LAPORAN PELAYANAN PERIZINAN DI GERAI TRIWULAN PERTAMA 2013 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROV. JABAR. April 2013
|
|
- Hartanti Darmali
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN PELAYANAN PERIZINAN DI GERAI TRIWULAN PERTAMA 2013 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROV. JABAR April 2013
2 LAPORAN PELAYANAN PERIZINAN DI GERAI TRIWULAN PERTAMA 2013 (Januari Maret) 1. Pelayanan Perizinan di Gerai Data perizinan yang mengajukan permohonan melalui gerai adalah sebagaimana table 1 dibawah. NO KODE JENIS PERIZINAN SEKTOR BOGOR CIREBON GARUT PURWA KARTA TOTAL 1 I.4 SIPI Perikanan I.28.a Perpanjangan Izin AKDP Perhubungan I.28.b Perubahan Izin AKDP Perhubungan I.30 Izin Insidentil Perhubungan I.72 BAH Peternakan I.76 ISPT-PP PSDA I.77 ISPT Bina Marga I.78 SIPPA ESDM I.97b IP2M Kartu Pengawasan AKDP Penanaman Modal NI 22 Perhubungan NI.67 BAH Peternakan TOTAL % 75,47% 19,51% 2,91% 2,11% 100,0 Tabel 1 : Data Perizinan Yang Mengajukan ke Gerai a. Jenis perizinan yang diajukan pemohon ke Gerai meliputi 10 jenis perizinan yang dikelompokan kepada 7 bidang/sektor perizinan yaitu : Sektor Perhubungan : Izin Trayek AKDP (perpanjangan, perubahan), Izin Insidentil, Kartu Pengawasan. Sektor Perikanan : SIPI Sektor Peternakan : Izin Bahan Asal Hewan, Rekomendasi Bahan Asal Hewan Sektor PSDA : ISPT (Ijin Serah Pakai Tanah) di Bantaran Sungai Sektor Bina Marga : ISPT (Ijin Serah Pakai Tanah) di jalan Provinsi Sektor ESDM : SIPPA Sektor Penanaman Modal : Izin Prinsip Penanaman Modal (IP2M) b. Jumlah permohonan perizinan ke Gerai selama triwulan pertama adalah sebanyak 2470 permohonan. Diantara 4 Gerai pelayanan perizinan di BPPT Provinsi Jawa Barat, Gerai Bogor paling banyak penerima permohonan dengan jumlah 1864 permohonan atau 75,47 % dari total KOORDINATOR GERAI, BAG. TU, BPPT JABAR I/2013 Page 2
3 jumlah permohonan di Gerai, sedangkan Gerai Purwakarta menerima permohonan terkecil yaitu sebanyak 52 permohonan atau 2,11 %. 2. Pelayanan Perizinan di Gerai Bogor Data jumlah permohonan perizinan yang disampaikan melalui Gerai Bogor adalah sebagaimana tabel 2.1 dibawah. Kode Jenis Bidang Januari Pebruari Maret Total % I.28.a Perpanjangan Izin AKDP Perhubungan ,4% I.28.b Perubahan Izin AKDP Perhubungan ,2% I.30 Izin Insidentil Perhubungan ,1% I.72 BAH Peternakan ,2% I.76 ISPT-PP PSDA ,1% I.77 ISPT Bina Marga ,1% I.78 SIPPA ESDM ,1% I.97b IP2M Penanaman Modal ,1% NI 22 Kartu Pengawasan AKDP Perhubungan ,7% NI.67 BAH Peternakan ,1% Total , Tabel 2.a : Data Perizinan Yang Masuk Ke Gerai Bogor a. Jenis perizinan yang diajukan pemohon ke Gerai Bogor meliputi 9 jenis perizinan yang dikelompokan kepada 6 bidang/sektor perizinan yaitu : Sektor Perhubungan : Izin Trayek AKDP (perpanjangan, perubahan), Izin Insidentil, Kartu Pengawasan. Sektor Peternakan : Izin Bahan Asal Hewan, Rekomendasi Bahan Asal Hewan Sektor PSDA : ISPT (Ijin Serah Pakai Tanah) di Bantaran Sungai Sektor Bina Marga : ISPT (Ijin Serah Pakai Tanah) di jalan Provinsi Sektor ESDM : SIPPA Sektor Penanaman Modal : Izin Prinsip Penanaman Modal (IP2M) b. Jumlah permohonan perizinan ke Gerai Bogor selama triwulan pertama adalah sebanyak 1864 perijinan atau rata-rata perbulannnya adalah sebanyak 621 perijinan. c. Perijinan sektor Perhubungan yang paling diajukan ke Gerai Bogor yaitu sebanyak 1854 atau 99,5 % dari total, sedangkan sisanya 0,5 % adalah pengajuan jenis perizinan lainnya. KOORDINATOR GERAI, BAG. TU, BPPT JABAR I/2013 Page 3
4 d. Pemohon yang mengajukan perizinan ke Gerai Bogor berasal dari Kota/Kabupaten di wilayah Bogor yang meliputi : Kota/ Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota/Kabupaten Bekasi, Kota/ Kabupaten Sukabumi dan Kab. Cianjur. Namun demikian, juga terdapat permohonan yang berasal dari Kota Bandung sebayak 1 orang yang mengajukan permohonan perizinan penanaman modal. e. Pemohon yang berdomisili di Kab. Bogor adalah pemohon terbanyak yang mengajukan ke Gerai Bogor yaitu sebanyak 538 atau 28,9 %, sedangkan yang terkecil yaitu berasal dari Kota Bandung sebanyak 1 permohonan. Data domisili asal pemohon adalah sebagaimana tabel 2.b dibawah : KOTA/ KAB Januari Pebruari Maret Total % Kab. Bogor ,9% Kota Bogor ,8% Kota Depok ,7% Kab. Bekasi , Kota Bekasi ,1% Kab. Sukabumi ,1% Kota Sukabumi ,2% Kab. Cianjur ,2% Kota Bandung ,1% TOTAL , Tabel 2.b : Domisili Asal Pemohon Perizinan di Gerai Bogor f. Durasi waktu penyelesaian perpanjangan/perubahan perizinan Izin Trayek AKDP yang melalui Gerai Bogor melewati durasi waktu standarnya sehingga menjadi rata-rata 25 hari kalender (19 hari kerja)dari seharusnya 14 hari kerja, demikian juga dengan waktu penyelesaian permohonan perubahan izin AKDP melewati standar waktu yang ditetapkan dari seharusnya 14 hari akan tetapi realisasi durasi rataratanya adalah 27 hari kalender (21 hari kerja). Kode Jenis Perijinan DURASI WAKTU PENYELESAIAN RATA-RATA Januari Pebruari Maret Standar I.28.a Perpanjangan Izin AKDP I.28.b Perubahan Izin AKDP TNI 22 Kartu Pengawasan AKDP abel 2.c : Durasi Waktu Pelayanan Perizinan di Gerai Bogor KOORDINATOR GERAI, BAG. TU, BPPT JABAR I/2013 Page 4
5 3. Pelayanan Perizinan di Gerai Cirebon Data jumlah permohonan perizinan yang disampaikan melalui Gerai Cirebon adalah sebagaimana tabel 3.1 dibawah. Kode Jenis Bidang Januari Pebruari Maret Total % I.4 SIPI Perikanan ,2% I.28.a Perpanjangan Izin AKDP Perhubungan ,8% I.28.b Perubahan Izin AKDP Perhubungan ,2% I.77 ISPT Bina Marga ,4% NI 22 Kartu Pengawasan AKDP Perhubungan ,5% Total , Tabel 3.a : Data Perizinan Yang Masuk Ke Gerai Cirebon a. Jenis perizinan yang diajukan pemohon ke Gerai Cirebon meliputi 4 jenis perizinan yang dikelompokan kepada 3 bidang/sektor perizinan yaitu : Sektor Perhubungan : Izin Trayek AKDP (perpanjangan, perubahan), Izin Insidentil, Kartu Pengawasan. Sektor Bina Marga : ISPT (Ijin Serah Pakai Tanah) di jalan Provinsi. Sektor Perikanan : SIPI (Surat Ijin Pengkapan Ikan) b. Jumlah permohonan perizinan ke Gerai Cirebon selama triwulan pertama adalah sebanyak 482 perijinan atau rata-rata perbulannnya adalah sebanyak 160 perijinan. c. Perijinan sektor Perhubungan yang paling diajukan ke Gerai Cirebon yaitu sebanyak 460 atau 95,4 % dari total, sedangkan sisanya 4,6 % adalah pengajuan jenis perizinan lainnya. d. Pemohon yang mengajukan perizinan ke Gerai Cirebon berasal dari Kota/Kabupaten di wilayah Ciayumajakuning yang meliputi : Kota/ Kabupaten Cirebon, Kab. Indramayu, Kabupaten Kuningan dan Kab. Majalengka. Namun demikian, juga terdapat permohonan yang berasal dari Kab. Ciamis sebayak 16 permohonan. e. Pemohon yang berdomisili di Kab. Cirebon adalah pemohon terbanyak yang mengajukan ke Gerai Cirebon yaitu sebanyak 239 atau 49,59 %, sedangkan yang terkecil yaitu berasal dari Kab. Ciamis sebayak 16 permohonan. KOORDINATOR GERAI, BAG. TU, BPPT JABAR I/2013 Page 5
6 Data domisili asal pemohon adalah sebagaimana tabel 3.b dibawah : KOTA/ KAB Januari Pebruari Maret Total % Kab. Cirebon ,59% Kota Cirebon ,11% Kab. Indramayu ,96% Kab. Kuningan ,19% Kab. Majalengka ,84% Kab. Ciamis ,32% Total ,0 Tabel 3.b : Domisili Asal Pemohon Perizinan di Gerai Cirebon g. Durasi waktu penyelesaian perpanjangan/perubahan perizinan Izin Trayek AKDP yang melalui Gerai Cirebon melewati durasi waktu standarnya sehingga menjadi rata-rata 26 hari kalender (20 hari kerja) dari seharusnya 14 hari kerja, demikian juga dengan waktu penyelesaian permohonan perubahan izin AKDP melewati standar waktu yang ditetapkan dari seharusnya 14 hari akan tetapi realisasi durasi rataratanya adalah 23 hari kalender (17 hari kerja). Kode Jenis Perijinan DURASI WAKTU PENYELESAIAN RATA-RATA Januari Pebruari Maret Standar I.28.a Perpanjangan Izin AKDP I.28.b Perubahan Izin AKDP NI 22 Kartu Pengawasan AKDP Tabel 3.c : Durasi Waktu Pelayanan Perizinan di Gerai Cirebon 4. Pelayanan Perizinan di Gerai Garut Data jumlah permohonan perizinan yang disampaikan melalui Gerai Garut adalah sebagaimana tabel 4.1 dibawah. Kode Jenis Bidang Januari Pebruari Maret Total % I.28.a Perpanjangan Izin AKDP Perhubungan ,6% I.28.b Perubahan Izin AKDP Perhubungan ,3% I.76 ISPT-PP PSDA ,6% I.77 ISPT Bina Marga , NI 22 Kartu Pengawasan AKDP Perhubungan ,6% Total , Tabel 4.a : Data Perizinan Yang Masuk Ke Gerai Garut KOORDINATOR GERAI, BAG. TU, BPPT JABAR I/2013 Page 6
7 a. Jenis perizinan yang diajukan pemohon ke Gerai Garut meliputi 4 jenis perizinan yang dikelompokan kepada 3 bidang/sektor perizinan yaitu : Sektor Perhubungan : Izin Trayek AKDP (perpanjangan, perubahan), Izin Insidentil, Kartu Pengawasan. Sektor Bina Marga : ISPT (Ijin Serah Pakai Tanah) di jalan Provinsi. Sektor PSDA: ISPT (Ijin Serah Pakai Tanah) di bantaran sungai. b. Jumlah permohonan perizinan ke Gerai Garut selama triwulan pertama adalah sebanyak 72 perijinan atau rata-rata perbulannnya adalah sebanyak 24 perijinan. c. Perijinan sektor Perhubungan yang paling diajukan ke Gerai Garut yaitu sebanyak 68 atau 94,4 % dari total, sedangkan sisanya 5,6 % adalah pengajuan jenis perizinan lainnya. d. ZPemohon yang mengajukan perizinan ke Gerai Garut berasal dari Kabupaten Garut, Kab. Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis dan Kota/Kab. Bandung. e. Pemohon yang berdomisili di Kab. Garut adalah pemohon terbanyak yang mengajukan ke Gerai Garut yaitu sebanyak 51 atau 70,83%, sedangkan yang terkecil yaitu berasal dari Kota dan Kab. Bandung sebayak 2 permohonan. Data domisili asal pemohon adalah sebagaimana tabel 4.b dibawah : KOTA/ KAB Januari Pebruari Maret Total % Kab. Garut ,83% Kab. Tasikmalaya ,44% Kab. Ciamis ,17% Kab. Bandung ,78% Kota Bandung ,78% TOTAL ,0 Tabel 4.b : Domisili Asal Pemohon Perizinan di Gerai Garut f. Durasi waktu penyelesaian perpanjangan/perubahan perizinan Izin Trayek AKDP yang melalui Gerai Garut melewati durasi waktu standarnya sehingga menjadi ratarata 21 hari kalender (15 hari kerja) dari seharusnya 14 hari kerja, demikian juga dengan waktu penyelesaian permohonan perubahan izin AKDP melewati standar waktu yang ditetapkan dari seharusnya 14 hari akan tetapi realisasi durasi rataratanya adalah 23 hari kalender (17 hari kerja). KOORDINATOR GERAI, BAG. TU, BPPT JABAR I/2013 Page 7
8 Kode Jenis Perijinan DURASI WAKTU PENYELESAIAN RATA-RATA Januari Pebruari Maret Standar I.28.a Perpanjangan Izin AKDP I.28.b Perubahan Izin AKDP NI 22 Kartu Pengawasan AKDP I.76 ISPT-PP - PSDA Tabel 4.c : Durasi Waktu Pelayanan Perizinan di Gerai Garut 5. Pelayanan Perizinan di Gerai Purwakarta Data jumlah permohonan perizinan yang disampaikan melalui Gerai Purwakarta adalah sebagaimana tabel 5 dibawah. Kode Jenis Bidang Januari Pebruari Maret Total % I.28.a Perpanjangan Izin AKDP Perhubungan ,2% NI 22 Kartu Pengawasan AKDP Perhubungan ,8% Total , Tabel 5 : Data Perizinan Yang Masuk Ke Gerai Garut a. Jenis perizinan yang diajukan pemohon ke Gerai Purwakarta meliputi 2 jenis perizinan pada sektor/ bidang perhubungan. b. Jumlah permohonan perizinan ke Gerai Purwakarta selama triwulan pertama adalah sebanyak 52 perijinan atau rata-rata perbulannnya adalah sebanyak 17 perijinan. c. Izin perpanjangan trayek AKDP mencakup 44,2 % permohonan perizinan ke ke Gerai Garut sedangkan sisanya 55,8 % adalah pengajuan perpanjangan kartu pengawasan izin trayek AKDP. KOORDINATOR GERAI, BAG. TU, BPPT JABAR I/2013 Page 8
9 6. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1) Jumlah permohonan perizinan yang diajukan melalui gerai adalah sebanyak permohonan. Gerai Bogor adalah gerai pelayanan BPPT Provinsi Jawa Barat yang paling banyak menerima permohonan perizinan dengan konsumen terbesar yaitu 75,47 % dari total permohonan ke Gerai yang didominasi oleh permohonan perizinan trayek AKDP sebanyak 99,5 %. Permohonan perizinan trayek AKDP juga mendominasi permohonan pelayanan perizinan di Gerai lainnya. 2) Domisili pemohon yang dilayani oleh Gerai, secara umum berasal dari wilayah BKPP dimana Gerai itu berada. 3) Hanya pelayanan perpanjangan Kartu Pengawasan AKDP yang bisa memenuhi standar waktu durasi penyelesaian perizinan, sedangkan untuk perizinan lainnya yang dilayani di Gerai tidak bisa memenuhi standar waktu durasi penyelesaian. B. Saran 1) Dalam rangka meningkatkan pelayanan, maka petugas gerai perlu lebih ditingkatkan kapasitasnya terutama dalam rangka memverifikasi perizinan yang secara riil sudah dilayani oleh Gerai dengan fokus pada perizinan trayek AKDP. 2) Perlu ditetapkan jenis pelayanan perizinan yang hanya bisa dilayani di Gerai sehingga bisa menjadi lebih fokus mengingat adanya keterbatasan personil. 3) Perlu adanya penambahan alokasi personil ke Gerai Bogor berupa penempatan PNS yang menetap di Gerai atau penambahan jumlah personil dari Bandung untuk melakukan verifikasi sebanyak minimal 2 orang di Gerai Bogor. 4) Perlu disosialisasikan secara intensif jenis-jenis perizinan yang saat ini sudah dilayani di Gerai tetapi frekwensinya masih rendah dengan target sosialiasi adalah pelanggan atau pemangku kepentingan diwilayah domisili dimana gerai berada. 5) Perlu dilakukan evaluasi lebih dalam terhadap perizinan yang tidak bisa memenuhi target waktu/ durasi penyelesaian yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil pengamatan perizinan yang tidak memenuhi standar waktu tersebut adalah perizinan yang perlu mendapatkan rekomendasi teknis dari OPD. 6) Perlu dipercepat pengembangan sistem informasi pelayanan perizinan yaitu berupa pengembangan aplikasi yang dihibahkan dari Kementerian Komunikasi dan Informasi RI (Aplikasi Cerdas Pelayanan Perizinan Terpadu untuk Publik/ SICANTIK) dalam upaya mengurangi keterlambatan penyelesaian perizinan, memperkuat pengawasan/ monitoring proses perizinan dan menyediakan data yang riil time dan akurat. 7. Demikian laporan ini dibuat, untuk menjadi bahan kebijakan lebih lanjut. KEPALA BAGIAN TATA USAHA H. ATENG KUSNANDAR,SH.,MM NIP KOORDINATOR GERAI, BAG. TU, BPPT JABAR I/2013 Page 9
10 72 3% JUMLAH PERIZINAN DI GERAI 52 2% % BOGOR CIREBON GARUT PURWAKARTA JUMLAH PERIZINAN DI GERAI BOGOR % % 2 1 Perpanjangan Izin AKDP Perubahan Izin AKDP Izin Insidentil Kartu Pengawasan AKDP BAH ISPT-PP ISPT SIPPA IP2M BAH REKOM % DOMISILI PEMOHON DI GERAI BOGOR 20 1% 20 1% % 41 2% % % % Kab. Bogor Kota Bogor Kota Depok Kab. Bekasi Kota Bekasi Kab. Sukabumi Kota Sukabumi Kab. Cianjur Kota Bandung KOORDINATOR GERAI, BAG. TU, BPPT JABAR I/2013 Page 10
11 KOORDINATOR GERAI, BAG. TU, BPPT JABAR I/2013 Page 11
By : DR. Ir. H. DADANG MOHAMMAD, MSCE PLT. KEPALA BPPT JABAR
By : DR. Ir. H. DADANG MOHAMMAD, MSCE PLT. KEPALA BPPT JABAR Meningkatkan Koordinasi perizinan yang saling keterkaitan antara perizinan di tingkat Pusat dengan Provinsi atau perizinan di tingkat Provinsi
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT
EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT Disampaikan oleh : Prof. DR. Ir. Deny Juanda Puradimaja, DEA Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat Disampaikan pada : Rapat Koordinasi Pemantauan
Lebih terperinciDIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014
TOTAL BAES01 JAWA BARAT 129,401,372,000.00 BELANJA PEGAWAI 100,974,521,000.00 BELANJA BARANG OPERASIONAL 8,203,990,000.00 BELANJA BARANG NON OPERASIONAL 2,838,361,000.00 BELANJA MODAL 17,384,500,000.00
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 06/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Alokasi. Dana. SDA. Pertambangan. Panas Bumi. TA 2012. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PMK.07/2012 TENTANG PERKIRAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya beli masyarakat berkaitan erat dengan pendapatan perkapita, Sedangkan pendapatan perkapita dipengaruhi oleh penyediaan lapangan kerja dan distribusi pendapatan
Lebih terperinciLAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 (dalam rupiah)
UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 214 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 5 MAHKAMAH AGUNG : 2 JAWA BARAT SEMULA SETELAH 1 I. IKHTISAR MENURUT SUMBER DANA 1 RUPIAH MURNI 3 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 4 PERADILAN
Lebih terperinciDATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017
DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017 I. REALISASI INVESTASI PMA & PMDN 1. Total Realisasi Investasi PMA dan PMDN berdasarkan Laporan
Lebih terperinciMODAL DASAR PD.BPR/PD.PK HASIL KONSOLIDISASI ATAU MERGER
LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 30 Tahun 2010 TANGGAL : 31 Desember 2010 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001 diharapkan pembangunan di daerah berjalan seiring dengan
Lebih terperinciRAPAT TINDAK LANJUT PENYUSUNAN PERSYARATAN, TIM TEKNIS DAN STANDAR PELAYANAN
RAPAT TINDAK LANJUT PENYUSUNAN PERSYARATAN, TIM TEKNIS DAN STANDAR PELAYANAN Maksud dan Tujuan. Menyamakan persepsi dan membuat kesepakatan dalam rangka percepatan penyusunan : a. Keputusan Kepala Badan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI KURANG BAYAR DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN PANAS BUMI TAHUN ANGGARAN 2006, TAHUN
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum digunakan dalam menetukan keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai ukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dilandasi oleh Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan keuangan sektor publik khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah. Otonomi daerah di Indonesia dilandasi
Lebih terperinciBAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT
BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota oda perekonomian yang bergulir di Jawa Barat, selama tahun 2007 merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan Jabar.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III).
KATA PENGANTAR Kegiatan SL-PTT merupakan fokus utama program yang dilaksanakan dalam upaya mendorong terjadinya peningkatan produktivitas padi. Kegiatan ini dilaksanakan secara serempak secara nasional
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 46/08/32/Th. XVII, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014 TAHUN 2014, PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 253.296 TON, CABAI
Lebih terperinciBADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbil'Alamin serta mengucapkan puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi atas rahmat dan hidayah-nya, kami dapat menyelesaikan Buku Laporan Evaluasi Penyelenggaraan
Lebih terperinciCAPAIAN INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN AREA MANAJEMEN TRIWULAN I TAHUN 2016
CAPAIAN INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN AREA MANAJEMEN TRIWULAN I TAHUN 2016 NO STANDAR JUDUL INDIKATOR Jan Feb Mar CAPAIAN TRW I ANALISA RTL 1 Manajerial 1 : Pengadaan rutin peralatan kesehatan
Lebih terperinciLAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (dalam rupiah)
UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 213 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 5 MAHKAMAH AGUNG : 2 PROP. JAWA BARAT SEMULA SETELAH 1 I. IKHTISAR MENURUT SUMBER DANA 1 RUPIAH MURNI 3 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 4
Lebih terperinciBAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT
BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota eranan ekonomi wilayah kabupaten/kota terhadap perekonomian Jawa Barat setiap tahunnya dapat tergambarkan dari salah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang
56 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Letak Wilayah dan Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 Lintang selatan dan 104 48-108 48 Bujur Timur, dengan luas
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010
PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang bergulir tahun 1998 telah membuat perubahan politik dan administrasi, salah satu bentuk reformasi tersebut adalah perubahan bentuk pemerintahan yang
Lebih terperinciB A B III AKUNTABILITAS KINERJA
B A B III AKUNTABILITAS KINERJA Pendekatan manajemen pembangunan berbasis kinerja, yang utama adalah bahwa pembangunan diorientasikan pada pencapaian menuju perubahan yang lebih baik. Hal ini mengandaikan
Lebih terperinciRingkasan Laporan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan UU di Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat
2016 Ringkasan Laporan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan UU di Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat Daftar Isi I. Latar Belakang Masalah... 4 II. Maksud
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013
No. 02/11/Th. XIV, 12 November 2014 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kota Bekasi Tahun 2013 A. Penjelasan Umum IPG merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Jawa Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia. Provinsi Jawa Barat memiliki luas wilayah daratan 3.710.061,32 hektar, dan Jawa Barat menduduki
Lebih terperinciTabel 24.1 Status Kualitas Air Sungai di Provinsi Jawa barat Tahun Frekuensi Sampling. 1 Sungai Ciliwung 6 5 memenuhi-cemar ringan
24. LINGKUNGAN HIDUP 184 Tabel 24.1 Status Kualitas Air Sungai di Provinsi Jawa barat Tahun 2010 No Nama Jumlah Titik Sampling Frekuensi Sampling Kisaran Status Mutu Air Sungai Berdasarkan KMA PP 82/2001
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggung jawaban pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk
Lebih terperinciBAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Lebih terperinciKOORDINATOR WILAYAH JAWA BARAT PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG
KOORDINATOR WILAYAH JAWA BARAT PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG Jalan Soekarno-Hatta No.714 Bandung Tlp.(022) 7810365 / Fax.(022) 7810349 Homepage :www.pta-bandung.go.id email: surat@pta-bandung.go.id B
Lebih terperinciSumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu sektor penting yang bisa menunjang pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, mendorong pemerataan pembangunan nasional dan mempercepat
Lebih terperinciJumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun
Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997
Lebih terperinciKATA PENGANTAR Drs. Helmizar Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI
KATA PENGANTAR Drs. Helmizar Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1969 TENTANG PEMBENTUKAN PENGADILAN TINGGI DI BANDUNG DAN PERUBAHAN DAERAH HUKUM PENGADILAN TINGGI DI JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciURGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Cirebon, 22 Desember 2015 OUTLINE PEMBAHASAN 1 SIPD DALAM UU 23 TAHUN 2014 2 PERMENDAGRI 8/2014 TENTANG SIPD AMANAT UU 23 TAHUN 2014 Pasal 274: Perencanaan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciBuletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan April 2012 serta Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 disusun berdasarkan hasil pengamatan dari 60 stasiun dan pos hujan di wilayah Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001 diharapkan pembangunan di daerah berjalan seiring dengan pembangunan di pusat. Hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001 merupakan awal pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Otonomi daerah
Lebih terperinciPAGU ANGGARAN (Rp) 1 Pengadaan Pakaian Korpri 134,950, Juli. 1 Jasa Kebersihan 164,700,000 Pebruari. 2 Jasa Keamanan 135,000,000 Pebruari
DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DAFTAR TAHUN 2012 NO I II Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Aparatur Dinas Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor Dinas ESDM 1 Pengadaan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciTIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 15/02/32/Th.XVII, 16 Februari 2014 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah Indonesia yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, reformasi, dan tuntutan transparansi yang semakin meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Timur dan Tenggara. Negara-negara dengan sebutan Newly Industrializing Countries
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pendorong yang signifikan pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di dunia terutama di Asia Timur dan Tenggara.
Lebih terperinciSistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dan Satu Data Pembangunan Jawa Barat
Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dan Satu Data Pembangunan Jawa Barat Prof. Dr. Ir. Deny Juanda Puradimaja, DEA Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat Pada acara Workshop Aplikasi Sistem Informasi
Lebih terperinciNomor : W10-A/2565/OT.01.2/XII/2012 Bandung, 4 Desember 2012 Lampiran : 1 (satu) bundel Perihal : Laporan Tahunan 2012
PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG JL. SOEKARNO HATTA NO.714 TELP. (022) 7810365 / FAX. (022) 7810349 KODE POS 40293 homepage : www.pta-bandung.go.id / e-mail : surat@pta-bandung.go.id / pta-bandung@badilag.net
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan, kewenangan tersebut diberikan secara profesional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang mensyaratkan bentuk
Lebih terperinciYth. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota se-jawa Barat. Disampaikan dengan hormat, terima kasih. T April 2017 antor Wilayaha
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA BARAT Jl. Jenderal Sudirman No. 644 Bandung 40183 Telepon (022) 6032008; Faksimili (022) 6037850 Website: www.jabar.kemenag.go.id
Lebih terperinci2015 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam melaksanakan fungsi kehidupan tidak terlepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menyadari pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Martani (011) sejak reformasi pada tahun 1998 berbagai perubahan terjadi di Indonesia. Perubahan tersebut tidak hanya dirasakan di pusat pemerintahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga termasuk pula percepatan/akselerasi
Lebih terperinciBADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT Jl. PHH MUSTOPA NO. 22 BANDUNG
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT Jl. PHH MUSTOPA NO. 22 BANDUNG 1 Latar Belakang Pembentukan BPPT WUJUD KOMITMEN PEMPROV JABAR DALAM REFORMASI BIROKRASI DIBIDANG PERIZINAN WUJUD DARI
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 38/07/32/Th. XVIII, 1 Juli 2016 Pembangunan manusia di Jawa Barat pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk melakukan kegiatan ekonomi di dalamnya. Kota Bandung juga memiliki jumlah penduduk yang banyak,
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah
5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan
Lebih terperinciI-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2004
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk
Lebih terperinciDaftar Populasi dan Sampel Penelitian
Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian No Kabupaten/Kota Kriteria Sampel 1 2 1 Bogor Sampel 1 2 Sukabumi Sampel 2 3 Cianjur Sampel 3 4 Bandung Sampel 4 5 Garut Sampel 5 6 Tasikmalaya Sampel 6
Lebih terperinciSAMBUTAN : KEPALA BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT PADA : KEGIATAN SOSIALISASI PELAYANAN PERIZINAN DI GERAI
SAMBUTAN : KEPALA BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT PADA : KEGIATAN SOSIALISASI PELAYANAN PERIZINAN DI GERAI HARI/ TANGGAL : JUMAT/ 21 JUNI 2013 WAKTU : PUKUL 09.00 WIB TEMPAT : KANTOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan ibu kotanya di Kota Bandung. Berdasarkan sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan
Lebih terperinciJULI 2013 PENCAPAIAN KONTRAK KINERJA PROVINSI (KKP) PROVINSI JAWA BARAT
PENCAPAIAN KONTRAK KINERJA PROVINSI (KKP) PROVINSI JAWA BARAT Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Barat 2013 BKKBN PROVINSI JAWA BARAT 2013 1. JUMLAH SELURUH PESERTA
Lebih terperinciAGUSTUS 2013 PENCAPAIAN KONTRAK KINERJA PROVINSI (KKP) PROVINSI JAWA BARAT
PENCAPAIAN KONTRAK KINERJA PROVINSI (KKP) PROVINSI JAWA BARAT Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Barat BKKBN PROVINSI JAWA BARAT 1. JUMLAH SELURUH PESERTA KB AKTIF
Lebih terperinciJUNI 2013 PENCAPAIAN KONTRAK KINERJA PROVINSI (KKP) PROVINSI JAWA BARAT
PENCAPAIAN KONTRAK KINERJA PROVINSI (KKP) PROVINSI JAWA BARAT Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Barat 2013 BKKBN PROVINSI JAWA BARAT 2013 1. JUMLAH SELURUH PESERTA
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 30/05/Th. XIX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016
Lebih terperinciPENCAPAIAN KONTRAK KINERJA PROVINSI (KKP) PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2013
PENCAPAIAN KONTRAK KINERJA PROVINSI (KKP) PROVINSI JAWA BARAT Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Barat 2012 BKKBN PROVINSI JAWA BARAT INDIKATOR KKP SASARAN 2012
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DALAM RANGKA SINERGITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI
PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DALAM RANGKA SINERGITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciTabel 45. Pencairan Dana Bantuan Hibah Gubernur Tahun TOTAL ANGGARAN (Rp) PENCAIRAN % NO KEGIATAN LOKASI. Laporan Tahunan
5.7. Bantuan Gubernur Jawa Barat Bantuan Gubernur Tahun 2012 untuk mendukung pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura di kabupaten kota se Provinsi Jawa Barat, yang dikoordinir oleh Dinas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance) merupakan isu aktual dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Praktik kepemerintahan yang baik
Lebih terperinciAnalisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016
Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016 Rana Amani Desenaldo 1 Universitas Padjadjaran 1 rana.desenaldo@gmail.com ABSTRAK Kesejahteraan sosial adalah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mengembangkan model pengklasteran Pemerintah Daerah di Indonesia dengan mengambil sampel pada 30 Pemerintah Kota dan 91 Pemerintah Kabupaten
Lebih terperinci1 Mapping Sarana Kesehatan; 2 Self Asessment terhadap standard sarana; 3 Sosialisasi : - Kepada Organisasi Profesi, Perguruan tinggi, Asosiasi,
1 Mapping Sarana Kesehatan; 2 Self Asessment terhadap standard sarana; 3 Sosialisasi : - Kepada Organisasi Profesi, Perguruan tinggi, Asosiasi, tenaga kerja dan masyarakat - Melalui Pertemuan Pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di berbagai bidang yang sedang berlangsung di Indonesia telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi, sehingga
Lebih terperinciBuletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Januari 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun dan pos hujan di
Lebih terperinciBuletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 serta Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 disusun berdasarkan hasil pengamatan dari 60 stasiun dan pos hujan di wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerapan otonomi daerah di Indonesia hingga saat ini merupakan wujud dari diberlakukannya desentralisasi. Otonomi daerah ini selaras dengan diberlakukannya
Lebih terperinciSISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA
SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA Sistem Penentuan Upah (pengupahan) yang berlaku di Indonesia adalah sistem yang berbasis indeks biaya hidup dan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per Kapita sebagai proksi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam melaksanakan penelitian pada UPPD Provinsi Wilayah XXII
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dalam melaksanakan penelitian pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur penulis memperoleh data dan mengetahui penerimaan pajak pengambilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
Lebih terperinciRingkasan LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT 2011
Ringkasan LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT 2011 Komisi Informasi (KI) Provinsi Informasi Jawa Barat ditetapkan tanggal 19 April 2011 berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor: 821.2/Kep.566
Lebih terperinciSATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI
DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN
Lebih terperinci2015 MANAJEMEN DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DI BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN BANDUNG
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perwujudan mutu didasarkan pada keterampilan setiap pegawai dalam merencanakan, mengorganisasi, membuat, mengevaluasi, dan mengembangkan barang/jasa sebagimana
Lebih terperinciBuletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR
Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan April 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor: 378). Provinsi
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH
29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah, karenanya pembangunan lebih diarahkan ke daerah-daerah, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan pemanfaatan segala potensi yang ada di masingmasing daerah, karenanya pembangunan lebih diarahkan ke daerah-daerah, sehingga pelaksanaannya
Lebih terperinciPERTEMUAN ADINKES PROVINSI JAWA BARAT. Bandung, 10 Desember 2013
PERTEMUAN ADINKES PROVINSI JAWA BARAT Bandung, 10 Desember 2013 AGENDA RAPAT PENJELASAN KELEMBAGAAN ADINKES TUGAS POKOK DAN FUNGSI ADINKES PENETAPAN FORMATUR ADINKES PENYUSUNAN JADWAL PERTEMUAN TGL. 12
Lebih terperinciNomor : 638/SM.510/J.3.7/08/ Agustus 2014 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Permintaan Calon Peserta Diklat
Nomor : 638/SM.510/J.3.7/08/2014 4 Agustus 2014 Lampiran : Satu Berkas Perihal : Permintaan Calon Peserta Diklat Yang terhormat, ( Terlampir ) Dalam mendukung program Kementerian Pertanian terutama dalam
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Indeks Kemampuan Keuangan (IKK) Indeks Kemampuan Keuangan (IKK) yang didapatkan dari perhitungan setiap kabupaten/kota di Jawa Barat pada tahu 2015 dibawah ini
Lebih terperinciKEPALA STASIUN KLIMATOLOGI
KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan September 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan November, Desember 2013 dan Januari 2014 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan
Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kelemahan strategi pembangunan ekonomi di masa lalu dan krisis ekonomi yang berkepanjangan, telah menimbulkan berbagai persoalan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. UU RI No.20 pasal 51 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian UU RI No.20 pasal 51 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 21/4/32/Th XIX, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Barat Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Barat pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin pesat. Hal ini dapat
Lebih terperinci