BAB II PEMBERIAN NAMA TUMBUHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PEMBERIAN NAMA TUMBUHAN"

Transkripsi

1 PEMBERIAN NAMA TUMBUHAN Tatanama Tumbuhan (Plant Nomenclature) Seorang taksonomis haruslah juga nomenklaturis yaitu memberikan nama terhadap taksa baru dan menentukan nama yang tepat untuk taksa yang telah direvisi, dikombinasikan, dipisahkan, ditransfer atau dirubah posisinya menurut kode internasional tatanama tumbuhan. Taksonomis juga menentukan nama yang tepat untuk spesimen menurut system identifikasi dan klasifikasi. Betapa anehnya dan kacaunya kehidupan dunia ini jika kita mengabaikan menggunakan nama untuk menentukan apa yang kita lihat, buat dan rasakan. Ketepatan dan transfer ilmu pengetahuan tidak mungkin dapat terlaksana, dan bisnis didunia tidak akan dapat terlaksana seperti saat ini. Kemajuan berbagai ilmu pengetahuan sampai secanggih yang kita dapatkan saat ini tidak tercapai jika kita mengabaikan apa yang disebut dengan nama. Sebetulnya manusia adalah seorang nomenklaturis, karena memberikan nama terhadap tumbuhan, hewan, dan suatu objek dan telah menempatkannya dalam suatu kategori dengan atau tanpa system dan terminology tertentu. Berabad-abad yang lalu tumbuhan dikenal dengan nama yang panjang, berupa deskripsi kalimat dan susah digunakan, namun itulah karya yang dapat mereka persembahkan pada saat itu. Kemudian Gaspar Bauhin ( ) telah merencanakan pemberian dua nama diterapkan untuk satu tumbuhan. Namun rencananya baru dapat terealisir sampai seorang naturalis Swedia, Linnaeus ( ) telah membuat usaha penamaan dan pengelompokan semua makhluk hidup di dunia dari kerbau (Buffaloes) hingga Ranunculus (buttercups) dengan metode penamaan dual system yang terus digunakan hingga saat ini. Linnaeus telah mengatasi kekacauan dalam pemberian nama dan telah memberi indek sayuran

2 Pemberian Nama Tumbuhan didunia berdasarkan suatu ketentuan yang secara universal telah diterima oleh semua masyarakat dunia. Sejak Species Plantarum dipublikasi oleh Linnaus Tah. 1753, pemben-tukan nama dalam bahasa latin atau yang dilatinkan yang berlaku secara internasional merupakan tugas dasar taksonomis atau botanis. Nama ilmiah atau nama spesifik dari suatu organisme adalah suatu kombinasi dari 1) nama genus (nama generik), dan 2) penunjuk jenis (julukan spesifik). Querqus alba L. adalah nama ilmiah white oak, Picea rubens Sarg. Adalah nama ilmiah dari red spruce. Querqus dan Picea adalah nama genus sedangkan alba dan rubens adalah penunjuk jenis. L dan Sarg. Setelah nama ilmiah adalah singkatan dari Linneaus dan Sargent yang merupakan author dari kedua species tersebut. Tidaklah akurat dan sempurna jika nama species tanpa diikuti oleh keseluruhuan atau singkatan dari nama authornya. Penting mengutip nama author karena nama suatu takson secara valid pertama kali dipublikasi. Penulisan nama ilmiah tidak pula dapat ditulis seenaknya. Nama ilmiah haruslah ditulis miring atau digarisbawahi saat ditulis tangan atau dicetak. Awal dari nama ilimiah hendaklah huruf besar dan yang lainnya huruf kecil. Nama genus adalah suatu kata benda dan tunggal, sedangkan penunjuk jenis biasanya adalah adjektif, sebagai contoh pada Querqus alba L., kata alba berarti putih, tetapi dapat juga sebagai kata keterangan sebagai contoh: Pyrus malus L., malus adalah nama genus dari buah apel. Ada kalanya penunjuk jenis adalah suatu kata benda tunggal yang diambil dari nama orang, misalnya Homalomena rusdii Okada. Rusdii merupakan nama orang yang dianugerahi oleh author karena dianggap berjasa atau memiliki kesan bagi author. Nama genus dan penunjuk jenis dari berbagai sumber tetapi selalu harus diperlakukan sebagai bahasa latin. Botanis dianjurkan untuk tidak membentuk nama ilmiah yang panjang dan sulit dilafazkan dalam bahasa latin atau disesuaikan dengan bahasa latin, dan menghindari kombinasi 7

3 nama dan penunjuk jenis dengan kombinasi kata dari bahasa yang berbeda. Spesies dikelompokkan kedalam suatu hirarki taksa secara meningkat dari: genus, famili, ordo, kelas, dan divisi dengan subgroup pada masing-masingnya. Kelompok taksonomi dari suatu tingkatan disebut dengan takson (jamaknya:taksa). Sebagai contoh: Querqus alba L., Querqus laevis Walter, Querqus falcate Michaux, Querqus bicolor Willd. Adalah emapt jenis dalam genus Querqus. Querqus L., Fagus L. dan Castanea Miller adalah tiga genera dalam famili Fagaceae. Fagaceae dan Betulaceae merupakan dua famili dalam ordo Fagales. Fagales, urticales dan piperales adalah tiga dari berbagai ordo dalam kelas Magnoliopsida yang takson ini termasuk dalam divisi Magnoliophyta (lihat Tabel 1). Kadang-kadang dalam fikiran kita sering mempertanyakan kenapa system penamaan yang rumit, nama latin yang sulit disebutkan mesti kita terapkan, tidak nama umum yang sudah sering kita dengar. Benson (1962) menyatakan dengan ringkas kenapa nama daerah tidak dapat menggantikan nama ilmiah: 1. nama daerah hanya dapat digunakan pada satu daerah setempat 2. Didunia sangat sedikit spesies mempunyai nama yang sama di temapt lain 3. Nama daerah tidak dapat diterapkan untuk menunjukkan tingkatan takson 4. Pada nama daerah sering dua tumbuhan yang tidak berhubungan sama sekali diketahui mempunyai nama yang sama, dan sering meskipun dalam satu bahasa sering untuk satu tumbuhan memiliki nama yang berbeda pada daerah yang berbeda. Di sumatera terdapat berbagai genus dari famili Araceae, seperti: Amorphopalus, Furtadoa, Homalomena, Schismatoglottis, Colocasia, Alocasia, Singonium, Typhonium, Aglaonema dan sebagainya. Semuanya itu disebut dengan kaladi liar. Jelas hal ini tidak tepat dan tidak menunjukkan status taksonomi dari tumbuhan yang bersangkutan. Oleh 8

4 Pemberian Nama Tumbuhan karena itu nama yang standard dan dapat digunakan dimana saja mesti diterapkan yaitu nama ilmiah. Ahli botani moderen di semua Negara menggunakan International Code of Botanical Nomenclature (Voss et al., 1983, yang selanjutnya disebut dengan ICBN) atau Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) yang merupakan suatu system yang sederhana dan tepat yang menunjukkan tingkatan unit atau kelompok taksonomi dan nama ilmiah yang diterapkan pada individu dari suatu kelompok taksonomi tumbuhan. Panduan yang paling penting dalam pemberian nama ilmiah adalah pembukaan KITT sebagai berikut: Kode Internasional Tatanama Tumbuhan Pembukaan 1. Botani membutuhkan system tatanama yang tepat dan sederhana yang digunakan oleh semua ahli botani dimanapun dan menunjukkan tingkatan unit atau kelompok taksonomi dan nama ilmiah yang diterapkan pada individu dari suatu kelompok taksonomi tumbuhan. Tujuan dari pemberian suatu nama tumbuhan terhadap suatu takson bukanlah menunjukkan karakter dan sejarahnya tetapi untuk memberikan pengertian untuk menyebutkannya dan menunjukkan tingkatan taksonominya. Tujuan dari kode ini adalah memberikan ketetapan metode penamaan kelompok taksonomi yang tidak mudah berubah, menghindari penolakan pemakaian nama yang dapat menyebabkan kesalahan atau makna ganda atau menjerumuskan sain dalam ketidakpastian. Selanjutnya hal yang penting juga adalah menghindari pemberian nama tanpa manfaat 2. Azas-azas membentuk dasar dari system tatanama tumbuhan 3. Rincian peraturan dikelompokkan atas aturan-aturan, artikel dan rekomendasi. Contoh-contoh ditambahkan pada aturan-aturan dan rekomendasi untuk men-jelaskannya. 4. Tujuan aturan-aturan adalah menempatkan tatanama yang lalu dalam urutan dan melengkapinya dimasa akan data; nama yang bertentangan dengan atur-an tatanama tidak dapat dikelola 5. Rekomendasi berhubungan dengan poin tambahan, tujuannya untuk membuat lebih seragam dan jelas terutama tatanama masa yang akan datang; nama yang bertentangan dengan rekomendasi tidak dapat ditolak, tetapi tidak dapat menjadi contoh untuk diikuti. 6. Ketentuan pengaturan modifikasi kode ini adalah bentuk perubahan yang ter-akhir 7. Aturan dan rekomendasi diterapkan untuk semua organisme yang dianggap sebagai tumbuhan(termasuk jamur, bukan bakteri), apakah berupa fosil atau nonfosil. Tatanama bakteri diatur oleh Kode Internasional Tatanama Bakteri. Ketentuan spesies diperlukan untuk kelompok tumbuhan tertentu: Kode Internasional Tatanama Tanaman Budidaya diadopsi oleh Komisi Internasional untuk Tatanama Tanaman Budidaya; Ketentuan nama hybrid terdapat pada Appendix 1. 9

5 8. Hanya dengan alasan yang sesuai nama suatu tumbuhan dapat berubah, dan tentu saja perubahan tersebut harus berdasarkan dengan fakta dari kajian taksonomi yang lebih dalam atau lebih penting dihentikan jika bertentangan dengan aturan. 9. Ketiadaan aturan yang relevan atau konsekuensi dari aturan meragukan, maka aturan yang umum mesti diikuti 10. Edisi kode ini menggantikan semua edisi sebelumnya. Tingkatan Taksa Setiap individu tumbuhan diperlakukan sebagai bahagian dari sejumlah taksa yang berurutan mulai dari divisi, kelas, ordo, famili, genus dan spesies dan masing-masingnya dengan subkategori pula. Sebagai contoh suatu individu dari bunga ros akan menjadi bahagian dari spesies Rosa hybrida; genus, Rosa; famili, Rosaceae; Ordo, Rosales; Kelas, Magnoliopsida; dan divisi, Magnoliophyta, berdasarkan system klasifikasi saat ini. Kemudian akhiran yang melekat pada masing-masing takson sekaligus menunjukkan tingkatannya, sebagai contoh: Ros-aceae menunjukkan tingkatan tingkatan famili. 10

6 Pemberian Nama Tumbuhan Tabel 1. Tingkatan dan akhiran dalam klasifikasi Tumbuhan Tingkatan Akhiran Contoh Divisi Subdivisi Kelas Subkelas Ordo Subordo Famili Subfamili Tribus Subtribus Genus Subgenus Seksi Subseksi Seri Subseri Spesies Subpsesies Varietas Subvarietas Forma Subforma Phyta; mycota (jamur) Phytina; mycotina (jamur) Opsida; (cormofita); phyceae mycetes (jamus) (alga); Opsidae (cormofita); phycidae (alga); mycetidae (jamur) ales ineae aceae oideae eae inae us, a, um, es, on, dsb. Pterophyta; Eumycota Pterophytina; Eumycotina Pteropsida; Cyanophyceae; Basidiomycetes Pteropsidae; Cyanophycidae; Basidiomycetidae Rosales Rosineae Rosaceae Rosoideae Roseae Rosinae Rosa;Aconitum, Ranunculus Seorang taksonomis harus selalu mengingat bahwa tujuan dasar klasifikasi adalah: 1. untuk mengurutkan organisme kedalam taxa yang telah memiliki nama berdasarkan kekerabatannya; 2. untuk memperoleh susunan yang berurutan yang mengekspresikan kekerabatannya secara praktis dan alamiah; dan 3. untuk menghasilkan suatu system penyimpan yang efektif dan efisien, dapat diperoleh kembali saat dibutuhkan dan berguna untuk klasifikasi taksa tersebut. Berdasarkan poin diatas, taksonomis harus peduli perubahan posisi taksonomi suatu taksa sering merubah namanya sehingga dapat meragukan 11

7 penggunaannya sebagai symbol komunikasi. Perubahan tingkatan posisi suatu taksa atau kelompok yang dapat dibedakan dengan mudah harus dihindari jika tidak ada perubahan konsep, kekerabatan satu dengan kelompok lainnya secara mendasar. Nama dan Penamaan Tugas utama nomenklaturis tumbuhan adalah memberikan nama terhadap taksa baru dan menentukan nama yang benar dari taksa lama yang sudah mengalami revisi (perubahan model, dipisahkan, digabungkan, ditransfer) atau perubahan tingkatannya. Pemberian nama baru dan perubahan nama lama terhadap taksa lama memerlukan teknik kerja yang tinggi yang dikerjakan oleh ahli tatanama atau anjuran dari spesialis tentang subjek tersebut. Elemen dasar dan aturan pemberian nama yang mesti diketahui oleh mahasiswa pemula sebagaimana dirangkum dalam ICBN (1983) adalah bahwa nama ilmiah merupakan monomial latin, kombinasi biner, kombinasi triner dan seterusnya. Nama genus dan tingkatan taksa lebih tinggi adalah monomial, sebagai contoh: Rosa L. dan Rosaceae Juss. Nama jenis adalah kombinasi biner (binomial), sebagai contoh: Furtadoa sumatrana Hotta; nama subspecies merupakan kombinasi triner (trinomial) sebagai contoh: Hibiscus moscheutos ssp. Plaustris (L.) Clausen; nama varietas kombinasi quadriner (quadrinomial), sebagai contoh Lilium catesbaei Walter ssp. catesbaei var. longii Fernald. Pada umumnya manual nama varietas kelihatannya kombinasi triner, sebagai contoh Lilium catesbaei Walter var. longii Fernald, karena varietas adalah variasi dari tipe subspesies L. catesbaei Walter ssp. catesbaei yang secara otomatis telah digambarkan oleh author spesies. Azas dasar tatanama adalah bahwa masing-masing kelompok taksonomi dengan sirkumskripsi, posisi, tingkatan tertentu hanya membawa satu nama yang benar yang paling awal sesuai dengan aturan kecuali pada kasus tertentu (ICBN, 1983). Nama atau penunjuk jenis yang benar suatu takson dengan sirkumskripsi, posisi, tingkatan tertentu 12

8 Pemberian Nama Tumbuhan adalah nama atau penunjuk jenis yang legitimate yang nama tersebut secara valid dipublikasi harus diadopsi sesuai dengan aturan. Suatu nama yang legitimate adalah satu nama yang sesuai dengan aturan. Nama atau epitet yang dipublikasi secara valid adalah yang sesuai dengan Artikel dari Kode. Ketentuan dasar dari artikel tersebut adalah: 1. publikasi yang efektif, 2. publikasi dalam bentuk tertentu untuk nama dari masing-masing kategori dari suatu taksa, 3. publikasi dengan deskripsi atau diagnosis, atau mengacu pada deskripsi atau diagnosis publikasi sebelumnya, 4. dilengkapi dengan deskripsi atau diagnosis dalam bahasa latin atau mengacu pada deskripsi atau diagnosis suatu takson dalam bahasa latin yang telah dipublikasi secara efektif, dan 5. suatu indikasi dari tipe tatanama. Suatu nama yang sudah dipublikasi secara efektif merupakan tulisan yang dipublikasi dalam bahan cetakan yang umumnya tersedia bagi botanis. Nama yang dapat diterima adalah yang nama yang sesuai dengan aturan sehingga dapat dimasukan kedalam tatanama tumbuhan dan dipublikasi secara valid. Azas dan petunjuk untuk penamaan suatu takson secara legitimate dapat dilihat pada table 2. Tabel 2. Azas-azas Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (1983) I. Tatanama tumbuhan independent dengan tatanama hewan II. Penerapan nama dari kelompok taksonomi ditentukan oleh maksud tipe tatanama III. Tatanama dari kelompok taksonomi didasarkan pada prioritas publikasi IV. masing-masing kelompok taksonomi dengan sirkumskripsi, posisi, tingkatan tertentu hanya membawa satu nama yang benar, yaitu yang paling awal dan sesuai dengan aturan kecuali pada kasus tertentu. V. Nama ilmiah dari kelompok taksonomi diperlakukan sebagai bahasa latin tanpa menghiraukan perubahannya VI. Aturan tatanama adalah berlaku surut, kecuali dengan sengaja dibatasi. Kajian taksonomi sering menghasilkan perubahan dalam tatanama taksa lam yang harus dibuat menurut aturan pada Kode terbaru. Edisi yang terakhir dari Kode harus digunakan untuk ketentuan yang lebih rinci berhubungan dengan riset taksonomi. Jika studi taksonomi menunjukkan karakter diagnostic atau sirkumskripsi suatu takson harus dirobah, maka 13

9 tidak ada jaminan nama mesti berubah. Penambahan atau pengurangan karakteristik yang digunakan untuk sirkumskripsi suatu takson tidak merubah namanya. Jika studi taksonomi menunjukkan bahwa suatu genus harus dibagi kedalam dua atau lebih genera, nama genera mesti dipertahankan untuk genus yang merupakan tipe dari nama spesiesnya. Contoh: Aesculus L. merupakan Aesculus sect. Aesculus, sect. pavia (P. Mill.) Persoon, sect. macrothyrsus (Spach) C. Koch, dan sect. Calothyrsus (Spach) C. Koch. Tiga taksa terakhir dianggap sebagai genera yang berbeda oleh author yang terdapat dalam kurung; jika keempat section tersebut akan dianggap sebagai genera, nama Aesculus harus dipertahankan sebagai takson pertama, yang termasuk juga jenis Aesculus hippocastanum L. karena jenis ini merupakan tipe dari genus tsb. yang ditemukan oleh Linnaeus. Jika spesies dibagi menjadi dua atau lebih spesies, maka penunjuk jenis harus dipertahankan untuk spesies yang memuat suatu specimen, deskripsi atau gambar yang dianggap sebagai tipenya. Jika dua atau lebih taksa dengan kedudukan taksonomi yang sama digabungkan, maka nama atau penunjuk jenis legitimate yang paling tua mesti dipertahankan. Jika dua genera Dentaria L. dan Cardamine L. digabungkan maka hasil penggabungan tersebut harus disebut Cardamine karena nama tersebut dipilih oleh Crantz, orang yang pertama kali menggabungkan dua genera tersebut. Jika suatu spesies harus ditransfer ke genus lain atau ditempatkan pada genera lain maka penunjuk jenis harus dipertahankan. Contoh: Spergula stricta Sw jika ditransfer menjadi genus Minuartia maka harus menjadi Minuartia stricta (Sw.) Hiern. Pada beberapa kasus studi taksonomi menunjukkan nama atau epitet harus ditolak karena secara tatanama berlebihan. Ada dua nama untuk tumbuhan yang sama yaitu Cainito Adans dan Crhysophyllum L. Cainito Adans adalah tidak sah karena nama tersebut berlebihan. Nama Crhysophyllum L. yang lebih tua dan valid ditetapkan sebagai nama yang 14

10 Pemberian Nama Tumbuhan sah. Contoh yang lain: Nama Tapaenanthus Boiss. Ex Benth. Diberikan untuk nama genus Labiatae, namun Tapaenanthum telah diberikan sebelumnya terhadap nama genus Amaralidaceae, sehingga Tapaenanthum harus dpertahankan dan Tapaenanthus Boiss. mesti ditolak. Sitasi Author untuk nama yang benar dan sinonim memerlukan suatu dasar untuk pemahaman taksonomi suatu taksa. Tujuh macam sitasi author dengan beberapa contoh disampaikan berikut ini. Author original. Nama suatu takson akan lebih akurat dan sempurna dan data akan lebih mudah diverifikasi. Sangat penting untuk mengutip nama author yang pertama kali mempublikasinya secara valid. Contoh: Rosaceae Juss., Rosa L., Rosa gallica L., Rosa gallica var. eriostyla R. Keller, Rosa gallica L. var. gallica. Author Kombinasi. Jika suatu nama dipublikasi oleh dua author, maka nama keduanya haruslah dituliskan setelah nama taksa dengan menyisipkan et atau & antar nama kedua author. Jika lebih dari dua author mempublikasinya maka setelah nama takson disebutkan nama author pertama dan ditambah dengan et al.. Sebagai contoh: Ranunculus japonicus Thunb var. rostratus Syamsuardi, H. Okada dan T. Ogawa dapat ditulis Ranunculus japonicus Thunb var. rostratus Syamsuardi et al. Pengajuan Nama. Jika suatu nama yang diusulkan tidak dipublikasi secara valid oleh seorang author, maka jika author lain menyempurnakannya maka setelah nama taksa tersebut harus diselipkan ex antara kedua author tersebut. Contoh Gossypium tomentosum Spruce ex Planch. Publikasi. Jika suatu nama dengan suatu deskripsi atau diagnosis terdapat pada publikasi author yang lain, maka setelah nama takson dan nama author pertama diselipkan in diikuti author yang mempublikasinya. Contoh: Viburnum ternatum Rehder in Sargent. Perubahan Deskripsi. Jika perubahan karakter diagnostik atau sirkumskripsi suatu takson tanpa mengeluarkan tipe yang sangat penting, 15

11 maka proses perubahan dapat terlihat dari penamabahan kata atau singkatan tertentu: emendavit (emend. berarti dikoreksi) diikuti oleh nama author yang menyebabkan perubahan nama tersebut, mutatis characteribus (mut. char. berarti perubahan karakter), pro parte (p.p. berarti bahagian), excluso genere atau exclusis generibus (excl. gen. berarti pengeluaran genus atau genera), exclusa varietate atau exclusis varietatibus (excl. gen. berarti pengeluaran varietas), sensu amplo (s. ampl. berarti pengertian yang lebih luas), sensu stricto (s. str. berarti pengertian sempit). Contoh: Phyllanthus L. emend. Mull. Arg.; Globularia cordifolia L. excl. var. (emend. Lam.). Perubahan Tingkatan. Jika suatu takson yang lebih rendah dirubah tingkatannya menjadi lebih tinggi maka nama takson akan diikuti oleh nama author publikasi pertama dalam parentesis diikuti oleh author yang mengangkat status taksonominya menjadi lebih tinggi. Contoh: Medicago polymorpha var. orbicularis L. jika menjadi tingkatan spesies oleh Allioni menjadi Medicago orbicularis (L.) All. Transfer Takson. Demikian pula seandainya terjadi transfer nama dengan kedudukan yang sederajat, maka nama baru akan diikuti oleh nama author pertama dalam parentesis diikuti oleh author yang mentranfer status taksonominya menjadi takson lain. Contoh: Cheiranthus tristis L. ditransfer menjadi genus Matthiola oleh Robert Brown menjadi Matthiola tristis (L.) R.br. Definisi Dasar Berkaitan dengan Sinonim Suatu sinonim merupakan suatu nama yang ditolak karena salah penerapan atau terjadinya perbedaan dalam mengambil keputusan taksonomi. Suatu sinonim tatanama adalah suatu perbedaan nama berdasarkan tipe tatanama yang sama dengan nama kedua. Suatu sinonim taksonomik adalah perbedaan nama berdasarkan perbedaan tipe 16

12 Pemberian Nama Tumbuhan tetapi keputusan taksonomi menunjukkan identitas yang sama dengan takson yang sudah didekripsi sebelumnya. Contoh Paspalum leave Michaux memasukkan P. longipilum Nash., P. circulare Nash; P. leave var. circulare (Nash) Fernald. Author memutuskan bahwa P. longipilum dan P. circulare diplublikasi dalam manual Small merupakan sinonim taksonomi dari P. leave karena nama berdasarkan tiga tipe yang berbeda; dan bahwa P. laecve var. circulare dalam manual Gray merupakan sinonim taksonomi dari dari P. circulare Nash dalam manual Small, karena hal tsb. Didasarkan tipe yang sama. Basionim merupakan penunjuk jenis atau dibawah jenis yang mempunyai prioritas dan dipertahankan jika ditransfer menjadi suatu taksa lain atau baru. Contoh: Desmodium ochroleucum M.A.Curtis memasukkan Meibonia ochroleuca (M. A. Curtis) Kuntze. Pada kasus ini Meibonia ochroleuca adalah sinonim tatanama berdasarkan tipe yang sama tetapi basionim ochroleuca dipertahankan dengan benar oleh Kuntze dalam analisisnya terhadap takson tersebut. Homonim adalah suatu kasus dua atau lebih nama identik berdasarkan tipe berbeda, namun hanya satu nama yang dapat diakui. Contoh: Spergula stricta SW. ditransfer menjadi Arenaria tidak dapat menjadi Arenaria stricta karena ada jenis lain dengan nama ini. Jika ditransfer S. stricta dapat menjadi homonym dari A. stricta. Tautonim adalah binomial yang tidak sah, nama genus dan penunjuk jenis adalah sama. Contoh: Armoracia rusticana (Lam.) Gaertn., Mey & Scherb. Memasukkan Armoracia armoracia (L.) Britton sebagai suatu sinonim. A. Armoracia adalah suatu homonym yang merupakan binomial yang tidak sah dan ditolak oleh aturan dan merupakan sinonim tatanama berdasarkan tipe yang sama sebagai Armoracia rusticana. Autonim adalah sah, tautonim yang dibuat untuk untuk infrageneric atau infraspecific taxa. Contoh: Hypericum subgenus Hypericum section Hypericum; Hypericum perforatum L. ssp. Perforatum var. perforatum. 17

13 Hibrid Hibrid adalah keturunan dari dua tumbuhan atau hewan dari ras, forma, varietas, subspecies, species atau genera. Contoh: X Agropogon (artinya Agrostis X Polypogon). Hibrid interspesific adalah persilangan antar dua spesies dari genus yang sama, contoh, Nepenthes x trichocarpa (persilangan antara Nepenthes ampularia dengan Nepenthes gracilis Tanda x dalam suatu nama menunjukkan persilangan. Tipe Tipe adalah acuan dalam pemberian nama. Holotipe adalah satu specimen atau elemen lainnya yang digunakan oleh author sebagai tipe tatanama. Sepanjang holotipe masih ada secara otomatis penerapan nama tersebut mengacu pada tipe itu. Isotipe adalah duplikat holotipe (specimen yang dikoleksi bersama-sama dengan holotipe). Lektotipe adalah specimen atau elemen lain yang diseleksi dari material asli untuk digunakan sebagai tipe tatanama jika tidak ditemukan holotipe apakah karena memang tidak disertai waktu publikasi atau telah hilang. Neotipe adalah specimen atau elemen lain yang diseleksi untuk digunakan sebagai tipe tatanama sepanjang semua material yang digunakan sebagai tipe tatanama telah hilang. Tipe tatanama merupakan elemen nama dari suatu takson secara permanen melekat. Sintipe adalah salah satu dari dua atau lebih specimen yang dikutip oleh author ketika holotipe tidak dibuat. Tapotipe adalah specimen suatu koleksi takson yang sudah bernama, biasanya setelah, dari tipe lokasi asli atu dari daerah dimana spesies dipertelakan. 18

BAB III TATA NAMA (NOMENKLATUR)

BAB III TATA NAMA (NOMENKLATUR) BAB III TATA NAMA (NOMENKLATUR) Sudah menjadi naluri manusia untuk memberi nama kepada apa saja yang ada di sekitarnya. Nama itu merupakan sesuatu yang mutlak perlu dalam kehidupan sehari-hari, sebab tanpa

Lebih terperinci

TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI. Billyardi Ramdhan UMMI 2009

TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI. Billyardi Ramdhan UMMI 2009 TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI Billyardi Ramdhan UMMI 2009 Keanekaragaman di Dunia Keanekaragaman Flora di dunia sebanyak 300.000 jenis,, yang terdiri: Schizophyta : 35.000 jenis. Thallophyta : 60.000 jenis.

Lebih terperinci

KODE INTERNASIONAL TATA NAMA TUMBUHAN. Siti Muslichah

KODE INTERNASIONAL TATA NAMA TUMBUHAN. Siti Muslichah KODE INTERNASIONAL TATA NAMA TUMBUHAN Siti Muslichah 1 Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) Hasil kongres botani Kongres I th 1867 : Paris code Kongres II th 1900 di Paris Kongres III th 1905 di

Lebih terperinci

KONSEP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

KONSEP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN KONSEP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN CARA ORGANISME MERUSAK TANAMAN (1) Memakan bagian tanaman Mengganggu proses fisiologis Persaingan sumberdaya Perantara penularan CARA ORGANISME MERUSAK TANAMAN (2) Tempat

Lebih terperinci

Resume. Kode Internasional Tatanama Tumbuhan 2012 (Kode Melbourne)

Resume. Kode Internasional Tatanama Tumbuhan 2012 (Kode Melbourne) Nama : Shohib Manzili Offering : H/2015 NIM : 150342607634 Resume Kode Internasional Tatanama Tumbuhan 2012 (Kode Melbourne) Diadopsi oleh XVIII Kongres Botani International di Melbourne, Australia, pada

Lebih terperinci

TAKSONOMI NUMERIK/ KONTEMPORER/ TAKSIMETRI

TAKSONOMI NUMERIK/ KONTEMPORER/ TAKSIMETRI TAKSONOMI NUMERIK/ KONTEMPORER/ TAKSIMETRI METODE EVALUASI KUANTITATIF MENGENAI KESAMAAN ATAU KEMIRIPAN SIFAT ANTAR GOLONGAN ORGANISME, DAN PENATAAN GOLONGAN TSB MELALUI SUATU ANALISIS (=ANALISIS KELOMPOK/

Lebih terperinci

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup B. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Menginventarisasi karakter morfologi individu-individu penyusun populasi 2. Melakukan observasi ataupun pengukuran terhadap

Lebih terperinci

D I K T A T TAKSONOMI TUMBUHAN NON VASKULER DISUSUN OLEH

D I K T A T TAKSONOMI TUMBUHAN NON VASKULER DISUSUN OLEH D I K T A T TAKSONOMI TUMBUHAN NON VASKULER DISUSUN OLEH Dr. Dra. Meitini W.Proborini, M.Sc.St. Dra. Ni Made Gari, M.Sc. Dra. Yunita Hardini, M.Si. LABORATORIUM TAKSONOMI TUMBUHAN PROGRAM STUDI BIOLOGI

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA TIPE A

LEMBAR KERJA SISWA TIPE A LEMBAR KERJA SISWA TIPE A A. DASAR TEORI Klasifikasi Makhluk Hidup adalah Klasifikasi makhluk hidup adalah mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan-golongan atau unit-unit tertentu berdasarkan persamaan

Lebih terperinci

SISTEMATIKA HEWAN. Trijoko, M.Si Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc.

SISTEMATIKA HEWAN. Trijoko, M.Si Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc. SISTEMATIKA HEWAN Trijoko, M.Si Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc. SISTEMATIKA HEWAN PENDAHULUAN KEANEKARAGAMAN HEWAN SANGAT TINGGI, 1 JUTA YANG TELAH DIKENAL DAN 3 10 JUTA YANG BELUM DIKENAL KEANEKARAGAMAN/VARIASI

Lebih terperinci

BINOMINAL NOMENCLATURE

BINOMINAL NOMENCLATURE Farid K. Muzaki, S.Si., M.Si Jurusan BIOLOGI FMIPA ITS Surabaya Carl von Linne Carolus Linnaeus (1707 1778) BINOMINAL NOMENCLATURE Taxonomy of Animalia SB091321 Binomial Nomenclature? Tatacara pemberian

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) & SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) MATA KULIAH DASAR TAKSONOMI

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) & SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) MATA KULIAH DASAR TAKSONOMI GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) & SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) MATA KULIAH DASAR TAKSONOMI (PAB 105/ 2 SKS) Oleh: LILIH KHOTIM PERWATI, S.Si. M.Si NIP 132 093 200 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Taksonomi & Mengapa Nama. Teguh Triono

Taksonomi & Mengapa Nama. Teguh Triono Taksonomi & Mengapa Nama Teguh Triono Pontianak 25/05/2014 Pouteria obovata Tata Nama Tumbuhan Penetapan nama tumbuhan berdasarkan suatu sistem formal International Code of Nomenclature for algae,

Lebih terperinci

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP Standar Kompetensi : Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup. Kompetensi Dasar : 2.1 Mendeskripsikan prinsip dasar klasifikasi makhluk hidup Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

Pemodelan dan Pengelolaan Data Klasifikasi Tanaman Menggunakan Pohon

Pemodelan dan Pengelolaan Data Klasifikasi Tanaman Menggunakan Pohon Pemodelan dan Pengelolaan Data Klasifikasi Tanaman Menggunakan Pohon Febri Ardiansyah (13505099) Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha no 10,Bandung if15099@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN HAYATI (Biodiversitas)

KEANEKARAGAMAN HAYATI (Biodiversitas) KEANEKARAGAMAN HAYATI (Biodiversitas) Keanekaragaman hayati dapat diartikan sebagai keanekaragaman makhluk hidup di berbagai kawasan di muka bumi, baik di daratan, lautan, maupun tempat lainnya. Keanekaragaman

Lebih terperinci

UKBM BIO

UKBM BIO UKBM BIO-3.3-4.3-1-3.3 BIOLOGI PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UNIT KEGIATAN BELAJAR BIOLOGI UKB BIO-3.3/4.3/1/3-3 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran

Lebih terperinci

SKALA SAAT EVOLUSI. cenozoikum mesozoikum. proterozoikum. archeozoikum

SKALA SAAT EVOLUSI. cenozoikum mesozoikum. proterozoikum. archeozoikum ASAL-USUL DAN KLASIFIKASI Bahan Kuliah Pengantar Agronomi 1 Waktu dalam jutaan tahun SKALA SAAT EVOLUSI 1000 Era geologi cenozoikum mesozoikum palezoikum proterozoikum peristiwa Evolusi manusia Binatang

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Kelas : 7 Waktu : 07.45-09.15 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Klasifikasi

Prinsip Dasar Klasifikasi KLASIFIKASI Prinsip Dasar Klasifikasi Fakta menunjukkan bahwa adanya makhluk hidup di dunia ini sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Untuk mengenali dan mempelajari makhluk hidup yang banyak dan beranekaragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia teknologi terus melakukan kemajuan yang begitu pesat di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia teknologi terus melakukan kemajuan yang begitu pesat di seluruh dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia teknologi terus melakukan kemajuan yang begitu pesat di seluruh dunia, diantaranya yaitu telepon seluler dengan sistem operasi berbasis Android yang kini sudah

Lebih terperinci

1. Hubungan Taksonomi dengan Ilmu Pengetahuan Lainnya

1. Hubungan Taksonomi dengan Ilmu Pengetahuan Lainnya 1. Pengertian Taksonomi, Sistematik, dan Klasifikasi Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari identifikasi, tata nama, dan klasifikasi, yang biasanya terbatas pada objek biologi, bila terbatas pada tumbuhan

Lebih terperinci

MODUL VI. KLASIFIKASI DAN TATANAMA POHON

MODUL VI. KLASIFIKASI DAN TATANAMA POHON MODUL VI. KLASIFIKASI DAN TATANAMA POHON Modul keenam membahas tentang klasifikasi dan tatanama pohon mengikuti aturan klasifikasi tumbuhan dan sistim tatanama yang diakui secara global. Dalam modul ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN )

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN ) BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI Skripsi, tesis, dan disertasi hasil penelitian lapangan adalah jenis penelitian yang berorientasi pada pengumpulan data empiris di lapangan. Ditinjau dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian tersebar ke daerah Mancuria, Korea, Jepang, Rusia,

Lebih terperinci

Sistem Penamaan Serangga NOMENKLATUR

Sistem Penamaan Serangga NOMENKLATUR Sistem Penamaan Serangga NOMENKLATUR Carolus Linneaus (1758) Systema Natural Tatanama pada tumbuhan dan hewan digunakan sistem penamaan binomial Fabricius (1775) Systema Entomology Tatanama pada serangga

Lebih terperinci

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM 2012, No.518 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 5 TAHUN 2012 TANGGAL : 1 Mei 2012 STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan

Lebih terperinci

PERTELAAN NAMA ILMIAH. (2 spasi) Nama ilmiah pribadi lengkap beserta author

PERTELAAN NAMA ILMIAH. (2 spasi) Nama ilmiah pribadi lengkap beserta author PERTELAAN NAMA ILMIAH (2 spasi) Nama ilmiah pribadi lengkap beserta author *cetak miring, kecuali author (3 spasi) *logo ukuran 7 cm x 7 cm, atau bila hanya panjang/lebar saja yang bisa disesuaikan jadi

Lebih terperinci

Lecture 1 Tatap Muka 2

Lecture 1 Tatap Muka 2 1/5 Maret 2010 Lecture 1 Tatap Muka 2 Biological Diversity I: A. Filogeni dan Pohon Kehidupan B. Bacteria dan Archaea C. Protista D. Fungi Kompetensi: 1. Mahasiswa mampu menerangkan pohon filogeni 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Kutipan yang berkaitan dengan pengertian sistem, antara lain :

BAB III LANDASAN TEORI. Kutipan yang berkaitan dengan pengertian sistem, antara lain : BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Sistem Kutipan yang berkaitan dengan pengertian sistem, antara lain : 1. Menurut (Jogiayanto,H.M,2003:34), suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-

Lebih terperinci

Perlunya Memahami Jurnal

Perlunya Memahami Jurnal Andriani Kusumawati Perlunya Memahami Jurnal Tidak hanya buku, jurnal bisa menjadi referensi untuk sebuah karya ilmiah. Review jurnal merupakan sebuah strategi untuk bisa mempermudah memahami inti dari

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI TUMBUHAN

BAB IV IDENTIFIKASI TUMBUHAN IDENTIFIKASI TUMBUHAN Hal yang pertama mesti dilakukan untuk kepentingan ilmiah dari suatu tumbuhan adalah nama ilmiah. Identifikasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan nama ilmiah yang merupakan bahagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inventarisasi Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya alam untuk perencanaan pengelolaan sumber daya tersebut. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika (Adrianto dkk,2011). Suhartini (2009) menyebutkan. sebanyak jenis yang hidup secara alami (Astirin,2000).

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika (Adrianto dkk,2011). Suhartini (2009) menyebutkan. sebanyak jenis yang hidup secara alami (Astirin,2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati di bumi ini sangat beragam jenisnya. Indonesia sendiri yang merupakan negara tropis yang tercatat sebagai negara kaya akan keanekaragaman hayati,

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

FORMULIR PERMOHONAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN Formulir Model - 1 FORMULIR PERMOHONAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN Kepada Yth.: Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kantor Pusat Kementerian Pertanian Gedung E Lantai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.816, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Budidaya. Ikan. Jenis Baru. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PERMEN-KP/2014 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. DASAR-DASAR TAKSONOMI BIO 4101 (2 sks) Semester I

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. DASAR-DASAR TAKSONOMI BIO 4101 (2 sks) Semester I RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER DASAR-DASAR TAKSNMI BI 4101 (2 sks) Semester I PENGAMPU MATA KULIAH : Dr. Nurainas Dr. Ardinis Arbain Prof. Dr. Syamsuardi, M.Sc Prof. Dr. Dahelmi Dr. Periadnadi PRGRAM STUDI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 442/Kpts/HK.310/7/2004 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 442/Kpts/HK.310/7/2004 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 442/Kpts/HK.310/7/2004 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa sebagai penghargaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan E-Dictionary..., Suci, Fakultas Teknik 2016

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan E-Dictionary..., Suci, Fakultas Teknik 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini semakin pesat, sehingga mendorong setiap manusia agar merespon semua perkembangan secara cepat untuk mengikutinya.

Lebih terperinci

DRAF MANUAL PROSEDUR PUBLIKASI JURNAL MAHASISWA JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

DRAF MANUAL PROSEDUR PUBLIKASI JURNAL MAHASISWA JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN DRAF MANUAL PROSEDUR PUBLIKASI JURNAL MAHASISWA JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 DRAF MANUAL PROSEDUR PUBLIKASI JURNAL MAHASISWA

Lebih terperinci

Bahan Baku Pencirian. cirinya

Bahan Baku Pencirian. cirinya PENCIRIAN Bahan Baku Pencirian Bahan baku pencirian berupa ciri (character) dan sifat ciri (character state) ) yang diperinci, dianalisis, disintesis dan semuanya lalu disajikan sebagai bukti taksonomi.

Lebih terperinci

Perbandingan Publikasi Internasional Indonesia di Scopus Periode 2010-April 2016

Perbandingan Publikasi Internasional Indonesia di Scopus Periode 2010-April 2016 Perbandingan Publikasi Internasional Indonesia di Scopus Periode 2010-April 2016 Perbandingan Publikasi Internasional Indonesia di Web of Science (Thomson) Saat ini Publikasi internasional peneliti

Lebih terperinci

PENJELASAN PerKa LIPI No. 3 Th Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah

PENJELASAN PerKa LIPI No. 3 Th Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah PENJELASAN PerKa LIPI No. 3 Th. 2014 Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah Cibinong, 3 Mei 2017 Unsur Penilaian Unsur Penilaian Bobot Penamaan Terbitan Berkala Ilmiah 3 Kelembagaan Penerbit 4 Penyuntingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Artikel ilmiah merupakan sejenis tulisan yang menyajikan atau menganalisis suatu topik secara ilmiah. Keilmiahan suatu tulisan didasarkan pada ragam bahasa yang digunakannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN Jawaban: C Jawaban: A Jawaban: E

SOAL DAN PEMBAHASAN Jawaban: C Jawaban: A Jawaban: E SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Protozoa dikelompokkan ke dalam empat filum, yaitu Rhizopoda, Flagellata, Ciliata, dan Spororzoa berdasarkan A. Jenis pigmennya B. Jenis makanannya C. Alat geraknya D. Habitatnya

Lebih terperinci

Makhluk Hidup di Dalam Pohon

Makhluk Hidup di Dalam Pohon Makhluk Hidup di Dalam Pohon Chita Najmi Nabila (13509015) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia 13509015@std.stei.itb.ac.id

Lebih terperinci

SISTEMATIKA/ TAKSONOMI IKAN

SISTEMATIKA/ TAKSONOMI IKAN SISTEMATIKA/ TAKSONOMI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi KONSEP SISTEMATIKA (TAKSONOMI) SISTEMATIKA ---------- Bahasa Latin Systema Carolus Linaeus (1773):

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

DAFTAR PEMENANG HIBAH TATA KELOLA JURNAL ILMIAH INTERNAL SESUAI STANDAR NASIONAL TERAKREDITASI ATAU INTERNASIONAL BEREPUTASI

DAFTAR PEMENANG HIBAH TATA KELOLA JURNAL ILMIAH INTERNAL SESUAI STANDAR NASIONAL TERAKREDITASI ATAU INTERNASIONAL BEREPUTASI DAFTAR PEMENANG HIBAH TATA KELOLA JURNAL ILMIAH INTERNAL SESUAI STANDAR NASIONAL TERAKREDITASI ATAU INTERNASIONAL BEREPUTASI No () 4 5 Nama Jurnal () Alchemy: jurnal penelitian kimia Nusantara Bioscience

Lebih terperinci

HAKEKAT PENELITIAN PENDIDIKAN

HAKEKAT PENELITIAN PENDIDIKAN 6Pertemuan 1: HAKEKAT PENELITIAN PENDIDIKAN Tujuan : Setelah perkuliahan ini anda diharapkan mampu untuk: Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan penelitian pendidikan dan memberi dua contoh tentang

Lebih terperinci

7. Hak Cipta Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Hak Cipta Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pedoman Kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selebihnya tumbuh di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau

BAB I PENDAHULUAN. selebihnya tumbuh di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek (bahasa Latin: Orchidaceae) merupakan kelompok tanaman yang memiliki keanekaragaman cukup besar. Tanaman anggrek meliputi 25.000 30.000 spesies dan merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PENAMAAN, PENDAFTARAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS ASAL UNTUK PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ringkasan pemahaman penyusun terhadap persoalan yang dibahas. Hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. melalui ringkasan pemahaman penyusun terhadap persoalan yang dibahas. Hal-hal BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan akan menjabarkan mengenai garis besar skripsi melalui ringkasan pemahaman penyusun terhadap persoalan yang dibahas. Hal-hal yang akan dijabarkan adalah latar belakang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Satuan Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VII/ I Topik : Klasifikasi Makhluk Hidup Sub Topik : Klasifikasi Dikotom Alokasi Waktu : 3 X 40menit (1kali

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Materi. Memahami keanekaragaman makhluk hidup

Materi. Memahami keanekaragaman makhluk hidup Materi Memahami keanekaragaman makhluk hidup Perbedaan Makhluk Hidup dan Benda Mati a. Bentuk dan ukuran. Makhluk hidup mempunyai bentuk dan ukuran tertentu, sedangkan benda mati tidak. b. Komposisi Kimia.

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

BAB IV Desain Scrapbook

BAB IV Desain Scrapbook BAB IV Desain Scrapbook A. Tema "Tema dapat diartikan sebagai pengungkapan maksud dan tujuan, tujuan yang dirumuskan secara singkat dan wujudnya berupa satu kalimat. Tema sebenarnya berada didalam pikiran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

VII. HERBARIUM. Modul ketujuh pada pelajaran Dendrologi ini membahas mengenai herbarium yang meliputi

VII. HERBARIUM. Modul ketujuh pada pelajaran Dendrologi ini membahas mengenai herbarium yang meliputi MODUL VII. HERBARIUM Modul ketujuh pada pelajaran Dendrologi ini membahas mengenai herbarium yang meliputi pengertian dan sejarah singkat mengenai herbarium, nilai suatu herbarium, prinsip pengelolaan

Lebih terperinci

Penggolongan Organisme dan Taksonomi Mikrobia. 5Maret 2015

Penggolongan Organisme dan Taksonomi Mikrobia. 5Maret 2015 Penggolongan Organisme dan Taksonomi Mikrobia 5Maret 2015 Taksonomi Carolus Linnaeus (1707-1778) Botaniawan, Sweden Pioneer dibidang taksonomi organisme 1766-1763 mengajukan konsep sistem pemberian nama

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan.

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ seperti akar,batang, daun dan organ reproduksi. Organ-organ tersebut juga tersusun dari berbagai

Lebih terperinci

HIBRIDISASI SOMATIK MELALUI FUSI PROTOPLAS. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

HIBRIDISASI SOMATIK MELALUI FUSI PROTOPLAS. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP HIBRIDISASI SOMATIK MELALUI FUSI PROTOPLAS Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Pendahuluan Pendahuluan Hibridisasi secara seksual telah dilakukan pada tanaman selama berpuluh tahun untuk

Lebih terperinci

PENYUSUNAN SPESIFIKASI KHUSUS JALAN DAN JEMBATAN

PENYUSUNAN SPESIFIKASI KHUSUS JALAN DAN JEMBATAN PEDOMAN No. 006 / BM / 2009 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil PENYUSUNAN SPESIFIKASI KHUSUS JALAN DAN JEMBATAN D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati memberikan harapan baru untuk pengendalian hama pertanian terutama fungi yang bersifat patogen. Secara

Lebih terperinci

PREDIKSI UJIAN NASIONAL

PREDIKSI UJIAN NASIONAL DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA PREDIKSI UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 UTAMA SMA/MA PROGRAM STUDI IPA BIOLOGI 1 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA MATA PELAJARAN Mata pelajaran Jenjang Program studi

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 12. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUPLATIHAN SOAL BAB 12 1. Urutan takson yang paling tepat untuk hewan adalah... Divisi-kelas-ordo-famili-genus-spesies Divisi-famili-kelas-genus-spesies

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1721, 2017 KEMENTAN. Pelepasan Varietas Tanaman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMENTAN/TP.010/11/2017 TENTANG PELEPASAN VARIETAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Penulisan Usulan Penelitian

Penulisan Usulan Penelitian Penulisan Usulan Penelitian Tujuan instruksional khusus: Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat menulis usulan tugas akhir (penelitian/magang). Subpokok bahasan Kriteria pemilihan topik tugas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif dengan pertimbangan:

Lebih terperinci

IDENTITAS MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER

IDENTITAS MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER IDENTITAS MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER Nama Mahasiswa :... NIM :... Angkatan Tahun :... Topik/Judul :... Dosen Pembimbing 1 :... Dosen Pembimbing 2... Nomor telepon / HP :... Status : Baru Mengulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, warna serta ciri lainnya yang tampak dari luar. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, warna serta ciri lainnya yang tampak dari luar. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi, keanekaragaman tersebut ditunjukkan dengan adanya variasi bentuk, susunan tubuh, warna serta ciri lainnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi. Tumbuhan sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi. Tumbuhan sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi. Tumbuhan sendiri berdasarkan pengelompokannya dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok yang pertama yaitu Phanerogamae

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 01/Pert/SR.120/2/2006 TENTANG SYARAT PENAMAAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 01/Pert/SR.120/2/2006 TENTANG SYARAT PENAMAAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 01/Pert/SR.120/2/2006 TENTANG SYARAT PENAMAAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH 2015 1 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN... 3 1.1. LATAR BELAKANG... 3 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2011 Direktur Tinggalan Purbakala, TONY DJUBIANTONO NIP iii. Vadenikum Benda Cagar Budaya

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2011 Direktur Tinggalan Purbakala, TONY DJUBIANTONO NIP iii. Vadenikum Benda Cagar Budaya KATA PENGANTAR Seiring dengan diterbitkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya sebagai pengganti Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda

Lebih terperinci

FORMULIR PENDAFTARAN PROGRAM BEASISWA SPESIALIS KEAHLIAN MUSEUM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

FORMULIR PENDAFTARAN PROGRAM BEASISWA SPESIALIS KEAHLIAN MUSEUM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FORMULIR PENDAFTARAN PROGRAM BEASISWA SPESIALIS KEAHLIAN MUSEUM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN A. DATA PRIBADI Nama Lengkap : Foto Warna Tempat dan tanggal lahir : Terbaru Jenis kelamin : Laki-laki

Lebih terperinci

TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RPP MATERI INDIKATOR Pengertian klasifikasi

RPP MATERI INDIKATOR Pengertian klasifikasi Analisis Materi Pembelajaran (AMP). RPP MATERI INDIKATOR Untuk mempermudah dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, manusia melakukan pengelompokkan makhluk hidup. Pengelompokan makhluk hidup itu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

Bagaimana Cara Menulis Review Sebuah Artikel

Bagaimana Cara Menulis Review Sebuah Artikel Bagaimana Cara Menulis Review Sebuah Artikel Oleh : Sulfikar Sallu Associate Editor DOAJ Indonesia Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta Teknologi Pendidikan 2016 Dosen Tetap Fakultas Teknolog

Lebih terperinci

Bumi memiliki lebih dari spesies tanaman hidup.

Bumi memiliki lebih dari spesies tanaman hidup. Bumi memiliki lebih dari 400.000 spesies tanaman hidup. Tanaman, didukung oleh cahaya matahari, karbon dioksida dari udara, dan nutrien dari tanah, mengalirkan energi menjadi bentuk kehidupan yang dapat

Lebih terperinci

TOPIK II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

TOPIK II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP TOPIK II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP KONSEP Pengertian keanekaragaman hayati Tujuan klasifikasi Dasar klasifikasi Beberapa model klasifikasi Klasifikasi Menurut Carolus Linnaeus Binomial Nomenclatur Sistem

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

BAB III KOLEKSI TUMBUHAN DAN METODE HERBARIUM

BAB III KOLEKSI TUMBUHAN DAN METODE HERBARIUM KOLEKSI TUMBUHAN DAN METODE HERBARIUM Semua orang yang melakukan aktivitas dalam kajian taksonomi mempunyai kesempatan untuk mengkaji objek penelitiannya baik yang hidup di lapangan ataupun di kebun botani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah dari Sabang sampai Merauke. Kekayaan sumber daya alam. tersebut salah satunya adalah keanekaragaman tumbuhan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. melimpah dari Sabang sampai Merauke. Kekayaan sumber daya alam. tersebut salah satunya adalah keanekaragaman tumbuhan yang tinggi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah dari Sabang sampai Merauke. Kekayaan sumber daya alam tersebut salah satunya adalah keanekaragaman

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (No : 1.1)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (No : 1.1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (No : 1.1) Satuan Pendidikan : SMA Negeri 6 Yogyakarta Kelas / Semester : X / 1 Program Layanan : Reguler Mata Pelajaran : Biologi Jumlah Pertemuan : 2 Pertemuan ( 1 pertemuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani ubikayu: taksonomi dan morfologi Dalam sistematika tumbuhan, ubikayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae. Ubikayu berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai sekitar

Lebih terperinci