PENGARUH PENGGUNAAN GUANO KELELAWAR DAN MIKROORGANISME STARTER KOMPOS TERHADAP KESEHATAN TANAMAN CABAI (Capsicum annuum.l)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENGGUNAAN GUANO KELELAWAR DAN MIKROORGANISME STARTER KOMPOS TERHADAP KESEHATAN TANAMAN CABAI (Capsicum annuum.l)"

Transkripsi

1 PENGARUH PENGGUNAAN GUANO KELELAWAR DAN MIKROORGANISME STARTER KOMPOS TERHADAP KESEHATAN TANAMAN CABAI (Capsicum annuum.l) Oleh : DEDI MULYONO A PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ABSTRAK DEDI MULYONO. Pengaruh penggunaan guano kelelawar dan mikroorganisme starter kompos terhadap kesehatan tanaman cabai (Capsicum annum. L). Dibimbing oleh WIDODO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan mikroorganisme starter kompos koleksi petani Kabupaten Purwakarta yang biasa disebut Moretan dan mikroorganisme yang terdapat pada guano kelelawar terhadap kesehatan tanaman cabai. Percobaan ini menggunakan rancangan perlakuan faktorial disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAL). Faktor pertama adalah kompos yang terdiri dari dua taraf (G = strarter guano dan M = strarter Moretan), dan faktor yang kedua adalah penyemprotan guano yang terdiri dari 3 taraf (g0 = menggunakan insektisida deltametrin dengan konsentrasi 0,5 ml/l sebagai pembanding, g1 = 1cc/l, dan g2 = 2cc/l). Penelitian ini terdiri dari 6 kombinasi perlakuan, diulang tiga kali dan setiap satu blok percobaan terdiri dari 100 tanaman sehingga seluruhnya terdiri dari 1800 tanaman. Data diolah dengan menggunakan program SAS (Statistic Analysis System), dilanjutkan dengan uji selang berganda Duncan pada α=0,05. Secara umum, dari hasil analisis sidik ragam, kombinasi penggunaan kompos dan penyemprotan guano menunjukkan tidak adanya interaksi yang berbeda nyata, tetapi lebih berpengaruh nyata pada faktor tunggal. Pada uji penggunaan kompos dalam menekan kerusakan oleh hama kutu daun dan thrips menunjukkan tidak berbeda nyata antara penggunaan kompos guano dan Moretan. Pengamatan terhadap tingkat kerusakan oleh hama Helicoverpa armigera, pengunaan kompos guano mampu menekan tingkat kerusakan dibandingkan kompos Moretan. Dalam pengamatan rata-rata bobot produktivitas tanaman cabai, penggunaan kompos guano juga berpengaruh nyata dibanding kompos Moretan, dimana kompos guano lebih dapat meningkatkan bobot rata-rata produktivitas yang lebih tinggi dibanding kompos Moretan. Pada perlakuan penyemprotan guano, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerusakan oleh hama kutu daun dan thrips selalu lebih rendah dibandingkan penyemprotan deltametrin dengan konsentrasi 0,5ml/l. Aplikasi guano 2cc/l menekan tingkat kerusakan oleh hama kutu daun paling rendah. Sedangkan dalam pengamatan tingkat kerusakan oleh hama Helicoverpa armigera, aplikasi guano lebih effektif dibandingkan aplikasi deltametrein. Begitu juga dalam pengamatan rata-rata bobot produktivitas tanaman cabai, dimana aplikasi guano menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan aplikasi deltametrin. Optimalnya kondisi fisik, kimia dan biologi tanah dengan ditambahkannya mikroorganisme atau bahan organik dalam tanah, baik itu melalui kompos maupun aplikasi lansung ke tanaman akan meningkatkan kesehatan tanaman cabai. Kesehatan tanaman mampu mengkompensasi serangan hama dan penyakit sehingga dampak kerusakan yang ditimbulkan dapat ditekan

3 PENGARUH PENGGUNAAN GUANO KELELAWAR DAN MIKROORGANISME STARTER KOMPOS TERHADAP KESEHATAN TANAMAN CABAI (Capsicum annuum.l) Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Oleh : DEDI MULYONO A PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

4 Judul Nama Mahasiswa NRP : PENGARUH PENGGUNAAN GUANO KELELAWAR DAN MIKROORGANISME STARTER KOMPOS TERHADAP KESEHATAN TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L) : Dedi Mulyono : A Menyetujui, Pembimbing utama Dr. Ir. Widodo, M.S NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Anjungan, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat pada tanggal 3 Mei 1983 sebagai anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Ayah H. Yusuf Abdul Muin dan Ibu Hj. Syamrah. Penulis menyelesaikan pendidikan SMU pada tahun 2001 di SMU Negeri 1 Pontianak. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studinya pada Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (sekarang Departemen Proteksi Tanaman), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalu jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama ini penulis aktif dalam keorganisasian yang ada di kampus. Penulis pernah menjadi ketua DPM TPB IPB pada tahun Kemudian melanjutkan keorganisasian di DPM Fakultas pada tahun berikutnya. Sejak tahun 2001, penulis aktif di kegiatan politik praktis dengan bergabung di Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang kemudian bersama-sama dengan rekan di Partai Keadilan Sejahtera mendirikan Yayasan Rumah Baca untuk Rakyat pada tahun Selama masa perkuliahan, penulis menjadi asisten Pendidikan Agama Islam (PAI) pada tahun 2002 sampai dengan Sekarang penulis aktif sebagai pengelola dan pengajar di SMP Terbuka Gratis di Kelurahan Bubulak, Bogor Barat.

6 PRAKATA Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam Yang Maha Berkehendak atas kekuatan dan karunia-nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada kepada Bapak Dr. Ir. Widodo, M.S sebagai pembimbing utama dalam penyelesaian tugas akhir ini, serta kepada Bapak Dr. Ir. I Wayan Winasa, Ibu Dr. Ir. Tri Asmira, M.Agr dan juga Bapak Dr. Ir. Swastiko Priyambodo sebagai dosen pembimbing akademik dan Komisi Pendidikan Departemen Proteksi Tanaman yang memberikan dukungan, bimbingan dan arahannya dalam penyelesaian tugas akhir ini. Kepada kedua orangtua beserta segenap keluargaku yang telah mengorbankan segalanya demi anaknya atau adiknya tercinta, memberikan semangat ketika lelah, menasehati ketika lalai dan selalu mengiringi do a di setiap malam. Kepada Duan, Budi, Sahrul, Gandi, Alfa, Hasan, Abdurrahman, Arief, dan Cep Hilman serta segenap keluarga Group 37, yang menemani perjalanan kehidupan sehingga semakin mengenal dan dekat dengan Allah SWT. Kepada Mas Eno, Kang Ali, Adi dan Ari yang lucu, yang selalu membantu dan mendampingi penulis selama pelaksanaan penelitian di Kabupaten Subang Jawa Barat. Kepada semua teman-teman HPT 38, atas do a dan dukungannya. Terima kasih telah menjadi sahabatku selama ini. Dan semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan ini, masukan, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Tidak ada yang sangat diharapkan oleh penulis selain agar karya ini dapat bermanfaat bagi banyak orang. Bogor, Maret 2008 Penulis

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Tanaman Cabai (Capsicum annum L)... 4 Hama dan Penyakit Tanaman Cabai... 5 Tanah dan Mikroorganisme... 5 Kompos dan Peranannya terhadap Kebugaran Tanaman... 7 Guano... 8 BAHAN DAN METODE... 9 Tempat dan Waktu... 9 Metode... 9 Persiapan Lahan... 9 Persiapan Moretan dan Ekstrak Guano... 9 Pembuatan Plot Pembuatan Lubang Tanam Pemberian Kompos Pembibitan Penanaman Pemupukan Pengairan/penyiraman Penyiangan Pemasangan Ajir Perempelan Perlakuan Ekstrak Guano Rancangan Percobaan Pengamatan Parameter... 13

8 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tingkat Kerusakan oleh Hama Kutu Daun Tingkat Kerusakan oleh Serangan Serangan Hama Thrips 18 Tingkat Kerusakan oleh Serangan Hama Helicoverpa armigera Tingkat Produktivitas Tanaman Cabai Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 28

9 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks 1. Komposisi guano kelelawar Dosis pemberian pupuk pada 2, 4, dan 7 MST Pengaruh pemberian kompos terhadap tingkat kerusakan oleh kutu daun Aphis gossypii Glover pada umur beberapa MST Pengaruh penyemprotan guano terhadap tingkat kerusakan oleh kutu daun Aphis gossypii Glover pada umur beberapa MST Pengaruh pemberian kompos terhadap populasi hama kutu daun Aphis gossypii Glover pada umur beberapa MST Pengaruh penyemprotan ekstrak terhadap populasi hama kutu daun Aphis gossypii Glover pada umur beberapa MST Pengaruh pemberian kompos terhadap tingkat kerusakan oleh serangan Thrips pada umur beberapa MST Pengaruh penyemprotan guano terhadap tingkat kerusakan oleh serangan Thrips pada umur beberapa MST Pengaruh pemberian kompos terhadap tingkat kerusakan tanaman oleh serangan H. armigera Pengaruh penyemprotan guano terhadap tingkat kerusakan tanaman oleh serangan H. armigera Pengaruh pemberian kompos terhadap produktivitas tanaman cabai Pengaruh penyemprotan guano terhadap produktivitas tanaman cabai 22

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 1. Perkembangan tingkat kerusakan oleh hama kutu daun pada perlakuan dua jenis Kompos dalam beberapa MST Perkembangan tingkat kerusakan oleh hama kutu daun pada tiga aplikasi penyemprotan dalam beberapa MST... 18

11 PENDAHULUAN Latar belakang Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura utama yang ditanam secara meluas di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Thailand dan Asia lainya seperti India, Korea dan Cina (Vos, 1994). Buah cabai mempunyai berbagai kegunaan diantaranya untuk keperluan rumah tangga, industri makanan dan obat-obatan. Buah cabai mengandung vitamin A dan C, fruktosa, protein dan capsicol yang memberikan rasa pedas pada buah cabai (Setiadi 2001). Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang diikuti dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan berkembangnya industri pangan nasional, permintaan buah cabai terus meningkat baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri. Menurut data statistik pertanian Indonesia, produksi cabai pada tahun 2000 mencapai ton. Kemudian meningkat pada tahun 2003 mencapai ton dan ton pada tahun (Biro Pusat Statistik, 2007) Seperti halnya tanaman budidaya yang lain, pengusahaan tanaman cabai yang intensif dan meliputi areal yang luas banyak menimbulkan gangguan kesehatan, baik oleh faktor abiotik, maupun biotik seperti hama dan penyakit tanaman. sehingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman cabai. Menurut Mudjiono dan Tri Rahardjo (1991), hama penting pada tanaman cabai yang dapat menghambat kesehatan antara lain kutu daun (Aphis gossypii Suzl) (Homoptera: Aphididae), Thrips (Thrips parvispinus Karny) (Thysanoptera: Thrips), lalat buah cabai (Dacus dorsalis Hend) (Diptera: Tephritidae) dan hama Helicoverpa armigera (Lepidoptera: Noctuidae). Sedangkan penyakit yang penting adalah Antraknosa (Colletotrichum capsici), penyakit bercak daun (Cercospora capsici), layu bakteri dan berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus (Semangun, 1994). Hama dan penyakit tanaman cabai yang merupakan salah satu faktor penghambat kesehatan tanaman, sejauh ini dikendalikan dengan menekan serangan hama dan penyakit tersebut menggunakan aplikasi pestisida sintetik,

12 2 padahal cara pengendalian tersebut dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan membuat semakin tinginya biaya produksi. Oleh sebab itu alternatif pengendalian yang lebih aman terhadap lingkungan dan lebih murah sangat diperlukan. Salah satu pengendalian yang dikembangkan saat ini adalah pengendalian hayati dengan menggunakan mikroorganisme bermanfaat melalui aplikasi kompos atau aplikasi langsung pada tanaman. Penggunaan mikroorganisme perombak bahan organik sebagai alternatif pengendalian terutama pengendalian penyakit telah banyak dilaporkan dalam berbagai hasil penelitian. Zhang et al (1996) melaporkan aktivitas mikroorganisme dalam kompos yang diaplikasikan pada tanaman ketimun dapat meningkatkan induksi resistensi tanaman terhadap serangan Pythium sp. dan Colletotrichum arbiculare (Berk & Mont.) Arx. Hasil penelitian Patriasari (2005) juga menunjukkan bahwa pada kompos terdapat bakteri yang berpotensi sebagai agen antagonis dari kelompok Bacilus sp., Pseudomonas sp. dan Xanthomonas sp. Kompos, selain memiliki potensi kandungan mikroba antagonis untuk pengendalian penyakit tanaman, juga memiliki fungsi dalam meningkatkan kesehatan tanaman dengan memperbaiki struktur tanah dan penyediaan unsur hara tertentu. Kesehatan tanaman akan meningkatkan kemampuan tanaman dalam perkembangan vegetatif maupun generatif sehingga mampu mengkompensasi kerusakan yang ditimbulkan oleh gangguan biotik maupun abiotik Aplikasi di lapangan dalam bentuk kompos dan penyemporotan suspensi mikroorganisme perombak bahan organik pada tanaman menunjukkan hasil yang lebih baik dalam meningkatkan kesehatan tanaman dan menekan kerusakan yang ditimbulkan oleh berbagai hama dan penyakit tanaman. Hal ini telah dilakukan masyarakat Desa Pinangsari Kabupaten Subang dengan menggunakan mikroorganisme rekan petani yang biasa dikenal dengan sebutan MORETAN dan mikroorganisme dari kotoran kelelawar yang biasa di sebut dengan guano. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan mikroorganisme perombak bahan organik buatan petani yaitu Moretan dan

13 3 mikroorganisme yang terdapat pada guano kelelawar dalam meningkatkan kesehatan tanaman cabai. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar maupun sumber informasi bagi penanggulangan hama dan penyakit penting tanaman cabai dengan penggunaan mikroorganisme perombak bahan organik buatan petani Moretan dan mikroorganisme yang terdapat pada guano kelelawar sehingga dapat meningkatkan hasil tanaman cabai baik kuantitas maupun kualitasnya.

14 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.) Tanaman cabai (Capsicum Annum L.) adalah merupakan tanaman sayuran yang tergolong tanaman setahun, berbentuk perdu dari suku (famili) terong terongan (Solanaceae). Keluarga ini sekitar species yang tediri dari tumbuhan herba (Badan Pengendali Bimas, 1983). Tanaman ini temasuk dalam Divisi Spermatohyta, subdivisi Angiospremae, kelas Dicityledonae, ordo Tubiflorae, famili Solanaceae, genus Capsicum dan spesies Capsicum annum (Rukmana & Yuniarsi 2002). Tinggi tanaman dapat mencapai 20 cm sampai 50 cm. Batang tanaman tegak, mengandung zat kayu, bercabang banyak dan dari tiap cabang tumbuh bunga. Biasanya tanaman cabai ini diusahakan di daerah dataran tinggi (Siregar 1996). Perakaran tanaman cabai dangkal dengan kedalaman berkisar 45cm. Penyebaran kearah samping berkisar cm (Setiadi 2001). Bunga cabai berkelamin dua (hermaprodit) dalam satu bunga terdiri satu alat kelamin jantan dan betina. Pembentukan bunga pada tanaman cabai tergantung dari varietas, iklim dan kondisi lahan sehingga bervariasi. Buah cabai merupakan buah sejati tunggal yang terdiri dri satu bunga dan satu bakal buah. Permukaan buah rata dan licin dengan warna merah mengkilat pada buah yang sudah tua. Panjang buah berkisar antara 9-15 cm dengan diameter 1-1,75 cm. Pembentukan buah dimulai dari tanaman berumur hari setelah tanam (HST) (Setiadi 2001). Secara umum tanaman cabai dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan syarat drainase dan aerasi tanah harus baik. Yang perlu diperhatikan adalah suhu udara, karena akan mempengaruhi proses pembungaan dan pembuahan. Kisaran Suhu yang baik untuk pembungaan berkisar 16-32ºC, jika lebih rendah atau lebih tinggi, polen yang dihasilkan akan sedikit. Proses Pembungaan optimum pada suhu 20-25ºC (Roberzky dan Yamaguchi 1977)

15 5 Hama dan Penyakit Tanaman Cabai Menurut Mudjiono dan Tri Rahardjo (1991), hama-hama yang penting pada tanaman cabai yang dapat menghambat kesehatan antara lain Apis (Aphis gossypii Suzl) (Homoptera: Aphididae), Thrips (Thrips parvispinus Karny) (Thysanoptera: Thrips), lalat buah cabai (Dacus dorsalis Hend) (Diptera: Tephritidae) dan hama Helicoverpa armigera (Lepidoptera: Noctuidae). Kalshoven (1981) menyebutkan berbagai hama penting pada cabai adalah Spodoptera litura (F) dan Henosepilachna sparsa pemakan daun, Dacus dorsalis (Hend.) menyerang buah. Sedangkan penyakit yang penting adalah Antraknosa (Colletotrichum capsici), penyakit bercak daun (Cercospora capsici), laya bakteri dan berbagai penyakit lain yang disebabkan oleh virus (Semangun, 1994). Menurut Utkhede dan Mathur (2003), Fusarium sp menimbulkan kerusakan berat pada buah, dan Rhizoctonia solani dan Phytium penyebab penyakit damping off (Harris 1999). Tanah dan Mikroorganisme Tanah sangat penting bagi usaha pertanian karena kehidupan dan perkembangan tumbuh-tumbuhan dan segala makhluk hidup di dunia ini sangat memerlukan tanah. Tanah merupakan suatu media substrat yang heterogen tempat sejumlah mikroorganisme hidup dan melakukan berbagai macam aktivitas dan proses yang berperan bagi kelangsungan siklus hidupnya di alam. Menurut Soepardi (1983) bahwa tanah yang ideal tersusun dari unsur-unsur pokok yaitu padatan, air, dan gas yang di golongkan dalam lima komponen utama, yaitu bahan mineral, sisa-sisa tanaman dan hewan, sistem kehidupan, air dan udara. Tanah terdiri dari campuran komponen organik dan anorganik yang berbeda ciri fisik maupun kimianya dengan bahan-bahan di lapisan bawahnya. Tanah tidak mempunyai kemampuan menangkap sejumlah energi dari luar. Oleh karena itu energinya sangat tergantung pada zat-zat yang kaya akan energi seperti sisa-sisa tanaman dan hewan yang dikenal dengan istilah bahan organik. Pelapukan bahan organik merupakan proses pembakaran biologis. Bagian yang mudah dioksidasikan terdiri dari karbon dan nitrogen yang merupakan lebih dari setengah bahan organik. Bahan organik ini sangat penting bagi keberadaan

16 6 mikroorganisme. Jika tidak terdapat bahan organik yang dapat lapuk, kegiatan jasad mikro akan minim dan jumlahnya sedikit. Penambahan bahan organik segar menyebabkan perubahan aktivitas mikroorganisme yang sangat nyata. Bahan organik merupakan sumber energi yang mudah tersedia dan menyebabkan perkembangan jasad mikro berlangsung cepat (Soepardi 1983). Mikroorganisme hidup dan tersebar di seluruh lapisan tanah yang memiliki keragaman populasi dan peranannya. Lima kelompok utama mikroorganisme tanah adalah bakteri, aktinomycetes, fungi, alga, dan protozoa (Waksman 1956). Pada aerasi tanah yang tetap, bakteri dan fungi akan mendominasi populasi mikroorganisme tanah (Alexander 1977 dalam Fianti 2001). Sedangkan berdasarkan peranannya mikroorganisme tanah dikelompokan menjadi dekomposer, patogen, agen antagonis, dan pengikat nitrogen (Vancura 1988). Mikroorganisme tersebut menyebar ke seluruh lapisan tanah terutama pada lapisan atas dimana terdapat sistem perakaran tanaman tempat mereka memperoleh unusur makanan utama yang sangat dibutuhkan untuk membentuk bagian-bagian sel penyusun tubuhnya. Menurut Winogradsky dalam Waksman (1956) populasi mikroorganisme tanah secara luas dikelompokan sebagai berikut: mikrorganisme authochthonous atau mikroorganisme asli yang merupakan ciri khusus dari suatu tanah tertentu dan selalu terdapat di sana. mikroorganisme zymogene atau mikroorganisme yang berkembang apabila tanah mendapat perlakuan khusus misalnya, penambahan bahan organik, pupuk atau perbaikan aerasi tanah. mikroorganisme transient yaitu mikroorganisme yang secara sengaja diintroduksikan ke dalam tanah seperti inokulasi legume (polongpolongan). Perbedaan populasi mikroorganisme yang dibentuk oleh kelompok mikroorganisme tersebut dapat mencirikan suatu tanah. Mikroba yang digolongkan ke dalam autochthonous mempunyai peran untuk mendekomposisi humus atau bahan organik. Kelompok zygomenic berperan dalam dekomposisi bahan-bahan segar atau tanaman segar juga kotoran. Aktivitas mikroorganisme tanah menghasilkan metabolit yang menguntungkan bagi tanaman. Senyawasenyawa metabolit yang dihasilkan mikroorganisme tanah berpengaruh terhadap

17 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Phytohormon) dan juga fungsi fisiologis tanaman (phytotoxin), Menurut Bereteckiy (1978 ) dalam Vancura (1988) senyawa fitohormon dapat menghambat pertumbuhan dan pcrkembangan tumbuhan dalam kondisi konsentrasi tinggi, sedangkan senyawa fitotoksin dalam kondisi konsentrasi rendah. Senyawa-senyawa fitotoksin apabila terakumulasi dalam tanah akan menyebabkan tanah menjadi keracunan. Berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh mikroorganisme tanah banyak mempengaruhi kesuburan tanah, pertahanan tanaman terhadap serangan hama dan pertumbuhan tanaman baik pada tanah yang diolah maupun tidak diolah (Irawan 2004). Kompos dan Peranannya Terhadap Kesehatan Tanaman Kompos merupakan zat akhir dari suatu proses fermentasi tumpukan sampah atau serasah tanaman (Sutejo 1990). Kompos dihasilkan melalui proses dekomposisi alami bahan organik tanaman dan hewan oleh mikroorganisme tanah, kompos juga mengandung material yang bermanfaat sebagai unsur hara organik bagi tamaman, senyawa pembenah tanah, dan sebagai media bagi stabilitas siklus nutrisi da!am tanah (Wibisono 2004). Sebagai pupuk organik, kompos mempunyai struktur ikatan antar bahan yang lemah jika dibandingkan dengan stuktur ikatan tanah liat yang padat dan keras. hal ini menguntungkan bagi tanaman sebagai media tumbuh, karena jika kompos bercampur dengan tanah akan terbentuk lapisan humus yaitu lapisan yang kaya bahan organik. Kompos dapat juga digunakan untuk meningkatkan kualitas tanah baik kualitas fisik, kimia dan biologi tanah, sehingga meningkatkan kehidupan biologi tanah khususnya mikroorganisme tanah seperti jamur dan bakteri yang mampu menyuburkan tanah (Murbandono 1993). Sejak tahun 1970, kompos telah digunakan untuk mengendalikan penyakit pada tanaman, terutama yang disebabkan oleh patogen tular tanah (Zhang et al 1996). Hal ini karena kompos sebagai media tempat kehidupan sejumlah bakteri yang menguntungkan, sehingga dengan pemberian kompos diketahui dapat menekan pertumbuhan patogen tanaman. Berdasarkan penelitian dan pengembangan di lapangan, aplikasi kompos

18 8 secara langsung ke dalam tanah dan dalam bentuk ekstrak menunjukan potensi untuk mengendalikan sejumlah penyakit tanaman (Weltzien 1990). Guano Guano adalah kotoran kelelawar dan sisa-sisa fisik yang diperoleh secara alami dari kehidupan kelelawar dalam gua, biasa digunakan secara tradisional sebagai pupuk organik. Guano dapat diaplikasikan secara umum pada budidaya tanaman. Kandungan bahan organik dan nutrisi yang terdapat dalam guano sangat tinggi yaitu sekitar 30-65% sehingga dapat digunakan dengan dosis yang rendah dibandingkan dengan pupuk organik lainnya. Tabel 1 menunjukkan komposisi dari guano. (Malagon 2004, URL; Beberapa negara di dunia seperti Amerika Serikat dan Eropa telah lama menggunakan guano sebagai pupuk organik dan pengendali terhadap berbagai serangan hama dan penyakit pada tanaman. Bahkan telah diproduksi secara massal dan dijual ke berbagai negara lainnya. Pada tahun 2002, di provinsi Pinar del Rio (Cuba) telah dilakukan percobaan aplikasi guano pada tanaman jeruk. Hasilnya guano mampu meningkatkan produksi dari 300 buah pertanaman menjadi 500 buah pada tahun pertama, dan meningkat menjadi 800 buah pada tahun kedua (Malagon 2004) Tabel 1 Komposisi Guano Kelelawar. Kandungan Konsentrasi Total Nitrogen (N) % Fosfor Oksida (P2O5) % Potassium Oksida (K2O) % Kalsium Oksida (CaO) % Magnesium Oksida (MgO) % Besi (Fe) % Tembaga (Cu) % Mangan Oksida (MnO) % Seng (Zn) % Natrium % Sumber : Omar Paez Malagon, Eng. 29 January 2004 dalam

19 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini di laksanakan di lahan penelitian Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Tunas Tani Mandiri (NASTARI) di Desa Pinangsari, Kecamatan Ciasem, Subang Jawa Barat. Penelitian dimulai dari bulan Juni 2006 hingga September Persiapan Lahan Metode Luas lahan cabai yang digunakan adalah ± 1000 m 2, merupakan lahan sawah yang sebelumnya ditanam tanaman tomat dan bawang. Lahan yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya. Kemudian diolah dengan mencangkul dan membalik tanah permukaan sedalam cm pada bedengan sisa pertanaman sebelumnya. Hal ini dilakukan agar tanah menjadi gembur. Satu minggu setelah pencangkulan dilakukan pengolahan yang kedua yaitu pembuatan bedengan dan diratakan.. Penyiapan Moretan dan Ekstrak Guano Moretan merupakan singkatan dari Mikroorganisme Rekan Petani, yang banyak diaplikasikan oleh petani Desa Pinangsari Kabupaten Subang dalam berbagai budidaya tanaman, terutama tanaman padi. Moretan merupakan mikroorganisme (khamir) koleksi petani di Kabupaten Purwakarta yang berfungsi sebagai pengurai dalam pembuatan kompos. Larutan Moretan dengan konsentrasi 15ml/l dibuat dengan melarutkan biang Moretan sebanyak 1,5 liter dengan 500 liter air dalam drum yang telah dicampur dengan 5 Kg gula merah. Untuk menambah nutrisi bagi mikroorganisme didalam larutan Moretan, ditambahkan buah-buahan seperti tomat dan pisang. Selanjutnya larutan Moretan ditutup rapat dan setelah dibiarkan selama dua minggu, larutan telah siap untuk dipakai. Pembuatan ekstrak guano 8g/l dilakukan dengan mencampurkan guano kelelawar sebanyak 200 gram dalam 25 liter air. Kemudian ditambah 2 Kg gula

20 10 merah sebagai nutrisi mikroba. Kemudian ditutup rapat dan setelah dibiarkan selama dua minggu, ekstrak guano siap dipakai. Pembuatan Plot Pembuatan plot dilakukan setelah pengolahan lahan yang kedua dengan memperbaiki bedengan yang telah ada menjadi plot, yaitu dengan ukuran plot panjang 10 m, lebar 5 m, tinggi bedengan 30 cm, jarak antara plot dibuat parit dengan lebar 45 cm. Dalam satu plot dibuat lima bedeng. Penelitian ini menggunakan 3 ulangan, dengan jumlah plot 18 plot. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam kedalaman sekitar 5 cm disiapkan dengan menggali tanah. Jumlah lubang tanaman dalam satu bedeng adalah 20 lubang tanam sehingga dalam satu plot terdapat 100 lubang tanam dengan jarak antar lubang tanam 35cm. Pemberian Kompos Pupuk kompos diberikan pada tiga hari sebelum tanam, dengan dosis 200g per lubang tanam yaitu sekitar 360 kw/750 m2. Diberikan secara langsung kemudian dilapisi dengan tanah dan disiram hingga basah. Pemberian pupuk kompos dibagi dua yaitu dengan menggunakan kompos starter guano dan kompos starter Moretan. Pembibitan Benih yang digunakan adalah varietas Tit-Super. Benih tersebut direndam dengan air hangat bersuhu 30-40ºC selama 2-4 jam. Benih yang mengapung saat perendaman dibuang. Setelah perendaman, benih dikering anginkan dan diletakkan pada kertas tissu basah yang terus dijaga kelembabannya selama 24 jam. Benih disebar merata kedalam media plastik berukuran 40 cm x 20 cm yang telah diisi dengan media semai yaitu tanah dan pupuk kompos dengan perbandingan 1:2. Penggunaan pupuk kompos dibagi dua yaitu dengan menggunakan strarter Moretan dan strarter guano. Setelah benih tumbuh (berkecambah) yaitu berumur 10 hari setelah semai, benih dipindahkan ke polibeg kecil yang terbuat dari daun pisang dengan media seperti media semai tanaman cabai. Benih dipindahkan dengan hati-hati karena benih masih lemah. Tujuan

21 11 penanaman ke polibeg adalah untuk mengurangi stres pada tanaman pada saat pemindahan ke lahan. Sedangkan polibeg dari daun pisang akan memudahkan ketika akan memindahkan ke lapang karena tidak perlu dibuka. Penyiraman dengan air dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Penanaman Setelah berumur satu bulan. Bibit dipindahkan ke lahan. Bibit dengan media semai kompos starter guano ditanam pada lubang tanam yang diberi pupuk kompos starter guano, begitu juga dengan bibit yang media semainya kompos starter Moretan ditanam pada lubang tanam yang diberi pupuk kompos starter Moretan. Bibit diletakkan pada lubang tanam yang telah disediakan kemudian ditutup sampai kepada bagian pangkal batang, selanjutnya tanah disekitar tanaman dipadatkan dengan ditekan. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea, SP36 dan KCL dan dilakukan dengan dua kali pemupukan susulan. Pemberian pupuk dilakukan pada dua minggu setelah tanam (2MST), empat minggu setelah tanaman (4MST) dan tujuh minggu setelah tanam (7MST). Banyaknya pupuk yang diberikan adalah: Urea 200 Kg/ha, SP Kg/ha dan KCL 350 Kg/ha dan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Dosis pemberian pupuk pada 2, 4, dan 7 MST Jenis Pupuk Pemupukan I 2 MST Pemupukan II 4 MST Pemupukan III 7 MST Urea 333 g/plot 333 g/plot 333 g/plot SP g/plot 667 g/plot 667 g/plot KCL 583 g/plot 583 g/plot 583 g/plot Pemberian pupuk dilakukan dengan cara mencampur Urea, KCL dan SP36 kemudian ditaburkan secara merata pada sisi permukaan bedengan yang telah dibuatkan alur dengan kedalaman 25 cm. Untuk menghindari penguapan terutama pada pupuk Urea, maka setelah ditabur secara merata, alur pupuk kembali ditutup dengan tanah.

22 12 Pengairan / Penyiraman Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada awal musim kering sehingga kegiatan pengairan dilakukan secara intensif dengan mengalirkan air kedalam parit-parit antar bedengan. Tinggi air tidak lebih dari setengah tinggi bedengan. Untuk mengurangi kekeringan pada permukaan tanah, dilakukan penyiraman setiap 2 hari sekali. Penyiangan Gulma apabila dibiarkan tentu akan mengganggu tanaman cabai. Untuk itu gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dicabut secara manual dengan hati-hati agar tidak merusak akar tanaman. Waktu penyiangan ini dilakukan tergantung pertumbuhan pada gulma. Pemasangan ajir Ajir merupakan alat bantu yang terbuat dari belahan bambu dengan tinggi 125 cm. Tujuan pemasangan ajir adalah untuk membantu menopang berat tanaman. Pemasangan dilakukan pada 1 MST dimana tanaman masih belum tumbuh lanjut agar tidak mengganggu perakaran. Perempelan Perempelan adalah kegiatan membuang tunas-tunas baru yang tumbuh pada batang utama atau di setiap ketiak daun cabai dan membuang bunga pemula yaitu bunga yang muncul paling awal dan daun-daun cabai tua. Perempelan dilakukan sejak 1 MST, sampai muncul cabang sekunder. Perlakuan Ekstrak Guano Pengujian di lapang mulai dilakukan di lahan tanaman cabai pada saat tanaman berumur 2 MST, dan satu kali dalam seminggu hingga 10 MST disemprot dengan ekstrak guano (1cc/l, 2c/l) dan insektisida deltametrin dengan konsentrasi 0,5 ml/l sebagai pembanding. Penyemprotan dilakukan menggunakan knapsack handsprayer dengan volume semprot 500 lt/ha atau 1,25 lt/25 m 2.

23 13 Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Faktor pertama adalah perlakuan dengan memberikan pupuk kompos pada tanaman, terdiri dari 2 perlakuan yaitu kompos dengan strarter Moretan (M) dan kompos dengan starter Guano (G), dan faktor yang kedua adalah perlakuan ekstrak guano (g) terdiri dari 3 taraf yaitu perlakuan dengan guano 1cc/l (g1), 2cc/l (g2) dan sebagai pembanding perlakuan Insektisida sintetik deltametrin dengan konsentasi 0,5ml/l (g0). Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SAS (Statistic Analysis System). Kemudian setiap perlakuan yang menunjukkan pengaruh nyata dilakukan uji Duncan pada α=0,05 Dengan demikian percobaan ini terdiri dari 6 perlakuan dengan ulangan 3 kali dan setiap satuan percobaan (plot) terdiri dari 100 tanaman sehingga seluruhnya terdiri dari 1800 tanaman. Pengamatan Parameter Pengamatan parameter dilakukan terhadap 5 (lima) tanaman contoh pada setiap plot yang diambil secara acak diagonal. Setiap satu baris tanaman diambil satu tanaman contoh. Pengamatan dilakukan terhadap tingkat kerusakan oleh hama kutu daun, thrips, dan Helicoverpa armigera serta produktivitas tanaman. Adapun perhitungan terhadap parameter tersebut adalah sebagai berikut; a. Tingkat kerusakan oleh serangan hama kutu daun dan thrips Untuk menghitung tingkat kerusakan oleh hama kutu daun dan thrips digunakan rumus: E (n x v) I = x 100% Z x N I = Tingkat kerusakan n = Jumlah tanaman yang diamati yang memiliki nilai kerusakan yang sama v = Nilai kerusakan tanaman Z = Nilai kerusakan tanaman tertinggi N= Jumlah tanaman contoh Nilai kerusakan tanaman ditentukan berdasarkan persentase kerusakan daun oleh kutu daun atau thrips yaitu v=0 bila tidak ada gejala kerusakan, v=1 bila kerusakan < 20%, v=3 bila kerusakan di atas 20% hingga 40%, v=5 bila

24 14 kerusakan di atas 40% hingga 60%, v=7 bila kerusakan di atas 60% hingga 80% dan v=9 bila kerusakan di atas 80%. Pengamatan terhadap jumlah populasi hama kutu daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah kutu daun yang terdapat pada pucuk-pucuk daun setiap tanaman contoh b. Tingkat kerusakan oleh serangan Helicoverpa armigera Perhitungan intensitas serangan Helicoverpa armigera yaitu dengan menghitung jumlah buah yang dibor (dilubangi) dan yang sehat pada setiap tanaman contoh. Rumus yang digunakan: A P = ---- x 100% N P = Tingkat kerusakan (%) A = Jumlah buah yang dibor (dilubangi) N = Jumlah buah pada tanaman contoh c. Tingkat Produktivitas Tanaman Cabai Pengamatan tingkat produktivitas tanaman dilakukan dengan menimbang setiap buah dari tanaman contoh pada plot percobaan setiap kali panen, kemudian dijumlahkan semua produksi per plot sesuai dengan berapa kali panen. Produksi yang ditimbang adalah produksi yang layak untuk dijual (sehat).

25 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan dilakukan di Desa Pinangsari, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Jawa Barat yang merupakan lahan penelitian Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Nastari. Desa Pinangsari terletak pada ketinggian tempat 10 m dpl dengan curah hujan rata-rata pertahun adalah 958,8 dan suhu udara rata-rata C (siang hari) dan C (pada malam hari). Jenis tanah pada lahan percobaan adalah Aluvial dengan ph tanah antara 4,3-5,5. Percobaan dilaksanakan pada bulan Juni September 2006 yang merupakan musim kemarau. Serangan hama kutu daun, thrips dan Helicoverpa armigera mulai terlihat di lapang pada umur tanaman 2 MST tetapi tingkat serangannya masih rendah. Seiring dengan bertambahnya umur tanaman, tingkat serangan hama semakin meningkat. Sedangkan penyakit tanaman cabai yang di temui dilapang sangat sedikit, sehingga tidak diamati perkembangannya. Tingkat Kerusakan oleh Hama Kutu Daun Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kerusakan oleh hama kutu daun meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan antara penggunaan kompos dan penyemprotan suspensi guano terhadap intensitas serangan hama kutu daun memiliki interaksi yang tidak nyata, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor tunggal yaitu faktor penggunaan kompos dan faktor aplikasi guano. Tabel 3 Pengaruh pemberian kompos terhadap tingkat kerusakan oleh kutu daun Aphis gossypii Glover pada umur beberapa MST. Starter Tingkat kerusakan (%) Kompos 2 MST 3 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Moretan 7,2 a 15,6 a 25,2 a 21,9 a 26,9 a 29,9 a Guano 4,4 a 10,9 a 17,5 a 20,9 a 26,9 a 28,4 a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada taraf 5%

26 16 Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa penggunaan kompos dari starter guano dan kompos dari strarter moretan tidak berbeda nyata pengaruhnya terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama kutu daun. 35 intensitas serangan (%) Moretan Guano 0 2 MST 3 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Gambar 1 Perkembangan tingkat kerusakan oleh hama kutu daun pada perlakuan dua jenis kompos dalam beberapa MST Namun demikian, secara umum dapat dilihat pada Gambar 1 bahwa penggunaan kompos starter Moretan menunjukkan tingkat kerusakan oleh hama kutu daun lebih tinggi dibandingkan penggunaan kompos strarter guano. Pada Tabel 4, Perlakuan penyemprotan ekstrak guano pada beberapa MST menunjukkan hasil yang beragam terhadap tingkat kerusakan oleh serangan kutu daun. Perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terlihat pada 3 MST, 4 MST dan 10 MST. Sedangkan pada 2 MST, 6 MST dan 8 MST tidak berbeda nyata. Tabel 4 Pengaruh penyemprotan ekstrak guano terhadap tingkat kerusakan oleh kutu daun Aphis gossypii Glover pada umur beberapa MST. Perlakuan Tingkat kerusakan (%) 2 MST 3 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Deltametrin 0,5 ml/l 8,1 a 16,7 a 28,2 a 26,7 a 33,3 a 39,9 a Guano 4,8 a 14,8 a 20,7 ab 20,7 a 25,2 a 30,4 a 1cc/l Guano 4,4 a 8,2 b 15,2 b 17,0 a 22,2 a 17,0 b 2cc/l Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada taraf 5%

27 17 Penggunaan kompos strarter moretan maupun kompos strarter guano tidak berpengaruh nyata terhadap populasi hama kutu daun. Hal yang sama terjadi pada perlakuan penyemprotan ekstrak guano dimana tidak adanya pengaruh yang nyata antara penyemprotan insektisida deltametrin dengan penyemprotan ekstrak guano 1 cc/l dan 2 cc/l (Tabel 5 dan 6) Tabel 5 Pengaruh pemberian kompos terhadap populasi hama kutu daun Aphis gossypii Glover pada umur beberapa MST Kompos Rata-rata populasi (ekor) 2 MST 3 MST 4 MST Moretan 2.2 a 14.0 a 22.3 a Guano 1.9 a 10.3 a 19.6 a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada taraf 5% Tabel 6 Pengaruh penyemprotan ekstrak guano terhadap populasi hama kutu daun Aphis gossypii Glover pada umur beberapa MST Perlakuan Intensitas serangan (%) 2 MST 3 MST 4 MST Deltametrin 25g/lt 2.7 a 12.9 a 22.9 a Guano 1cc/lt 2.0 a 12.1 a 21.9 a Guano 2cc/lt 1.5 a 11.5 a 17.9 a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada taraf 5% Penyemprotan ekstrak guano 2cc/l pada tanaman berpengaruh nyata dan lebih mampu menekan tingkat kerusakan oleh hama kutu daun dibandingkan dengan penyemprotan ekstrak guano 1cc/l dan insektisida deltametrin Hal ini dapat dilihat pada saat tanaman berumur tiga minggu setelah tanam (3 MST) dimana penggunaan deltameterin menunjukkan tingkat serangan hama kutu daun tertinggi yaitu 16,7%, sedangkan penggunaan ekstrak guano 2cc/l mampu menekan tingkat serangan hama kutu daun sampai 8,2%. Hal yang sama terjadi pada 4 MST, bahkan pada 10 MST, perlakuan ekstrak guano 2cc/l mampu menekan tingkat kerusakan oleh hama kutu daun paling rendah yaitu sampai 17% dibandingkan penggunaan ekstrak guano 1cc/l (30,4%) dan penyemprotan deltameterin (39,9%).

28 18 Tingkat kerusakan tanaman oleh serangan hama kutu daun pada perlakuan penyemprotan deltametrin dan ekstrak guano 1cc/l berdasarkan hasil analisis sidik ragam ternyata menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Sedangkan penggunakan insektisida deltametrin menunjukan hasil tingkat kerusakan oleh hama kutu daun yang paling tinggi (Gambar 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan insektisida deltameterin yang biasa digunakan petani Desa Pinangsari Kab. Subang untuk mengendalikan hama tanaman cabai kurang efektif dibandingkan dengan penyemprotan ekstrak guano. intensitas serangan (%) Deltametrin 0,5ml/l Guano 1cc/l Guano 2cc/l 2 MST 3 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Gambar 2 Perkembangan tingkat kerusakan oleh serangan hama kutu daun pada berbagai aplikasi penyemprotan dalam beberapa MST. Dari Gambar 2, terlihat bahwa setiap minggu pengamatan, kerusakan oleh serangan hama kutu daun mengalami peningkatan kecuali pada 6 MST perlakuan deltameterin dan 10 MST perlakuan ekstrak guano 2cc/l. Tingkat Kerusakan oleh Serangan Hama Thrips Dari analisis sidik ragam, kombinasi perlakukan kompos dan penyemprotan suspensi guano memperlihakan tidak adanya interaksi yang nyata. Secara umum kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama thrips dipengaruhi oleh faktor tunggal yaitu penggunaan kompos dan penyemprotan guano. Pada Tabel 7, penggunaan kompos baik itu kompos guano maupun kompos moretan

29 19 pada setiap umur tanaman ternyata menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap tingkat kerusakan oleh serangan hama thrips. Tabel 7 Pengaruh pemberian kompos terhadap tingkat kerusakan oleh serangan thrips pada umur beberapa MST. Starter Tingkat kerusakan (%) Kompos 2 MST 3 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Moretan 2,2 a 6,2 a 9,9 a 15,1 a 18,3 a 26,3 a Guano 0,7 a 4,9 a 6,7 a 9,9 a 13,0 a 17,5 a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada taraf 5% Tabel 8 Pengaruh penyemprotan guano terhadap tingkat kerusakan oleh serangan thrips pada umur beberapa MST. Perlakuan Tingkat kerusakan (%) 2 MST 3 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST deltametrin 0,5ml/l 1,9 a 7,4 a 11,1 a 17,0 a 22,2 a 25,9 a Guano 1,9 a 4,8 a 8,2 ab 11,9 b 12,5 b 20,9 a 1cc/lt Guano 0,7 a 4,4 a 5,6 b 8,5 b 12,2 b 18,9 a 2cc/lt Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada taraf 5% Pada perlakuan penyemprotan, pengaruh signifikan antara perlakuan deltameterin dengan ekstrak guano mulai terlihat pada umur 4,5,6 dan 8 MST. Sedangkan pada 10 MST aplikasi penyemprotan tidak berbeda nyata terhadap tingkat kerusakan oleh serangan hama thrips (Tabel 8). Tingkat Kerusakan oleh Serangan Hama Helicoverpa armigera Hasil analisis sidik ragam menunjukkan interaksi antara pengggunaan kompos dan aplikasi penyemprotan suspensi guano tidak berbeda nyata terhadap tingkat kerusakan tanaman yang ditimbulkan oleh serangan hama Helicoverpa armigera. Akan tetapi perlakuan dua jenis kompos yaitu kompos moretan dan kompos guano memperlihatkan adanya pengaruh yang nyata terhadap serangan

30 20 hama Helicoverpa armigera. Begitu juga pada perlakuan penyemprotan suspensi guano 1cc/l, 2cc/l dan insektisida deltametrin. Pada tabel 9, aplikasi kompos starter Moretan memperlihatkan tingkat kerusakan tanaman oleh serangan hama yang lebih tinggi yaitu 50,4% dibandingkan aplikasi kompos starter guano yaitu 38%. Hal ini berarti aplikasi kompos starter guano lebih mampu menekan tingkat kerusakan tanaman oleh serangan hama Helicoverpa armigera dibandingkan aplikasi kompos starter Moretan. Hal ini berarti bahwa kompos starter guano lebih efektif menekan serangan hama Helicoverpa armigera dibandingkan dengan kompos starter Moretan. Tabel 9 Pengaruh pemberian kompos terhadap tingkat kerusakan tanaman oleh serangan H. armigera Starter Kompos Tingkat kerusakan (%) Moretan Guano 50,4 a 38,0 b Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada taraf 5% Pada perlakuan penyemprotan (Tabel 10), pengaruh penggunaan deltametrin dan ekstrak guano pada berbagai konsentrasi terhadap tingkat kerusakan oleh serangan hama Helicoverpa armigera menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Penyemprotan ekstrak guano pada berbagai konsentrasi dalam percobaan ini lebih mampu menekan tingkat kerusakan oleh serangan hama Helicoverpa armigera dibandingkan dengan aplikasi deltametrin yaitu 59,5%. Sedangkan penyemprotan ekstrak guano 1cc/l dan 2cc/l ternyata tidak menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata terhadap serangan hama Helicoverpa armigera. Dari tiga aplikasi penyemprotan tersebut, penggunaan ekstrak guano 2cc/t menunjukkan tingkat kerusakan oleh serangan hama Helicoverpa armigera paling rendah yaitu 34,3%, sedangkan penyemprotan deltametrin menunjukkan tingkat kerusakan tanaman paling tinggi yaitu 59,5%.

31 21 Tabel 10 Pengaruh penyemprotan ektrak guano terhadap tingkat kerusakan tanaman oleh serangan H. armigera Perlakuan Intensitas serangan (%) deltametrin 0,5ml/l Guano 1cc/l Guano 2cc/l 59,5 a 38,9 b 34,3 b Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada taraf 5% Hal ini berarti bahwa penggunaan insektisida deltametrin yang biasa digunakan petani setempat untuk tanaman cabai tidak effektif dalam menekan tingkat kerusakan oleh hama Helicoverpa armigera dibandingkan dengan penyemprotan ekstrak guano. Tingkat Produktivitas Tanaman Cabai Penggunaan kompos terhadap tingkat produktivitas tanaman cabai menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Pada tanaman yang diberikan kompos starter guano memperlihatkan produktivitas lebih tinggi, yaitu 7,63 Kg/plot dibandingkan tanaman yang diberikan kompos starter Moretan yaitu hanya 5,91 Kg/plot (Tabel 11). Hal ini berarti penggunaan kompos starter guano lebih mampu meningkatkan bobot produksi tanaman cabai dibandingkan penggunaan kompos starter Moretan. Dari Tabel 12 terlihat bahwa penggunaan deltametrin tidak berpengaruh signifikan dengan penggunaan ekstrak guano 1cc/l terhadap tingkat produktivitas tanaman cabai. Penggunaan ekstrak guano 2cc/l juga tidak berbeda nyata dengan penggunaan ekstrak gunano 1cc/l. Akan tetapi penggunaan deltameterin mempunyai pengaruh yang signifikan dengan penggunaan guano 2cc/l. Tabel 11 Pengaruh pemberian kompos terhadap tingkat produktivitas tanaman cabai Starter Kompos Moretan Guano Bobot Produksi (Kg/plot) 5,91 a 7,63 b Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada taraf 5%

32 22 Tabel 12 Pengaruh penyemprotan ekstrak guano terhadap tingkat produktivitas tanaman cabai Perlakuan Guano 2cc/l Guano 1cc/l deltametrin 0,5ml/l Bobot Produksi (Kg/plot) 8,05 a 6,43 ab 5,84 b Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada taraf 5% Pada perlakuan ini, tingkat produktivitas tanaman cabai terendah terdapat pada perlakuan penggunaan insektisida deltametrin yaitu 5,84 Kg/plot. Sedangkan perlakuan penyemprotan guano 22cc/l menunjukkan hasil produktivitas tertinggi yaitu 8,05 Kg/plot. Dengan demikian penyemprotan guano 2cc/l cenderung lebih mampu meningkatkan tingkat produktivitas tanaman cabai. Pembahasan Pemberian mikroorganisme perombak bahan organik baik dalam bentuk kompos maupun suspensi yang disemprotkan ke tanaman cabai memberikan dampak yang sangat positif, dimana dari hasil penelitian ini terdapat pengaruh yang nyata dalam meningkatkan produksi tanaman maupun menekan kerusakan akibat serangan hama. Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, diketahui bahwa tidak adanya interaksi yang nyata dalam kombinasi perlakuan kompos dengan penyemprotan guano. Pengaruh nyata terlihat pada faktor tunggal yaitu faktor pemberian kompos dan faktor penyemperotan guano. Penggunaan kompos starter guano menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan kompos starter Moretan. Hal ini diduga kompos starter guano memiliki kandungan bahan organik, nutrisi dan keragamaan mikroorganisme yang tinggi dibandingkan kompos starter Moretan. Malagon (2004) melaporkan bahwa kandungan nutrisi yang terkandung dalam guano sangat tinggi yaitu sekitar 30-40%. Unsur-unsur makro yang terdapat didalamnya yaitu 1%-6% N, 1,5%-9% P2O5, 0,7%-1,2% K2O dan 3,6%-12% CaO. Selain itu guano kelelawar juga mengandung unsurunsur mikro seperti Zn, B, Cu, dan Mn (URL;

33 23 Pemberian kompos starter guano dapat meningkatkan kualitas fisik, kimia dan biologi tanah. Dengan jumlah bahan organik dan kepadapatan populasi mikroorgnisme yang tinggi akan meningkatkan kualitas fisik tanah, yaitu meningkatkan agregat tanah sehingga aerasi dan drainase yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan akar tanaman terutama ujung dan bulu-bulu akar semakin baik. Gadner et al (1991) menyatakan penyerapan air dan mineral terjadi terutama melalui ujung akar dan bulu akar. Dengan demikian tanaman yang mempunyai bulu akar lebih banyak, memungkinkan penyerapan air dan mineral yang lebih baik karena bulu-bulu akar akan memperluas penerimaan absorpsi. Tanah yang diberikan kompos starter guano akan meningkatkan kualitas kimia dalam tanah yaitu memperkaya unsur hara baik makro maupun mikro. Menurut Prima (2004) unsur-unsur hara pada tanah yang diberikan kompos akan meningkatkan unsur N, P, K, CaO, SO4 dan MgO. Unsur-unsur tersebut merupakan nutrisi bagi tanaman. Dengan ketersediaan nutrisi yang melimpah maka akan sangat berperan terhadap pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun generatif. Hasil penelitian Prima (2004) menunjukkan bahwa penambahan bahan organik meningkatkan tinggi tajuk dan jumlah daun pada tanaman cabai. Selain kaya akan nutrisi yang bermanfaat bagi tanaman, guano merupakan sumber dari berbagai mikroorganisme yang bermanfaat bagi pertanian baik berperan sebagai agen antagonis maupun mikroba pemacu pertumbuhan. Misalnya bakteri Bacillus thuringiensis yang sangat virulen berasal dari guano penguin di Antartika. Zdanowski et al (2004) menemukan 72 jenis bakteri yang berbeda, 29 isolat tergolong Pseudomonaceae, 14 isolat Flavobacteriaceae dan 29 isolat Micrococcaceae. Penelitian Malagon (2004) menunjukkan hasil bahwa penggunaan guano 10% (w/v) dapat mempercepat pertumbuhan tanaman hingga 11,1% dibanding kontrol pada tanaman sayur-sayuran, serealia, dan buah-buahan. Optimalnya kondisi fisik, kimia dan biologi tanah dengan ditambahkannya mikroorganisme atau bahan organik dalam tanah baik itu melalu kompos maupun penyemprotan lansung ke tanaman akan meningkatkan kesehatan tanaman cabai. Kesehatan tanamanan mampu mengkompensasi serangan hama dan penyakit tanaman sehingga dampak kerusakan yang ditimbulkan dapat ditekan.

34 24 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Tidak adanya interaksi yang nyata dalam kombinasi penggunaan kompos dan penyemprotan ekstrak guano, tetapi lebih dominan pengaruh faktor tunggal yaitu faktor pemberian kompos dan faktor penyemprotan ekstrak guano. 2. Tingkat kerusakan oleh serangan hama kutu daun dan thrips menunjukkan tidak berbeda nyata antara penggunaan kompos starter guano dan Moretan. 3. Kompos starter guano menunjukkan hasil yang berbeda nyata dibandingkan kompos starter Moretan dalam menekan kerusakan oleh serangan hama Helicoverpa armigera. 4. Kompos starter guano lebih dapat meningkatkan tingkat produktivitas tanaman cabai dibanding kompos starter Moretan. 5. Penyemprotan ekstrak guano mampu menekan kerusakan oleh hama kutu daun, thrips dan Helicoverpa armigera lebih rendah dibandingkan penyemprotan insektisida deltametrin. 6. Penyemprotan ektrak guano menunjukkan tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan penyemprotan insektisida deltametrin. 7. Optimalnya kondisi fisik, kimia dan biologi tanah dengan ditambahkannya mikroorganisme atau bahan organik dalam tanah akan meningkatkan kesehatan tanaman cabai dan mengkompensasi kerusakan akibat serangan hama. Saran Perlunya penelitian lanjutan yang dilakukan di laboratorium untuk mengetahui lebih detail mekanisme pengaruh mikroorganisme perombak bahan organik guano dan moretan terhadap kesehatan tanaman cabai.

PENGARUH PENGGUNAAN GUANO KELELAWAR DAN MIKROORGANISME STARTER KOMPOS TERHADAP KESEHATAN TANAMAN CABAI (Capsicum annuum.l)

PENGARUH PENGGUNAAN GUANO KELELAWAR DAN MIKROORGANISME STARTER KOMPOS TERHADAP KESEHATAN TANAMAN CABAI (Capsicum annuum.l) PENGARUH PENGGUNAAN GUANO KELELAWAR DAN MIKROORGANISME STARTER KOMPOS TERHADAP KESEHATAN TANAMAN CABAI (Capsicum annuum.l) Oleh : DEDI MULYONO A44101015 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan I. BAHAN DAN METODE 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran pada bulan Mei sampai September 2011. 1.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- 22 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- Tongkoh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan jenis tanah Andosol, ketinggian tempat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan dilahan pertanian yang beralamat di Jl. Sukajadi, Desa Tarai Mangun, Kecamatan Tambang, Kampar. Penelitian ini dilakukan bulan

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *) Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 8 (1) Juni 2016 e-issn : 2527-7367 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah

Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah NAMA : HERRY WICOYO NIM : 11.12.5939 KELAS : 11-SI-SI-08 STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian 11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, karena memiliki kandungan gizi cukup,

Lebih terperinci

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 Benih Inovasi IPB Teknik Penanaman Benih Pepaya - Sebelum benih disemai, rendam dahulu benih selama 24 jam mengunakan air hangat. - Media tanam untuk pembibitan adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. H.R.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 bertempat di Screen House B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi budidaya tanaman yang dilakukan perlu berorientasi pada pemanfaatan sumber daya alam yang efektif penggunaannya, sehingga

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah Staf Pengajar fakultas pertanian Universitas Lancang kuning Jurusan Agroteknologi ABSTRAK Permintaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015 BAB III METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015 di Desa Tegalluar Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Bunga Terompet Kelurahan Sempakata Padang Bulan, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green house Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya 17 Hasil Analisis Tanah HASIL PERCOBAAN Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah di Kubu Raya didominasi oleh debu dan liat dengan sedikit kandungan pasir. Tanah di Sui Kakap, Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir, BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki banyak manfaat yaitu selain dapat dimanfaatkan sebagai sayur, lalapan, salad

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun majemuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci