perizinan atau keputusan penolakan/penangguhan permohonan dan nota penjelasan kepada Kepala Badan sesuai Pertimbangan Teknis dari Tim Teknis untuk ditandatangani oleh Kepala Badan; b) Kepala Badan menandatangani dokumen dan atau naskah perizinan atau keputusan penolakan/penangguhan permohonan; 4) Untuk Perizinan yang bersifat strategis ditempuh langkah-langkah sebagai berikut : a) Kepala Badan menandatangani surat pengantar dan menyampaikan naskah/dokumen perizinan untuk ditandatangani Gubernur; b) Gubernur menandatangani naskah dokumen/surat perizinan apabila permohonan perizinan memenuhi syarat sesuai Kajian Tim Teknis; c) Kepala Badan menandatangani surat penolakan/ penangguhan perizinan sesuai Kajian Tim Teknis disertai dokumen/surat permohonan perizinan apabila permohonan ditolak/ ditangguhkan. 5) Petugas Back Office melakukan penomoran, pengarsipan dan menyampaikan tembusan surat perizinan dokumen dan atau naskah perizinan atau keputusan penolakan/penangguhan; dan 6) Petugas Back Office menyerahkan surat dokumen dan/atau naskah perizinan atau keputusan penolakan/penangguhan permohonan yang telah ditandatangani Kepala Badan kepada petugas front office. 28

29 d. Pencetakan surat dokumen dan/ atau naskah perizinan atau keputusan penolakan/ penangguhan dibuat dalam rangkap 3 (tiga) yang ditujukan untuk : Pemohon, Tembusan Perangkat Daerah terkait dan Arsip. 4. Tim Teknis a. Tim Teknis menerima permohonan pertimbangan teknis dari Badan. b. Tim Teknis dan Badan menyusun jadual untuk melakukan pembahasan dan/atau pemeriksaan lapangan dan menginformasikan kepada Pemohon melalui petugas front office; c. Tim Teknis melakukan pembahasan dan/atau pemeriksaan/ kajian lapangan bersama dengan Badan yang melakukan verifikasi dan validasi administrasi; d. Dalam proses penyusunan kajian teknis/ pertimbangan teknis, Tim Teknis dapat melakukan klarifikasi kepada pemohon; e. Tim Teknis menyusun Berita Acara Pemeriksaan atau pembahasan; f. Tim Teknis menyusun pertimbangan teknis yang dikonsultasikan dan dilaporkan kepada Kepala Perangkat Daerah yang bersangkutan yang mencakup substansi pertimbangan Teknis dan analisa kajian, kecuali untuk perizinan yang bersifat strategis; g. Tim Teknis menghitung nilai retribusi sebagai bahan penetapan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) oleh pejabat yang berwenang; h. Tim Teknis menyampaikan Pertimbangan Teknis dan SKRD kepada Badan dengan tembusan kepada Kepala Perangkat Daerah yang bersangkutan; i. Tim Teknis bertanggung jawab terhadap substansi teknis dalam penerbitan perijinan. j. Dalam hal perizinan bersifat strategis, maka pembahasan dan/atau penyusunan kajian teknis/ pertimbangan teknis dapat dilakukan dengan melibatkan lembaga/ instansi terkait sesuai bidangnya, serta dapat berkoordinasi dengan Asisten Sekretaris Daerah sesuai lingkup bidang tugasnya. 5. Penandatangan Naskah Perizinan a. Gubernur menandatangani Naskah perizinan bersifat strategis; b. Kepala Badan menandatangani setiap naskah surat perizinan, termasuk perizinan bersifat strategis yang telah dilimpahkan penandatanganannya sesuai ketentuan perundang-undangan; c. Kepala Badan atas perintah dan/atau penugasan tertulis dari Gubernur menandatangani perizinan strategis apabila Gubernur berhalangan karena penugasan dan/atau kepentingan lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; d. Apabila Kepala Badan berhalangan sementara karena kepentingan lainnya, penandatanganan perizinan dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur sesuai ketentuan peraturan perundangundangan; 29

30 e. Apabila Kepala Badan berhalangan sementara karena penugasan, penandatanganan perizinan dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Badan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; f. Penandatanganan perizinan dapat dilakukan secara elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; g. Kepala Badan dapat melimpahkan kewenangan penandatangan jenis perizinan tertentu yang bersifat daftar ulang atau merupakan turunan dari suatu ijin kepada pejabat yang menangani perizinan; h. Kepala Badan menandatangani naskah perizinan setelah diparaf oleh Kepala Bidang atau Pejabat yang ditunjuk, yang ditempatkan di sebelah kanan nama jabatan Kepala Badan. i. Untuk perizinan bersifat strategis, pemrosesan dan penerbitan perizinan dilakukan oleh Badan dan penandatanganannya dilakukan oleh Gubernur, dengan pemarafan sebagai berikut: 1) paraf Kepala Badan dan Asisten Sekretaris Daerah sesuai lingkup bidang tugasnya, ditempatkan di sisi sebelah kiri nama jabatan Gubernur; 2) paraf Sekretaris Daerah ditempatkan di sebelah kanan, sejajar nama jabatan Gubernur; dan 3) tata urutan pemarafan selalu dimulai dari Kepala Badan, Asisten Sekretaris Daerah sesuai lingkup bidang tugasnya dan Sekretaris Daerah. j. Penandatanganan perizinan bersifat strategis merujuk pada hasil kajian komprehensif dengan pihak terkait untuk melihat dampak terhadap lingkungan hidup, konservasi, pemanfaatan penataan ruang Provinsi, kehidupan sosial dan kesejahteraan masyarakat Penangguhan Perizinan a. Permohonan perizinan dapat ditangguhkan dikarenakan : 1) hasil validasi menyatakan bahwa berkas belum memenuhi persyaratan administrasi; dan 2) hasil Pertimbangan Teknis oleh Tim Teknis belum memenuhi persyaratan untuk diterbitkannya perizinan. b. Permohonan perizinan yang ditangguhkan, dapat diajukan kembali apabila kekurangan permohonan telah terpenuhi. c. Surat Penangguhan perizinan ditandatangani oleh Kepala Badan untuk perizinan yang bersifat strategis. d. Surat Penangguhan perizinan ditandatangani oleh Kepala Bidang Pelayanan Perizinan untuk perizinan umum.

31 31 7. Penolakan Perizinan a. Permohonan perizinan dapat ditolak dikarenakan : 1) hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa berkas tidak memenuhi persyaratan administrasi; dan 2) hasil Pertimbangan Teknis oleh Tim Teknis tidak memenuhi persyaratan untuk diterbitkannya perizinan. b. Surat penolakan perizinan disertai alasan penolakan berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan. c. Surat penolakan perizinan ditandatangani oleh Kepala Badan atau pebat yang ditunjuk Kepala Badan. d. Surat Penolakan perizinan ditandatangani oleh Kepala Badan untuk perizinan yang bersifat strategis. e. Surat Penolakan perizinan ditandatangani oleh Kepala Bidang Pelayanan Perizinan untuk perizinan umum. 8. Pencabutan Perizinan a. Perizinan yang sudah diterbitkan dapat dicabut dikarenakan : 1) Permintaan pencabutan dari pemegang perizinan; dan 2) Adanya pelanggaran sesuai ketentuan peraturan perundangundangan, yang diketahui berdasarkan hasil pengawasan, pertimbangan teknis dan kajian lapangan yang dilaksanakan oleh Badan dan/atau Perangkat Daerah teknis terkait. b. Perangkat Daerah yang mempunyai fungsi pengawasan dan pengendaliaan mengusulkan pencabutan perizinan apabila menemukan adanya pelanggaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Keputusan pencabutan perizinan ditandatangani oleh Gubernur atau Kepala Badan sesuai kewenangan. 9. Koreksi/ Revisi Naskah Dokumen Perizinan a. Pemegang perizinan dapat mengajukan permohonan koreksi atau revisi apabila terjadi kekeliruan penulisan/pengetikan data/informasi di dalam naskah perizinan sebagaimana permohonan perizinan yang diajukan dan telah disetujui. b. Pengajuan koreksi/ revisi, dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut : 1) Pemohon mengisi formulir permohonan koreksi atau revisi naskah dokumen perizinan, dengan melampirkan bukti-bukti kekeliruan/kesalahan penulisan dalam naskah dokumen perizinan kepada petugas front office;

32 2) Petugas front office mencatat dan memberikan tanda bukti penerimaan dan segera meneruskan kepada petugas back office untuk dilakukan validasi berkas yang selanjutnya dilakukan perbaikan; 3) Petugas back office menyerahkan hasil koreksi atau revisi naskah dokumen perizinan yang sudah disyahkan ke petugas front office; 4) Petugas front office menyerahkan hasil koreksi atau revisi naskah dokumen perizinan yang sudah disyahkan ke Pemegang perizinan. c. Koreksi/ revisi naskah perizinan dilakukan dengan menerbitkan naskah perubahan yang ditandatangani oleh Gubernur atau Kepala Badan sesuai kewenangannya Legalisasi dan Duplikat/Salinan Naskah Dokumen Perizinan a. Pemegang perizinan dapat mengajukan permohonan legalisir rekaman/ copy dokumen perizinan yang telah diterbitkan dengan mekanisme sebagai berikut : 1) Permohonan legalisir disampaikan kepada Petugas front office dengan melampirkan/ menunjukkan dokumen perizinan yang asli. 2) Petugas front office mencatat dan memberikan tanda bukti penerimaan dan segera meneruskan kepada petugas back office untuk dilakukan validasi berkas yang selanjutnya dilakukan perbaikan; 3) Petugas back office menyerahkan hasil legalisir naskah dokumen perizinan yang sudah disyahkan ke petugas front office; 4) Legalisir dilaksanakan oleh Kepala Badan atau Pejabat yang ditunjuk dengan disertai stempel Badan 5) Petugas front office menyerahkan hasil legalisir naskah dokumen perizinan yang sudah disyahkan ke pemohon. b. Pemegang perizinan dapat mengajukan permohonan duplikat/salinan naskah dokumen perizinan apabila naskah dokumen perizinan hilang atau rusak, dengan mekanisme sebagai berikut : 1) Permohonan duplikat/salinan naskah dokumen perizinan disampaikan melalui petugas front office dengan melampirkan surat pernyataan kehilangan dari pemohon, surat keterangan kehilangan dari Kepolisian serta bukti pengumuman kehilangan yang dimuat pada koran atau media cetak. 2) Petugas front office meneruskan permohonan kepada petugas back office untuk dilakukan verifikasi/validasi; 3) Petugas back office untuk dilakukan verifikasi/validasi, dengan ketentuan :

33 a) Untuk permohonan tidak memenuhi persyaratan dan/atau diragukan kebenarannya, Badan dapat melakukan penolakan terhadap permohonan yang bersangkutan; dan b) Untuk permohonan yang memenuhi persyaratan, Badan menerbitkan duplikat/salinan naskah dokumen perizinan. 4) Petugas back office menyerahkan duplikat/salinan naskah dokumen perizinan yang sudah disyahkan ke petugas front office; 5) Petugas front office menyerahkan duplikat/salinan naskah dokumen perizinan yang sudah disyahkan ke pemohon. 6) Duplikat/salinan disyahkan oleh Kepala Badan atau Pejabat yang ditunjuk dengan disertai stempel Badan kecuali untuk perizinan yang bersifat strategis. 7) Dalam hal Dokumen perizinan yang hilang ditemukan kembali, dokumen tersebut dinyatakan tidak berlaku Perpanjangan a. Pemohon mengajukan perpanjangan perizinan yang akan berakhir masa berlakunya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; b. Permohonan perpanjangan dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum habis masa berlakunya. c. Pengajuan permohonan perpanjangan perizinan yang diajukan setelah habis masa berlakunya, akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. d. Untuk tanggal perpanjangan yang bertepatan dengan hari libur nasional, perpanjangan atau daftar ulang dilakukan pada hari kerja berikutnya. 12. Daftar Ulang a. Pemohon mengajukan daftar ulang perizinan yang masih berlaku dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. b. Permohonan daftar ulang dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum habis masa berlakunya. c. Untuk tanggal daftar ulang yang bertepatan dengan hari libur nasional, perpanjangan atau daftar ulang dilakukan pada hari kerja berikutnya.

34 Pengaduan a. Pemohon dapat menyampaikan pengaduan dalam hal penyelenggaraan pelayanan perizinan oleh Badan, tidak dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Pengaduan dapat dilakukan secara lisan dan/atau tulisan melalui media yang disediakan oleh Badan, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak pemohon menerima pelayanan perizinan; c. Pengaduaan yang disampaikan lebih dari 30 (tiga puluh) dapat diperlakukan sebagai saran/ masukan/ permohonan baru/ koreksi/ revisi. d. Badan wajib menanggapi dan menindaklanjuti pengaduan secara cepat, tepat dan memberikan jawaban, paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya pengaduan; e. Pemohon mengisi data pengaduan yang dapat disampaikan melalui : 1) loket pengaduan; 2) telephon; 3) Media elektronik/ Aplikasi Pengaduan. f. Petugas menindaklanjuti pengaduan dengan melakukan langkahlangkah sebagai berikut : 1) Pencatatan pengaduan yang setidaknya meliputi identitas pelapor/yang mengadukan dan objek/materi pengaduan. 2) Pengaduan yang tidak disertai dengan identitas pelapor/ yang mengadukan atau objek/materi pengaduan diperlakukan sebagai saran atau masukan. 3) Menelaah dan mengelompokan pengaduan berdasarkan : a) Bidang/ Sektor/ Jenis Perijinan b) Jenis masalah yang dikelompokan sesuai komponen/unsur didalam Standar Pelayanan/SOP/lainnya, diantaranya : Persyaratan; Sistem, mekanisme, dan prosedur; Jangka waktu penyelesaian; Biaya/tarif; Produk pelayanan; Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas; Kompetensi pelaksana; dll. 4) Langkah-langkah penelaahan materi pengaduan masyarakat meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a) Merumuskan inti masalah yang diadukan; b) Menghubungkan materi pengaduan dengan SP/SOP/peraturan yang relevan: c) Memeriksa dokumen dan/atau informasi yang pernah ada dalam kaitannya dengan materi pengaduan yang baru diterima; d) Merumuskan rencana penanganan atau langkah-- langkah yang diperlukan, seperti: klarifikasi, konfirmasi, penelitian atau pemeriksaan, investigasi untuk membuktikan kebenaran materi pengaduan. e) Melakukan klarifikasi, konfirmasi, penelitian atau

STANDAR PELAYANAN YANG TERKAIT DENGAN PROSES PENYAMPAIAN PELAYANAN (SERVICE DELIVERY)

STANDAR PELAYANAN YANG TERKAIT DENGAN PROSES PENYAMPAIAN PELAYANAN (SERVICE DELIVERY) 1 STANDAR PELAYANAN YANG TERKAIT DENGAN PROSES PENYAMPAIAN PELAYANAN (SERVICE DELIVERY) A. Persyaratan Persyaratan perizinan baik administrasi maupun teknis mengacu kepada peraturan perundangan yang dikeluarkan

Lebih terperinci

SEKTOR LAYANAN PERIZINAN BPMPT PROVINSI JAWA BARAT

SEKTOR LAYANAN PERIZINAN BPMPT PROVINSI JAWA BARAT SEKTOR LAYANAN PERIZINAN BPMPT PROVINSI JAWA BARAT Bidang dan Jenis Bidang Perkebunan 01 Jenis Izin 011 1. Izin Usaha Perkebunan (IUP); 011010 4 7 3 Tidak Ada Izin 2. Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK DINAS PENANAMAN MODAL DAN PTSP PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

DAFTAR INFORMASI PUBLIK DINAS PENANAMAN MODAL DAN PTSP PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DAFTAR INFORMASI PUBLIK DINAS PENANAMAN MODAL DAN PTSP PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIDANG PELAYANAN PERIZIANAN TERPADU NO 1 DIUMUMKAN SECARA BERKALA DIUMUMKAN SECARA SERTA MERTA DOKUMENTASI DAN

Lebih terperinci

NO. BIDANG JENIS IZIN / NON IZIN

NO. BIDANG JENIS IZIN / NON IZIN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG TAHUN PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I: PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2015

LAMPIRAN I: PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2015 LAMPIRAN I: PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2015 PROVINSI : NUSA TENGGARA TIMUR SKPD : KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU (KPPTSP ) PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU GUBERNUR JAWA BARAT, Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG DARI GUBERNUR KEPADA KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 Tahun 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 Tahun 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 Tahun 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik di

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR

Lebih terperinci

(Jalan Ahmad Marzuki Pontianak)

(Jalan Ahmad Marzuki Pontianak) LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR NO. 13 TAHUN 2017 BIDANG DAN JENIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN YANG DILIMPAHKAN KEWENANGAN PENANDATANGANAN PENERBITAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN KEPADA DINAS PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2014 TENTANG KEWENANGAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN PADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA UTARA

GUBERNUR SUMATERA UTARA GUBERNUR SUMATERA UTARA PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN PELAYANAN PERIJINAN KEPADA BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN

Lebih terperinci

RAPAT TINDAK LANJUT PENYUSUNAN PERSYARATAN, TIM TEKNIS DAN STANDAR PELAYANAN

RAPAT TINDAK LANJUT PENYUSUNAN PERSYARATAN, TIM TEKNIS DAN STANDAR PELAYANAN RAPAT TINDAK LANJUT PENYUSUNAN PERSYARATAN, TIM TEKNIS DAN STANDAR PELAYANAN Maksud dan Tujuan. Menyamakan persepsi dan membuat kesepakatan dalam rangka percepatan penyusunan : a. Keputusan Kepala Badan

Lebih terperinci

SEKILAS BPPT PROVINSI JAWA BARAT BANDUNG, 2013

SEKILAS BPPT PROVINSI JAWA BARAT BANDUNG, 2013 SEKILAS BPPT PROVINSI JAWA BARAT BANDUNG, 2013 Bogor, 9-11 Juli 2012 Dasar Hukum Dasar Hukum Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat UU No. 32 Th. 2004 ttg Pemerintah Daerah ;

Lebih terperinci

G U B E R N U R L A M P U N G

G U B E R N U R L A M P U N G G U B E R N U R L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR G / 611 / IV.03 / HK / 2008 TENTANG PEMBENTUKAN TIM TEKNIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN SEKRETARIAT UNIT PELAYANAN TERPADU PERIZINAN PROVINSI

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 570-8 - 2013 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PENANDATANGANAN PERIZINAN DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 317 TAHUN

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 317 TAHUN BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 317 TAHUN 2013 2012 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG BUPATI KEPADA KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU DALAM PENYELENGGARAAN PERIZINAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

REKAPITULASI PERIZINAN & NON PERIZINAN (Bulan Januari s/d Desember 2016)

REKAPITULASI PERIZINAN & NON PERIZINAN (Bulan Januari s/d Desember 2016) REKAPITULASI PERIZINAN & NON PERIZINAN (Bulan Januari s/d Desember 2016) Sesuai Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2013 NO SEKTOR JENIS PERIZINAN / NON PERIZINAN RENCANA 1 Penanaman Modal 1. Izin Prinsip

Lebih terperinci

SEKILAS BPPT PROVINSI JAWA BARAT BANDUNG, 2013

SEKILAS BPPT PROVINSI JAWA BARAT BANDUNG, 2013 SEKILAS BPPT PROVINSI JAWA BARAT BANDUNG, 2013 Bogor, 9-11 Juli 2012 PROFILE BPPT PROV JABAR Dasar Hukum Dasar Hukum Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat UU No. 32 Th. 2004

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBENUR NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA/PROSEDUR PENERBITAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI BALI GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN

GUBERNUR SULAWESI SELATAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 2076/X/TAHUN 2016 TENTANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN PENANDATANGANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN KEPADA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) - 35-7. BIDANG PERHUBUNGAN 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan kabupaten 2. Pemberian izin penyelenggaraan

Lebih terperinci

JENIS PERIZINAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL

JENIS PERIZINAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL LAMPIRAN I KEPUTUSAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR : 503-484 TAHUN 2015 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN GUBERNUR KEPADA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 25 TAHUN 2012

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 25 TAHUN 2012 PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU BIDANG PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas

Lebih terperinci

Pedoman dan penetapan tata cara penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan.

Pedoman dan penetapan tata cara penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan. G. PEMBAGIAN URUSAN BIDANG PERHUBUNGAN - 135-1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Pedoman dan penetapan tata cara penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. NOMOR l& TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. NOMOR l& TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN p GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR l& TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMOHON FRONT OFFICE BACK OFFICE KEPALA BKPM & PT

PEMOHON FRONT OFFICE BACK OFFICE KEPALA BKPM & PT SOP PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) BKPMPT PROVINSI NTB BKPM PEMOHON FRONT OFFICE BACK OFFICE KEPALA BKPM & PT PERYARATAN PERMOHONAN VERIFIKASI/ VALIDASI SPIPISE : Input Data Perizinan Penyusunan Output

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 1 TAHUN 2017

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 1 TAHUN 2017 GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI GORONTALO TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 20 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN DARI BUPATI TANGGAMUS KEPADA KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERIZINAN USAHA DI BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KETENAGALISTRIKAN

Lebih terperinci

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan 2. Pemberian

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATUNAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU Menimbang

Lebih terperinci

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan daerah. 2.

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 19 TAHUN 2015

BUPATI PULANG PISAU PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 19 TAHUN 2015 1 BUPATI PULANG PISAU PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PENERBITAN DAN PENANDATANGANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, ' ' GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 215 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNURJAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 21 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN

Lebih terperinci

JENIS PERIJINAN DAN NON PERIJINAN YANG DI LAYANI PTSP. Sesuai dengan Perda No.7 /2011 dan Peraturan Gubernur No.25 /2012

JENIS PERIJINAN DAN NON PERIJINAN YANG DI LAYANI PTSP. Sesuai dengan Perda No.7 /2011 dan Peraturan Gubernur No.25 /2012 JENIS PERIJINAN DAN NON PERIJINAN YANG DI LAYANI PTSP Sesuai dengan Perda No.7 /2011 dan Peraturan Gubernur No.25 /2012 No Bidang Jenis Pelayanan Perizinan 1 2 3 Penanaman Modal Izin Prinsip Penanaman

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DARI BUPATI KEPADA KEPALA DINAS PENANAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70 TAHUN 1996 (70/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/107; TLN PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH,, DAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi - 2-3. 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR

BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbil'Alamin serta mengucapkan puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi atas rahmat dan hidayah-nya, kami dapat menyelesaikan Buku Laporan Evaluasi Penyelenggaraan

Lebih terperinci

Melaksanakan Urusan Pemerintah di Bidang Perhubungan, Komunikasi dan Informatika berdasarkan azas Otonomi dan Tugas Pembantuan

Melaksanakan Urusan Pemerintah di Bidang Perhubungan, Komunikasi dan Informatika berdasarkan azas Otonomi dan Tugas Pembantuan PROFIL DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR Sesuai dengan Peraturan Daerah Tanah Datar Nomor: 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

RINCIAN KEWENANGAN PEMERINTAH YANG DILIMPAHKAN KEPADA DEWAN KAWASAN SABANG

RINCIAN KEWENANGAN PEMERINTAH YANG DILIMPAHKAN KEPADA DEWAN KAWASAN SABANG RINCIAN KEWENANGAN PEMERINTAH YANG DILIMPAHKAN KEPADA DEWAN KAWASAN SABANG LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 TAHUN 2010 TANGGAL : 20 Desember 2010 1. Perdagangan 1) Penerbitan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN DIBIDANG PERIZINAN DAN NON PERIZINAN KEPADA KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA 1 GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPALA DINAS BIDANG PENDIDIKAN DASAR SEKSI PENGEMBANGAN DATA PENDIDIKAN SEKSI TAMAN KANAK-KANAK SEKSI SEKOLAH MENENGAH ATAS SEKSI SEKOLAH DASAR

KEPALA DINAS BIDANG PENDIDIKAN DASAR SEKSI PENGEMBANGAN DATA PENDIDIKAN SEKSI TAMAN KANAK-KANAK SEKSI SEKOLAH MENENGAH ATAS SEKSI SEKOLAH DASAR LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH UMUM, PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PENDIDIKAN DASAR PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. No.1366, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 7/2017 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN DARI WALIKOTA KEPADA KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 64 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PADA BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 64 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PADA BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PADA BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN KEPADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN ACEH TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI ROTE NDAO PERATURAN BUPATI ROTE NDAO NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ROTE NDAO PERATURAN BUPATI ROTE NDAO NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ROTE NDAO PERATURAN BUPATI ROTE NDAO NOMOR TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERIZINAN PADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN ROTE NDAO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 T E N T A N G

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 T E N T A N G BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMASI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PADA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PADA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PADA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : Mengingat a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 82 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 82 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERHUBUNGAN DAN LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG . BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan jumlah,

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO 1 PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik memiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 2 0 T A H U N TANGGAL :

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 2 0 T A H U N TANGGAL : STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH PENDIDIKAN TK DAN SD PENDIDIKAN SMP DAN SM TENAGA PENDIDIKAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PENGAJARAN TK DAN SD PENGAJARAN SMP DAN SM TENAGA

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa potensi

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

-2- Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Un

-2- Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Un pas GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH. PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 10 "A TAI-lUri c2.017 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH. PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 10 A TAI-lUri c2.017 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 10 "A TAI-lUri c2.017 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DAN NONPERIZINAN YANG MENJADI URUSAN PEMERINTAH DAERAH KEPADA DINAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut No.210, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Berusaha. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN TOLITOLI

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU DINAS PENDIDIKAN PROGRAM UMUM PENDIDIKAN DASAR PENDIDIKAN MENENGAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN FORMAL

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan jumlah,

Lebih terperinci